Skagen dan Kate Spade Luncurkan Smartwatch Android Wear Perdananya

Skagen meluncurkan smartwatch pertamanya di pertengahan tahun 2016 lalu, akan tetapi perangkat tersebut sejatinya tak lebih dari jam tangan analog yang dibubuhi fitur activity tracking. Tahun ini, produsen arloji asal Denmark yang merupakan anak perusahaan Fossil Group itu sudah siap dengan smartwatch digital perdananya.

Dinamai Skagen Falster, desainnya tampak minimalis sekaligus atraktif, seperti yang sudah menjadi ciri khas produk-produk Skagen selama ini. Meski sepintas terkesan unisex, diameter 42 mm membuatnya lebih ideal di tangan yang besar, sehingga mungkin kaum hawa bakal kurang tertarik dengannya.

Nuansa minimalis terus dibawa sampai ke ranah software. Falster menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0, akan tetapi layar sentuh bulatnya juga siap menampilkan sejumlah watch face eksklusif yang tampak bersih sekaligus elegan. Skagen juga bilang bahwa tampilan serba hitam ini bisa membantu menghemat konsumsi baterai, mengindikasikan bahwa layarnya mengemas panel OLED.

Skagen Falster

Performanya ditopang oleh chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100. Sayang fungsi fitness tracking-nya juga terbilang minim, mengingat perangkat sama sekali tak dibekali sensor laju jantung maupun GPS. NFC pun turut absen, yang berarti perangkat tak bisa dimanfaatkan sebagai metode pembayaran elektronik.

Skagen Falster bakal tersedia dalam empat varian desain; dua dengan strap bergaya mesh, dan dua lagi dengan strap berbahan kulit. Harganya dipatok $275 – $295.

Kate Spade Scallop Touchscreen

Kate Spade Scallop Touchscreen

Selain Skagen, brand lain yang juga menyingkap smartwatch digital perdananya adalah Kate Spade, yang sebenarnya juga masih merupakan bagian dari Fossil Group tapi dengan sistem lisensi. Dijuluki Kate Spade Scallop Touchscreen, smartwatch yang satu ini benar-benar menonjolkan aura feminim dan ditargetkan untuk kalangan perempuan.

Namanya sendiri diambil dari motif pada bezel yang mengitari layar sentuh 1,19 incinya. Strap-nya hanya selebar 16 mm, sekali lagi menegaskan kaum hawa sebagai target pasarnya. Sama seperti Skagen Falster di atas, smartwatch ini juga dibekali OS Android Wear 2.0 dan sejumlah watch face eksklusif.

Yang agak unik, watch face ini bisa pengguna kustomisasi sendiri. Caranya juga tidak umum: ketimbang memilih bentuk dan warna dial, angka dan elemen lainnya sendiri, pengguna akan diberi pertanyaan seputar pakaiannya maupun warna-warna dominan pada perhiasaannya, baru setelahnya aplikasi akan meracikkan watch face yang sesuai.

Kate Spade berencana memasarkannya mulai awal Februari nanti. Varian dengan strap kulit dihargai $295, sedangkan varian dengan strap logam dibanderol $325.

Sumber: 1, 2, 3, 4.

Lenovo Mirage Solo, Headset VR Standalone Berbasis Daydream Pertama

Saat ini untuk menikmati pengalaman gaming virtual reality (VR) yang memuaskan, kita harus rela merogoh kocek yang begitu dalam. Baik itu untuk menyiapkan PC yang bertenaga atau konsol gaming dan juga headset VR premium seperti Oculus Rift, HTC Vive, atau Sony PlayStation VR.

Namun hadirnya headset VR standalone alias berdiri sendiri, digadang-gadang akan menjadi salah satu headset VR mobile yang mumpuni dengan harga lebih terjangkau. Satu diantaranya ialah Lenovo Mirage Solo berbasis Google Daydream yang diperkenalkan di ajang CES 2018.

Bersifat standalone ini artinya Anda tak perlu menyambungkan ke PC ataupun smartphone untuk masuk ke realita maya. Sebab perangkat ini sudah dibekali hardware untuk memproses konten VR sendiri.

Lenovo Mirage Solo

Untuk menampilkan konten, Lenovo Mirage Solo dibekali layar 5,5 inci beresolusi 2560 x 1440 piksel dengan refresh rate 75Hz dan sudut pandang mencapai 110 derajat.

Untuk pemrosesan data, Lenovo memercayakan chipset Qualcomm Snapdragon 835 ditopang RAM 4GB, memori internal 64GB dengan slot microSD hingga 256GB, dan baterai 4.000 mAh.

Harga Lenovo Mirage Solo dibanderol $500 atau sekitar Rp 6,7 juta. Rencananya akan mulai dipasarkan pada kuartal kedua 2018.

Lenovo Mirage Camera

Kalau Lenovo Mirage Solo dirancang untuk mengonsumsi konten VR, Lenovo Mirage Camera dirancang untuk memproduksi konten VR, dengan kemampuan menyiarkan video VR 180 derajat secara langsung.

Lenovo Mirage Camera dibekali lensa fish-eye berkemampuan merekam konten 3D dengan sudut pandang luas, didukung dua kamera beresolusi 13 megapixel yang mampu merekam gambar stereoskopis dan video 4K @30fps.

Lenovo Mirage terintegrasi dengan Google Photos dan YouTube. Bagian inti ditenagai chipset Snapdragon 626 dengan 2GB RAM, dan memori internal 16GB dengan slot microSD hingga 128GB. Anda bisa berbagi konten langsung dari Mirage tanpa perlu smartphone, berkat built-in WiFi. Ada juga versi LTE yang dilengkapi dengan modem seluler Qualcomm X9 LTE.

Perangkat ini mengisi ulang menggunakan konektor USB-C, dan dapat bertahan hingga dua jam untuk merekam video HD dalam sekali charge. Lenovo Mirage Camera dibanderol dengan harga $300 atau Rp 4,2 juta dan akan tersedia pada kuartal kedua 2018.

Sumber: Ubergizmo 1, Ubergizmo 2.

Mengintip Sejumlah Gaming Gear Wireless Mutakhir yang Corsair Pajang di CES 2018

Ekspansi Corsair ke segmen penyediaan memori DRAM high-end untuk memaksimalkan kinerja CPU memuluskan langkah mereka ke ranah gaming. Kini, tema ‘kualitas tinggi’ menempel erat pada brand komponen dan aksesori komputer asal Amerika itu. Dan memasuki tahun baru ini, kiprah Corsair sebagai pemasok gaming gear premium terlihat kian mantap.

Tentu saja Corsair Components tidak menyia-nyiakan momentum yang diberikan oleh CES 2018. Di pameran teknologi terbesar di dunia itu, sang produsen mengumumkan beragam periferal gaming wireless anyar berteknologi Corsair Unplug and Play, yakni sebuah prakarsa yang menitikberatkan aspek kebebasan bermain tanpa mengorbankan performa dan daya tahan.

 

Keyboard gaming wireless K63

Penerima penghargaan CES 2018 Innovation Award ini merupakan keyboard ber-switch mekanis Cherry MX Red yang menjanjikan konektivitas 2,4GHz dan waktu respons 1-milidetik via Bluetooh. Alternatifnya, ia juga dapat tersambung ke PC lewat kabel. Keyboard wireless K63 menyimpan baterai built-in dengan daya tahan hingga 75 jam, lalu Anda bisa mengustomisasi pencahayaan backlight RGB Per-Key di sana melalui software Corsair Utility Engine.

Uniknya lagi, papan ketik wireless ini juga dapat disambungkan ke unit ‘gaming lapboard‘, memungkinkan Anda menikmati permainan PC di televisi ruang keluarga. Lapboard tersebut merupakan docking untuk keyboard dipadu mouse mat dengan bantalan memory foam yang lapang. Jadi meskipun Anda bisa bermain sambil bersender santai di sofa, tidak ada kompromi pada kecepatan dan ketepatan membidik dalam game.

 

Mouse gaming Corsair Dark Core RGB & mousepad MM1000

Dark Core RGB menawarkan mode kenektivitas berbeda seperti pada keyboard K63 wireless, dengan sensor optik 16.000DPI sebagai jantungnya. Tubuh mouse ini didesain melengkung mengikuti kontur tangan agar selalu nyaman dalam genggaman. Jika bentuknya kurang pas, Anda bisa melepas dan menganti bagian side grip-nya. Dan layaknya produk Corsair, warna dan pola pencahayaan RGB serta fungsi tombol dapat dikustomisasi melalui CUE.

Uniknya lagi, Corsair Dark Core RGB juga bisa digunakan ‘selamanya’ sebagai mouse wireless tanpa melalui isi ulang baterai secara standar. Caranya adalah dengan memanfaatkan mousepad Corsair MM1000 yang menyimpan kapabilitas Qi wireless charging. Begitu Dark Core RGB ditaruh di atasnya, MM1000 secara otomatis memasok baterai internal mouse. Mousepad tersebut mempunyai luas 260x350mm.

 

Ketersediaan

Corsair mengabarkan bahwa keyboard gaming wireless K63 dan gaming lapboard sudah mulai dipasarkan via retailer resminya di seluruh dunia. Dark Core RGB dan MM1000 sendiri akan menyusul, hadir di bulan Januari ini.

Sumber: Corsair.

Dua Laptop Konvertibel 2-in-1 Dell Hadir di CES 2018

Laptop konvertibel 2-in-1 banyak menghiasi di CES 2018, dua diantaranya dari Dell. Dell XPS 15 2-in-1 (2018) yang dirancang untuk aktivitas multimedia dan Dell Latitude dengan tingkat keamanan yang tinggi.  Seperti apa?

Dell XPS 15 2-in-1 (2018)

Dell XPS 15 adalah laptop 2-in-1 dengan layar 15,6 inci yang diklaim punya body paling tipis (9mm bagian tertipis) dan berperforma tinggi yang cocok untuk para pekerja kreatif. Layar 15,6 incinya mengusung resolusi 4K 3200×1800 piksel dengan teknologi InfinityEdge Display.

Dapur pacunya ditenagai prosesor Intel generasi ke-8 (Quad Core i5-8305G atau Quad Core i7-8705G) dan kartu grafis AMD RX Vega M. Di sisi memori, Dell menyediakan RAM 8GB atau 32GB DDR4 dan internal storage 128GB (non-PCIe) atau 1 TB (PCIe). Harga Dell XPS 15 ini dijual mulai dari US$1300 atau sekitar Rp18,5 jutaan.

Dell new Latitude 2-in-1

Beralih ke lini Latitude, laptop 2-in-1 yang satu ini dirancang dengan fitur keamanan canggih. Termasuk Windows Hello dengan kamera IR, biometric card reader dengan Control Vault 2 dan sertifikasi FIPS 140-3 Level 3.

Ada dua versi, pertama Dell Latitude 5290 yang hadir dengan layar sentuh 12,3 piksel resolusi 1920×1280 piksel dan menjanjikan baterai tahan lama hingga 12 jam.

Kedua Dell Latitude 7390 dengan layar 13,3 inci resolusi 1080×1920 piksel. Laptop ini punya engsel yang bisa diputar hingga 360 derajat dan dijanjikan punya daya tahan baterai hingga 17 jam.

Bagian intinya, keduanya punya konfigurasi yang identik, yakni prosesor Intel Core i7 generasi ke-8 dengan RAM 16GB dan Intel UHD Graphics 620.

Produk ini dirancang untuk para profesional dengan keseimbangan antara mobilitas dan produktivitas. Harga  Dell Latitude 5290 dibanderol US$899 atau sekitar Rp12,8 jutaan dan Dell Latitude 7390 dijual US$1149 atau Rp16,4 jutaan.

Sumber: Ubergizmo 1, 2.

Asus Lyra Voice Adalah Router Wi-Fi Sekaligus Smart Speaker Berbasis Alexa

Tidak bisa dipungkiri, smart speaker adalah kategori yang sangat mendominasi CES tahun ini. Namun dari sekian banyak smart speaker, yang paling unik menurut saya datang dari Asus. Namanya Asus Lyra Voice, dan ia sebenarnya merupakan sebuah router Wi-Fi dengan teknologi mesh networking.

Penampilannya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia berfungsi menyebarkan jaringan Wi-Fi. Performa audionya ditunjang oleh sepasang speaker berdaya 8 watt, dan Asus tak lupa menyematkan integrasi asisten virtual Amazon Alexa ke dalamnya, sehingga pengguna dapat mengoperasikannya via perintah suara.

Kehadiran Alexa berarti perangkat ini juga dapat dipakai untuk mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel. Dukungan layanan IFTTT juga semakin memaksimalkan perannya sebagai pusat kendali ekosistem rumah pintar.

Namun jangan sekali-kali lupa bahwa Lyra Voice juga merupakan sebuah router Wi-Fi AC tri-band. Mengikuti tren terkini, pengaturan konfigurasinya tak lagi tergantung pada PC, melainkan bisa melalui aplikasi pendamping di smartphone.

Asus Lyra Trio / Asus
Asus Lyra Trio / Asus

Menemani Lyra Voice adalah Lyra Trio yang berbentuk layaknya sebuah piramid kecil. Juga mengandalkan teknologi mesh networking, perangkat ini dimaksudkan untuk memperluas jaringan Wi-Fi utama dari Lyra Voice, sekaligus menyebarkan cakupan Alexa ke lebih banyak ruangan di dalam rumah.

Keduanya dijadwalkan hadir di pasaran mulai babak pertama tahun ini juga, sayang belum ada informasi mengenai harga jualnya masing-masing.

Sumber: CNET.

Beragam PC, Hardware dan Monitor Baru yang Jadi Andalan MSI di CES 2018

Sebagai ekshibisi teknologi tahunan terbesar, selalu ada produk menarik dan terobosan baru yang diungkap di CES. Tapi bagi beberapa produsen terkemuka asal Taiwan, ajang teknologi terpenting dilangsungkan di kampung halamannya dan CES hanyalah platform untuk mengenalkan inovasi-inovasi tersebut secara lebih luas pada dunia. Hal inilah yang dilakukan oleh MSI.

Untuk memeriahkan CES 2018, Micro-Star International membawa sejumlah produk yang sempat mereka umumkan atau telah dipajang di Computex 2017. Tentu, beberapa perangkat ini sudah memperoleh upgrade. Produk-produk MSI itu terdiri dari monitor Optix, PC desktop Trident 3 Arctic dan Infinite X, motherboard Z370 Godlike Gaming, GPU MSI GeForce GTX 1080 Ti Lightning Z, hingga laptop GT75VR Titan Pro.

Optix MPG Series

MSI CES 2018 3

Desember 2017 merupakan momen masuknya MSI ke ranah display curved, dan di CES 2018, sang produsen memperluas lineup-nya dengan seri MPG. Optix MPG terdiri dari dua model monitor 27-inci, yaitu Optix MPG27C dan Optix MPG27CQ. Keduanya dibekali refresh rate 144Hz, waktu respons 1-milidetik, SteelSeries Engine, GameSense dan RGB untuk memberi notifikasi status di dalam game via pola cahaya. Perbedaannya terletak pada resolusi: MPG27C adalah panel 1080p, sedangkan MPG27CQ menyajikan 1440p.

 

PC desktop gaming

Tiga model PC desktop jadi primadona MSI: AegisTrident 3 Arctic dan Infinite X.

MSI CES 2018 1

Diungkap perdana di bulan Maret 2017, Trident 3 Arctic ternyata memperoleh respons positif dari konsumen. Kali ini MSI mendongkrak performanya dengan prosesor Intel Core generasi kedelapan dan kartu grafis GTX 2080.

Infinite X adalah desktop gaming built-up pertama bersenjata Coffee Lake. Prodisen membekalinya dengan panel samping ber-tempered glass, RGB Mystic Light, serta sistem pendingin cairan Silent Storm Cooling 3 Pro.

Dan sama seperti saudara-saudaranya tesebut, Aegis juga sudah memperoleh upgrade Intel Core 8th Gen.

MSI CES 2018 4

 

Motherboard Z370 Godlike Gaming

MSI CES 2018 5

Merupakan penerima penghargaan CES 2018 Innovation Award, menyuguhkan segala macam fitur dan fungsi yang sangat membantu gamer, misalnya konektivitas Killer xTend, Triple Turbo M.2 dengan M.2 Shield V2, dan DAC Xtreme Audio plus Nahimic 2. Z370 Godlike Gaming mempunyai empat slot RAM DDR4 plus perlindungan Steel Armor, siap mendukung setup multi-GPU baik Nvidia vi SLI atau AMD melalui CrossFire.

 

MSI GeForce GTX 1080 Ti Lightning Z

MSI CES 2018 2

Overclocking menjadi aspek andalan di kartu grafis ini. Dan untuk menunjangnya, MSI mencantumkan desain pendingin Tri-Frozr dengan tiga kipas TORX 2.0, dibantu pipa-pipa pendingin yang tehubung ke Close Quarters Heatsink serta backplate sehingga pembuangan panas jadi lebih efektif. Lalu untuk memastikannya bekerja stabil, Lightning Z memanfaatkan komponen-komponen kelas militer.

 

GT75VR Titan Pro

MSI CES 2018 6

Seperti PC desktop-nya, MSI juga meng-upgrade laptop gaming high-end bersenjata keyboard mekanis slim GT75VR Titan Pro, kali ini dengan teknologi konektivitas terbaru: Killer Wireless-AC 1550. Wireless-AC 1550 ialah adapter network 2×2 11ac tercepat, mampu menyajikan transfer data di 1,73Gbps – sangat ideal untuk gaming, streaming dan download.

Sumber: MSI.

Smartphone dengan Sensor Sidik Jari di Layar Pertama dari Vivo Siap Diproduksi

Menyusul kemunculan teaser belum lama ini, Vivo akhirnya memamerkan smartphone pertama di dunia yang membawa sensor sidik jari di layar pada gelaran CES 2018 di Las Vegas. Vivo mengatakan bahwa smartphone tersebut sudah siap untuk diproduksi, sekaligus menunjukkan bagaimana pengguna dapat membuka kunci perangkat dengan meletakkan jari di permukaan layar.

Dijelaskan dalam presentasi, teknologi pemindai sidik jari di layar pada smartphone Vivo mendatang berada di antara panel kaca dan panel OLED. Beberapa penguji awal teknologi ini terkesan dengan pengalaman yang dirasakan dan memuji kinerjanya yang “cepat dan sederhana”.

Di samping memamerkan teknologi barunya, Vivo juga merilis gambar teaser dengan tagline “Unlock the Future” yang memberi petunjuk peluncuran akan terjadi pada 10 Januari. Belum jelas apakah model Vivo baru ini akan tersedia untuk pasar global dan berapa harganya. Tapi mengingat fokus Vivo di pasar berkembang, kemungkinan besar India akan jadi pasar prioritas mereka untuk peluncuran perangkat inovatif ini, tentu tanpa melupakan pasar Tiongkok.

Synaptics, perusahaan yang bertanggung jawab untuk menangani komponen input sentuhan pada jutaan trackpad laptop dan layar smartphone, pada bulan Desember tahun lalu mengumumkan bahwa mereka telah memulai masa produksi massal sensor sidik jari di layar. Synaptics sendiri sebenarnya tidak menyebutkan nama Vivo dalam lima pabrikan perangkat top pertama yang bakal mengadopsi teknologinya. Jadi, secara teknis siapa saja bisa menjadi yang pertama, termasuk Samsung, Huawei, Xiaomi ataupun Oppo.

Tapi selain Vivo dan empat perusahaan top yang masih misterius tersebut, perusahaan Tiongkok Doogee juga disebut-sebut sedang mengerjakan ponsel dengan pemindai sidik jari di layar. Model Doogee V dikabarkan terinspirasi oleh iPhone X dan Samsung Galaxy Note 8 yang disempurnakan oleh sensor sidik jaru model baru yang belum diketahui bakal mengadopsi kreasi Snyaptics juga atau dari perusahaan lain.

Sumber berita Vivo.

Sony Luncurkan Proyektor 4K Mewah dengan Wujud Seperti Meja Tamu

LG baru-baru ini membuktikan bahwa proyektor 4K tak harus bertubuh bongsor. Namun di saat yang sama Sony rupanya punya filosofi yang berbeda. Mereka justru ingin proyektor mahal yang Anda beli itu jadi pusat perhatian di suatu ruangan layaknya sebuah mebel.

Kedengarannya ambisius memang, akan tetapi proyektor terbaru yang mereka ungkap di CES 2018 bakal menjawab semua keraguan kita. Wujudnya sepintas terlihat seperti sebuah meja tamu, dengan panel atas yang terbuat dari marmer dan bobot sekitar 75 kg. Lalu yang menjadi pertanyaan, untuk apa dimensi sebesar ini kalau LG saja bisa menyajikan produk sekelas dalam kemasan yang amat ringkas?

Sony LSPX-A1

Well, Sony LSPX-A1 ini bukan sembarang proyektor. Ia sebenarnya juga merangkap tugas sebagai soundbar yang bahkan bisa mendistribusikan suara 360 derajat. Di dalam kabinet kayunya tertanam tiga speaker midrange dan sebuah subwoofer terpisah untuk mengisi satu ruangan penuh sekaligus menyuguhkan dentuman bass yang memuaskan.

Namun yang lebih istimewa lagi tersembunyi di kedua pilar depannya. Kalau Anda perhatikan dengan baik, bagian atas pilar tersebut terbuat dari kaca, dan keduanya sebenarnya merupakan Glass Sound Speaker yang bertugas sebagai tweeter. Jadi secara total LSPX-A1 mengusung konfigurasi enam speaker.

Sony LSPX-A1

Mengingat yang kita bahas adalah sebuah proyektor, tentu saja kualitas gambarnya tidak boleh dikesampingkan. LSPX-A1 mengandalkan teknologi proyeksi SXRD, yang pada dasarnya merupakan formula Sony dalam menggabungkan teknologi DLP dan LCD. Selain mengemas resolusi DCI 4K (4096 x 2160 pixel), proyektor ini pastinya juga siap memutar konten berformat HDR.

Proyektornya besar, berarti proyeksinya juga sudah pasti besar, bukan? Tentu saja, dan mengingat LSPX-A1 masuk dalam kategori ultra short-throw, ia dapat memproyeksikan layar sebesar 120 inci meski didudukkan sekitar 24 cm dari tembok. Tingkat kecerahan maksimum 2.500 lumen juga berarti Anda tak perlu menonton sambil gelap-gelapan.

Lalu berapa harganya? $30.000, dengan jadwal ketersediaan mulai musim semi 2018 di Amerika Serikat.

Sony MP-CD1 Mobile Projector

Sony MP-CD1

Kontras dengan LSPX-A1 adalah Sony MP-CD1, proyektor lain yang Sony juga umumkan di CES 2018, yang ukurannya kurang lebih sama seperti sebuah power bank. Bobotnya pun cuma 280 gram, dan di dalamnya tersimpan baterai berkapasitas 5.000 mAh yang diperkirakan bisa bertahan selama 2 jam penggunaan.

Meski mungil, MP-CD1 masih sanggup memproyeksikan layar hingga sebesar 120 inci dari jarak 3,5 meter. Resolusinya hanya sebatas 854 x 480 pixel, dengan tingkat kecerahan 105 lumen dan rasio kontras 400:1, tapi setidaknya ia bakal sangat berguna ketika Anda hendak mempresentasikan sesuatu dalam sebuah business trip.

Sony MP-CD1

Tubuh kecilnya juga tidak menjadi alasan minimnya konektivitas. Selain mengemas port HDMI, MP-CD1 turut membawa jack audio 3,5 mm untuk disambungkan ke speaker mini misalnya, serta port USB-C untuk charging sekaligus menjadi power bank dadakan untuk smartphone.

Sama seperti LSPX-A1 yang berharga selangit, MP-CD1 juga akan dipasarkan mulai musim semi nanti, dengan banderol $400.

Sumber: Sony 1, 2.

Asus Ciptakan Gaming Desktop Khusus Esport, ROG Strix GL 12

Selain keyboard mekanis ROG Strix Flare, Asus juga memperkenalkan sebuah gaming desktop baru di CES 2018. Perangkat bernama ROG Strix GL 12 ini diklaim benar-benar diciptakan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan atlet esport profesional.

Tanpa harus terkejut, di balik sasis berwajah futuristisnya, bernaung spesifikasi yang cukup ‘mengerikan’. Varian termahalnya mengusung prosesor Intel Core i7 8700K (Coffee Lake) yang secara default sudah di-overclock hingga 4,8 GHz, plus RAM DDR4 64 GB yang juga sudah digenjot performanya. Stabilitas performanya pun dijamin oleh sistem liquid cooling besutan Asetek.

Di sektor grafis, Asus memercayakan Nvidia GeForce GTX 1080 yang sudah diamankan oleh semacam palang guna mencegah benturan dan menghindari kerusakan ketika perangkat harus dibawa-bawa dan berpartisipasi dalam beragam turnamen internasional. Bagi yang tidak mau berkompromi, Asus juga menawarkan varian GL 12 yang dilengkapi liquid cooling untuk GPU-nya.

Asus ROG Strix GL 12

Namun fitur GL 12 yang paling menarik menurut saya bersembunyi di bagian depan, tepatnya di bawah deretan port USB dan slot SD card. Bagian tersebut dihuni oleh panel penutup magnetik, yang ketika dibuka akan menampilkan sebuah slot SSD bertipe hot-swap. Artinya, pengguna bisa melepas dan memasangkan SSD tanpa harus me-restart perangkat.

Fitur inilah yang sejatinya dinilai krusial buat para atlet esport. Dikatakan bahwa mereka sering kali membawa SSD 2,5 incinya masing-masing yang menyimpan semua pengaturan yang dibutuhkan dalam bertanding. Ketimbang harus membuka sasis PC, memanfaatkan slot hot-swap untuk mengakses pengaturan-pengaturan tersebut jelas jauh lebih praktis.

Kalau melihat fungsi spesifiknya itu, ROG Strix GL 12 jauh lebih ideal menjadi daftar belanjaan penyelenggara turnamen ketimbang para atlet esport itu sendiri. Terlepas dari itu, Asus masih belum menyingkap harga maupun jadwal ketersediaannya.

Bezel-Free Kit

Dalam kesempatan yang sama, Asus juga ingin memamerkan sebuah konsep peripheral baru yang mereka sebut dengan istilah Bezel-Free Kit. Asus bilang bahwa perangkat ini diciptakan dengan tujuan memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh pengguna PC dengan setup multi-monitor.

Masalah itu adalah grafis yang terpotong oleh bezel monitor yang didudukkan bersebelahan. Solusi yang Asus tawarkan cukup sederhana, tapi dampaknya cukup signifikan, yakni dengan cara mengamuflasekan bezel sehingga grafis yang ditampilkan sama sekali tidak terpotong. Perbandingan sebelum dan sesudah dipasangi Bezel-Free Kit bisa Anda lihat sendiri pada dua gambar di atas.

Asus Bezel-Free Kit

Bezel-Free Kit melibatkan sebuah lensa khusus berwujud tipis yang mampu membelokkan cahaya dari monitor ke arah dalam, sehingga bezel monitor pun tertutup oleh biasannya. Biasan cahayanya memang akan kelihatan sedikit lebih redup dari tampilan monitor, tapi setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang dua bezel yang benar-benar memangkas sebagian dari grafis yang ditampilkan.

Lensanya sendiri terbuat dari bahan thermoplastic khusus yang diyakini lebih tangguh ketimbang kaca. Pemasangannya hanya melibatkan penjepit biasa di sisi atas dan bawah monitor, akan tetapi posisi kedua monitor harus tepat 130 derajat supaya hasilnya benar-benar optimal.

Sumber: Asus 1, 2.

Yuneec Luncurkan Tiga Drone Baru di CES 2018

Tidak ada drone baru dari DJI di ajang CES tahun ini, hanya stabilizer Osmo Mobile 2 saja. Kedengarannya seperti kesempatan emas bagi para pesaingnya untuk mencuri perhatian? Anggap saja begitu, sebab Yuneec baru saja mengumumkan bukan satu, tapi tiga drone anyar sekaligus di CES 2018.

Drone yang pertama adalah Yuneec Typhoon H Plus, suksesor dari Typhoon H yang diperkenalkan tepat dua tahun silam. Sama seperti sebelumnya, fitur unggulannya adalah kemampuan mendeteksi dan menghindari rintangan dengan sendirinya berkat teknologi Intel RealSense.

Yuneec Typhoon H Plus

Lalu apa yang membuatnya pantas menyandang titel “Plus”? Navigasi dan kualitas kamera yang lebih baik jawabannya. Keenam rotornya berukuran lebih besar, tapi di saat yang sama dapat beroperasi hingga 40% lebih senyap. Lebih lanjut, Yuneec juga mengklaim Typhoon H Plus bisa tetap stabil mengudara meski angin bertiup sekencang 48 km/jam.

Untuk kameranya, Typhoon H Plus mengandalkan sensor berukuran 1 inci, dengan resolusi 20 megapixel untuk foto still. Video tak hanya bisa direkam dalam resolusi 4K, tapi juga dalam kecepatan 60 fps. Di samping itu, Typhoon H Plus juga menjanjikan hasil rekaman di kondisi minim cahaya yang lebih baik.

Yuneec juga bilang bahwa mereka telah mendesain ulang controller uniknya yang berbasis Android dan mengemas layar 7 inci untuk menampilkan hasil rekaman secara real-time dalam resolusi 720p. Soal daya baterai, Typhoon H Plus diyakini mampu mengudara selama 25 menit nonstop dalam cuaca normal.

Sama seperti sebelumnya, Yuneec menarget kalangan profesional untuk Typhoon H Plus. Pemasarannya akan dimulai pada babak pertama 2018, dengan harga $1.800, sama persis seperti pendahulunya.

Yuneec HD Racer / Yuneec
Yuneec HD Racer / Yuneec

Drone yang kedua adalah HD Racer, sebuah quadcopter mini yang, sesuai namanya, ditujukan untuk penggemar balap drone. Dibekali mode yang berbeda untuk pengguna pemula atau yang sudah berpengalaman, HD Racer juga siap mengudara di ‘sirkuit’ indoor berkat konstruksinya yang tahan banting serta baling-baling yang terlindungi.

Sesi balapan bakal diabadikan dalam resolusi 1080p 60 fps, dan tentu saja sang pilot bisa memonitornya secara live dengan latency yang minimal. Yang cukup unik, drone ini bisa ‘bangun’ dengan sendirinya saat menabrak objek dan terbalik

Harganya? $180 saja, akan tetapi konsumen masih harus menunggu sampai babak kedua tahun 2018.

Yuneec Firebird FPV / Yuneec
Yuneec Firebird FPV / Yuneec

Terakhir, ada Firebird FPV yang merupakan drone tipe fixed-wing pertama dari Yuneec. Berbekal satu baling-baling di belakang, pengoperasiannya lebih mirip pesawat ketimbang helikopter. Di ujung hidungnya tertanam sebuah kamera untuk merekam dalam sudut pandang pertama.

Yuneec tak lupa menyematkan sejumlah fitur canggih seperti kemampuan untuk pulang dan mendarat di titik lepas landasnya secara otomatis, plus fitur geofencing dan fitur pengaman yang mencegah drone terbang terlalu rendah. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan selama 30 menit waktu mengudara.

Yang sedikit mengejutkan adalah banderol harganya, yakni $700. Yuneec berencana menjualnya di babak pertama tahun ini.

Sumber: The Verge dan Yuneec.