Moment Luncurkan Deretan Aksesori MagSafe untuk iPhone 12

Pengguna lama MacBook pastinya sudah tidak asing dengan istilah MagSafe. Jenis konektor magnetis ini telah dipakai sebagai charger berbagai model MacBook sejak tahun 2006, sebelum akhirnya digantikan oleh konektor USB-C biasa pada deretan MacBook generasi terbaru.

Namun Apple rupanya belum lupa dengan MagSafe. Seperti yang sudah kita ketahui, MagSafe telah berevolusi menjadi teknologi wireless charging pada iPhone 12, memberikan kemudahan supaya pengguna tidak perlu repot mengepaskan posisi iPhone ketika hendak mengisi ulang baterainya secara nirkabel.

Lebih lanjut, MagSafe juga membuka peluang akan lahirnya kategori aksesori baru yang mengunggulkan sambungan magnetis. Jadi selain charger dan casing MagSafe, sekarang juga ada beragam aksesori kamera MagSafe, seperti yang diluncurkan Moment baru-baru ini.

Koleksi aksesori MagSafe besutan Moment ini cukup bervariasi, dari yang sesimpel dudukan untuk AC mobil, sampai dudukan tripod maupun yang bisa ditambahi aksesori lain macam LED flash atau mikrofon (cold shoe). Jadi ketimbang memanfaatkan mekanisme tradisional macam penjepit (clamp), semua aksesori ini bisa langsung menempel ke punggung iPhone 12.

Normalnya, konsumen pasti langsung bertanya-tanya apakah magnetnya cukup kuat untuk menggotong iPhone selagi, misalnya, terpasang pada tripod. Moment bilang bahwa mereka menggunakan susunan magnet khusus yang mampu menghasilkan medan magnet yang sangat kuat.

Perkara magnet ini memang bisa dibilang agak kompleks. Kalau terlalu kuat/erat, aksesorinya mungkin bakal sulit dilepas sehingga terkesan kurang praktis. Di sisi lain, kalau magnetnya kurang melekat, aksesorinya tentu bakal mudah terlepas, dan ini jelas tidak ideal untuk aksesori seperti dudukan AC mobil tadi.

Moment bilang aksesori MagSafe-nya ini bisa dipasangkan meski iPhone 12-nya dibalut casing. Mereka tidak lupa menyertakan lapisan empuk di setiap permukaan magnet sehingga konsumen tak perlu khawatir punggung iPhone-nya mudah lecet apabila berniat menggunakan aksesori-aksesori ini tanpa bantuan casing.

Harga aksesori MagSafe besutan Moment ini bervariasi, dari $20 untuk aksesori seperti wall mount, sampai $50 untuk dudukan tripod sekaligus cold shoe.

JD.id Makin Fokus Ke Rantai Pasokan, Penambahan Gudang, dan Logistik

Layanan logistik kini menjadi salah satu sektor yang krusial. Salah satu faktor pendorong sektor saat pandemi adalah meningkatnya kegiatan belanja online. Layanan terpadu dan menyeluruh makin diprioritaskan platform e-commerce di Indonesia, mulai dari menggandeng mitra logistik berpengalaman hingga menjalankan sendiri kegiatan logistiknya.

DailySocial mencoba menggali lebih mendalam fokus bisnis JD.id hingga tahun depan dan upaya mereka untuk tampil sebagai platform terdepan di sektor pengiriman cepat di seluruh Indonesia.

Komitmen untuk “fast delivery”

President dan CEO JD.id Zhang Li mengatakan, “Sesuai dengan visi dan misi perusahaan, JD.id akan terus membangun kapabilitas perusahaan untuk melayani konsumen dengan pengalaman belanja terbaik, dengan terus memperkuat tiga elemen utama, yakni pengembangan strategis pada rantai pasokan, menambah jumlah gudang dan memperluas cakupan logistik, serta mengembangkan teknologi ritel online-ke-offline (O2O).”

Marketing Chief JD.id Mia Fawzia menjelaskan, selama 6 bulan terakhir, perusahaan mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Tidak hanya dalam jumlah visitor, tetapi pertumbuhan jumlah penjualan yang mencapai hingga 40%. Jenis produk yang populer adalah produk-produk di kategori Elektronik, Groceries, Mom & Baby, dan Home Living & Virtual.

Perihal layanan logistik, perusahaan mencatat di bulan September 2020 85% pengiriman paket pesanan menuju seluruh wilayah Indonesia sukses dilakukan dalam kurun waktu 24 jam. Data tersebut juga menunjukkan 95% pengiriman paket pesanan menuju wilayah Jabodetabek sukses dilakukan dalam kurun waktu 24 jam. Untuk armada logistik, penjual dibebaskan memilih J-Express (layanan logistik internal JD.id) atau memakai jasa yang lain.

“Hingga saat ini, JD.id sudah dapat menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Namun, terkhusus untuk wilayah Papua, kami masih bekerja sama dengan third-party logistics untuk membantu kami dalam proses pengiriman barang,” kata Mia.

Secara keseluruhan JD.id telah memiliki sekitar 12 gudang yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Lokasi gudang tersebut tersebar di beberapa wilayah. Mulai dari Jakarta (Marunda) 6 gudang, Cikarang (disewa IKEA) 1 gudang, Medan 1 gudang, Semarang 1 gudang, Makassar 1 gudang, Pontianak 1 gudang, dan Sidoarjo 1 gudang.

Kepemilikan gudang menjadi salah satu kunci mempercepat proses logistik. Dengan dikelola secara mandiri, platform e-commerce bisa melakukan proses sorting dan pengiriman secara cepat, tanpa adanya hambatan akses data inventory dan proses pengambilan dari mitra logistik pihak ketiga.

Perluas layanan

Teknologi QR Code di JD X-Mart Indonesia
Teknologi QR Code di JD X-Mart Indonesia

Sebagai platform e-commerce, JD.id telah memperluas layanannya ke berbagai produk. Perusahaan juga memiliki beberapa produk asuransi atau proteksi.

“Kami bermaksud memberikan pengalaman belanja dan pelayanan yang lengkap dan menyeluruh kepada para pelanggan JD.id, [..] membantu meringankan resiko konsumen dalam berbelanja jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi.” kata Mia.

Ke depan JD.id tertarik mengeksplorasi layanan ini lebih jauh, salah satunya dengan bekerja sama dengan beragam perusahaan proteksi nasional dan multinasional.

Untuk menambah pilihan produk, JD.id menghadirkan layanan on demand JD Life. Total ada 12 kategori layanan untuk membantu kehidupan sehari-hari, mulai dari layanan pemasangan, perawatan, hingga pembersihan. Kebanyakan jasa yang ditawarkan JD Life fokus ke kebutuhan household, termasuk pemasangan dan pembersihan perangkat elektronik, mesin cuci, hingga AC untuk perumahan dan apartemen.

“Jangkauan dari layanan JD Life tergantung pada masing-masing kategori, namun saat ini hampir di semua kota besar di Indonesia sudah dapat memesan dan menikmati jasa JD Life,” kata Head Operations JD Life Ryan Sebastian.

Tentang perkembangan JD.id X-Mart, Mia mengugkapkan, serupa dengan usaha ritel lainnya, JD merasakan dampak pandemi Covid -19. Meskipun demikian sarana ritel offline ini dikelola secara omni channel, sehingga dampaknya tidak begitu terasa.

Dihadirkan tahun 2018 lalu, JD.ID X-Mart merupakan toko tanpa kasir pertama di Indonesia (di luar negara asalnya, Tiongkok) yang berlokasi di PIK Avenue. Karena mengusung konsep toko tanpa kasir, JD.ID X-Mart menggunakan QR code yang ada di aplikasi mobile di smartphone ke alat verifikasi di gerbang masuk toko.

“Bisnis modul JD X-Mart sendiri memang merupakan omni channel, sehingga sangat memudahkan kami untuk beralih dan fokus pada penjualan online,” kata Mia.

Application Information Will Show Up Here

AdaKerja’s Target After Securing 14.7 Billion Rupiah in a Follow-on Funding

On Friday (30/10), job marketplace platform AdaKerja announced the follow-on funding from Beenext worth $1 million or 14.7 billion Rupiah. The seed funding has opened since last year when the company debuted, Beenext also became their first investor. Thanks to the participation of several angel investors (including the leadership of LinkedIn, DBS, ICAP, and the Tolaram Group), the total funding raised was $1.4 million.

The additional capital obtained will be prioritized in product and technology development resulting in AdaKerja’s service more capable of accommodating blue-collar workers in Indonesia.

In fact, a similar platform is also being prepared to be replicated in Singapore under the name AskSteve. However, to DailySocial, Founder & CEO Ashwin Tiwari said that currently they only focus on business in Indonesia. While the unit in Singapore is only in the beta stage – functionally the same as AdaKerja already operating in Indonesia.

Was founded in 2019, AdaKerja claims to have reached around 600 thousand job seekers and 10 thousand businesses involved on its platform. This achievement made Ashwin and his team quite optimistic about 2020, even though the business climate was badly hit by a slowdown due to the pandemic.

Targeting blue-collar workers (in the informal sector), AdaKerja is not solely on this sector, there are already several platforms that provide similar services. There are Job2Go, Heikaku, or Workmate. However, Ashwin is quite optimistic, because there is a value proposition they offer.

“Yes, I can imagine. But after you open [AdaKerja], there are major differences. And the most important thing, we are not a digital staffing agency. The model [agency] is widely adopted by other players, they charge up to 20% commission to workers, those who should get the whole [wages] income,” Ashwin said.

Ashwin Tiwari
AdaKerja’s Founder & CEO, Ashwin Tiwari / AdaKerja

In terms of features, AdaKerja provides a personalized job search experience for job seekers by chatting using the WhatsApp or Messenger bot. Meanwhile, business partners (UKM), they are presented with an application to manage the recruitment process more efficiently. Embracing blue collar circles, most of AdaKerja’s partners come from SMEs. Because it is considered that these businessmen absorb more informal workers.

As for his business model, Ashwin explained, “Our service is completely free for job seekers. Employers buy interview credits at an affordable cost, then use them to invite candidates.”

Building a job marketplace business in Indonesia is not without challenges. “Frankly, the challenge is to build a fast-growing business, regardless of whether the company is based in Indonesia or not. Building a strong team and corporate culture is also not easy.”

“Our mission in Indonesia is to digitize job search and payrolls for 100 million blue-collar workers and 60 million MSMEs. According to projections, SMEs absorb about 95% of the workforce and record $ 300 billion in the annual payroll; serving them is our focus,” concluded Ashwin.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bagaimana Perkembangan Industri Mobile Game di Asia?

Jika Anda adalah penggemar sepak bola, Anda pasti sudah terbiasa melihat fans dari satu klub sepak bola meledek fans dari klub sepak bola yang lain. Di dunia game, hal ini juga sering terjadi. Misalnya, gamer PlayStation yang saling ledek dengan gamer Xbox, membanggakan bahwa konsol favorit mereka lebih superior dari konsol lain. Kemudian ada pula golongan PC Master Race, yang seperti namanya, percaya bahwa bermain di PC memberikan pengalaman bermain game yang paling baik.

Satu kesamaan yang biasanya dimiliki oleh gamer konsol dan PC adalah biasanya mereka memandang sebelah mata para mobile gamer. Pasalnya, tidak sedikit mobile game yang menggunakan model bisnis pay-to-win. Jadi, seseorang bisa mendominasi di sebuah mobile game bukan karena dia memang jago, tapi karena dia rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli semua item power-up yang ada. Selain itu, mobile game juga biasanya relatif lebih sederhana.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa industri mobile game kini telah berkembang pesat. Tidak hanya dari segi kompleksitas game, tapi juga dari perputaran uang di industri tersebut. Menurut Newzoo, 48% dari total pemasukan industri game pada 2020 akan berasal dari mobile game. Diperkirakan, industri game pada 2020 akan bernilai US$159,3 miliar. Mobile game diperkirakan menyumbang US$77,2 miliar, lebih besar dari segmen game PC (US$36,9 miliar) ataupun segmen game konsol (US$44,2 miliar).

Asia, khususnya Asia Tenggara, menjadi salah satu kawasan yang menjadi ladang subur bagi pelaku industri mobile game. Berikut penjelasan terperincinya.

 

Asia Tenggara

Semua negara di Asia Tenggara merupakan negara mobile-first, yang berarti masyarakatnya pertama kali mengenal internet melalui smartphone. Pada 2019, jumlah pengguna internet di Asia Tenggara mencapai 360 juta orang. Sebanyak 90% — sekitar 323 juta orang — mengakses internet melalui smartphone. Jadi, tidak heran jika mobile merupakan platform favorit bagi para gamer di Asia Tenggara.

Menurut laporan Newzoo, 80% gamer di Asia Tenggara memainkan mobile game. Namun, hal itu bukan berarti game PC dan konsol tak populer. Faktanya, sekitar 69% gamer di Asia Tenggara memainkan game di PC dan 57% di konsol. Sementara itu, dari segi ekonomi, mobile game memberikan kontribusi 70% — sekitar US$3,1 miliar — pada total pemasukan industri game di Asia Tenggara, yang mencapai US$4,4 miliar.

Segmentasi gamer di perkotaan di Asia Tenggara. | Sumber: Newzoo
Segmentasi gamer di perkotaan di Asia Tenggara. | Sumber: Newzoo

Kabar baiknya, pengguna internet di Asia Tenggara memiliki tingkat engagement tinggi. Hanya saja, Asia Tenggara terdiri dari negara-negara yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Developer yang ingin memenangkan hati gamer di Asia Tenggara harus mengerti dan menghargai budaya di masing-masing negara. Buktinya, dalam lima tahun belakangan, gamer di Asia Tenggara lebih menyukai game buatan developer Asia, yang lebih mau untuk menyesuaikan pendekatan mereka. Misalnya, di Vietnam, Moonton membuat kegiatan Tahun Baru Tet, yang merupakan salah satu perayaan paling penting di negara tersebut.

Menggandeng artis lokal juga bisa menjadi salah satu cara bagi publisher untuk mempopulerkan game mereka di Asia Tenggara. Contohnya, untuk mempromosikan Free Fire di Indonesia, Garena bekerja sama dengan Joe Taslim untuk mempromosikan Free Fire di Indonesia sementara Gravity Interactive dengan Lisa dari Blackpink untuk mempromosikan Ragnarok M: Eternal Love di Thailand.

Jika dibandingkan dengan region lain, Asia Tenggara juga masih menjunjung tinggi nilai agama. Jadi, developer harus mempertimbangkan konten dari game yang mereka buat dengan lebih hati-hati, untuk memastikan agar tidak ada konten yang menyinggung penganut agama tertentu. Di sisi lain, publisher juga bisa memanfaatkan momen keagamaan untuk mengadakan acara atau kegiatan dalam game mereka. Misalnya, Tencent menggunakan tagar #KetupatDinner saat Ramadan. Tak hanya itu, mereka juga membuat posko PUBG Mudik menjelang Idul Fitri.

Salah satu karakteristik gamer di Asia Tenggara adalah mereka senang memainkan game multiplayer. Menurut survei yang dilakukan oleh GameStart pada 2019, 60% gamer di Asia Tenggara bermain game bersama temannya. Karakteristik inilah yang lalu memunculkan berbagai komunitas gamer, yang mendorong pertumbuhan esports di Asia Tenggara.

Konten terkait game yang ditonton netizen Asia Tenggara. | Sumber: Newzoo
Konten terkait game yang ditonton netizen Asia Tenggara. | Sumber: Newzoo

Pada akhir 2019, jumlah penonton esports di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 30 juta orang, naik 22% dari tahun sebelumnya. Mengingat mobile menjadi platform favorit di Asia Tenggara, tentu saja game esports yang populer juga merupakan mobile game. Berdasarkan data dari Newzoo, game esports terpopuler di Asia Tenggara adalah PUBG Mobile, yang ditonton oleh sekitar 40% audiens esports di ASEAN. Game terpopuler kedua adalah Mobile Legends, yang ditonton oleh 33% esports audiens di Asia Tenggara.

Selain maraknya komunitas gamer, alasan lain mengapa esports bisa tumbuh di Asia Tenggara adalah dukungan pemerintah. Memang, pemerintah di Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand cukup suportif akan industri esports. Buktinya, esports disertakan sebagai cabang olahraga eksibisi di Asian Games 2018 dan menjadi cabang olahraga bermedali pada SEA Games 2019. Pada SEA Games 2021, esports juga akan kembali menjadi cabang olahraga bermedali. Sementara di Indonesia, pemerintah tak hanya mengadakan turnamen esports seperti Piala Presiden, tapi juga menyatakan esports sebagai cabang olahraga berprestasi.

Hype esports di Asia Tenggara bisa dimanfaatkan publisher untuk membuat game mereka semakin populer. Salah satu publisher yang melakukan hal ini adalah Moonton, yang menyelenggarakan Mobile Legends Professional League. Sepanjang musim ke-5, jumlah view dari setiap pertandingan MPL hampir tak pernah kurang dari 1 juta view. Sementara pada puncaknya, jumlah concurrent viewers dari babak final MPL S5 mencapai 1,1 juta orang.

 

Tiongkok

Membahas industri mobile game di Asia tentu tak lepas dari industri mobile game di Tiongkok, yang merupakan pasar mobile game terbesar di Asia. Menurut laporan Niko Partners, Tiongkok memiliki lebih dari 657 juta mobile gamers dengan pemasukan mencapai US$18,5 miliar, hampir setengah dari total pemasukan mobile gaming di Asia.

Tiga mobile game yang paling populer di Tiongkok pada 2019 adalah Honor of Kings — yang dirilis dengan nama Arena of Valor secara global — Peacekeeper Elite — versi Tiongkok dari PUBG Mobile — dan Romance of the Three Kingdoms: Strategy Edition. Berdasarkan laporan Niko, memang, game MMORPG (Massively Multiple Online Role-Playing Games) sempat sangat populer di Tiongkok. Namun, popularitas dari game-game itu kemudian dikalahkan oleh game esports seperti Honor of Kings dan Peacekeeper Elite.

Peacekeeper Elite merupakan versi Tiongkok dari PUBG Mobile.
Peacekeeper Elite merupakan versi Tiongkok dari PUBG Mobile.

Berbeda dengan pasar Asia Tenggara, yang merupakan mobile first, di Tiongkok, game PC pada awalnya mendominasi pasar. Sampai 2018, industri game PC masih memberikan kontribusi paling besar pada total pemasukan industri game. Seiring dengan berjalannya waktu, mobile game menjadi semakin populer. Tak hanya itu, semakin banyak developer Tiongkok yang tertarik untuk membuat mobile game. Menariknya, developer Tiongkok menjadi developer pertama yang mengadaptasi game PC ke mobile.

Fantasy Westward Journey, Perfect World, dan Peacekeeper Elite adalah game PC yang populer di Tiongkok. Popularitas dari tiga game itu semakin meroket ketika versi mobile dari game-game tersebut diluncurkan. Pasalnya, mobile game tersebut tak hanya menarik para pemain PC yang telah mengenal game tersebut, tapi juga gamer baru. Streamer ternama di Tiongkok juga biasanya tidak segan-segan untuk mempromosikan mobile game baru, walau mereka tetap membaut konten dari Dota 2 dan League of Legends, dua game terpopuler di Tiongkok.

Tiongkok merupakan negara yang bangga akan budayanya. Biasanya, game-game yang populer di kalangan gamer Tiongkok memiliki art style dan cerita khas Tiongkok. Per Mei 2020, 4 dari 10 game terpopuler di Tiongkok merupakan game yang didasarkan pada sejarah Tiga Kerajaan. Namun, game buatan developer Jepang juga digemari oleh gamer Tiongkok. Satu per tiga dari game yang Tiongkok impor merupakan game buatan developer Jepang.

 

Jepang

Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, seperti Tiongkok, India, dan bahkan Indonesia, populasi Jepang memang jauh lebih sedikit. Pada 2020, jumlah penduduk Jepang diperkirakan hanya mencapai 126 juta orang. Namun, Jepang berhasil menjadi pasar mobile game terbesar kedua setelah Tiongkok di Asia. Dari total pemasukan industri mobile game, Jepang memberikan kontribusi sebesar US$11,6 miliar.

Pasar mobile game Jepang didominasi oleh developer lokal. Daftar 10 mobile game terpopuler di Jepang selalu diisi oleh game-game buatan developer lokal. Sejak 2016 sampai sekarang, hanya ada tiga game buatan developer asing yang dapat masuk ke dalam daftar tersebut, yaitu Pokemon GO (Amerika Serikat), Lineage II Revolution (Korea Selatan), dan Knives Out (Tiongkok).

Fire Emblem Heroes memberikan kontribusi besar pada pemasukan divisi mobile game Nintendo.
Fire Emblem Heroes memberikan kontribusi besar pada pemasukan divisi mobile game Nintendo.

Sementara itu, genre terpopuler di kalangan mobile gamer Jepang adalah RPG. Bagi developer, genre RPG juga cukup mudah untuk dimonetisasi. Mereka bisa menawarkan game gratis dan mendapatkan pemasukan dengan menjual item atau menggunakan sistem gacha. Faktanya, Nintendo sukses mendapatkan US$1 miliar dari mobile game berkat Fire Emblem Heroes, sebuah game gacha. Karakteristik lain dari mobile game yang populer di Jepang adalah game tersebut biasanya didasarkan pada franchise game PC atau konsol yang sudah populer. Misalnya, Square Enix meluncurkan Final Fantasy Digital Card Game dan War of the Visions: Final Fantasy Brave Exvius pada tahun lalu.

 

Korea Selatan

Dengan kontribusi sebesar US$5,34 miliar, Korea Selatan menjadi pasar mobile game terbesar ketiga di Asia. Salah satu faktor yang membuat industri mobile game berkembang pesat di Korea Selatan adalah penggunaan teknologi 5G. Pemerintah Korea Selatan juga cukup peduli akan industri game lokal. Mereka bahkan punya rencana untuk mengembangkan industri game lokal dalam waktu lima tahun ke depan.

Budaya gaming di Korea Selatan juga sangat kental. Buktinya, warnet atau gaming center — yang disebut PC bang — menjamur di negara tersebut. Adopsi 5G dan budaya gaming yang kuat membuat mobile game kompetitif menjadi sangat populer di Korea Selatan. Faktanya, 10 mobile game terpopuler di Korea Selatah merupakan game kompetitif.

Sama seperti Jepang, mobile game yang populer di Korea Selatan merupakan mobile game buatan developer lokal. Tujuh dari 10 mobile game terpopuler di semester pertama 2020 merupakan buatan developer asal Korea Selatan.

 

India

Dengan jumlah pengguna smartphone mencapai 400 juta orang, India menjadi negara dengan pengguna smartphone terbesar kedua di Asia. Sama seperti Indonesia, segmen gaming yang berkembang di India adalah mobile game. Pada awalnya, mobile game yang populer di India adalah game hyper-casual. Namun, belakangan, para mobile gamer di India jadi lebih  menyukai game-game kompetitif, seperti PUBG Mobile dan Free Fire. Dua game tersebut merupakan game terpopuler di India, setidaknya sebelum PUBG Mobile diblokir oleh pemerintah India.

Di India, mobile game yang populer adalah yang tidak memerlukan spesifikasi tinggi.
Di India, mobile game yang populer adalah yang tidak memerlukan spesifikasi tinggi.

Sayangnya, kebanyakan gamer di India menggunakan smartphone kentang. Karena itu, mobile game yang populer di sana biasanya tidak membutuhkan spesifikasi yang terlalu tinggi, seperti Free Fire atau versi “lite” dari PUBG Mobile. Sebaliknya, game hanya bisa dimainkan di smartphone mahal seperti Fortnite, justru tak terlalu populer. Menariknya, popularitas PUBG Mobile juga mendongkrak popularitas game-game shooter lain, seperti Free Fire dan Call of Duty: Mobile.

Berbeda dengan Tiongkok, Jepang, atau Korea Selatan, industri game di India justru didominasi oleh game buatan developer dari luar India. Sejak tahun 2016, kebanyakan game terpopuler di India merupakan game buatan developer asing. Pada semester pertama 2020, hanya 2 dari 10 mobile game terpopuler di India dibuat oleh developer lokal.

Meskipun begitu, belakangan, pemerintah India mulai memblokir aplikasi dan game dari Tiongkok. Hal ini membuka kesempatan bagi para developer lokal untuk memenangkan hati para gamer di sana. Perdana Menteri India, Narendra Modi juga telah menyatakan dukungannya akan game-game buatan developer lokal. Dia mendorong agar para developer India membuat game didasarkan pada dongeng dan budaya di India.

Di India, game esports juga populer, yang mendorong perkembangan ekosistem esports di sana. Hal ini membuat sejumlah organisasi esports global tertarik untuk melakukan ekspansi ke India. Misalnya, pada tahun lalu, Fnatic mengakuisisi tim PUBG Mobile. Organisasi esports asal Prancis, Vitality, juga belum lama ini mengumumkan rencana mereka untuk melakukan ekspansi ke India.

 

Penutup

Sebagian gamer PC dan konsol mungkin tak tertarik untuk memainkan mobile game. Tidak hanya mereka harus bermain di layar yang lebih kecil, mekanisme mobile game juga biasanya lebih sederhana dari game PC atau konsol karena keterbatasan input pada smartphone. Namun, tidak semua orang bisa memiliki konsol atau PC gaming.

Bagi orang-orang yang hanya dapat membeli smartphone, mobile game menjadi berkah karena mereka tak perlu membeli perangkat khusus untuk bermain game. Selain itu, kebanyakan mobile game juga bisa dimainkan dengan gratis. Hal ini sangat memudahkan mereka untuk mengakses mobile game.

Sementara itu, dari segi developer, mereka bisa meluncurkan mobile game gratis, dan mendapatkan pemasukan dengan menjual item, menawarkan subscription, atau menggunakan sistem gacha/lootbox. Jadi, jangan heran jika industri mobile game masih akan terus tumbuh di masa depan, khususnya di negara-negara mobile-first, seperti Indonesia.

Sumber: The Esports Observer, Niko Partners, Newzoo

[Hands On] Dere V11: Laptop Tirai Bambu dengan RAM Besar dan Intel Core i7

Sekitar satu bulan yang lalu, tepatnya awal bulan Oktober 2020, saya cukup dikejutkan dengan datangnya sebuah laptop yang namanya belum pernah didengar sama sekali. Merek dari laptop tersebut adalah Dere. Laptop yang datang ke meja pengujian DailySocial adalah Dere V11 yang saat ini sudah hadir pada berbagai ecommerce di Indonesia.

Dere sendiri merupakan perusahaan asal Tiongkok yang dibuat oleh perusahaan yang bernama Shenzhen Chuangruixin Technology Co., Ltd. Perusahaan ini memang berfokus pada penjualan laptop dan tablet. Hal tersebut bisa Anda lihat sendiri pada situs resmi mereka.

DERE V11

Dere V11 yang datang ke meja pengujian Dailysocial ternyata berbeda dengan yang dijual pada beberapa ecommerce ternama di Indonesia. Saya pun sempat menghubungi salah satu representasinya. Mereka mengatakan bahwa spesifikasi yang dijual memang berbeda, namun saat Dere V11 yang dijual pada ecommerce sudah habis, maka model yang saya dapatkan ini akan menggantikan dengan harga yang sama.

Spesifikasi Dere V11 yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 3667u 2C4T 2 GHz Turbo 3,2 GHz
GPU Intel HD 4000
RAM 16 GB LPDDR3
Storage Kingfast SSD 512 GB
Layar 15,6 inci 1920×1080 IPS
WiFi 802.11 ac atau WiFi 5
Bobot 1,5 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit
Dimensi 359 x 235 x 24.5 mm
Baterai 5000 mAh

Spesifikasi yang dideteksi oleh CPU-Z adalah sebagai berikut

Seperti yang dilihat pada tabel spesifikasi di atas, laptop yang satu ini masih menggunakan Intel Core i7 3667U Ivy Bridge dan generasi ke 3. Prosesor ini sendiri diperkenalkan pertama kali pada kuartal kedua tahun 2012 silam. Proses pabrikasi yang digunakan pada prosesornya masih menggunakan 22 nm.

RAM merupakan satu hal yang mengagumkan pada laptop ini. Dere memberikan dua keping LPDDR3 8 GB dengan total 16 GB pada V11. Mengapa menggunakan LPDDR3? Karena kontroler memori pada i7 3667U hanya mendukung RAM DDR 3 saja.

DERE V11 - WebCam

Pada sisi penyimpanan internal, Dere juga memberikan ruang yang cukup besar. V11 yang saya dapatkan menggunakan SSD SATA 3 dari KingFast dengan kapasitas 512 GB. Dengan besar penyimpanan seperti ini, tentu saja sudah memenuhi kebutuhan pengguna saat bekerja.

Dere V11 yang dijual pada ecommerce Lazada memiliki harga Rp. 7.792.000 dengan spesifikasi Intel Core i7 3537U. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, Dere akan menggantikan seri 3537U dengan 3667U setelah stok tersebut habis. Jadi, secara tidak langsung Dere mengatakan bahwa model yang saya uji saat ini akan dijual pada ecommerce tersebut.

Dimensinya besar, tipis, namun kinerjanya…

Di masa pandemi seperti ini, sebuah PC dan laptop sangat dibutuhkan saat bekerja di rumah. Laptop mungkin menjadi pilihan tersendiri dibandingkan dengan PC karena tingkat mobilitasnya yang tinggi. Tentu saja, kita tidak mungkin bekerja di sebuah kafe dengan membawa desktop dan monitor, bukan?

Dere menawarkan sebuah solusi melalui penjualan laptop V11. Laptop yang satu ini memang sepertinya ditujukan untuk mereka yang bekerja di rumah. Oleh karena itu, Dere juga memberikan bonus berupa mouse padmouse, dan USB hub. Ketiga aksesoris ini tentu saja sangat diperlukan saat kita bekerja di rumah.

DERE V11 - Bonus

Saat saya menyalakan laptop untuk pertama kalinya, tidak ada masalah yang ditemukan. Booting pertama juga begitu mulus, yang tentunya karena laptop ini menggunakan SSD dari KingFast. Tidak sampai satu menit, saya sudah masuk ke dalam homescreen Windows 10 yang sudah memiliki versi 2004 ini.

Pertama kali yang saya lakukan adalah melakukan instalasi software Office yaitu WPS. Laptop ini pun saya gunakan untuk berbagai kegiatan seperti mengetik artikel, melakukan rapat secara daring dengan Zoom dan juga Google Meet, dan melakukan editing gambar kecil-kecilan dengan menggunakan Microsoft Picture.

DERE V11 - Charger

Dere V11 membawa keyboard dengan desain penuh. Hal ini berarti pada bagian sebelah kanannya akan terdapat tombol angka yang bisa dikunci dengan Numlock. Tombol ini sendiri sering digunakan oleh mereka yang suka menghitung cepat. Hal ini tentu saja menjadi sebuah kenyamanan tersendiri.

DERE V11 - Keyboard

Hal yang cukup mengganggu yang ditemukan adalah bidang touch pad yang terlalu besar. Tombol pada keyboard yang ada memiliki dimensi yang cukup besar sehingga telapak tangan saya harus menempel pada bagian palm rest. Namun, yang terjadi adalah tangan berada pada bagian touch pad sehingga mengganggu pengetikan. Touch pad-nya sendiri tidak terletak ditengah tombol-tombol huruf.

Masalah lain timbul pula pada saat ingin mencoba melakukan editing gambar dengan menggunakan Photoshop. Terus terang, laptop ini cukup berat saat melakukan editing beberapa layer. Hal yang sama juga terjadi pada saat melakukan editing video yang rendering-nya cukup memakan waktu yang lebih lama. Menggunakan Quick Sync memang membuatnya menjadi lebih cepat, namun hasilnya tidak sebaik menggunakan core prosesornya.

Lalu bagaimana dengan bermain game pada laptop ini? Jangan terlalu berharap banyak. Intel HD 4000 sejak dulu dikenal dapat memainkan beberapa emulator Super Nintendo serta game olah raga seperti Pro Evolution Soccer versi lama. Jadi, sepertinya saya tidak akan membahas game pada laptop yang satu ini.

DERE V11 - Kanan

Untuk slot ekspansi pada laptop Dere V11 dapat ditemukan pada kedua sisinya. Pada sisi sebelah kanan dapat ditemukan port USB-C, mini HDMI, USB 3.0, serta untuk melakukan pengisian baterai. Pada sisi sebelah kirinya dapat ditemukan slot pembaca kartu SD, USB 3.0, audio 3.5 mm, dan LAN RJ-45. Jadi untuk masalah konektivitas, Dere V11 bisa diacungi jempol.DERE V11 - Kiri

Untuk koneksi WiFi, laptop ini juga patut diacungi jempol. Saat ini yang sangat diperlukan adalah koneksi pada WiFi 5 GHz, sehingga transfer file secara nirkabel dapat berjalan dengan baik. Dere V11 juga sudah mendukung koneksi tersebut sehingga saya bisa mentransfer data dari laptop ke NAS dengan cukup cepat.

Akhir kata, saya hanya bisa menyarankan laptop yang satu ini bagi mereka yang melakukan pekerjaan Office saja. Selain itu, Anda yang suka blogging juga bisa menggunakan Dere V11. Namun bagi Youtuber yang sering melakukan editing video, saya rasa Anda bisa membeli laptop yang memiliki processing power lebih tinggi. Untuk membeli Dere V11, Anda bisa langsung klik  https://bit.ly/3iLjvZH

Anker Luncurkan Charger Mini untuk iPhone 12

Seperti yang sudah kita ketahui, semua unit iPhone 12 hadir tanpa charger di dalam boksnya. Alasannya, kalau menurut Apple, adalah supaya mereka dapat membantu upaya pengurangan sampah elektronik. “Toh semua konsumen pasti sudah punya charger sendiri di rumahnya,” kira-kira begitu pemikiran Apple.

Oke lah, mungkin kita memang masih menyimpan charger bekas smartphone lama kita. Namun yang menjadi masalah adalah, kemungkinan besar charger tersebut tidak cocok dengan kabel bawaan iPhone 12; yang termasuk dalam paket penjualan iPhone 12 adalah kabel Lightning ke USB-C, sedangkan kepala charger yang sebagian besar konsumen punya adalah USB-A.

Poin yang ingin saya angkat adalah, mereka yang membeli iPhone 12 kemungkinan besar juga harus membeli charger baru. Tentu saja Apple menjualnya seharga $19, tapi alternatifnya kita juga bisa melirik penawaran dari brand aksesori lain, salah satunya Anker.

Charger terbaru mereka, Anker Powerport Nano 20W dijual seharga $17 (di Indonesia sekitar Rp425 ribu). Bukan cuma lebih terjangkau, tapi ukurannya juga jauh lebih mungil daripada charger yang Apple jual walaupun output-nya sama persis – sama-sama mampu mengisi baterai iPhone 12 dan 12 Pro dari 0 – 50% dalam waktu setengah jam. Dimensinya bahkan nyaris identik dengan charger 5W bawaan iPhone lawas.

Di Tiongkok, Anker malah menjual produk yang sama dalam edisi khusus Doraemon. Tema Doraemon ini juga tersedia untuk produk-produk mereka yang lain, mulai dari wireless charger MagSafe untuk iPhone 12, kabel Lightning ke USB-C, kabel USB-C ke USB-C untuk iPad dan MacBook, sampai kepala charger 65W.

Sayang tidak ada keterangan apakah Anker juga bakal menjual produk tema Doraemon ini di negara lain. Padahal saya yakin kalau tersedia di Indonesia pasti laris manis, terutama mengingat pengguna perangkat Apple saat ini kemungkinan besar adalah kalangan milenial yang dulunya setia menanti kehadiran serial TV Doraemon di setiap Minggu pagi. Buat pengguna perangkat Android pun charger 20W ini juga tetap berguna.

Sumber: GSM Arena.

Super Berambisi Jadi “Social Commerce” untuk Pengguna di Pedesaan

Konsep social commerce yang menggabungkan aktivitas sosial dan niaga dalam suatu platform terbukti memiliki traksi yang kuat karena sangat berkorelasi dengan budaya di Indonesia, terlebih di masa pandemi seperti ini. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh berbagai pemain teknologi, Gojek sekalipun.

Pemain lainnya juga turut terjun, salah satunya adalah Super. Aplikasi ini berdiri di bawah holding Nusantara Technology, yang memiliki unit bisnis digital lainnya yakni media online Yukepo dan Keepo.

Kepada DailySocial, CEO Super Steven Wongsoredjo menerangkan, pasca mengikuti program Y Combinator Winter 2018 atau delapan bulan setelah perusahaan mengoperasikan kedua media online, Nusantara Technology menjadikan Super sebagai bisnis utamanya.

Dia bilang, pihaknya tertarik masuk ke bisnis teknologi konsumer karena ingin mendapatkan model bisnis dengan skalabilitas yang lebih baik. Social commerce ditaksir punya kue bisnis $200 miliar (total addressable market/TAM), jauh lebih besar daripada bisnis media online.

“Merintis Super adalah salah satu keputusan terbaik kami, sejak saat itu bisnis kami tumbuh sangat pesat. Kami sudah melakukan raise funding pada Desember 2019 untuk pendanaan seri A senilai jutaan dolar dari sejumlah investor Amerika Serikat. Semua waktu dan investasi para co-founder didedikasikan hanya untuk Super,” terangnya.

Baik Yukepo dan Keepo disebutkan telah tumbuh signifikan dan cetak untung sejak hari pertamanya. Salah satu parameternya adalah kanal YouTube diklaim terbesar daripada startup media milenial lainnya di Indonesia. Pencapaian tersebut, membuat bisnis media online di Nusantara Technology pada akhir tahun lalu memperoleh laba yang signifikan dan arus kas positif, sehingga tidak membebani konsentrasi para founder.

“Selain itu, kami memutuskan untuk merekrut pemimpin yang kuat. Oleh karena itu, [unit] bisnis memiliki otonomi yang layak untuk dijalankan dengan sendirinya.”

Dia membandingkan Super kurang lebih seperti Gojek yang juga terintegrasi dengan media online Kumparan. Super dengan komponen utama social commerce, akan segera punya fitur Super Kabar di dalam aplikasinya. “Ini akan segera berada dalam satu ekosistem. Semua investor kami mendukung ini karena bisnis kami, secara umum, tumbuh dengan cepat dan berkelanjutan.”

Sumber: Super
Sumber: Super

Fokus di pedesaan

Steven menuturkan, Super mendeklarasikan dirinya sebagai pemain social commerce terdepan untuk pedesaan di Indonesia. Super memiliki konsep hybrid seperti pemain asal Tiongkok yakni Pinduoduo dan Shihuituan. Oleh karenanya, Super berbeda dengan pemain kebanyakan.

Super membangun rantai pasokan social commerce untuk pedesaan yang memiliki ekonomi unit positif. Misalnya, bagian dari pengembangan rantai pasokan adalah membangun hub-hub kecil di desa-desa yang dekat dengan rumah Agen. Nantinya Agen Super akan mengambil produk dari hub untuk diteruskan ke komunitasnya.

Prosesnya, Agen Super mengumpulkan pesanan di sekitar lingkungan mereka; bisa melalui WhatsApp dengan membagikan tautan Super dari aplikasi Super (termasuk produk yang ingin mereka jual) atau bertemu langsung dengan calon pelanggan.

Jika pesanan minimal $70, Super akan mengirimkan pesanan ke rumah Agen Super, tetapi jika pesanannya $20- $70, Agen harus mengambil pesanan dari Super Center terdekat di desa. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer bank atau COD. Setelah itu, Agen Super akan mengatur pengiriman mil terakhir ke pelanggan mereka.

Kemudian, Super juga menetapkan konsep group buying dengan minimal pesanan untuk memastikan mereka memiliki nilai pemesanan rata-rata. Dengan cara ini, Super dapat cetak untung dalam setiap transaksi yang terjadi.

Dalam proses distribusinya, Super memiliki gudang sendiri dan bekerja sama dengan penyedia logistik untuk pengirimannya. Super membangun sistem manajemen gudang untuk membantu perusahaan memutuskan rute terbaik dalam membangun efisiensi terbaik.

Sumber: Super
Sumber: Super

Yang cukup menarik adalah saat proses pengiriman ke pembeli, Steven menuturkan jika mereka bersedia membayar lebih, mereka akan mendapatkan produk lebih cepat dari platform mana pun. Namun, Super mencoba mengoptimalkan rantai pasokan, sehingga biayanya murah.

Strategi ini dianggap tepat karena mengingat wilayah operasional Super di kota tingkat dua dan tiga, pembeli lebih mementingkan harga daripada waktu pengiriman. Jika pengguna memesan sebelum jam 3 sore, mereka akan mendapatkan produknya besok, tetapi jika memesan setelah jam 3 sore, barang akan dikirimkan lusa.

“Dengan kebijakan logistik pendekatan tunggal, kami dapat memprediksi dengan lebih baik dan memiliki ekonomi unit yang lebih baik dalam mengirimkan barang ke agen kami agar menguntungkan.”

Ambisi besar Super

CEO Super Steven Wongsoredjo / Super
CEO Super Steven Wongsoredjo / Super

Dengan model bisnis ini, Super sudah memiliki cara monetisasi yang jelas. Untuk jangka pendek, perusahaan mengambil margin dengan harga terbaik dari para manufaktur rekanan dan mengambil untung saat menjual produk tersebut ke Agen. Lalu, mengambil margin keuntungan dari produk FMCG label pribadi yang dijual ke Agen.

“Untuk jangka panjang, kami ingin menjadi platform untuk bisnis apa pun di Indonesia yang ingin memasuki daerah pedesaan. Kami akan menerima komisi per transaksi dengan bekerja sama dengan produsen di luar FMCG atau perusahaan yang membutuhkan jaringan agen kami untuk mendistribusikan produk mereka.”

Saat ini Super telah memiliki lebih dari 650 SKU bekerja sama dengan lebih dari 50 merek nasional. Cakupan areanya baru di lebih dari 20 kota lapis dua dan tiga di Pulau Jawa. Steven mengatakan medan perang di kota non-Jakarta itu unik dan kompleks, makanya menjadi penghalang bagi semua orang karena memecahkan masalah ini tidak semudah yang terlihat.

Menurutnya, social commerce adalah tahap awal dari ambisi besar Super yang ingin membangun solusi rantai pasokan menyeluruh. Ia ingin menjadi Indofood, namun sarat dengan sentuhan teknologi dan strategi bisnis yang relevan untuk pedesaan Indonesia.

Bila Indofood dari hulu ke hilir ada Indogrosir (hub) dan Indomaret (ritel). Maka, rencananya Super dapat memiliki white label (Supercare dan Supereats), hubs (Superwarehouse dan Supercenter), dan ritel (Superagent).

“Dengan memiliki seluruh infrastruktur ini, kami akan menjadi perusahaan yang kuat yang dapat bertahan lebih dari seratus tahun.”

Application Information Will Show Up Here

SociaBuzz Kantongi Pendanaan Baru dari UMG Idealab

Platform marketplace jasa kreatif SociaBuzz mengumumkan perolehan pendanaan tahapan awal dari UMG Idealab. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Rade Tampubolon mengungkapkan, selain untuk mengembangkan produk, dana segar akan digunakan juga untuk kegiatan pemasaran agar semakin banyak kreator dan talenta yang bisa mendapatkan manfaat dari berbagai fitur yang SociaBuzz sediakan.

“Secara keseluruhan kami telah menerima tiga pendanaan. Sebelumnya SociaBuzz telah mendapatkan pendanaan dari angel investor dengan nominal yang tidak disebutkan tahun 2015 lalu. SociaBuzz juga telah menerima dana dari program Ideabox Accelerator tahun 2016 lalu,” kata Rade.

Ada beberapa alasan mengapa penggalangan dana kembali dilancarkan SociaBuzz tahun ini dan memilih UMG Idealab sebagai investor. Di antaranya adalah kesamaan visi. Selain itu juga ekosistem portfolio yang ada, menghadirkan peluang kolaborasi bermanfaat ke depannya.

“Bagi kami di UMG Idealab, pendanaan ini merupakan langkah strategis yang selaras dengan tujuan kami untuk meningkatkan kolaborasi antar startup di ekosistem UMG Idealab agar mereka dapat saling mengenalkan produk mereka dan berbagi teknologi,” kata Managing Partner UMG Idealab Kiwi Aliwarga.

Pertumbuhan stabil selama pandemi

Beroperasi sejak 2015, SociaBuzz menjembatani bisnis atau pelanggan dengan influencer media sosial atau kreator. Platform bertujuan untuk menciptakan koneksi individu atau bisnis untuk menemukan pembuat konten atau talenta yang tepat untuk kebutuhan bisnis. Hingga saat ini SociaBuzz telah memiliki sekitar 72 ribu influencer/kreator dalam platform. Mereka juga telah memiliki 1.350 pengguna aktif — baik dari kalangan bisnis maupun konsumer.

Selama pandemi tidak ada perubahan yang signifikan dari bisnis SociaBuzz. Rade menegaskan, untuk fitur tertentu mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dampak negatif pandemi lebih terasa ke layanan managed service influencer marketing yang SociaBuzz sediakan untuk brand.

Pada saat pandemi, beberapa brand memilih untuk menghentikan sementara proyek-proyek yang sudah direncanakan. Namun saat ini mulai terlihat brand sudah mulai pulih kembali dan lebih percaya diri lagi untuk mengeluarkan anggaran.

“Harapannya walaupun pandemi memberikan banyak tantangan, setiap orang yang memiliki passion dan kreativitas bisa menghasilkan lebih melalui fitur-fitur SociaBuzz,” kara Rade.

Microsoft akan Berinvestasi ke Bukalapak

Hari ini (03/11), startup unicorn Bukalapak mengumumkan peresmian kemitraan strategisnya dengan raksasa teknologi Microsoft. Ada dua agenda utama yang akan dilakukan, pertama rencana adopsi layanan komputasi awan Microsoft Azure di lingkungan pengembangan Bukalapak. Kemudian yang kedua, Microsoft akan melakukan investasi strategis di Bukalapak.

Sejak pertengahan tahun, Bukalapak memang dirumorkan tengah menggalang dana baru hingga $100 juta atau sekitar 1,4 triliun Rupiah. Bahkan menurut sumber, investor terdahulunya yakni Emtek dan GIC telah memulai menyuntikkan dana di putaran baru ini sejak Maret 2020. Belum diketahui pasti agenda yang dicanangkan perusahaan dengan dana baru ini. Pihak Bukalapak pun masih enggan memberikan komentar soal rumor yang beredar.

Valuasi Bukalapak saat ini ditaksirkan bernilai $2,5 s/d $3 miliar. Masuknya Microsoft dalam putaran terbaru membuat perusahaan cukup optimis. Karena sempat dikabarkan juga total dana yang ditargetkan sampai $200 juta untuk mendukung ekspansi.

Sebagai perusahaan global, Microsoft memang cukup aktif terlibat dalam putaran pendanaan startup digital dengan agenda serupa. Menjelang akhir 2018 lalu, Microsoft mengumumkan kerja sama strategis dengan Grab; memberikan pendanaan dan membantu Grab untuk mengadopsi layanan komputasi awan mereka.

Dan model seperti ini bukanlah hal baru, ambil contoh gelontoran investasi Alibaba ke Tokopedia tahun 2017 membuat online marketplace yang dipimpin William Tanuwijaya tersebut mengadopsi layanan komputasi awan Alibaba Cloud untuk menunjang infrastruktur server mereka.

Sebelumnya perusahaan global lain yang juga berinvestasi di startup lokal adalah Google. Dikabarkan mereka tengah berinvestasi ke Tokopedia dan merencanakan sejumlah kolaborasi strategis.

Rencana-rencana lainnya

Selain dua hal di atas, Bukalapak dan Microsoft akan berkolaborasi untuk beberapa inisiatif lain. Di antaranya menjembatani kesenjangan digital dan meningkatkan kompetensi (literasi digital) bagi karyawan dan para mitra Bukalapak.

“Sebagai pemimpin teknologi global, kepercayaan Microsoft terhadap Bukalapak menunjukkan posisi kami sebagai pemain teknologi lokal terkemuka di Indonesia dan tujuan berkelanjutan kami untuk menciptakan dampak positif bagi negara dan pelanggan kami,” sambut CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

Dari data yang disampaikan, saat ini Bukalapak mengklaim telah merangkul 12 juta UKM di Indonesia, melayani 100 juta pelanggan yang tersebar di berbagai kota. Namun demikian, menurut data yang dihimpun iPrice sepanjang Q2 2020 posisi Bukalapak masih ada di peringkat ketiga, di bawah Shopee dan Tokopedia. Persaingan di layanan e-commerce di Indonesia memang cukup sengit dewasa ini.

“Bukalapak dan layanannya memiliki dampak nyata jangka panjang bagi masyarakat Indonesia, dan pola pikir inovasi mereka di pasar yang berubah cepat akan menciptakan peluang baru bagi pelapak, bisnis, dan konsumen […] Melalui kerja sama ini, pelapak dan konsumen akan mendapatkan pengalaman jual beli yang lebih efisien dan andal, yang pada akhirnya menciptakan ketahanan bisnis dan membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” ujar Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee.

Application Information Will Show Up Here