Akulaku Suntik Dana 500 Miliar Rupiah ke Bank Yudha Bakti

Bank Yudha Bakti (BBYB), bank Buku I yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengumumkan perolehan dana secara bertahap sebesar 500 miliar Rupiah dari platform pembiayaan digital Akulaku. Di tahap awal, Akulaku mengambil alih kepemilikan 8,9% saham yang sebelumnya dipegang pemilik mayoritas Gozko Capital senilai 158 miliar Rupiah. Akulaku juga akan menjadi pembeli siaga bagi proses right issue BBYB Mei mendatang.

Dikutip dari Kontan, Direktur Utama BBYB Denny Novisar Mahmuradi mengatakan, “Akulaku ini perusahaan fintech yang memiliki keahlian di teknologi. Kami akan bersinergi dan dengan dukungan teknologi yang mereka punya, kami akan bisa menambah bisnis baru.”

Transformasi digital BBYB diharapkan mendukung usaha perusahaan untuk naik kelas dari Buku I ke Buku II dengan kepemilikan modal inti antara Rp1 triliun hingga kurang dari Rp5 triliun. Selain dengan Akulaku, BBYB juga menggandeng Telkom Group untuk peningkatan infrastruktur.

Akulaku menurut Startup Report 2018 memiliki valuasi lebih dari $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah) setelah kabar pendanaan Seri D dari Alibaba awal tahun ini. Dukungannya terhadap entitas perbankan bisa membantu perusahaan menjangkau lebih banyak calon konsumen baru, termasuk potensi mengembangkan produk bersama.

Akulaku sendiri baru saja meluncurkan produk peer-to-peer lending terafiliasi dengan nama Asetku.

Application Information Will Show Up Here

Tempo.co Berinvestasi Tahap Awal untuk Platform Edukasi Bisnis Kuliner “Foodizz”

Media daring Tempo.co berinvestasi tahap awal untuk startup edukasi bisnis kuliner Foodizz dengan nilai yang tidak disebutkan. Foodizz akan memanfaatkan infrastruktur Tempo.co dan melakukan cross border content untuk memperluas jaringan pengguna.

CEO Foodizz Andrew Ryan Sinaga mengatakan, Tempo.co adalah investor strategis yang memiliki jaringan pembaca yang selaras dengan target pengguna Foodizz yakni berusia 25 tahun ke atas, first jobber, dan sebagainya. Disebutkan juga sekitar 40% pembaca Tempo.co adalah wirausahawan.

“Kita mau leverage infrastruktur media punya Tempo karena mereka itu punya demografi yang sama seperti kita. Kemungkinan cross border content juga bakal dilakukan karena setahu saya kanal yang paling banyak di baca di Tempo itu kanal bisnis,” ucapnya, Kamis (14/3).

Dalam kesempatan yang sama, CEO Tempo.co Toriq Hadad menyebut bisnis kuliner adalah hal yang tidak dikuasai Tempo. Meski demikian, pihaknya melihat segmen ini memiliki prospek yang sangat menarik karena kuliner itu bisnis yang selalu memiliki demand.

“Tempo sangat eager utuk bantu semua orang yang mau usaha kuliner karena buying power-nya selalu ada di sini. Tapi jujur, kami ini tidak berpengalaman di dunia ini,” kata Toriq.

Secara potensi pasar, PDB yang disumbangkan dari industri kuliner tertinggi, sebesar 42% terhadap total PDB ekonomi kreatif pada 2016. Kemudian disusul oleh fesyen (18,15%), dan kriya (15,7%). Menurut BPS, jumlah tenaga kerja yang disumbangkan dari kuliner sebanyak 51% dari total pekerja ekraf 7,5 juta orang.

Hanya saja, ada tantangan yang cukup fundamental dihadapi oleh pebisnis kuliner, yakni isu pengetahuan, jaringan, dan sumber pendanaan. Menurut Kementerian Perindustrian, 90% pebisnis kuliner itu sering mengalami kebangkrutan dan 99% pebisnis gagal memiliki cabang lebih dari satu outlet.

“Berangkat dari fakta tersebut, Foodizz memberikan solusi untuk para pebisnis kuliner dengan menyediakan pembelajaran bisnis kuliner yang lengkap, dan dibawakan oleh para expert, dan disajikan dalam format online,” tambah Andrew.

Model bisnis Foodizz

Andrew menjelaskan Foodizz bekerja sama dengan para ahli kuliner, pemilik bisnis, dan profesional untuk berbagi konten soal bisnis kuliner dari berbagai aspek, baik itu teknikal maupun tips. Sekarang ada 15 ahli kuliner yang sudah mengisi konten di Foodizz dan dapat diakses lewat situs maupun aplikasi Foodizz.

Dia menargetkan setidaknya sampai akhir tahun ini Foodizz dapat bekerja sama dengan 50 ahli kuliner dan menghasilkan lebih dari 1000 konten. Untuk perdalam keahlian, Foodiz juga tengah membuat modul bisnis bersama SBM ITB sebagai standar pembelajaran dan menjadi basis awal pembuatan setiap konten.

“Dalam modul itu akan dibuat sangat detil, mulai dari persiapan awal, sampai tahap ideation, sehingga bisa menyasar semua skala bisnis usaha. Rencananya Mei 2019 akan dirilis.”

Ke depannya Foodizz berencana membuat sertifikat yang bisa disimpan para penggunanya. Sertifikat tersebut bisa digunakan sebagai persyaratan apabila mereka berniat untuk mengikuti pameran di luar negeri yang disponsori oleh pemerintah.

Sertifikat ini sekaligus memberikan solusi kepada pemerintah. Andrew bercerita, Kementerian Koperasi dan UKM mengaku kesulitan saat melakukan kurasi peserta kuliner yang akan diajak untuk pameran di luar negeri. Kualitas kurasi pun tidak memiliki standar yang pasti.

“Nanti sertifikat yang sudah dipelajari oleh pengguna dapat dihubungkan dengan para stakeholder untuk berbagai kebutuhan. Proposisi unik yang kami tawarkan ini mendapat dukungan dari pemerintah.”

Dia menyebut, sejak Foodizz dirilis pada awal tahun ini, telah menjaring lebih dari 20 ribu komunitas. Sebanyak 2.500 pengguna aktif mengakses aplikasi Foodizz setiap harinya, dari angka tersebut 200 orang di antaranya adalah pengguna berbayar. 90% dari pengguna ini adalah pengusaha kuliner yang memiliki 1-3 gerai.

Mereka membayar biaya keanggotaan sebesar Rp2,5 juta untuk mengakses konten sepuasnya selama enam bulan. Keanggotaan ini sekaligus jadi satu-satunya monetisasi dari Foodizz. Ditargetkan sampai akhir tahun ini Foodizz dapat menambah anggota berbayar jadi 100 ribu orang. Target ini akan dicapai dengan mengadakan workshop edukasi yang siap ditempuh lewat jalur offline di berbagai lokasi.

“Workshop edukasi offline itu juga penting karena kita juga bisa berhubungan dengan stakeholder lain seperti industri keuangan, Bekraf, dan pemerintah provinsi. Membangun komunitas kuliner ini penting sebab susah ditemukan, beda dengan startup pada umumnya.”

Jalur monetisasi berikutnya adalah investor relation. Foodizz akan membantu pengusaha yang membutuhkan kapital dan dihubungkan dengan investor yang tepat. Andrew bilang jalur tersebut sudah tersedia, namun belum jadi fokus utama tahun ini.

MDI Ventures Kucurkan Dana untuk Platform Asuransi Digital Singapura CXA Group

Akhir tahun lalu MDI Ventures mengucurkan pendanaan ke startup fintech remitansi asal Singapura, InstaReM. Di awal tahun 2019 ini, mereka kembali menambah daftar portofolio di negeri jiran dengan mengucurkan pendanaan baru untuk startup asuransi digital (insurtech) Singapura, CXA Group.

Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini investor lainnya, seperti Singtel Innov8, Sumitomo Corporation Equity Asia, Muang Thai Fuchsia Ventures, Humanica, dan Heritas Venture Fund.

Kepada DailySocial, CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan, pendanaan kali ini diharapkan bisa disinergikan dengan jaringan yang ada di Telkom Group, terkait bisnis dan inovasi yang dimiliki CXA sebagai startup insurtech.

Dengan pendekatan yang cukup unik, CXA menawarkan pilihan yang lebih fleksibel terkait program kesehatan kepada karyawan perusahaan para kliennya. Lebih dari 1.000 program dan opsi menarik dapat dirancang yang memungkinkan karyawan memilih program kesehatan yang relevan atau menarik bagi mereka. Tujuan utamanya untuk memberikan nilai kepada karyawan agar mereka tetap sehat dan menurunkan premi bagi perusahaan.

“CXA adalah perusahaan yang sangat berbeda dalam industri teknologi kesehatan yang kerap diabaikan, yaitu menggunakan analisis data untuk mengalihkan pengeluaran kesehatan klien perusahaan dari pengobatan ke pencegahan,” kata Nicko.

Bersinergi dengan Telkom Group

Saat ini CXA mengklaim fokus ke pasar Tiongkok, Hong Kong, Asia Tenggara dengan jaringan 600 korporasi. CXA juga memiliki lebih dari 200 staf dan telah mengakuisisi dua broker asuransi tradisional di Tiongkok, mendapatkan lisensi yang diperlukan, dan meningkatkan logistik di berbagai bidang seperti pemeriksaan kesehatan.

“Kami percaya Telkom Group dapat membangun kemitraan yang bermanfaat dan sangat strategis dengan mengintegrasikan analitik kesehatan eksklusif milik CXA Group dengan repositori big data milik Telkom dan membantu pertumbuhan CXA Group di Indonesia. Salah satunya adalah dengan membangun bisnis melalui jaringan asuransi Telkom Group,” kata Nicko.

Apple Segera Buka Apple Developer Academy di Surabaya

Apple Developer Academy Indonesia merayakan kelulusan pertamanya. Pertumbuhan dan ketrampilan yang ditunjukan siswa di akademi Jakarta diapresiasi pihak Apple. Rencananya tahun ini mereka akan membuka Apple Academy Developer yang kedua di Indonesia, tepatnya di Surabaya.

“Saya selalu terinspirasi untuk melihat siswa menggunakan teknologi kami untuk mengatasi tantangan yang mereka lihat di dunia sekitar mereka. Para siswa di Developer Academy kami di Jakarta menunjukan ketrampilan kritis dan gagasan kuat yang dibutuhkan untuk berkembang di dalam ekonomi aplikasi yang sedang tumbuh. Saya bangga menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada semua lulusan hari ini,” terang VP of Environment, Policy dan Social Initiatives Apple Lisa Jackson dalam rilis resminya.

Apple Developer Academy sejauh ini telah berkembang dari yang semula diikuti 75 siswa menjadi 200 siswa. Pertumbuhan dan ketrampilan yang ditunjukkan siswa di Indonesia ini yang akhirnya membuat Apple memutuskan akan membuka Apple Developer Academy yang kedua.

Diperkenalkan pada tahun 2018 silam, Apple Developer Academy Indonesia adalah akademi pertama Apple di Asia Tenggara, setelah sebelumnya juga membuka hal yang sama di Italia dan Brazil. Untuk membuka akademi yang berlokasi di BSD City ini, Apple berinvestasi hingga Rp628 miliar.

Kelas-kelas Apple Developer Academy mencakup kelas pemrograman untuk Objective-C dan Swift. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi iOS, Apple TV, dan Apple Watch. Sebuah kelas yang nantinya akan membimbing siswa mengembangkan aplikasi dan dipasarkan di App Store.

Hingga saat ini Apple mengklaim App Store telah tersedia di 155 negara dan telah membayar hingga $120 miliar untuk para developer yang memasarkan aplikasinya di App Store.

Grab Luncurkan “Grab Defence”, Bantu Mitra Atasi Tindak Kecurangan

Grab mengumumkan peluncuran teknologi deteksi dan pencegahan kecurangan terbaru untuk mitra Grab melalui serangkaian perangkat Grab Defence. Head of User Trust Grab Wui Ngiap Foo menjelaskan, setiap hari teknologi machine learning Grab menganalisis jutaan data secara real time untuk mendeteksi pola kecurangan, baik yang telah ada maupun yang baru. Untuk itu Grab Defence dikembangkan sebagai bentuk berbagi keahlian yang dimiliki dengan para mitra.

“Tindak kecurangan akan terus berevolusi, oleh karena itu kami membangun algoritma yang juga dapat berevolusi dan mempelajari polanya sehingga kita bisa selangkah lebih maju dari pelaku kejahatan. Kecurangan tidak hanya terjadi di industri ride-hailing. Tapi sudah menjadi masalah besar bagi pemain ekonomi digital secara keseluruhan. Melalui peluncuran Grab Defence, kami ngin berbagi keahlian yang kami miliki dengan para mitra yang mungkin menghadapi masalah yang sama. Kita harus bahu-membahu mengatasi masalah ini demi tercapainya ekosistem teknologi yang lebih kuat dan terpercaya di Asia Tenggara,” imbuh Wui Ngiap Foo.

Sejauh ini pihak Grab mengklaim telah berinvestasi besar untuk pengembangan sistem yang lebih kuat dengan dukungan teknologi machine learning dan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan mencegah kecurangan pada platform Grab.

Tiga fitur utama yang ada di layanan Grab Defence antara lain, fitur Event Risk Management Suite, sebuah fitur yang memungkinkan pelaku bisnis untuk menilai risiko dari suatu peristiwa atau transaksi dari serangkaian API untuk mengevaluasi risiko yang didukung oleh machine learning. Fitur ini bisa digunakan secara real time, menetapkan sejumlah tolok ukur kecurangan sesuai dengan model bisnis dan kebutuhan, hingga menyelidiki perilaku-perilaku mencurigakan.

Selanjutnya ada Entity Intelligence Services, sebuah layanan yang menggunakan database Grab untuk mengidentifikasi entitas pelaku kejahatan, seperti nomor telepon, email, dan lainnya untuk keperluan memprediksi potensi risiko kepada semua pengguna yang berinteraksi dengan platform tersebut.

Sebagai contohnya, pelaku bisnis yang menggunakan layanan ini untuk mendapatkan nilai risiko dari pegguna baru, jika angkanya rendah mereka bisa memilih untuk mengizinkan pengguna masuk ke aplikasi.

Fitur utama terakhir yang ada di Grab Defence ini adalah Device & Network Intelligence Services, sebuah layanan yang bisa mendeteksi pelaku kejahatan dengan menggunakan data dari perangkat pengguna. Manfaat lainnya adalah layanan ini bisa membantu pelaku bisnis menjaga diri mereka dari pembuatan akun palsu akibat perangkat berpindah tangan, termasuk mendeteksi serangan siber.

“Setiap bisnis yang melakukan transaksi online akan diuntungkan dengan adanya Grab Defence. Teknologi unik yang kami bangun, berikut grafik informasi yang kami miliki, dapat mejadi tambahan berharga meskipun telah ada sistem anti-fraud/anti kecurangan sebelumnya. Kita semua memiliki peran penting dalam menurunkan tingkat kecurangan di Asia Tenggara. Kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak akan membantu kita mencapai hal tersebut,” terang Wui Ngiap Foo.

Sementara itu, President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyebutkan bahwa di Indonesia telah ditemui sindikat kejahatan yang mendapatkan keuntungan secara ilegal melalui aplikasi GPS palsu. Grab Indonesia juga telah mengeluarkan kampanye anti penipuan Grab Lawan Opik!.

“Kami bangga dengan apa yang telah dan berbagai upaya yang tengah kami lakukan untuk mengurangi tingkat kecurangan di platform kami. Kami senang dapat menghadirkan layanan Grab Defence bagi para mitra strategis kami demi menciptakan perkembangan ekosistem teknologi yang sehat di Indonesia,” jelas Ridzki.

Application Information Will Show Up Here

“Job Portal” Asal Bangladesh “Kormo” Hadir di Indonesia, Perluas Peluang Kerja di Sektor Informal

Sektor informal menjadi kontributor utama yang menyerap tenaga kerja di Indonesia. Menurut BPS, per Agustus 2018, jumlah pekerja sektor informal mencapai 70,5 juta atau menyerap 58% tenaga kerja lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Hanya saja, tantangannya di sini adalah kurangnya informasi dan pemain penyedia pekerjaan. Hal inilah yang ditawarkan Kormo.

Kormo adalah marketplace informal job portal yang hadir di Google Area 120, workshop Google untuk proyek eksperimental. Kormo dikembangkan khusus untuk menghubungkan pelamar kerja dengan penyedia kerja sektor informal. Setelah dikembangkan selama dua tahun, Kormo diresmikan di Bangladesh pada enam bulan lalu.

“Di negara berkembang terjadi banyak isu salah satunya adalah susahnya anak muda dalam mencari pekerjaan. Di sisi lain, penyedia kerja kesusahan mencari kandidat yang cocok dengan apa yang mereka mau. Kami coba selesaikan masalah tersebut dengan Kormo,” ucap General Manager Kormo Bickey Russell, Rabu (13/3).

Dia melanjutkan aplikasi ini menggunakan machine learning dari Google untuk merekomendasikan lowongan kerja yang disesuaikan dengan profil pengguna dan aktivitas pengguna dalam aplikasi. Kormo menyediakan pembuatan CV digital berdasarkan dari data yang diisi pengguna di menu profil. Juga dapat dihubungkan dengan akun Google.

Yang membedakan Kormo dengan pemain lainnya adalah disediakan fasilitas untuk para pelamar kerja dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka melalui fitur belajar. Kormo menyediakan modul pembelajaran dalam bentuk video dan artikel. Mereka akan mendapat lencana setiap kali selesai mempelajari modul.

Penyedia kerja dapat melihat lencana tersebut dan mendapat gambaran lebih dalam bagaimana keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki pelamar. Di samping itu, aplikasi ini menawarkan transparansi untuk kedua belah pihak berupa notifikasi.

Pelamar akan diberitahu saat lamaran mereka sudah dibaca, saat dipanggil wawancara hingga pengumuman terakhir. Penyedia kerja akan diberitahu ketika lamaran pekerjaan yang mereka unggah ke Kormo telah dibaca dan direspons oleh pelamar.

“Kormo memberikan rekomendasi pekerjaan kepada pelamar berdasarkan ketertarikan, preferensi, kemampuan, dan permintaan langsung dari penyedia kerja. Perusahaan akan lebih cepat mendapat calon kandidat dan segera memprosesnya.”

Rencana di Indonesia

Russell memastikan pihaknya belum memberlakukan monetisasi bisnis, jadi baik pelamar ataupun penyedia kerja dapat secara gratis menikmati seluruh layanannya. Fokus awal Kormo saat ini adalah mengembangkan layanan agar semakin dikenal dan digunakan berbagai pihak.

“Kita belum ada rencana untuk monetisasi bisnis, fokusnya sekarang adalah memberikan nilai yang lebih untuk perusahaan dan job seeker. Mereka bisa sign up secara gratis.”

Perusahaan ingin perbanyak kemitraan dengan berbagai macam bisnis mulai dari perusahaan besar, kecil, hingga menengah agar semakin banyak lowongan pekerjaan yang bisa dicari oleh para pelamar.

Sayangnya, Russell enggan menyebut berapa banyak mitra perusahaan dan pelamar yang sudah bergabung di Indonesia. Menurutnya kebanyakan perusahaan yang bergabung itu datang dari Jakarta, lantaran kehadirannya di Indonesia baru beberapa pekan.

Dia juga menekankan fokusnya untuk mengembangkan pasar Indonesia terlebih dahulu baru ekspansi ke negara berkembang berikutnya.

“Kami ingin memastikan Kormo untuk tumbuh perlahan, dari Jakarta dulu kemudian terus bertambah sampai ke seluruh Indonesia. Ketika itu sudah terjadi, baru kami memikirkan untuk ekspansi.”

Group Product Manager Kormo Rishi Dean menambahkan timnya akan menambah terus berbagai fitur tambahan dan teknologi baru, mengingat saat ini Kormo masih dalam tahap pengembangan awal. Menurutnya, semakin lengkapnya fitur maka akan memberikan dampak positif yang lebih tinggi kepada sektor tenaga kerja informal.

Saat ini belum ada tim lokal yang dikhususkan untuk menangani bisnis Kormo di Indonesia. Kormo masih dibantu tim Digitaraya dan Google Indonesia.

Kehadiran Kormo di Bangladesh diklaim telah membantu lebih dari 250 ribu pelamar menemukan pekerjaannya. Ada lebih dari 400 perusahaan yang bergabung dan menggunggah lowongan dengan tingkat retensi 80%.

Kormo baru hadir untuk versi Android dan telah diunduh lebih dari 100 ribu kali. Aplikasi Kormo didesain ramah kapasitas smartphone, hanya sebesar 5,7 MB dan memiliki tampilan antar muka UI/UX yang diklaim mudah digunakan siapapun.

Application Information Will Show Up Here

Ninja Xpress Berkomitmen Layani Logistik Segmen “Social Commerce”

Startup logistik asal Singapura Ninja Xpress mengungkapkan komitmennya untuk melayani segmen social commerce sebagai pengguna utamanya dengan meluncurkan teknologi dan produk pendukung. Diharapkan tahun ini bisnis Ninja Xpress di Indonesia secara keseluruhan dapat tumbuh tiga kali lipat.

Country Head Ninja Xpress Indonesia Eric Saputra menjadi pemimpin perusahaan yang baru menggantikan Indra Wiralaksmana, sejak tahun lalu. Sebelumnya Eric memimpin usaha ekspansi perusahaan.

Realisasikan target tersebut disebutkan bakal dicapai dengan beberapa inovasi. Salah satunya perusahaan merilis produk Ninja Packs yang didedikasikan khusus untuk penjual social commerce. Inovasi ini baru tersedia di Indonesia.

Ninja Packs berupa kemasan berukuran khusus untuk membungkus barang yang ingin dikirim. Kapasitasnya dapat menampung barang hingga 3 kg. Apabila penjual menggunakan produk ini, biaya pengiriman akan tetap sama kemanapun tujuannya. Khusus antar kota biayanya Rp19 ribu, sementara dalam kota sebesar Rp9 ribu.

“Sebelumnya kami survei para penjual social commerce [tentang] apa kesusahannya. Hasilnya adalah kebanyakan packaging dari mereka itu tidak bagus, kurang branding hanya dibungkus plastik hitam. Namun dengan produk baru ini mereka bisa dapat packaging yang lebih rapi dan tarifnya terjangkau,” kata Eric, Selasa (12/3).

Ninja Xpress juga memiliki produk Ninja Point untuk permudah pengguna melakukan drop off paket. Jumlahnya baru sekitar 300 unit. Perusahaan berencana memperluas layanannya tersebut ke Bandung dalam waktu dekat.

Saat ini tim Ninja Xpress Indonesia mencapai 300 orang dan menempati kantor baru di Menara Bidakara, Jakarta Selatan, sebagai kantor pusat.

Dari sisi teknologi, perusahaan akan terus mengembangkan fitur-fitur dalam dashboard yang bisa diakses oleh para penggunanya. Tidak sekadar menyediakan fitur tracking order, Ninja Xpress secara detail memperlihatkan di mana posisi paket berada.

Dalam dashboard juga diselipkan salah satu fitur lainnya, yakni intelligence reporting yang membantu penjual merekap total pengiriman selama setahun ke belakang untuk peningkatan bisnis di tahun berikutnya. Eric mengklaim fitur ini menjadi keunggulan perusahaan dibandingkan lainnya.

“Misalnya pas dilihat dari laporan konsumen dari toko online ini kebanyakan ada di Jakarta, penjual bisa meningkatkan pelayanannya. Data yang kami hadirkan ini sekelas konsultan yang bisa dinikmati tanpa tambahan biaya.”

Perusahaan juga mengembangkan fitur pembayaran dengan COD untuk melayani transaksi online yang belum terjangkau layanan bank. Eric menyebut fitur ini dirasa sangat membantu para pembeli dari luar Jawa yang ingin mencoba belanja online. Apabila calon pembeli kurang sreg dengan produk yang dibeli, ia dapat mengajukan refund.

Eric melanjutkan, selain berinovasi perusahaan bakal lebih kencang dalam hal edukasi offline bersama komunitas di tiap daerah. Di situ perusahaan akan berbagi banyak hal yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis online.

Meski tidak dirinci oleh Eric, penjual UKM yang menjadi konsumen di Ninja Xpress mencapai 80%. Angka itu terdiri dari penjual yang memanfaatkan platform marketplace dan social commerce. Sisanya, 20%, datang dari pengguna korporat.

Saat ini disebutkan armada Ninja Xpress mencapai sekitar 3 ribu unit. Sebanyak 70% di antaranya adalah armada roda dua, sisanya roda empat. Keseluruhan armada ini adalah in house milik Ninja Xpress sendiri.

Secara layanan, per Agustus 2018 perusahaan telah mencakup seluruh Indonesia. Pencapaian ini dicapai perusahaan setelah beroperasi selama sekitar dua tahun sejak 2016.

 

Platform Social Commerce Halosis Resmi Hadir, Majukan UKM Berjualan Online dengan Chatbot

Halosis, platform social commerce, meresmikan kehadiran setelah beroperasi kurang lebih dua tahun dengan menghadirkan versi 2.0. Dalam versi terbaru ini, Halosis meluncurkan asisten virtual Hana untuk mengakomodasi seluruh penerimaan order secara otomatis oleh chatbot.

Hana membantu bantu pengusaha UKM dalam menerima order, pencatatan order, manajemen stok, dan pesanan. Dalam menyediakan solusi AI ini, Halosis memanfaatkan teknologi Natural Languange Processing (NLP) yang disediakan oleh Kata.ai.

Kemitraan ini sekaligus menandakan pertama kalinya Kata.ai membuka infrastrukturnya kepada pihak ketiga yang fokus ke segmen UKM. Selama ini, Kata.ai lebih dikenal sebagai mitra teknologi untuk korporat besar.

“Kami pakai teknologi NLP dari Kata.ai yang sudah lebih maju. Halosis tidak hanya fokus ke chatbot saja, tapi lebih ke ekosistemnya bagaimana bisa fokus bantu penjual UKM memudahkan saat berjualan online. Kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk bangun ekosistemnya,” terang Co-Founder dan CEO Halosis Andrew Darmadi, Selasa (12/3).

Dalam peluncuran turut hadir Co-Founder dan CEO Kata.ai Irzan Raditya. Dia mengatakan pihaknya ingin mendemokratisasi AI agar dapat diadopsi untuk segala fungsi dan segmen, yang akhirnya kini menjadi PaaS. Setelah ini, ada mitra lain yang bakal memanfaatkan teknologi NLP dari Kata.ai.

“Ini sudah zamannya kolaborasi. Sebagai PaaS, kami mau demokratisasi AI di segala macam fungsi. Kami lihat segmen UKM itu menarik sekali, tapi kami tidak bisa lakukan itu sendiri sebab selama ini kami fokusnya ke segmen enterprise,” kata Irzan.

Halosis sendiri berdiri sejak pertengahan 2017. Layanan baru tersedia pada akhir tahun 2017 dengan versi 1.0. Halosis bergabung ke IDX Incubator, kemudian melanjutkan ke program Digitaraya – Google Launchpad pada awal tahun ini.

Model bisnis Halosis

Ekosistem Halosis sudah terhubung dengan berbagai pihak pendukung, seperti aplikasi messaging (Facebook Messenger), mitra kurir (JNE, SiCepat, J&T Express), aplikasi e-wallet (Ovo), dan perbankan (BCA) untuk mengakomodasi seluruh transaksi online. Layanan yang sudah terintegrasi ini, membuat pengalaman konsumen saat berbelanja di toko online UKM jadi lebih baik.

Konsumen tidak perlu mengunduh aplikasi apapun karena semuanya berbasis situs. Pengusaha cukup menyediakan link Halosis yang sudah terhubung dengan toko online-nya agar dapat langsung chatting dengan Hana. Apabila konsumen ingin menghubungi langsung admin, ada opsi yang bisa dipilih.

“Pengusaha UKM juga terhubung dengan inventory management system, supaya konsumen enggak marah kalau barangnya sudah habis. Sampai saat ekspedisi juga telah terhubung, ada nomor resi yang segera dikirimkan begitu konfirmasi pembayaran sudah diterima. Bisa langsung pantau proses pengirimannya.”

Dari sisi pengusaha, mereka dapat memantau seluruh pemesanan yang masuk dari berbagai platform messanging dalam dashboard. Pengusaha juga dapat mengirimkan kode tracking dari mitra kurir ketika barang sudah dikirim ke konsumen via chat room.

Kehadiran dashboard secara tidak langsung membantu pengusaha dalam merekap seluruh transaksi penjualan. Waktu pun jadi lebih terpangkas karena sudah terbantu lewat teknologi. Diklaim pada tahun lalu Halosis telah membantu seluruh mitranya menghemat waktu sampai 500 ribu jam.

“Selama ini untuk kirim barang itu, UKM butuh waktu lama karena harus manual setiap transaksi yang masuk, belum lagi harus konfirmasi pembayaran. Ada mitra kita yang baru bisa kirim barang tiga hari kemudian setelah konfirmasi terima.”

Halosis menyediakan paket secara gratis untuk pengusaha yang ingin mencoba. Selain itu, layanan Halosis dapat dimanfaatkan mulai dari Rp500 ribu untuk paket premium dan Rp1,5 juta untuk paket enterprise yang disertai lebih banyak fitur.

Rencana tahun ini

Pasca peresmian ini, Halosis akan ngebut mengembangkan bisnisnya dengan memperbanyak integrasi aplikasi messaging. Rencananya, Halosis siap terintegrasi dengan Instagram Direct Message, Line Messenger, dan WhatsApp.

Pengusaha UKM yang digaet juga bakal lebih digenjot. Andrew menargetkan setidaknya pada tahun ini pihaknya dapat menambah jadi 30 ribu pengusaha UKM yang bergabung dan meningkat jadi 1 juta pengguna pada 2022 mendatang. Saat ini kebanyakan mitra yang bergabung bergerak di segmen fesyen dan produk kecantikan.

Halosis disebutkan telah menangani 199.200 ribu chat pada tahun lalu. Dari angka tersebut, terdapat 40.236 transaksi yang berhasil dikonversi atau senilai US$1 juta (senilai R14,27 miliar).

CTO Halosis Sonya Johar menambahkan, pihaknya sedang mengembangkan sistem Hana dapat memberikan rekomendasi kepada konsumen berdasarkan histori produk yang mereka beli sebelumnya. Tak hanya itu, Hana dapat menyimpan lebih banyak data, untuk permudah saat terjadi reorder sehingga transaksi lebih cepat selesai.

“Hana akan lebih banyak menyimpan data transaksi agar bisa beri rekomendasi produk, harapannya dengan AI pendekatannya jadi lebih personal lagi,” pungkas Sonya.

Tim Halosis saat ini terdiri dari 17 orang. Perusahaan telah menerima pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan dari beberapa angel investor pada Januari 2019 ini.

Grab Bermitra dengan Kalbe, Masuki Sektor Kesehatan Digital

Grab mengumumkan kemitraan strategis dengan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Keduanya berkomitmen meningkatkan layanan dengan nota kesepahaman yang ditandatangani Presiden Direktur Kalbe Vidjongtius dan President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Kerja sama yang dibangun keduanya berbentuk sinergi layanan berbasis online dan offline untuk menjadi sebuah ekosistem kesehatan digital. Kalbe sendiri kini memiliki sejumlah inisiatif digital, seperti Klikdokter dan Kalbestore.

“Nota kesepahaman dengan Grab ini merupakan sinergi layanan berbasis online dan offline yang sedang dikembangkan menjadi ekosistem kesehatan oleh Kalbe,” terang Vidjongtius.

Saat ini Grab sudah menyandang status Decacorn atau startup dengan valuasi lebih dari $10 miliar. Selain dengan Kalbe, Grab juga menjajaki ekspansi di industri kesehatan Asia Tenggara melalui kerja sama dengan Ping An.

Sebagai bagian kerja sama ini, Grab akan mendukung kegiatan operasional Kalbe melalui berbagai layanan. GrabExpress akan memberikan layanan pengataran produk Kalbe kepada konsumen, sehingga konsumen bisa mendapatkan obat lebih cepat dengan harga yang terjangkau.

GrabReward, layanan loyalitas pengguna Grab, akan menawarkan promosi produk kesehatan Kalbe. Selain itu ada juga GrabAds yang mendukung Kalbe dalam melakukan kampanye terintegrasi melalui platform Grab. GrabFresh yang akan melayani penjualan produk Kalbe secara online, dan Grab for Business akan mendukung otomasi kegiatan operasional Kalbe untuk menjadi lebih efisien.

Mewakili Grab, Ridzki menyampaikan pihaknya menyambut baik kerja sama yang diharapkan bisa memberikan akses kesehatan yang berkualitas dan terjangkau melalui teknologi.

Grab mengatakan, “Grab dibentuk dengan prinsip memberikan akses dan pelayanan dengan biaya terjangkau kepada masyarakat di Asia Tenggara dalam hal transportasi, jasa antar makanan dan inaman atau bahan-bahan baku makanan.”

“Kami percaya seluruh lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan akses kesehatan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau melalui teknologi yang berpotensi untuk memberikan perubahan signifikan hidup masyarakat dan seluruh komunitas,” terang Ridzki.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Treasury” Hadirkan Platform Investasi Emas

Sebuah platform investasi online berbasis emas kembali hadir meramaikan industri. Treasury mulai beroperasi sejak November 2018 untuk mengakomodasi transaksi jual beli emas secara online dan penyimpanan emas batangan serta perhiasan.

Dalam acara temu media hari ini, Head of Brand Development Treasury Narantara Sitepu mengungkapkan, dengan menyasar unserved customer perusahaan ingin menjadi platform pilihan untuk investasi di emas.

“Hanya dengan Rp20 ribu kini semua orang sudah bisa secara langsung membeli emas langsung dari aplikasi Treasury mulai dari 0,5 gram. Harapannya agar semakin banyak lagi masyarakat umum melakukan investasi dengan membeli emas secara online.”

Untuk menjamin keamanan pembelian dan penjualan emas, Treasury bermitra dengan UBS sebagai penyedia emas dengan sertifikasi ISO dan bermitra dengan lembaga kliring. Saat ini Treasury juga sudah tercatat di OJK. Untuk sementara waktu, Treasury hanya terbuka untuk warga Indonesia.

“Untuk menjamin semua keamanan kepada pelanggan, kami mematuhi semua peraturan dari regulator terkait. Hal ini kami lakukan agar lebih besar lagi rasa kepercayaan dari pelanggan,” kata Narantara.

Serupa dengan layanan lain yang melakukan penjualan dan pembelian emas secara online, Treasury bisa diakses secara mobile melalui platform Android. Untuk versi iOS rencananya akan segera diluncurkan dalam waktu dekat. Untuk pilihan pembayaran, Treasury menjalin kerja sama dengan sejumlah bank dan payment gateway Doku.

“Kita juga memiliki rencana untuk menambah pilihan pembayaran untuk memudahkan pelanggan. Selain BNI kita juga akan menambah kemitraan dengan BCA dalam waktu dekat,” kata Narantara.

Menggandeng Finansialku

Saat ini Treasury mengklaim telah memiliki sekitar dua ribu pengguna. Untuk menambah jumlah pengguna, memperluas kegiatan pemasaran, dan edukasi ke masyarakat terkait investasi emas secara online, Treasury menggandeng Finansialku.

Sebagai sebuah portal perencana keuangan, Finansialku memberikan edukasi terkait manajemen keuangan dan mulai menjual beberapa produk finansial.

“Dengan alasan itulah akhirnya Treasury memutuskan untuk menjalin kemitraan dengan Finansialku. Kami melihat adanya kesamaan visi dan misi dengan Finansialku,” kata Narantara.

Mengusung kampanye #PunyaSimpenan, nantinya Finansialku dan Treasury akan menggelar roadshow yang bertujuan untuk memperluas informasi dan edukasi seputar investasi emas secara online. Jika sesuai rencana, di kuartal ketiga 2019, produk Treasury juga bisa diakses di aplikasi Finansialku.

“Saya sangat optimis kampanye #PunyaSimpenan emas ini bisa menambah literasi, mendorong minat dan menyadarkan generasi millenial untuk merencanakan masa depan yang lebih baik,” kata CEO Finansialku Melvin Mumpuni.

Target tahun ini

Saat ini Treasury baru tersedia di kawasan Jabodetabek, namun di tahun ini ada rencana untuk memperluas area jangkauan di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Perusahaan juga memiliki target menambah jumlah unduhan aplikasi hingga 100 ribu di akhir tahun.

“Harapannya tahun ini kami bisa menambah jumlah pengguna sesuai dengan target dari Treasury tahun 2019 ini,” kata Narantara.

Disinggung apakah ada rencana melakukan penggalangan dana, startup yang baru berusia sekitar tiga bulan ini disebut masih belum memiliki rencana terkait ini. Treasury masih berada di tahapan pendanaan seed.

“Kami pastikan dengan aplikasi Treasury, semua orang bisa membeli emas kapan saja dan di mana saja dengan melihat pergerakan harga emas secara real time. Kita juga menjamin semua investasi sudah dalam bentuk emas dan siap untuk dicetak dan diantarkan langsung ke rumah pelanggan,” tutup Narantara.

Application Information Will Show Up Here