Targetkan Milenial, Aplikasi Igloo Hadirkan Asuransi Perlindungan Layar Ponsel

Bertujuan untuk menghadirkan produk asuransi untuk kalangan milenial, Sompo Indonesia (perusahaan asuransi asal Jepang) dan Axinan menjalin kemitraan strategis meluncurkan aplikasi Igloo. Aplikasi yang dilengkapi dengan teknologi machine learning tersebut menyediakan layanan asuransi khusus untuk perlindungan layar (screen protector) untuk semua tipe dan merek ponsel yang tersedia di Indonesia.

CEO Sompo Indonesia Eric Nemitz menyebutkan, dipilihnya Axinan sebagai mitra karena sesuai dengan misi dan komitmen untuk memperluas ruang usaha dengan mengandalkan teknologi dan menargetkan kalangan milenial. Igloo merupakan aplikasi konsumen pertama mereka di Indonesia yang berfokus pada asuransi.

“Kami menyadari kalangan milenial yang memiliki asuransi jumlahnya masih sedikit. Dengan produk awal yaitu perlindungan layar smartphone dalam aplikasi Igloo, kami harapkan akan lebih banyak lagi kalangan milenial yang tertarik untuk memiliki asuransi,” kata Eric.

Proses mudah ajukan dan klaim asuransi

Dalam presentasinya diperlihatkan cara mudah bagi pengguna yang ingin memiliki asuransi melalui aplikasi Igloo. Hanya dengan menunjukkan foto layar kamera ponsel dalam kaca, nantinya teknologi machine learning bisa mendeteksi secara langsung jenis ponsel yang dimiliki dan menyesuaikan nilai asuransi yang sesuai.

Setelah jenis ponsel ditentukan, pengguna bisa memasukkan nomor KTP yang berfungsi untuk proses KYC dan verifikasi. Nantinya proses pembayaran bisa dilakukan melalui Go-Pay, bank transfer dan beberapa opsi lainnya.

“Dengan machine learning kami bisa menentukan asuransi yang tepat dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Sehingga tidak ada lagi nilai asuransi yang berlebihan, semua disesuaikan dengan kondisi ponsel milik pengguna,” kata CEO Axinan Wei Zhu.

Saat ini Igloo hanya menyediakan asuransi untuk layar ponsel saja, namun ke depannya Igloo juga akan menghadirkan asuransi untuk perjalanan wisata, perlindungan furnitur dan barang berharga di apartemen.

“Proses klaim asuransi yang cepat juga bisa kita pastikan, berbeda dengan layanan asuransi konvensional. Kami telah bermitra dengan 5 penyedia service ponsel di Jakarta. Saat ini layanan kami hanya tersedia di Jabodetabek,” kata Wei.

Menyediakan layanan untuk segmen B2B

Sebagai perusahaan yang berbasis di Singapura, Axinan bersama dengan Sompo Indonesia saat ini juga telah memiliki layanan asuransi khusus yang menyasar segmen B2B. Bermitra dengan marketplace dan e-commerce di Indonesia, Axinan memberikan asuransi jaminan barang untuk pengembalian yang bisa dimanfaatkan oleh merchant.

“Prosesnya adalah dari e-commerce dan marketplace tersebut akan melakukan kurasi merchant apa saja yang bisa memanfaatkan asuransi. Kami juga menyediakan asuransi perlindungan barang kepada pembeli,” kata Wei.

Perusahaan mengklaim sedang bersiap melakukan penggalangan dana. Tujuannya antara lain untuk mengembangkan produk, menambah tim dan melakukan ekspansi ke negara lainnya di Asia Tenggara.

“Setelah Indonesia kami melihat pasar yang memiliki potensi lainnya adalah Thailand. Masih dalam tahap penjajakan dengan mitra lokal kami berencana dalam waktu dekat akan melakukan ekspansi ke Thailand,” kata Wei.

Application Information Will Show Up Here

Kudo Rencanakan Ekspansi Regional dan Bidik Empat Juta Agen pada 2021

Kudo mengungkapkan rencana ekspansi ke Asia Tenggara untuk mengembangkan bisnis warung tradisional pada dua tahun mendatang. Wacana ini selaras dengan relasi langsung Kudo dengan Grab yang disebut sebagai pemain regional terdepan.

“Untuk sampai setahun sampai dua tahun mendatang, kami mau mengembangkan Kudo untuk pasar Indonesia karena ini market terbesar. Tapi untuk rencana ke regional pasti ada karena kami ini adalah bagian dari Grab sebagai pemain terbesar di Asia Tenggara,” terang Co-Founder & CEO Agung Nugroho, Kamis (27/6).

Agung enggan membicarakan detail mengenai rencana tersebut. Namun dalam kurun waktu yang sama, sambungnya, perusahaan berencana untuk menambah jumlah agen hingga dua kali lipat, dari 2 juta menjadi 4 juta agen. Perusahaan akan menyasar ke luar Jawa, lantaran di sana dianggap tidak memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan usaha selain buka warung tradisional.

Kondisi tersebut dinilai membuat peluang Kudo jauh lebih besar untuk memajukan warung jadi serba bisa karena dibantu oleh teknologi. Beda kondisinya dibandingkan di dalam Jawa. Kesempatan untuk mengembangkan usaha jauh lebih besar, tidak harus buka warung saja.

“Dari kondisi ini kami sadar bahwa teknologi punya peran besar untuk bantu warung bisa berjualan apa saja. Mereka pun punya daya saing saat disandingkan dengan peritel modern.”

Perusahaan juga terus mengembangkan fitur-fitur untuk agen warung agar mereka bisa lebih ‘canggih’. Meski tidak dijelaskan secara spesifik, fitur tersebut nantinya akan didesain untuk meningkatkan penghasilan agen, efisiensi operasional, dan pemberian modal kerja.

“Kami dari awal berdiri untuk bangun warung tradisional, jadi kami terus konsisten mengembangkan fitur-fitur yang gunanya untuk bantu usaha mereka.”

Diharapkan fitur yang segera dirilis pada kuartal III tahun ini akan mendorong secara perlahan agen Kudo agar lebih aktif berjualan. Disebutkan dari dua juta agen, hanya ratusan ribu di antaranya saja yang aktif tiap bulannya.

Pencapaian lima tahun Kudo

Pada saat yang sama, Agung mengungkapkan sejumlah pencapaian Kudo sejak pertama kali berdiri di tahun 2014. Jumlah agen saat ini tumbuh 44% secara year on year. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Aceh, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Sumatera Barat.

Dari segi transaksi, diklaim tumbuh 132% untuk periode yang sama. Sepanjang Ramadan 2019 saja, transaksi yang paling banyak dimanfaatkan agen adalah pulsa, utilitas, kirim uang, produk supermarket, kupon dan voucher.

Inovasi terbaru Kudo adalah belanja stok jualan warung (grosir) langsung dari aplikasi. Agen tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan stok jualan mereka karena akan diantarkan langsung oleh mitra Kudo pada esok harinya.

Layanan yang sudah dirilis sejak Oktober 2018 ini, tersedia di lebih dari 20 kota dan kabupaten di Indonesia. Kudo memanfaatkan kemitraan di tiap daerah untuk menyediakan stok barang dan gandeng startup buat pengirimannya.

Lalu, pada Mei 2019 perusahaan menjadi mitra strategis dengan BNI untuk menyediakan fitur kirim uang melalui agen Kudo bagi masyarakat yang tidak mendapatkan akses keuangan di daerah. Dalam hal ini, agen Kudo sekaligus menjadi agen LKD untuk BNI.

Untuk menjadi agen Kudo, persyaratannya cukup menunjukkan identitas diri dan membuktikan warung sesuai dengan yang mereka laporkan dalam aplikasi. Mereka yang berhasil jadi agen, diperbolehkan ikut layanan keagenan dari pemain lain.

“Kompetisi di ranah warung ini memang menarik, tapi kita sudah masuk dalam ekosistem Grab. Ini yang membuat kita beda dan lebih kuat. Terlebih dari awal ekosistem yang kita bangun ini end to end untuk warung saja,” pungkas Agung.

Selain Kudo, pemain lainnya yang turut meramaikan ranah ini adalah Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Kioson, Paytren, Payfazz, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Pimpin Pendanaan Seri B PouchNATION, Platform Digitalisasi Acara Asal Singapura

PouchNATION hari ini (26/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri B yang dipimpin oleh Traveloka dengan nilai yang tidak disebutkan. SPH Ventures turut terlibat dalam pendanaan ini. Produk yang dikembangkan oleh startup berbasis di Singapura tersebut adalah platform digitalisasi untuk berbagai keperluan event, yang paling menonjol ialah inovasi berbasis NFC untuk akses ke sebuah acara.

“Kami terkesan dengan kemajuan yang telah PouchNATION capai dalam mendisrupsi industri hiburan. Dan kami bangga mendukung tim mengembangkan produk mereka, terlebih untuk memanfaatkan sinergi dengan bisnis utama Traveloka, yakni memberikan solusi end-to-end terkait kebutuhan perjalanan dan gaya hidup,” ujar VP of Revenue & Growth Traveloka Xperience, Sylvia Gunawan.

Sylvia juga memaparkan, bahwa investasi ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat posisinya sebagai platform discovery. Beberapa waktu lalu Traveloka giat memperkenalkan Xperience, sebuah kanal baru yang memungkinkan pengguna menemukan berbagai acara dan hiburan di berbagai kota dan negara. Termasuk menjual tiket aksesnya secara online.

“Perusahaan berencana meningkatkan bisnis, dari hanya sebagai penyedia layanan untuk acara dan tempat, menjadi platform hiburan yang menghubungkan ratusan ribu pengunjung di seluruh Asia dengan e-commerce, brand, dan pemain lain yang ingin mendapatkan visibilitas dan eksposur ke target pelanggan mereka,” ujar CEO PouchNATION Ilya Kravtsov.

Pada awal berdiri di tahun 2014, PouchNATION mengembangkan gelang dengan sensor NFC yang memungkinkan pengunjung acara melakukan pembayaran tanpa uang tunai. Seiring perkembangannya, mereka berevolusi menjadi platform menyeluruh untuk penyelenggaraan acara melalui lini produk PunchEvent, PunchVenue dan segera hadir PouchDigital; meliputi penyedia sistem pendaftaran, tiket, kontrol akses keamanan, brand activation, pengumpulan dan pengelolaan data dll.

“Kami sangat bersemangat meluncurkan vertikal baru untuk membuka segmen klien baru yang saat ini masih menggunakan metode tradisional dalam mengelola tempat dan acara. Dengan digitalisasi dan mengumpulkan lebih banyak data konsumen, kami memiliki misi untuk menciptakan saluran akuisisi pengguna yang sangat baru di kawasan ini,” sambung COO PouchNATION David Rapaport.

Saat ini sistem PouchNATION menangani rata-rata $5 juta nilai transaksi bulanan dari beragam jenis acara. Persebaran produknya sudah meliputi pasar Singapura, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung di bawah PT Easy Touch Group yang berbasis di Jakarta.

Blibli Perkuat Konsep O2O Melalui Fitur Click&Collect

Blibli meresmikan fitur Click&Collect, memungkinkan konsumen untuk berbelanja online di Blibli tanpa harus menunggu kurir mengantarkan pesanan ke alamat tujuan. Ini adalah fitur kedua dengan konsep O2O yang diperkenalkan setelah Blibli Instore sejak 2,5 tahun lalu.

SVP Trade Partnership Consumer Electronic Group Blibli Wisnu Iskandar menjelaskan, fitur teranyar ini hadir karena didasari berbedanya cara konsumen saat belanja. Konsumen online menggunakan platform karena untuk membandingkan harga, cari promosi, dan fitur. Di sisi lain, konsumen offline berbelanja karena ingin lihat barang, trial, dan memegang barang yang akan dibeli.

Tren e-commerce saat ini disebut sudah masuk ke titik 4.0. Di era ini, terjadi kolaborasi antara peritel online dan offline untuk mengembangkan strategi omnichannel, di dalamnya mencakup cara penjualan O2O. Alhasil, para konsumen yang menggunakan platform online karena ingin juga merasakan pengalaman saat berbelanja offline.

“Blibli menjawab kebutuhan tersebut melalui fitur Click&Collect. Konsumen bisa belanja di situs Blibli, memanfaatkan sistem pembayaran yang kami sediakan beserta ragam penawaran khusus. Kemudian, mereka mengambil belanjaan di toko offline untuk memastikan kecocokan produk,” terangnya, Rabu (26/6).

Secara konsep, Click&Collect ini diharapkan dapat menguntungkan konsumen dan merchant partner. Konsumen dapat memegang langsung barang yang mereka beli, bertanya langsung untuk solusi lainnya. Di satu sisi, peritel punya kesempatan untuk cross dan upselling, yang pada akhirnya meningkatkan omzet bisnis dan memberikan diferensiasi.

Setelah konsumen berbelanja melalui Click&Collect, merchant akan mempersiapkan pesanan dalam kurun waktu dua jam. Maksimal dalam tujuh hari barang harus diambil konsumen. Kkhusus Click&Collect tidak disediakan layanan retur.

“Di dalam email, konsumen akan terima notifikasi status pesanan. Apabila barang sudah siap diambil, konsumen bisa langsung datang. Dua jam itu adalah waktu normal untuk merchant dalam memproses suatu pesanan.”

Dua merchant yang sudah kerja sama strategis untuk fitur ini adalah Alfamart dan Fujishopid. Sistem backend antara kedua perusahaan ini sudah terintegrasi penuh dengan Blibli, sehingga seluruh stok secara real time bisa dilihat lewat aplikasi.

Pada tahap awal, 2.900 gerai Alfamart di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Bali terhubung dari total 14 ribu gerai di seluruh Indonesia.

“Kehadiran offline kami cukup kuat di Indonesia, begitupun Blibli di e-commerce. Artinya, dengan fitur ini kami mendapat pasar baru dari online yang bisa digarap secara offline,” tambah Head of Digital Business Alfamart Viendra Primadia.

Bakal tutup Blibli Instore

Pengalaman yang ditawarkan oleh Click&Collect ini sebenarnya mirip dengan Blibli Instore. Konsumen bisa belanja online dari perangkat yang disediakan Blibli di toko offline dan telah menjadi merchant resmi.

Keuntungan yang konsumen terima dari fitur ini adalah fasilitas dari Blibli, seperti cicilan 0%, metode pembayaran yang fleksibel, program loyalitas, dan customer care 24/7.

Long term [Blibli Instore] akan akan dihilangkan saat Click&Collect sudah meluas jangkauannya. Sebab journey-nya itu hampir mirip. Tapi konsumen punya fleksibilitas lebih tinggi [di Click&Collect], tantangannya bagaimana sistem kami bisa terintegrasi dengan partner,” kata Wisnu.

Dia menerangkan fitur ini sudah diperkenalkan sejak 2,5 tahun lalu dan telah ada lima ribu gerai yang memanfaatkannya. Bila digabungkan dengan Click&Connect, transaksi O2O di Blibli diklaim sudah menyumbang 15% secara keseluruhan.

Untuk Click&Collect saja, sejak Januari hingga Juni 2019 disebutkan telah memproses 250 ribu transaksi. Total merchant ada 31 peritel, dengan total lebih dari tiga ribu gerai. Kategori yang diakomodasi masih terbatas, seperti grocery, elektronik, dan gadget.

Tahun ini perusahaan akan memperluas jangkauan Click&Connect ke seluruh Jawa dan Bali. Ditargetkan pihaknya bisa merangkul 12 ribu gerai dan menghasilkan 1,5 juta transaksi.

“Blibli punya 15 kategori, namun ada kategori yang tidak bisa masuk ke Click&Collect seperti travel. Secara konsep semua barang yang punya bentuk fisik akan kami tambahkan ke fitur ini,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Potensi Pengembangan Teknologi “Artificial Intelligence” di Asia Tenggara

Teknologi Artificial Intelligence (AI) dengan berbagai macam produknya saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, mulai dari pengaruhnya untuk pengembangan teknologi finansial, edukasi, hingga layanan kesehatan. AI sudah mempermudah dan mempercepat semua proses tersebut.

Sesi #SelasaStartup kali ini menghadirkan CEO Kata.ai Irzan Raditya. Irzan berbagi pengalamannya membangun startup yang mengedepankan teknologi AI dan program eFounder Fellowship Alibaba yang berlangsung di Tiongkok beberapa waktu yang lalu.

Meningkatkan ekonomi digital

Indonesia, meskipun masih dalam proses pengenalan dan pengembangan, ternyata memiliki potensi untuk penerapan teknologi AI. Menurut Irzan meskipun sangat luas cakupannya, namun dengan machine learning yang berfungsi sebagai core teknologi AI, deep learning justru yang paling banyak dikembangkan oleh pengembang di Indonesia.

“Penggunaan data yang sangat banyak hingga pengolahan data dan akurasi menjadikan deep learning paling sering diterapkan di Indonesia,” kata Irzan.

Berbeda dengan Tiongkok yang termasuk negara paling advance dalam hal penerapan teknologi AI, kebanyakan masyarakat dari berbagai kalangan sudah terbiasa dengan adopsi teknologi. Mulai dari facial recognition, visual recognition semua sudah banyak diterapkan di Tiongkok. Dalam hal pembayaran sudah tidak lagi menggunakan uang tunai dan pembayaran non-tunai sudah menjadi pemandangan yang umum. Proses pembayaran tanpa kasir dan hanya memanfaatkan facial recognition juga sudah banyak diterapkan di Tiongkok.

“Untuk edukasi sendiri orang tua tidak perlu khawatir dengan aktivitas putra-putri mereka di sekolah. Dengan facial recognition semua bisa terpantau mulai dari kehadiran hingga hasil ujian mereka di sekolah,” kata Irzan.

Di Indonesia sendiri, meskipun belum terlalu masif diterapkan, namun kehadiran Go-Pay, Dana, dan OVO yang memanfaatkan QR Code untuk pembayaran mulai mengedukasi semua kalangan untuk mulai mengadopsi teknologi. Tidak hanya dimanfaatkan generasi muda, dengan proses yang mudah dan user-friendly teknologi tersebut juga bisa digunakan oleh lansia.

“Di Tiongkok saya melihat sudah banyak kalangan lansia atau mereka yang termasuk dalam usia tua menggunakan pembayaran secara cashless. Semua membuktikan jika tampilan dibuat dengan mudah dan user friendly, semua orang bisa mengadopsi teknologi,” kata Irzan.

Membantu UKM, layanan kesehatan, dan pendidikan

Salah satu faktor krusial yang dinilai mempengaruhi pengembangan teknologi AI dalam kehidupan sehari-hari adalah kehadiran fintech dengan penerapan teknologi AI dalam sistem mereka. Mulai dari pengumpulan data hingga credit scoring, semua bisa didapatkan secara cepat memanfaatkan teknologi tersebut. Efeknya proses pengecekan dan verifikasi bisa berjalan lebih cepat dan secara langsung membantu bisnis untuk mendapatkan modal tambahan, tanpa proses manual yang panjang dan menyulitkan.

Selain finansial, teknologi AI juga bisa membantu sektor kesehatan. Salah satunya menghadirkan konsultasi langsung, memanfaatkan aplikasi, yang menghubungkan dokter dengan pasien.

Dari sisi edukasi, teknologi AI dengan penerapan facial dan voice recognition juga bisa membantu anak-anak untuk mempelajari hal-hal paling mendasar. Dengan demikian proses belajar-mengajar bisa berjalan dengan mudah namun tetap menyenangkan untuk si anak.

“Ke depannya saya melihat potensi AI di Asia Tenggara bisa mengotomasi sekitar 50% pekerjaan dan mendatangkan penghasilan yang besar jika diterapkan dan dikembangkan secara positif. Untuk itu relasi dengan private sector dan pemerintahan bisa menentukan kemajuan teknologi AI agar bisa diterapkan lebih masif lagi,” tutup Irzan.

KoinWorks Kantongi Pendanaan Seri B Senilai Rp170 Miliar

Setelah sebelumnya mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp230 miliar yang dipimpin Mandiri Capital Indonesia (MCI) dan pendanaan lanjutan untuk tahap seri A+ dari Quona Capital dengan nominal yang tidak disebutkan, platform peer-to-peer lending Koinworks tahun ini mendapatkan pendanaan Seri B senilai S$16,5 juta (sekitar Rp 170 miliar) yang dipimpin EV Growth dan Quona Capital bersama investor lainnya.

Pendanaan ini akan digunakan KoinWorks untuk memperkuat tim dan kemitraan dan pengembangan sistem dan teknologi untuk menyediakan layanan finansial di seluruh Indonesia di satu platform.

KoinWorks yang mengklaim memiliki lebih dari 60% pendana di platform merupakan generasi milenial, dan 70% di antaranya mengatakan bahwa KoinWorks adalah instrumen investasi pertama mereka, telah menyalurkan pinjaman Rp150 miliar setiap bulannya. Pinjaman ini paling banyak disalurkan ke pelaku usaha fesyen, elektronik, aksesoris, dan komestik.

“Selama tiga tahun terakhir, kami telah menyalurkan pinjaman produktif kepada ratusan ribu UKM di Indonesia. Pertumbuhan yang sangat signifikan ini juga didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki investasi sejak dini,” kata Co-founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Fokus bantu UKM

Didirikan pada tahun 2016 oleh Benedicto Haryono dan Willy Arifin, Koinworks mempertemukan peminjam dan pendana secara daring melalui satu platform dengan menyediakan akses layanan keuangan ke UKM yang memiliki keterbatasan akses perbankan (unbanked atau underbanked).

Memanfaatkan machine learning, KoinWorks memungkinkan peminjam mengakses pinjaman dengan bunga rendah, dengan di saat yang bersamaan pendana juga menerima nilai pengembalian dengan bunga yang menguntungkan. Produk yang ditawarkan termasuk pinjaman pengembangan usaha melalui KoinBisnis dan pendidikan melalui KoinPintar.

“Adanya kesenjangan antara akses dan kenyamanan dalam produk investasi dan pinjaman membuat KoinWorks menjadi [layanan] fintech yang sangat unik di Indonesia,” kata Willson Cuaca, Partner EV Growth, yang merupakan hasil kerja sama East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), dan Yahoo Japan (YJ) Capital Inc.

Saat ini KoinWorks masih menyasar segmen pasar UKM, termasuk di dalamnya penjual online yang memanfaatkan media sosial sebagai media promosi mereka.

“KoinWorks bersama dengan Quona mewujudkan misi inklusi finansial yang menghasilkan dampak positif bagi perkembangan bisnis UKM di Indonesia sebagai hasil dari komitmen perusahaan pembiayaan yang bertangggung jawab,” kata Ganesh Rengaswamy, Co-Founder dan Partner Quona Capital.

Application Information Will Show Up Here

Kopi Kenangan Umumkan Perolehan Pendanaan 282 Miliar Rupiah dari Sequoia India

Kopi Kenangan hari ini (25/7) mengumumkan perolehan pendanaan dalam penutupan “growth round” dari Sequoia India. Nilainya mencapai $20 juta atau setara dengan 282 miliar Rupiah. Pendanaan ini menjadi lanjutan putaran sebelumnya senilai $8 juta dari Alpha JWC Venture pada Oktober 2018 lalu.

Pasca penambahan modal, startup yang didirikan oleh Edward Tirtanata dan James Prananto tersebut akan fokus membuat pengalaman yang makin dipersonalisasi dan efisiensi proses produksi. Realisasinya pada pengembangan aplikasi dan penerapan teknologi IoT di gerai.

Aplikasi akan dikembangkan sedemikian rupa hingga berasa menjadi “barista pribadi” para konsumen. Melalui aplikasi, konsumen bisa mendapatkan informasi mengenai takaran atau rasa dari kopi yang dipesan — layaknya mereka bertanya kepada barista di cafe.

Sejak berdiri pada tahun 2017, Kopi Kenangan telah memiliki 80 gerai di 8 kota. Dari data yang dikirimkan, rata-rata pemesanan kopi hampir mencapai 1 juta cangkir per bulannya. Selain menyempurnakan aplikasi, dengan pendanaan ini Kopi Kenangan juga akan menggencarkan ekspansi ke berbagai kota dengan membuka 150 gerai baru hingga akhir tahun.

Diinformasikan saat ini startup juga sudah dalam kondisi “profitable“. Capaian tersebut membuat Kopi Kenangan percaya diri untuk segera melakukan ekspansi ke Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan.

Sejak debutnya, Kopi Kenangan menawarkan konsep “new retail”, yakni dengan mengelaborasikan kapabilitas teknologi online dengan tetap menyediakan pengalaman berbelanja offline. Konsumen dapat memesan kopi melakukan aplikasi, untuk selanjutnya diambil dari kedai yang dipilih — atau meminta untuk diantarkan melalui jasa Grab atau Gojek.

Dengan konsep dan model bisnis yang nyaris sama, ada juga pemain lain yakni Fore Coffe. Konsep new retail turut ditawarkan dengan dukungan bisnis dan pendanaan dari East Ventures. Selain itu ada juga Anomali Coffee yang menawarkan model online-offline serupa untuk pemesanan produk kopi.

Application Information Will Show Up Here

JD Logistics dan Misinya Terapkan Teknologi Terpadu secara Global

Sebagai perusahaan ritel yang terus berkembang, saat ini JD.com sudah memiliki departemen logistik khusus. Tidak hanya bertugas mengelola logistik untuk internal, namun juga digunakan oleh brand di luar ekosistem JD.com. Setelah berdiri secara independen, JD Logistics berusaha menggulirkan inovasi dengan menerapkan teknologi terkini.

Mulai dari “Same Day Delivery”, pengiriman 30 menit untuk produk bahan makanan segar, hingga pengiriman menggunakan drone; semua dikelola secara komprehensif oleh JD Logistic. Perusahaan juga telah melancarkan strategi Global Smart Supply Chain (GSSC) yang tujuannya mempermudah proses pengiriman barang untuk pembeli di luar Tiongkok.

“Jika berbicara tentang internasional, cara yang JD Logistics terapkan adalah menjalin kolaborasi dengan logistik pihak ketiga untuk menciptakan GSSC. Kami juga masih menggunakan sistem gudang agar bisa melakukan optimasi cross-border inventory, sekaligus memberikan prediksi dan masukan kepada mitra terkait dengan waktu pengiriman yang tepat dilakukan,” kata Director of Corporate Development International JD Logistics Zachary Gidwitz.

Fokus JD Logistics saat ini adalah untuk memungkinkan konsumen bisa dengan cepat melakukan proses pembelian sekaligus. Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari memanfaatkan gudang sendiri yang kini jumlahnya 550 tersebar di Tiongkok hingga memanfaatkan gudang milik mitra JD.com yaitu Walmart.

“Retail as a Service”

Suasana sorting center JD.com / JD.com
Suasana sorting center JD.com / JD.com

Secara keseluruhan JD Logistics sudah mampu melayani sekitar 99% kawasan di Tiongkok. Sementara itu untuk pengiriman cepat yang saat ini menjadi andalan JD Logistics yaitu Same Day Delivery, mampu mengirimkan barang di hari yang sama dengan persentase kesuksesan hingga 90%.

“Berbeda dengan proses dan sistem yang diterapkan di Tiongkok (sepenuhnya dimiliki oleh JD Logistik), untuk produk di luar Tiongkok JD.com bekerja sama dengan mitra lokal,” kata Zachary.

JD Logistics juga akan mengembangkan Retail as a Service yang bertujuan untuk membuka peluang lebih kepada semua bisnis yang ingin memanfaatkan teknologi, infrastruktur hingga jaringan terpadu milik JD Logistics. Layanan ini termasuk di dalamnya kolaborasi penggunaan gudang, manajemen transportasi, dan pengiriman secara global.

“Dalam hal teknologi kami juga mulai menerapkan blockchain, tujuannya untuk mengetahui histori produk mulai dari awal hingga akhir, juga tracking system untuk memudahkan kami dan pembeli,” kata Zachary.

Penggunaan blockchain juga sudah diterapkan oleh JD.com untuk informasi produk di supermarket premium miliknya yaitu 7Fresh. Hanya dengan memanfaatkan mesin pemindai (scanner) pembeli sudah bisa mengetahui histori hingga detail produk dalam layar yang disiapkan di supermarket.

Rencana JD Logistics di Indonesia

Penggunaan drone untuk pengantaran barang ke daerah terpencil / JD.com
Penggunaan drone untuk pengantaran barang ke daerah terpencil / JD.com

Dengan teknologi yang dimiliki, JD Logistics juga memiliki rencana secara bertahap menerapkan teknologi yang serupa di Tiongkok ke negara lainnya, termasuk di Indonesia.

“Dengan kemitraan yang kami lakukan dengan mitra lokal, secara langsung kami sudah bisa memanfaatkan big data tersebut untuk mengolah kebiasaan dari pengguna, untuk memudahkan mitra kami mempercepat proses dan pekerjaan mereka,” kata Zachary.

Di Indonesia sendiri JD.com menjalin kemitraan strategis dalam bentuk joint venture pada JD.id dan J-Express (JX). JX merupakan layanan pengantaran logistik untuk e-commerce, nantinya akan turut memanfaatkan jaringan mitra Gojek.

Selain itu kerja sama juga akan mencakup hal lain, di antaranya terkait solusi pembayaran digital, pemasaran, dan katalog produk. Akan ada integrasi kedua layanan, salah satunya menghadirkan akses langsung produk JD.id di aplikasi Gojek.

“Kebanyakan logistik di JD sudah dioptimalkan inventory-nya dan mudah untuk diaplikasikan di negara lain. Di Indonesia joint venture dengan JX dan kerja sama strategis dengan Gojek memudahkan kami untuk memahami dengan benar bagaimana sistem logistik JD bisa diterapkan dan tentunya kemitraan tersebut juga membantu kami mempelajari kearifan lokal di Indonesia untuk bisa terintegrasi dengan supply chain JD,” kata Zachary.

JD.com bersama dengan Tencent dan Google merupakan investor yang masuk dalam pendanaan fase pertama putaran seri F Gojek pada awal tahun 2019 lalu. Beberapa investor lain termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital terlibat dalam pendanaan ini.

Application Information Will Show Up Here

Geliat Ekosistem Startup Medan dalam Startupfest 2019

Tahun 2019 adalah kali keempat penyelenggaraan Startupfest di Medan. Selain sesi konferensi dan workshop, pada pagelaran kali ini banyak startup yang melakukan speed dating ke investor, dengan harapan bisa mendapat saran untuk pengembangan bisnisnya di tingkat lanjut.

Dalam sambutannya Founder Clapham Christopher Angkasa, salah satu inisiator Startupfest 2019 memaparkan bahwa setiap tahunnya ada peningkatan peminat dari segi peserta dan pembicara. Sebuah tren positif untuk ekosistem startup di “Kota Melayu Deli” tersebut.

“Saya rasa startup Medan itu kalau dilihat dari tahun pertama (Startupfest) ada perkembangan. Yang paling kelihatan itu satu, mereka sekarang lebih banyak keluar. Jadi dulu itu masih kayak aduh startup gue jelek atau pitch deck gue jelek. Semenjak kita dukung, mereka semakin terbiasa,” terang Chris kepada DailySocial.

Chris menambahkan, saat ini banyak perubahan positif bagi penggiat startup di sana, salah satunya terkait kemampuan presentasi yang kian membaik, keterbukaan untuk menghadiri konferensi, dan juga tumbuhnya penggiat startup itu sendiri. Dampak positif seperti inilah yang diharapkan akan terus berlanjut seiring dengan digelarnya acara Startupfest dari tahun ke tahun.

Ekosistem startup di Medan dinilai juga masih butuh “cerita-cerita sukses” dari para founder yang sudah berpengalaman. Untuk memberikan motivasi, meski lahir di Medan mereka juga bisa sukses menjalankan bisnis startup.

“[…] tugas kita dari community builder untuk naikin orang-orang ini ke podium. Jangan nanti semua ketutup oleh Gojek, Bukalapak, dan lain-lain,” imbuh Chris.

Dari banyak pembicara yang dihadirkan Startupfest 2019, beberapa memang berasal dari Medan, seperti Engineer Canva Steven Sinatra yang hadir untuk berbagi dalam workshop membangun MVP (Minimun Viable Product), COO Bukalapak Willix Halim yang berbagi cerita tentang pengalaman dirinya dan Bukalapak, dan masih banyak lagi.

Beberapa startup asal Medan peserta pitch tahun lalu pun didaulat untuk berbagi kisah. Mereka adalah Founder Cerah.co Eunice Budiharjo, Founder Invita Dikent Jingga, dan Co-founder Pak Tani Digital Yosephine Sembiring.

Tentang ekosistem startup di Medan

Ekosistem startup di Medan masih berkembang. Mulai banyak startup dengan ide menarik bermunculan, tapi tak jarang mereka “pivot” dan beralih ke model bisnis baru. Menurut Chris salah satu permasalahan yang banyak ditemui di Medan adalah soal talenta.

Talent, jadi saya rasa talenta ini jadi pertanyaan besar karena banyak developer yang terserap Jakarta. Untuk talenta bisnis tidak begitu masalah. Di sini tim teknik banyak yang bertalenta tapi kebanyakan single fighter atau lari ke Jakarta,” jelas Chris.

Tak berbeda dengan Chris, Dikent Jingga pendiri Invita juga merasakan hal serupa. Ia menilai bahwa di Medan sebenarnya tersedia banyak talenta developer, hanya saja kebanyakan dari mereka memilih untuk ke Jakarta.

“Menurutku talent di Medan itu banyak yang bagus cuma banyak yang belum kelihatan, atau banyak yang lebih memilih ke Jakarta,” imbuh Dikent.

Di Startupfest 2019 ini banyak nama-nama startup dengan konsep menarik, beberapa di antaranya adalah Kepul (startup yang menghubungkan pengepul dan pemilik sampah), MOI (aplikasi pemesanan jasa medis profesional), dan Mapaya (aplikasi catering online).

Layanan Streaming Video Milik Gojek “Go-Play” Masuki Fase Beta

Gojek akhirnya mengumumkan akan segera menghadirkan Go-Play. Saat ini layanan video streaming tersebut ditawarkan secara bertahap untuk seluruh pengguna sambil terus menanti masukan.

Akses Go-Play versi beta akan diberikan kepada pengguna terpilih melalui notifikasi di aplikasi Gojek. Selain mendapat kesempatan menikmati fitur-fitur baru, dalam masa percobaan ini pengguna juga akan dibebaskan streaming dan download semua konten film atau serial yang ada.

“Saat ini Go-Play hadir dalam versi beta yang tersedia untuk sejumlah pengguna, menandai awal peluncuran yang dilakukan secara bertahap. Di fase ini kami juga mengajak pengguna untuk memberikan masukan yang akan membantu kami terus menyempurnakan layanan kami,” terang VP Corporate Communications Gojek Kristy Nelwan.

Rencana Gojek memasuki bisnis konten sebenarnya sudah dikemukakan SVP of Acquisition and Development Gojek Michy Gustavia dalam acara Asia-Pacific Video Operators’ Summit tahun lalu. Go-Play bahkan disebut-sebut akan didukung oleh unit yang dinamai “Go-Studio” dalam hal produksi konten.

Selain menghadirkan konten on-demand film Indonesia, mereka juga akan memproduksi film dokumenter yang terkait dengan kegiatan Gojek. Yang dicontohkan Michy tahun lalu adalah film dokumenter soal tingkat pembatalan pesanan dan perempuan.

Secara inovasi, Go-Play menjadi bagian dalam upaya Gojek menjadi “super app”. Pesaing terdekat mereka untuk kawasan Asia Tenggara, Grab juga memiliki layanan serupa. Bedanya, Grab menggandeng Hooq sebagai penyedia konten video on demand untuk bisa “disematkan” di dalam aplikasinya.

Tahun ini Gojek cukup “ngebut” untuk menambah jumlah layanan yang ada di aplikasi mereka. Setelah Go-News, Go-Comics, dan Go-Give bukan tidak mungkin Go-Play juga “diresmikan” tahun ini.

Application Information Will Show Up Here