GOTO Paparkan EBITDA yang Disesuaikan Positif di 4Q2023, Tahun Ini Ditargetkan Bisa Terealisasi Penuh

Beberapa waktu lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) menyebut telah mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan secara positif pada kuartal IV 2023 menyusul rampungnya transaksi Tokopedia dan TikTok.

Mengacu Paparan Publik Insidental GoTo, perusahaan menargetkan EBITDA Grup yang disesuaikan positif dapat terealiasi penuh di sepanjang tahun 2024.

Ada beberapa realisasi dan target lain GoTo pada tahun ini. Pelepasan kendali saham di Tokopedia memungkinkan GoTo untuk lebih fokus menyalurkan modal dan sumber daya ke bisnis on-demand dan layanan keuangan digital mereka.

  • Bisnis On-Demand GoTo telah mencapai EBITDA disesuaikan positif pada Q4 2023. Tidak disebutkan nilainya, tetapi sebagai gambaran, realisasi di Q3 2023 tercatat minus Rp48 miliar.
  • GoTo membidik pendapatan berkelanjutan dari biaya (fee) layanan e-commerce di Tokopedia. Sebagai ilustrasi, e-commerce fee yang diperoleh mencapai Rp177 miliar pada Q4 2023.

Secara terperinci, GoTo akan mendorong frekuensi pengguna existing pada GoCar Hemat dan GoFood Hemat, dan GoPay app. Kemudian, meningkatkan monetisasi untuk produk dengan take rate lebih tinggi pada layanan keuangan GoPayLater, GoPay Pinjam, dan GoPay Tabungan by Jago.

Pihaknya juga akan mengembangkan pembayaran digital pada kemitraan strategis Tokopedia dan TikTok Shop. Salah satunya adalah produk paylater. Selain itu, GoTo menyebut akan terus meningkatkan efisiensi untuk mengelola beban usaha perusahaan, termasuk insentif dan promosi.

Dalam paparan tersebut, GoTo juga telah memperhitungkan perolehan fee layanan dengan asumsi GMV industri e-commerce tumbuh 14,5%, yang mana akan ikut mendongkrak pertumbuhan GMV Tokopedia. Berdasarkan riset e-Conomy SEA 2023, GMV e-commerce di Indonesia diproyeksi sentuh angka $160 miliar atau tumbuh 14,5% CAGR.

Perlu dicatat, laporan keuangan Tokopedia tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan GoTo terhitung per 1 Februari 2024. Kerugian yang dialami GoTo dari hilangnya kendali atas Tokopedia mencapai Rp80,3 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Skala Bisnis TikTok Jadi Kunci Tokopedia Pimpin E-commerce Indonesia

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) merilis Paparan Publik Insidental yang menjelaskan potensi bisnis e-commerce TikTok Shop dan Tokopedia pasca-bergabung. Disebutkan, progres integrasi keduanya tengah mendekati tahap penyelesaian.

Berdasarkan analisis pihak independen, sinergi TikTok dan Tokopedia memungkinkan keduanya untuk memimpin bisnis e-commerce di Indonesia dengan memanfaatkan skala bisnis dan jangkauan global TikTok sebagai kunci pertumbuhan. Tokopedia juga diuntungkan, karena dalam kesepakatan keduanya, e-commerce berlogo hijau ini tak perlu mengeluarkan pendanaan lagi.

Pertumbuhan ini akan dikerek ke dua segmen, Tokopedia lekat dengan pembelanjaan terencana untuk produk elektronik, FMCG, dan home living. Segmen selanjutnya didorong oleh layanan live shopping TikTok Shop yang pertumbuhannya datang dari pembelanjaan impulsif untuk produk fesyen dan kecantikan.

Sinergi keduanya menjadi strategi untuk bersaing ketat dengan pemain e-commerce lain, terutama dengan kemunculan TikTok Shop beberapa tahun lalu. Tokopedia disebutkan bersaing dengan “Kompetitor 1” yang punya 40% pangsa pasar, serta bagian dari grup dengan bisnis hiburan digital dan keuangan digital yang labanya dapat disubsidi ke bisnis e-commerce.

Sementara, “Kompetitor 2” punya 10% pangsa — induk usahanya juga tercatat memperoleh EBITDA yang disesuaikan (disetahunkan) sebesar $25 miliar dan kas $33 miliar, serta menginvestasikan lebih dari $3,4 miliar dalam 18 bulan terakhir.

Dengan ketatnya persaingan bisnis, Tokopedia mengalami penurunan pangsa dikarenakan fokus mengejar profitabilitas. Perusahaan juga tengah berhemat modal. “Tokopedia dapat menangkap peluang di live commerce, juga mendorong penetrasi pasar Tokopedia di e-commerce konvensional sembari memperkaya kanal akuisisi konsumen,” demikian dalam paparan tersebut.

Per 2023, Tokopedia punya 18 juta Monthly Active User (MAU). Namun, Monthly Transacting User (MTU) miliknya disebut mengalami penurunan, demikian pula GMV 2023 yang diproyeksi merosot 10% (YoY) ke $15,6 miliar. Sementara, TikTok Shop memiliki MAU 125 juta dengan MTU tumbuh tiga digit. GMV 2023 TikTok diestimasi sebesar $6 miliar alias tumbuh 3 kali lipat (YoY).

Kesepakatan transaksi Tokopedia dan TikTok telah rampung awal Februari ini. Dalam proses integrasinya, promosi produk dikelola oleh sistem elektronik TikTok. Sementara, tampilan produk, penyelesaian pesanan, sampai pembayaran terjadi di sistem backend Tokopedia.

Setelah lepas sebagai pemegang saham kendali, GoTo menyebut akan menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill yang diakui di tingkat konsolidasi grup) dan liabilitas Tokopedia dari laporan keuangan konsolidasi.

GoTo juga mengungkap kerugian dari hilangnya kendali atas Tokopedia mencapai Rp80,3 triliun. Kerugian tersebut disebabkan oleh penghentian pengakuan goodwill sebesar Rp76,6 triliun yang adalah beban non-kas dan non-operasional perusahaan.

Dalam laporan terpisah yang dirilis 2023, seperti diberitakan DailySocial.id, Momentum Works mencatat Shopee sebagai pemimpin pasar GMV di Indonesia dengan porsi 36%, diikuti Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), TikTok Shop (5%), dan BliBli (4%).

Application Information Will Show Up Here

Sea Group Dilaporkan Berminat Ambil Saham Minoritas HiBank

Raksasa internet Sea Group dilaporkan berminat mengambil porsi saham minoritas di HiBank, bank digital milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI), pada awal kuartal II 2024. Menurut laporan DealStreetAsia, kepemilikan saham yang ditawarkan BNI ke Sea Group berkisar 10%-15%.

Dalam pemberitaan DailySocial.id sebelumnya, Sea Group masih berstatus sebagai mitra strategis BNI yang terlibat dalam penyusunan model bisnis hingga pengembangan infrastruktur teknologi di HiBank. Adapun, kemitraan Sea Group dan BNI telah diumumkan dua tahun silam.

Sebelum di-rebranding, HiBank sebelumnya bernama Bank Mayora yang diakuisisi oleh BNI pada 2021. Saat ini, BNI menjadi pemegang saham pengendali HiBank dengan kepemilikan sebesar 63,92%.

Belum diketahui pasti mengenai arah kemitraan strategis keduanya, tetapi pengambilan saham minoritas ini memungkinkan Sea untuk memperluas segmen banking-nya setelah mendirikan bank digital SeaBank pada 2021.

Diketahui, HiBank bertransformasi menjadi bank digital yang mengutamakan segmen UMKM di Indonesia. Aplikasi banking ClickMayora terpantau memiliki 100K+ unduhan di Play Store.

Sementara, SeaBank, hasil akuisisi dari Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), memiliki segmen nasabah ritel, yang mana tertempel dalam layanan e-commerce Shopee. Ini memungkinkan pengguna Shopee untuk membuka rekening SeaBank, bertransaksi, hingga mengelola keuangan dalam satu aplikasi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Karim Siregar: Iringi Jalan Bank Jago, Sembari Bangun Talenta Engineering

“DKatalis punya peran penting karena kami fokus membangun teknologi keuangan yang melayani perbankan dan dapat diintegrasikan ke ekosistem mitra,” Karim Siregar

Mungkin tak banyak diketahui, DKatalis adalah perusahaan teknologi di balik eksistensi aplikasi Jago. Dengan posisinya sebagai mitra strategis, DKatalis memainkan elemen krusial pada bank digital empunya Jerry Ng ini.

Dalam perbincangan DailySocial.id dua tahun lalu dengan Karim siregar yang saat itu menjabat Presiden Direktur Bank Jago, ia merujuk Bank Jago sebagai tech-based bank—mengutamakan pengalaman digital dan memanfaatkan API untuk terhubung dengan ekosistem mitranya.

Namun, sejak Mei 2023, Karim Siregar berpindah tugas ke DKatalis. Ia diminta untuk memimpin misi Bank Jago selanjutnya ke tahap ekspansi. Bagaimana upaya DKatalis membangun talent engineering di sektor keuangan?

Sekilas DKatalis

Tampilan situs DKatalis

“Ide awal Bank Jago adalah bank untuk layanan keuangan digital yang dapat dihubungkan ke dalam ekosistem. Bank berbasis teknologi dan tertanam dalam ekosistem. Saat itu, bank-nya sudah ada (Bank Artos), tetapi teknologinya belum,” ungkap Karim dalam wawancara terbarunya dengan DailySocial.id.

Menurutnya, teknologi di ekosistem digital Indonesia saat itu sudah jauh lebih maju dibandingkan teknologi yang dipunyai sektor perbankan. Hal ini dikarenakan perkembangan ekosistem digital sudah lebih dulu dimulai dibandingkan bank yang cenderung lebih fokus berinvestasi teknologi di internal, seperti risk management.

Alhasil, belum ada perusahaan teknologi yang dinilai dapat merealisasikan visi Bank Jago sebagai tech-based bank. DKatalis pun didirikan sebagai tangan kanan teknologi Bank Jago, berperan untuk membangun seluruh infrastruktur teknologinya agar dapat melayani segmen pengguna dan mitra ekosistem.

“Membangun bank itu tidak mudah, kita harus memahami industrinya karena sangat kompleks dan teregulasi. Tidak bisa sembarangan buat teknologi, diimplementasi, dan dijalankan bank. Ada compliance, risk, semua regulatory requirement bank tidak mudah,“ tambahnya.

Perlu diketahui, Bank Jago tidak memiliki kepemilikan langsung di DKatalis. Status keduanya adalah mitra strategis dalam naungan entitas yang berbeda.

Menyokong ekspansi Bank Jago

Menyinggung dapur pengembangannya, Karim mengungkap ada tiga hal inti yang dibangun DKatalis, yakni product design, engineering, dan data. Teknologi DKatalis dirancang khusus untuk melayani sektor keuangan. Ada empat mitranya saat ini, dua di antaranya adalah Bank Jago dan Amaan.

Sebagai mitra utama, ucap Karim, DKatalis harus siap secara teknologi untuk mendukung perkembangan Bank Jago selanjutnya. Selama memimpin Bank Jago tiga tahun terakhir, ia melihat pertumbuhan perusahaan dan tak lagi berada di fase “building“.

Hingga kuartal III 2023, Bank Jago tercatat punya 9 juta nasabah (termasuk 7,4 juta pengguna aplikasi Jago) dan meraup laba bersih sebesar Rp50 miliar. Jumlah mitra ekosistem Jago berkembang menjadi 38; tiga di antaranya adalah mitra ekosistem utama, yakni GoTo, Bibit, dan Amaan.

“Bank Jago tengah fokus bangun bisnis dan kemitraan dengan berbagai macam ekosistem. Maka itu, kami harus siap, dari fase building ke expanding, karena mitra kami makin banyak. Posisi Jago pun bergeser, jadinya aplikasi Jago adalah Bank Jago. Semua yang dibangun Jago, akan ada di dalamnya. The application is the bank. Semuanya [akan] ada di situ,” tuturnya.

Kantong/Pocket adalah salah satu produk utama aplikasi Jago yang dibangun DKatalisyang mana sudah terintegrasi dengan Gojek dan Bibit. DKatalis akan memasuki produk baru yang sejalan dengan rencana Jago selanjutnya, yakni digital lending.

DKatalis telah membangun 70% dari seluruh fitur dasar di aplikasi Jago / Jago

“Terkait isu kredit macet, kami memahami risk management system itu sangat krusial. Kami dan Jago memastikan punya sistem yang sangat kuat, terjaga dengan baik. Setiap mitra (channeling) Jago kan punya risk assessment sendiri, tetapi pada saat dipindahkan ke Jago (sebagai lender), ini akan diulas lagi dengan sistem DKatalis,” ujarnya.

Di samping, standar teknologi pembayaran baru juga tengah dinantikan perusahaan. Jika sebelumnya pemerintah baru menyamakan standar pembayaran QR (QRIS) dan berbasis API (SNAP), pihaknya tengah melihat potensi perkembangan NFC di Indonesia.

“Saya melihat standar pembayaran ini akan semakin banyak. Apakah akan mengarah ke open banking? We’ll see. Jago saat ini sudah kerja sama dengan banyak mitra. Apabila ada standar open banking, ini akan mudah membuka kunci untuk kami implementasi.”

Bangun talent engineering

DKatalis juga menyoroti pentingnya membangun talenta untuk mengakomodasi tren perkembangan teknologi di sektor keuangan. Salah satu output yang sudah dikembangkan DKatalis sepenuhnya adalah People Experience (PX), platform HR yang klaimnya dirancang oleh profesional dengan akumulasi 80 tahun pengalaman.

“Platform ini digarap untuk mengakomodasi perkembangan organisasi yang tak bisa lagi mengandalkan kultur konvensional. “Banyak organisasi yang bilang kerja agile, tetapi implementasi prosesnya tidak agile. I mean there’s a huge difference. They don’t do like this [DKatalis].”

Karim menuturkan bahwa platform ini dapat mengakomodasi kebutuhan talenta muda yang tak lagi dapat beradaptasi dengan praktik inovasi konvensional. Menurutnya, baik di Jago dan DKatalis, semua dikembangkan dari awal. Hierarki divisi juga dibagi dalam tim, squad, hingga kelompok terkecil.

“Contoh, pengembangan digital lending sebetulnya jauh lebih berat karena proses banking-nya sangat spesifik. Kalau transaksi lebih gampang. Kami bukan menanyakan kendalanya dulu, tapi menggambarkan ideal journey-nya seperti apa? Lalu, kami lakukan refinement. Oh, ternyata ada kendala dari bank atau teknologi, misalnya. Baru kami identifikasikan sehingga timbul bagian-bagian sistem yang harus dikembangkan. Tim tinggal menentukan sendiri bagian mana yang mau digarap. So, they fully collaborate among themselves untuk membuat itu semua.”

Saat ini, tim DKatalis tersebar di Indonesia, Singapura, dan India supaya mudah menyerap adopsi teknologi keuangan baru dari luar.

Application Information Will Show Up Here

Leo Koesmanto: Transformasi Bank Saqu dan Upayanya Gaet Solopreneur

Euforia bank digital mungkin mulai melandai, tetapi industrinya diyakini masih terus potensial. Tiga tahun terakhir dimanfaatkan untuk memperkenalkan bank digital dengan produk tabungan sebagai jalan masuknya.

Di awal, bank digital sempat diramaikan oleh pemain yang didukung grup teknologi atau bank besar, misalnya Bank Jago (GoTo), Bank Neo Commerce (Akulaku), atau blu (BCA). Rata-rata memanfaatkan skema akuisisi bank kecil agar mudah mengembangkan ekosistemnya ketimbang mendirikan dari awal.

Grup konglomerasi Astra menjadi partisipan akhir di tahun 2023 dengan memperkenalkan aplikasi Bank Saqu. Satu tahun digunakan untuk merampungkan transaksi akuisisi dengan WeLab, dan mentransformasikan Bank Jasa Jakarta (BJJ).

Akuisisi dan transisi Bank Jasa Jakarta

Selama hampir 40 tahun, BJJ beroperasi sebagai bank konvensional. Apabila ingin bertransisi ke digital, perusahaan membutuhkan investasi IT yang besar. “Kami meyakini going digital itu inevitable, tetapi investasinya besar. Dan ini bukan bicara investasi corporate banking, tetapi consumer. Perlu capex di depan. Sementara, kami adalah bank yang relatif kecil,” ucap Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta Leo Koesmanto saat berbincang dengan DailySocial.id.

Sebagai informasi, Leo Koesmanto adalah bankir dengan jejak karier panjang di digitalisasi perbankan. Ia sempat menjabat sebagai Managing Director Head of Digital Banking di PT Bank DBS Indonesia.

Di saat yang sama, WeLab yang sudah lebih dulu mendirikan virtual bank di 2020, kala itu mempertimbangkan ekspansi ke Indonesia. Kemudian, Astra Financial dengan portofolio Astra Pay dan maucash, juga tengah gencar mengembangkan produk keuangan berbasis digital.

Ia menilai industri bank digital masih akan tumbuh positif tahun ini, terutama di Indonesia. Meski euforianya tidak sebesar beberapa tahun silam, tapi Leo menyebut bahwa perbankan adalah bisnis jangka panjang, dan tidak terpatuk pada aspek digital banking. 

“Pasar [digital] kita sedang menarik, tetapi transformasi ini tidak bisa lagi dengan cara lama. Akhirnya WeLab bersama Astra masuk ke Bank Jasa Jakarta. Dalam kesepakatan ini, WeLab membawa teknologinya, Astra membawa ekosistem untuk akses pasar. Prosesnya transisinya lumayan cepat. Dalam 7-8 bulan, kami sudah siap,” jelasnya.

Leo belum dapat membagikan rencana pengembangan Bank Saqu pada tahun ini dengan alasan fokus pada transisi teknologi dan membangun branding produknya. Demikian juga dengan integrasinya ke ekosistem milik Astra. Dalam masa transisi, BJJ menggunakan teknologi milik WeLab di Hong Kong, tetapi pihaknya tengah memproses untuk membangun teknologinya di Indonesia.

Adapun, beberapa produk Bank Saqu yang sudah meluncur antara lain Tabungmatic (Tabungan), Busposito (deposito), dan Saqu Booster yang memungkinkan pengguna mendapat booster dengan bunga hingga 10% dari kembalian transaksi.

“Ekosistem adalah salah satu aspek penting di bank digital karena biaya akuisisi itu mahal. Tentu kami akan embed function ke dalam ekosistem Astra sehingga pengguna tidak sekadar pakai tabungan saja. Namun, kami belum melakukan banyak riset mendalam karena ini masih awal, dan masih fokus di produk tabungan. Ke depannya, kami akan kembangkan ke produk pinjaman,” kata Leo.

Klaimnya, aplikasi Bank Saqu mendapat traksi positif di pasar dengan 300.000 nasabah dalam dua bulan. Pihaknya juga tidak akan menambah kantor cabang dan mengandalkan cabang existing Bank Jasa Jakarta di 13 lokasi.

Produk dalam mindset solopreneur

Bank Jasa Jakarta dikatakan ingin membawa nilai tambah berbeda dengan masuk ke segmen yang lebih spesifik, yaitu solopreneur. Menurut definisinya, solopreneur adalah pemilik usaha individu, bisa juga pekerja kantoran yang punya proyek sampingan. Jumlah solopreneur di Indonesia diperkirakan menyentuh 117 juta pada 2030.

“Dari dulu memang sudah banyak orang yang punya pekerjaan sampingan, tetapi ini solopreneur ya. Artinya, individu, berbeda dengan UKM yang punya pegawai. Solopreneur punya mindset produktif,” tutur Leo.

Dalam menerjemahkan kebutuhan solopreneur, pihaknya melihat bahwa solopreneur cenderung memiliki mindset bekerja keras, tetapi tetap dapat bersenang-senang menikmati hasilnya. Tabungan menjadi produk utamanya saat ini, di mana produk pinjaman mungkin akan menyusul.

“Bank digital identik dengan personal banking. Namun, DNA Bank Jasa Jakarta adalah UKM. Memang sektornya retail, tapi konsumen kami bukan di segmen mass market, melainkan mereka yang punya usaha dan butuh modal kerja. Memang personal banking memudahkan pembukaan rekening, tetapi ada hal-hal di sektor bisnis yang tidak bisa secepat itu,” ungkapnya.

Perkiraan pertumbuhan solopreneur / Sumber: BPS (2023)

Bank digital cenderung mengincar segmen milenial dan gen Z yang dicap sudah fasih dengan aktivitas digital. Bank Jago adalah salah satunya. Sementara, bank-bank digital lain masuk dengan membawa posisi berbeda di pasar, seperti Bank Raya yang membidik pekerja informal atau Bank Aladin menggaet jaringan ritel Alfamart agar lekat dengan aspek keseharian pengguna.

Menurut laporan Kementerian Koperasi dan UKM, pandemi memantik kebiasaan baru masyarakat Indonesia dalam bertransaksi digital. Kebiasaan baru ini ikut mendorong adopsi layanan e-commerce dan pembayaran digital, yang mana ikut melahirkan kemunculan pelaku usaha baru.

Application Information Will Show Up Here

Produk SaaS RUN System Masuk ke Google Cloud Marketplace, Dorong Pertumbuhan Bisnis di Pasar Global

RUN System (IDX: RUNS), startup lokal pengembang platform ERP (Enterprise Resource Planning) mengumumkan telah resmi menjadi bagian “Google Cloud Partner”. Dengan ini, layanan SaaS yang dijajakan bisa diakses dan dilanggan oleh pengguna Google Cloud melalui platform marketplace aplikasi di dalam ekosistem komputasi awan Google. Kemitraan ini dinilai akan memperkuat rencana RUN System melayani pasar internasional.

“Kolaborasi ini selain sebagai lompatan strategis untuk memperluas jangkauan bisnis secara global, juga sebagai pendorong inovasi, dan membangun kehadiran internasional yang kuat melalui berbagai saluran internasional dan ekosistem pemberdaya Google,” jelas Co-Founder & CEO RUN System Sony Rachmadi Purnomo.

Ada tiga solusi SaaS RUN System yang akan diluncurkan ke marketplace Google Cloud, yakni platform Cloud ERP R1, platform pengadaan B2B RUN Market, dan platform ERP untuk universitas eCampuz. Solusi ini akan mulai bisa beroperasi sepenuhnya pada akhir Februari 2024 ini dan akan diperluas hingga kuartal kedua tahun ini.

“RUN System dengan produk unggulan ERP, memiliki basis konsumen dan big data yang luas dan kuat, sehingga dinilai cocok berkolaborasi dengan kami, ditambah dukungan dari Google di teknologi inovatif baru seperti di bidang AI yang baru diluncurkan juga,” ungkap Google Cloud Enabler Anand Sibuaea.

Google memang terus mencari solusi lokal yang cocok untuk dipasarkan bagi pelanggan layanan komputasi awannya di masing-masing negara. RUN System sendiri jadi perusahaan ketiga yang solusinya berhasil terkualifikasi masuk ke layanan marketplace Google Cloud.

Perkembangan RUN System

Sejak didirikan tahun 2014 di Yogyakarta, RUN System terus mengakselerasi bisnisnya dengan memperluas klien B2B dari seluruh penjuru Indonesia. Pada tahun 2021, PT Global Sukses Solusi Tbk. (PT GGS Tbk.) yang merupakan entitas bisnis RUN System, resmi tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia melalui papan akselerasi.

Di tahun 2022, RUN System mengakuisisi PT Solusi Kampus Indonesia, pengembang platform eCampuz, untuk masuk ke sektor pendidikan. Fokusnya masih sama, menyediakan kemudahan administrasi end-to-end lewat layanan ERP. Saat ini solusi eCampuz telah digunakan lebih dari 250+ universitas di berbagai penjuru Indonesia dan digunakan lebih dari 1 juta mahasiswa.

Berdasarkan laporan keuangan H1 2023, perusahaan mencatatkan revenue senilai Rp3,88 miliar (turun 12,06% yoy). Kendati demikian, Sony percaya bahwa perluasan bisnis yang dilakukan akan membawa perusahaan ke EBITDA positif. Salah satunya dengan memperdalam kemitraan dengan grup BUMN, seperti grup Telkom, Danareksa, dan sebagainya.

Secara keseluruhan layanan RUN System telah digunakan lebih dari 13 ribu bisnis dari 13 industri berbeda. Total ada 2 juta lebih pengguna terdaftar di platformnya.

RUN System sendiri sebelumnya juga sempat diinkubasi Telkom melalui Indigo Creative Nation, kemudian mendapatkan kucuran pendanaan awal dari MDI Ventures. Pasca menjadi perusahaan publik, Sony masih menjadi pengendali dengan 29,03% kepemilikan saham. Kontrol ini dinilai membuat perusahaan tetap agile untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi.

Potensi pertumbuhan ERP

Menurut data Statista Market Insights 2023, tahun ini diproyeksikan layanan SaaS untuk korporasi di Indonesia akan membukukan revenue $486,20 juta. Layanan CRM (Customer Relationship Management) menjadi lini produk dengan traksi terbesar, disusul ERP. Sementara untuk ERP sendiri, pada tahun 2023 pasar global berhasil membukukan revenue $59,52 miliar.

Data proyeksi revenue enterprise software / Statista
Data proyeksi revenue enterprise software / Statista

Kepada DailySocial.id Sony sempat bercerita. percepatan transformasi digital yang didorong pandemi Covid-19 kemarin mendongkrak pasar SaaS korporasi secara masif, RUN System sendiri termasuk yang mendapatkan untung. Bahkan bisnis RUNS sempat melesat hingga 300%. RUN System juga memanfaatkan dengan baik kemitraan yang dimiliki dengan grup Telkom. Network bisnis yang luas memberikan kesempatan berbagai perusahaan (anak usaha dan mitra bisnis) untuk turut memanfaatkan produk ERP lokal ini.

Sembari terus memperluas cakupan pasar di Indonesia, Sony mengungkapkan tengah berupaya membouka pasar internasional. Sejak dua tahun terakhir ia cukup rajin safari ke pameran software enterprise internasional untuk memperkenalkan perusahaannya. Sejumlah kemitraan strategis mulai terbangun dengan vendor di beberapa wilayah Amerika Serikat hingga Eropa.

“RUN System tahun ini ingin memperbesar basis pelanggan dengan lini produk dan model bisnis yang menjawab kebutuhan pasar, baik lokal maupun global. Pertumbuhan dobel digit product R1 berbasis cloud tahun lalu ingin kami jaga momentumnya,” jelas Sony.

Lepas Kendali Tokopedia, GoTo Kini Balik Fokus ke Bisnis On-demand dan Fintech

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) kini tak lagi menjadi pengendali PT Tokopedia usai merampungkan transaksinya dengan TikTok. Bisnis e-commerce TikTok Shop Indonesia dan Tokopedia resmi tergabung di bawah entitas PT Tokopedia.

Dalam laporan yang dikirimkan ke BEI, Rabu (31/1), TikTok Nusantara (SG) Pte. Ltd. telah membayar saham Tokopedia sebesar $840 juta (sekitar Rp13,2 triliun). Alhasil, saham Tokopedia kini dikuasai TikTok dengan kepemilikan 75,01%, sedangkan kepemilikan GoTo yang sebelumnya 100% merosot jadi 24,99%.

Dengan pelepasan kendali ini, Grup GoTo selanjutnya akan memfokuskan modal dan sumber daya untuk mendorong bisnis on-demand dan layanan keuangan digital mereka, termasuk kolaborasi strateginya dengan Bank Jago.

Selain itu, PT Tokopedia menunjuk Vonny Susamto sebagai Direktur Utama yang baru, menggantikan Melissa Siska Juminto yang menjabat sebelumnya. Mengutip laman LinkedIn miliknya, Vonny tercatat menduduki posisi di Category Management ByteDance, induk usaha TikTok, sejak 2021.

Seperti diketahui, GoTo dan TikTok mengumumkan kemitraan strategis untuk menggabungkan bisnis e-commerce. Dalam kesepakatan tersebut, TikTok setuju untuk berinvestasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) untuk mendanai operasional PT Tokopedia dalam jangka panjang. GoTo tidak perlu menyuntik pendanaan lagi ke Tokopedia dengan komitmen investasi dari TikTok.

Dampak ke bisnis

Meski tak lagi mengendalikan Tokopedia, GoTo tetap menerima aliran pendapatan berkelanjutan dari biaya layanan e-commerce yang berbasis pada GMV setiap kuartalnya. Pendapatan ini juga akan berkontribusi langsung ke EBITDA Grup GoTo. GoTo juga mendapat keuntungan melalui layanan keuangan digital (GoPay) dan on-demand (Gojek) yang terintegrasi di ekosistem Tokopedia.

GoTo mengumumkan telah merealisasikan EBITDA disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Laporan resminya baru akan dirilis pada Maret 2024. Seluruh pihak terlibat juga menyepakati bahwa kepemilikan GoTo sebesar 24,99% di Tokopedia tidak akan terdilusi lebih lanjut oleh pendanaan dari
TikTok di masa depan kepada Tokopedia.

“Kami kini dapat mempercepat progres yang didukung oleh mitra ekosistem kami. Seiring dengan peningkatan profitabilitas dan arus kas, kami akan mengoptimalkan penggunaan modal sejalan dengan rencana alokasi modal yang baru, yang mungkin mencakup inisiatif buyback saham, tergantung pada peraturan dan persetujuan pemegang saham,” ujar CEO GoTo Group Patrick Walujo dalam keterangan resminya.

Adapun, laporan keuangan Tokopedia tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan GoTo terhitung per 1 Februari 2024. Disebutkan pula bahwa kerugian yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas Tokopedia mencapai Rp80,2 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Bank Jago: Potensi Bisnis dari Kemitraan GoTo-TikTok Baru Terlihat di Kuartal Awal 2024

Sebagai salah satu mitra ekosistem Grup GoTo, PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTOS) mengaku belum melakukan penilaian secara utuh bagaimana kolaborasi GoTo dengan TikTok dapat menguntungkan bisnis perbankan mereka.

Pada sesi media gathering kemarin (12/12), Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengaku belum mengetahui detail kesepakatan antara GoTo dan TikTok, terutama dampaknya bagi seluruh mitra strategisnya. Namun, ia meyakini kolaborasi ini dapat memberikan manfaat bagi bisnis Bank Jago.

“TikTok dan Tokopedia adalah dua ekosistem e-commerce terbesar di Indonesia. Jika keduanya digabungkan, [bisa mendorong] GMV lebih besar. Ada potensi yang dapat dioptimalkan, apalagi kemitraan kami dengan GoTo luas. Mungkin di Q1 atau Q2 2024 kita bisa assess potensi kerja sama keduanya bagi Bank Jago,” tutur Arief.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) dan ByteDance baru saja meresmikan kemitraan strategis dengan menggabungkan bisnis e-commerce Tokopedia dan TikTok Shop. Demi mendukung kegiatan operasionalnya, TikTok mengucurkan investasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) ke Tokopedia.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, saat kick off kemitraan awal Tokopedia-TikTok kemarin (13/12), mengatakan akan memberikan waktu uji coba hingga empat bulan kepada Tokopedia dan TikTok untuk menjalankan kemitraan e-commerce ini, sembari melihat dampaknya terhadap pedagang kecil di negara Asia Tenggara. “Teknologi bukan hal yang mudah, mungkin diperlukan upaya untuk menyempurnakannya,” ujarnya menurut laporan Reuters,

Kemitraan Bank Jago dan Gojek (saat itu belum bergabung dengan GoTo) terjalin lewat akuisisi kepemilikan saham pada akhir 2020. Hingga saat ini, Bank Jago telah bersinergi dengan sejumlah layanan Grup GoTo, antara lain pembukaan rekening Jago di aplikasi Gojek, pembiayaan (financing), pengelolaan mitra merchant (GoBiz), dan terbaru produk GoPay Tabungan by Jago.

Arief mengungkap total nasabahnya kini telah mencapai 9 juta pengguna. “Kami targetkan pengguna layanan GoPay Tabungan by Jago dapat mencapai 500 ribu di akhir 2023. Tren ini sejalan dengan indikasi kenaikan transaksi harian hingga 50%,” tambahnya.

Berdasarkan laporan keuangan di Q3 2023, Bank Jago mengantongi laba bersih sebesar Rp50,29 miliar atau tumbuh 24% dibandingkan periode sama tahun lalu. Bank Jago telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp10,3 triliun atau meningkat 41% (YoY).

Pada kesempatan sama, Direktur Bank Jago Sonny Christian Joseph juga mengungkap tengah menyiapkan produk pinjaman digital melalui aplikasi Jago. Produk ini ditargetkan komersial di tahun depan. ”

“Kami mendukung pinjaman GoTo Financial karena basically menggunakan engine Jago. Kami juga tengah proses development pinjaman dari aplikasi Jago. Kedua produk pinjaman ini membidik segmen berbeda. Kami harap pertumbuhan [penyaluran pinjaman] kami lebih baik di tahun 2024. Mitra kami semakin solid, kini jumlahnya ada 17 institusi keuangan.”

Application Information Will Show Up Here

Sah, GoTo dan TikTok Resmi Gabungkan Bisnis E-commerce

Satu hari menjelang Harbolnas 12.12, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) dan TikTok akhirnya resmi mengumumkan kemitraan strategis mereka yang dipastikan akan memboyong kembali layanan TikTok Shop. Kemitraan ini disebut akan memperkuat pertumbuhan ekonomi digital, terutama UMKM di Indonesia.

Dalam kesepakatan tersebut, bisnis Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia akan bergabung dan beroperasi di bawah naungan PT Tokopedia. Transaksi ini ditargetkan rampung pada kuartal I 2024. Adapun, dalam transaksi ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan untuk Grup GoTo.

Berikut rangkuman poin utama dari kemitraan strategi GoTo dan TikTok:

  • TikTok akan berinvestasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) sebagai komitmen jangka panjang untuk mendukung operasional PT Tokopedia, tanpa ada dilusi pada kepemilikan GoTo di Tokopedia.
  • Dalam keterbukaan informasi di BEI, disepakati perjanjian pengambilbagian saham pada 10 Desember 2023 terkait investasi TikTok di Tokopedia senilai $840 juta (sekitar Rp13,8 triliun). Investasi ini akan digunakan untuk mengambil bagian dan membayar penuh saham baru yang diterbitkan Tokopedia.
  • Apabila rencana investasi tersebut rampung, TikTok akan menguasai kepemilikan saham hingga 75,01% atas Tokopedia, sedangkan GoTo mempertahankan kepemilikan saham sebesar 24,99% di Tokopedia.
  • Fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia akan dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia.
  • Penggabungan bisnis Tokopedia dan TikTok Shop menjadi strategi untuk membawa keuntungan finansial bagi induk usaha, termasuk menjangkau pasar lebih luas bagi anak usaha lainnya, yakni GoTo Financial dan Gojek (on-demand).

 

“Kesepakatan ini sejalan dengan langkah Grup GoTo untuk memperkuat posisi keuangan dan memperluas cakupan pasar (total addressable market). GoTo juga akan menerima aliran pendapatan dari Tokopedia sejalan dengan skala dan pertumbuhan perusahaan tersebut,” demikian pernyataan resmi GoTo yang diterima pada Senin (11/12).

Uji coba kemitraan strategis

Sebagai tahap awal, kemitraan strategis ini dimulai lewat program uji coba Beli Lokal dimulai pada 12 Desember 2023 bertepatan dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Periode uji coba ini dilaksanakan dengan konsultasi dan pengawasan dari kementerian serta lembaga terkait.

Lewat penggabungan kedua bisnis tersebut, lebih dari 90% merchant yang merupakan UMKM ini dikatakan akan mendapat dukungan dari kombinasi berbagai program TikTok, Tokopedia, dan Grup GoTo antara lain:

  1. Promosi produk-produk Indonesia serta huluisasi UMKM yang dapat meningkatkan kapasitas dan kompetensi pelaku UMKM Indonesia melalui program komprehensif mulai dari hulu (tahap produksi) sampai ke hilir.
  2. Dukungan pemasaran, branding, dan praktik bisnis berkelanjutan bagi pedagang, serta mendukung pelaku usaha lokal untuk mempromosikan produknya di pasar internasional.
  3. Membuka pusat pengembangan talenta digital dan memastikan lokapasar yang memungkinkan persaingan bisnis yang sehat.

Untuk memastikan keberlanjutan langkah PT Tokopedia dalam mendorong perkembangan ekonomi digital nasional, akan dibentuk komite untuk memfasilitasi transisi dan integrasi yang diketuai oleh Patrick Walujo, dengan dukungan dari perwakilan PT Tokopedia dan TikTok.

“Ke depannya, TikTok, Tokopedia, dan Grup GoTo berkomitmen memberikan manfaat lebih luas bagi para pelaku UMKM di Indonesia dengan memanfaatkan platform e-commerce, dan mendorong penciptaan jutaan lapangan kerja baru dalam lima tahun mendatang.”

Application Information Will Show Up Here

Batal Dirikan CVC, BTN Gaet Mandiri Capital Bentuk Dana Kelolaan Rp400 Miliar Khusus Proptech

Bank Tabungan Negara (BTN) menggandeng Mandiri Capital Indonesia (MCI) membentuk dana kelolaan khusus pendanaan ke startup di bidang mortgage dan proptech. Saat ini proses perizinan untuk dana kelolaan ini masih menunggu persetujuan OJK.

BTN menjadi investor tunggal untuk BTN Fund ini dan menyiapkan dana investasi berkisar Rp200 miliar-Rp400 miliar. BTN akan masuk untuk berbagai tahapan investasi untuk startup yang memiliki bisnis di Indonesia dan bergerak di proptech, mortgage tech, fintech, embedded finance, construction tech, open finance, SaaS, dan sektor strategis lainnya yang sejalan dengan bisnis utama mereka.

“Dalam visi BTN menjadi The Best Mortgage Bank in Southeast Asia, salah satu inisiatifnya bagaimana kita mengembangkan bisnis yang mendukung sektor perumahan. ASEAN mortage sangat prospektif dan untuk go digital di area mortgage, digital payment, dan ekosistemnya kita enggak bisa grow secara organik. Jadi perlu akselerasi lewat partnership,” ucap Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo saat peresmian kerja sama BTN dan MCI di Jakarta, Rabu (6/12).

Menurut Setyo, perizinan dari OJK biasanya memakan waktu antara tiga sampai enam bulan. Bila tidak ada aral melintang, investasi ke startup akan dimulai setelah mengantongi izin. Rencananya untuk dana kelolaan tersebut, BTN dan MCI akan menyuntik 10-20 startup. “Yang terpenting startup punya operasional di Indonesia,” tambahnya.

Dalam menilai calon portofolionya, BTN akan melihat prospek, model bisnis, dan solusi yang unik ditawarkan oleh startup, sejalan dengan bisnis BTN. Tidak hanya investasi, startup tersebut nantinya dapat mengintegrasikan layanannya dari BTN, baik dari sisi transaksi, kanal penjualan, hingga percepatan
proses bisnis.

“Setelah itu kita lihat orangnya [founder] dan lihat bagaimana chemistry-nya. Jadi kita tidak harus melihat startup itu sudah untung atau belum.”

Direktur Investasi MCI Dennis Pratistha menyampaikan, BTN Fund dapat menjembatani kebutuhan BTN untuk transformasi digital di perseroan, sekaligus bentuk partisipasi di ekosistem mortage dan proptech secara lebih besar. “BTN dapat meningkatkan NIM, fee-based income, dan cost efficiency dan improvement. BTN akan menjadi investor strategis bagi startup yang dinilai bisa memberikan nilai tambah,” imbuh Dennis.

Di Mandiri Group, misalnya, MCI melakukan investasi untuk startup pengembang POS iSeller pada 2020. Pada waktu itu, iSeller sudah menjaring 19 ribu merchant. Pertumbuhannya signifikan hingga pada awal tahun ini, jumlah merchant naik jadi 35 ribu. Kemitraan juga dijalin bersama Bank Mandiri untuk program Livin’ Merchant, hingga akhirnya jumlah merchant terdongkrak jadi 1,2 juta hingga saat ini.

Batal dirikan CVC

Dalam kesempatan yang sama, Setyo sekaligus mengonfirmasi bahwa BTN batal untuk mendirikan corporate venture capital (CVC) sendiri. Alasannya dikarenakan setelah ditinjau, opsi yang paling cepat dan masuk akal untuk segera beroperasi adalah membentuk dana kelolaan bersama mitra.

“Kalau buat VC izinnya lebih sulit, perlu didukung juga oleh talenta yang spesialis di area ini. Setelah di-review, paling kecil risikonya dan impact positif lebih baik buat BTN akhirnya lewat membuat fund.”

Sebelumnya, wacana BTN untuk membentuk modal ventura sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Kandidat yang akan diakuisisi adalah Sarana Papua Ventura adalah anak usaha PT Bahana Artha Ventura, yang merupakan anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).

Rencana tersebut bahkan sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham RUPSLB BTN pada Agustus 2019.