Telah Terhubung, Kini Bisa Transaksi dengan QRIS di Malaysia

Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM) meresmikan kerja sama strategis untuk interkoneksi pembayaran lintas negara (cross border) dengan menggunakan QR Code.

Peluncuran ini merupakan tindak lanjut dari fase uji coba yang sukses dilakukan sejak 27 Januari 2022 untuk mendorong interkoneksi pembayaran. Sebelumnya, pembayaran lintas negara sudah diimplementasi di Thailand pada tahun lalu.

Kerja sama bilateral ini melibatkan sejumlah lembaga keuangan di masing-masing negara. Masyarakat Indonesia yang berkunjung ke Malaysia dapat memindai QR Cross Border atau DuitNow QR Code, baik di merchant ofline maupun online. Saat ini, DANA menjadi platform dompet digital pertama untuk bisa bertransaksi dengan QR Indonesian Standard (QRIS) di Malaysia.

“Kerja sama ini akan memberikan lebih banyak pilihan bagi pengguna layanan transaksi pembayaran lintas batas sekaligus kunci untuk meningkatkan efisiensi, mendorong inklusi ekonomi dan keuangan digital di kawasan, serta mendukung stabilitas makroekonomi dengan mendorong penggunaan mata uang lokal secara lebih luas untuk transaksi bilateral dalam ‘Kerangka Transaksi Mata Uang Lokal’,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Diketahui, QR Code semakin banyak diterapkan dalam transaksi lintas batas sehingga memungkinkan bisnis dan individu mengirim dan menerima pembayaran. Agenda standardisasi pembayaran lintas negara melalui interkoneksi QR Code antarnegara merupakan salah satu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 dan Pertemuan Gubernur Bank Sentral ASEAN pada April 2022.

Seiring perkembangan teknologi, QR Code kemungkinan akan memainkan peran yang semakin signifikan dalam lanskap pembayaran global. QR Code diyakini menjadi alat yang ampuh dalam merevolusi transaksi lintas batas dengan kemampuannya menyederhanakan pembayaran, mengurangi biaya, meningkatkan keamanan, dan meningkatkan aksesibilitas.

“Guna memberikan pengalaman bertransaksi digital yang optimal di negara-negara penyelenggara QR Cross Border, kami akan senantiasa membekali dompet digital DANA dengan teknologi yang aman dan tepercaya,” kata Co-Founder & CEO DANA Indonesia Vince Iswara dalam keterangan resminya.

Ia mengungkap partisipasi DANA dalam mendorong adopsi QRIS, misalnya proses onboarding mitra. Sejak diluncurkan pada Desember 2018, DANA kini telah menjangkau lebih dari 130 juta pengguna di Indonesia. DANA juga telah dipercaya oleh lebih dari 24,9 juta merchant yang tergabung dalam jaringan QRIS nasional, termasuk 500.000 UMKM mitra DANA Bisnis.

Dorong adopsi QRIS

Berdasarkan laporan terakhir, BI juga tengah memperluas kerja sama implementasi QR Cross Border dengan bank sentral di Singapura dan Jepang yang kini tengah dalan proses pengembangan/inisiasi.

Penyedia jasa keuangan di Indonesia yang telah berpartisipasi, baik sebagai issuer maupun acquirer, untuk pembayaran lintas negara adalah PermataBank, LinkAja, Ottocash,  OVO, DOKU, Bank Mandiri, ShopeePay.

BI mencatat jumlah pengguna QRIS di Indonesia mencapai 28,75 juta pengguna hingga Desember 2022, atau bertambah 15,95 juta dibandingkan 2021. Total merchant yang telah memakai QRIS ada sebanyak 22,7 juta. Tahun ini, BI menargetkan sebanyak 45 juta pengguna dengan satu miliar volume transaksi.

Omnichannel Semakin Populer Dorong Pemasyarakatan Beauty Tech

Pandemi mempercepat pertumbuhan industri beauty tech, termasuk di Indonesia. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan platform beauty tech di Indonesia adalah penutupan toko dan salon kecantikan (gerai fisik) selama masa social distancing.

Brand D2C (direct-to-consumer) semakin marak. Model D2C populer karena memungkinkan brand menjual produk langsung ke konsumen melalui saluran sendiri maupun platform pihak ketiga. Mereka memotong perantara dan

Menurut data Tokopedia, kategori kecantikan menjadi salah satu kategori dengan peningkatan jumlah transaksi paling tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya di periode Januari-Maret 2023.

Di tahun 2023, pandemi melandai. DailySocial.id mencoba melihat bagaimana strategi omnichannel, kehadiran secara online dan offline/gerai fisik, dihadirkan para pemain beauty tech.

D2C semakin populer

Menurut President & CEO PT Social Bella Indonesia Christopher Madiam, dibandingkan produk kecantikan konvensional, startup kecantikan/marketplace D2C cenderung memiliki pendekatan yang lebih customer-centric approach, dengan fokus pada memberikan pengalaman belanja yang personal dan seamless.

Perusahaan seperti ini memanfaatkan kehadiran media sosial dan saluran pemasaran digital lainnya untuk membangun kesadaran terhadap brand dan mencapai audiens target mereka. Di sisi lain, brand kecantikan konvensional biasanya mengandalkan metode pemasaran yang lebih tradisional, seperti iklan cetak dan TV.

Selama perjalanan bisnis, Sociolla mengklaim telah mempelajari pentingnya beradaptasi dengan perilaku digital yang terus berkembang.

“Di Sociolla, kami mengutamakan pemahaman terhadap pelanggan kami dan preferensi mereka. Kami tahu bahwa menjaga fleksibilitas dan fokus pada kebutuhan konsumen serta merespons dengan cepat perubahan di pasar sangat penting. Pendekatan kami selalu mengutamakan pengalaman pelanggan, memungkinkan kami untuk membangun loyalitas pelanggan dan mencapai pertumbuhan bisnis,” kata Christopher.

Menurut Founding dan Managing Partner Creative Gorilla Capital Benz  Budiman, segmen beauty tech menjadi bisnis yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari besarnya penjualan dan pemasaran yang dilakukan oleh para pemain memanfaatkan berbagai platform media sosial.

“Namun demikian saat ini beauty industry juga sangat kompetitif dan sangat tersaturasi. Karena semua orang ingin melakukan hal tersebut, mereka yang bisa bermain dan bertahan di industri ini adalah, pemain yang harus bisa menjalin kolaborasi dengan pemain yang sudah established di industri tersebut,” kata Benz.

Kehadiran omnichannel memberi dampak

Industri kecantikan adalah pasar yang sangat kompetitif, dan pelanggan memiliki banyak pilihan. Dengan pertumbuhan layanan marketplace dan mobile shopping, pelanggan berharap memiliki akses ke produk dan informasi kapan saja, di mana saja, dan di perangkat apa saja.

Menurut data Riverty, pelanggan generasi muda lebih memilih memesan produk kecantikan secara online. 71% responden disebutkan membeli melalui perangkat mobile.

Preferensi baru ini memberikan kelonggaran bagi startup dan brand untuk memanfaatkan keunggulan kompetitif mereka: kemampuan memanfaatkan data untuk memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan dengan cepat.

Perwakilan East Ventures mengatakan, “Kami melihat penerapan strategi omnichannel ini melibatkan integrasi antara toko fisik dan toko online, yang tentunya memerlukan manajemen operasional yang baik. Hal ini meliputi manajemen stok barang, distribusi, metode pembayaran, dan penerapan teknologi serta pengelolaan data yang baik. Penerapan strategi omnichannel juga menerima respon yang sangat baik di Indonesia. Kami melihat perkembangan positif dari sisi portofolio kami, Sociolla, yang telah memiliki 50 toko di 30 kota.”

Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Menyoroti Potensi Lanskap Digital Startup Asia Tenggara

Tren investasi startup di Asia Tenggara telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Semakin banyak investor besar dari Tiongkok, Amerika Serikat, dan Eropa yang sudah menanamkan dananya di regional ini.

Mengutip dari laporan terbaru Momentum Works dan Cento Ventures dalam “Southeast Asia Tech Invesment 2022”, startup Asia Tenggara mengumpulkan pendanaan senilai $10,4 miliar pada 2022, tahun terkuat ketiga dalam catatan, dan setara dengan tingkat investasi pra-pandemi.

Laporan tersebut menyebutkan, pada 2021 total dana yang terkumpul sebanyak $14,5 miliar. Kemudian pada 2022, regional ini menyelesaikan 929 kesepakatan, turun tipis dari 991 kesepakatan di 2021. “Asia Tenggara tidak melihat defisit modal investasi yang tidak normal hingga akhir tahun 2022 meskipun suasana pasar modal sedang buruk,” kata laporan itu.

Dikatakan, ekosistem investasi digital di kawasan ini tampak bereaksi lebih lambat terhadap perubahan global daripada Amerika Latin dan India.

Regional yang dijuluki sebagai ‘the next China’ ini menawarkan potensi pertumbuhan digital yang begitu menjanjikan. Karena alasan itulah pameran dan konferensi tahunan BEYOND Expo 2023, melalui kegiatan ORIGIN Conference, mengangkat berbagai topik khusus ASEAN pada hari kedua gelaran tersebut.

ORIGIN menghadirkan pembicara ahli dan diskusi panel yang mencakup topik mendalam dengan tujuan menghubungkan bisnis di seluruh Asia Tenggara dan Tiongkok serta membuka peluang pertumbuhan baru di kawasan ini.

ORIGIN Conference dimulai dengan pembukaan keynote oleh Founder dan CEO TechNode Group, dan Co-Founder BEYOND Dr. Gang Lu menyampaikan gambarannya tentang pasar Asia Tenggara dan membahas mengapa sekarang waktu yang tepat bagi bisnis untuk berinvestasi dan berkembang di kawasan ini.

“Sebagai bagian dari cetak biru ini, ORIGIN Conference dan BEYOND Expo bercita-cita untuk menciptakan level playing field di mana ekosistem lokal dan global berkumpul dan membuka jalan satu sama lain menuju kesuksesan yang lebih besar di Asia,” ujarnya Lu yang menyoroti pertumbuhan peran Asia Tenggara dalam membentuk lanskap ekonomi dan teknologi di Asia dan global.

Ia melanjutkan, “kami membayangkan BEYOND Expo menjadi tujuan utama untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi di Asia membawanya ke tingkat Consumer Electronics Show (CES) di Las Vegas dan Mobile World Congress (MWC) di Barcelona—dua dari yang paling inovatif dan pertemuan berpengaruh di ruang teknologi.”

Sangat terfragmentasi

Sesi diskusi panel “Next Generation: Different Breeds of Unicorns” yang dihadiri oleh Kamarul A. Muhamed (Aerodyne Group), Oranuch Lerdsuwankij (Techsauce), and Lin Xiangliang (ESCO Lifesciences Group), dan dimoderasi oleh James Kwan (Jumpstart Media), membahas topik yang cukup luas dari sisi kacamata pemain industri dengan lanskap ekosistem startup digital.

BEYOND Expo 2023

Oranuch Lerdsuwankij menyampaikan, kawasan ini sangat terfragmentasi, sehingga untuk siapapun yang mau memulai bisnis di sini harus mau mendalami pasar lokal dan berkolaborasi dengan orang-orang di dalamnya agar diterima. Menurutnya, apa yang sukses di Tiongkok belum tentu sukses bila diterapkan di sini. Alhasil perlu ada langkah lokalisasi konsep agar model bisnisnya diterima.

Kelebihan kawasan ini dibandingkan kawasan lainnya, sambung dia, adalah kebanyakan startup yang beroperasi ini datang dari generasi kedua atau ketiga dari sebuah usaha keluarga. Biasanya mereka kuliah di luar negeri lalu ketika kembali ke negaranya masing-masing, mereka jadi lebih sensitif tentang pain point dari bisnis keluarganya yang bisa dipermudah dengan memanfaatkan teknologi digital.

“Banyak bisnis di sini adalah warisan dari keluarga, biasanya di agrikultur, ritel, atau kuliner, jadi mereka mengerti value chain dan paham di mana titik pain point-nya.”

Lin Xiangliang pun menyepakati pernyataan Lerdsuwankij. Dia bilang, walau sangat terfragmentasi, kawasan ini termasuk pemecah masalah terbesar karena segudang masalah yang dimilikinya. Di samping itu, pemerintah di masing-masing negara juga masih berusaha mencari harmoni dengan inovasi digital yang begitu dinamis dengan aturan-aturan yang ramah.

“Ini semua butuh waktu tapi arahnya semakin membaik. Terlebih secara geopolitik, Asia Tenggara ini menarik karena berada di perhubungan antara negara barat dan timur.”

Ia pun menambahkan, perusahaan non-ASEAN yang berencana untuk masuk ke kawasan ini bisa merencanakan ekspansinya tersebut dengan masuk ke Thailand sebagai percobaan pertamanya. Alasannya dikarenakan secara penetrasi lebih mudah, didukung dengan ekosistem yang matang dan pun dibandingkan secara kebiasaan dengan orang Asia Tenggara lainnya tidak jauh berbeda.

Iklim investasi

Selanjutnya, dalam panel diskusi bertemakan “Navigating the Evolving Landscape of Investment and M&A in Southeast Asia” dengan jajaran panelis Amy Zhao (Openspace Ventures), Paramjit Singh (Malaysia Venture Capital Management/MAVCAP), dan Rama Mamuaya (DS/X Ventures) dimoderatori oleh Eudora Wang DealStreetAsia).

BEYOND Expo 2023

Terkait iklim investasi, Rama Mamuaya menyampaikan secara umum saat ini investor punya pilihan dalam berinvestasi ke startup. Berbekal dari pengalaman yang keras saat pandemi, buat pendanaan tahap lanjutan, sekarang investor mulai meminta startup untuk punya laporan keuangan yang baik. Hal tersebut juga berpengaruh pada valuasi. Yang mana, valuasi startup sudah normal, tidak segila dari masa sebelum pandemi.

“Di 2022, banyak perusahaan bagus yang butuh dana, meski secara keuangannya tidak bagus. Dulu mungkin investornya bilang, tidak apa-apa burn money karena kejar pertumbuhan, fundamental nanti saja. Tapi itu bukan berarti perusahaan atau produknya jelek, sekarang mereka mulai ambil langkah pivot untuk menuju capital efficiency.”

Rama menambahkan, karena pihaknya hanya fokus pada pendanaan tahap awal, maka hal-hal yang ia sampaikan setiap bertemu dengan founder startup adalah, bagaimana memastikan mereka tetap punya runway yang cukup setidaknya dalam dua tahun atau sebelum penggalangan dana berikutnya.

“Selain itu, kami juga harus memastikan mereka untuk lebih cepat monetisasi, sedini awal itu lebih baik.”

Pendapat Rama juga didukung oleh Paramjit Singh. Dia bilang, sekarang kondisinya investor punya pilihan untuk lebih selektif berinvestasi. “Jadi, bahkan untuk kami membutuhkan sedikit waktu untuk membuat keputusan sebelum berinvestasi. Justru itu jauh lebih selektif karena kami telah lebih cerdas dalam membuat keputusan,” ucapnya.

DS/X Ventures yang merupakan bagian dari DailySocial.id ini masih terbilang pemain baru sejak Desember 2022. VC ini fokus pada pendanaan startup tahap awal khusus untuk Indonesia saja. Walau masih seumur jagung, portofolionya sudah berjajar nama-nama startup, seperti YOBO, GoCement, Ilmu.com, D3 Labs, Finfra, Faspass, Cards, dan Baskit.

Amy Zhao menuturkan setidaknya ada tiga hal besar yang akan segera terjadi di kawasan ini. Yakni, industri healthcare, konsolidasi pasar, dan ekonomi hijau. “Ekonomi hijau ini bisa didukung dari perkembangan agrikultur yang pesat di Thailand, Indonesia, dan Vietnam, bagaimana teknologi bisa membantu petani dalam membaca iklim yang lebih akurat.” Tutupnya.

Disclosure: DailySocial.id adalah media partner dari BEYOND Expo 2023

Astranauts Conference 2023 dari Astra, Kupas ChatGPT hingga Topik Hangat Terkini

Astranauts Conference 2023 akan digelar pada Kamis, 8 Juni 2023 dengan mengangkat tema  “Building A Sustainable Future Through Technology”. Acara konferensi ini merupakan acara pertama di tahun ini yang juga merupakan bagian dari kompetisi digital yang digelar Astra.

Melansir dari artikel DailySocial.id, Chief of Group Digital Strategy Astra, Paul Soegianto mengungkapkan, sustainability menjadi fokus utama Astranauts 2023 karena inovasi digital dibutuhkan untuk bisa menjawab tantangan bisnis dan teknologi yang dapat berkontribusi pada isu tersebut, yakni tentang bagaimana bisa menghasilkan inovasi berkelanjutan yang bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Selain itu, tema ini juga sejalan dengan cita-cita Astra dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.

Astranauts Conference 2023 sendiri akan berlangsung satu hari penuh, mulai dari pukul 09.00 hingga 19.00 WIB di Catur Dharma Hall Menara Astra, Jakarta. Lebih dari 20 tech leader, pemimpin industri, dan pembuat kebijakan akan berbagi insight menarik di bidangnya masing-masing. Berikut daftar sesi dengan topik yang disajikan beserta para pembicaranya:

Sustainability – Technology to Advance Sustainability Goals

Google APAC Sustainability Committee, Clement Parazon

CEO & Co-Founder Rekosistem

EduTech – Building a Sustainable Edutech Ecosystem in Indonesia

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kemendikbudristek RI, Dr. Muhamad Hasan Chabibie, S.T., M.Si

Jourdan Kamal, Co-Founder Eduqat

Emerging Tech – How ChatGPT Harnesses ABCD-X Technologies

CEO & CTO GDP Labs – CTO GDP Venture On Lee

Healthtech – Transforming Healthcare: Technology to Democratize Access to Healthcare

Setiaji, Chief of Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI

Ponangsera, Head of Digital Product Management & Business PT Bio Farma (Persero)

Jonathan Sudharta, CEO & Co-Founder Halodoc

Agritech – Improving Sustainable Agribusiness through Technology

Rifan Kurnia, VP of Technology & Data at eFishery

Tubagus Syailendra Wangsadisastra, Co-Founder & CEO Chickin

Liris Maduningtya, Co-Founder & CEO JALA Indonesia

Mobility – Transit-Oriented Development: Building a Sustainable Mobility Infrastructure for the Future

Ir. Mohamad Risal Wasal, ATD., MM., IPM, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan RI

Adrianto Andre Djokosoetono, Vice President Director PT Blue Bird Tbk 

Farchad H. Mahfud, Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda)

Fintech – Open Banking and Financial Inclusion in Indonesia: Bridging the Gap

Chiragh Kirpalani, Co-Founder & COO Ayoconnect

Yattha Saputra, Chief Finance Officer DANA

Logistics – Future of Logistics: Reducing Waste and Enhancing Sustainability

Zaldy Ilham Masita, COO Paxel 

Wilson Yanaprasetya, President & Co-Founder Dagangan 

Lexy Ardhyan, VP Ecommerce Sales at Shipper

Media & Entertainment – Virtual Worlds and Beyond The Future of Immersive Entertainment

Manoj Punjabi, Founder & CEO MD Entertainment

Lesley Simpson, Country Head WeTV and iflix Indonesia

Eliawati Flavia, Client Partner at Meta Indonesia

Niken Sasmaya, Chief Business Officer NOICE 

Untuk mendaftarkan diri Anda ke Astranaut Conference 2023, klik link berikut ini

Seperti disebutkan sebelumnya, Astranauts Conference 2023 sendiri merupakan bagian dari Astranauts, sebuah kompetisi untuk pengembangan inovasi di bidang digital dan teknologi bagi kalangan startup dan mahasiswa di Indonesia. Adapun target pesertanya adalah pelaku startup dan mahasiswa aktif dengan jenjang diploma, sarjana, atau magister.

Ada perbedaan persyaratan di antara kedua kategori tersebut. Peserta dari kategori startup harus sudah memiliki Minimum Viable Product (MVP), product traction, serta diperbolehkan pernah menerima pendanaan eksternal dari investor, tetapi tidak melebihi $10 juta (setara nyaris dengan Rp150 miliar).

Sementara, peserta dari mahasiswa dari D3, S1, dan S2, diperbolehkan bekerja secara individu ataupun grup, dan bisa mengajukan ide yang belum diimplementasikan dan belum dikomersialkan.

Para finalis akan mempresentasikan startup atau ide bisnis mereka dalam sesi Demo Day, dan diakhiri dengan Awarding Astranauts 2023 pada 7 Juni 2023 dan dilanjutkan dengan Astranauts Conference pada 8 Juni 2023.

Para pemenang Astranauts 2023 baik dari kategori startup dan mahasiswa bakal memperoleh hadiah uang tunai senilai total ratusan juta rupiah. Selain itu, para pemenang pun akan berkesempatan untuk berkolaborasi dan bergabung menjadi bagian dari komunitas startup Astra (Astra Startup Community).

 

Modalku Fasilitasi “Modal Proyek” untuk Pengadaan Pemerintah

Modalku meluncurkan layanan Modal Proyek yang memfasilitasi pendanaan tambahan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

Country Head Modalku Arthur Adisusanto mengatakan pengadaan menjadi salah satu bidang yang mengalami transformasi signifikan. LPSE dinilai telah merevolusi proses pengadaan tradisional. Di Indonesia, anggaran belanja pemerintah tercatat meningkat tahun ini jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp3.061 triliun.

Besarnya potensi pendanaan di sektor pengadaan pemerintah menjadi salah satu alasan Modalku menghadirkan produk Modal Proyek. Ini menjadi alternatif pendanaan tanpa agunan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE saat menjalankan proyek dari pemerintah. Nominal pendanaan yang ditawarkan hingga Rp1,5 Miliar dengan tenor fleksibel hingga 120 hari sesuai tempo pembayaran proyek.

“Tahun 2023 kami mulai coba masuk ke industri tertentu yang kami rasa memiliki potensi dan berkembang pesat. Salah satunya adalah Modal Proyek, di mana kami lihat ada banyak proyek pengadaan. Bagi pelaku UMKM yang memenangkan LPSE bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan tambahan modal dari Modal Proyek di Modalku,” kata Arthur kepada media dalam acara halal bihalal (16/5).

Beberapa persyaratan bagi pelaku UMKM yang memenangkan tender LPSE, ingin mengajukan tambahan modal di Modal Proyek. Pertama, usaha tersebut sudah harus berupa PT atau CV. Kemudian, beroperasi sekitar satu tahun dan sudah terdaftar sebagai salah satu vendor dari LPSE.

Saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp48 triliun ke lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Angka penyaluran ini dinilai cukup stabil dengan pertumbuhan lebih dari 40% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Modalku juga menyebut mampu menjaga kualitas pendanaan dengan tingkat keberhasilan pengembalian dana (TKB90) per 30 April 2023 di level 95,70%.

“Berbagai upaya pemulihan dilakukan dengan menjaga kualitas pendanaan dan melakukan penagihan secara optimal demi menghindari status pendanaan gagal bayar. Untuk transaksi pendanaan yang sudah berstatus gagal bayar, komunikasi dengan penerima dana terus dilakukan dengan menawarkan proses restrukturisasi. Di sisi lain, proses pengajuan klaim ke asuransi juga dijalankan untuk beberapa transaksi pendanaan lainnya,” kata Arthur.

Dukung bisnis berkelanjutan

Dalam beberapa tahun terakhir, prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) mulai diterapkan sebagai kerangka kerja industri startup di Indonesia. ESG menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan praktik bisnis yang bertanggung jawab.

Sebelumnya, penilaian risiko ESG sudah masuk ke dalam credit assessment UMKM di Modalku. Tahun ini, Modalku memutuskan lebih fokus mendukung UMKM yang menerapka ESG. UMKM yang memenuhi kriteria ESG berkesempatan mendapat dana dari berbagai mitra, mulai dari institusi, pendanaan asing, hingga green fund yang ingin mencari exposure ke Indonesia.

“Praktik ESG di Grup Modalku telah terintegrasi dengan bisnis utama. Salah satunya dengan penilaian risiko ESG ke dalam proses credit assessment penerima dana. Penilaian ini mempertimbangkan risiko lingkungan dan sosial dari calon penerima dana berdasarkan kerangka penilaian risiko ESG di Modalku,” kata Sustainability & ESG Lead Grup Modalku Annette Aprilana.

Pihaknya tidak menutup kemungkinan soal potensi portofolio existing Modalku mendapat prioritas penyaluran dana ESG, demikian juga bagi pelaku UMKM yang baru menerapkan ESG value bisa mendaftarkan diri.

“Portofolio existing Modalku tentu menjadi prioritas kami. Namun, Modalku fokus memberi working capital bagi mereka yang memiliki ESG value. Kami tidak memberikan insentif, tetapi kami menjembatani institusi terkait dan pelaku UMKM yang memiliki nilai ESG untuk mendapatkan modal,” kata Arthur.

Modalku juga meluncurkan kampanye bertajuk #WujudkanMasaDepan di mana penerima dana berpotensi mendapatkan modal usaha hingga Rp2 miliar dari individu atau institusi yang mencari pendanaan) melalui pasar digital. Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dengan nama Funding Societies.

“Kehadiran fasilitas pendanaan, seperti Modal Proyek, serta edukasi terkait pentingnya implementasi ESG untuk keberlanjutan bisnis UMKM, diharapkan dapat mendukung para pebisnis , baik ekspansi maupun penambahan lini bisnis.” Tutup AVP Brand and Communications Modalku Errik Jaya Tirta.

Application Information Will Show Up Here

Startup Pengadaan Barang Konstruksi Quipster Terima Investasi Pra-Seri A dari Chailease Holding

Startup penyedia pengadaan barang konstruksi Quipster mengumumkan telah merampungkan putaran pra-Seri A dengan nilai dirahasiakan. Pendanaan ini dipimpin oleh investor asal Taiwan, Chailease Holding, sekaligus menandai debutnya berinvestasi untuk startup konstruksi di Indonesia.

Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk mendigitalisasi konektivitas rantai pasok industri konstruksi, serta membangun infrastruktur demi memperluas penetrasi pengguna Quipster di kota lapis dua dan tiga.

Quipster merupakan brand baru yang digunakan pasca merger antara Webtrace dan TraktorHub pada tahun lalu.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (17/5), CEO Quipster Erwin Subroto menyampaikan, pasca merger diklaim pihaknya telah membantu lebih dari 500 proyek konstruksi yang tersebar di seluruh Indonesia. Proyek tersebut mendongkrak revenue perusahaan hingga 300% secara year-on-year.

“Memiliki 8.000 alat berat dan commercial vehicles berteknologi IoT, serta lebih dari 500 kontraktor dan toko bangunan yang bergabung dalam ekosistem kami. Quipster siap mendigitalisasi rantai pasok industri konstruksi Indonesia dengan solusi pengadaan bahan dan alat konstruksi satu atap,” terang Erwin.

Chief Strategy Officer Chailease Holding Kevin Lao menjelaskan, Indonesia menduduki posisi keenam sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, dengan total hampir 2.500 startup. Akan tetapi, tidak banyak yang dapat memecahkan masalah di industri konstruksi. Quipster, menurutnya, hadir untuk membuat industri tersebut lebih terintegrasi dari hulu ke hilir.

“Terbukti, Quipster mencatatkan pertumbuhan yang positif dengan menyinergikan konstruksi dan teknologi. Kami yakin Quipster dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan industri konstruksi Indonesia yang memiliki peluang luar biasa,” kata Liao.

Chailease adalah perusahaan leasing di Taiwan dengan jangkauan bisnis di Tiongkok dan Asia Tenggara. Produk keuangannya cukup komprehensif untuk pelaku UKM, seperti penyewaan peralatan dan transportasi, angsuran penjualan, putang, dan berbagai solusi pembiayaan korporasi lainnya.

Industri konstruksi

Kinerja industri konstruksi Indonesia diproyeksi bakal terus meningkat. Total pasar konstruksi Indonesia mencapai $244,4 miliar pada 2022, dengan proyeksi CAGR lebih dari 5% selama 2024-2027. Pertumbuhan ini didukung oleh berbagai faktor, salah satunya lonjakan investasi pemerintah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030.

Dua hal tersebut merupakan bagian dari tiga penggerak industri konstruksi ini, yaitu residensial, industrial, dan infrastruktural.

“Industri konstruksi sangat berpotensi. Contohnya, di sektor residensial, rumah yang dibangun lewat Program Sejuta Rumah pada 2022 mencapai 1,1 juta unit. Sayangnya, industri konstruksi menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari kurangnya konektivitas antara kontraktor dengan penyedia peralatan konstruksi dan toko bahan bangunan untuk proyek konstruksi di kota-kota non-metropolitan, hingga problem klasik kesulitan dalam mengatur cash flow,” terang COO Quipster David Hartono.

Ia melanjutkan, “Kurangnya konektivitas dalam rantai pasok di industri konstruksi ini berimbas pada biaya logistik yang tinggi dan kurangnya opsi alat berat dan jenis material yang tersedia di area lokal proyek. Tantangan lainnya adalah kurangnya transparansi transaksi, pembelian material, dan utilisasi penggunaan alat berat di proyek konstruksi.”

Melihat tantangan yang ada, platform Quipster memberikan empat kemudahan:

  1. Menghubungkan kontraktor dengan jaringan penyewaan alat berat yang lebih efisien dan transparan;
  2. Pengadaan inventori berkualitas dan digitalisasi operasional toko-toko bahan bangunan dalam memenuhi kebutuhan kontraktor di kota-kota tier dua dan tiga;
  3. Membantu kontraktor memenuhi kebutuhan material bangunan melalui channel digital dan jaringan toko-toko bahan bangunan yang terafiliasi dengan Quipster, dan;
  4. Pembiayaan dengan fitur pengaturan pembayaran bagi kontraktor dan toko bahan bangunan dalam platform Quipster.

“Kontraktor yang bergabung menggunakan layanan kami untuk mencari persewaan alat berat dan bahan bangunan dapat menghemat biaya procurement dan delivery hingga 25%. Toko bahan bangunan pun mendapatkan akses ke inventori berkualitas dan fast moving dengan dukungan pengiriman hingga ke pintu toko mereka, dengan harga yang lebih terjangkau hingga 15% dan berbagai opsi pembayaran dan pembiayaan,“ lanjut Erwin.

Untuk membantu penetrasi servis di kota-kota lapis dua dan tiga, Quipster telah mendirikan tim dan infrastruktur pemasaran dan operasional di Lampung yang notabene adalah pintu masuk dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Dengan infrastruktur ini, Quipster mampu meningkatkan konektivitas antara toko bahan bangunan dengan lebih banyak pilihan jenis material yang dapat ditawarkan di area lokal.

Jaringan toko bahan bangunan dalam platform Quipster tersebut juga akan dapat memasarkan produk mereka kepada kontraktor yang memiliki proyek di pulau Sumatera.

BMoney Perluas Produk Investasi Saham

PT Buka Investasi Bersama (BIB), perusahaan patungan antara Bukalapak dan Ashmore Asset Management Indonesia, memperluas produk investasi saham di dalam platform BMoney. Fitur saham tersebut hadir berkat kemitraan dengan PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia. Sebelumnya BMoney baru menyediakan produk investasi reksa dana dan obligasi.

Tak hanya sediakan fitur jual beli saham, kini BMoney juga mulai menggarap segmen nasabah premium dengan nama layanan BMoney Priviledge. Diklaim kolaborasi antar kedua perusahaan tersebut adalah pertama kalinya antara platform teknologi dengan perusahaan sekuritas di Indonesia.

Hal itu memungkinkan, lantaran BIB juga baru mengantongi izin sebagai MPPE (Mitra Pemasaran Perantara Pedagang Efek) level II dari OJK. Dalam ketentuan, MPPE adalah pihak yang menyediakan layanan pemasaran Perantara Pedagang Efek kepada nasabah dan/atau calon nasabah berdasarkan kontrak kerja sama.

“Dengan menggabungkan pengalaman dan expertise CGS-CIMB Sekuritas Indonesia dengan ketangguhan platform teknologi BMoney dalam memfasilitasi kebutuhan investasi pada penggunanya, kami melihat kemitraan ini sebagai langkah yang strategis dalam mendorong habit investasi saham yang tepat dan aman di Indonesia,” ucap President Director PT CGS-CIMB Indonesia Lim Kim Siah saat konferensi pers peluncuran BMoney Saham di Jakarta, Selasa (16/5).

CEO BukaFinancial & Commerce Bukalapak Victor Lesmana menyampaikan, melalui kehadiran fitur Saham dan BMoney Priviledge, diharapkan dapat memberikan layanan yang inklusif bagi lebih banyak masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai kebutuhan investasi. “Hal ini juga bagian dari tujuan BMoney untuk membantu masyarakat dalam menemukan pilihan produk investasi yang aman dan sesuai kebutuhan mereka” kata Victor.

Turut hadir dalam peresmian tersebut, Director of Trading and Membership BEI Irvan Susandy. Ia mengapresiasi kolaborasi perdana antara perusahaan teknologi dengan sekuritas ini, dalam rangka mendongkrak jumlah investor ritel baru. Berdasarkan data BEI, sepanjang tahun lalu dari total investor sebanyak 50% di antaranya berasal dari investor ritel.

“Berdasarkan kemampuan dari value-nya [investor ritel] ini cukup besar. Walau agak melambat di 2023 karena mereka sudah mulai kembali ke aktivitas normal, tapi tetap tertinggi dari masa sebelum terjadi pandemi. Semoga momentum ini bisa terus di pelihara sehingga partisipasi investor ritel, institusi, dan asing tetap terjaga,” terangnya.

Fitur BMoney

COO PT Buka Investasi Bersama Dhinda Arisyiya menjelaskan, mengutip dari data BEI di 2022, tercatat jumlah investor dalam negeri di pasar modal Indonesia tumbuh secara signifikan mencapai 10 juta single investor identification (SID) dan jumlah investor saham sebanyak 4 juta SID yang terdaftar.

Mengacu pada data tersebut dan data internal BIB, disimpulkan bahwa terdapat ketertarikan yang tinggi terhadap investasi saham terutama dari kalangan non-investor dan potensi yang masih sangat besar dalam meningkatkan penetrasi investor saham di tanah air.

“Oleh karena itu, fitur transaksi saham pada BMoney kami rancang untuk mengakomodir kebutuhan pengguna dan meningkatkan habit investasi yang sehat bagi para pengguna dalam mencapai tujuan finansialnya,” terangnya.

Adapun untuk BMoney Privilege, pihaknya menyediakan kemudahan pengalaman investasi untuk membantu para investor dalam mengembangkan asetnya. Investor akan diberikan akses ke portofolio, real-time data insight, dan berita-berita terbaru seputar bursa saham, dukungan dari para tenaga pemasar, kesempatan untuk melebarkan jaringan, serta opsi-opsi investasi yang terdiri dari pilihan reksa dana dari beragam kelas aset.

Diklaim sejak BMoney dirilis pada 2020, telah melayani hampir satu juta investor dengan total dana kelolaan mencapai lebih dari Rp1 triliun. Dana kelolaan ini disebutkan tumbuh tiga kali lipat sepanjang 2022. Kemudian, dari data investor ternyata sekitar 60% datang dari kelompok usia produktif 20-45 tahun dan
40% dari total investor adalah investor pemula (first time investor).

“Berangkat dari pertumbuhan ini, kami ingin memperluas layanan kami dalam memfasilitasi lebih banyak lagi kebutuhan investasi masyarakat,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Tutup Dana Kelolaan Growth Plus 3,7 Triliun Rupiah

Pada hari ini (16/5), East Ventures mengumumkan telah menutup penggalangan dana kelolaan baru dinamai Growth Plus sebesar $250 juta (lebih dari 3,7 triliun Rupiah). Dana tersebut secara khusus akan menargetkan pada pendanaan tahap lanjutan dalam ekosistem East Ventures yang menunjukkan potensi kuat.

Tidak disebutkan LP dalam dana kelolaan tersebut. Namun perusahaan menyampaikan, pendanaan ini memperlihatkan kepercayaan LP terhadap strategi investasi East Ventures. Dua dana kelolaan di Seed dan Growth telah menerima pengembalian yang baik dan telah diperpanjang hingga $585 juta (lebih dari 8,6 triliun Rupiah). Ini membuat total dana yang telah dihimpun East Venturese sejak tahun lalu menjadi $835 juta (lebih dari 12,3 triliun Rupiah).

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan, strategi kelas multi-aset East Ventures menggarisbawahi komitmennya untuk mendukung perusahaan teknologi di berbagai tahap perkembangan mereka.

“Dengan penutupan pendanaan terbaru ini, East Ventures berada di posisi yang tepat untuk mendorong inovasi, mendorong kewirausahaan, dan memberikan dampak positif bagi ekosistem startup yang dinamis di Indonesia dan sekitarnya,” tulis perusahaan.

Dipaparkan saat ini perusahaan portofolio East Ventures telah menunjukkan daya tarik yang menjanjikan. Sebanyak 60% dari portofolio berada dalam pertumbuhan EBITDA positif atau jalur yang sangat jelas menuju EBITDA positif, dan lebih dari 40% dari mereka memiliki runway setelah 2025.

“Perusahaan akan terus berinvestasi di perusahaan tahap awal dan tahap pertumbuhan melalui dana Seed and Growth, sementara dana Growth Plus akan memberi perusahaan portofolio East Ventures sumber daya untuk meningkatkan dan mencapai potensi penuh mereka,” tutup perusahaan.

East Ventures merupakan salah satu VC paling aktif berinvestasi di Indonesia. Dalam paparan sebelumnya, disampaikan hingga kuartal I 2023, sebanyak 20 startup yang telah didanai. Sebesar $6,7 miliar masuk ke dalam kategori investasi lanjutan (follow-on funding).

East Ventures juga sudah mengantongi $86 miliar annualized GMV dengan $1 miliar Asset Under Management (AUM). Tercatat sebanyak 90% portofolio mereka telah memiliki margin yang positif.

Sejak didirikan pada 2009, East Ventures telah bertransformasi menjadi sebuah platform holistik yang menyediakan investasi tahap awal hingga tahap lanjutan ke lebih dari 300 perusahaan teknologi di Asia Tenggara.

East Ventures merupakan investor pertama unicorn Indonesia, yaitu Tokopedia dan Traveloka. Perusahaan lainnya yang tergabung dalam portofolionya, di antaranya Ruangguru, SIRCLO, Kudo (diakuisisi oleh Grab), Loket (diakuisisi oleh Gojek), Tech in Asia, Xendit, IDN Media, MokaPOS (diakuisisi oleh Gojek), ShopBack, KoinWorks, Waresix, dan Sociolla.

Apakah Industri Healthcare di Indonesia Akan Booming Seperti Tiongkok?

Bukan jadi rahasia umum bahwa kondisi ekonomi internet di Indonesia pada saat ini adalah cerminan dari lima tahun sebelumnya di Tiongkok. Selain dikarenakan geopolitik, hubungan ekonomi, budaya, hingga historis di Tiongkok juga banyak mempengaruhi Indonesia.

Contoh terdekatnya, bisa dilihat dari perkembangan tren industri internet, mulai dari e-commerce dan fintech. Keduanya kini sudah jadi industri yang besar, dan industri lain akan mengikutinya. Salah satu industri yang kian besar di negara Tirai Bambu tersebut adalah healthcare, pemicu besarnya sejak pandemi tiga tahun lalu.

Industri terhangat ini menjadi salah satu dari tiga topik besar yang diangkat dalam pameran dan konferensi teknologi BEYOND Expo 2023, Macau, setelah sustainability dan consumer tech. Berbagai diskusi pun digelar untuk melihat semasif apa industri ini di Tiongkok dan bagaimana tren ke depannya. Berikut rangkumannya:

Didukung populasi besar

Dalam diskusi panel berjudul “International Market Opportunities for Chinese Healthcare Companies,” menghadirkan EVP Fosun International Li Haifeng dan CFO Livzon Zhang Wenze sebagai panelis, pada hari kedua gelaran BEYOND Expo 2023.

Li menjelaskan, Tiongkok sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia dengan populasi 1,4 miliar orang, menawarkan pasar yang sangat besar bagi industri farmasi. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah terus menekankan penduduknya pada peningkatan mata pencaharian dan harapan hidup masyarakat yang sangat berdampak besar bagi industri ini.

Sumber: BEYOND Expo 2023

Menurutnya, perusahaan Tiongkok cenderung mendapatkan pasar yang lebih besar jika mereka mengadopsi pendekatan global dengan menanamkan teknologi terdepan yang dikombinasikan dengan etika kerja lokal. Didukung pula dengan fasilitas R&D, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengeksplorasi pertumbuhan pasar yang lebih besar dan juga memperluas peluang pasar.

Fosun itu sendiri merupakan perusahaan farmasi dengan empat produk unggulannya: Artesun, obat malaria yang ditemukan oleh pemenang Nobel Tu Youyou; vaksin mRNA Comirnaty untuk COVID-19 yang diproduksi bersama dengan perusahaan Jerman BioNTech; Axicabtagene Ciloleucel Injection, produk terapi sel CAR-T yang dikembangkan untuk pengobatan limfoma stadium akhir; dan Azvudine, obat antivirus yang digunakan untuk mengobati COVID-19.

Zhang menambahkan, dari pengalamannya selama 20 tahun bekerja di industri ini, disimpulkan bahwa industri farmasi seperti manufaktur, pangan, dan pertanian, karena punya siklus. Namun industri farmasi dapat melampaui siklus pasar.

“Namun, selama tiga tahun pandemi, kami telah mengamati beberapa perubahan baru. Hukum biofarmasi yang melampaui siklus pasar tampaknya telah gagal, dan kini memasuki siklus yang aneh, yang mana ini dibutuhkan waktu yang sangat lama dan banyak investasi modal untuk mengkomersialkan teknologi baru, seperti obat molekul kecil, terapi sel, dan imunoterapi.”

Dia melanjutkan, “Saat ini, pasar modal lebih berfokus pada jalur khusus, dan tren berubah setiap tahun: dari perangkat ke mRNA hingga manufaktur AI, dan masing-masing cenderung menarik gelombang pendanaan.”

Hal ini menyebabkan munculnya beberapa proyek yang hanya melayani investor VC dan PE, meskipun banyak dari mereka tidak dapat menjelaskan model bisnis dasar mereka dan hanya mengandalkan konsep tersebut untuk mengamankan pembiayaan.

Ada kecenderungan ketidaksabaran di bidang medis karena pengusaha dan investor menuntut pengembalian yang melebihi proyeksi perkembangan alami industri. Alhasil mengakibatkan fenomena mencoba mendapatkan hasil yang cepat dan menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Zhang juga menunjukkan bahwa AI kemungkinan akan menjadi kekuatan yang signifikan dalam mendisrupsi sistem healthcare dan akan menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam pengembangan biofarmasi selama 10 tahun ke depan.

“Banyak teknologi yang masih dalam tahap belum diverifikasi atau dipalsukan, sehingga investor dan pelaku industri perlu waspada dan fokus pada teknologi yang benar-benar dapat diimplementasikan dan membantu pasien menyelesaikan masalah segera, bukan hanya gimmick yang menjanjikan,” ujarnya.

Sudut pandang konsumen

Sumber: BEYOND Expo 2023

Kemudian, dalam diskusi panel sebelumnya yang mengangkat judul “Emerging Trends and Opportunities in Biotechnology” mengundang GM AstraZeneca Hong Kong Wu Shan dan GM Lianblo APAC Raphael Ho sebagai panelis. Dalam kesempatan tersebut, Shan menjelaskan pasca pandemi membuat perusahaan farmasi semakin giat melakukan R&D karena variasi penyakitnya, mulai dari asma dan gangguan pernapasan, makin beragam.

“Kondisi sekarang sama sekali berbeda dari 10 tahun yang lalu. Faktanya, kami sukses dalam beberapa tahun terakhir, melalui penelitian mandiri, kerja sama, dan memperkenalkan semua pekerjaan yang baik ini dalam memperluas obat inovatif kami,” kata dia.

Hanya saja yang terpenting bagi perusahaan farmasi dalam membuat strategi dan keputusan, selalu memulai dari sudut pandang konsumen. Kognisi tersebut ia nilai sangat baik, karena sudah sangat jelas bahwa perusahaan farmasi tidak mungkin bisa membantu pasien menyelesaikan semua masalah yang ada di dalam tubuh mereka.

“Jadi inilah mengapa kami terus bekerja sama dengan berbagai mitra di seluruh ekosistem.”

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Indeks Keamanan Kesehatan Global 2021, yang dirilis oleh John Hopkins Center for Health Security, Nuclear Threat Initiative, dan Economist Intelligence Unit, Indonesia menempati peringkat 45 dari 195 total negara, jauh tertinggal dari negara terdekatnya, Singapura (24) dan Malaysia (27). Indeks tersebut mengukur kapasitas 195 negara untuk bersiap menghadapi epidemi dan pandemi.

Artinya, pandemi COVID-19 menjadi peringatan bagi Indonesia untuk mereformasi sistem kesehatannya. Pemerintah pun merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) pada 2021 dengan membuka peluang bagi investor asing di sebagian besar lini vertikal sektor kesehatan, khususnya layanan penunjang kesehatan.

Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menginisiasi Strategi Transformasi Digital Bidang Kesehatan 2020-2024, yang bertujuan untuk mengubah sistem pelayanan kesehatan menjadi model yang lebih efisien, efektif, dan berpusat pada pasien. Salah satu inisiatif utama dari strategi ini adalah platform SATUSEHAT (sebelumnya PeduliLindungi).

Seperti diketahui, kekurangan tenaga medis menjadi salah satu kendala utama dalam mencapai pemerataan akses pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa hingga 2021, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

Dengan infrastruktur kesehatan yang tidak memadai, negara ini memiliki pengeluaran kesehatan per kapita yang lebih tinggi di daerah dengan jumlah fasilitas kesehatan yang lebih sedikit karena memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk mobilisasi pasien.

“Kami memiliki keyakinan kuat bahwa inovasi biotek dapat membantu mengatasi masalah kesehatan yang telah ada di Indonesia selama bertahun-tahun. Nalagenetics dan Nusantics merupakan startup biotek yang memiliki metodologi berbeda dalam menyelesaikan permasalahannya. Kedua pendiri startup ini memiliki latar belakang yang kuat di bidang sains dan industri biotek, yang merupakan aset integral bagi perusahaan,” kata Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto dalam situs resmi East Ventures. Kedua startup biotek ini didukung oleh East Ventures.

Disclosure: DailySocial.id adalah media partner dari BEYOND Expo 2023

Titip Resmi Meluncur, Jembatani Kebutuhan Jasa Kapal Logistik

Logistik memainkan peran penting dalam industri maritim, memfasilitasi pergerakan barang dari berbagai negara. Dengan meningkatnya permintaan moda transportasi yang efisien dan mulus, sektor logistik terus bertransformasi dengan berbagai inovasinya. Khusus di segmen maritim, startup bernama “Titip” hadir sebagai platform yang ingin menghadirkan solusi secara end-to-end kepada pemain logistik di Indonesia.

Startup yang lahir dari venture builder Wright Partners ini, resmi meluncur menawarkan layanan kepada target pengguna. Mengedepankan teknologi yang didukung oleh artificial intelligence, Titip berkonsep marketplace B2B logistik maritim.

Ingin maksimalkan kinerja kapal logistik

Berdasarkan Logistics Performance Index (2023) yang diterbitkan Bank Dunia, Indonesia masih berada di peringkat 61, di bawah negara tetangga ASEAN seperti Malaysia di 26, Thailand di 34, dan Vietnam di 43. Hal ini menunjukkan masih banyak yang perlu ditingkatkan dari industri logistik tanah air untuk mengejar ketertinggalan ini.

Beberapa masalah yang saat ini hadir di dunia logistik adalah mismatch antara supplydemand kebutuhan logistik. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan tingkat utilisasi moda transportasi pemilik kapal tidak optimal. Dibarengi dengan proses dokumentasi yang belum sepenuhnya efisien, berdampak pada tingginya biaya logistik.

Saat acara peluncuran (15/5), Business Development Manager Titip Fernando Budiargo mengungkapkan, saat ini masih banyak pemilik kapal atau mereka (transporter) belum secara maksimal menggunakan kapal mereka. Di sisi lain para perusahaan penyewa (charterer) masih kesulitan untuk menemukan kapal yang sesuai dengan kebutuhan untuk pengiriman kargo mereka.

Inovasi inilah yang ingin dihadirkan oleh Titip melalui solusi teknologi, dengan misi mendorong proses operasi logistik maritim yang lebih efisien serta lebih transparan.

“Di platform Titip, pengguna akan dapat mengiklankan kargo/kapal mereka dan mencari kargo/kapal sesuai kebutuhan. Pengguna juga akan melakukan transaksi logistik end-to-end secara digital mulai dari pemesanan, penyusunan kontrak, pelacakan hingga pelunasan transaksi,” kata Fernando.

Saat ini Titip telah mendapatkan pendanaan awal dari investor yang enggan untuk disebutkan namanya. Fokus di debut awal mereka mengakuisisi lebih banyak mitra pemilik kapal untuk bergabung platform, sekaligus menawarkan lebih banyak layanan kepada pemilik kargo. Perusahaan hingga saat ini masih menggodok formula yang tepat strategi monetisasi yang ideal untuk mereka terapkan kepada pemilik kapal dan pemilik kargo.

Penerapan teknologi AI

Secara khusus Titip menghadirkan serangkaian teknologi logistik seperti matchmaking algorithm, digital contracting, real-time monitoring melalui geolocation dan digital documentation yang telah terintegrasi dalam satu platform. Pengguna akan mendapatkan banyak manfaat yang diperoleh, antara lain peningkatan skala bisnis melalui perluasan jaringan usaha serta meningkatkan kapasitas operasi melalui pencarian kapal tambahan dari jaringan yang terverifikasi.

Titip melakukan verifikasi untuk setiap pengguna yang terdaftar, untuk menjamin rasa aman dalam melakukan transaksi. Dan untuk memastikan transparansi layanannya, pengguna akan selalu dapat mengakses dokumen transaksi yang tersimpan secara digital. Di samping itu, Titip memiliki dukungan pelanggan yang tersedia, yang bisa disampaikan kepada account manager dan sales support yang dapat membantu seluruh transaksi atau kegiatan operasional yang terjadi di dalam platform.

Perusahaan menargetkan menjadi one-stop-shop untuk seluruh hal yang berkaitan dengan transaksi di logistik komoditas (seperti batu bara, nikel, CPO/kelapa sawit), termasuk di pembiayaan, pelacakan karbon, dan keagenan. Saat ini Titip bisa diakses melalui website, namun ke depannya perusahaan memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi kepada target pengguna.

“Guna mempercepat proses inovasi, Titip telah berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan terkemuka seperti Microsoft melalui program Microsoft for Startups Founders Hub. Dalam program ini, Titip bekerja secara dekat dengan para ahli dari tim Digital Native Microsoft untuk mendesain arsitekturnya menggunakan teknologi dan tools mereka. Tujuannya jelas, untuk memberdayakan sektor logistik di Indonesia, dan mendorong kemajuan ekonomi serta sosial tanah air,” kata Fernando.

Dukungan Wright Partners

Titip merupakan portofolio pertama dari Wright Partners yang fokus menghadirkan solusi terpadu untuk logistik maritim. Dilihat dari potensi yang ada, Wright Partners melihat apa yang dihadirkan oleh Titip memiliki potensi untuk mencapai profitabilitas, sesuai dengan visi dan fokus dari mereka.

Partner Wright Partners Rangga Maharga mengungkapkan, fokus mereka mencari pasar yang masih memiliki permasalahan yang besar, dan bagaimana startup tersebut bisa menemukan solusi.

“Kami melihat saat ini logistik maritim masih besar pasarnya dan belum banyak yang mencoba untuk menghadirkan layanan kepada pihak terkait. Titip menjadi platform pertama yang menghadirkan solusi secara tersebut, dengan tujuan akhir yaitu membantu para pemain di industri terkait. Mulai dari membantu untuk ekspor hingga menemukan biaya yang terjangkau,” kata Rangga.

Didirikan oleh Arnold Egg dan Ziv Ragowsky, Wright Partners mendirikan venture builder yang beranggotakan serial entrepreneurs dan experts dalam industri teknologi. Sebagai entitas yang fokus pada kegiatan venture building, model bisnis yang ditawarkan oleh Wright Partners cukup berbeda dan unik. Perusahaan bekerja sama dengan korporat untuk membantu mereka dalam menjalankan corporate innovationDua layanan yang ditawarkan mencakup Corporate Venture Building dan CVC as a Service.