Korea Investment Partners dan Golden Equator Ventures Beri Pendanaan ke Baskit [UPDATED]

*Update 15.01: Kami menambahkan informasi terkait keterlibatan Golden Equator Ventures dalam pendanaan ini, sekaligus konfirmasi dari founder Baskit terkait pendanaan baru.

Korea Investment Partners (KIP) dan Golden Equator Ventures berpartisipasi dalam putaran pendanaan awal Baskit. Sebelumnya startup yang fokus mendigitalkan rantai pasok tersebut telah menutup pendanaan awal senilai $3,3 juta dari Betatron Venture Group, Forge Ventures, Investible, 1982 Ventures, DS/X Ventures, Orvel Ventures, Michael Sampoerna, serta beberapa angel investor.

Kabar ini pertama kali dimuat DealStreetAsia dan telah dikonfirmasi oleh salah satu pihak terkait.

“Saya mengenal Shane Ang dan Jonghyun Kim (Synclare) tahun lalu, saat kami baru memulai. Kami bertemu berkali-kali, membahas kemungkinan, berbagi pembelajaran, dan membangun ikatan yang kuat. Sungguh menghangatkan hati melihat bagaimana benih yang ditanam sebelumnya berkembang menjadi peluang dan hubungan yang luar biasa,” tutur Co-Founder & CEO Baskit Yann Schuermans dalam unggahan LinkedIn.

KIP sebelumnya telah berinvestasi ke beberapa startup Indonesia, di antaranya CekAja, Halodoc, dan Qraved. Sumber kami juga menyebutkan, KIP akan segera menyiapkan dana kelolaan (fund) khusus untuk berinvestasi ke startup Asia Tenggara.

Selain di Korea, sejauh ini KIP juga fokus berinvestasi ke startup di Eropa, Amerika Serikat, Israel, dan Asia Tenggara. Adapun lanskap bisnis yang menjadi perhatian adalah consumer tech, fintech, online media, healthtech, SaaS, dan industrial tech.

Baskit dinakhodai oleh tiga co-founder, yakni Yann Schuerman, Yoonjung Yi, dan Yasser Arafat. Mereka telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam menangani industri consumer retail dan distribution. Fokus utama Baskit adalah membuat sistem rantai pasok yang telah dibangun oleh pelaku industri selama berpuluh-puluh tahun menjadi lebih efisien dan efektif lewat digitalisasi.

Sejumlah fitur disajikan oleh Baskit, mulai modul salesforce untuk pengelolaan penjualan, B2B commerce produk dari principal, dasbor data harga dan wawasan, dukungan logistik 3PL, sampai dengan pembiayaan bisnis.

Segmen rantai pasok produk konsumer memang masih menjadi peluang besar digitalisasi. Dengan model bisnis B2B commerce yang unik, sejumlah pemain juga mulai masuk ke ranah ini termasuk GudangAda, Sinbad, hingga Ula.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan unit ventura dari grup DailySocial.id

GORO Peroleh Pendanaan Pra-Awal Senilai Rp15,2 Miliar Dipimpin Iterative

Platform marketplace investasi properti GORO memperoleh pendanaan pra-awal sebesar $1 juta (lebih dari Rp15,2 miliar) yang dipimpin oleh Iterative. Putaran ini juga didukung oleh sejumlah investor, termasuk XA Network, StashAway, dan Mike Broomell (CEO Colliers International Indonesia).

Melalui pendanaan ini, GORO berencana menambah jumlah timnya untuk memperkuat strategi akuisisi pengguna. Klaimnya, sejak resmi diluncurkan di awal 2023, GORO telah mengalami pertumbuhan sebesar 15% per minggu.

“Siapapun dapat berinvestasi di properti, tetapi terhalang oleh faktor keuangan dan prosedur yang kompleks. GORO berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut, dan memampukan siapapun dan di manapun mereka untuk memiliki yield tinggi dari portofolio propertinya,” ungkap Co-Founder dan CEO GORO Robert Hoving dalam keterangan resmi.

GORO adalah platform marketplace yang memungkinkan pengguna berinvestasi di properti dalam bentuk pecahan mulai dari Rp10.000. Nilai dari properti tersebut akan dipecah dan dikonversi dalam bentuk token. Token properti yang dimiliki dapat dijual langsung tanpa proses yang kompleks kapan saja.

Adapun, pengguna dapat meraih imbal hasil dari pendapatan sewa bulanan dan capital appretiation atas penjualan properti. Model ini disebut memungkinkan pengguna untuk membangun portofolio properti yang beragam dan menguntungkan.

Sebagai contoh, dikutip dari situs resminya, apabila pengguna membeli 1% dari jumlah token sebuah properti, pengguna berhak atas 1% manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari properti tersebut, termasuk pendapatan sewa atau kenaikan nilai properti (capital gain).

General Partner Iterative Brian Ma, sekaligus Co-Founder proptech unicorn AS Divvy Homes mengaku bersemangat menjadi bagian dari perjalanan GORO. “Robert dan Andryan memiliki pemahaman yang menonjol terhadap pasar properti Indonesia. Kami menanti bekerja sama dengan mereka untuk mendemokratisasi kepemilikan properti dan berinvestasi ke investor di Asia Tenggara,” tambahnya.

Masuk ke pasar sekunder

Hoving melanjutkan, GORO akan masuk ke pasar properti sekunder agar memungkinkan likuiditas lebih lanjut bagi pengguna. Saat ini, GORO melayani pengguna di lebih dari 20 negara. “Kami nantinya akan memperluas ke kota-kota lain di Jakarta dan Bali, serta asset class lain.”

GORO adalah singkatan dari Gotong Royong, merefleksi komitmen perusahaan untuk membantu jutaan orang berinvestasi di properti. GORO menyebut portofolionya saat ini telah menghasilkan 11% dari imbal hasil pendapatan sewa kepada investor.

Pihaknya menilai saat ini sektor properti masih diminati investor karena risikonya lebih rendah dibandingkan investasi di pasar modal yang lebih volatil. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total investor pasar modal tercatat sebanyak 10,3 juta di mana 58,7% berasal dari kalangan usia di bawah 30 tahun. Angka tersebut mengindikasikan generasi milenial dan Z yang mendominasi pasar modal, tengah aktif melihat peluang investasi lain.

Di sisi lain, sektor properti dinilai tidak likuid karena proses jual-beli sangat kompleks dan memakan waktu panjang. Harga properti juga bernilai tinggi. Di tengah situasi ekonomi makro dan inflasi, properti juga disebut sebagai salah satu aset yang dapat menawarkan imbal hasil stabil kepada pengguna.

Di Indonesia, ramai digitalisasi layanan di sektor properti. Tak lagi fokus pada di ranah property listingseperti Lamudi, tetapi juga masuk ke area lain yang masih relevan terhadap transaksi properti maupun pembangunannya. Misalnya, IDEAL mendigitalisasi proses pengajuan KPR dan Kabina yang menawarkan solusi untuk mensimplifikasi proses konstruksi bangunan.

Stockbit dan Fullerton Resmikan Perusahaan Manajer Investasi Grow Investments

PT Stockbit Investa Bersama (Stockbit) dan Fullerton Fund Management Company Ltd (Fullerton) meresmikan perusahaan patungan PT Grow Investments Indonesia (Grow Investments). Langkah ini merupakan tindak lanjut pasca aksi akuisisi perusahaan manajer investasi PT Ayers Asia Asset Management (Ayers Asia) yang diumumkan pada akhir Mei 2023 sampai akhirnya di-rebrand dengan nama baru.

Grow Investments dipimpin oleh Yewny Wongso selaku Presiden Direktur, yang berpengalaman di dunia manajer investasi selama lebih dari 20 tahun di Indonesia, Singapura, dan Amerika Serikat. Ia telah mengelola berbagai dana kelolaan, termasuk offshore fund terbesar di Indonesia saat dirinya bekerja di Fullerton. Pengalaman dan pemahamannya diyakini dapat memperkuat dalam menjalani perannya di Grow Investments.

Mengutip dari situs OJK, Stockbit menguasai saham mayoritas Grow Investments sebesar 51% dan sisanya dikuasai oleh Fullerton, dengan modal dasar Rp32 miliar.

“Dengan memaksimalkan pendekatan digital dari Stockbit, pemahaman mendalam mengenai market lokal, dan kapabilitas investasi di tingkat global dari Fullerton yang telah memenangkan berbagai penghargaan, Grow Investments akan berfokus pada penciptaan return investasi jangka panjang yang positif dan memperhitungkan risiko, sehingga bisa membantu investor menumbuhkan aset mereka,” ujar Yewny saat peresmian Grow Investments di Jakarta, Selasa (8/8).

Ia menambahkan, nama “Grow Investments” secara filosofis merefleksikan aspirasi perusahaan untuk membantu klien-kliennya mengembangkan investasi serta tumbuh bersama mereka.

Saat ini produk Grow Investments belum secara resmi dirilis dan bagaimana diferensiasinya antara Bibit dan Stockbit. Yewny hanya menyampaikan perusahaan berencana untuk menawarkan solusi investasi yang menguntungkan di tengah potensi pertumbuhan yang menjanjikan di berbagai tingkatan.

Dalam deskripsi perusahaan dijelaskan, bahwa Grow Investments akan menciptakan dan mendistribusikan solusi investasi berkualitas kepada beragam investor, seperti ritel, private wealth, dan institusi.

“Dengan pertumbuhan ekonomi yang Indonesia alami hari ini, kebutuhan investor individu dan institusi juga menjadi kian rumit. [..] Dalam melakukan ini, kami menawarkan solusi yang berbeda dan terdiversifikasi dengan mengombinasikan global expertise dan pemahaman akan market lokal untuk menjembatani gap yang ada di market.”

Dengan populasi penduduk usia produktif yang mencapai lebih dari 190 juta jiwa, Indonesia merupakan salah satu market paling dinamis di Asia Tenggara. Hal ini diyakini dapat mendorong permintaan akan produk dan layanan keuangan. Lanskap manajemen kekayaan (wealth management) di Indonesia juga telah berubah secara signifikan dalam empat tahun terakhir.

Di 2018, volume transaksi reksa dana hanya sekitar satu juta transaksi, sementara pada 2022 angkanya mencapai 29,4 juta transaksi. Pertumbuhan pesat ini salah satunya adalah berkat peran teknologi dalam membuat investasi kian mudah diakses, juga didorong oleh meningkatnya kesejahteraan dan permintaan dari para investor.

Kendati jumlah investor di Indonesia meningkat 38% secara year-on-year di 2022, hanya 4% dari total populasi yang telah berinvestasi di pasar modal, masih lebih rendah dari Singapura dan Malaysia, dengan angka mencapai lebih dari 25% dan 9%.

Application Information Will Show Up Here

Grup Modalku Rumahkan 38 Karyawan di Indonesia

Funding Societies atau Grup Modalku mengumumkan perampingan operasional bisnis yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 38 orang dari total 214 karyawannya di Indonesia. Keputusan ini ditempuh lantaran kondisi ekonomi makro yang kurang baik sehingga berdampak terhadap pengguna layanan.

Dalam pernyataan resminya, Grup Modalku memastikan karyawan yang terdampak akan menerima kompensasi sesuai regulasi yang berlaku. Ragam penyesuaian, seperti akses terhadap asuransi kesehatan hingga akhir tahun, dukungan mental health, penulisan CV, pelatihan interview, dan surat rekomendasi akan disediakan.

Perusahaan juga menyatakan keputusan ini diambil untuk menyesuaikan prioritas bisnis saat ini dan masa depan, yakni memberikan dukungan kepada UMKM, baik pendanaan maupun pembayaran, sambil melakukan transisi menuju bisnis yang lebih ramping. Pihaknya akan fokus pada pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.

Setelah resmi masuk ke layanan multifinance pada akhir 2022, Grup Modalku belum lama ini juga meluncurkan layanan Modal Proyek yang memfasilitasi pendanaan tambahan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan pendanaan lebih dari $3,2 miliar atau sekitar Rp49 triliun dalam 5 juta transaksi pendanaan UKM di seluruh operasional bisnis. Sekitar 100 ribu pengusaha berhasil menjaga tingkat default di bawah 2%.

Gelombang baru efisiensi

Meskipun Covid-19 sudah tidak lagi berstatus pandemi global, dampaknya masih terasa hingga saat ini. Banyak perusahaan teknologi yang masih melakukan PHK dikarenakan kondisi ekonomi global yang memburuk, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga. Kondisi ini membuat iklim investasi memburuk secara signifikan.

Selain Modalku, beberapa startup fintech sudah lebih dulu mengumumkan efisiensi bisnisnya, termasuk Ayoconnect (FaaS) yang memangkas 10% dari total karyawannya di Indonesia dan Qoala (insurtech) yang merumahkan 80 orang karyawannya di Indonesia dan Malaysia.

Langkah efisiensi juga ditempuh P2P lending Akseleran, yang mana situasi ini memaksa perusahaan menunda pelaksanaan IPO dari rencana semula pada 9 Agustus 2023 menjadi 2024. Hal ini dipicu oleh belum adanya investor strategis yang tepat untuk mendukung aksi korporasi tersebut. Akseleran juga melakukan restrukturisasi internal dengan melakukan PHK 60 karyawan.

Ketidakpastian kondisi makro ekonomi kerap dijadikan kambing hitam atas langkah restrukturisasi dan efisiensi sejumlah pelaku startup. Perusahaan teknologi didorong untuk segera melakukan penyesuaian terhadap fokus serta kebutuhan bisnis demi menemukan lajur menuju profitabilitas. Sementara itu, investor dipantau semakin ketat dalam memberi pendanaan.

Berdasarkan data publik yang dicatat DailySocial.id, di semester ganjil tahun ini terdapat sekitar 73 pendanaan startup diumumkan ke publik (34 transaksi disebutkan nominalnya) dengan nilai $707 juta. Angka ini merosot 74% dari periode yang sama tahun lalu dengan 149 transaksi pendanaan (99 transaksi diumumkan nilainya) atau dengan nilai $2,69 miliar.

TikTok Dikabarkan Tengah Ajukan Lisensi Platform Pembayaran Digital ke Bank Indonesia

TikTok dikabarkan tengah bernegosiasi untuk mendapatkan lisensi platform pembayaran di Indonesia. Disampaikan pertama kali oleh Reuters, sumber mengatakan pihak TikTok telah berbincang dengan Bank Indonesia untuk hal ini.

Diketahui, salah satu syarat untuk mendapatkan lisensi pembayaran digital dari BI adalah sebuah perusahaan (asing) harus badan hukum di Indonesia. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/23/PBI/2020 tentang Sistem Pembayaran. Untuk itu, TikTok juga harus membuat PT di Indonesia untuk menjalankan operasionalnya.

Jika berhasil mendapatkan lisensi tersebut, nantinya kreator dan seller bisa melakukan transaksi langsung tanpa harus menggunakan layanan pembayaran pihak ketiga. Ini tentu menguntungkan TikTok, bisa mendapatkan keuntungan dari biaya transaksi yang dibebankan (sebelumnya dikelola oleh pihak payment gateway).

Langkah ini menjadi agenda lanjutan setelah CEO TikTok Shou Chew melakukan kunjungan ke Indonesia pada Juni 2023 lalu dan menyatakan kesiapannya untuk menggelontorkan investasi $10 miliar di Indonesia dan Asia Tenggara.

Adanya sistem pembayaran terintegrasi juga bisa memberikan dukungan lebih lanjut kepada platform e-commerce yang dimiliki TikTok. Seperti diketahui, hampir semua e-commerce populer saat ini telah memiliki layanan pembayarannya sendiri (Shopee dengan ShopeePay, Tokopedia dengan Gopay, Bukalapak dengan Dana, dan lain sebagainya).

TikTok Shop makin populer di Indonesia. Menurut survei yang dilakukan Telkomsel belum lama ini, platform tersebut menjadi top of mind layanan jual-beli di platform sosial yang digandrungi masyarakat Indonesia. Sebanyak 76,75% mengaku mendapatkan harga yang lebih murah, 65% lainnya mengatakan banyak promo di TikTok Shop, dan 52% model live shopping yang ditawarkan lebih intuitif.

Namun demikian tidak dimungkiri, sepak terjang fantastis TikTok juga mendapatkan respons yang kurang sedap di sejumlah negara.  Pemerintah Australia dan Kanada bahkan melarang penggunaan TikTok di perangkat pemerintah. Demikian juga di kalangan pemerintahan Amerika Serikat.

Gonjang-ganjing isu Project S juga belum lama ini menjadi perbincangan hangat. Rencana TikTok untuk menjual produk yang diproduksi/disuplai sendiri dari Tiongkok ke pasar TikTok Shop di Indonesia banyak mendapatkan kritik, dinilai bisa mematikan UMKM di sini. Pasalnya berbekal data yang mereka miliki, memungkinkan perusahaan mendapatkan insight berharga mengenai preferensi konsumen dan produk yang akan dijual.

Pemerintah pun lewat Kemendag bergerak cepat, dengan mulai memperbaru aturan mengenai e-commerce. Dari poin rencana beleid yang disampaikan, social commerce mendapatkan perhatian khusus —  termasuk terkait perpajakan. Poin lain yang juga disampaikan adalah larangan pengembang platform untuk menjual barang yang diproduksi sendiri (white label).

Application Information Will Show Up Here

Laporan MPA: Pelanggan Baru Platform OTT di Regional Ambles, Beralih ke TikTok

Asia Tenggara hanya menambahkan 7.000 pelanggan baru SVOD (subscription video-on-demand) pada paruh pertama 2023. Angka tersebut turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,7 juta pelanggan, adapun dibandingkan pada paruh kedua 2022, penurunannya jauh lebih tajam sebesar 7 juta pelanggan baru.

Mengutip dari laporan Media Partners Asia (MPA), pada semester I 2022, penurunan tersebut berasal dari tiga aplikasi populer: Netflix, Prime Video, dan Viu, yang hanya mampu menambahkan 1,2 juta pelanggan agregat, berkontribusi terhadap 63% dari total pelanggan baru di antara semua platform SVOD.

Menariknya, MPA menangkap fenomena TikTok yang menjadi pendorong utama pertumbuhan pengguna untuk platform mobile dan web. MPA mencatat terdapat lebih dari 70% pertumbuhan menit streaming selama dua tahun terakhir.

Pada paruh pertama 2023, TikTok mencatat peningkatan streaming hingga 42% menit, naik 20 poin persentase dibandingkan paruh pertama 2021, dan naik 7 poin persentase selama paruh pertama 2022. “Kenaikan aplikasi video pendek tersebut mengurangi pangsa untuk YouTube, yang turun 4% year-on-year, dan premium VOD, turun 2% year-on-year,” tulis laporan tersebut.

Secara total, Asia Tenggara memiliki 47,6 juta langganan SVOD pada akhir paruh pertama 2023. Pertumbuhan pelanggan di Thailand, Malaysia, dan Filipina diimbangi dengan kontraksi di Indonesia, di mana total pelanggan turun sebesar 1,2 juta.

MPA menyimpulkan perlambatan ini terjadi karena tiga faktor, yakni:

  • Turunnya tingkat churn di Indonesia terjadi karena berakhirnya turnamen sepak bola Piala Dunia FIFA pada Desember 2022 dan akhir musim Liga Inggris 2022-23 pada Mei 2023;
  • Dampak dari pemasaran lokal dan investasi konten yang berkurang secara signifikan di luar Netflix, Prime Video, dan Viu, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan regional pada paruh pertama 2023;
  • Hasil dari kenaikan harga yang diterapkan oleh platform utama.

Investasi konten Asia

Tiga platform yang sedang berkembang – Netflix, Prime Video, dan Viu – semuanya memanfaatkan popularitas drama Korea, satu-satunya kategori konten VOD premium terbesar di Asia Tenggara, meraih 40% penayangan VOD premium di seluruh wilayah pada paruh pertama tahun ini. Pertunjukan teratas selama periode tersebut termasuk The Glory (Netflix) dan Taxi Driver Season 2 (Viu).

Tak hanya konten Korea, semua layanan streaming OTT terkemuka juga berinvestasi dalam konten Asia Tenggara, yang meraih 13% dari pemirsa VOD premium, sementara konten AS menyumbang 21%, anime Jepang 10%, dan konten Tiongkok 9%. Konten Thailand memiliki dampak regional terkuat, dengan film thriller Netflix Hunger menjadi acara yang paling banyak dikunjungi.

“Platform VOD premium terkemuka di kawasan ini berada di tengah-tengah pergeseran menuju pertumbuhan, retensi, dan monetisasi pelanggan yang berkualitas,” kata Direktur Eksekutif MPA Vivek Couto.

Ia melanjutkan, “Netflix telah menurunkan harga dan memperkenalkan langkah-langkah berbagi anggota, sementara Disney menaikkan harga di Indonesia dan Thailand dalam upaya menurunkan tingkat churn dan meningkatkan basis pelanggan ARPU.”

Sementara itu, Vidio menjadi satu-satunya OTT lokal yang punya dampak signifikan di Indonesia, diharapkan dapat kembali memperoleh pelanggan baru seiring kembalinya Liga 1 dan Liga Premier. “Bersamaan dengan daftar lokal yang berdampak dari Netflix dan Amazon, khususnya di Thailand dan Indonesia, menarik pelanggan baru, sementara Viu akan terus mendapatkan keuntungan dari keluaran Korea-nya.”

Sebagai catatan, data mengenai premium VOD tidak termasuk angka untuk YouTube, TikTok, dan streaming game. Laporan ‘Analisis & Wawasan Konsumen Video Online Asia Tenggara’ MPA melacak metrik utama di seluruh kategori video online dengan panel pasif dan pendirian di lima pasar Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Pangsa pasar OTT di Indonesia

Secara terpisah, mengutip dari data terpisah yang dirangkum oleh JustWatch, menobatkan Netflix (23%) sebagai aplikasi pangsa pasar terbesar di Indonesia. Netflix bersaing ketat dengan Disney+ Hotstar (21%) dengan selisih hanya 2%. Sementara itu Iflix (+WeTV) (16%) berada di urutan ketiga, tertinggal 5%.

Q2 Streaming services marketshare infographic 2023 / Justwatch

Pada kuartal sebelumnya, baik Netflix maupun Disney+ Hotstar sama-sama menduduki posisi tertinggi sebagai aplikasi dengan pangsa pasar terbesar, masing-masing sebesar 22%.

Di Indonesia sendiri terdapat tujuh layanan OTT yang paling banyak diakses oleh pengguna, di posisi keempat diisi oleh Viu (13%), diikuti Vidio (10%), Prime Video (9%), HBO Go (5%), dan lainnya (3%).

JustWatch juga mencatat perkembangan pangsa pasar para pemain SVOD di paruh pertama 2023 di Indonesia. Hasilnya persis tercermin dengan pencapaian di kuartal II 2023, bahwa Netflix dan Viu memimpin dari segi pertumbuhan. Kedua platform ini menambahkan 1% dalam tiga bulan terakhir. Di sisi berlawanan dari spektrum, Disney+ Hotstar dan HBO Go menderita kerugian 1% di kuartal kedua.

Q2 Streaming services marketshare infographic 2023

Ayoconnect Pangkas 10% Karyawannya

Startup fintech Ayoconnect mengumumkan pemangkasan sebanyak 10% dari total karyawannya di Indonesia. Keputusan ini diambil perusahaan sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi makro ekonomi dan upaya menuju profitabilitas.

“Keputusan ini  diambil untuk mengoptimalkan fungsi divisi dan struktur organisasi yang lebih ramping dan upaya mencapai tujuan di tahun 2023 untuk menciptakan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan,” demikian pernyataan resmi manajemen Ayoconnect kepada DailySocial.id.

Ayoconnect memastikan bahwa kinerja pendapatannya dan permintaan pasar terhadap solusi Fintech as a Service (FaaS) tetap meningkat. Ke depannya mereka akan fokus mengembangkan produk-produk utama yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan pasar.

“Ayoconnect berkomitmen penuh untuk memberikan dukungan kepada karyawan yang terdampak selama masa transisi ini. Bantuan komprehensif ini termasuk pesangon yang sesuai, asuransi kesehatan untuk seluruh keluarga selama enam bulan, dan program penempatan guna membantu karyawan yang terdampak mencari peluang baru,” jelasnya.

Ayoconnect, sebelumnya bernama Ayopop, didirikan oleh Jakob Rost, Adi Vora, dan Chiragh Kirpalani pada 2016. Startup ini membangun solusi berbasis API untuk layanan pembayaran dan produk digital lain, serta API Full Stack untuk berbagai kebutuhan, seperti Open Finance, Bill API, dan Insight API.

Di sepanjang 2022, Ayoconnect telah mengumumkan dua putaran pendanaan. Pertama, perolehan pra-seri B senilai $15 juta (lebih dari Rp215 miliar) yang dipimpin Tiger Global pada akhir Januari 2022. Kedua, putaran seri B+ senilai $13 juta (ebih dari Rp460 miliar) yang dipimpin oleh SIG Venture Capital pada Oktober 2022. 

Sejak tahun lalu, aksi efisiensi startup di Indonesia masih terus berlanjut sebagai upaya menuju profitabilitas dan bisnis berkelanjutan. Di sektor fintech, pemangkasan karyawan juga dilakukan oleh Xendit, KoinWorks, hingga Fazz Financial. Xendit tak hanya melakukan PHK di Indonesia, tetapi juga di Filipina.

Adapun, permintaan terhadap solusi keuangan masih besar. Apalagi layanan keuangan memiliki faktor potensial untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan startup maupun perusahaan. Berdasarkan riset Zion Market Research di 2023, nilai pasar Fintech-as-a-Service (FaaS) di dunia diproyeksikan sebesar $949 miliar di 2028 dengan CAGR 17% pada periode 2022 dan 2028. 

Datasaur Raih Pendanaan Awal Senilai 60 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform pelabelan data Datasaur mengumumkan pendanaan tahap awal baru senilai $4 juta atau lebih dari Rp60 miliar. Putaran ini dipimpin oleh Initialized Capital, dengan partisipasi dari HNVR, Gold House Ventures, TenOneTen, dan investor terdahulu.

Sebelumnya, platform ini juga sempat memperoleh investasi senilai $3,9 juta atau setara Rp58 miliar usai mengikuti demo day di program akselerator Y Combinator pada Maret 2020. Hingga saat ini, total pendanaan yang sudah diperoleh mencapai $7,9 juta atau lebih dari Rp118 miliar.

Dana segar yang didapat akan difokuskan untuk mengembangkan pelabelan data NLP yang lebih baik dan efisiensi proses pembuatan model untuk ilmuwan data.

Meskipun berbasis di Amerika Serikat, Datasaur didirikan oleh pengusaha asal Indonesia, Ivan Lee. Perusahaan mengembangkan alat cerdas untuk membantu pemberi label data bekerja secara lebih produktif dan efisien. Termasuk meningkatkan privasi dan keamanan data – sering kali pekerjaan pelabelan data dilakukan secara outsource.

Seperti diketahui, proses pelabelan data merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan layanan berbasis AI, khususnya pada pemodelan berbasis natural language processing (NLP). Datasaur menangani semua model NLP, termasuk di antaranya entity recognition, document labeling, hingga dependency parsing.

Melihat industri NLP yang semakin berkembang, banyak perusahaan mulai tertarik untuk melatih model berdasarkan kumpulan data milik mereka sendiri. Dengan begitu, perusahaan dapat melatih model untuk menangani beberapa tugas yang sangat spesifik dengan cara yang lebih efisien.

Dilansir dari TechCrunch, Founder & CEO Datasaur Ivan Lee mengungkapkan bahwa salah satu tujuannya sejak awal mengembangkan platform ini adalah untuk mendemokratisasi AI, khususnya terkait natural language processing, dan fitur pembuatan model baru ini akan membuat AI lebih terjangkau bagi banyak perusahaan, bahkan yang tidak memiliki spesifikasi khusus.

Datasaur menciptakan fitur yang memungkinkan tim tanpa data scientist, tanpa engineer, untuk menandai dan melabeli data ini sesuai keinginan, dan ini juga akan secara otomatis melatih model. Fitur ini akan segera dibuka, sehingga perusahaan konstruksi, firma hukum, perusahaan pemasaran, yang mungkin tidak memiliki latar belakang teknik data, masih dapat membuat model NLP [berdasarkan data pelatihan mereka].

Ivan juga menegaskan bahwa ia memiliki filosofi yang selalu tertuju pada profitabilitas, tumbuh dengan cara yang terukur, bukan sekadar tumbuh dengan segala cara. Ia mengaku sangat mempertimbangkan setiap perekrutan dan dampaknya terhadap bisnis.

Saat ini, tim tekniknya sebagian besar berada di Indonesia, dan dalam proses rekrutmen, dia cukup tegas untuk mengoperasikan perusahaan dengan cara yang efisien. Menurutnya, dengan memiliki tenaga kerja lintas geografis dan budaya, karyawan dapat belajar dari satu sama lain, dan hal itu membawa keragaman pada perusahaan.

Pada Maret 2022, perusahaan portofolio GDP Ventures ini mengumumkan akuisisinya terhadap Konvergen AI, startup pengembang teknologi optical character recognition (OCR). Melalui akuisisi ini, baik Datasaur dan Konvergen AI akan mengintegrasikan dan memperluas kapabilitasnya di ranah OCR dan pelabelan data.

Perkembangan solusi berbasis AI di Indonesia

Indonesia menunjukkan minat dan pertumbuhan yang signifikan dalam pengembangan solusi berbasis AI di berbagai industri. Hingga saat ini, sudah ada beberapa perusahaan yang melihat potensi dari AI dan mencoba memanfaatkannya di pasar ini.

Salah satunya adala Kata.ai, perusahaan teknologi yang berfokus pada pengembangan kecerdasan artifisial berbasis natural language processing dalam bentuk chatbot memiliki pengalaman dalam membantu lebih dari 150 bisnis lewat teknologi chatbot.

Teknologi chatbot merupakan sebuah inovasi teknologi yang mampu berjalan berdampingan dengan manusia. Kecanggihan chatbot sendiri memberikan kesempatan bagi manusia untuk berfokus pada masalah yang belum bisa ditangani oleh chatbot sehingga penyusunan strategi operasional yang tepat mampu berorientasi ke arah bisnis yang semakin efisien serta produktif.

Selain itu, solusi AI juga sudah merambah ke sektor-sektor berkembang di Indonesia. Di sektor HR, salah satu pengembang Human Resources Intelligence System (HRIS), Catapa, belum lama ini meluncurkan fitur baru HelpGPT, aplikasi berbasis chatGPT yang menyediakan informasi penggajian pajak dan peraturan ketenagakerjaan dalam Bahasa Indonesia.

Di sektor lainnya seperti pertanian, sudah ada upaya untuk menggunakan AI dalam mengoptimalkan praktik pertanian, pemantauan tanaman, dan prediksi hasil. Solusi berbasis AI dapat membantu petani membuat keputusan berdasarkan data, yang mengarah pada peningkatan produktivitas dan keberlanjutan.

Dalam industri kesehatan, banyak institusi terkait juga tengah mengeksplorasi penggunaan AI untuk diagnosis penyakit, analisis pencitraan medis, dan rencana perawatan yang dipersonalisasi. Alat bertenaga AI sedang dikembangkan untuk membantu profesional kesehatan dalam memberikan perawatan pasien yang lebih baik.

Begitu pula di sektor yang berkembang pesat di Indonesia, seperti fintech, peluang pemanfaatan AI terus digali. Industri keuangan merangkul AI untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, mengoptimalkan manajemen risiko, dan memerangi penipuan. Chatbot bertenaga AI dan asisten virtual menjadi lebih lazim dalam layanan pelanggan.

Terkait pengembangan solus berbasis AI ini, pemerintah Indonesia juga secara aktif mendukung penelitian dan pengembangan AI melalui berbagai inisiatif dan kebijakan. Mereka menyadari potensi AI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan layanan publik.

Social Commerce akan Jadi Sorotan di Pembaruan Aturan E-commerce Kemendag

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkap empat poin utama pada revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Beberapa di antaranya akan mengatur perihal transaksi di platform social commerce dan larangan e-commerce menjadi produsen.

Hal ini disampaikan Zulhas di Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Selasa (1/8). “Kebijakan terbaru tersebut tengah dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) sejak 1 Agustus 2023. [Revisi] Permendag No. 50/2020 itu justru dari awal kita ambil inisiatif, tetapi pembahasannya antarkementerian,” ucapnya diberitakan oleh Bisnis.com.

Perlu diketahui, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 memuat Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Revisi ini dilakukan salah satunya untuk melindungi pelaku UMKM dalam negeri.

Berikut keempat poin utama revisinya:

    1. Larangan e-commerce jadi produsen.
      Pemerintah akan melarang Pelaku Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE), baik e-commerce maupun social commerce, untuk menjual produk sendiri atau sebagai wholesaler. Zulhas menilai aturan ini akan menciptakan keadilan dan kompetisi pasar yang sehat bagi pelaku UMKM.
    2. Kebijakan social commerce.
      Tren transaksi belanja online melalui platform media sosial mendorong pemerintah untuk memasukkannya sebagai salah satu PMSE. Nantinya, aturan baru ini akan memuat definisi mengenai social commerce. Adapun, platform social commerce yang dimaksud, misalnya TikTok Shop, Instagram, dan Facebook Marketplace.
    3. Pajak transaksi social commerce.
      Selain mendefinisikan social commerce, pemerintah juga akan mengenakan pajak pada setiap transaksi di platform ini. Pemberlakuan pajak dipicu oleh banyaknya produk yang dijual sangat murah di platform seperti TikTok, dan produk-produk ini belum dikenakan pajak.
    4. Larangan jual produk impor murah.
      Terakhir, pemerintah akan melarang produk impor di bawah Rp1,5 juta per unit yang diperdagangkan dan dikirim langsung ke Indonesia oleh penjual dari luar negeri (cross border).

Perhatian pada social commerce

Menurut data yang dihimpun oleh Statista, gross merchandise value (GMV) yang dibukukan oleh bisnis social commerce di Indonesia pada 2023 akan mencapai $8,22 miliar. Diproyeksikan akan terus bertumbuh mencapai $22,13 miliar pada 2028 mendatang.

Peluang besar ini dilatarbelakangi penetrasi media sosial yang cukup besar di Indonesia. Ditambah para pengembang platform kini membubuhkan fitur jual-beli yang lebih terintegrasi (termasuk dengan sistem pembayaran dan logistik), sehingga memudahkan konsumen akhir dan merchant untuk bertransaksi.

Beleid baru ini juga hadir sesaat setelah ramai tentang Project S dari TikTok. Pada intinya, melalui proyek ini TikTok akan memaksimalkan platformnya untuk menjual barang-barang yang diproduksi (atau dikelola) sendiri kepada para penggunanya.

Alih-alih sebagai perantara, di sini TikTok akan bertindak menjual barang yang disuplai sendiri. Dianggap mengancam UMKM, karena dengan basis data yang dimiliki (dari data transaksi TikTok Shop), mereka bisa mendapatkan insight penting tentang tren dan kebutuhan pasar (untuk menunjang proses produksi). Sebagai informasi, sepanjang 2022 TikTok Shop berhasil mencatat transaksi $4,4 miliar, naik 4x lipat dari tahun sebelumnya.

Salah satu poin yang menjadi sorotan di aturan baru e-commerce adalah larangan pemilik platform untuk ikut berjualan. Pemilik platform di sini termasuk pengembang social commerce, online marketplace, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, termasuk TikTok atau perusahaan lain yang memfasilitasi kegiatan e-commerce dan social commerce, tidak boleh menjual barang produksinya sendiri. Memang belum ada detail yang disampaikan, sehingga belum tahu batasan-batasan seperti apa yang diberikan.

Selain social commerce, saat ini juga ada tren direct-to-consumer. Model bisnis ini membawa pengembang produk konsumer menjual langsung hasil produksinya melalui kanal digital—termasuk lewat kanal e-commerce yang dikembangkan sendiri.

Meski belum disampaikan secara mendalam, empat poin utama yang sudah disampaikan Mendag menunjukkan calon aturan baru ini memang dilandaskan untuk melindungi ekosistem UMKM di Indonesia.

Tren social commerce

Masyarakat Indonesia yang sangat terhubung dengan media sosial ikut mendorong tren belanja online melalui platform social commerce. Per Januari 2023, populasi pengguna media sosial di tanah air mencapai 167 juta orang atau mewakili 78% dari total pengguna internet yang mencapai 212,9 juta.

Tren social commerce sebetulnya telah dipopulerkan lewat platform Facebook dan Instagram. Namun, TikTok dilaporkan mulai memimpin tren social commerce karena menawarkan kemudahan untuk bertransaksi dalam satu aplikasi saja.

Dalam laporan berbeda oleh Populix, TikTok Shop (45%) menjadi platform yang paling sering digunakan pengguna untuk belanja online, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%).

 

*Randi Eka Yonida ikut terlibat dalam penulisan artikel ini

Komerce Akuisisi Boostr, Perkaya Solusi E-commerce Enabler

Startup penyedia solusi e-commerce enabler Komerce mengumumkan telah merampungkan akuisisi terhadap startup omnichannel platform Boostr. Akuisisi ini menandai keseriusan Komerce dalam membantu lebih banyak UMKM di bidang e-commerce dengan solusi yang komprehensif.

“Kami sangat bersemangat terkait akuisisi ini dan potensi besarnya yang ada untuk Komerce dan pengguna kami. Fitur Boostr.id akan mendukung komitmen kami ke level yang lebih tinggi. Harapannya bisa menjajaki kesempatan-kesempatan baru untuk memberdayakan usaha di bidang e-commerce,” Co-Founder & CEO Komerce Nofi Bayu Darmawan.

Menurutnya, dengan Boostr, UMKM akan mendapatkan akses ke fitur-fitur unggulan untuk dapat mengelola tokonya secara efektif di berbagai marketplace. Beberapa di antaranya update stok secara real-time, pengelolaan chat dari berbagai platform secara terpusat, promosi produk otomatis, scrap produk dan toko, dan lain sebagainya.

“Komerce mengajak pengguna untuk mengambil kesempatan ini dan merasakan manfaat menggunakan Boostr.id agar UMKM dapat berkembang lebih baik lagi.”

Bayu juga memastikan bahwa akuisisi tidak akan berdampak buruk pada pengguna Komerce. “Sebaliknya, akuisisi ini akan memberikan layanan dan dukungan yang Komerce berikan. Komerce terus berkomitmen untuk memberikan layanan dan produk berkualitas kepada para penggunanya.”

Rencana perusahaan

Nantinya Komerce akan melakukan rebrand Boostr menjadi Komplace, melengkapi solusi-solusi yang sudah diluncurkan, yakni Komtim: penyedia tim remote untuk operasional UMKM e-commerce; Komship: agregator logistik; Kompack: last-mile delivery fulfillment.

Selain itu, perusahaan berencana untuk masuk ke fitur pembayaran dengan menyediakan virtual debit card khusus, platform CRM (consumer relationship management, dan form builder (checkout page). Seluruh fitur tersebut diharapkan dapat mempermudah pekerjaan para pengusaha online. Rencananya ketiga fitur ini akan dirilis jelang akhir tahun ini.

Sejak dirilis 2019, Komerce mengklaim telah mencapai EBITDA positif dengan pertumbuhan annual recurring revenue (ARR) sebesar empat kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Bayu juga menuturkan saat ini perusahaan sedang menggalang pendanaan tahap pra-seri A dengan salah satu investor yang berbasis di Silicon Valley. Sebelumnya, perusahaan berhasil menarik mantan pendiri Bukalapak, Achmad Zaky berinvestasi melalui Achmad Zaky Foundation (ZAF) bersama Indigo Telkom Acceleraton Program dalam putaran tahap awal.

Application Information Will Show Up Here