Aplikasi Amaan Dorong Pengusaha Perempuan Mikro Naik Kelas

Layanan berbasis syariah dan peningkatan kapasitas perempuan, khususnya di segmen mikro, punya peran signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejak beberapa tahun terakhir, penggiat startup mulai mengeksplorasi model bisnis dan inovasi untuk mengakomodasi kebutuhan di segmen ini.

Eksplorasi juga dilakukan Ratih Rachmawaty, Mulia Salim, dan Taras Siregar dengan pengalaman mereka selama bertahun-tahun di industri perbankan syariah. Terakhir mereka menjadi direksi di BTPN Syariah, salah satu bank syariah terkemuka yang telah melantai di bursa. Ketiganya bersama Johny Ng, profesional di bidang IT, mendirikan Amaan, sebuah platform digital syariah untuk para pengusaha perempuan mikro. Hari ini, 8 Maret 2021, Amaan genap setahun beroperasi.

Amaan diposisikan sebagai platform beyond financial services yang saat ini sudah melayani konsumen di enam provinsi (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung), 100 kabupaten, dan 1700 kecamatan.

Apa saja layanan yang diberikan perusahaan dan bagaimana posisinya di pasar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial mendapat kesempatan berbincang dengan tim Amaan yang diwakili Head of Go-to-Market Strategy Herman Haryanto, Head of People & Culture Fitri Dianasari, dan Digital Product Lead Ahmad Zarkasi.

Pendirian Amaan

Amaan diinkubasi dan dibangun kurang lebih dua tahun lalu, mulai dari ide, model bisnis, platform, hingga rekrutmen talenta yang relevan. Menurut Pendiri Amaan, ide ini lahir dari pengalaman mereka melayani segmen nano mikro. Mereka melihat masih banyak pelaku usaha yang memiliki keterbatasan modal untuk membangun usaha dan tak banyak yang mengakomodasi kebutuhan ini. Padahal, UMKM banyak dijalankan dan dimiliki perempuan.

Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini terdapat 64,19 juta UMKM di Indonesia, di mana 99,92% merupakan usaha di segmen mikro dan kecil. Dari total tersebut, sekitar 34% usaha menengah dijalankan perempuan, sedangkan 56% usaha kecil dan 52% usaha mikro dimiliki perempuan.

Ini menjelaskan mengapa pada tahap awal Amaan masuk lewat layanan solusi keuangan dengan menjadi financing agent. Amaan menjadi kepanjangan tangan institusi finansial dalam membuka akses pembiayaan ke pengusaha perempuan mikro. Amaan menjalankan fungsi agen pembiayaan sebagai entry point yang menjadi cikal-bakal Amaan untuk mendongkrak layanan lain.

Dalam perjalanannya, para pendiri Amaan menemukan bahwa pelaku UMKM perempuan tak cuma membutuhkan akses terhadap pembiayaan atau layanan keuangan. “Para founder kami selalu selalu menekankan bahwa institusi keuangan itu sudah pasti dibutuhkan. Tapi masyarakat kita membutuhkan lebih dari sekadar akses keuangan. Mereka memerlukan aspek lain yang memampukan mereka mencapai level ‘manusia utuh’, insan kamil,” kata Fitri.

Kondisi ini mendorong pengembangan bisnis Amaan yang tidak hanya di sektor keuangan, tetapi juga merambah di kebutuhan-kebutuhan lain bagi para pengusaha perempuan mikro ini.

Financing Agent di kategori Inovasi Keuangan Digital

Amaan tercatat sebagai financing agent di kategori Inovasi Keuangan Digital (IKD) OJK. Perusahaan pertama kali meluncur bertepatan dengan International Women’s Day, yakni 8 Maret 2021, hari yang dianggap menjadi momentum penting mendorong pemberdayaan pelaku usaha perempuan di Indonesia.

Amaan menghadirkan berbagai fitur selain solusi keuangan, yaitu, fitur Belanja, Bincang Sehat, Belajar, dan Forum Promosi. Semua layanan ini dirancang dengan harapan dapat merealisasikan tiga tujuan utama pelaku usaha perempuan mikro, yakni menyekolahkan anak ke jenjang paling tinggi, memiliki/merenovasi rumah impian, dan berangkat haji/umroh.

“Mengapa kami bangun layanan secara ‘borongan’? Kami lakukan riset, berbicara dengan ibu-ibu. Ketika ditanya apa ekspektasi mereka terhadap layanan digital, mereka sederhananya mengaku ingin mendapat akses yang sama ke berbagai layanan digital seperti orang-orang di kota besar. Kebutuhan ini sebetulnya sudah kami ketahui sejak lama, tapi saat itu pergerakan kami terbatas karena kami masih bekerja di bank,” tutur Herman.

Dari belanja hingga forum promosi

Fitri dan Zarkasi memaparkan lebih lanjut terkait pengembangan produk atau layanan lainnya. Seluruh layanan ini dirancang berdasarkan riset konsumen dan masalah yang mereka hadapi di lapangan. Aplikasi Amaan telah tersedia untuk pengguna Android dan sudah diunduh lebih dari satu juta kali. Rating aplikasi berada di skala 4.3.

Di fitur Pembiayaan, pengguna dapat memonitor jumlah modal yang diterima, kapan pembayaran angsuran, hingga sisa modal. Di fitur Belanja, Zarkasi mengaku layanan ini termasuk yang sudah dikembangkan lebih jauh dan beroperasi di beberapa area. Layanan Belanja menggunakan konsep group buying memanfaatkan basis komunitas pengguna Amaan.

Dengan model ini, Amaan berharap dapat mengatasi masalah ibu-ibu yang sangat peduli terhadap harga produk dan masalah kepercayaan ketika belanja online. “Dengan membeli berbagai kebutuhan pokok di harga lebih murah, pengguna Amaan bisa saving lebih banyak,” kata Zarkasi.

Sesuai dengan prinsip pengembangan Amaan, seluruh produk yang akan/sudah diluncurkan dirancang dengan model kemitraan. Sama seperti pembiayaan, Amaan belum berpikir untuk membangun sistem supply chain tersendiri untuk mengoperasikan layanan Belanja. Mereka memilih kolaborasi dengan mitra.

Selanjutnya, Amaan menyiapkan fitur Bincang Sehat yang memudahkan pengguna berkonsultasi dengan dokter umum dan psikolog. Layanan ini belum sepenuhnya dirilis dan bersifat uji coba. Demikian juga fitur Belajar yang memberikan kemudahan akses ragam konten berbasis artikel, video, dan podcast secara gratis. “Untuk layanan ini, arah kami ingin menghadirkan layanan pendidikan, di mana anak dari pemilik usaha bisa berlangganan modul belajar,” tutur Fitri.

Jajaran C-Level Amaan

Berikutnya pengguna dapat mengoptimalkan fitur Catatan Keuangan untuk memonitor pendapatan dan pengeluaran yang masuk. Para pelaku usaha dapat mempromosikan produknya di platform Amaan. Seperti layaknya platform iklan baris, pemesanan dan pengiriman barang di segmen ini dilakukan tanpa keterlibatan platform.

Layanan-layanan ini menjadi salah satu strategi Amaan untuk mendorong keloyalan pengguna (atau yang biasa disebut retention rate).

“Intinya, layanan keuangan menjadi semacam hook atau entry point ke target pasar kami. Ketika mereka sudah terpincut dengan use case pertama, kami akan buka dengan use case lain, misalnya Belanja, supaya bisa langsung dilakukan di aplikasi kami. Kami ingin coba memahami journey pengguna setelah dapat pembiayaan. Apakah mereka excited dengan layanan lain yang sifatnya teaser ini? Semua itu jadi insight untuk melakukan riset konsumen secara lebih dalam ke pengembangan selanjutnya,” jelas Zarkasi.

Pendekatan hibrida dan inklusi digital

Sebagaimana disebutkan di awal, Amaan berupaya membawa value proposition yang berbeda dengan platform digital lain. Menurut Fitri, pihaknya tak ingin cuma masuk lewat inklusi keuangan, tetapi juga melibatkan inklusi digital demi meningkatkan literasi para pelaku usaha perempuan.

Dari riset lapangan yang mereka jumpai, masih banyak ibu-ibu yang belum melek digital, apalagi memahami istilah-istilah digital, seperti pengertian dan cara kerja OTP, cara mengunduh aplikasi, atau cara membuat email.

“Salah satu nilai kami adalah mencerdaskan konsumen dalam menggunakan layanan digital dan mengatur keuangan. Kemudian, nilai lainnya adalah peduli dengan pengusaha perempuan dan keluarga. Ketiga, disiplin dalam melakukan tugas sehari-hari yang coba kami ajarkan lewat aplikasi,” ungkap Fitri.

Untuk itu, Amaan menggunakan pendekatan hibrida dengan mengawinkan sentuhan teknologi dan interaksi manusia di beberapa fitur agar pengguna dapat memakai layanannya. Proses interaksi KYC (Know Your Customer) dilakukan secara langsung (offline)  dan hasilnya dilaporkan ke mitra bank.

Di layanan agen pembiayaan, Amaan mempekerjakan Community Development Partner (CDP) atau disebut “Kakak Idaman” untuk membina “Ibu Idaman” (community leader) yang menaungi komunitas ibu-ibu. 

Di layanan Belanja dan Pembiayaan, pengguna baru bisa memakai layanan ini secara hibrida (self-service dan didampingi CDP). “Tidak semua layanan akan didampingi CDP seterusnya karena CDP hanya bantu sosialisasi. Semua ini sudah kami tata sampai lima tahun ke depan, di mana mereka assisted hingga menjadi self-service. [Untuk fitur] Telekonsultasi atau layanan belajar, semua self-service,” kata Herman. 

Brand positioning

Dengan ragam penjelasan produk, model bisnis, dan cara kerjanya, bagaimana Amaan memposisikan platformnya di pasar? Herman menegaskan Amaan dikembangkan lebih dari sekadar platform yang menyediakan layanan keuangan. Mereka bukanlah produk pinjaman online atau platform P2P lending.

Menurutnya, belum ada platform digital di Indonesia yang menghadirkan berbagai layanan digital untuk pelaku usaha perempuan, terutama untuk segmen ultra mikro. 

Bicara rencananya di tahun 2022, Herman memastikan bahwa saat ini pihaknya masih akan fokus untuk meningkatkan ketersediaan layanan di enam provinsi. Menurutnya, penetrasi pasar di daerah-daerah tersebut masih memiliki peluang besar untuk ditingkatkan.

“Amaan adalah platform yang membantu ibu-ibu mengakses pembiayaan dan layanan lain untuk kehidupan sehari-hari, baik itu layanan kesehatan, belanja, maupun pendidikan. Amaan adalah ‘Digital Mass Market Ecosystem Platform’ untuk memberdayakan pengusaha perempuan dan keluarga,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

TaniHub Pilih Fokus di Segmen B2B untuk Tingkatkan Serapan Hasil Panen [UPDATED]

TaniHub melakukan perombakan bisnis dengan menghentikan kegiatan operasional di dua pergudangan (warehouse) miliknya di Bandung dan Bali sebagaimana pertama kali dilaporkan Katadata. Startup agritech ini juga menghentikan kegiatan jual-beli produk pangan di segmen Business-to-Consumer (B2C) yang melayani segmen rumah tangga.

Corporate Communication Manager TaniHub Bhisma Adinaya menyebutkan, penutupan tersebut merupakan bagian dari strategi penajaman lini bisnis perusahaan. TaniHub Group memiliki lini bisnis e-commerce (TaniHub), rantai pasokan (TaniSupply), dan modal usaha pertanian (TaniFund).

“Kami ingin mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan [bisnis] di segmen B2B (Horeca, UMKM, MT, dan mitra strategis). Dengan begitu, jumlah serapan hasil panen petani akan semakin meningkat,” tutur Bhisma kepada DailySocial.

Karena penghentian operasional ini, sejumlah karyawan ikut terdampak. Tidak diketahui jumlah pegawai yang dirumahkan oleh TaniHub. Berdasarkan pantauan DailySocial di laman LinkedIn, sejumlah eks pegawai TaniHub terlihat tengah mencari lowongan pekerjaan baru.

“Kami dapat pastikan bahwa seluruh hak karyawan terpenuhi dengan baik. Bahkan CEO kami, Pamitra Wineka, mengikuti proses pemenuhan hak karyawan ini,” tambahnya.

Meskipun demikian, pihak Tanihub belum merespons pertanyaan kami lebih lanjut terkait latar belakang perubahan strategi ini.

Tahun lalu, TaniHub menyebutkan transaksi produk pangan untuk rumah tangga mengalami lonjakan dua hingga tiga kali lipat per harinya. Untuk memenuhi permintaan ini, perusahaan mengaku situasi ini menjadi tantangan untuk mengimbangi pasokan dan ketersediaan pangan bagi konsumen di masa pandemi.

TaniHub Group mengklaim menjadi perusahaan agritech pertama di Indonesia yang mencetak GMV di atas Rp1 triliun dengan pertumbuhan gross revenue sebesar 639% secara tahunan (YoY).

Sejak beberapa tahun belakangan, TaniHub juga berupaya memperkuat jaringan distribusinya sehingga penyebaran produk pertanian dapat lebih merata. Dengan begitu, tantai pasok komoditas akan lebih efisien dan harga dapat terkendali.

Menurut catatan terakhir, TaniHub punya lima pusat distribusi di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Rencananya, TaniHub akan menambah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Tantangan pasar B2C

Managing Partner Tunnelerate Ivan Arie Sustiawan menilai bahwa persaingan agritech/e-grocery di segmen B2C secara umum sangat ketat. Situasi ini akan sulit bagi platform yang punya modal terbatas untuk subsidi di perang harga dan logistik. Menurut Ivan, kedua hal tersebut menjadi elemen penting untuk mempertahankan loyalitas pelanggan mengingat konsumen Indonesia cenderung menyukai promo/diskon.

Ia menilai, untuk memenangkan pasar agritech di B2, startup perlu membangun dan menerapkan model supply chain yang paling sustainable dan efisien dari hulu ke hilir. Mereka juga perlu memikirkan profitable assortment strategy bagi bisnisnya. “Don’t sell everything to everyone for the instant or quick commerce where you do the self-fulfillment,” tuturnya kepada DailySocial.

Di konteks TaniHub, perusahaan menyebut bahwa penajaman fokus bisnis di segmen B2B dapat membantu meningkatkan serapan hasil panen dari para petani lokal. Diasumsikan ada isu seputar logistik dan ketidakseimbangan permintaan dan jumlah pasokan yang ada di B2C yang mendorong pivot ini.

Berbeda dengan B2C, model B2B dianggap lebih stabil karena ada kepastian demand dan supply dengan pesanan dalam jumlah besar dan permintaan secara berkala. Contohnya permintaan bahan pokok segar ke industri restoran atau perhotelan.

Di segmen B2C, khususnya produk barang segar seperti buah dan sayuran, masyarakat Indonesia masih terbiasa berbelanja ke supermarket atau pasar tradisional agar dapat memilih sendiri barang yang diinginkan. Tantangan utama lainnya adalah bagaimana penyedia platform dapat memenuhi ekspektasi pengiriman dengan cepat untuk menjaga kualitas produk.

Dalam tulisan kami terdahulu, online grocery memang diprediksi punya masa depan cerah di tengah pertumbuhan adopsi digital dan konsolidasi antar-platform dan ritel yang membaik. Namun, hal ini mengacu pada pasar di kawasan Jabodetabek. Sementara di luar area ini, masih ada banyak PR yang harus divalidasi karena sulit untuk mengubah perilaku belanja ke online, terutama bagi kalangan ibu rumah tangga.

Terlepas dari potensi pasarnya, sektor agritech di Indonesia memang cukup berisiko, baik itu potensi gagal panen, akses permodalan, distribusi, hingga rantai pasokan. Berdasarkan catatan kami, ada beberapa startup P2P lending untuk petani yang tersandung kasus karena ada kegagalan pembayaran usaha. Kemudian, baru-baru ini, startup social commerce Chilibeli juga diberitakan telah menutup kegiatan operasionalnya secara sementara.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan meminta para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mengoptimalkan serapan hasil panen lokal. Menurut pemerintah, saat ini produktivitas pertanian sudah membaik terlepas dari situasi ekonomi yang melemah. Namun, peningkatan produktivitas ini harus diimbangi dengan akses pasar dan sinergi.

Application Information Will Show Up Here

Datasaur Akuisisi Konvergen AI, Ingin Jadi Pemimpin Platform “Data Labeling”

Pengembang platform pelabelan data Datasaur mengumumkan akuisisinya terhadap Konvergen AI, startup pengembang teknologi optical character recognition (OCR). Melalui akuisisi ini, baik Datasaur dan Konvergen AI akan mengintegrasikan dan memperluas kapabilitasnya di ranah OCR dan pelabelan data.

Baik Datasaur maupun Konvergen AI sama-sama portofolio startup GDP Venture.

Berdasarkan informasi dari blog resminya, Datasaur menyebutkan telah menjalin kemitraan erat dengan Konvergen AI sejak menggarap berbagai project bersama beberapa tahun terakhir. Datasaur menyebut telah mengintegrasikan teknologi milik Konvergen AI, terutama kapabilitas utamanya pada handwriting recognition, goverment ID field extraction, dan intelligent document processing.

“Saya telah lama mengenal Founder Konvergen AI, Lintang Sutawika, dan Timotius Devin sejak lahirnya Datasaur. Kami membangun hubungan yang semakin erat dan memiliki visi yang sama terhadap masa depan industri AI. Mereka telah membangun tim yang kuat dan erat sesuai dengan nilai yang kami anut. Saya tidak bisa membayangkan cara yang lebih baik untuk mengembangkan tim dan mempercepat pertumbuhan kami,” tutur Founder & CEO Datasaur Ivan Lee.

Sejak November 2021, Datasaur menyebut mulai memperluas cakupan pengembangan dari anotasi teks menjadi transkripsi dan anotasi audio. Pihaknya menganggap audio sebagai bidang yang ‘berdekatan dengan teks’. Dengan demikian, setiap pengguna yang mengunggah dan menyalin audio dapat melakukan pelabelan NLP yang sama dengan yang telah kami kembangkan sejak awal.

Dengan cara yang sama, Datasaur akan memperluas kemampuannya ke bidang OCR, dukungan ke format gambar dan PDF yang berisi teks. Seperti diketahui, proses pelabelan data merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan layanan berbasis AI, khususnya pada pemodelan berbasis natural language processing (NLP).

“Kami telah melihat bagaimana pengguna mengunggah dokumen, menerapkan OCR untuk menangkap teks yang relevan, lalu membubuhi keterangan pada hasilnya. Dengan mengakuisisi Konvergen AI, kami ingin memperkuat posisi kami sebagai pemimpin solusi pelabelan NLP di industri,” tambahnya.

Sementara itu, Co-founder Konvergen.ai Lintang Sutawika mengatakan akan mengemban posisi sebagai VP of Artificial Intelligence lewat akuisisi ini. “Fokus kami adalah memanfaatkan penelitian ML, seperti zero-shot/few-shot dan weak supervision untuk meningkatkan proses pelabelan,” tutur Lintang sebagaimana dikutip dari laman LinkedIn-nya.

Sebagai informasi, Datasaur merupakan startup pengembang teknologi yang membantu pemberi label data bekerja lebih produktif dan efisien. Datasaur menangani semua model NLP, termasuk di antaranya entity recognition, document labeling, hingga dependency parsing. Datasaur didirikan oleh Ivan Lee.

Konvergen AI fokus mengembangkan teknologi AI untuk kebutuhan penangkapan data (data capture) yang merujuk pada proses koleksi data dari dokumen kertas atau digital dengan menggunakan komponen OCR. Konvergen AI didirikan oleh Lintang Sutawika dan Timotius Devin. Adapun, keduanya sama-sama merupakan portofolio dari GDP Ventures.

Tren pasar AI

Mengacu riset Verified Market Research, pasar AI global di 2020 diperkirakan berkisar $51,08 miliar dan diproyeksi meroket sebesar $641,3 miliar di 2028, dengan estimasi pertumbuhan CAGR 36,1% selama periode 2021-2028.

Nilai pasar ini sudah termasuk pada pasar AI berbasis teknologi (NLP, ML, Deep Learning), analisis komponen (hardware, software & services), dan kategori pengguna (healthcare, manufacturing, agriculture). Adapun, proyeksi ini turut dipicu oleh meningkatnya kebutuhan kebutuhan akan analisis dan interpretasi data dalam jumlah besar.

Di Indonesia, AI cukup diimplementasikan untuk penggunaan virtual assistant dan chatbot pada sebuah layanan. Beberapa startup pengembang AI di Indonesia juga belum banyak, beberapa di antaranya adalah Kata.ai dan Bahasa.ai di ranah NLP, dan Nodeflux di ranah computer vision.

Namun, pasar AI, khususnya di bidang NLP, di Tanah Air diestimasi meningkat sejalan dengan tren layanan healthtech, fintech, hingga quick commerce selama masa pandemi Covid-19.

Paxel Konfirmasi Perolehan Pendanaan Seri B, Dipimpin MDI Ventures

Startup logistik Paxel mengonfirmasi perolehan pendanaan seri B. Berdasarkan informasi yang kami himpun, pendanaan ini dipimpin oleh MDI Ventures, diikuti partisipasi Susquehanna International Group (SIG), PT Luminary Media Nusantara, Bamboo Gold Services, dan Galilee Capital Ventures. Dana yang digelontorkan oleh MDI termasuk dari Centauri Fund.

Dari data yang diinputkan ke regulator, sejauh ini putaran tersebut sudah membukukan nominal investasi $9,4 juta atau setara 134,7 miliar Rupiah.

“Iya betul [menerima pendanaan seri B]. Pendanaan ini nanti dipakai untuk ekspansi jaringan logistik kami tahun ini,” ujar Co-founder Paxel Zaldy Ilham Masita dihubungi oleh DailySocial.id.

Paxel terakhir kali menerima pendanaan seri A sebesar $10 juta yang dipimpin oleh Co-founder Paxel Johari Zein, serta keterlibatan dari East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), dan SIG.

Rencana ekspansi

Lebih lanjut, ungkap Zaldy, pendanaan ini akan digunakan untuk memperkuat sistem IT yang sejalan dengan upaya ekspansi cakupan layanan instant delivery dengan dua raksasa ride-hailing, Gojek dan Grab. Dengan Gojek, Paxel telah meluncurkan layanan kolaboratif ini tahun lalu lewat GoSend Intercity Delivery dari Jadetabek ke Bandung dan sebaliknya. Cakupannya akan terus ditambah.

“Sedangkan dengan Grab, kami kerja sama untuk layanan multidrop (lebih dari satu titik pengantaran) dengan Grab. Kerja sama ini sudah jalan sejak dua bulan lalu. Tahap awal baru tersedia di Jabodetabek,” tambah Zaldy.

Terakhir, Paxel juga berencana meluncurkan layanan terbaru, Paxel Recycle yang memungkinkan driver Paxel mengambil sampah dari rumah dan mengantarnya ke bank sampah selama seminggu sekali. Paxel menggandeng Waste4Change untuk mengambil sampah khusus kemasan e-commerce, seperti karton, bubble wrap, hingga botol plastik dari rumah pelanggan.

Lainnya, Paxel juga akan merilis fitur emergency delivery yang memungkinkan pengantaran obat atau alat kesehatan bagi pasien yang terinfeksi Covid-19.

Dalam dua tahun terakhir, Paxel memang tengah menggenjot ekspansi layanan cold chain last mile dan instant delivery sejalan dengan peningkatan volume pengirimannya yang mencapai 86%. Apalagi, posisi Paxel cukup dikenal oleh pelaku usaha UMKM yang memanfaatkan kurir instan untuk mengirimkan makanan dan minuman kepada pembeli. Kemudian, di 2020, Paxel bekerja sama dengan Blue Bird untuk meluncurkan PaxelBig, layanan dengan kapasitas pengiriman 5-20 kg.

Zaldy sebelumnya memperkirakan shifting behavior masyarakat dari belanja offline ke online akan semakin menguat. Selain faktor pandemi Covid-19, pemicu lainnya adalah ekspektasi customer yang menginginkan pengiriman produk lebih cepat semakin besar.

Menurutnya dalam interview dengan DailySocial tahun lalu, butuh inovasi baru untuk dapat memenuhi ekspektasi customer ke depan. Bahkan ia menilai layanan same delivery berdurasi 8-10 jam akan sulit berkompetisi mengingat layanan sejenis dalam kota dapat dilakukan hanya dua jam.

Saat ini, layanan Paxel sudah melayani 30 kota, termasuk di Sumatera, yakni Palembang, Medan, dan menyusul di Lampung.

Application Information Will Show Up Here

Melvin Hade: Tren, Lanskap, dan Rencana Investasi Global Founders Capital di Asia Tahun 2022

DailySocial mendapat kesempatan berbincang langsung dengan Melvin Hade, Partner Global Founders Capital (GFC) untuk Asia Tenggara, Pakistan, dan Australia seputar tren, lanskap, dan rencana investasi di tahun ini.

Melvin, begitu ia disapa, dikenal sebagai anak muda Indonesia yang menjejakkan namanya dalam jajaran bergengsi Forbes “30 Under 30” angkatan 2020. Ia merupakan first hire GFC dari Indonesia yang telah menutup kesepakatan investasi di Indonesia, Singapura, Hong Kong, dan Filipina dengan total $22,15 juta per Januari 2020 mengacu data Forbes. Sebelumnya ia berkarier di perusahaan manajemen konsultan McKinsey & Company.

Global Founders Capital adalah perusahaan berafiliasi dengan Rocket Internet, perusahaan internet asal Jerman yang memiliki peran signifikan dalam mempopulerkan model bisnis berbasis internet/teknologi, termasuk di Indonesia. Rocket Internet adalah pendiri Lazada dan Zalora, platform e-commerce yang juga menjadi motor penggerak industri digital Asia Tenggara.

GFC didirikan sebagai kendaraan investasi yang memiliki model berbeda. Berdasarkan data terakhir, GFC telah mengelola lebih dari $1 miliar dana investasi di tahap seed dan growth di dunia, termasuk di antaranya Traveloka, Meta, LinkedIn, dan Eventbrite.

Berikut ini adalah rangkuman perbincangan kami dengan Melvin.

Perubahan karier dari consulting ke venture capital

Jawab: Saya memilih untuk menempuh jalur karir sebagai venture capitalist karena dua hal. Pertama, saya melihat ada banyak transisi orang bekerja di consulting atau investment banking, lalu pindah ke perusahaan teknologi. We are in the shifting period where technology and digitalization are happening across different sectors.

“Kedua, I think legacy is something that I’m striving for because being able to spot great companies in the early days is definitely a luxury. Before it becomes mainstream, I want to be part of their journey, sampai menjadi unicorn ke depannya. Similar to Patrick Walujo, the early investor of Gojek.”

Selain itu, [model pekerjaan] di consulting cukup mirip dengan VC. Kita bekerja dengan berbagai macam klien, industri, dan negara. Di venture capital space juga demikian di mana kami membantu banyak partner, perusahaan, dan founder.

Yang membedakan adalah consulting tidak berinvestasi di perusahaan. Di VC, stake lebih tinggi karena we’re basically voting with our dollar. From the decision-making point of view, there’s a need to be more convincing.

I felt like the VC role was more of an interesting role. So, I took a leap of faith and joined GFC in 2019 to start in Indonesia. I was the first hire in Indonesia back then. Initially, memang untuk [pasar] Indonesia saja.

Di 2020, we started to see SEA as a region and then added Pakistan and Australia into the scope in 2021. Ini evolusi dari pasar kami.

Bagaimana Melvin menemukan peluang bisnis yang menarik

Jawab: We are slowly building the team in Indonesia, then in SEA. When we enlarge the new market, we also have a local team yang membantu melihat peluang ini. Di Asia Tenggara, kami punya tim di Vietnam, Filipina, dan Pakistan. Di Australia, kami sedang hiring. I think the team expansion is one of the thing that help me in covering these different markets. Total saat ini ada 11 orang di Asia Tenggara dan Pakistan, termasuk tujuh orang di Indonesia. Penambahannya cukup banyak karena hanya ada dua orang di 2019.

These markets is actually quite similar, especially Pakistan and SEA. Apa yang terjadi di Indonesia dua tahun lalu, sekarang sedang terjadi di Pakistan. Misalnya saja, vertikal edtech dan healthtech. Jadi untuk memahami model apa yang akan berhasil di sana, itu tidak terlalu sulit, karena kami melihat pola serupa di Indonesia dan India.

At the model level, seharusnya bisa applicable untuk startup tahap awal di SEA. Misalnya, ride-hailing dan quick commerce ada di hampir semua negara. Di Indonesia ada Gojek, di Singapura ada Grab.

Perbedaannya terletak di level operasional saja, target pasar, dan skema pricing. We see so many local champions, 90% mirip, baik itu regulasi, demografi, atau culture. Mungkin perbedaan signifikan apabila kita membandingkan negara maju dan negara berkembang. Indonesia vs Singapura misalnya.

I think metrics paling relevan untuk mengukur kemiripan itu adalah GDP per capita, how developed is the economy. Thats how we look at the different market.

Model yang berubah ketika sudah scale up

Jawab: Ketika perusahaan masuk ke fase growth, langkah pertama adalah mencari peluang baru di pasar. Kita lihat Traveloka ekspansi ke food dan lifestyle, dari sebelumnya yang hanya fokus di transportasi dan hospitality. Ketika perusahaan semakin besar, mereka harus meningkatkan pangsanya. Kalau tetap di situ-situ saja, tidak ada ekspansi, valuasi akan mentok. That’s the reason larger companies expand to other verticals.

If we talk about fintech, everyone wants to become a bank karena itu yang membuka kesempatan baru dan meningkatkan profitabilitas. Xendit mau menjadi bank. Lalu, di ranah e-commerce, Astro has already introduced their own product aside from groceries and are also thinking of entering food delivery. Those are the expansion opportunities in the growth stages. Tapi ini natural karena mereka harus berkembang dan meningkatkan valuasi. There are a lot of expectations to continue to grow.

Bentuk support GFC ke portofolionya

Jawab: Kami tidak bisa berjalan sebagai VC dengan memberikan investasi saja. Industri ini kompetitif sekali. Apabila ada great company, great founder, kami akan coba lakukan yang terbaik. Bagaimana meyakinkan mereka untuk bekerja bersama GFC? Kami tidak menanamkan mindset, “I’m a shareholder, you should work for me”, tetapi justru sebaliknya. Kami bekerja untuk mereka.

Kami membantu pitch deck, menetapkan strategi, dan bagaimana melakukan pitching. Kami memiliki portfolio support team di mana kami berperan sebagai consultant untuk founder. Selain itu, kami juga bantu, misalnya, melakukan benchmarking dengan portofolio kami di global terkait UI/UX apa yang bagus. Kemudian, kami compile riset dan pengalaman di lapangan, apakah dapat diterapkan di Indonesia.

Given that we back companies globally and we can back the same models across the market, we can extract learning some of the best practices. Contoh, we backed eight players in quick commerce and e-grocery, dari UK, Kanada, Australia, India, dan Mesir. Kami bisa ambil pembelajaran dan pengalaman mereka dan kami bagikan ke portofolio early stage kami.

Kami ingin memastikan setiap portofolio kami dapat dapat memberikan testimoni yang baik terhadap GFC, karena yang dapat membuat kami win in this game adalah bagaimana pengalaman mereka bekerja dengan kami. Apa gunanya buat tech unicorn tapi mereka bilang hal yang buruk tentang GFC.

Proyeksi dan tren industri digital di 2022

Jawab: Saya melihat perkembangan di industri ini sedang melambat. Maka itu, saya pikir tahun ini akan menjadi tahun yang sulit bagi startup untuk fundraising dibandingkan 2021. Tahun ini trennya akan kembali ke fundamental. Companies that will thrive are the companies with strong fundamentals dan unit economics. Bukan seolah-olah ‘meningkatkan’ valuasi perusahaan saja.

Tahun lalu menjual mimpi masih memungkinkan, tetapi sekarang akan sulit karena public market sedang melambat. Beberapa pemberitaan global melaporkan growth-staged investors is pulling back their term sheet, valuasi di global dikoreksi even though the term sheets are already issued. I think we’ll see more of that, [investor] akan lebih cautious ke valuasi.

In terms of sector, I think a mix of new retail in Indonesia will continue to grow. It’s always an exciting story, thanks to Kopi Kenangan being the first new retail unicorn company in SEA, vertikal ini bisa berpeluang menghasilkan unicorn juga. Pada portofolio kami, we backed a new retail company called Fithub in Indonesia. Modelnya mirip dengan Kopi Kenangan, sama-sama untuk mass market, tetapi Fithub ini ingin menjadi fitness chain. Fithub ingin menjadi fitness center dengan biaya lebih terjangkau dari penyedia fitness terkemuka yang sudah ada.

Vertikal selanjutnya adalah e-grocery. Kami lihat pemain e-grocery terus berkembang, seperti Astro dan Eden Farm di Indonesia. Dengan situasi Indonesia saat ini menghadapi gelombang ketiga pandemi, saya rasa vertikal ini akan terus tumbuh.

And then neobank. Banking is always the end game for many fintech, and the first hurdle is to buy a bank or get a license. Contohnya, portofolio kami, HonestBank yang akan beroperasi tahun ini. Ada juga BukuWarung yang ingin menjadi neobank dengan memberikan lending untuk UMKM. Itu karena produk mereka dipakai UMKM atau warung. Lalu, ada RocketPocket yang ingin menjadi neobank untuk segmen remaja di tahun ini. Model ini mengikuti FamPay, neobank asal India yang juga salah satu portofolio kami.

Rencana investasi GFC untuk Asia Tenggara, Pakistan, dan Australia di 2022

Jawab: Today we have more than 60 companies across the region. In terms of investment, we see ourselves as an early-stage VC (pre-seed, seed, dan pre-series A). Kami sangat jarang masuk di series C dan D untuk di investasi pertama karena entry point kami selalu di pre-seed to series A.

Meskipun kami cukup sector-agnostic, kami terbuka terhadap berbagai industri. Kami melihat ada tiga sektor utama di Asia Tenggara, Pakistan, dan Australia, yaitu (1) consumer tech; misal Traveloka dan Astro jika bicara pasar Indonesia, (2) fintech sebagai salah satu big pillar, dan (3) B2B software enterprise solution. Tapi sebetulnya kami cukup agnostik juga.

Kami tidak pernah tentukan target tertentu karena kami tidak bisa memprediksi berapa banyak startup yang berkualitas bagus. Biasanya ini bergantung pada kondisi pasar. Secara historical, kami umumnya berinvestasi antara 10-20 startup baru setiap tahunnya. There are also a follow-on investment for our existing portfolio companies about 10-15. Jadi total investasi baru dan existing adalah 35.

Ticket size untuk early stage berkisar $250.000 sampai $5 juta, sedangkan untuk growth stage bisa up to $25 juta. Indonesia punya peran dominan mayoritas in the deployment, Indonesia is a key market for GFC, we can see around 40%-50% of the investment pipeline originates from Indonesia. For now, we still have a lot of capital to deploy karena kami tutup fund kedua di Desember 2019.

Bagaimana GFC mendorong akselerasi portofolio di early stage saat pandemi

Jawab: Ada dua hal. Pertama, kami membantu proses fundraising secara end-to-end, mulai dari timing, pembuatan materi fundraising, hingga introduction to top investors. Kedua, kami mengumpulkan insight tentang tren di global bagi portofolio kami. With regards to specific models, misalnya, kami melihat bagaimana sentimen pasar terhadap e-grocery. 

Fundraising in the early stages menjadi ajang untuk ‘land grabbing’ investor to the cap table, karena ketika investor sudah berinvestasi di satu startup, mereka tidak bisa berinvestasi di [startup] kompetitor lainnya.”

Jadi ini menjadi tiga forte kami bagi startup early stage di GFC, yaitu global insight and network, keterlibatan terhadap proses fundraising, dan portfolio consulting project.

Prixa Gandeng AdMedika untuk Perluas Ekosistem Layanan Kesehatan di Segmen B2B

Startup healthtech Prixa resmi menggandeng AdMedika untuk memperluas ekosistem layanan kesehatan di segmen B2B. Melalui kemitraan ini, AdMedika dapat memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki oleh Prixa untuk menghadirkan layanan kepada kliennya, mulai dari telekonsultasi, pharmacy delivery, hingga on-demand lab secara end-to-end.

“Kolaborasi ini mengombinasikan kekuatan kedua pihak untuk capture segmen pasar yang tidak memiliki asuransi, terutama rawat jalan. Ini menjadi stepping stone kami untuk sinergi selanjutnya. Kami dapat saling leverage untuk membantu streamline di ekosistem kesehatan. Masih banyak pasar yang belum terjamah teknologi yang bisa kami tap in,” ujar Co-founder dan CEO Prixa James Roring dalam konferensi pers virtual.

Untuk tahap awal, kemitraan ini mencakup layanan telekonsultasi dan resep elektronik bagi pengguna AdMedika. Pengguna AdMedika kini dapat mengakses layanan Prixa di aplikasi MyAdMedika.

Adapun, sinergi Prixa dan AdMedika sepenuhnya menggunakan pendekatan digital dengan memanfaatkan API sehingga dapat memotong proses administrasi yang selama ini manual. Adapun, ini disebut kolaborasi pertama dari portofolio MDI Ventures antara startup healthtech dan perusahaan third party administrator (TPA).

CEO AdMedika Dwi Sulistiani menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk mempercepat ekosistem kesehatan digital. “Kami ‘dijodohkan’ oleh MDI Ventures untuk bersinergi. Nantinya, ecosystem hub ada di AdMedika dan teknologi dari Prixa. Kemudian, pengembangannya nanti tidak hanya di telekonsultasi, tetapi bisa juga data. Data dari AI ini akan kami maksimalkan untuk memperkuat pelayanan, kami bisa suggest data ini ke pemerintah atau stakeholder terkait,” tambahnya.

Sebagai informasi, Prixa merupakan penyedia layanan kesehatan berbasis web yang mengklaim sebagai platform pertama dengan AI-based diagnosis engine di Indonesia. Prixa menawarkan berbagai macam layanan kesehatan, yakni telekonsultasi, pharmacy delivery, rujukan ke RS dan klinik, serta laboratorium.

Sementara itu, AdMedika adalah perusahaan TPA di bidang solusi kesehatan. Portofolio utama layanannya adalah Health Claim Management Services, Provider Management Services, dan Health Digital Services. Perusahaan telah melayani 5,1 juta pengguna dari 145 klien dari sektor asuransi pribadi, korporasi, dan BUMN dengan lebih dari 5.200 jaringan terhubung. AdMedika berada di bawah naungan PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra) yang merupakan anak usaha Telkom.

Layanan kesehatan di B2B

Prixa memiliki misi untuk menjadi digital entry point di industri kesehatan Indonesia. Saat ini, platform Prixa didukung oleh lebih dari 100 informasi penyakit, lebih dari 400 point of delivery farmasi, dan 300 fasilitas lab. Mereka juga telah menghubungkan lebih dari 10 juta pemegang polis pribadi dengan akses telekonsultasi.

Di Indonesia, rata-rata industri healthtech masih didominasi oleh layanan telekonsultasi untuk B2C. Layanan ini tumbuh signifikan sejak 2020 karena masyarakat mengurangi kunjungan fisik selama masa pandemi.

Namun, kemunculan startup healthtech di B2B dan B2G dinilai dapat membantu mempercepat digitaliasi di industri kesehatan. Selain Prixa, startup lain yang bermain di segmen B2B adalah Klinik Pintar. Startup ini berfokus menjadi penyedia clinic chain di Indonesia yang dianggap dapat menyentuh grass roots, segmen yang dianggap kesulitan mendapat akses ke layanan kesehatan.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan 2020 mencatat rasio dokter mencapai 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur RS berkisar 1,2 per 1.000 populasi di Indonesia.

Fore Coffee Genjot Ekspansi Gerai Baru untuk Jangkau 30 Kota di Indonesia

Fore Coffee akan menggenjot ekspansi gerai baru di Indonesia tahun ini demi mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya. Startup coffee chain ini menargetkan penambahan maksimal sebanyak 100 gerai baru dan melanjutkan pengembangan produk F&B seasonal (musiman).

Dalam keterangan resminya, Fore Coffee menyebut telah menjual 5 juta cup kopi di sepanjang 2021. Salah satu produk musimannya, Almond Cocoa Series yang dirilis akhir November 2021, tercatat menjadi menu terlaris dengan penjualan lebih dari 300 ribu cup.

Adapun, Fore Coffee telah membuka 42 gerai baru di beberapa kota metropolitan, seperti Denpasar, Palembang, Yogyakarta, Malang, hingga Batam. Per Februari 2022, Fore Coffee tercatat memiliki 110 gerai.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Co-Founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar mengaku bahwa industri F&B memang tengah dalam pemulihan di masa pandemi. Kendati demikian, penambahan gerai Fore Coffee meningkat cukup signifikan dari awalnya hanya ada di empat kota di awal 2021, kini sudah berada di 18 kota.

Terlepas dari itu, ujarnya, Fore Coffee mampu mengecap pertumbuhan penjualan yang baik, bahkan ketika varian Delta sedang mengganas di Indonesia pada pertengahan Juni 2021.

“Saya meyakini strategi the right product, price, dan experience menjadi landasan kuat ekspansi kami. Tentu kami selektif dalam membangun gerai baru, kami cek lokasi, visibility agar dapat menjangkau ke 30 kota di Indonesia,” paparnya.

Selain ekspansi gerai, Fore Coffee juga menggenjot program pemasaran kreatif bersama mitra food delivery seperti Go Food, Grab Food, Shopee Food, dan Traveloka Eats. Salah satunya melanjutkan menu-menu musiman terbaru pada Maret-April mendatang dan meluncurkan lini produk makanan terbaru bernama Fore Deli.

“Potensi pasar upper class terus berkembang, terutama segmen pasar yang selalu mencari tahu produk baru dan relevan terhadap kebutuhannya. Kami akan berkolaborasi dengan brand, influencer, yang cocok dengan produk kami, serta melakukan campaign. Artinya, kami tidak sekadar membangun gerai baru saja,” tambahnya.

Seperti diketahui, Vico Lomar merupakan pakar profesional di bidang F&B selama lebih dari 20 tahun. Misinya adalah memperkuat kehadiran Fore Coffee di kalangan masyarakat peminat kopi kekinian. Ia berkomitmen untuk terus mengawal proses dari hulu ke hilir untuk dapat menyajikan kopi bernilai bagi masyarakat.

Selain Vico, Fore Coffee juga diperkuat oleh Umara Ardra yang mengembang posisi sebagai Chief Financial Officer (CFO). Kepemimpinan Vico Lomar dan Umara Ardra diyakini dapat membuka berbagai peluang untuk mendongkrak jangkauan Fore Coffee di Indonesia, baik dari upaya penggalangan dana, pembukaan gerai, hingga pengembangan fitur di aplikasi Fore Coffee untuk mendorong pengguna dan transaksi.

Terkait kebutuhan modal untuk ekspansi ini, Vico enggan berkomentar lebih lanjut. “Saat ini yang bisa kami katakan, kami adalah profitable business and we have a very good numbers in terms of it untuk bisa grow secara eksponensial,” ujarnya.

Dinamika coffee chain Indonesia

Di sepanjang 2021, gerak startup coffee chain di Indonesia terbilang dinamis. Beberapa di antaranya mendapatkan pendanaan baru untuk mendukung ekspansi gerai mereka di Indonesia. Menurut data yang kami himpun per November 2021, ada lebih dari 4.500 jaringan coffee chain di seluruh Indonesia.

Selain Fore Coffee, startup lain yang mengusung konsep “grab and go“, adalah Kopi Kenangan baru-baru ini mengantongi status baru sebagai startup new retail unicorn pertama di Indonesia. 

Kemudian, JIWA Group juga memperoleh mendapatkan pendanaan tahun lalu untuk memperkuat strategi omnichannel dengan memanfaatkan aplikasi JIWA+. Startup portofolio dari Rocket Internet, Flash Coffee juga mulai ekspansi ke pasar Indonesia dengan menargetkan pembangunan 75 gerai baru di 2021.

Application Information Will Show Up Here

Zenius Gandeng Disney Menghadirkan Materi Pembelajaran Interaktif untuk Siswa SD

Pekan lalu, startup edtech Zenius resmi mengumumkan kolaborasinya dengan perusahaan hiburan dan media Disney untuk menghadirkan konten pembelajaran interaktif berbasis digital bagi siswa sekolah dasar (SD). Lewat kolaborasi ini, pengguna ZeniusLand dapat mengakses berbagai konten eksklusif dari Disney, Pixar, termasuk konten original Tiga Sekawan dari Zenius.

Disampaikan dalam acara virtualnya, Co-founder Zenius Wisnu Subekti mengatakan bahwa salah satu tantangan besar pada sistem pendidikan di Indonesia adalah siswa SD kurang menguasai hal-hal yang bersifat fundamental. Situasi tersebut dibiarkan menumpuk hingga mereka mencapai jenjang kuliah.

Lemahnya fundamental ini bisa jadi karena sejumlah faktor. Misalnya, kurikulum yang diajarkan tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Alhasil, kegiatan mengajar tetap berjalan, tetapi kemampuan siswa tidak meningkat.

“Kami harap metode ini dapat membangun critical thinking siswa SD. Jadi, mereka tidak hanya menghafal saja, tetapi mampu menerapkannya dalam lingkup keseharian, ada learning transfer yang terjadi. Konsep pembelajaran ini dapat efektif dan meningkatkan pemahaman anak karena menggabungkan cerita berbalut visual dan pelajaran,” tutur Wisnu.

ZeniusLand menyediakan materi interaktif yang terdiri dari video pembelajaran, latihan, dan aktivitas berbasis permainan akan mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi misi-misi menarik yang ada. Anak-anak juga diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi konten belajar yang diinginkan.

Mereka mengolah dan menghadirkan ribuan konten pembelajaran menarik bersama Disney. Saat ini, ZeniusLand memiliki 334 video (Disney dan Zenius Original Series), lebih dari 1.000 soal dan konsep pembelajaran, dan lebih dari 100 karakter dari 43 film/seri Disney. Adapun, web series Tiga Sekawan yang merupakan bagian dari konten pembelajaran ZeniusLand, dapat diakses secara gratis di akun YouTube.

Untuk mengakses beragam konten kolaboratif ini, ZeniusLand memasang biaya berlangganan sebesar Rp600 ribu per tahun akademik. Untuk periode 17 Februari hingga 3 Maret 2022, pengguna dapat berlangganan sebesar Rp300 ribu.

Konten pembelajaran ZeniusLand dapat diakses melalui aplikasi ZeniusLand yang kini sudah tersedia untuk Android dan iOS, dan dapat diakses dengan harga spesial sebesar Rp300.000 selama periode flash sale mulai dari 17 Februari hingga 3 Maret 2022 mendatang.

Segmen pasar baru

Dihubungi secara terpisah CEO Zenius Rohan Monga turut menambahkan, gabungan antara pedagogi Zenius ragam konten Disney dapat menanamkan kecintaan belajar anak-anak sejak dini. Hal ini dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir fundamental dan kritis anak sehingga dapat memahami konsep dan materi melalui pembelajaran kontekstual.

ZeniusLand juga dilengkapi dengan fitur yang membantu para orang tua untuk dapat lebih mengenal potensi bidang yang dikuasai oleh anaknya dengan mengacu pada laporan pembelajaran anak secara berkala yang diolah secara menarik dan mudah dipahami.

“Semuanya didesain untuk membangun motivasi diri dan membantu siswa belajar sesuai dengan kecepatan mereka masing-masing. Ke depannya, kami akan terus mengeksplorasi dan mengembangkan banyak inovasi lain yang menjawab kebutuhan belajar anak secara tepat guna,” ujarnya.

Dalam jangka panjang, Rohan menyebut bahwa Zenius ingin menjadi life- learning platform di mana platform ini dapat digunakan kalangan anak muda hingga lebih tua sebagai strategi untuk meningkatkan skalabilitas bisnisnya. Kolaborasinya dengan Disney menjadi salah satu inisiatif strategis yang diharapkan dapat berlanjut untuk jangka panjang, terutama dalam menyediakan konten pembelajaran interaktif bagi anak muda.

Life-learning platform menjadi adjacency expansion ke segmen pengguna yang belum pernah kami tawarkan sebelumnya. Maka itu, kami pikir hybrid learning yang kami incar (konteks akuisisi Primagama) bisa fit into keduanya. We will deliver for elementary schools in the coming years and we can offer hybrid learning for this new segment,” tambahnya.

Zenius Mengonfirmasi Akuisisinya Terhadap Primagama

Startup edtech Zenius akhirnya resmi mengonfirmasi akuisisi penyedia layanan bimbingan belajar (bimbel) Primagama melalui penandatanganan perjanjian pada awal 2022. Melalui aksi korporasi ini, Zenius akan mengintegrasikan Primagama ke dalam platformnya agar dapat menghadirkan model pembelajaran baru berbasis online dan offline (hybrid).

Dalam wawancara eksklusif kepada DailySocial.id, CEO Zenius Rohan Monga mengatakan keputusannya mengakuisisi Primagama didasari oleh permintaan para orang tua terhadap layanan bimbel offline setelah anaknya menggunakan layanan belajar livestreaming. Sejalan dengan meningkatnya kualitas layanan livestreaming dan pengalaman siswa, para orang tua justru menginginkan Zenius dapat memiliki kurikulum sendiri.

“Karena ada permintaan dari segmen pengguna layanan livestreaming terhadap solusi/produk offline, kami merasa ada gap di learning platform. Jika kami bisa bangun sistem pembelajaran hybrid, cara ini dapat menjadi pendekatan belajar yang komprehensif, terutama bagi mereka yang ingin belajar secara offline dan online. Ini salah alasan utama karena ada permintaan pasar atau customer-led decision untuk mengakuisisi Primagama,” tuturnya.

Bahkan selama masa pandemi Covid-19, ia mencatat pertumbuhan bisnis sekitar 20% dari total basis penggunanya menggunakan layanan livestreaming ini. Kemudian, layanan ini disebut berkontribusi sebesar 50% ke pendapatan Zenius.

Di samping itu, Zenius mengamati bagaimana pandemi berdampak signifikan terhadap bisnis lembaga bimbel di Indonesia akibat pemberlakuan belajar di rumah, terutama di 2020. Karena situasi ini, valuasi perusahaan bimbel menjadi lebih ‘affordable’. Kendati begitu, Rohan mengamati industri bimbel di Indonesia mulai bangkit kembali di 2021. Ia menilai ini menjadi waktu yang tepat untuk mengintegrasikan Primagama ke platform Zenius.

“Kami melihat offline learning mulai shifting ke hybrid learning meskipun pandemi belum usai. Kami meyakini fase selanjutnya di industri edtech setelah afterschool learning segment akan didorong oleh hybrid learning. Ini menjadi fokus kami di tahun selanjutnya di mana kami akan deliver pengalaman belajar hybrid dengan mengintegrasikan jaringan bimbel Primagama ke platform Zenius,” kata Rohan.

Pandemi juga telah membawa perubahan signifikan terhadap orang tua, tak hanya akselerasi adopsi teknologi antara guru dan siswa. Karena ada learning loss akibat kebijakan belajar di rumah, situasi ini meningkatkan kecemasan orang tua terhadap pencapaian akademis anak mereka.

“Orang tua dapat mengamati langsung kualitas delivery dari guru ketika anak belajar saat pandemi. Mereka jadi punya opini lebih tentang kualitas pendidikan dan refine ekspektasi mereka ke pengalaman belajar yang lebih baik bagi anak.”

Scale-up hingga integrasi

Alasan lain Zenius mencaplok Primagama di antaranya adalah hubungan baik yang telah dibangun oleh para founder dengan pemilik Primagama. “Kurikulum, cara mengajar, dan pedagogy mereka sangat align dengan Zenius. Ini menjadi pondasi dari akuisisi ini,” ujar Rohan.

Selain itu, model bisnis franchise Primagama dianggap cocok untuk meningkatkan skala bisnis Zenius selanjutnya. Zenius dikenal sebagai salah satu platform pelopor layanan bimbel di Indonesia. Platform yang didirikan oleh Sabda PS dan Medy Suharta ini telah diakses lebih dari 20 juta pengguna di sepanjan tahun ajaran 2019/2020. Adapun, Zenius menyediakan sekitar 100 ribu video pembelajaran dan latihan soal yang bisa diakses secara gratis.

Akuisisi ini membuka kesempatan bagi Zenius untuk mengambil kue pasar baru, terutama siswa yang selama ini belajar secara offline. Rohan menyebut Zenius memiliki konten pre-recorded untuk belajar mandiri yang dinilai dapat menjadi konten komplementer dengan apa yang dipelajari siswa secara offline.

“Kami akan mencari cara untuk membawa value tersebut ke siswa Primagama, kami harap dapat melakukan integrasi kurikulum Primagama dan Zenius selanjutnya. Kami ingin membawa seamless experience bagi tutor Zenius dan Primagama dalam menghadirkan pengalaman belajar yang bagus kepada siswa,” paparnya.

Di samping itu, Primagama dinilai punya posisi yang kuat sebagai top of mind penyedia bimbel, terutama di kalangan orang tua. Sejak berdiri di 1982, Primagama diyakini telah membangun keahlian yang kuat dalam membangun metode pembelajaran secara offline dan cara mengajar bagi para siswa.

Saat ini Primagama mengoperasikan 300 cabang, lebih dari 3.000 pengajar, dan lebih dari 30.000 siswa per tahnnya dari seluruh jenjang (SD, SMP, SMA) di berbagai provinsi di Indonesia. Kualitas Primagama dalam membantu siswa menghadapi ujian masuk perguruan tinggi juga disebut telah teruji.

We would have to evolve this blended curriculum. Apakah ini dari Zenius maupun Primagama, kami akan terus meningkatkan kualitas kurikulum agar bisa deliver the best learning outcome di Indonesia. Kami akan konsolidasikan all of the tech experience through Zenius platform,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Nanotech Indonesia Global Bersiap Melantai di Bursa Saham Indonesia

Perusahaan nanoteknologi PT Nanotech Indonesia Global Tbk (IDX: NANO) bersiap menggelar IPO dengan melepas sebanyak 1,28 miliar saham atau setara 29,99% dari modal disetor setelah penawaran umum perdana saham. Nanotech diklaim sebagai bakal perusahaan nanoteknologi pertama di Indonesia yang akan melantai di bursa saham Indonesia.

Dalam prospektus e-IPO Nanotech, perusahaan mematok harga penawaran di kisaran Rp95 hingga Rp105 per saham dengan target dapat menghimpun sebanyak-banyaknya dana sebesar Rp134,92 miliar. Penawaran awal dijadwalkan pada 8-15 Februari dan ditargetkan mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Februari 2022.

Sebagai informasi, Nanotech berawal dari kelompok penelitian nanoteknologi yang didirikan di 2005 silam oleh Prof. Nurul Taufiqu Rochman. Setelah bertahun-tahun melakukan aktivitas penelitian dan pengembangan produk baru berbasis nanoteknologi, Nanotech resmi berdiri sebagai entitas resmi di 2019.

Misi Nanotech adalah menjawab permasalahan, kebutuhan dan tantangan para akademisi, investor, industri, dunia usaha, dan pemerintah yang hanya bisa direkayasa dengan sains dan teknologi. Mengutip situs resminya, Nanotech menawarkan jasa sains dan teknologi berbasis R&D, rekayasa material, dan nanoteknologi dengan pengalaman lebih dari 10 tahun.

Saat ini, Nanotech terhubung dengan lebih dari 300 ilmuwan nanoteknologi, memiliki lebih dari 40 lisensi teknologi, 29 merek dengan teknologi nano, serta 100 bank formula.

Penggunaan dana IPO

Masih berdasarkan prospektus e-IPO, Nanotech merincikan penggunaan dana IPO ini yang terdiri dari (1) Rp16,39 miliar untuk membeli mesin dan perlengkapan jasa teknologi rekayasa material, (2) sebesar Rp16,7 miliar untuk membeli mesin dan perlengkapan terkait jasa layanan teknologi kesehatan, kosmetik, dan farmasi.

Kemudian, (3) Rp16,22 miliar untuk membeli mesin dan perlengkapan terkait layanan R&D, (4) Rp17,04 miliar untuk mesin implementasi teknologi pemanfaatan limbah, dan (5) Rp3,61 miliar untuk pengembangan infrastruktur IT dan sistem penunjang.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Chief Operatong Officer Nanotech Kurniawan Eko Saputro mengungkap bahwa rencana bisnis ini dapat dijalankan secara paralel di 2022 mengingat Nanotech didukung dengan kerja sama operasi (joint operation) bersama sebagai penyangga beberapa unit bisnis strategis.

Saat ini, Nanotech punya lima SBU (Strategic Business Unit), di antaranya adalah SBU Industri Umum, SBU Kesehatan, Kosmetik dan Farmasi, SBU Akuakultur dan Agribisnis, SBU Pendidikan dan Pelatihan, dan SBU Properti dan Konstruksi. “SBU dengan skema ini akan dilaksanakan pada kuartal kedua 2022 dengan harapan dapat menopang akselerasi pertumbuhan secara keseluruhan,” tutur Kurniawan.

Pada industri kesehatan, kosmetik, dan farmasi sendiri, ia menilai potensinya di Indonesia masih sangat besar. Indonesia memiliki kekayaan alam dengan 30.000 spesies yang telah diidentifikasi dan 950 spesies yang di antaranya memiliki fungsi tanaman obat, yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat dan makanan kesehatan.

Dengan kondisi ini, Indonesia berpotensi menjadi produsen bahan-bahan alami di industri pangan, obat, dan kosmetik. Mengutip riset Statistita, Kurniawan menyebut pasar kosmetik bahan alami dan organik berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir dan diestimasi mencapai $22 miliar pada 2024.

Kemudian, valuasi penjualan kosmetik dunia juga disebut mencapai $145,3 miliar di 2020, dan diperkirakan terus tumbuh dengan CAGR sebesar 4,99 % per tahun selama periode 2020-2025. Menurut riset Statista 2022, valuasi pasar kosmetik dunia diproyeksikan menembus $189,3 miliar di 2025.

Belum lagi, potensi dari industri farmasi yang pertumbuhannya mencapai 12%-13% per tahun. Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pasar farmasi di Indonesia diestimasi mencapai $10 miliar di 2021.

“Indonesia memiliki kekayaan hayati dan bonus demografi. Maka, peluang terbuka lebar untuk Indonesia. Saat ini, SBU yang paling berkontribusi adalah industri umum dan kesehatan, kosmetik dan farmasi. Strategi untuk mendorong pertumbuhan pendapatan antara lain memberikan nilai tambah terhadap jasa dan layanan yang diberikan kepada pelanggan serta kepada pemangku kepentingan yang terkait,” papar Kurniawan.

Adapun terkait implementasi teknologi pemanfaatan limbah, ia menambahkan bahwa pihaknya saat ini tengah menyiapkan teknologi/sistem pengolahan limbah untuk menjadi material yang lebih aman terhadap lingkungan. Teknologi ini akan ditawarkan ke perusahaan-perusahaan yang bermasalah terhadap inovasi pengolahan atau pemanfaatan limbah yang mereka produksi selama beroperasi. Misalnya, pemanfaatan limbah industri refinery minyak goreng dan tekstil.