MDI Ventures Memperkenalkan “eMerge”, Program untuk Fasilitasi Jaringan Angel Investor di Indonesia

Perusahaan ventura milik Telkom Group, MDI Ventures, meluncurkan platform eMerge yang dapat menghubungkan jaringan angel investor dan startup di Indonesia. Platform ini menutup kesepakatan pertamanya yang diperoleh startup livestreaming game Gox dengan nominal yang dirahasiakan.

eMerge merupakan platform yang difasilitasi oleh MDI Ventures untuk mempertemukan angel investor dan startup tahap awal (early stage) di Indonesia. MDI enggan menyebut jumlah angel investor yang telah bergabung ke platform eMerge.

Partner di Centauri MDI-KB Kenneth Li mengatakan, pihaknya ingin membuka kesempatan kepada angel investor untuk berinvestasi di startup lokal. Ia melihat selama ini startup tidak selalu bertemu dengan angel investor yang tepat untuk membangun bisnis.

Selain itu, ekosistem angel investor di Indonesia kurang terekspos karena mereka cenderung menutup identitasnya ketika berinvestasi. Berbeda dengan kiblat industri digital dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok yang sudah terbentuk jaringan angel investor-nya.

“Maka itu, kami ingin bantu develop ekosistem ini. Angel investor dapat membawa startup yang mereka temui ke dalam platform ini,” ungkap Kenneth saat dihubungi oleh DailySocial.id.

Tidak ada kriteria khusus bagi angel investor yang ingin berinvestasi melalui platform ini. Namun, Kenneth menambahkan bahwa MDI akan ikut memberikan pendampingan kepada para angel investor ini.

“Kami akan assist dan educate, tetapi angel investors lead the investment. Mereka yang melakukan negosiasi dengan startup. Kami bantu di aspek legal dan due dilligence,” ungkapnya.

Sedikit informasi, eMerge memiliki ketentuan periode investasi dari 1-10 tahun dengan target return sekitar 2,6 kali dalam 3,5 tahun dan internal rate of return (IRR) tahunan sebesar 27%.

Ekosistem angel investor di Indonesia

Berdasarkan laporan Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) di 2020, ekosistem angel investor di Indonesia saat ini masuk fase bertumbuh (growing), bersama dengan Filipina, Thailand, dan Vietnam. Sementara ekosistem angel investor di negara tetangga, Malaysia dan Singapura, sudah ada di fase mature.

Di Indonesia, ANGIN merupakan organisasi jaringan angel investor terbesar di Indonesia yang memiliki 130 klien investor, termasuk 80 angel investor individu. Dari jumlah tersebut, ANGIN telah mengumpulkan lebih dari 200 investor tahap awal yang terlibat dalam pendanaan.

Meski VC sudah mulai bermain di ticket size kecil, Impact Investment Lead ANGIN Benedikta Atika menilai bahwa angel investor punya peran yang lebih relevan, terutama bagi startup tahap awal.

Ada beberapa faktor yang melandasi hal ini, yakni fleksibilitas angel investor dalam memberikan dukungan di luar kapital serta minat angel investor untuk memberi dukungan ke sektor niche (misal less-tech enabled model, social impact) yang selama ini dianggap kurang menarik oleh investor pada umumnya.

Dalam jajaran angel investor yang bergabung di ANGIN, terdapat investor institusi yang datang dari VC, keluarga konglomerat, korporat, impact investor, dan organisasi. Sementara dari kalangan individu, datang dari pengusaha, HNWI (High-Net-Worth-Individuals), dan figur publik. Sebesar 80% dari total klien ANGIN adalah orang Indonesia.

Sebelumnya, Founder & CEO Kenangan Kapital Edward Tirtanata juga sempat menyinggung tentang minimnya akses untuk terhubung dengan angel investor di Indonesia. Ia menilai eksistensi angel investor di Indonesia sebetulnya bukannya tidak ada, hanya saja mereka cenderung tak ingin terekspos namanya. Edward sendiri telah menjajal peran baru sebagai angel investor lewat Kenangan Fund selama dua tahun terakhir.

DSConnect: Menjembatani Startup dan Investor

Mencetak sekitar 12 unicorn dan 57 centaur pada tahun 2021 adalah bukti bahwa ekosistem startup Indonesia telah berhasil melewati dekade pertamanya. Bahkan di masa pandemi.

Industri teknologi telah terbukti menghasilkan nilai ekonomi yang besar dan membangun kekayaan secara global, memberdayakan berbagai sektor untuk mengoptimalkan potensi mereka melalui teknologi. Meskipun daftar perusahaan rintisan dengan valuasi besar terus bertambah, masih banyak founder generasi baru bermunculan dengan keterampilan yang lebih solid dan pemahaman yang lebih baik tentang industri ini.

DSConnect dari DailySocial.id diluncurkan untuk menjembatani startup dan investor. Dengan DSConnect, investor dapat menemukan daftar pendiri startup yang saat ini melakukan penggalangan dana dengan detail perusahaan, pendiri serta tahapan penggalangan dana. Dengan mengklik tombol, pendiri dan calon investor yang tertarik akan menerima email pengantar yang dapat diarahkan ke diskusi lebih lanjut.

Kami percaya melalui marketplace pendiri dan investor ini, kami harus menjaga kualitas entitas semurni mungkin. Jadi untuk saat ini, kami akan mengkurasi kedua belah pihak: investor dan pendiri yang melakukan penggalangan dana. Detail untuk melamar sebagai pendiri dan investor ada di situs web.

Kami juga percaya bahwa sekarang adalah momentum untuk DSConnect. Kami melihat pertumbuhan pesat dalam dana yang dikelola serta perluasan hipotesis investasi modal ventura. Selain itu, ada tren di antara para pendiri, serial entrepreneur, dan pemimpin startup yang juga menjadi angel investor untuk berpartisipasi dalam putaran investasi ke startup tahap awal.

DSConnect dapat diakses melalui https://connect.dailysocial.id/, dimana Anda dapat mendaftar dan login menggunakan akun DailySocial Anda. Saat ini, platform sepenuhnya gratis dan tidak dikenakan biaya, karena kami berharap dapat menjadi pusat investasi untuk startup tahap awal dan komunitas investasi.

Jika Anda adalah pendiri startup dan masih melakukan penggalangan dana, silakan pilih opsi “Connect to Investor” dan beri tahu kami lebih lanjut tentang startup Anda dan rencana penggalangan dana.

Sementara itu, jika Anda seorang pemodal ventura atau investor angel, silakan “Apply as Investor” dan paparkan sedikit informasi tentang Anda sebagai bagian dari penilaian kami di dalam platform. Kami menjalankan proses kurasi yang ketat untuk memastikan datar investor dan penggalangan dana adalah perusahaan-perusahaan rintisan dan para investor luar biasa yang layak untuk dihubungkan. Proses ini mungkin memakan waktu beberapa hari, namun kami berupaya melakukannya secepat mungkin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

DSConnect: Connecting Startups and Investors

About 12 unicorns with 57 centaurs in 2021 prove that Indonesia’s startup ecosystem has successfully passed its first decade. Even during the pandemic.

The tech industry has proven to generate great economic value and wealth creation globally, empowering various sectors to optimize their potential through technology. Although the list of startups with huge valuations continues to grow, the new generation of founders is still appearing with a more solid skillset and a better understanding of the industry.

DSConnect from DailySocial.id is launched to bridge between startups and investors. Using DSConnect, investors can find a list of startup founders currently fundraising with the details of the company, founders as well as the fundraising. With a click of a button, founders and interested potential investors can get an email introduction they can follow up with further meetings.

We believe that in this marketplace of founders and investors, we have to keep the quality of entities as pure as possible. So for now, we will be curating both sides: investors and fundraising founders. Details for applying as founders and investors are on the website.

We also believe that now is the right moment for DSConnect. We see rapid growth in managed funds as well as the expansion of the venture capital investment hypothesis. In addition, there is a trend among founders, serial entrepreneurs and startup leaders who also become angel investors to participate in investment rounds to early-stage startups.

DSConnect can be accessed via https://connect.dailysocial.id/, where you can register and login using your DailySocial account. The platform is completely free to access for now, as we hope to become an investment hub for early-stage startups and the investment community.

If you are a startup founder and are still fundraising, please select the “Connect to Investor” option and tell us more about your startup and the fundraising.

Meanwhile, if you are a venture capitalist or angel investor, please “Apply as Investor” and give us a little bit of information about you before we decide to admit you to the platform. We go through a tight curation process to make sure the fundraising and investors list contains awesome startups and investors worth connecting so it might take us a few days, but we’re doing it as fast as we can.

Karyakarsa Raih Pendanaan Awal 7 Miliar Rupiah dari Accelerating Asia, Sketchnote Partners, dan Sejumlah Angel Investors

Pasar apresiasi kreator Karyakarsa telah mengumpulkan pendanaan putaran awal senilai $498.000 atau Rp7 miliar dari Accelerating Asia, Sketchnote Partners, serta angel investor ternama. Perusahaan akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan fitur baru dan menjajaki pasar regional.

Menurut penuturan Co-Founder dan CEO Karyakarsa, Ario Tamat, platform tersebut telah melayani lebih dari 35.000 kreator, mulai dari jurnalis, model, ilustrator, artis 3D, dan masih banyak lagi. Karyakarsa juga memiliki lebih dari 275.000 pengguna terdaftar sebagai penggemar/pendukung.

Seperti Patreon dan Tribe, Karyakarsa memungkinkan kreator untuk memonetisasi karya mereka dengan membangun basis penggemar. Mereka dapat menjual kreasi mereka dan mendapatkan dukungan langsung melalui platform. Kreator akan mendapatkan 90% dari pendapatan, sedangkan 10% akan dipotong untuk biaya platform.

Karyakarsa didirikan oleh Ario Tamat dan Aria Rajasa Masna pada tahun 2019.

“Pada bulan Oktober saja jumlah transaksi melalui platform KaryaKarsa telah meningkat 60% dari bulan ke bulan dan kami telah meningkatkan jumlah kreator baru di platform sebesar 135%. Dana baru akan memungkinkan kami untuk memperluas penawaran kami dan memberdayakan lebih banyak pembuat konten untuk mengembangkan mata pencaharian yang berkelanjutan. Kami berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan mitra kami terhadap visi kami,” kata Ario.

Inisiatif NFT

Model monetisasi kreator baru terus dieksplorasi, termasuk dengan Non-Fungible Tokens (NFT). Karyakarsa telah bermitra dengan crypto-marketplace Tokocrypto untuk memungkinkan kretor menjual karya mereka melalui NFT Marketplace, TokoMall. Inisiatif serupa kian populer di pasar global.

Beberapa penyesuaian dilakukan, misalnya mengunci harga NFT dengan Rupiah untuk menghindari fluktuasi yang tinggi. Beberapa NFT juga dapat diklaim dengan produk fisik.

Ini menjadi pertanda baik bagi ekosistem kreator Indonesia untuk memonetisasi karya (digital) mereka. Beberapa kreator di Karyakarsa bisa mendapatkan penghasilan Rp30-50 juta per bulan.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Karyakarsa Bags $500,000 Seed Funding from Accelerating Asia, Sketchnote Partners, and Angel Investors

Creator appreciation marketplace Karyakarsa has raised $500,000 or Rp7 billion seed round from Accelerating Asia, Sketchnote Partners, and high-profile angel investors. The company will use the fund to develop new features and explore the regional market.

According to Karyakarsa’s Co-Founder and CEO, Ario Tamat, the platform has served more than 35,000 creators, from journalists, models, illustrators, 3D artists, and many more. Karyakarsa also has more than 275,000 registered users as fans/supporters.

“In October alone the number of transactions via the KaryaKarsa platform has increased 60 percent month on month and we’ve increased the number of new creators on the platform by 135 percent. The new funds will enable us to expand our offering and empower more creators to develop sustainable livelihoods. We are grateful for the trust our partners have placed in our vision,” said Ario.

Like Patreon and Tribe, Karyakarsa allows creators to monetize their works by building a fan base. They can sell their creations and get support directly through the platform. Creators will get 90% of the revenue, while the 10% goes for platform fees.

Karyakarsa is founded by Ario Tamat and Aria Rajasa Masna in 2019.

“As second time founders, the KaryaKarsa team has deep experience in scaling a business with the founders also being creatives themselves. They are positioned to take advantage of existing global disaggregation trends and efficiently help creatives monetise their projects. Having grown the value of transactions through the platform 40 percent in October, KaryaKarsa’s traction is set to continue and Accelerating Asia is proud to be an early investor into the company as they build the creative economy in Indonesia,” Craig Bristol Dixon, General Partner of Accelerating Asia said.

To help KaryaKarsa scale, the company and Board have appointed J. P. Ellis as an official advisor. A seasoned Jakarta-based founder, technology executive and policy leader in the financial technology industry, Ellis said, “KaryaKarsa has achieved product-market-fit in a valuable and fast-growing space in the creative economy. Their growth and success are a proxy for Indonesian creative entrepreneurs. I am honoured to join the team as an advisor and excited about what we can accomplish together to benefit the creative economy and the livelihoods of millions of creators and their families.”

NFT initiative

New creator monetization models are constantly being explored, including with Non-Fungible Tokens (NFT). Karyakarsa has partnered with crypto-marketplace Tokocrypto to enable creators to sell their works through the NFT Marketplace, TokoMall. Similar initiatives are gaining popularity in the global market.

Several adjustments were implemented, for example locking the NFT price with Rupiah to avoid high fluctuations. Some NFTs can be claimed with physical products.

It’s a good sign for Indonesia’s creator ecosystem to monetize their (digital) works. A few creators at Karyakarsa can earn Rp30-50 million per month.

Application Information Will Show Up Here

DishServe Bags Pre Series A Funding, Ready to Expand Partnership

Delivery-focused ghost kitchen platform DishServe announced the closing of pre-series A fundraising this month. Some of the investors participated include Genting Group, Insignia Venture Partners, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, MyAsiaVC, and several angel investors. In 2020, they also received early-stage funding from Insignia.

The company plans to use the fresh funds to plant over 500 outlets in Jakarta and expand to Bandung and Surabaya. In addition, this capital will be used to increase sales channels, develop technology, and conduct curation to increase food options.

DishServe’s Founder & CEO, Rishabh Singhi revealed to DailySocial, Indonesia is a very attractive market with a variety of signature dishes. Cloud kitchens can certainly help F&B brands reach more customers in various geographic areas.

“In a certain way, cloud kitchens have increased the food options available to customers. Delivery only internet kitchen or dark kitchen is the future of the food business,” Rishabh said.

The animo of today’s society to order food online, has encouraged DishServe’s growth which has been functioning as a ghost kitchen. The company recorded sales to grow nearly 20x since its debut. Currently, around 25 brands have joined the DishServe platform.

Strategic partnership

Apart from strategic partnerships with brands such as HongTang, Healthy Box by M Kitchen, and Chicken Pao by FoodStory, DishServe is also working with cloud kitchen platform providers such as YummyKitchen and
Grab Kitchen is leveraging its platform to scale its operations across Jakarta.

In terms of delivery, DishServe currently partnered with third-party platforms such as GrabFood, GoFood, ShopeeFood, and TravelokaEats. Through this partnership, DishServe claims to be able to increase the visibility and exposure of its F&B partners while helping them get more orders.

“Over the past year we have forged deep partnerships with these players that gives DishServe and our partner brands more exposure and visibility compared to other brands listed on the platform. For example if you open the Traveloka app and continue eating, you will find the DishServe banner on the home page which gives us more exposure,” Rishabh said.

In particular, DishServe also provides relevant technology services to its partners. Among these are branding and marketing, inventory management, procurement, enterprise POS solutions, logistics services and warehousing expansion, and logistics services without capital expenditure and low fixed costs.

Apart from SMEs, DishServe has partnered with several well-known chefs in Indonesia to curate savory dishes to be sold under their own brand names. Currently, DishServe sells the Asian Fusion Rice Bowl and a unique blend of cold teas under its own brand.

“There are no big players in the F&B segment after KFC, McDonalds, Pizzahut, Hokben. We have the opportunity to grow a top group of small-scale F&Bs with annual income of less than $100k and have the potential to generate more than $1 million per year,” Rishabh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kantongi Pendanaan Pra-Seri A, DishServe Perluas Kemitraan

Platform ghost kitchen yang fokus kepada pengiriman, pengemasan untuk semua makanan siap saji DishServe bulan ini telah merampungkan penggalangan dana pra-seri A. Beberapa investor yang terlibat termasuk Genting Group, Insignia Venture Partners, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, MyAsiaVC, dan beberapa angel investor. Tahun 2020 lalu mereka juga telah menerima pendanaan tahap awal dari Insignia.

Dana segar tersebut rencananya akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambahkan lebih dari 500 lokasi di Jakarta dan berekspansi ke Bandung hingga Surabaya. Selain itu, modal ini juga akan digunakan untuk meningkatkan kanal penjualan, mengembangkan teknologi, dan melakukan kurasi untuk memperbanyak pilihan makanan.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO DishServe Rishabh Singhi mengungkapkan, Indonesia saat ini merupakan pasar yang sangat menarik dengan pilihan makanan yang beragam. Cloud kitchen tentunya bisa membantu brand F&B menjangkau lebih banyak pelanggan di berbagai wilayah geografis.

“Dengan cara tertentu, cloud kitchen telah meningkatkan pilihan makanan yang tersedia bagi pelanggan. Delivery only internet kitchens atau dark kitchen adalah masa depan bisnis makanan,” kata Rishabh.

Meningkatnya minat masyarakat saat ini untuk melakukan pembelian makanan secara online, telah mendorong pertumbuhan DishServe yang selama ini berfungsi sebagai ghost kitchen. Perusahaan mencatat penjualan telah tumbuh hampir 20x sejak awal kehadirannya. Saat ini DishServe telah memiliki sekitar 25 brand yang telah bergabung dalam platform.

Kemitraan strategis

Selain menjalin kemitraan strategis dengan brand seperti HongTang, Healthy Box by M Kitchen, dan Chicken Pao by FoodStory, DishServe juga bekerja sama dengan penyedia platform cloud kitchen seperti YummyKitchen dan
Grab Kitchen yang memanfaatkan platformnya untuk meningkatkan skala operasi mereka di seluruh Jakarta.

Sementara untuk pengiriman, saat ini DishServe telah bermitra dengan platform pihak ketiga seperti GrabFood, GoFood, ShopeeFood, dan TravelokaEats. Melalui kemitraan ini DishServe mengklaim mampu meningkatkan visibilitas dan eksposur para mitra F&B sekaligus membantu mereka mendapatkan pesanan lebih banyak lagi.

“Selama setahun terakhir kami telah menjalin kemitraan yang mendalam dengan para pemain ini yang memberi DishServe dan brand mitra kami lebih banyak eksposur dan visibilitas dibandingkan dengan merek lain yang terdaftar di platform. Misalnya jika Anda membuka aplikasi Traveloka dan terus makan, Anda akan menemukan spanduk DishServe di halaman beranda yang memberi kami lebih banyak eksposur,” kata Rishabh.

Secara khusus DishServe juga menyediakan layanan teknologi yang relevan untuk mitra mereka. Di antaranya adalah branding dan pemasaran, manajemen persediaan, pengadaan, solusi POS perusahaan, layanan logistik dan ekspansi pergudangan, dan layanan logistik tanpa pengeluaran modal dan biaya tetap rendah.

Selain pelaku UKM, saat ini DishServe juga telah bermitra dengan beberapa koki ternama di Indonesia, untuk mengurasi hidangan gurih yang rencananya akan dijual dengan nama brand mereka sendiri. Saat ini, Dishserve menjual Asian Fusion Rice Bowl dan perpaduan unik dari teh dingin di bawah brand mereka sendiri.

“Tidak ada pemain besar di segmen F&B setelah KFC, McDonalds, Pizzahut, Hokben. Kami memiliki kesempatan untuk menumbuhkan kelompok teratas F&B skala kecil yang memiliki pendapatan tahunan kurang dari $100 ribu memiliki potensi untuk menghasilkan lebih dari $1 juta per tahun,” tutup Rishabh.

Aplikasi Dash Sports Jembatani Pengguna dengan Kegiatan dan Pusat Olahraga

Besarnya minat masyarakat saat ini untuk melakukan olahraga rekreasi ternyata belum didukung dengan platform online yang relevan. Misalnya acara olahraga atau kegiatan rutin klub olahraga. Melihat peluang tersebut, Dash Sports yang didirikan pada tahun 2020 lalu, hadir menjadi platform digital yang menghubungkan penggemar, klub, komunitas, dan kegiatan olahraga di satu wadah.

Kepada DailySocial.id, Founder Dash Sports Alit Aryaguna mengungkapkan, melalui aplikasinya diharapkan bisa mengubah kebiasaan konvensional pemilik klub olahraga untuk mengelola kegiatan dan anggotanya. Dirinya melihat selama ini semua proses masih dilakukan secara manual.

“Melihat tren di era digital ini, saya terinspirasi untuk menciptakan sebuah aplikasi olahraga yang memberi kemudahan bagi penggunanya. Dari mulai pendaftaran, jadwal latihan, jadwal acara, pemesanan, pembayaran, semua hanya dengan sekali klik. Bisa dibilang aplikasi Dash Sports ini merupakan platform digital sports hub pertama di Indonesia, all in one.”

Secara khusus Dash Sports memiliki dua fitur unggulan, yaitu Joint Event dan Booking Kelas. Dash Sports juga menyediakan pilihan pembayaran secara online yang sudah terintegrasi dalam aplikasi. Pengguna dapat mengakses informasi seputar sesi latihan cabang olahraga untuk dewasa maupun anak-anak yang disediakan. Informasi yang bisa didapat dalam aplikasi ini mencakup jenis olahraga, pelatih, harga, jadwal, lokasi, dan durasi latihan.

Pengguna juga dapat mengundang teman, kenalan atau pengguna lain untuk bergabung ke sesi latihan dan kegiatan olahraga yang sudah dipilih. Dash Sports yang hadir saat ini merupakan versi pertama dan dapat diunduh di Google Play Store untuk perangkat Android, dan akan segera tersedia di App Store.

Turut targetkan segmen B2B

Menargetkan segmen B2B, saat ini Dash Sports telah bermitra dengan beberapa klub olahraga. Selain itu, dalam waktu dekat mereka juga akan menjadi mitra penyelenggara acara olahraga, untuk mengelola proses pendaftaran hingga pembayaran di platform.

“Akhir tahun ini kita ingin gerak cepat melakukan scale up bisnis dengan melakukan kegiatan olahraga. Di sisi lain kami juga terus melakukan edukasi kepada pemilik klub olahraga untuk menggunakan platform,” kata Alit

Karena masih baru meluncur dan sedang dalam proses Minimum Viable Product (MVP), perusahaan belum melakukan kegiatan monetisasi dan semua fitur bisa dinikmati secara gratis. Nantinya jika umpan balik dan data yang terkumpul dari versi pertama ini telah didapatkan, akan ditambahkan beberapa fitur baru dan melancarkan rencana monetisasi Dash Sports di versi aplikasi lanjutan.

Selain Dash Sport, di Indonesia sudah ada beberapa aplikasi yang menyediakan layanan serupa, dengan proposisi nilai masing-masing. Misalnya aplikasi STRONGBEE, pada pertegahan 2020 lalumereka telah menggaet 200 fasilitas olahraga dan 300 pelatih profesional. Layanan STRONGBEE juga memudahkan pencarian dan pemesanan fasilitas olahraga.

Layanan yang lebih spesifik ada AYO Indonesia, menyediakan platform sparring sepakbola dan futsal untuk tim amatir. Selain itu di kancah wellness ada beberapa aplikasi lain, misalnya Doogether yang juga telah terintegrasi dengan ekosistem Gojek melalui GoFitness.

Menurut data yang dihimpun Grand View Research, secara global aplikasi fitnes dan olahraga berhasil membukukan nilai pasar hinga $4,4 miliar pada 2020, diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR 21,6% di rentang 2021-2028. Pandemi juga memunculkan tren baru, seperti layanan olahraga yang dilakukan secara virtual — faktanya menurut data World Economic Forum pada September 2020, unduhan aplikasi fitnes dan kesehatan meningkat 46% sepanjang pandemi.

Didukung CEO Investree

Berbeda dengan platform lifestyle dan wellness lainnya yang hanya fokus kepada beberapa jenis olahraga dan bermitra hanya dengan pemilik studio saja, Dash Sports mengklaim sebagai platform pertama yang mampu mengakomodasi varian cabang olahraga. Tidak hanya cabang olahraga lari saja, tapi sudah ada renang, sepeda, dan mat pilates. Untuk ke depannya Dash Sports akan terus bertumbuh dan menambah cabang olahraga lain.

Selain menyediakan layanan pusat olahraga di Jakarta, Dash Sports juga melebarkan sayapnya dengan membuka cabang olahraga lari di Bandung dengan konsep yang sama. Dash Sports juga mendirikan Dash Kids, sebuah program yang diperuntukkan bagi anak berusia 4 hingga 15 tahun. Dash Kids mencakup cabang olahraga lari dan renang dengan program latihan yang dibuat khusus untuk mengembangkan keahlian olahraga masing-masing anak oleh pelatih bersertifikat.

Untuk mempercepat pertumbuhan, Dash Sports juga telah mendapatkan dukungan pendanaan awal dari Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi. Bukan hanya sebagai investor, Adrian yang juga merupakan teman lama dari Alit pendiri dari Dash Sports, juga bertugas sebagai advisor di Dash Sports.

“Di lihat dari sisi teknologi, aplikasi ini sangat unik karena saya belum pernah melihat ada aplikasi olahraga yang sangat terintegrasi untuk memenuhi semua kebutuhan olahraga kita. Terlebih nantinya jika acara olahraga sudah berjalan lagi tentunya akan bekerja sama dengan Dash jadi untuk pendaftaran dan pembelian tiket bisa melalui Dash Sports App. Jadi aplikasi ini hadir sebagai solusi bagi kebutuhan dan keinginan penggemar olahraga,” kata Adrian.

Melihat besarnya potensi untuk mengembangkan vertikal bisnis, ke depannya Dash Sports juga memiliki rencana dengan menjalin kolaborasi dengan platform seperti Traveloka dan Tiket. Memanfaatkan fitur Atraksi dalam platform mereka, diharapkan Dash Sports bisa menjadi mitra strategis.

“Antusias melakukan aktivitas olahraga rekreasi cukup besar minatnya saat ini di kalangan masyarakat Indonesia. Bukan cuma event olahraga saja tapi turunannya, mulai dari makanan, pakaian dan sepatu olahraga hingga produk pendukung lainnya,” kata Alit.

Application Information Will Show Up Here

Platform Edukasi Saham Emtrade Jalin Kemitraan Strategis dengan Pandu Sjahrir

Bertujuan untuk mengembangkan dan memperluas edukasi kepada investor ritel di Indonesia, Founder & CEO Emtrade Ellen May menjalin kolaborasi strategis dengan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir. Selain sebagai advisor (penasihat), Pandu juga memiliki peran sebagai pemegang saham minoritas di Emtrade.

Kepada DailySocial.id Ellen menyebutkan, besarnya pengalaman dan wawasan yang dimiliki Pandu menjadi alasan kuat bagi mereka untuk melakukan kerja sama. Sesuai dengan visi dan misi Emtrade yaitu meningkatkan literasi dan inklusi investasi di pasar modal secara lebih berkualitas, bukan hanya kuantitas.

“Emtrade percaya dengan kehadiran Pak Pandu sebagai advisor di Emtrade dapat membawa kami maju lebih jauh lagi.”

Ditambahkan olehnya, kesamaan visi dari Pandu dan dirinya juga menjadi alasan kuat terjalinnya kerja sama strategis ini. Secara khusus Pandu memiliki visi untuk mendukung pertumbuhan investor pasar modal di Indonesia, khususnya dari kalangan ritel. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar investor ritel mendapatkan literasi dan inklusi keuangan dengan benar.

Lebih lanjut lagi, Ellen mengatakan, pihaknya akan menggunakan dukungan [pendanaan] yang diberikan oleh Pandu untuk melakukan penataan arah bisnis (business direction), mengembangkan teknologi dan automasi, meningkatkan basis pengguna, serta pengembangan model bisnis dari edutech menjadi fintech, sehingga tidak hanya meningkatkan literasi namun juga inklusi.

“Setelah itu kita juga akan meningkatkan user based kita untuk user acquisition yang lebih bagus lagi untuk mendorong inklusi di pasar modal lebih bagus lagi,” kata Ellen.

Tercatat berdasarkan data KSEI per 30 September 2021, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai lebih dari 6.287.350 Single Identification Number (SID), termasuk di dalamnya adalah 2,9 juta SID saham. Dari keseluruhan investor pasar modal, 80 persen merupakan investor muda berusia di bawah 40 tahun (generasi milenial dan Gen Z).

Untuk segmen pasar tersebut, berbagai layanan investasi hadir, baik untuk memfasilitasi transaksi maupun edukasi. Untuk layanan edukasi, selain Emtrade, saat ini ada startup lain yang main di segmen sama dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya ada aplikasi Ternak Uang dan DigiSaham milik MCASH.

Rencana Emtrade

Didirikan tahun 2019 lalu, sejak dua tahun terakhir perusahaan mencatat telah mengalami peningkatan pengguna. Tercatat saat ini ada sekitar puluhan ribu pengguna aktif di Emtrade. Selain menghadirkan referensi saham pada platform secara transparan dan pengguna dapat melihat hasil studi kasus referensi, baik untung maupun rugi, saat ini Emtrade juga sedang bertransformasi dari aplikasi berbasis edutech menjadi platform fintech robo-advisory.

Setelah sebelumnya telah meluncurkan konten premium sejak tahun 2019, kini Emtrade juga telah meluncurkan konten bebas biaya untuk pengguna. Baru diluncurkan dua bulan lalu, diharapkan konten ini bisa dinikmati oleh mereka yang tertarik belajar lebih banyak tentang saham.

Sementara untuk layanan virtual trading yang rencananya akan meluncur akhir bulan Juni, saat ini masih dalam persiapan. Demikian juga dengan fitur online trading yang memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Disinggung siapa mitra Emtrade untuk layanan tersebut, Ellen enggan menjelaskan lebih lanjut karena alasan regulatory.

“Emtrade akan terus berkembang menjadi personalized investment platform yang membuat investasi menjadi mudah dan menyenangkan,” tutup Ellen.

Application Information Will Show Up Here

Maudy Ayunda Chips In to Segari’s Series A Funding

Segari online grocery startup announced public figure Maudy Ayunda as one of the angel investors participating in its series A round. The fundraising was previously announced in early September 2021 of $16 million led by Go-Ventures.

SIG, Alfamart, Gunung Sewu Group (one of the largest agricultural and food groups in Indonesia), and Intrinity Capital (affiliated with Gulaku) also participated in this round. In addition, the ranks of investors in its previous stage, including Beenext, AC Ventures, and Saison Capital.

Both Maudy Ayundy and Segari’s Co-founder, Farand Anugerah know each other, it is due to their educational background that took place in the United States.

“When we were studying in America, we wanted to return to Indonesia and make a positive impact by using technology. When I told the Segari team’s dream to develop e-grocery services, Maudy expressed a very positive response,” Farand said in an official statement, Tuesday (19/10).

Maudy Ayunda added, “Before decided to invest, I was already a Segari customer and I immediately became a fan since I always get fresh products and directly come from farmers. Ordering products is also very easy and delivered directly to the house.”

She also said, Segari’s impact in helping local farmers to earn a fair income from the products they sell encouraged her to invest more in Segari. “I think this is a business model that can be the future of the Indonesian e-grocery industry.”

The company is committed to simplifying complex distribution chains by leveraging technology and empowering communities as more efficient sales and distribution partners. Thus, farmers can continue to sell their crops at a more fair price.

Segari has a network of farmer partners in Java and Sumatra and utilizes a decentralized warehouse system to maintain product quality in the A+ grade category. Also, cooperate with sales partners to deliver goods within 15 hours of ordering.

Within just one year of operation, Segari’s business is thriving. The company managed to boost its performance and rose over 20 times for the number of customers and revenue. They offered various products, ranging from fruit, vegetables, meat, basic necessities, to ready-to-cook ingredients.

Instead only using e-commerce platform, the company has a social commerce service called Mitra Segari. This service is to target housewives and SMEs to open an online supermarket business from home and earn additional income. Farand explained that partners only need to have a smartphone and WhatsApp to be able to sell.

“In addition to these opportunities, Mitra Segari also received additional assistance in the form of marketing materials and guidance from the Segari team to continue developing their business.”

Online grocery market size

The online grocery industry has fierce competition, however, there’s still a space for growth because its penetration is still concentrated in big cities.

A report from Statista said, last year the online grocery market share in this country only reached 0.3%, it is predicted that it will increase by 20 basis points to 0.5% in 2022. The pandemic is said to be one of the main factors that triggered the increase in the popularity of online grocery services among consumers.

Based on the data, a further impact of the pandemic apart from changing consumer online buying behavior, is a change in consumer mindset in shopping. “Concerned about the economic impact of the pandemic, many Indonesian consumers are becoming more budget conscious. Also, it’s visible that consumers are making basic necessities and health purchase as the priority during the pandemic,” the report said.

However, e-grocery platforms in this country is still at its premature stage. In terms of coverage, almost all services are still focused on tier-1 cities. The biggest players like HappyFresh covers only the Greater Jakarta area, Surabaya, and several other big cities. Meanwhile, newcomers such as Segari still serve a limited area in Jadetabek.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here