Startup Pedagang Aset Kripto “Reku” Terima Pendanaan Seri A 163 Miliar Rupiah Dipimpin AC Ventures

Startup pedagang aset kripto Reku, rebrand dari Rekeningku, mengumumkan pendanaan seri A senilai $11 juta (lebih dari 163 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh AC Ventures, dengan partisipasi dari Coinbase Ventures dan Skystar Capital.

Reku akan memanfaatkan dana segar untuk menambah tim hingga menjadi 80 orang, meluncurkan inovasi baru untuk mengatasi masalah terbesar para investor kripto, baik trader berpengalaman dan pemula.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CEO Sumardi Fung menyampaikan, di tengah crypto winter ini permintaan lokal tetap tangguh. Masih banyak masalah yang dihadapi para pengguna, bahkan mata uang kripto ini adalah kelas aset yang rumit untuk dipahami. Untuk masuk ke dalamnya, orang Indonesia harus memiliki panduan dan kepercayaan yang cukup pada platform yang mereka gunakan pada tingkat dasar.

“Kami bertujuan untuk membantu mereka mencapai hal tersebut dengan Reku dan menawarkan mereka perlindungan semaksimal mungkin sebelum membiarkan mereka membeli dan menjual dengan murah dan aman di platform. Kepatuhan terhadap BAPPEBTI dan keamanan pengguna dimasukkan ke dalam setiap fitur dan pengalaman pengguna di Reku,” kata Sumardi, Kamis (15/9).

Pendiri dan Managing Partner AC Ventures Michael Soerijadji turut memberikan komentarnya. Dia bilang, “Kami sangat antusias untuk memimpin investasi ini ke Reku. Dengan pengalaman pengguna yang intuitif, biaya terendah di pasar, dan tim kepemimpinan yang hebat, kami yakin Reku akan memperkuat kepemimpinannya dalam industri mata uang kripto yang dinamis di Indonesia.”

Perjalanan Reku

Pada saat yang bersamaan, perusahaan juga mengumumkan bergabungnya Jesse Choi sebagai COO. Choi merupakan lulusan Universitas Columbia dengan jajaran pengalaman di perusahaan teknologi, seperti Bain & Company, Thumbtack, Playground Capital, Payfazz, AC Ventures (Entrepreneur-in-Residence), dan memperoleh gelar MBA dari Standford Graduate School of Business, sebelum resmi bergabung di Reku.

Choi menyampaikan, “Reku adalah perusahaan yang sangat menarik di ruang yang ia minati dan ketahui. Menurutnya, Sumardi dan tim benar-benar memahami semua mekanisme dalam menjalankan pertukaran — mereka telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menyiapkan teknologi dan membangun produk tercepat, paling efisien, dan paling fleksibel di pasar hingga saat ini. Seraya kami memperluas tim, membangun produk baru, meningkatkan pemasaran, dan membawa perusahaan ke tingkat berikutnya, di situlah saya masuk.”

Reku sendiri sejatinya sudah berdiri sejak lima tahun lalu, tim mengaku telah diuntungkan dengan pengalaman seputar ekspansi dan resesi ekonomi. Kemudian, mendapatkan gambaran seperti apa perilaku investor kripto di Indonesia, baik selama masa bullish dan bearish. Pengalaman tersebut memungkinkan Sumardi dan timnya untuk membangun platform yang telah teruji hingga dapat dengan cepat meningkatkan dan menanggung sentimen pasar apapun.

Tim Reku sendiri berasal dari industri perdagangan berjangka dan memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun menangani instrumen keuangan yang kompleks. Sebelum merintis Reku, Sumardi, bersama CCO Robby bekerja di bidang perdagangan berjangka sejak 2005 hingga 2017.

Sumardi menyampaikan platform Reku dibangun sepenuhnya secara in-house dan terus disempurnakan dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan keamanan dan ketentuan maksimum. Menurutnya, filosofi Reku adalah keamanan dan keramahan pengguna yang maksimal dengan mempertahankan pasar yang sepenuhnya adil dan transparan, yang tidak selalu terjadi di platform lain.

“Karena sektor mata uang kripto masih berlangsung di sini, kami percaya bahwa penting bagi konsumen untuk mendapat perlindungan pada tingkat yang sama seperti mereka berada di sektor dan pasar yang lebih maju.”

Reku menawarkan biaya terendah untuk pengguna. Diklaim, perusahaan telah mencetak nilai transaksi bruto senilai $3 miliar pada 2021.

Lanskap crypto exchange di Indonesia

Dengan volatilitas yang tinggi, aset kripto nyatanya memiliki minat yang besar di Indonesia. Data Bappebti menunjukkan, per Juni 2022 jumlah investor kirpto mencapai 15,1 juta orang dengan nilai transaksi mencapai Rp212 triliun.

Namun demikian, di tengah perkembangan pesat industri investasi kripto, bulan lalu Bappebti mengumumkan penghentian penerbitan izin pendaftaran calon pedagang fisik aset kripto, tertuang dalam Surat Edaran Nomor 208/BAPPEBTI/SE/08/2022. Alasannya, terkait efektivitas pengawasan.

Sejauh ini, telah memberikan izin kepada 24 perusahaan, termasuk Reku. Berikut daftarnya:

1 PT Tumbuh Bersama Nano Nanovest
2 PT Kagum Teknologi Indonesia Ajaib
3 PT Aset Digital Berkat Tokocrypto
4 PT Aset Digital Indonesia Incrypto
5 PT Bumi Santosa Cemerlang Pluang
6 PT Cipta Koin Digital Koinku.id
7 PT Coinbit Digital Indonesia Coinbit.id
8 PT Galad Koin Indonesia Galad.id
9 PT Gudang Kripto Indonesia GudangKripto.id
10 PT Indodax Nasional Indonesia Indodax
11 PT Indonesia Digital Exchange Digital Exchange
12 PT Kripto Maksima Koin Kripto Maksima
13 PT Luno Indonesia LTD Luno
14 PT Mitra Kripto Sukses Kripto Sukses
15 PT Pantheras Teknologi Internasional Pantheras
16 PT Pedagang Aset Kripto Pedagang Aset Kripto
17 PT Pintu Kemana Saja Pintu
18 PT Rekeningku Dotcom Indonesia Reku
19 PT Tiga Inti Utama Triv
20 PT Triniti Investama Berkat Bitocto
21 PT Upbit Exchange Indonesia Upbit
22 PT Utama Aset Digital Indonesia Bittime
23 PT Ventura Koin Nusantara Vonix
24 PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex
Application Information Will Show Up Here

AC Ventures Tutup Putaran Pertama Dana Kelolaan ke-5 Senilai 2,4 Triliun Rupiah

AC Ventures (ACV) dilaporkan telah menutup putaran pertama dana kelolaan kelima (Fund V). Dari target sebesar $250 juta atau setara 3,7 triliun Rupiah, ACV telah mengumpulkan 65% atau sekitar $162,5 juta atau setara 2,4 triliun Rupiah, yang sebagian besar berasal dari Limited Partner (LP) pada dana kelolaan sebelumnya.

“Kami berinvestasi pada digitalisasi di Indonesia dan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Tahun lalu, PDB dari sektor digital Indonesia mencapai $70 miliar dan diproyeksi tumbuh lebih dari $350 miliar dalam lima tahun ke depan. Kami telah membangun ekspertis melalui pengalaman berinvestasi selama ini, terutama pada commerce, fintech, dan UMKM,” ujar Co-founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li sebagaimana diberitakan Techcrunch.

Berdasarkan data yang dihimpun DailySocial.id, ACV telah berinvestasi ke sebanyak 22 startup selama sembilan bulan terakhir di 2022 melalui Fund V, termasuk di antaranya SkorLife, KLAR, Esensi Solusi Buana (ESB), Atma, IDEAL, dan BRIK.

Menurut Adrian, meski ACV terbilang agnostik, Fund V akan difokuskan pada sektor baru, termasuk climate tech. Untuk startup tahap awal, ticket size yang dikucurkan berkisar $2 juta, dan sebagian besar dana akan disimpan untuk investasi lanjutan (follow-on investment).

Sebagai informasi, ACV terakhir menutup dana kelolaan ketiga (Fund III) senilai $205 juta atau Rp3 triliun. Sebagian dari Fund III sudah diinvestasikan sejak penutupan pertama pada Maret 2020. Adapun, International Finance Group (IFC) milik Bank Duni dan Disrupt AD milik Abu Dhabi Developmental Holdings bergabung menjadi LP pada dana kelolaan ini.

Sementara, dana kelolaan keempat (Fund IV) dijalankan oleh tim berbeda dengan fokus pada Malaysia. Secara keseluruhan, total portofolio ACV di Indonesia dan Asia Tenggara telah mencapai 120, termasuk Xendit, Shipper, Aruna, Carsome, dan Stockbit.

Melanjutkan suksesi unicorn IPO

Menurut Adrian, investor global tertarik dengan Asia Tenggara karena menunjukkan pertumbuhan pasar yang semakin mature, ditandai dengan melantainya GoTo dan Bukalapak di bursa saham, serta meningkatnya investasi di tahap later-stage dan secondary exit. Adapun, LP pada Fund V berasal dari Asia Utara, Amerika Serikat, Eropa, hingga Timur Tengah.

Ia juga menyebut pihaknya memainkan strategis yang sukses untuk tetap fokus menjadi investor tahap awal. Artinya, ACV ingin mendukung startup hingga pada titik posisinya menjadi valuable dalam membantu founder membangun bisnis.

ACV umumnya berinvestasi ke 30-35 startup per fund dan menyimpan sebagian untuk investasi lanjutan dengan rasio 20:1 bagi startup yang dapat menciptakan value. Per tahunnya, ACV mengucurkan investasi ke 10-12 startup melalui fund miliknya, dan tren ini akan terus berlanjut meskipun iklim investasi di global melambat.

Adrian berujar bahwa ACV lebih fokus berinvestasi pada startup tahap awal karena sejumlah alasan. Pertama, ACV dapat terlibat dengan para founder untuk merekrut key talent dan berbagai pedoman operasional mereka. Seiring dengan pertumbuhan tim, ACV dapat membantu founder untuk membentuk fundamental pada budaya kerja, komunikasi, dan talent.

“Selain itu, kami berinisiatif untuk mendorong kemitraan dengan konglomerat dan para pemangku kepentingan di Indonesia untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis startup. Misalnya, kemitraan startup fintech dan bank untuk memperluas akses pinjaman,” ujarnya.

Fokus pada bisnis

Adrian juga memberikan sejumlah catatan penting terkait situasi ekonomi saat ini dan dampaknya terhadap startup. Ia melihat bagaimana valuasi startup di semua tahap (stage) sampai turun sebesar 30%-40%. Namun, di sisi lain ia juga melihat ada perkembangan kualitas pada para founder. 

Situasi ini justru menjadi momentum yang tepat bagi founder untuk lebih fokus terhadap kualitas metrik dan product-market fit sebelum memulai untuk meningkatkan skala bisnisnya. Ia menekankan pentingnya untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan dengan situasi pasar saat ini.

“Saya pikir ketika [mendapatkan] investasi menjadi hal mudah tahun lalu, sejumlah startup yang mengejar pertumbuhan topline justru meningkatkan skala bisnis terlalu cepat sebelum waktunya. Hal itu bukan cara efisien untuk menggunakan modal, tetapi mencoba meraih pangsa pasar dan mendapat [investasi] pada putaran berikutnya. Jadi, saat-saat seperti ini menjadi momentum baik bagi founder dan investor.” Tutupnya.

Fazz Raih Pendanaan 1,4 Triliun Rupiah, Seriusi Garap Inovasi Keuangan untuk Bisnis

Fazz, rebrand dari Fazz Financial Group, mengumumkan perolehan dana senilai $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah) dalam putaran seri C. Angka yang dikonfirmasi perusahaan lebih besar dari pemberitaan DailySocial.id sebelumnya sebesar $60 juta.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk mengembangkan produk keuangan agar dapat menjangkau seluruh segmen bisnis, mulai dari mikro hingga korporat besar.

Putaran seri C terdiri dari pendanaan ekuitas sebesar $75 juta dan debt sebesar $25 juta. Dalam jajaran pendanaan ekuitas ini didukung oleh jajaran investor Fazz sebelumnya, seperti Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company.

Investor lain yang turut berpartisipasi dalam pendanaan ini, meliputi Ilham Ltd (yang berkaitan dengan dana kekayaan negara di wilayah Asia Tenggara), EDBI, InterVest, Michael Seibel (Managing Director Y Combinator) dan Hans Tung (Managing Partner GGV Capital).

Adapun, fasilitas debt yang dikantongi ini diperoleh dari Lendable yang telah ditandatangani perusahaan dalam lembar ketentuan (term sheet) senilai $25 juta.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (14/9), Co-Founder & CEO Fazz Hendra Kwik menyampaikan, dana tambahan ini akan digunakan untuk membangun Fazz, akun bisnis yang memungkinkan usaha dengan berbagai skala – mulai dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hingga perusahaan yang masuk ke dalam daftar Fortune 500 – untuk melakukan pembayaran, penyimpanan, dan memperoleh kredit dengan mudah di Asia Tenggara.

Dengan demikian, ambisi Fazz dalam mengakselerasi transformasi digital di Asia Tenggara dapat segera terealisasi. Untuk mendukung hal tersebut, Fazz akanperluas tim mereka di Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Taiwan dari 800 orang lebih menjadi 1.400 orang.

Menurut Hendra, banyak bisnis di Asia Tenggara masih belum memperoleh akses terhadap layanan keuangan sepenuhnya dan beberapa di antaranya sangat terdampak oleh pandemi. Fazz pun masuk untuk membantu mereka pulih dan tumbuh kembali menjadi lebih kuat.

“Kami berinvestasi besar pada teknologi dalam bisnis kami untuk memastikan bahwa segala usaha, mulai dari toko kecil milik keluarga hingga perusahaan besar, dapat mengakses layanan keuangan untuk membangun usaha mereka,” kata dia.

Dia melanjutkan, “Hal penting lainnya adalah kami ingin memberikan manfaat yang sama seperti yang dimiliki perusahaan besar kepada usaha kecil dan pemilik warung. Pendanaan ini memungkinkan kami untuk membangun keunggulan teknologi tersebut bagi pengguna kami.”

Partner Tiger Global Alex Cook turut menyampaikan sambutannya. Dia bilang, Fazz menyediakan perangkat keuangan penting untuk bisnis-bisnis di Asia Tenggara mengingat banyak di antaranya yang belum memperoleh kemudahan akses pembayaran digital, fungsi perbendaharaan, dan pertumbuhan modal.

“Platform Fazz telah diadopsi dengan cepat oleh usaha kecil dan perusahaan besar, dan kami berharap dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Fazz,” kata Cook.

Pencapaian Fazz

Hendra melanjutkan, investasi ini diperoleh atas kesuksesan Fazz baru-baru ini. Diklaim perusahaan mencatat rekor volume transaksi tahunan sebesar $10 miliar selama setahun terakhir. Ia pun optimistis dapat melipatgandakan volume transaksinya dalam 12 bulan ke depan.

Fazz terdiri dari Fazz Agen, sebuah aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata. Berikutnya, Fazz Business, rebrand dari Xfers, sebuah akun bisnis untuk membantu startup, UMKM dan perusahaan-perusahaan besar yang sedang berkembang.

Fazz Businesss akan bantu bisnis-bisnis dalam membangun, menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara dengan menyediakan kemampuan untuk melakukan dan menerima pembayaran, mengembangkan modal, dan memperoleh pendanaan.

Selain Fazz Agen dan Fazz Business, Fazz juga memiliki unit bisnis lainnya, terdiri atas Modal Rakyat – layanan pendanaan Peer-to-Peer dan pinjaman untuk UMKM, dan StraitsX – infrastruktur pembayaran untuk aset digital.

Perubahan dunia bisnis selama pandemi telah memposisikan UMKM pada kerugian yang lebih besar akibat kurangnya akses terhadap modal, teknologi, dan koneksi. Kurangnya akses terhadap perangkat teknologi dan pendanaan bank yang merata merupakan tantangan utama bagi UMKM di Asia Tenggara, dengan kesenjangan pendanaan yang saat ini menyentuh US$300 miliar.

Diharapkan Fazz dapat membantu UMKM lebih mudah mengakses perangkat keuangan yang dapat membantu mereka dalam perampingan proses, memperluas jangkauan mereka, memperbaiki rantai pasokan mereka dan yang paling penting, mendapatkan pendanaan yang mereka butuhkan untuk berkembang.

Application Information Will Show Up Here

AirAsia Segera Luncurkan Layanan Ride-Hailing di Indonesia November 2022

Grup AirAsia secara aktif menghadirkan layanan-layanan baru sebagai upaya menumbuhkan pendapatan non-maskapainya. Salah satunya adalah layanan ride-hailing yang sudah resmi meluncur di Malaysia dan beberapa kawasan Asia Tenggara.

Kemarin (13/9) Capital A, nama perusahaan induk AirAsia, mengumumkan pencapaian satu tahunnya layanan airasia ride dengan menawarkan pekerjaan penuh waktu kepada semua pengemudi. Opsi pekerjaan penuh waktu ini merupakan wujud apresiasi dan penguatan komitmen dari program Pengemudi Mandiri yang saat ini sudah ada di airasia ride.

Dalam satu tahun beroperasi, layanan airasia ride berhasil menyelesaikan 2 juta perjalanan, hanya empat bulan setelah mencapai 1 juta perjalanan pada bulan April tahun ini. Pengemudi yang sudah mendaftar  di aplikasi sudah mencapai 53 ribu orang.

CEO Capital A Tony Fernandes mengungkapkan, “Ini adalah sesuatu yang wajar untuk dilakukan. Mendahulukan para armada. Bulan lalu, kami engawal inisiatif baru yang menawarkan pekerjaan penuh waktu kepada pengendara pengiriman, dan hari ini kami memperingati tahun pertama airasia ride dengan mengumumkan langkah baru lainnya — menawarkan pekerjaan penuh waktu kepada semua pengemudi airasia ride yang memenuhi syarat.”

Dalam acara konferensi pers yang juga ditayangkan secara online ini, Lim Chiew Shan selaku Regional CEO airasia ride, turut mengungkapkan rencana ekspansi layanan ini ke Indonesia. “Kita akan segera meluncurkan layanan (airasia ride) dalam dua bulan ke depan di Indonesia, paling lambat pada November 2022 mendatang,” ujarnya.

Disinggung mengenai model bisnis yang akan diterapkan, Shan mengungkapkan bahwa perusahaan akan tetap menjalankan model bisnis yang sudah ada, tentunya menyesuaikan dengan regulasi di setiap negara. Terkait benefit yang diterima pengemudi, Toni menegaskan bahwa perusahaan akan menerapkan strategi yang sama selama diizinkan oleh pemerintah di masing-masing negara.

Langkah ini sejalan dengan rencana AirAsia untuk meluncurkan inisiatif teranyar yang diberi nama “AirAsia Super App”. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pemesanan hotel dan aktivitas di samping penawaran penerbangan, dengan kata lain menyediakan semua layanan dalam satu aplikasi.

Sebelumnya, AirAsia sudah lebih dulu meresmikan layanan airasia money, marketplace produk finansial yang menawarkan solusi keuangan yang terjangkau, dari asuransi, investasi, pengiriman uang, dan penggalangan dana sosial, bersama para mitra airasia food.

Layanan pesan-antar makanan airasia food sendiri diluncurkan pada bulan yang sama dan mulai beroperasi di beberapa area seperti, Tangerang, Jawa Barat, diikuti oleh Jakarta pada bulan Juni. Sejak itu, ribuan pedagang telah mendaftar ke platform.

Layanan ride-hailing di Indonesia

Berdasarkan data dari Measurable AI, Gojek dan Grab masih menjadi dua pemain mobilitas ride-hailing terbesar di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, pangsa pasar ride-haling secara keseluruhan telah stabil dengan Grab memimpin dengan sedikit keuntungan.

Measurable AI melacak total pengeluaran untuk Mobilitas (termasuk Sepeda, Mobil) untuk kedua perusahaan menggunakan metrik “harga total” sebagai proksi pendapatan perusahaan. Terminologi “harga total” di sini adalah angka sebelum promosi atau diskon diterapkan ke pesanan, yang paling dekat dengan metrik GMV untuk kedua perusahaan.

Marketshare Ride-hailing 2021 -2022: Aplikasi Gojek versus Aplikasi Grab (Diperbarui pada Agustus 2022) / Measurable AI
Marketshare Ride-hailing 2021 -2022: Aplikasi Gojek versus Aplikasi Grab (Diperbarui pada Agustus 2022) / Measurable AI

Namun, belakangan, ada layanan baru seperti Maxim dan inDrive yang mencoba mengusik dominasi dari kedua layanan ini. Maxim mulai beroperasi di Indonesia sejak 2018, menyediakan layanan taksi online, ojek online, pesan-antar makanan, dan pengiriman barang.

Saat ini, perusahaan asal Rusia itu telah tersedia di 63 kota. Tidak hanya layanan transportasi online, perusahaan transportasi ini juga memiliki berbagai macam layanan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk layanan pijat dan spa serta layanan bersih-bersih.

Sementara inDrive memiliki model bisnis yang relatif berbeda. Layanan ini tidak menentukan tarif di aplikasi, melainkan memungkinkan penumpang untuk mematok tarif di awal. Melalui aplikasi inDriver, tarif perjalanan yang adil ditentukan oleh pengemudi dan penumpang dengan bernegosiasi dan menyepakati tarif yang sesuai untuk kedua belah pihak.

Ride-hailing adalah salah satu sektor yang paling terpukul di awal wabah Covid-19. Meskipun demikian, sektor ini perlahan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat vaksinasi dan pembukaan kembali ekonomi secara bertahap di seluruh dunia. Kami akan terus memantau persaingan raksasa ride-hailing di pasar yang berbeda.

Application Information Will Show Up Here

Startup Agritech “Glife” Perkuat Pasar di Indonesia Usai Kantongi Pendanaan 45 Miliar Rupiah

Startup agritech asal Singapura, Glife Technologies, siap memperkuat pasarnya di Indonesia usai mendapat pendanaan seri A1 sebesar $3 juta atau setara 45 miliar Rupiah dari Tin Men Capital. Pendanaan ini juga akan digunakan untuk berinvestasi pada infrastruktur teknologi untuk supply chain.

Ini merupakan putaran lanjutan dari pendanaan seri A sebesar $4,96 juta yang diperoleh Glife pada November 2021, serta pendanaan setelahnya sebesar $2,9 juta oleh investor terdahulu di Mei 2022. Dengan tambahan ini, Glife telah mengumpulkan total pendanaan sebesar $13 juta untuk mendukung operasional di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Adapun, Tin Men Capital bergabung dengan investor terdahulu Glife, yakni Heliconia Capital yang merupakan anak usaha investasi milik Temasek Holdings, serta Hibiscus Fund, dana kelolaan milik RHL Ventures (Malaysia) dan KB Investments (Korea Selatan).

Dalam keterangan resminya, Co-founder & Deputy CEO Glife Technologies Caleb Wu mengungkap, pendanaan ini telah menandai keyakinan investor terhadap model bisnis Glife dalam memenuhi pasokan pangan dengan memberdayakan petani dan teknologi di kawasan Asia Tenggara.

“Kami ingin terus meningkatkan efisiensi dan transparansi pada rantai pasokan pangan, serta mengembangkan solusi yang dapat memajukan petani-petani kecil di kawasan ini. Pendanaan ini akan memperkuat solusi dan mengakselerasi visi kami dalam membangun masa depan pangan,” tutur Wu.

Sementara Co-founder Tin Men Capital Murli Ravi menambahkan, “Pandemi telah berdampak terhadap rantai pasokan  hingga ke konsumen, dan pemodal ventura harus mendukung upaya pelaku industri untuk merangkul inovasi dan mengintegrasikan tujuan ini. Rekam jejak Glife sejalan dengan misi Tin Men untuk membawa teknologi pada industri yang belum terdigitaliasi dan dampak positif bagi masyarakat dalam jangka panjang,” jelasnya.

Pasar Indonesia

Berdiri di 2018, Glife menawarkan solusi B2B yang terintegrasi secara vertikal bagi ekosistem pangan di Asia Tenggara. Dalam empat tahun terakhir sejak berdiri, mereka mengaku mengantongi pertumbuhan hingga 30x lipat. Glife kini melayani 2.500 klien di industri HORECA dan 1000 petani di Asia Tenggara.

Dengan berkembangnya digitalisasi pada rantai pasokan makanan di kawasan ini, Glife berencana untuk meluncurkan marketplace bagi merchant dan supplier F&B di kuartal IV 2022. Caleb menyebutkan bahwa pihaknya membidik pertumbuhan pangsa besar di pasar Indonesia.

Adapun, marketplace untuk B2B ini akan mengagregat permintaan kebutuhan pasokan makanan dari restoran dan menyocokannya dengan ketersediaan supplier. Dengan demikian, pemilik restoran punya akses dan harga lebih baik terhadap berbagai variasi produk. Selain itu, pihaknya juga akan memperkuat infrastruktur teknologi sebagai fondasi dari solusi digital supply chain secara end-to-end yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan bagi ekosistem F&B.

Agrikultur dan pangan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi dan GDP di Asia Tenggara. Di Indonesia saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian menyumbang PDB sebesar Rp2,25 kuadraliun di sepanjang 2021 atau mewakili 13,28% dari total PDB nasional. Sektor ini mencakup pertanian, peternakan, kehutanan, hingga perikanan. 

Para pelaku startup agritech di tanah air berupaya untuk mengatasi sejumlah tantangan utama yang kerap dialami petani kecil, seperti gagal panen, tidak adanya modal usaha, atau keterbatasan akses untuk menjual hasil panennya. Mereka berupaya menawarkan solusi yang dapat membantu petani dari hulu ke hilir, seperti membantu mengolah, mendistribusikan hasil panen, hingga memfasilitasi pinjaman usaha. 

Traveloka Masuk Layanan Logistik On-Demand Lewat Fitur “Traveloka Send”

Traveloka yang sejak pandemi menjelma menjadi superapp gaya hidup, makin perdalam solusi dengan merambah vertikal on-demand logistik melalui kehadiran “Traveloka Send”. Untuk sementara layanan ini baru tersedia untuk konsumer yang berlokasi di Jabodetabek. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan perusahaan terkait ini, pun saat dihubungi oleh DailySocial.id.

Menurut laman situsnya, layanan ini disediakan oleh grup Traveloka di bawah badan hukum PT Ciptaloka Karsa Teknologi. Adapun mitra pengemudinya memanfaatkan mitra sendiri dan pihak ketiga independen yang telah bekerja sama.

Pada tahap awal, Traveloka Send baru tersedia untuk pengiriman maksimal 12 km. Persyaratan lainnya, barang maksimal memiliki berat 5 kg atau dimensi lebih besar dari 40x40x30 cm3, dan tidak bisa digunakan untuk mengirim barang seperti peledak, hewan hidup, logam mulia, dan jenis-jenis tertentu lainnya.

Traveloka sejauh ini memiliki mitra pengemudi yang direkrut untuk mengakomodasi pengiriman layanan pesan-antar makanan Traveloka Eats, selain juga didukung oleh Lalamove.

Bisa dikatakan, masuk ke vertikal logistik ini jadi salah satu cara Traveloka dalam meningkatkan utilitas mitra pengemudi agar mereka memperoleh tambahan penghasilan di luar Traveloka Eats. Traveloka Eats itu sendiri baru tersedia di Jabodetabek, Bandung, dan Bali.

“Tes ombak” ala Traveloka

Seperti diketahui, pada bulan lalu Traveloka resmi menutup layanan e-grocery Traveloka Mart setelah beroperasi selama enam bulan sejak dibuka pada Maret 2022. Manajemen menyampaikan penutupan ini merupakan bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan.

Seperti kebanyakan pemain e-grocery lainnya, Traveloka Mart menyajikan kemitraan dengan berbagai peritel besar dan toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Setelah transaksi terjadi, mitra pengemudi akan mengantarkan pesanan ke rumah konsumen.

Meski tidak ada data pendukung, disinyalir keputusan untuk menutup Traveloka Mart karena kalah saing dengan pemain quick commerce yang sejatinya menjadi spesialis di vertikal tersebut. Ditambah lagi, strategi “bakar duit” yang jorjoran untuk akuisisi konsumen, tidak bisa dipertahankan dan difokuskan di layanan ini saja apabila Traveloka mau jadi perusahaan yang berkelanjutan. Fokus perusahaan harus ditempatkan pada layanan yang terus mencetak pertumbuhan yang stabil.

Layanan on-demand bisa dikatakan tidak sebakar duit dari layanan e-grocery. Menurut Co-founder dan CEO RaRa Delivery Karan Bhardwaj, banyak orang bersedia membayar dua hingga tiga kali lebih banyak untuk pengiriman hari yang sama dibandingkan pengiriman hari berikutnya, dan biaya yang lebih tinggi untuk pengiriman dalam waktu satu jam. Menjadikan bisnis pengataran ini dinilai bisa menguntungkan dan berkelanjutan.

Namun demikian, sebenarnya ada layanan lain yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan bisnis akomodasi dan perjalanan di superapp Traveloka, misalnya layanan investasi emas bekerja sama dengan Pegadaian. Menurut informasi di aplikasi, mereka akan segera melengkapi opsi produk investasi dengan instrumen lainnya.

Dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya, misalnya Tiket.com dan Pegipegi, cara Traveloka membangun ekosistem layanan memang berbeda. Mereka tidak membatasi hanya pada layanan yang bersinggungan langsung dengan perjalanan dan penginapan. Lebih dari itu Traveloka mencoba menawarkan pengalaman gaya hidup yang lengkap dalam satu aplikasi. Para rivalnya masih tetap fokus untuk memperdalam layanan perjalanan dan akomodasi dengan berbagai fitur pendukungnya.

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Meluncurkan Fitur Kuliah Online “Alomedika eCourse”

Startup healthtech Alodokter meluncurkan fitur kuliah online Alomedika eCourse bagi para dokter. Fitur ini diklaim sebagai yang pertama dihadirkan oleh startup healthtech di Indonesia, dan telah diakui oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai kursus online resmi.

Sebagai informasi, Alomedika merupakan platform komunitas dokter yang diluncurkan pada 2019. Platform tersebut dikembangkan agar seluruh dokter di Indonesia dapat memiliki akses terhadap pengetahuan, informasi, dan tren terkini seputar dunia medis.

Co-founder & President Director Alodokter Suci Arumsari mengatakan era digitalisasi di dunia medis berkembang sangat pesat. Sementara, dokter menjadi kunci utama dalam memberikan layanan kesehatan.

“Semakin berkualitas dokter di kalangan masyarakat, semakin baik pula kualitas kesehatan. Ini semua sesuai dengan komitmen Alodokter memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sementara, Senior Vice President Alomedika dr. Andi Marsali menambahkan fitur ini menjadi salah satu upaya untuk memberdayakan seluruh dokter melalui fasilitas keilmuan dan dukungan profesi dalam bentuk Satuan Kredit Profesi (SKP).

“Kolaborasi kami dengan IDI memungkinkan ini semua. Kami memberikan beragam cara bagi dokter untuk meraih SKP di Alomedika, seperti menyimak artikel Continuing Medical Education (CME), mengikuti program webinar mingguan, dan kini tinggal mengikuti eCourse,” jelasnya.

Alomedika eCourse masuk dalam kategori program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB), dokter peserta akan memperoleh SKP apabila menyelesaikan modul. Sekadar informasi, SKP dibutuhkan untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai salah satu syarat memperpanjang Surat Izin Praktik (SIP) dokter.

Menariknya, seluruh poin SKP beserta sertifikat akan otomatis tersimpan pada akun pengguna dan dapat diunduh. Adapun, Alomedika eCourse membekali pre-test dan post-test di awal dan akhir modul. Selain itu, modul-modul tersebut akan dipandu oleh para dokter senior dari seluruh spesialis dan cabang ilmu kedokteran.

Untuk saat ini, modul-modul tersedia mulai dari treatment, studi, hingga penemuan baru dengan topik meliputi pendekatan klinis kasus nyeri, penanganan depresi, advanced suturing course, dan beberapa modul kegawatdaruratan sehari-hari.

Tak ketinggalan, dokter peserta dapat mengajukan topik menarik agar tetap berperan aktif dalam mengikuti perkembangan ilmu di dunia medis. Menurut pihak Alodokter, kegiatan ini memungkinkan Alomedika eCourse tetap dapat menghadirkan modul-modul keilmuan ter-update dan diminati para dokter.

Pengembangan inovasi

Dalam dua tahun terakhir, Alodokter terus menggencarkan pengembangan produk baru untuk memperkuat posisinya di pasar healthtech Indonesia, terutama menyambut pasca-pandemi nanti. Di tahun lalu, Alodokter meluncurkan layanan epharmacy Aloshop untuk mengakomodasi kebutuhan lebih dari 30 juta penggunanya.

Bagi perusahaan, Aloshop disebut sebagai epharmacy pertama yang berkomitmen penuh untuk bermitra dengan supply chain terpercaya di Indonesia. Aloshop juga menawarkan model bisnis yang sustainable dengan harga produk terjangkau pada kisaran 5%-20% di pasar epharmacy Indonesia.

Kemudian, Alodokter juga memperkenalkan fitur tes batuk yang di-embed ke dalam layanan telekonsultasinya. Untuk menghadirkan tes batuk jarak jauh ini, Alodokter menggandeng dengan perusahaan teknologi diagnosis kesehatan digital ResApp yang berbasis di Australia.

Suci sempat mengungkap bahwa fitur tersebut dapat memudahkan dokter untuk melakukan remote diagnostic pada suatu penyakit dan memberikan perawatan secara lebih efisien.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Awal Startup Web3 “Playground”

East Ventures dan Mirana Ventures memimpin pendanaan pra-awal Playground, platform Web3 gaming dan NFT asal Singapura. Putaran ini juga diikuti Arc Capital (private crypto fund yang terafiliasi dengan Pintu), James Z (Founder Jambo), Adam Levinson Murali Abburi, Benjamin Zhu, serta sejumlah eksekutif senior dari perusahaan blockchain ternama.

Managing Partner di East Ventures Koh Wai Kit mengatakan, “Kami mendukung founder terbaik dalam membangun bisnis jangka panjang. Kami harap dapat bermitra dengan tim Playground untuk membangun platform game dan entertainment generasi berikutnya bagi pengguna Web3.”

Playground didirikan untuk mengatasi kesenjangan informasi di era Web3. Pesatnya pertumbuhan proyek entertainment berbasis blockchain sering kali diikuti oleh informasi yang terfragmentasi, seperti subjektif, ketinggalan zaman, atau tidak dapat diandalkan. Hal tersebut dinilai menghalangi adopsi massal Web3, terutama di sektor hiburan.

Terlepas dari pengalamannya di blockchain, Founder & CEO Playground Clinton Teh mengaku mengalami kesulitan dalam melakukan proses penemuan, baik mencari memverifikasi, dan mengumpulkan informasi tentang game Web3 dan NFT dengan konsep kepemilikan digital dan desentralisasi ini. Maka itu, Playground dibangun sebagai one-stop platform yang akan menjembatani kesenjangan informasi bagi semua pengguna Web3 dengan fokus pada pengalaman dan legitimasi.

“Kami meyakini semua pengguna harus dapat merasakan pengalaman seamless dalam mempelajari proyek-proyeknya, dari mulai menerima informasi faktual hingga merasakan langsung game tertentu. Playground diposisikan secara unik untuk mengatasi masalah ini dengan pemahaman mendalam tim terhadap konten Web3 yang beragam dan dinamis. Visi kami adalah menjadi platform terpercaya untuk semua penemuan hiburan Web3,” tambah Clinton.

Playground didukung oleh founding team yang memiliki pengalaman luas di dunia Web2 dan Web3, karier di berbagai perusahaan teknologi terkemuka termasuk Binance, Classpass, dan Tencent, serta melibatkan decentralized autonomous organizations (DAO). Adapun, Clinton Teh sebelumnya memimpin sejumlah inisiatif strategis di Web3 dan NFT.

Nantinya, pengguna dapat menemukan berbagai proyek Web3 yang terpercaya secara interaktif, serta dapat mengikuti pembaruan dan pencapaian untuk proyek baru dan existing. Selain itu, pengguna dapat berinteraksi dan berbagai ide dengan ekosistem dan komunitas  di platform tersebut.

Pasar Web3

Web3 menjadi salah satu tren teknologi yang tengah diminati di Indonesia. Adopsinya terbilang masih dalam tahap awal mengingat sejumlah pemangku kepentingan masih mengeksplorasi use case yang tepat, terutama yang dapat diadopsi secara masif. 

Beberapa yang sudah proven di Indonesia di antaranya adalah kripto, NFT, dan Web3 gaming. Sebagai gambaran, Emergen Research melaporkan nilai pasar Web3 di global sebesar $3,2 miliar di 2021 dan diproyeksi menembus $81,5 miliar di 2030. 

Sebelumnya, venture capitalist Eddi Danusaputro sempat berujar bahwa Web3 punya potensi besar untuk dikembangkan. Hanya saja, use case Web3 belum banyak dan belum dapat menyelesaikan masalah keseharian, misalnya smart contract atau invoice financing dengan Blockchain.

“Sebetulnya, use case seperti smart contract ini sudah ada dikembangkan di Indonesia, tetapi traction-nya belum besar. No disrespect to NFT atau game, ini akan menjadi produk yang nice to have saja, belum untuk sehari-hari. Saya firm believer, saya sangat suka Blockchain, sayangnya use case belum banyak,” ujarnya baru-baru ini.

Startup Katering Bayi “Grouu” Umumkan Putaran Baru Dipimpin Teja Ventures

Startup katering makanan bayi Grouu mengumumkan perolehan dana segar yang dipimpin oleh Teja Ventures dengan partisipasi dari Arkana Venture dan Javas Capital. Tidak disebutkan dana yang diraih dalam putaran ini.

Grouu akan memanfaatkan dana tersebut untuk perluas lini produk, saluran distribusi dengan membuka fasilitas produksi di Surabaya, dan mulai penetrasi ke jaringan ritel, baik online maupun offline.

Sebelumnya, pada akhir Januari ini, perusahaan mengantongi pendanaan tahap awal senilai $400 ribu dari Selera Kapital, lengan investasi dari Sour Sally Group. Diikuti sejumlah angel investor, seperti Wesley Harjono (Managing Director Plug and Play Indonesia) dan Rama Notowidigdo (Co-founder Sayurbox dan AwanTunai).

Masuknya Grouu ke dalam portofolio Teja Ventures mengukuhkan komitmen VC asal Singapura tersebut sebagai investasi lensa gender (gender lens investing). Teja Ventures melihat besarnya dampak yang diberikan Grouu pada konsumer yang mayoritas adalah perempuan, didukung pula oleh potensi pasar ibu dan anak di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Kepala Investasi untuk Teja Ventures di Indonesia David Soukhasing menyampaikan, pihaknya sudah menjalin hubungan baik dengan para founder Grouu sejak lama. Konsistensi mereka dalam menyajikan makanan berkualitas bagi anak Indonesia sangat selaras dengan misi Teja dalam mendukung perusahaan yang berdampak positif pada pemberdayaan perempuan.

“Serta, mengedepankan visi untuk menekan angka stunting atau gizi buruk di Indonesia. Sehingga, suatu kebanggaan untuk kami bisa mendukung Grouu dalam mengembangkan model bisnis yang juga masuk pada kategori The Future of Food yang kami junjung,” kata Soukhasing, Selasa (13/9).

Co-founder dan CEO Grouu Jessica Marthin mengatakan, perusahaan menerima animo positif sejak berdiri pada dua tahun lalu hingga kini. Pada bulan pertama beroperasi, permintaan setiap hari berada di kisaran belasan hingga puluhan porsi. Tapi di Agustus 2022 lalu, angkanya tembus mencapai ribuan porsi.

“Hal ini tentu menjadi motivasi kami untuk terus memberikan yang terbaik bagi para orang tuan yang mempercayakan pemenuhan gizi buah hati mereka kepada Grouu. Itu sebabnya kami juga melibatkan nutritionist, food scientist, chef, dan dokter spesialis anak dalam proses pengembangan produk dan menu Grouu,” ujarnya.

Potensi pasar Grouu

Jessica melanjutkan, pada tahun kedua ini, dia menyebutkan Grouu telah mencapai product-market-fit. Berkat itu, pihaknya akan merilis produk katering untuk anak usia satu tahun ke atas bernama Mini Meals yang dijual melalui situs e-commerce. Menu baru tersebut merupakan salah satu upaya perusahaan untuk memperpanjang nilai umur pelanggan (customer life time).

“Kami akan terus mengembangkan kinerja website sebagai salah satu platform yang mempermudah pelanggan untuk berlangganan, serta dapat diintegrasi dengan layanan lainnya di masa mendatang.”

Awalnya, Grouu menempatkan diri sebagai penyedia makanan pendamping asi (MPASI) untuk bayi usia enam bulan ke atas dengan pemilihan bahan baku berkualitas, memiliki cita rasa, dan kandungan gizi yang lengkap di tiap hidangannya. Di tengah aktivitas yang padat dalam mengurus anak usia dini, kehadiran menu makanan yang praktis, sehat dan bergizi menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh para orang tua masa kini.

Adapun, permasalahan gizi dan kesehatan anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2020 menyebutkan bahwa prevalensi stunting (pendek) pada balita Indonesia tercatat sebesar 27,7%, atau 28 dari 100 balita mengalami stunting. Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya, anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa masih banyak yang mengalami masalah gizi di usia dini.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,8 juta pada 2021 dan diprediksi akan melampaui 5 juta pada 2022 ini. Pertumbuhan populasi ini menjadi salah satu faktor utama kepercayaan para investor akan potensi pasar kebutuhan ibu dan anak, serta visi Grouu dalam menghadirkan solusi terintegrasi untuk para orang tua milenial di Indonesia.

Kementerian Kesehatan Terbitkan Peraturan untuk Penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan resmi menerbitkan peraturan baru untuk menyelenggarakan rekam medis elektronik (RME) pada fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Peraturan ini tertuang dalam PMK No. 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis yang merupakan perubahan dan pemutakhiran dari peraturan sebelumnya PMK No. 269 Tahun 2008.

Dalam konferensi pers pada Jumat (9/9), Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes Setiaji memaparkan sejumlah poin penting yang dimuat dalam peraturan RME ini. Di antaranya, penyelenggaraan RME meliputi delapan kegiatan yang dimulai dari registrasi pasien, pengisian informasi klinis, penyimpanan, hingga transfer rekam medis.

Selain itu, peraturan ini juga merincikan pasal-pasal yang berkaitan dengan kepemilikan dan isi rekam medis pasien, keamanan dan perlindungan data pribadi, hingga pelepasan. Adapun, Kemenkes diberi kewenangan untuk mengolah data kesehatan milik pasien.

Setiaji mengungkap regulasi ini akan memberikan dukungan signifikan terhadap peta jalan transformasi digital dan platform Satu Sehat yang tengah direalisasikan oleh pemerintah. Di samping itu, regulasi ini juga akan memberikan dukungan signifikan terhadap pengembangan inovasi healthtech.

Perlu dicatat, sebagaimana tertuang dalam pasal 3, fasyankes wajib mengimplementasi RME, termasuk pelayanan telemedicine oleh fasyankes. Kemudian, penyelenggaraan RME ini juga wajib diintegrasikan ke platform Satu Sehat. Pemerintah memberikan masa transisi bagi fasyankes hingga akhir 2023.

Lebih lanjut, Setiaji mengatakan bahwa penyelenggaraan RME pada fasyankes di daerah-daerah akan dilakukan secara bertahap mengingat kesiapan SDM, infrastruktur, dan budaya kerja berbeda dengan yang berada di perkotaan.

“Sebetulnya, [fasyankes] yang siap tidak hanya di kota, tapi ada juga yang di daerah dan sudah integrasi. Mereka hanya menunggu regulasi. Nah, untuk mengetahui fasyankes yang sudah siap atau tidak, kami akan mapping berdasarkan digital maturity index. Ini akan kami pakai untuk menerapkan kebijakan ini, mana yang lebih dulu mana yang perlu ditingkatkan,” jelasnya.

Ia juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memastikan infrastruktur internet dapat memadai bagi upaya transformasi ini.

Dari aspek perlindungan data, Setiaji menekankan hal ini menjadi aspek penting yang didorong, tak hanya di internal Kemenkes, tetapi juga sistem milik fasyankes. Ia berujar bahwa pihaknya tengah melakukan piloting di sebuah rumah sakit terkait panduan mengamankan data, termasuk rekam medis. Malahan, pihaknya berencana menggunakan teknologi blockchain untuk memberi perlindungan data lebih kuat.

“Nantinya rekam medis elektronik juga dapat diakses lewat aplikasi PeduliLindungi karena telah banyak digunakan masyarakat Indonesia. Ini sekaligus meneruskan komitmen pemerintah bahwa PeduliLindungi tidak hanya untuk Covid-19 saja,” tambahnya.

Peta jalan transformasi

Gerak pemerintah untuk merealisasikan transformasi ini sebetulnya baru dimulai tahun lalu ketika menerbitkan peta jalan (roadmap) transformasi dan digitalisasi sektor kesehatan Indonesia pada periode 2021-2024. Ada tiga agenda utama yang menjadi prioritas pemerintah, yaitu integrasi dan pengembangan pada sistem data, aplikasi pelayanan, dan ekosistem di bidang teknologi kesehatan (healthtech).

Setiaji yang ditunjuk untuk memimpin transformasi ini menuturkan bahwa rekam medis elektronik merupakan backbone dari seluruh transformasi yang akan dilakukan. Tanpa itu, fasyankes akan sulit untuk melakukan pertukaran data dan informasi kesehatan yang terintegrasi.

Apalagi, ia menyebut terdapat 400 aplikasi di bidang kesehatan, 70 aplikasi puskesmas, dan 50 aplikasi rumah sakit yang masing-masing punya format data yang berbeda-beda.

“Salah satu tantangan besar adalah setiap rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain punya format data masing-masing. Contoh variabel paling sederhana, format jenis kelamin ada yang sebut L/P, ada juga P/W. Nah, “P” ini maksudnya “Pria” atau “Perempuan”?” tutur Setiaji dalam wawancara dengan DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Terbaru, pemerintah juga telah merilis Indonesia Health Services (IHS) pada pertengahan Juli 2022 yang akan menjadi pusat dari integrasi layanan kesehatan di Indonesia. IHS telah menyematkan spesifikasi dan mekanisme standar pada proses pertukaran informasi, baik bisnis, data, teknis, dan keamanan.

Application Information Will Show Up Here