GetPlus Perkenalkan “Retail Media Network”, Papan Iklan Video Berbasis AI

Startup penyedia platform loyalitas GetPlus meluncurkan Retail Media Network, layanan papan iklan video berbasis AI. Teknologi ini hadir berkat kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Jepang, AWL.Inc.

Dalam peresmiannya, Co-founder & COO/CMO GetPlus Indonesia Adrian Hoon menjelaskan, papan iklan ini dapat dikostumisasi dan dipersonalisasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan durasi pelanggan melihat iklan video yang ditempatkan di jaringan ritel dengan memanfaatkan kamera.

Ketika pelanggan melewati papan iklan GetPlus, mereka akan melihat iklan yang sudah dipersonalisasi sesuai kategori tersebut. Kamera tersebut bahkan mampu mendeteksi sekalipun pelanggan tidak melihat ke kamera.

“Dalam sekejap, kurang dari satu detik kamera akan langsung mendeteksi beberapa muka sekaligus. Dan iklan yang dipersonalisasi akan muncul hanya dalam waktu kurang dari satu detik,” terangnya, Senin (15/1).

Menurutnya, solusi GetPlus Retail Media Network yang ditempatkan di jaringan ritel terkemuka, memungkinkan para mitra ritel mendapatkan first party data yang lebih akurat dari platform iklan berbasis AI yang dapat dipersonalisasi secara real time dan terukur.

“Misi kami adalah bekerja dengan mitra ritel kami dan merek untuk sepenuhnya mengelola strategi loyalitas mereka, mengidentifikasi wawasan dan tren pelanggan utama, memaksimalkan ROI pemasaran mereka untuk meningkatkan penjualan.”

Inovasi ini sudah diterapkan di Ranch Market Grand Indonesia dan Farmers Market Summarecon Mall Kelapa Gading. Ranch Market dan GetPlus merupakan portofolio dari Grup Djarum.

Teknologi AI milik AWL.Inc disebutkan memiliki akurasi hingga 70%. Di negara asalnya, sejak pertama kali beroperasi di 2016, solusi AWL telah diterapkan luas oleh berbagai global ritel modern, seperti AEON, Lawson, Family Mart. Sebanyak 15 ribu kamera di 3 ribu lokasi telah di-install oleh AWL.

President Representative Director and CEO AWL.Inc Muneharu Kitade menambahkan, teknologi yang disiapkan untuk GetPlus mampu mengenali wajah, usia, jenis kelamin, serta durasi pelanggan melihat iklan video secara real time dan akurat. “Sehingga dapat memberikan wawasan mendalam tentang demografi dan perilaku pelanggan yang terukur,” katanya.

Walau teknologi ini masih sangat baru di Indonesia, lanjut Adrian, dalam lanskap ritel yang dinamis saat ini, pelaku industri membutuhkan solusi yang melebihi periklanan tradisional dan dapat diukur efektivitasnya. Ia berharap, keberadaan saluran ini tidak hanya sebagai solusi, namun juga berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem industri ritel di Indonesia.

Pemilik brand dapat menerima manfaat berupa engagement dari pelanggan yang memicu konversi dan penurunan preferensi terhadap merek tertentu. Sedangkan bagi ritel, dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Terakhir, keuntungan bagi pelanggan sendiri adalah mendapatkan iklan yang telah dipersonalisasi sehingga lebih relevan.

“Kami menawarkan Retail Media Network yang canggih yang dapat menciptakan audiens yang sesuai dengan menggunakan data pihak pertama, sehingga memungkinkan brand untuk menargetkan pesan yang tepat kepada audiens yang tepat di lokasi yang juga tepat, sehingga dapat menghasilkan ROAS yang optimal,” pungkasnya.

Satu tahun sebelumnya, GetPlus bermitra dengan Mil.k, startup sejenis GetPlus asal Korea Selatan yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Sejak beroperasi di 2019, diklaim kini GetPlus memiliki lebih dari 1 juta pengguna dan lebih dari 500 merchant yang terdaftar. Sebagai program loyalitas, pengguna GetPlus bisa mendapatkan poin dari kegiatan berbelanja sehari-hari baik secara online dan offline di berbagai kategori merchant.

Poin tersebut dapat ditukar dengan banyak pilihan, misalnya voucher belanja, jasa, atau produk fisik dari berbagai partner. Startup ini beririsan dengan Shopback dan Snapcart.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club). Model ini dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Di saat yang sama, membantu merek memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja.

Application Information Will Show Up Here

Startup Insurtech Lifepal Diakuisisi Roojai Group

Startup insurtech asal Thailand Roojai Group mengumumkan telah mengakuisisi Lifepal, portal pembanding asuransi online asal Indonesia. Kekuatan masing-masing perusahaan akan disinergikan demi menawarkan produk asuransi yang lebih beragam untuk masyarakat Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan pada pekan lalu (12/1) melalui keterangan resmi yang disampaikan Roojai. Perwakilan Roojai menuturkan akuisisi ini menandai sinergi kekuatan, Lifepal akan menyediakan akses ke saluran distribusi online di Indonesia, sementara Roojai akan meningkatkan kinerjanya dengan harga premi, underwriting, dan pengalaman pelanggan yang lebih baik secara keseluruhan.

“Akan berupaya memperluas penawaran produk dan distribusi online dan offline, memastikan pendekatan layanan asuransi yang komprehensif dan berpusat pada pelanggan,” tulisnya seperti dikutip dari Technode Global.

Desas-desus akuisisi Lifepal sebenarnya sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir. Startup yang didirikan salah satunya oleh Benny Fajarai ini mencari investor baru dengan pengetahuan asuransi yang mendalam.

Kedua perusahaan akan terus berinovasi dalam menawarkan layanan asuransi terbaik yang berpusat pada pelanggan di Indonesia dan negara lainnya di kawasan ini.

Disampaikan lebih lanjut, pasca-akuisisi operasional Lifepal akan tetap independen dari Roojai Indonesia. Lifepal tetap melanjutkan bisnisnya sebagai platform pembanding produk asuransi mobil dan kesehatan, dengan dukungan teknologi Roojai.

Para pelanggan Lifepal akan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari kemampuan Roojai, seperti akses terhadap harga premi yang kompetitif dan pengalaman pelanggan yang unggul, demi mereplikasi kesuksesan Roojai yang telah dicapai di Thailand.

Sementara itu, mitra asuransi Lifepal akan mendapatkan manfaat dari keahlian Roojai dalam transformasi digital proses asuransi, seperti inspeksi mobil, dukungan klaim, dan strategi keberlanjutan portofolio.

Roojai Group beroperasi di Thailand sejak 2016, cakupan bisnisnya meliputi: Roojai Thailand (asuransi digital); MrKumka (portal pembanding asuransi online di Thailand); dan Roojai Indonesia yang diluncurkan pada 2022 untuk memberikan produk kompetitif dan pengalaman pelanggan yang sama kepada konsumen Indonesia.

Di Indonesia, Roojai (PT Roojai Insurance Agent) masuk di bawah bendera insurtech dan bermitra dengan PT Sompo Insurance Indonesia sebagai agen resminya. Perusahaan ini menyediakan beragam asuransi, seperti: asuransi mobil all risk, penyakit kritis, kanker, penyakit jantung, penyakit akibat gigitan nyamuk, kecelakaan diri, hospital cash plan.

Sementara itu, Lifepal (PT Lifepal Technologies Indonesia) beroperasi di Indonesia dengan lisensi sebagai penyelenggara inovasi keuangan digital (IKD) di bawah OJK. Lifepal merupakan bagian dari PT Anugrah Atma Adiguna, perusahaan broker asuransi. Diklaim ada lebih dari 2 juta pengunjung unik per bulan mengunjungi situs Lifepal.

Startup ini terakhir kali mengumumkan pendanaan putaran Seri A sebesar $9 juta pada Agustus 2021. Putaran tersebut dipimpin oleh ProBatus Capital dengan keterlibatan Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital, dan Hustle Fund.

Application Information Will Show Up Here

Flip Tempuh PHK Dalam Rangka Reorganisasi Internal

Startup fintech khusus pembayaran Flip mengumumkan telah memberhentikan sebagian karyawannya (PHK). Tidak disebutkan berapa banyak karyawan yang terdampak dari keputusan tersebut.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menyampaikan kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu, jadi dalang di balik keputusan ini ditempuh. “Demi menjamin keberlangsungan bisnis Flip, manajemen dengan berat hati melakukan reorganisasi internal,” ujarnya.

Dia melanjutkan, seluruh pihak yang terdampak akan menerima kompensasi secara adil dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Selain itu, sejumlah benefit akan diberikan, seperti: asuransi kesehatan, pemberian laptop, serta memanfaatkan jaringan perusahaan untuk mempermudah akses mencari pekerjaan baru.

Data terakhir perusahaan

Sebelumnya dalam tulisan yang dimuat DailySocial.id, Flip berawal dari tiga orang sejak pertama kali berdiri di 2015. Data terakhir yang diungkap, total karyawannya mencapai 400 orang yang hampir sepenuhnya adalah talenta lokal. Tim engineer dan operasional menempati posisi terbesar dari struktur perusahaan.

Flip memiliki dua target konsumen: individu dan bisnis (Flip for Business). Flip for Business merupakan solusi B2B yang membantu bisnis dan perusahaan untuk manajemen keuangan melalui layanan Money Transfer dan International Transfer melalui platform web dashboard atau integrasi API (Application Programming Interface).

Sementara itu, solusi B2C dapat digunakan melalui aplikasi Flip yang terdiri atas layanan transfer uang ke luar negeri (Flip Globe), transfer uang domestik, isi ulang (top-up) e-money, dan produk digital (pulsa, paket data, token listrik, tagihan listrik, dan tagihan air/PDAM).

Berdasarkan data internal perusahaan, total pengguna individu mencapai 13 juta orang dan lebih dari 1.000 pengguna bisnis. Transaksi yang diproses Flip diklaim mencapai miliaran per bulannya. Flip telah terhubung dengan lebih dari 100 bank dan transfer internasionalnya dapat terhubung ke lebih dari 50 negara.

Pengguna individu ini memiliki demografi usia rentang 25-35 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia. Sesuai dengan kondisi ekonominya, rentang usia tersebut adalah kelompok yang baru mulai bekerja dan punya banyak kebutuhan. Berkaitan dengan itu, layanan yang paling sering mereka gunakan adalah transfer dana antar bank dan produk digital.

Sementara untuk pengguna bisnis cukup beragam skala bisnisnya, ada yang level UMKM hingga skala besar. Wajar saja, sebab kebutuhan transfer dana itu adalah kebutuhan semua bisnis. Produk untuk bisnis ini berbentuk dasbor dengan fitur yang sudah terhubung ke sistem user dengan direct API. Fitur yang tersedia adalah transfer dana (domestik dan internasional) dan penerimaan pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Kuncie Cetak Kinerja Positif di 2023, Pelanggan Korporasi Kontributor Utamanya

Startup edtech Kuncie mengungkapkan kinerja positif sepanjang 2023, segmen pelanggan korporasi disebutkan jadi kontributor utamanya. Pencapaian ini akan dilanjutkan dengan inovasi dalam menghadirkan produk yang relevan bagi konsumen.

CEO Kuncie Hendra Saputra menyampaikan, nilai transaksi bisnis mereka pada 2023 meningkat hingga 3,5x lipat yang diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar hampir 2x lipat. Hanya saja ia tidak merinci lebih jauh kontribusi masing-masing dari tiap produknya.

Menurutnya, pertumbuhan ini disumbang oleh kinerja positif di segmen pelanggan korporasi melalui program Corporate Training Solutions, beragam pembelian modul video belajar, dan rangkaian kelas belajar self-paced yang dipersonalisasi.

Kemudian, disusul oleh program yang dikhususkan untuk pengguna individu, seperti program Kuncie Executive, hasil kolaborasi bersama SBM ITB (School of Business Management Institut Teknologi Bandung) dan UGM (Universitas Gadjah Mada).

“Bagi kami, pencapaian ini bukan hanya mencerminkan pertumbuhan finansial yang solid, tetapi juga sebagai validasi terhadap value yang dihadirkan oleh Kuncie sebagai platform yang meningkatkan kompetensi dan kapasitas para penggunanya. Capaian ini juga menjadi fondasi kuat bagi kami untuk terus memperkuat eksistensi di industri edtech serta terus memberikan pengalaman pembelajaran eksklusif dan berkualitas kepada berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” ujar Hendra dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, program Corporate Training Solutions milik Kuncie telah dipercaya oleh berbagai perusahaan multi industri karena punya nilai lebih dibanding pemain sejenisnya. Yakni:

  1. Memiliki platform management system untuk pengelolaan proses dan progres pelatihan karyawan secara efektif. Serta, dapat dipersonalisasi dipilih dan menggabungkan program yang dimiliki Kuncie ke dalam kurikulum yang dirancang ulang secara khusus.
  2. Menyediakan layanan produksi video yang dikhususkan untuk massive open online course (MOOC) yang digunakan oleh beberapa perusahaan untuk media pembelajaran karyawan mereka.
  3. Mengintegrasikan berbagai program unggulan Kuncie, mulai dari kolaborasi dengan SBM ITB (Mini MBA General Management, Data Analytics, dan Political Marketing) dan UGM (Human Capital Management), hingga program in-house training untuk meningkatkan hard skills dan soft skills karyawan.

Sepanjang tahun ini, Kuncie berencana untuk mengintegrasikan layanannya dengan aset komersial Telkomsel, seperti layanan Halo+, Ilmupedia, dan Indihome. Integrasi tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan inovasi yang berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis Kuncie ke depannya.

Di samping itu, akan menghadirkan lebih banyak kelas Kuncie Executive dengan berbagai institusi pendidikan di Indonesia, lebih intensif memperluas kemitraan bisnis dengan lebih banyak perusahaan dalam rangka mendukung kemajuan melalui peningkatan potensi dan produktivitas karyawan.

Hendra meyakini, meskipun industri ini dinilai akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks, pihaknya meyakini bahwa edtech masih memiliki prospek cerah, terutama yang menyasar segmen kalangan profesional

“Kami juga optimis bahwa kami akan mampu bertahan dan tumbuh di tahun ini. Inovasi-inovasi ini juga kami lakukan untuk mewujudkan inklusivitas akses pendidikan yang sesuai dengan berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” tutup Hendra.

Beda nasib

Dalam tulisan sebelumnya yang dipublikasi DailySocial.id, nasib pemain edtech di non-K12 lebih “beruntung” dari pemain K-12, mengingat tantangan yang dihadapi keduanya pun juga berbeda. Cakap dan PINTAR adalah beberapa yang tumbuh subur.

Co-founder & CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan per kuartal III 2023, Cakap mampu menjaga tren pertumbuhan positif dengan kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan lebih dari 100% secara year-on-year, serta membukukan EBITDA positif.

Sebanyak 50% dari total pendapatan Cakap berasal dari pilar bisnis Bahasa, lalu sisanya dari pilar Business dan Upskill (kelas vokasi dan keterampilan, seperti hospitality, perkantoran, dan kewirausahaan). Sepanjang semester I 2023, kursus bahasa Inggris masih menjadi kontributor terbesar. Para penggunanya berasal dari usia produktif, sekitar 20-29 tahun yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung.

Demand terhadap edukasi terus berkembang, tercermin dari performa Cakap yang terus bertumbuh dengan adanya inovasi yang relevan dengan minat market, baik selama dan sesudah pandemi Covid-19,” kata Tomy.

Sementara itu, Co-founder dan CEO PINTAR Ray Pulungan menyampaikan PINTAR memiliki empat pilar produk: PINTAR Skills (pelatihan keterampilan), PINTAR Degrees (pendidikan tinggi), PINTAR Enterprise (pembelajaran dan pengembangan karyawan), serta PINTAR Opportunity (penempatan individu ke pasar kerja dan pembukaan akses pasar bagi pemilik UMKM).

Kombinasi dari empat segmen ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang beragam, baik untuk organisasi maupun individu. Diklaim sebagian besar bisnisnya kini berfokus pada pasar B2B, dengan kontribusi sekitar 70% dari total bisnis perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan Startup Masih Sulit, 2024 Momentum Benahi Fundamental Bisnis

Meski ekonomi digital diproyeksikan tetap tumbuh dalam beberapa tahun mendatang, ekosistem startup Indonesia masih mengalami masa sulit sejak dua tahun terakhir. Beberapa indikasinya seperti PHK massal dan penutupan bisnis masih berlangsung mengawali tahun 2024. Situasi ini juga memicu penurunan iklim investasi di sepanjang tahun 2023.

Dalam sesi diskusi “Navigating the Future: Investment Outlook 2024” yang digelar oleh Aspire dan Trihill Capital, sejumlah perwakilan VC membagikan proyeksinya terkait tren pendanaan dan beberapa catatan penting bagi ekosistem startup Indonesia.

Penggalangan dana masih sulit

Menurut Partner Trihill Capital Anthony Tjajadi, likuiditas dari investor dalam negeri sebetulnya masih terbilang baik. Banyak VC masih mampu mengumpulkan dana dalam jumlah besar dari berbagai investor. Namun, ketika tech winter terjadi, sejumlah investor mulai berhati-hati untuk mengucurkan modalnya.

“Masa sulit dalam penggalangan dana masih akan terjadi dibandingkan tahun 2020, 2021, hingga awal 2022. Saya rasa investor masih menanti situasi new normal terbentuk sepenuhnya, karena mereka masih mencari tahu standar baru pada industri ini, misalnya metrik valuasinya,” paparnya.

Jika mengacu laporan AC Ventures dan Bain & Company, jumlah transaksi investasi pada paruh pertama 2023 hanya mencapai 110 kesepakatan, dibandingkan paruh kedua 2022 yang sebanyak 344. Pertumbuhan transaksi pendanaan masih didorong oleh tahap awal, sedangkan pendanaan seri B menurun.

Sementara Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyoroti tentang tren penurunan ticket size pendanaan di beberapa tahapan. Nilai pendanaan seri A tercatat merosot signifikan dari rata-rata $10 juta menjadi $5,8 juta yang membuat nilai valuasi startup ikut turun.

Menurutnya, para founder mungkin menghadapi dilusi yang lebih tinggi. Mereka harus menyerahkan persentase kepemilikan saham lebih besar kepada investor. Namun, bagi startup awal tingginya porsi kepemilikan investor sangat krusial mengingat tahap ini cenderung belum punya hasil yang pasti sehingga potensi return menjadi lebih rendah.

“Mungkin ada total sekitar 125 kesepakatan pendanaan di Indonesia, dan kita telah melihat penurunan pada putaran di berbagai tahap. Valuasinya juga ikut turun. Artinya, dilusi [saham] yang dikorbankan oleh founder kini jadi jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Saya pikir kepemilikan sangat penting pada pendanaan tahap awal karena potensi exit tidak akan setinggi sebelumnya,” tutur Patrick.

Perusahaan teknologi besar perlu buktikan profitabilitas

Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan pendapat lain perihal profitabilitas yang belum mampu diraih perusahaan teknologi Indonesia yang sudah melantai di bursa saham. Hal ini menimbulkan keraguan pasar terhadap potensi perusahaan teknologi di masa depan.

Setidaknya hingga kuartal III 2023, di sektor besar e-commerce dan on-demand, sejumlah perusahaan, seperti GoTo, BliBli, dan Bukalapak, belum ada yang mencetak keuntungan.

“Kita perlu melihat mereka meraih keuntungan terlebih dulu sebelum pasar mau mengubah persepsi mereka tentang [bisnis] teknologi di Asia Tenggara. Bagi startup tahap awal, ini menjadi momentum untuk membangun fondasi bisnis yang tepat. Dan ketika pasar membaik, [generasi selanjutnya] startup tahap awal yang dibangun dengan baik akan berkembang,” jelas Abraham.

Ia memproyeksikan 2024 sebagai tahun bearish bagi sektor teknologi. Menurutnya, berbagai kesepakatan pendanaan yang terjadi di sepanjang tahun 2020, 2021, dan 2022 banyak mengalir ke startup yang belum siap, baik dari model bisnis maupun produk. Konsekuensinya, mereka tidak bisa meraup margin. Karena model bisnis dan produknya.

“Namun, saya melihat akan ada banyak inovasi yang terjadi di segmen grassroot. VC akan terus berinvestasi, terutama pada tahap awal,” tambahnya.

Sektor potensial maupun yang alami kemerosotan

Baik Anthony dan Patrick sepakat bahwa bisnis tradisional dan B2B akan menjadi sektor yang potensial bagi investor. Sektor yang kini banyak dipenuhi oleh pemain D2C atau ritel ini disebut menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas.

Sementara bicara sektor lain, “Periode 2020-2021 adalah tahun yang baik bagi fintech. Namun, tahun lalu fintech mengalami penurunan. Pasar banyak bicara jumlah pengguna atau GTV, tetapi apakah mereka fokus pada keuntungan atau benar-benar sudah mendapat keuntungan dari penggunanya? Saya pikir pasar mulai sadar [fintech] punya banyak pengguna, tetapi tidak ada keuntungan di dalamnya. Lalu, apa untungnya bagi kami [investor]?” tambah Anthony.

Kendati begitu, sanggah Abraham, penurunan minat investor terhadap fintech tak berarti membuat sektor ini gagal. Ia berpendapat, kegagalan gelombang pertama fintech tidak berarti tidak memiliki peluang di masa depan.

BroilerX Bukukan Pendanaan Pra-Seri A dari Saison Capital, Insignia, Kopital, dan Orvel Ventures

Startup di bidang peternakan ayam BroilerX mendapatkan pendanaan pra-seri A. Menurut data regulator, seperti dikutip dari Alternative.PE, putaran tersebut diikuti Saison Capital, Insignia Ventures Partners, Kopital Ventures, dan Orvel Ventures. Investasi baru ini membawa total pendanaan yang didapat BroilerX mencapai $3,5 juta atau setara 54,4 miliar Rupiah.

Kabar ini dibenarkan oleh salah satu investor yang terlibat dalam kesepakatan ini.

Bermarkas di Yogyakarta, BroilerX didirikan Prastyo Ruandhito (CEO), Jati Pikukuh (CTO), dan Pramudya Rizki Ruandhito (COO) sejak 2022. Sebelumnya mereka juga telah mendapatkan pendanaan awal $1,3 juta dipimpin Insignia Ventures Partners. Dalam debutnya, mereka telah bekerja sama dengan 30+ mitra peternak untuk melayani 1000+ pelanggan.

Terdapat empat layanan utama yang dihadirkan oleh BroilerX. Pertama sistem Smart Farming, menyediakan peralatan berbasis IoT untuk membantu peternak mengontrol dan memonitor kondisi lingkungan kadang lewat aplikasi. Kedua, mereka juga menyediakan layanan ERP terpadu untuk mendigitalkan proses penjualan, persediaan, manufaktur, hingga pengelolaan SDM.

Ketiga, BroilerX turut membuka layanan kemitraan bagi peternak ayam. Para mitra akan dibantu dengan sistem ternak berbasis smart farming dan solusi pendukungnya. Saat ini mitra yang digandeng berada di seputar Yogyakarta, Solo, Magelang, Purwokerto, Tegal, Pati, Madiun, Sidoarjo, Kediri, dan Malang.

Kemudian layanan terakhir, BroilerX juga menyediakan suplai ayam hidup dengan kualitas terjamin berasal dari ayam yang dibudidayakan bersama mitra peternak; juga karkas ayam segar dan beku yang tersertifikasi halal.

Selain itu, menjelang akhir tahun lalu mereka juga mulai menguji coba LayerX dan RabuX. LayerX adalah sebuah program yang bertujuan untuk memberikan dampak sosial kepada peternak ayam. Sementara RabuX adalah dedikasi perusahaan untuk mengembangkan ekosistem berkelanjutan. Komitmen awalnya dengan memproduksi pupuk dari kotoran ayam dan sekam bekas kandang. Program ini telah mendapati pilot project di daerah Gunungkidul, Yogyakarta.

Startup di area peternakan ayam

BroilerX bukan satu-satunya startup lokal yang mencoba mendemokratisasi sistem peternakan ayam dengan sentuhan teknologi. Sejumlah startup juga bermain di area ini, seperti Pitik dan Chickin. Pitik sendiri terakhir telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $14 juta yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures. Sementara Chickin juga telah didukung pendanaan awal dari East Ventures.

Komoditas daging ayam sendiri termasuk yang cukup laris di Indonesia. Menurut data OECD-FAO, konsumsi daging ayam di Indonesia mencapai 7,9 kg per kapita pada 2020, diperkirakan akan meningkat menjadi 9,32 kg per kapita pada 2029.

Selain pangsa pasar yang besar, industri ini juga masih memiliki potensi untuk dioptimalkan dengan meminimalkan isu klasik yang terjadi dari hulu hingga hilir, seperti akses ke modal dan input produksi, masalah produksi (seperti inefisiensi pakan, penyakit, kualitas benih dan teknologi budidaya), dan masalah pasca produksi (seperti harga di tingkat petani yang rendah karena rantai pasokan yang panjang).

Para startup tersebut di atas mencoba hadir untuk menyelesaikan isu-isu tersebut dengan pendekatan modern, dimulai dari automasi hingga memperluas jangkauan pasar melalui saluran digital.

Application Information Will Show Up Here

Perubahan Kedua UU ITE Atur Sejumlah Ketentuan Baru

Perubahan kedua Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) telah diteken Presiden Joko Widodo pada 2 Januari 2024. Namanya berubah menjadi UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Sebagaimana dimuat di laman JDIH Setneg, UU ITE 2024 ini mengungkap tiga alasan atas revisi kedua ini. Pertama, sebagian masyarakat mengaku keberatan terhadap beberapa ketentuan pidana. Misalnya, Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28 ayat 21 yang sudah beberapa kali diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk Uji Materi.

Kedua, perubahan pertama, yakni UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dianggap belum dapat menuntaskan masalah. Ketiga, sejumlah pasal dinilai multitafsir sehingga subjek yang seharusnya bukan menjadi target, bisa terkena sasaran.

Perubahan versi 2024

Menurut laman JIDH Kemenko Maritim, UU ITE 2024 memuat tujuh (7) pasal baru meliputi Pasal 13A, 16A, 16B, 18A, 27A, 27B, dan 40A. Beberapa di antaranya mendapat respons positif karena mengatur penggunaan tanda tangan elektronik termasuk perlindungan anak.

Pasal 13 diubah; mengakui penggunaan tanda tangan elektronik. Dijelaskan dalam Pasal 13A, Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSE) dapat menyelenggarakan layanan berupa:

  1. Tanda Tangan Elektronik
  2. Segel elektronik
  3. Penanda waktu elektronik
  4. Layanan pengiriman elektronik tercatat
  5. Autentikasi situs web
  6. Preservasi Tanda Tangan Elektronik dan/ atau segel elektronik
  7. Identitas digital; dan/ atau 
  8. layanan lain yang menggunakan Sertifikat Elektronik. 

Pasal 17 ayat (1) diubah; di antara ayat 2 dan ayat 3 disisipkan ayat 2a.

  1. Ayat 1 memuat Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik atau privat.
  2. Ayat 2 memuat pihak yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/ atau pertukaran Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.
  3. Ayat 2a memuat Transaksi Elektronik yang memiliki risiko tinggi bagi para pihak menggunakan Tanda Tangan Elektronik yang diamankan dengan Sertifikat Elektronik.

Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 16A dan Pasal 16B terkait pelindungan anak, mencakup mekanisme verifikasi pengguna anak dan mekanisme pelaporan.

  1. Dalam Pasal 16A ayat 1, PSE memberikan pelindungan bagi anak yang menggunakan atau mengakses Sistem Elektronik.
  2. Dalam Pasal 16A ayat 2, Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelindungan terhadap hak anak sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai penggunaan produk, layanan, dan fitur yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh PSE.
  3. Dalam Pasal 16B ayat 1, pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16A dikenai sanksi administratif.
  4. Dalam Pasal 16B ayat 2, sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa (a) teguran tertulis, (b) denda administratif, (c) penghentian sementara, dan/ atau (d) pemutusan akses.

Reaksi negatif

Perubahan kedua UU ITE menuai reaksi keras masyarakat. Menurut pakar demokrasi digital dan pendiri SAFEnet Damar Juniarto, revisi kedua ini tidak menjawab akar permasalahan mengapa UU ITE perlu direvisi sejak awal. Hal ini karena pasal-pasal terkait pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan ancaman masih tetap ada meski telah diubah serupa dengan pasal KUHP Nomor 1 Tahun 2023.

“Padahal, Presiden Jokowi sebelumnya menyatakan akan meminta legislatif untuk merevisi UU ITE jika menimbulkan ketidakadilan. Alih-alih menghapusnya, Komisi 1 DPR dan Kominfo justru tetap mempertahankan pasal-pasal bermasalah tersebut. Ini bisa mengancam kebebasan berekspresi dan memicu potensi kriminalisasi,” kritik Damar dalam laman LinkedIn-nya.

Ia menyebut beberapa tambahan pasal dan ayat baru yang berpotensi memicu masalah, di antaranya (1) Pasal 27B tentang ancaman pencemaran nama baik, (2) Pasal 28 ayat 3 tentang disinformasi yang menimbulkan kerusuhan, dan tambahan ayat 1 dalam Pasal 43 yang memuat pemberian kewenangan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan sensor online, take down, dan penghapusan akun media sosial, penutupan rekening bank, dan lainnya.

“Dari sini, saya cenderung menilai bahwa kita masih perlu setidaknya masih perlu setidaknya satu kali merevisi UU ITE untuk menyelesaikan permasalahan ketidakadilan di dalamnya.”

Startup Agritech Semaai Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp73 Miliar

Startup agritech Semaai mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A senilai $4,7 juta (sekitar Rp73 miliar) dalam bentuk ekuitas dan utang. Putaran ini dipimpin CyberAgent Capital, dengan partisipasi dari investor baru, seperti Sumitomo Corporation Equity Asia, Ruvento, MyAsiaVC, dan Heracles Ventures. Investor lama, yakni Surge bagian dari Peak XV, Accion Venture Lab, dan Beenext, turut serta dalam putaran tersebut.

Total raihan pendanaan yang diperoleh Semaai sejak pertama kali berdiri di Agustus 2021 mencapai $7,6 juta (sekitar Rp118 miliar). Putaran sebelumnya diraih pada Februari 2023.

Semaai akan akan memanfaatkan injeksi untuk memperluas layanan konsultasi pertanian yang menyasar toko tani dan petani, bekerja sama dengan institusi keuangan untuk menyediakan solusi fintech, dan perluasan layanan Semaai di Jawa Tengah yang memiliki lebih dari 8.200 desa. Ditargetkan Semaai akan jangkau 75% desa hingga akhir 2024.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (8/1), Co-founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, “Ini adalah bagian dari target kami untuk menyediakan ekosistem digital terintegrasi dalam mengatasi tantangan rantai pasok pertanian dan mengatasi kesenjangan pengetahuan toko tani dan petani kecil di Indonesia.”

Direktur Kantor CyberAgent Indonesia Kevin Wijaya menuturkan, “[..] Melihat rekam jejak para founder Semaai di sektor pertanian, kami yakin bahwa Semaai dapat merevolusi sektor pertanian Indonesia melalui pendekatan offline-to-online, terutama dalam rantai pasokan bahan baku pertanian.”

Pencapaian Semaai

Aplikasi Semaai / Semaai

Sektor pertanian, bersama dengan sektor kehutanan dan perikanan, tumbuh 1,46% secara tahunan dan 1,61% secara kuartal. Data Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan sektor pertanian menyumbang Rp397.291,202 miliar terhadap PDB Indonesia, atau 12,71% dari total PDB.

Walaupun merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional, sektor ini masih menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya akses pembiayaan, rantai pasokan yang panjang, dan rendahnya adopsi teknologi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Semaai menyediakan tiga layanan utama yang banyak digunakan oleh para petani dan peritel pertanian, yaitu:

  1. Marketplace digital bagi B2B untuk input pertanian seperti benih dan pupuk,
  2. Layanan konsultasi pertanian untuk meningkatkan praktik pertanian, dan
  3. Layanan keuangan melalui kerja sama dengan institusi keuangan dan penyedia fintech tepercaya.

Menurut Yoga, perpaduan unik antara perdagangan dan logistik yang terintegrasi ke dalam layanan konsultasi Semaai akan memberikan nilai dan manfaat yang besar bagi para pedagang eceran pertanian dan petani.

Untuk mendukung ketiga produk di atas, Semaai telah meluncurkan fitur klinik pertanian. Fitur ini berisi konten edukasi yang disusun berdasarkan jenis tanaman, fokus hama dan penyakit yang berhubungan dengan tanaman. Konten yang dirancang dengan jelas dan sederhana ini membantu pengguna untuk memahami secara menyeluruh kompleksitas masalah tanaman.

“Setelah tahap edukasi, pengguna diberikan rekomendasi, membantu mereka untuk mengatasi dan memitigasi masalah tersebut secara efektif di masa depan.”

Diklaim, Semaai berhasil mencetak kenaikan pendapatan bersih (net revenue) hingga 15 kali lipat sepanjang 2023 dan kenaikan pengguna marketplace Toko Tani tumbuh dua kali lipat. Penggunaan fitur konsultasi pertanian naik 8 kali lipat sepanjang enam bulan terakhir dan disebutkan sebagian besar pengguna aktif Semaai memanfaatkan fitur tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Tenaga Surya SUN Energy Peroleh Pinjaman Senilai Rp326 Miliar

Pengembang proyek tenaga surya PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy) memperoleh pendanaan dalam bentuk pinjaman jangka panjang senilai $21 juta (sekitar Rp325,7 miliar) dari DEG, lembaga keuangan asal Jerman.

Ini adalah pinjaman kedua dari DEG yang diteken pada Oktober 2023. Sebelumnya, pada 2021, SUN Energy memperoleh pendanaan seri A sebesar Rp360 miliar, salah satunya dari TBS Energi Utama, yang juga mendirikan perusahaan patungan motor listrik Electrum.

Menurut keterangan di situs resminya, dana tersebut akan dipakai untuk membiayai tambahan kapasitas sebesar 50 MW di lebih dari 50 lokasi proyek baru untuk pembangkit listrik tenaga surya atap komersial dan industri di Indonesia.

Didirikan pada 2016, SUN Energy mengembangkan dan menyewakan instalasi photovoltaic (PV) solar ke perusahaan dan industri, seperti pusat perbelanjaan, dengan perjanjian sewa jangka panjang. Hingga saat ini, perusahaan telah mengamankan kontrak proyek dengan total kapasitas sebesar 280MW, di mana 89 proyek sudah selesai, 3 proyek berlokasi di luar negeri, dan sisanya tersebar di 25 kota di Indonesia.

Lebih lanjut disampaikan DEG, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi terbarukan dan dampak pembangunan yang didorong oleh upaya elektrifikasi di daerah pedesaan dan luar Pulau Jawa. Hal ini sejalan dengan upaya SUN Energy dalam mengembangkan solar panel.

Selain itu, investasi ini juga berkontribusi terhadap strategi DEG dalam mendukung transformasi energi ramah lingkungan di Asia. Selain mendukung pelaku usaha muda dan inovatif di negara-negara berkembang, ini menjadi langkah penting dalam upaya Indonesia mendorong bauran energi terbarukan pada 2030.

“Transaksi ini terutama berkontribusi pada goal ke-7 SDG terkait penyediaan energi yang terjangkau dan bersih, dan goal ke-13 terkait aksi iklim,” demikian pernyataan DEG.

PV surya atap komersial dan industri masih merupakan segmen muda dan berkembang yang memiliki peran penting dalam rencana Indonesia untuk meningkatkan pangsa Energi Terbarukan hingga 20% hingga tahun 2030.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi bauran energi baru terbarukan baru mencapai 12,5% pada paruh pertama 2023, meleset dari target yang ditetapkan tahun lalu di level 17,9%. Target ini disebut tidak tercapai karena sebagian besar commercial operation date (OCD) pembangkit EBT diperkirakan baru bisa dieksekusi setahun setelahnya.

Selain SUN Energy, beberapa startup pengembang solar panel di Indonesia antara lain Xurya, Suryanesia, dan SolarKita.

Klaim Profit Semester Lalu, Komunal Raih Pendanaan Baru

Startup fintech Komunal mengumumkan pendanaan seri A+ senilai $5 juta (sekitar Rp85 miliar) yang dipimpin Sumitomo Corporation Equity Asia dengan partisipasi dari Jafco Asia, Skystar Capital, Sovereign Capital, dan Gobi Partners.

Komunal akan mendorong inklusi keuangan melalui digitalisasi Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang disebut punya jangkauan hyperlocal pada masyarakat setempat. Perusahaan juga akan memperluas produk dan layanan dan mendorong kemitraan dengan lebih banyak BPR, khususnya di luar Jawa dan Bali.

“Kami percaya digitalisasi BPR adalah kunci untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Kami akan terus berinovasi untuk memberikan dampak lebih besar bagi masyarakat Indonesia, khususnya UMKM di kot tier 2 dan tier 3 yang masih underserved,” ujar Co-Founder dan CEO Komunal Hendry Lieviant dalam keterangan resminya.

Disampaikan pula pencapaian bisnisnya, Komunal mengklaim telah membukukan keuntungan pada kuartal III dan kuartal IV pada tahun 2023. Komunal tercatat menyalurkan pinjaman dan deposito senilai Rp9 triliun, naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2022.

Lewat KomunalP2P, perusahaan menyalurkan pinjaman Rp3,8 triliun ke lebih 1.300 proyek UMKM di mana 86% berasal dari luar kawasan Jabodetabek. Sementara lewat DepositoBPR by Komunal, perusahaan menyalurkan dana deposito senilai Rp5,2 triliun ke lebih dari 330 BPR dan BPRS di Indonesia.

Sekadar diketahui, BPR Prima Dadi Arta diakuisisi 100% oleh Komunal pada November 2021. BPR ini menjadi percontohan sekaligus laboratorium inovasi untuk mendorong efisiensi operasional dan integrasi dengan ekosistem Komunal.

Hingga saat ini, Komunal telah bermitra dengan 376 BPR di seluruh Indonesia dan menyalurkan pinjaman usaha ke UMKM yanh mayoritas berada di kota tier 2 dan tier 3. Melalui DepositoBPR by Komunal, perusahaan menempatkan deposito di ratusan BPR secara digital tanpa tatap muka.

“Komunal memberdayakan BPR dengan platfom one-stop banking-as-a-service atau BaaS yang akan berperan penting memperluas ketersediaan kredit untuk UMKM, yang juga dapay membuka potensi ekonomi di kota tier 2 dan 3,” ungkap Alan Tang, perwakilan Sumitomo Corporation Equity Asia.

Pemerataan penyaluran pinjaman usaha masih menjadi salah satu tantangan pelaku industri fintech. Berdasarkan data Fintech Report 2022-1H23, total penyaluran pinjaman masih terpusat di Pulau Jawa. Per semester I 2023, pinjaman yang tersalurkan di Jawa mencapai Rp88,9 triliun, sedangkan di luar Jawa baru mencapai Rp24 triliun.

Pelaku industri dituntut untuk meningkatkan pemerataan penyaluran, termasuk berkolaborasi dengan berbagai sektor untuk menjangkau segmen-segmen yang belum terlayani, khususnya UMKM.

Application Information Will Show Up Here