MKM Partners Prediksikan Perusahaan Teknologi yang Mampu Capai Valuasi $1 Triliun

Industri teknologi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir berkembang pesat. Nama-nama seperti Apple, Google, Amazon hingga Alibaba mulai dikenal khalayak ramai. Jangkauan produk atau layanan mereka mulai menyebar ke banyak wilayah, menjelma menjadi perusahaan raksasa.

MKM Partners dalam sebuah laporan memprediksi bahwa dalam tiga tahun ke depan setidaknya akan ada perusahaan teknologi yang valuasinya mencapai $1 triliun. Nama-nama seperti Apple, Alphabet, Amazon, Facebook, Tencent dan Alibaba menjadi kandidat yang diprediksikan akan mencapai valuasi tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan yang dihimpun tim MKM Partner.

Sejauh ini dari data yang dihimpun oleh MKM Partners Apple menjadi salah satu yang paling dekat dengan valuasi $1 triliun. Perusahaan yang cukup sukses dengan iPhone dan Macbook tersebut saat ini diperkirakan memiliki valuasi sebesar $750 miliar. Antusiasme terhadap produk baru Apple seperti iPhone 8 hingga iPhone X dinilai menjadi salah satu yang akan mempengaruhi pertumbuhan ke depannya. Per 2019 diprediksikan Apple akan menyentuh angka valuasi $1 triliun.

Selanjutnya Alphabet, perusahaan induk dari Google juga diprediksi akan sampai pada valuasi $1 triliun dalam tiga tahun ke depan. Google yang masih menjadi mesin pencari paling populer ditambah dengan produk lainnya seperti Youtube, Gmail, hingga Android juga dikenal baik di masyarakat menjadi salah satu hal mempengaruhi. Pertumbuhan Google dalam tiga tahun terakhir, ditambah dengan revenue Youtube yang terus tumbuh bisa menjadi faktor Google dalam mencapai $1 triliun.

Daftar selanjutnya adalah Facebook. Media sosial populer di dunia ini akan berhasil mendapatkan valuasi $1 triliun dalam dua sampai tiga tahun ke depan jika mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan peningkatan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Dari prediksi MKM Facebook akan mendapatkan peningkatan 30% pertumbuhan untuk tahun 2018.

Bisnis monetisasi pesan instan dan fitur-fitur baru yang disematkan ke dalam Facebook akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Sebagai layanan media sosial Facebook dari tahun ke tahun melakukan inovasi dan strategi yang agresif. Akuisisi terhadap WhatsApp dan Instagram bisa jadi kunci pertumbuhan dari Facebook untuk tahun-tahun berikutnya.

Tak ketinggalan yang masuk daftar adalah Amazon. Perusahaan yang punya banyak sekali layanan populer ini berpeluang mendapatkan valuasi $1 triliun ditinjau dari pertumbuhannya beberapa tahun belakangan. Dari data MKM Partners dalam satu tahun terakhir penjualan Amazon mengalami peningkatan. Beberapa layanan Amazon seperti AWS dan layanan penjualan mengalami lonjakan. Salah satu faktor yang dinilai bisa mempercepat peningkatan valuasi adalah ekspansi ke pangsa pasar baru. Seperti yang baru-baru ini dilakukan Amazon yang mulai masuk ke pasar Asia Tenggara.

Dari data yang dikeluarkan MKM data yang cukup menarik adalah masuknya Tencent dan Alibaba. Dua perusahaan asal Tiongkok ini memang tengah “bersinar”, terutama di regional Asia. Alibaba dan Tencent sama-sama memiliki portofolio produk yang cukup beragam dan populer. Selain itu keduanya juga menjadi investor yang cukup aktif untuk pasar Asia Tenggara di mana disebut-sebut memiliki potensi yang cukup bagus untuk ekonomi digital. Capaian Tencent dan Alibaba bisa sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pasar dan akuisisi terhadap layanan mereka yang banyak tersebar.

Anak Usaha Tempo Group Terima Pendanaan Seri B dari Bina Artha Sekuritas

Tempo.co, salah satu anak usaha dari Tempo Group, mengumumkan investasi lanjutan seri B dari PT Karya Muda Berdikari atau lebih dikenal Bina Artha Sekuritas dengan nilai yang tidak disebutkan.

Direktur Utama Tempo.co (juga Dirut dari Tempo Group) Toriq Hadad menuturkan dengan menggandeng investor, diharapkan bisnis media digital Tempo.co bisa tumbuh lebih cepat lagi.

“Ini langkah strategis untuk melakukan ekspansi pasar. Di tengah banjir berita hoax dan bombastis, Tempo akan terus menyajikan berita-berita online yang berkualitas,” kata Toriq, dikutip dari Tempo.co.

Terkait berita hoax, Tempo bakal memanfaatkan dana segar ini untuk mengembangkan teknologi big data. Menurutnya, di tengah-tengah derasnya banjir berita hoax, justru berita kredibel ala Tempo amat diminati masyarakat. Fenomena ini dinilai mirip dengan kondisi yang terjadi di Amerika Serikat.

Setelah era banjir berita hoax saat pemilu di Amerika Serikat, masyarakat di sana justru kembali mencari sumber berita terpercaya. Menurutnya, sepanjang tahun lalu jumlah pengunjung Tempo.co naik 33%, lalu naik hampir dua kali lipat jadi 67% menjadi 25 juta orang per bulan. Adapun, jumlah pelanggan Majalah Tempo digital dan Koran Tempo digital mencapai 150 ribu orang.

Selain mengembangkan big data, Tempo.co akan gunakan untuk pengembangan layanan Majalah Tempo Digital, dan Koran Tempo Digital. Selain itu, untuk mempercepat pertumbuhan beberapa portal baru di bawah Tempo.co, yakni portal perempuan Cantika.com, portal berita otomotif Gooto.com, dan portal berita daerah Teras.id.

“Kami juga berencana mengembangkan situs berita travel dan layanan e-commerce untuk segmen kelas menengah.”

Sebelumnya, Tempo.co mendapatkan pendanaan seri A dari IDN Financial Pte Ltd. pada Maret 2017. Masuknya Bina Artha, diklaim membuat valuasi Tempo.co melonjak hingga 50% dalam waktu setahun.

Pemberitaan mengenai investasi ini, turut meramaikan sejumlah perusahaan media yang mendapat kucuran dana segar di antaranya Katadata, Kumparan, IDN Media, HukumOnline, DailySocial, dan lainnya sepanjang tahun lalu. Ramainya investasi ke perusahaan media, bisa menjadi persiapan awal investor sebelum memasuki tahun pemilihan umum dan pemilihan presiden yang akan berlangsung mulai tahun depan.

Pemegang saham baru Tempo

Berkaitan dengan masuknya Bina Artha, Tempo Group juga tengah melakukan pencarian dana segar di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui proses right issue (menerbitkan saham baru). Dalam proses ini, Tempo Group sudah memiliki enam pembeli siaga, di antaranya Edwin Soeryadjaya (Saratoga Investama Sedaya) dan Surya Citra Media (SCTV), PT Sukses Perdana Mandiri, PT Sinar Ganda Jaya, Burlingham International Ltd., dan Erika Agatha Martono.

Dalam keterbukaan resmi, Tempo akan menerbitkan 333,3 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp300 per lembar saham. Dana segar yang akan diperoleh Tempo sekitar Rp99,9 miliar. Setelah right issue, maka persentase penambahan jumlah saham setelah pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas I (PUT) sebesar 31,51%.

Akan tetapi Yayasan Tempo, selaku pemegang saham utama telah menyatakan tidak akan mengambil seluruh haknya dalam right issue ini. Melainkan akan mengalihkan ke Edwin, Sukses Perdana Mandiri, dan Sinar Garda Jaya dengan masing-masing mendapatkan 16,66 juta saham. Sementara, SCTV akan mendapatkan 8,33 juta saham, Burlingham International dapat 25 juta saham, dan Erika Agatha dapat 33.314 saham.

Perolehan dana segar nantinya mayoritas akan digunakan Tempo untuk meningkatkan modal kerja dan sebagian kecil untuk dipinjamkan ke entitas anak.

Pelni Rilis Aplikasi Layanan Pengiriman Kargo

Perusahaan transportasi pelat merah Pelni, lewat anak usahanya Sarana Bandar Nasional (BSN), merilis aplikasi Pelni Logistics untuk permudah pemesanan kargo bagi para pengguna jasa. Peluncuran ini sekaligus menandakan upaya Pelni untuk modernisasi bisnis agar tetap selaras dengan tren penggunaan teknologi digital di dunia transportasi.

Dalam aplikasi ini memuat informasi seputar slot kargo secara real time, jadwal kapal, tarif pengiriman, dan pelacakan kargo. Pelni Logistics bisa diakses secara online via situs desktop dan aplikasi untuk Android, sedangkan untuk AppStore ditargetkan akan segera menyusul.

“Tujuannya untuk kemudahan, jadi orang tidak perlu cari-cari telepon lagi [untuk pesan kargo]. Ini era terbuka,” terang Direktur Angkutan dan Logistik Pelni Harry Boediarto, dikutip dari Republika.

Harry melanjutkan pengguna cukup memasukkan jumlah kontainer yang ingin dipesan, kemudian akan tampil jadwal kapal yang tersedia, serta biaya yang dibutuhkan. Nanti di akhir pesanan, aplikasi secara otomatis akan mengirimkan kode pemesanan ke email pemesanan untuk dilanjutkan ke pembayaran lewat ATM.

Fiturnya pun akan ditambah. Rencananya, Pelni Logistics akan menjadi open platform yang bisa diintergrasikan dengan moda transportasi dari pihak ketiga. Misalnya dengan Pos Indonesia, Cargo Garuda, atau lainnya.

Harry mencontohkan, intergrasi moda transportasi misalnya Pelni dengan kapal perintis bila ingin mengantarkan barang ke Timika. Nantinya Pelni bisa intergrasikan dengan moda transportasi darat seperti Damri untuk pengirimannya.

“Kita sudah mulai mengarah sepert itu [open platform dengan pihak ketiga],” pungkas Harry.

Untuk tahap awal, Pelni Logistics baru melayani pengiriman kargo tujuan 12 kota dengan tiga kapal yang dilalui kapal penumpang Pelni, yakni KM Dobonsolo, KM Ciremai, dan KM Gunung Dempo.

Pada tahap berikutnya, ditargetkan pada peluncuran resmi di April 2018, Pelni akan menambah layanan pemesanan kargo hingga 25 unit kapal dengan 96 pelabuhan tujuan.

Application Information Will Show Up Here

Machine Learning Berpotensi Jadi Teknologi Paling Berperan

Machine learning adalah salah satu teknologi yang digadang-gadang sebagai masa depan. Kemampuan “belajar” yang diberikan ke mesin atau sistem membawa kesempatan yang cukup luas bagi teknologi untuk bisa membantu manusia, dan terus berkembang dari hari ke hari. Bahkan menurut Oracle teknologi machine learning akan menjadi teknologi yang terpenting setelah internet.

Machine learning, kecerdasan buatan dan robot banyak digambarkan sebagai teknologi yang bisa menggantikan posisi manusia di lapangan pekerjaan. Namun Menurut Oracle kehadiran teknologi seperti machine learning justru menandakan sebuah kemajuan yang juga akan membawa pekerjaan baru, model bisnis baru, dan industri baru. Bukannya membuat manusia tersingkirkan machine learning justru akan memudahkan manusia dan menjadikan manusia lebih efektif.

Saat ini kehadiran machine learning mulai marak dan merambah ke teknologi di sekitar manusia, seperti perangkat lunak di smartphone, di mobil atau di beberapa perangkat canggih lainnya. Perangkat lunak (yang sudah mengadopsi machine learning) bisa membantu manusia untuk mengakses informasi dan menghasilkan keputusan yang lebih baik bahkan lebih cepat. Oracle percaya perusahaan yang memanfaatkan keunggulan machine learning akan maju dengan pesat karena mereka mampu mengambil keputusan yang lebih cepat dan efisien.

“Pengadopsian machine learning tumbuh bersama dengan komputasi awan, untuk alasan yang bagus. Integrasi aplikasi, platform dan infrastruktur komputasi awan yang mulus itu penting untuk pertumbuhan dan keefektifan machine learning. Integrasi yang mulus ini akan membuka akses machine learning ke kolam data yang lebih luas, menyingkirkan silos dan menggambar data dari seluruh perusahaan serta jaringannya,” Group Vice President and Chief Architect, Core Technology and Cloud, Oracle Asia Pacific Chris Chelliah.

Big data dan cloud akan menjadi kolaborasi sempurna bagi machine learning. Karena semakin banyak data yang diolah maka semakin cerdas machine learning sehingga keputusan yang diambil pun bisa lebih baik dan terus berkembang. Big data menjanjikan banyak hal di dalam transformasi digital dan cloud menyediakan fondasi untuk transformasi digital maka machine learning merupakan alat pertama untuk membuat semua hal tersebut berkembang. Machine learning memiliki banyak kegunaan tanpa batas selama ada proses analisis dan pemahaman data yang cepat di situlah machine learning diperlukan.

Saat ini machine learning didorong untuk merevolusi di bagian pelayanan pelanggan atau disebut customer service. Salah satu bentuk nyata hadir dalam teknologi chatbot yang bisa menggantikan peran manusia dalam melayani pelanggan. Selain memberikan respons cepat teknologi chatbot juga bisa terus berkembang seiring banyaknya data yang dikumpulkan.

Mencermati Popularitas Situs dan Aplikasi Job Listing

Sejak internet sudah mulai banyak digunakan di tanah air, tepatnya sekitar awal tahun 2000-an, sudah banyak pencari kerja yang memanfaatkan situs job listing lokal hingga asing untuk menemukan tempat berkarier. Hal tersebut membuktikan bahwa pencarian lowongan pekerjaan secara online sudah mulai banyak dipilih oleh pengguna.

Di tahun 2017 ini, teknologi sudah semakin advance, demikian juga dengan pilihan dan alternatif untuk mencari lowongan pekerjaan. Bukan hanya situs job listing, namun aplikasi hingga media sosial, sudah menjadi pilihan tersebut.

DailySocial bersama dengan Jakpat meluncurkan hasil survei yang melibatkan 994 responden yang kebanyakan adalah kalangan millennial terkait dengan kebiasaan penggunaan situs dan aplikasi favorit pencarian pekerjaan secara online.

Situs job listing populer

Pertama yang patut dicermati adalah hingga kini situs job listing yang sudah eksis sejak awal tahun 2000-an seperti Jobstreet (60.00%), Karir (44.06%) hingga JobsDB (37.22%) masih menjadi tiga pilihan paling popular pencari kerja untuk menemukan lowongan yang sesuai. Sementara situs job listing yang terbilang baru hadir mulai dilirik oleh sebagian pencari kerja. Di antaranya adalah, KerjaDulu (10.87%), Karirpad (9.05%), Jofom (5.94%) hingga Jora dan Creasi (5.33%).

Selain memanfaatkan situs job listing, banyak juga pencari kerja yang menemukan lowongan pekerjaan melalui situs berita seperti DailySocial (21.63%) hingga Kompas Karier (31.09%). Hal tersebut membuktikan, informasi lowongan yang relevan di masing-masing situs berita tersebut, mulai dijadikan pilihan oleh pencari pekerjaan.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, banyak juga responden (74.65%) yang menyebutkan melihat langsung lowongan yang tersedia melalui situs resmi perusahaan yang diincar.

Pencarian melalui media sosial dan online chat

Hal menarik lainnya adalah kehadiran LinkedIn yang telah memberikan alternatif baru bagi pencari kerja, atau mereka yang sekedar “melihat” lowongan pekerjaan yang diinginkan, meskipun masih memiliki pekerjaan. Namun demikian tidak terlalu banyak orang mencari pekerjaan secara khusus melalui LinkedIn hanya sekitar (30.28%) responden menyebutkan mereka mencari pekerjaan melalui Linkedin.

Pilihan lainnya yang digunakan oleh responden adalah online chat group seperti WhatsApp (52.11%), Telegram (13.58%), Facebook Groups (44.47%), Line Groups (30.89%). Sementara sisanya (29.07%) mengaku tidak pernah memanfaatkan online chat group untuk mencari pekerjaan.

Kesempatan untuk job listing di sektor informal

Di lain sisi, hasil temuan survei menyebutkan bahwa kebanyakan pencari kerja untuk pekerjaan formal yang banyak menggunakan teknologi saat mencari pekerjaan. Sementara untuk pencari kerja di sektor informal sebanyak (60.66%) masih belum banyak yang memanfaatkan situs hingga aplikasi job listing.

Hal tersebut yang kemudian patut dicermati oleh startup seperti Sejasa (23.34%), Tukang.com (22.94%) hingga Findtukang (10.56%) untuk lebih agresif lagi melakukan kegiatan pemasaran menyasar pencari kerja di sektor informal.

Unduh laporan hasil survei selengkapnya: Job Recruitment Sites & Services Survey 2017

Brilio Hadirkan “Fulus”, Platform Komparasi Finansial

Perusahaan penerbit konten digital Brilio merilis platform komparasi produk finansial “Fulus” untuk membantu kalangan millennial membandingkan berbagai produk finansial yang ada di pasaran. Dalam menghadirkan platform ini, Brilio memanfaatkan teknologi dari Cermati.

Untuk sementara, produk yang dihadirkan dalam Fulus adalah membandingkan produk kartu kredit dan informasi seputarnya. Misalnya fasilitas yang diberikan, persyaratannya, informasi biaya dan denda, kelebihan dan kekurangan, hingga rekomendasi kartu kredit sesuai profil calon nasabah.

Beberapa perusahaan penerbit kartu kredit yang tersedia di Fulus, seperti AEON, ANZ, Bank Danamon, Bank Mega, BCA, BNI, BRI, Citibank, HSBC, dan Standard Chartered.

Tampilan FULUS

Sebelumnya Brilio melakukan riset bersama dengan JakPat Mobile Survey terhadap 1021 responden berusia 21-37 tahun di 34 kota besar Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 59% millennial Indonesia, khususnya kelas menengah, kini lebih menyukai transaksi secara cashless baik melalui kartu debit, e-money, maupun kartu kredit. Atas dasar hasil riset tersebut, akhirnya Brilio memutuskan untuk memulainya dari kartu kredit.

“Kami menemukan bahwa 63% millennial Indonesia mengaku membutuhkan kartu kredit, tapi kami juga mendapatkan fakta menarik bahwa 66% millennial mengaku kesulitan kartu kredit apa yang terbaik untuk kebutuhan mereka. Ini jadi alasan kami membuat Fulus,” terang CEO & Co-Founder Brilio Joe Wadakethalakal dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Kamis (4/1).

Lebih lanjut, dalam hasil riset itu memperlihatkan bahwa mayoritas pengeluaran kartu kredit millennial dilakukan untuk pembelian alat elektronik (27%), makanan dan minuman (25%), melancong (23%), dan item fesyen (15%).

Hasil riset ini kemudian menginspirasi tim Brilio untuk merekomendasikan kartu kredit berdasarkan best credit cards dalam beberapa kategori. Untuk Travel, Dining, Cashback, Retail, Low Interest, Rewards, First Card, dan lainnya. Selain memberi rekomendasi, Fulus juga memiliki fitur pengajuan kartu kredit secara online.

Terkait monetisasinya, Fulus akan memakai sistem affiliate. Fulus akan mendapatkan revenue dari setiap proses aplikasi kredit yang berhasil diterima. Joe mengungkapkan, ke depannya Brilio akan menambah fitur-fitur yang ada dengan membandingkan produk finansila lainnya selain kartu kredit.

Application Information Will Show Up Here

OJK Siapkan Beleid Baru untuk Industri Fintech

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bakal kembali merilis beleid baru terkait industri fintech, rencananya aturan ini akan diumumkan pada 18 Januari 2018. Bersamaan dengan itu, OJK juga akan menerbitkan aturan untuk sektor keuangan lainnya seperti pasar modal untuk pendanaannya dan persoalan produk lindung nilai mata uang (hedging currency).

Terkait aturan baru soal fintech, sayangnya OJK masih tutup mulut hal apa yang akan diatur. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisioner OJK Wimboh Santoso.

[Baca juga: Rangkuman Perkembangan Lanskap Fintech Indonesia Sepanjang Tahun 2017]

“Kami concern masalah fintech, bagaimana pendalaman pasar keuangan dan pasar modal supaya lebih aktif lagi. Detailnya nanti [saat diumumkan],” kata Wimboh seperti dikutip dari Tempo.

Sejauh ini, OJK baru merilis satu aturan terkait fintech pada akhir 2016 untuk pemain p2p lending dengan model bisnis on balance sheet lending. Aturan turunan dari beleid tersebut baru membuahkan tiga surat edaran OJK. Satu di antaranya sudah disahkan mengenai Tata Kelola dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi pada LPMUBTI.

Sementara, ada dua aturan lainnya masih berstatus rancangan mengenai Pendaftaran, Perizinan, dan Kelembagaan Penyelenggaraan LPMUBTI dan Penyelenggaraan LPMUBTI. Padahal, sebelumnya pihak OJK menuturkan bakal ada sekitar 14 aturan turunan dari POJK No 77/2016.

Kinerja industri p2p lending

Di samping itu, semenjak diberlakukannya POJK Fintech, OJK masih merampungkan proses pendaftaran pemain p2p lending untuk mendapatkan surat tanda terdaftar. Tercatat ada 27 perusahaan yang sudah mengantongi surat tanda terdaftar.

Mengutip dari Kompas, satu perusahaan berkantor pusat di Surabaya dan sisanya di Jakarta. Dilihat dari status badan hukumnya, sebanyak 19 perusahaan adalah perusahaan lokal dan 8 perusahaan asing.

OJK juga mencatat ada 87 perusahaan p2p lending yang sudah berkomunikasi dengan regulator terkait perolehan surat tanda terdaftar ini. Namun, dari yang sudah mengantongi surat tersebut, sekitar 32 perusahaan masih dalam proses mendaftar dan 8 perusahaan baru menunjukkan minat.

Secara industri industri, OJK mencatat jumlah pembiayaan yang telah disalurkan mencapai Rp2,26 triliun hingga November 2017. Dari angka tersebut disalurkan kepada 290.335 debitur.

Untuk mendorong pengembangan, pengaturan, dan pengawasan fintech di Indonesia, OJK sedang menyusun roadmap fintech untuk lima tahun ke depan. Tak hanya itu, OJK juga telah berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk membentuk Fintech Center di level nasional.

Fintech Center bertugas melakukan koordinasi agar penyelenggaraan kegiatan fintech tetap dapat tumbuh dan berkembang, namun dengan tidak melupakan aspek keamanan dan perlindungan konsumen.

Sarinah Rilis Layanan E-Commerce “Sarinah Online”

Perusahaan ritel pelat merah Sarinah melakukan soft launching untuk layanan e-commerce “Sarinah Online”, hasil kerja sama dengan Telkom sebagai penyedia infrastrukturnya. Situs ini sendiri rencananya akan diresmikan secara penuh pada Maret 2018.

Di dalam situsnya, Sarinah Online menyajikan produk unggulan dengan beragam kategori. Mulai dari makanan dan minuman, fesyen, aksesoris, koleksi busana muslim, kerajinan tangan dari berbagai material, serta produk fesyen etnik seperti batik, tenun, dan songket.

“Diharapkan Sarinah Online dapat memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk mendapatkan produk unggulan UMKM Indonesia, sehingga Sarinah tetap dekat dengan pelanggan,” ucap Direktur Utama Sarinah GNP Sugiarta Yasa seperti dikutip dari Indotelko.

Sarinah Online menjadi keseriusan Sarinah untuk terjun ke era teknologi, mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan pelanggan. Selain itu, situs e-commerce ini menjadi peluang bagi Sarinah untuk mengajak UMKM berjualan di platform online agar produknya semakin dikenal di seluruh Indonesia.

Langkah Sarinah untuk terjun ke dunia e-commerce sedikit terlambat dibandingkan peritel besar lainnya seperti Matahari Departement Store yang sudah meluncurkan Matahari Mall, menyediakan produk yang dijual di gerai Matahari. Langkah sedikit berbeda ditunjukkan oleh Ramayana yang lebih memilih hadir sebagai toko resmi di platform Lazada.

Ubah strategi

Strategi memilih kanal online kian dilirik peritel konvensional, lantaran penetrasi internet di kota besar sudah tinggi. Alhasil, jumlah kunjungan pembeli ke gerai offline menurun drastis sehingga menyebabkan peritel harus tutup gerai. Seperti yang terjadi dalam sepanjang tahun ini, pengumuman penutupan gerai oleh 7-Eleven, Lotus, Debenhams, beberapa gerai Ramayana, dan Matahari.

Oleh karenanya, peritel mau tak mau harus ubah strategi dengan menutup gerai di kota besar dan memindahkannya ke kota tier dua atau tiga. Di kota tersebut di yakini penetrasi internet belum tinggi, sehingga ada peluang bisnis di sana.

Hal ini terlihat dari strategi Matahari yang menutup empat gerainya di Jakarta. Mesti demikian, Matahari tetap membuka dua gerai baru di Baturaja dan Lahat, Sumatera Selatan. Ditambah satu gerai specialty store Nevada di Surabaya.

Begitu pula dengan Sarinah, meski tidak menyasar kota tier dua atau tiga, perusahaan akan membuka dua gerai baru di luar negeri pada tahun ini. Negara yang dipilih adalah Arab Saudi dan Jepang.

Proyeksi Forrester untuk Lanskap Teknologi dan Bisnis di Tahun 2018

Tahun 2018 mulai bergulir, bagi lanskap teknologi awal tahun selalu menarik. Selain catatan dari satu tahun yang telah berjalan, prediksi juga selalu digulirkan, karena pada dasarnya lanskap ini memiliki berbagai perhitungan sehingga untuk tren ke depan bisa diproyeksikan dengan baik. Salah satu lembaga riset kelas global yang sudah merilis prediksinya untuk tren tahun 2018 adalah Forrester. Mendasari penelitiannya dari perkembangan yang ada, berikut beberapa hal yang diprediksikan menjadi booming di tahun 2018 menurut Forrester:

Kesadaran tentang Customer Experiences (CX)

Customer Experiences (CX) atau pengelaman pelanggan menjadi strategi inti bagi bisnis untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi di pasar. Forrester’s 2017 CX Index mencatat terjadi penurunan kualitas CX di berbagai lini bisnis dan industri. Pada tahun 2018, sekitar 30% perusahaan akan mulai sadar penurunan kinerja CX, karena sedikit demi sedikit kerugian akan mulai dirasakan. Dari situ akan ada implikasi lain, yakni tahun 2018 juga akan menjadi tahun yang penting untuk pertumbuhan CX, untuk memberikan pengalaman terbaik dan memperkuat kepercayaan pelanggan terhadap bisnis.

Kemunculan agen cerdas berbasis AI

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan bertindak lebih. Tren yang sudah hadir saat ini –termasuk di Indonesia–sudah menjadi model yang mulai banyak diadopsi. Tahun 2018 adalah titik awal. Agen cerdas akan terus memperkuat pengaruhnya terhadap konsumen dan menekan brand untuk terlibat melalui kekuatan percakapan yang halus.

Krisis digital

Tahun 2017 kampanye tentang transformasi digital banyak digaungkan, sayangnya masih banyak yang menganggap upaya tersebut sebagai sebuah operasi elektif. Padahal bisnis perlu untuk menaruh perhatian penting terhadap transformasi tersebut. Pelanggan digital menginginkan pengalaman lebih untuk mencapai kepuasan atas suatu layanan. Hasil riset Forrester menyebutkan bahwa 60% eksekutif bisnis sudah mulai mengaku bahwa mereka tertinggal untuk melakukan transformasi digital.

Kesenjangan talenta digital

Pertumbuhan upah sebesar 2% sampai 4% menunjukkan pasar yang relatif seimbang. Namun fakta yang ada di lapangan masih berkutat kurangnya peran khusus seperti ilmuwan data, analis keamanan informasi, pengembang kelas atas, dan arsitek sistem informasi untuk meningkatkan CX. Pada tahun 2018, isu talenta akan memperluas kesenjangan antara “predator” dan “mangsa” digital. Salah satu upaya yang banyak dilakukan secara agresif ialah mendirikan pusat inkubasi digital dan membayar hingga 20% di atas tingkat pasar untuk mengubah permainan.

Pemberdayaan mesin atau otomatisasi

Pada tahun 2018, 10% keputusan pembelian dari konsumen akan dipandu oleh agen berbasis platform dan memulai dampak ekonomi nyata dari pemberdayaan mesin. Platform dan agen cerdas yang dikembangkan akan mengumpulkan preferensi, perilaku, transaksi, dan emosi, menciptakan pengalaman individu yang lebih kaya. Agen cerdas akan menggunakan data tersebut untuk semakin mempengaruhi pilihan dan keputusan konsumen. Model ini bukan hal baru. Itu adalah bagian lama dari logika periklanan di dunia. Perbedaannya adalah bahwa model ini didasarkan pada hubungan yang muncul, dinamis, dan emosional antara agen dan konsumen.

Kekuatan algoritma untuk pemasaran

Algoritma menjadi fondasi utama dari platform digital seperti milik Google dan Amazon. Algoritma adalah bahasa dari platform dan agen cerdas. Algortima saat ini banyak dikaitkan dengan bagaimana platform mampu memahami preferensi pelanggan, merekomendasikan tindakan, mempelajari perilaku, hingga bertindak secara benar. Pada tahun 2018, CMO perlu memanfaatkan algoritma cerdas untuk menafsirkan dan memberdayakan platform berbasis AI. Namun menurut Forrester, 25% dari CMO akan gagal, sehingga brand mereka tidak memiliki pembeda (keunggulan) dan terdiam di pasar.

Pemasaran digital yang disesuaikan

Perilaku pelanggan sudah semikan jelas, mereka menghindari iklan. Akibatnya pembiayaan iklan akan berdampak kurang signifikan. Beberapa brand mungkin memotong pengeluaran untuk belanja iklan. Ini bukan krisis anggaran periklanan tapi hanya mengubah prioritas. Alih-alih membajak uang ke belanja iklan tradisional, CMO akan meningkatkan pengeluaran untuk merevitalisasi CX, menyelaraskan program loyalitas, berinvestasi pada algoritma untuk paltform, dan memajukan teknologi pemasaran lainnya. Pengeluaran iklan akan rata di tahun 2018 dan menyebabkan koreksi yang menyakitkan di pasar agensi dan adtech.

Tantangan untuk General Data Protection Regulation (GDPR)

GDPR menantang bagaimana perusahaan menyeimbangkan risiko dan biaya untuk keamanan. Forrester memprediksi bahwa 80% perusahaan yang terkena dampak GDPR tidak akan mematuhi peraturan tersebut sampai bulan Mei 2018. Dari perusahaan yang tidak patuh tersebut, 50% secara sengaja tidak mematuhi – yang berarti mereka telah mempertimbangkan biaya dan risiko dan mengambil jalan yang menyajikan posisi terbaik untuk perusahaan mereka. 50% lainnya mencoba untuk mematuhi tapi akan gagal.

Bisnis perbankan yang lebih terbuka

Model bisnis perbankan konvensional tengah diserang, dan yang paling signifikan yakni oleh tren fintech yang sedang melanda pangsa pasar global. Ketidakmampuan bank untuk memperdalam nilai hubungan pelanggan menjadi faktor utama. Dilansir PSD2, perbankan terbuka mengepung akan memainkan peran kunci dalam operasional melalui data. Bank tidak akan lagi memiliki monopoli atas harta karun mereka dari data pelanggan. Amazon dan Google, penyedia layanan fintech, dan bank penantang akan memanfaatkan akses terhadap data, melumpuhkan atau menggantikan bank-bank incumbent. Pada tahun 2018 menurut Forrester, lebih dari 50% bank akan gagal mengeksploitasi perbankan terbuka, mulai menurun, jalur yang menyakitkan untuk menjadi utilitas yang tidak disengaja.

Harmonisasi pengalaman ritel

Industri ritel terus tumbuh, namun tantangannya terbentang di depan bagi peritel tradisional. Peritel perlu mempertimbangkan bagaimana bekerja dengan agen cerdas yang akan mengambil bagian lebih besar dari bagaimana pelanggan menemukan dan memesan, menciptakan pengalaman toko yang dinamis dan dinamis, gunakan toko fisik sebagai simpul logistik, memperluas katalog digital untuk mencocokkan platform seperti Amazon, dan selaras semua ini dalam perjalanan yang anggun dan berbeda bagi pelanggan. Hanya 33% peritel yang memahami sifat mengganggu dan menguntungkan dari agen cerdas; 67% tidak.

Pembenahan implementasi AI

AI dengan cepat mengubah bagaimana perusahaan menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi; bagaimana konsumen menyeimbangkan privasi dan nilai dengan demokratisasi data mereka; dan bagaimana karyawan membentuk jalur profesional mereka untuk memasukkan interaksi yang lebih besar dengan mesin. Fokus percakapan AI berpusat pada penggunaan teknologi AI untuk menambah kecerdasan atau menciptakan antarmuka percakapan.

Namun, investasi 2017 berfokus pada kasus penggunaan diskrit dan proyek untuk membuktikan nilai bisnis langsung. Manfaat itu terlalu sempit dan akan berumur pendek. Pada 2018, 75% proyek AI akan membanjir karena gagal menentukan pertimbangan operasional, yang menyebabkan para pemimpin bisnis mereset ruang lingkup investasi AI – dan menempatkan perusahaan mereka di jalan untuk mewujudkan manfaat yang diharapkan.

Masa depan blockchain

Pada 2018, kombinasi retorika dan antusiasme akan terus meningkatkan potensi blockchain. Namun, 30% bukti konsep akan mempercepat blockchain bagi perusahaan yang dapat mempertimbangkan dampak operasionalnya.

Kesadaran dari keuntungan sistem keamanan

Perusahaan menghadapi meningkatnya ancaman cyber dari hacker yang berusaha melakukan cyberwarfare atau sabotase industri. Pada 2018, kita akan mulai melihat keamanan untuk ukuran keuntungan yang didorong oleh tim keamanan, risiko, dan privasi dengan dukungan dari rekan pemasaran dan produk mereka. Inti dari hal ini adalah manajemen identitas. Tim keamanan dan privasi perlu mengetahui dengan pasti siapa yang mengakses apa dan mengatasi identitas di titik masuk. Pemasaran dapat menggunakan kemampuan yang sama di tumpukan martech (marketing technology) untuk personalisasi – mengubah mandat keamanan menjadi perangkat tambahan CX. Di tahun yang akan datang, 10% perusahaan akan memecahkan kode ini dan memperoleh leverage investasi baru dan kuat.

DokterSiaga Luncurkan Chatbot, Mudahkan Cari Lokasi Fasilitas Kesehatan

Terus berinovasi dan terus memudahkan solusi yang memudahkan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh startup. Hal tersebut dihayati DokterSiaga, salah satu startup di bidang kesehatan asal Indonesia. Di awal tahun 2018 ini DokterSiaga mengenalkan layanan chatbot yang berfungsi memudahkan pengguna mendapatkan informasi mengenai rumah sakit atau fasilitas kesehatan.

Chatbot DokterSiaga saat ini bisa diakses melalui percakapan dengan akun DokterSiaga di platform Facebook Messenger. Tidak berhenti sampai di situ, chatbot DokterSiaga juga akan disediakan di platform pesan instan populer lainnya, seperti LINE dan Telegram.

“Chatbot ini dibuat senatural mungkin dan dibuat dengan menggunakan teknologi NLP (Natural Language Processing) sehingga layaknya kita berbicara dengan manusia. Jadi kami hindari respon yang bersifat kode atau simbol-simbol tertentu,” terang pengembang chatbot DokterSiaga Luri Darmawan.

Chatbot DokterSiaga akan bekerja membaca kata-kata kunci seperti “rumah sakit”,”RS”, dan juga kota atau lokasi yang diketikkan pengguna. Selanjutnya chatbot akan membalas dengan daftar rumah sakit yang ditemukan. Informasi yang diberikan meliputi nama rumah sakit, alamat, hingga lokasi Google Maps untuk memudahkan navigasi ke rumah sakit yang dituju.

Inovasi yang diharap bisa membawa perubahan ini memiliki banyak tantangan. Selain mengedukasi pengguna, layanan chatbot ini harus bisa memberikan informasi yang lebih lengkap dan cepat dibandingkan mesin pencari.

Menurut informasi yang diterima, selain untuk mencari rumah sakit dan fasilitas kesehatan, chatbot ini diharapkan ke depannya bisa dimanfaatkan rumah sakit, klinik, puskesmas, hingga dokter-dokter yang ingin mengotomasi dan meningkatkan layanan untuk pasiennya.

Chatbot ini juga menghimpun pertanyaan yang sering terlontar dari pasien seperti “kenapa saya terkena penyakit”, “apa saja faktor yang dapat membuat saya mengalami penyakit tersebut”, dan pertanyaan sejenis. Menurut DokterSiaga, idealnya pada saat pemeriksaan dokter berfokus kepada pengobatan, sementara proses edukasi kesehatan pasien dapat diambil alih chatbot.

“Seiring dengan pertumbuhan pengguna DokterSiaga yang mencapai 79,4% di tahun 2017 makan kehadiran chatbot ini diharapkan dapat memberikan layanan yang bermanfaat bagi masyarakat agar lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan informasi mengenai lokasi rumah sakit, klinik atau pun puskesmas saat mereka membutuhkan walaupun di tengah amalan di saat kita sulit mendapatkan bantuan dari keluarga atau orang-orang di sekeliling kita,” terang Founder DokterSiaga Fatah Iskandar Akbar.