Mengintip Sejumlah Gaming Gear Wireless Mutakhir yang Corsair Pajang di CES 2018

Ekspansi Corsair ke segmen penyediaan memori DRAM high-end untuk memaksimalkan kinerja CPU memuluskan langkah mereka ke ranah gaming. Kini, tema ‘kualitas tinggi’ menempel erat pada brand komponen dan aksesori komputer asal Amerika itu. Dan memasuki tahun baru ini, kiprah Corsair sebagai pemasok gaming gear premium terlihat kian mantap.

Tentu saja Corsair Components tidak menyia-nyiakan momentum yang diberikan oleh CES 2018. Di pameran teknologi terbesar di dunia itu, sang produsen mengumumkan beragam periferal gaming wireless anyar berteknologi Corsair Unplug and Play, yakni sebuah prakarsa yang menitikberatkan aspek kebebasan bermain tanpa mengorbankan performa dan daya tahan.

 

Keyboard gaming wireless K63

Penerima penghargaan CES 2018 Innovation Award ini merupakan keyboard ber-switch mekanis Cherry MX Red yang menjanjikan konektivitas 2,4GHz dan waktu respons 1-milidetik via Bluetooh. Alternatifnya, ia juga dapat tersambung ke PC lewat kabel. Keyboard wireless K63 menyimpan baterai built-in dengan daya tahan hingga 75 jam, lalu Anda bisa mengustomisasi pencahayaan backlight RGB Per-Key di sana melalui software Corsair Utility Engine.

Uniknya lagi, papan ketik wireless ini juga dapat disambungkan ke unit ‘gaming lapboard‘, memungkinkan Anda menikmati permainan PC di televisi ruang keluarga. Lapboard tersebut merupakan docking untuk keyboard dipadu mouse mat dengan bantalan memory foam yang lapang. Jadi meskipun Anda bisa bermain sambil bersender santai di sofa, tidak ada kompromi pada kecepatan dan ketepatan membidik dalam game.

 

Mouse gaming Corsair Dark Core RGB & mousepad MM1000

Dark Core RGB menawarkan mode kenektivitas berbeda seperti pada keyboard K63 wireless, dengan sensor optik 16.000DPI sebagai jantungnya. Tubuh mouse ini didesain melengkung mengikuti kontur tangan agar selalu nyaman dalam genggaman. Jika bentuknya kurang pas, Anda bisa melepas dan menganti bagian side grip-nya. Dan layaknya produk Corsair, warna dan pola pencahayaan RGB serta fungsi tombol dapat dikustomisasi melalui CUE.

Uniknya lagi, Corsair Dark Core RGB juga bisa digunakan ‘selamanya’ sebagai mouse wireless tanpa melalui isi ulang baterai secara standar. Caranya adalah dengan memanfaatkan mousepad Corsair MM1000 yang menyimpan kapabilitas Qi wireless charging. Begitu Dark Core RGB ditaruh di atasnya, MM1000 secara otomatis memasok baterai internal mouse. Mousepad tersebut mempunyai luas 260x350mm.

 

Ketersediaan

Corsair mengabarkan bahwa keyboard gaming wireless K63 dan gaming lapboard sudah mulai dipasarkan via retailer resminya di seluruh dunia. Dark Core RGB dan MM1000 sendiri akan menyusul, hadir di bulan Januari ini.

Sumber: Corsair.

Asus Lyra Voice Adalah Router Wi-Fi Sekaligus Smart Speaker Berbasis Alexa

Tidak bisa dipungkiri, smart speaker adalah kategori yang sangat mendominasi CES tahun ini. Namun dari sekian banyak smart speaker, yang paling unik menurut saya datang dari Asus. Namanya Asus Lyra Voice, dan ia sebenarnya merupakan sebuah router Wi-Fi dengan teknologi mesh networking.

Penampilannya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia berfungsi menyebarkan jaringan Wi-Fi. Performa audionya ditunjang oleh sepasang speaker berdaya 8 watt, dan Asus tak lupa menyematkan integrasi asisten virtual Amazon Alexa ke dalamnya, sehingga pengguna dapat mengoperasikannya via perintah suara.

Kehadiran Alexa berarti perangkat ini juga dapat dipakai untuk mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel. Dukungan layanan IFTTT juga semakin memaksimalkan perannya sebagai pusat kendali ekosistem rumah pintar.

Namun jangan sekali-kali lupa bahwa Lyra Voice juga merupakan sebuah router Wi-Fi AC tri-band. Mengikuti tren terkini, pengaturan konfigurasinya tak lagi tergantung pada PC, melainkan bisa melalui aplikasi pendamping di smartphone.

Asus Lyra Trio / Asus
Asus Lyra Trio / Asus

Menemani Lyra Voice adalah Lyra Trio yang berbentuk layaknya sebuah piramid kecil. Juga mengandalkan teknologi mesh networking, perangkat ini dimaksudkan untuk memperluas jaringan Wi-Fi utama dari Lyra Voice, sekaligus menyebarkan cakupan Alexa ke lebih banyak ruangan di dalam rumah.

Keduanya dijadwalkan hadir di pasaran mulai babak pertama tahun ini juga, sayang belum ada informasi mengenai harga jualnya masing-masing.

Sumber: CNET.

Beragam PC, Hardware dan Monitor Baru yang Jadi Andalan MSI di CES 2018

Sebagai ekshibisi teknologi tahunan terbesar, selalu ada produk menarik dan terobosan baru yang diungkap di CES. Tapi bagi beberapa produsen terkemuka asal Taiwan, ajang teknologi terpenting dilangsungkan di kampung halamannya dan CES hanyalah platform untuk mengenalkan inovasi-inovasi tersebut secara lebih luas pada dunia. Hal inilah yang dilakukan oleh MSI.

Untuk memeriahkan CES 2018, Micro-Star International membawa sejumlah produk yang sempat mereka umumkan atau telah dipajang di Computex 2017. Tentu, beberapa perangkat ini sudah memperoleh upgrade. Produk-produk MSI itu terdiri dari monitor Optix, PC desktop Trident 3 Arctic dan Infinite X, motherboard Z370 Godlike Gaming, GPU MSI GeForce GTX 1080 Ti Lightning Z, hingga laptop GT75VR Titan Pro.

Optix MPG Series

MSI CES 2018 3

Desember 2017 merupakan momen masuknya MSI ke ranah display curved, dan di CES 2018, sang produsen memperluas lineup-nya dengan seri MPG. Optix MPG terdiri dari dua model monitor 27-inci, yaitu Optix MPG27C dan Optix MPG27CQ. Keduanya dibekali refresh rate 144Hz, waktu respons 1-milidetik, SteelSeries Engine, GameSense dan RGB untuk memberi notifikasi status di dalam game via pola cahaya. Perbedaannya terletak pada resolusi: MPG27C adalah panel 1080p, sedangkan MPG27CQ menyajikan 1440p.

 

PC desktop gaming

Tiga model PC desktop jadi primadona MSI: AegisTrident 3 Arctic dan Infinite X.

MSI CES 2018 1

Diungkap perdana di bulan Maret 2017, Trident 3 Arctic ternyata memperoleh respons positif dari konsumen. Kali ini MSI mendongkrak performanya dengan prosesor Intel Core generasi kedelapan dan kartu grafis GTX 2080.

Infinite X adalah desktop gaming built-up pertama bersenjata Coffee Lake. Prodisen membekalinya dengan panel samping ber-tempered glass, RGB Mystic Light, serta sistem pendingin cairan Silent Storm Cooling 3 Pro.

Dan sama seperti saudara-saudaranya tesebut, Aegis juga sudah memperoleh upgrade Intel Core 8th Gen.

MSI CES 2018 4

 

Motherboard Z370 Godlike Gaming

MSI CES 2018 5

Merupakan penerima penghargaan CES 2018 Innovation Award, menyuguhkan segala macam fitur dan fungsi yang sangat membantu gamer, misalnya konektivitas Killer xTend, Triple Turbo M.2 dengan M.2 Shield V2, dan DAC Xtreme Audio plus Nahimic 2. Z370 Godlike Gaming mempunyai empat slot RAM DDR4 plus perlindungan Steel Armor, siap mendukung setup multi-GPU baik Nvidia vi SLI atau AMD melalui CrossFire.

 

MSI GeForce GTX 1080 Ti Lightning Z

MSI CES 2018 2

Overclocking menjadi aspek andalan di kartu grafis ini. Dan untuk menunjangnya, MSI mencantumkan desain pendingin Tri-Frozr dengan tiga kipas TORX 2.0, dibantu pipa-pipa pendingin yang tehubung ke Close Quarters Heatsink serta backplate sehingga pembuangan panas jadi lebih efektif. Lalu untuk memastikannya bekerja stabil, Lightning Z memanfaatkan komponen-komponen kelas militer.

 

GT75VR Titan Pro

MSI CES 2018 6

Seperti PC desktop-nya, MSI juga meng-upgrade laptop gaming high-end bersenjata keyboard mekanis slim GT75VR Titan Pro, kali ini dengan teknologi konektivitas terbaru: Killer Wireless-AC 1550. Wireless-AC 1550 ialah adapter network 2×2 11ac tercepat, mampu menyajikan transfer data di 1,73Gbps – sangat ideal untuk gaming, streaming dan download.

Sumber: MSI.

Sony Luncurkan Proyektor 4K Mewah dengan Wujud Seperti Meja Tamu

LG baru-baru ini membuktikan bahwa proyektor 4K tak harus bertubuh bongsor. Namun di saat yang sama Sony rupanya punya filosofi yang berbeda. Mereka justru ingin proyektor mahal yang Anda beli itu jadi pusat perhatian di suatu ruangan layaknya sebuah mebel.

Kedengarannya ambisius memang, akan tetapi proyektor terbaru yang mereka ungkap di CES 2018 bakal menjawab semua keraguan kita. Wujudnya sepintas terlihat seperti sebuah meja tamu, dengan panel atas yang terbuat dari marmer dan bobot sekitar 75 kg. Lalu yang menjadi pertanyaan, untuk apa dimensi sebesar ini kalau LG saja bisa menyajikan produk sekelas dalam kemasan yang amat ringkas?

Sony LSPX-A1

Well, Sony LSPX-A1 ini bukan sembarang proyektor. Ia sebenarnya juga merangkap tugas sebagai soundbar yang bahkan bisa mendistribusikan suara 360 derajat. Di dalam kabinet kayunya tertanam tiga speaker midrange dan sebuah subwoofer terpisah untuk mengisi satu ruangan penuh sekaligus menyuguhkan dentuman bass yang memuaskan.

Namun yang lebih istimewa lagi tersembunyi di kedua pilar depannya. Kalau Anda perhatikan dengan baik, bagian atas pilar tersebut terbuat dari kaca, dan keduanya sebenarnya merupakan Glass Sound Speaker yang bertugas sebagai tweeter. Jadi secara total LSPX-A1 mengusung konfigurasi enam speaker.

Sony LSPX-A1

Mengingat yang kita bahas adalah sebuah proyektor, tentu saja kualitas gambarnya tidak boleh dikesampingkan. LSPX-A1 mengandalkan teknologi proyeksi SXRD, yang pada dasarnya merupakan formula Sony dalam menggabungkan teknologi DLP dan LCD. Selain mengemas resolusi DCI 4K (4096 x 2160 pixel), proyektor ini pastinya juga siap memutar konten berformat HDR.

Proyektornya besar, berarti proyeksinya juga sudah pasti besar, bukan? Tentu saja, dan mengingat LSPX-A1 masuk dalam kategori ultra short-throw, ia dapat memproyeksikan layar sebesar 120 inci meski didudukkan sekitar 24 cm dari tembok. Tingkat kecerahan maksimum 2.500 lumen juga berarti Anda tak perlu menonton sambil gelap-gelapan.

Lalu berapa harganya? $30.000, dengan jadwal ketersediaan mulai musim semi 2018 di Amerika Serikat.

Sony MP-CD1 Mobile Projector

Sony MP-CD1

Kontras dengan LSPX-A1 adalah Sony MP-CD1, proyektor lain yang Sony juga umumkan di CES 2018, yang ukurannya kurang lebih sama seperti sebuah power bank. Bobotnya pun cuma 280 gram, dan di dalamnya tersimpan baterai berkapasitas 5.000 mAh yang diperkirakan bisa bertahan selama 2 jam penggunaan.

Meski mungil, MP-CD1 masih sanggup memproyeksikan layar hingga sebesar 120 inci dari jarak 3,5 meter. Resolusinya hanya sebatas 854 x 480 pixel, dengan tingkat kecerahan 105 lumen dan rasio kontras 400:1, tapi setidaknya ia bakal sangat berguna ketika Anda hendak mempresentasikan sesuatu dalam sebuah business trip.

Sony MP-CD1

Tubuh kecilnya juga tidak menjadi alasan minimnya konektivitas. Selain mengemas port HDMI, MP-CD1 turut membawa jack audio 3,5 mm untuk disambungkan ke speaker mini misalnya, serta port USB-C untuk charging sekaligus menjadi power bank dadakan untuk smartphone.

Sama seperti LSPX-A1 yang berharga selangit, MP-CD1 juga akan dipasarkan mulai musim semi nanti, dengan banderol $400.

Sumber: Sony 1, 2.

Asus Ciptakan Gaming Desktop Khusus Esport, ROG Strix GL 12

Selain keyboard mekanis ROG Strix Flare, Asus juga memperkenalkan sebuah gaming desktop baru di CES 2018. Perangkat bernama ROG Strix GL 12 ini diklaim benar-benar diciptakan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan atlet esport profesional.

Tanpa harus terkejut, di balik sasis berwajah futuristisnya, bernaung spesifikasi yang cukup ‘mengerikan’. Varian termahalnya mengusung prosesor Intel Core i7 8700K (Coffee Lake) yang secara default sudah di-overclock hingga 4,8 GHz, plus RAM DDR4 64 GB yang juga sudah digenjot performanya. Stabilitas performanya pun dijamin oleh sistem liquid cooling besutan Asetek.

Di sektor grafis, Asus memercayakan Nvidia GeForce GTX 1080 yang sudah diamankan oleh semacam palang guna mencegah benturan dan menghindari kerusakan ketika perangkat harus dibawa-bawa dan berpartisipasi dalam beragam turnamen internasional. Bagi yang tidak mau berkompromi, Asus juga menawarkan varian GL 12 yang dilengkapi liquid cooling untuk GPU-nya.

Asus ROG Strix GL 12

Namun fitur GL 12 yang paling menarik menurut saya bersembunyi di bagian depan, tepatnya di bawah deretan port USB dan slot SD card. Bagian tersebut dihuni oleh panel penutup magnetik, yang ketika dibuka akan menampilkan sebuah slot SSD bertipe hot-swap. Artinya, pengguna bisa melepas dan memasangkan SSD tanpa harus me-restart perangkat.

Fitur inilah yang sejatinya dinilai krusial buat para atlet esport. Dikatakan bahwa mereka sering kali membawa SSD 2,5 incinya masing-masing yang menyimpan semua pengaturan yang dibutuhkan dalam bertanding. Ketimbang harus membuka sasis PC, memanfaatkan slot hot-swap untuk mengakses pengaturan-pengaturan tersebut jelas jauh lebih praktis.

Kalau melihat fungsi spesifiknya itu, ROG Strix GL 12 jauh lebih ideal menjadi daftar belanjaan penyelenggara turnamen ketimbang para atlet esport itu sendiri. Terlepas dari itu, Asus masih belum menyingkap harga maupun jadwal ketersediaannya.

Bezel-Free Kit

Dalam kesempatan yang sama, Asus juga ingin memamerkan sebuah konsep peripheral baru yang mereka sebut dengan istilah Bezel-Free Kit. Asus bilang bahwa perangkat ini diciptakan dengan tujuan memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh pengguna PC dengan setup multi-monitor.

Masalah itu adalah grafis yang terpotong oleh bezel monitor yang didudukkan bersebelahan. Solusi yang Asus tawarkan cukup sederhana, tapi dampaknya cukup signifikan, yakni dengan cara mengamuflasekan bezel sehingga grafis yang ditampilkan sama sekali tidak terpotong. Perbandingan sebelum dan sesudah dipasangi Bezel-Free Kit bisa Anda lihat sendiri pada dua gambar di atas.

Asus Bezel-Free Kit

Bezel-Free Kit melibatkan sebuah lensa khusus berwujud tipis yang mampu membelokkan cahaya dari monitor ke arah dalam, sehingga bezel monitor pun tertutup oleh biasannya. Biasan cahayanya memang akan kelihatan sedikit lebih redup dari tampilan monitor, tapi setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang dua bezel yang benar-benar memangkas sebagian dari grafis yang ditampilkan.

Lensanya sendiri terbuat dari bahan thermoplastic khusus yang diyakini lebih tangguh ketimbang kaca. Pemasangannya hanya melibatkan penjepit biasa di sisi atas dan bawah monitor, akan tetapi posisi kedua monitor harus tepat 130 derajat supaya hasilnya benar-benar optimal.

Sumber: Asus 1, 2.

Yuneec Luncurkan Tiga Drone Baru di CES 2018

Tidak ada drone baru dari DJI di ajang CES tahun ini, hanya stabilizer Osmo Mobile 2 saja. Kedengarannya seperti kesempatan emas bagi para pesaingnya untuk mencuri perhatian? Anggap saja begitu, sebab Yuneec baru saja mengumumkan bukan satu, tapi tiga drone anyar sekaligus di CES 2018.

Drone yang pertama adalah Yuneec Typhoon H Plus, suksesor dari Typhoon H yang diperkenalkan tepat dua tahun silam. Sama seperti sebelumnya, fitur unggulannya adalah kemampuan mendeteksi dan menghindari rintangan dengan sendirinya berkat teknologi Intel RealSense.

Yuneec Typhoon H Plus

Lalu apa yang membuatnya pantas menyandang titel “Plus”? Navigasi dan kualitas kamera yang lebih baik jawabannya. Keenam rotornya berukuran lebih besar, tapi di saat yang sama dapat beroperasi hingga 40% lebih senyap. Lebih lanjut, Yuneec juga mengklaim Typhoon H Plus bisa tetap stabil mengudara meski angin bertiup sekencang 48 km/jam.

Untuk kameranya, Typhoon H Plus mengandalkan sensor berukuran 1 inci, dengan resolusi 20 megapixel untuk foto still. Video tak hanya bisa direkam dalam resolusi 4K, tapi juga dalam kecepatan 60 fps. Di samping itu, Typhoon H Plus juga menjanjikan hasil rekaman di kondisi minim cahaya yang lebih baik.

Yuneec juga bilang bahwa mereka telah mendesain ulang controller uniknya yang berbasis Android dan mengemas layar 7 inci untuk menampilkan hasil rekaman secara real-time dalam resolusi 720p. Soal daya baterai, Typhoon H Plus diyakini mampu mengudara selama 25 menit nonstop dalam cuaca normal.

Sama seperti sebelumnya, Yuneec menarget kalangan profesional untuk Typhoon H Plus. Pemasarannya akan dimulai pada babak pertama 2018, dengan harga $1.800, sama persis seperti pendahulunya.

Yuneec HD Racer / Yuneec
Yuneec HD Racer / Yuneec

Drone yang kedua adalah HD Racer, sebuah quadcopter mini yang, sesuai namanya, ditujukan untuk penggemar balap drone. Dibekali mode yang berbeda untuk pengguna pemula atau yang sudah berpengalaman, HD Racer juga siap mengudara di ‘sirkuit’ indoor berkat konstruksinya yang tahan banting serta baling-baling yang terlindungi.

Sesi balapan bakal diabadikan dalam resolusi 1080p 60 fps, dan tentu saja sang pilot bisa memonitornya secara live dengan latency yang minimal. Yang cukup unik, drone ini bisa ‘bangun’ dengan sendirinya saat menabrak objek dan terbalik

Harganya? $180 saja, akan tetapi konsumen masih harus menunggu sampai babak kedua tahun 2018.

Yuneec Firebird FPV / Yuneec
Yuneec Firebird FPV / Yuneec

Terakhir, ada Firebird FPV yang merupakan drone tipe fixed-wing pertama dari Yuneec. Berbekal satu baling-baling di belakang, pengoperasiannya lebih mirip pesawat ketimbang helikopter. Di ujung hidungnya tertanam sebuah kamera untuk merekam dalam sudut pandang pertama.

Yuneec tak lupa menyematkan sejumlah fitur canggih seperti kemampuan untuk pulang dan mendarat di titik lepas landasnya secara otomatis, plus fitur geofencing dan fitur pengaman yang mencegah drone terbang terlalu rendah. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan selama 30 menit waktu mengudara.

Yang sedikit mengejutkan adalah banderol harganya, yakni $700. Yuneec berencana menjualnya di babak pertama tahun ini.

Sumber: The Verge dan Yuneec.

Harman Kardon Allure Portable Ramaikan Pasar Smart Speaker Berintegrasi Alexa

Kalau melihat tren tahun lalu, bisa diprediksi bahwa smart speaker bakal menjadi segmen yang mendominasi ajang CES tahun ini. Pabrikan demi pabrikan terkesan semakin agresif mengintegrasikan asisten virtual ke speaker buatannya, salah satunya Harman Kardon.

Salah satu smart speaker-nya, Harman Kardon Allure, kini punya adik kecil yang lebih portable. Mengusung embel-embel “Portable”, perangkat tetap mempertahankan gaya desain khas yang ditonjolkan kakaknya, memadukan grille berbahan stainless steel dengan penutup semi-transparan di atasnya.

Di dalamnya tertanam sepasang driver 1,75 inci berdaya 20 watt, ditemani oleh dua radiator pasif untuk mengisi satu ruangan penuh dengan suara serta dentuman bass yang mantap. Selain Bluetooth, Allure Portable turut mengemas Wi-Fi untuk mengakomodasi streaming audio beresolusi setinggi 96 kHz/24 bit.

Terkait kualitas suara, kakaknya yang bertubuh lebih kekar kemungkinan besar masih lebih unggul. Namun Allure Portable juga menyimpan kelebihannya sendiri, yakni baterai rechargaeble yang bisa bertahan sampai 10 jam, sehingga perangkat bebas Anda bawa ke mana-mana jika perlu.

Sama seperti kakaknya, tentu saja yang menjadi fitur andalan di sini adalah kontrol via perintah suara berkat integrasi Amazon Alexa. Memanggil sang asisten dari kejauhan juga dimungkinkan berkat sepasang mikrofon berteknologi noise cancelling.

Rencananya Harman Kardon Allure Portable akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, dengan banderol $199 – hanya terpaut sedikit dari versi standarnya.

Sumber: Business Wire.

Sennheiser HD 820 Adalah Versi Closed-Back dari Headphone Terbaik Sennheiser

Hampir semua headphone terbaik yang ada di pasaran mengemas earcup berdesain terbuka (open-backed), salah satunya Sennheiser HD 800 S. Keuntungan dari headphone jenis ini umumnya adalah soundstage yang terasa amat luas, akan tetapi kekurangannya, Anda hanya bisa menggunakannya di ruangan yang senyap, sebab suara dari sekitar akan sangat mudah terdengar.

Apakah menikmati musik dari headphone berkualitas harus selamanya menjadi aktivitas yang hanya bisa dilakukan di masa-masa tenang di rumah? Tidak. Pada kenyataannya, tidak sedikit juga headphone berjenis closed-back yang menjadi favorit kalangan audiophile, Fostex TH900mk2 contohnya.

Sennheiser HD 820

Sennheiser pun sekarang juga punya headphone premium berdesain tertutup. Diumumkan di ajang CES 2018, Sennheiser HD 820 merupakan versi closed-back dari HD 800 S. Desainnya nyaris identik dengan HD 800 S, hanya saja kedua earcup-nya kini telah ditutup. Yang unik, penutupnya adalah kaca Gorilla Glass yang sedikit melengkung, sehingga jeroannya masih kelihatan dari luar.

Sennheiser bilang bahwa kaca Gorilla Glass ini juga berkontribusi terhadap kualitas suara yang dihasilkan, dengan cara meminimalkan resonansi. Perbedaan lainnya, bantalan telinga HD 820 dibalut perpaduan bahan kulit sintetis dan microfiber, sedangkan HD 800 S sebelumnya hanya mengandalkan microfiber saja.

Sennheiser tidak segan mengategorikan HD 820 sebagai headphone kelas reference dengan reproduksi suara yang alami sekaligus realistis. Namun untuk bisa merasakannya, ia butuh didampingi amplifier eksternal yang sama berkualitasnya. Itulah mengapa Sennheiser juga mengumumkan amplifier baru HDV 820.

Ketergantungan akan amplifier berarti Anda tidak bisa semudah itu membawa dan menggunakan HD 820 selagi berada di dalam kereta komuter. Headphone sekelas ini bukan termasuk barang yang portable, tapi setidaknya Anda tak memerlukan ruangan khusus untuk dimanjakan oleh HD 820; di ruang keluarga pun bisa, sebab suara yang dihasilkannya tak akan bocor ke mana-mana seperti HD 800 S, dan suara dari luar pun juga tidak akan mengganggu Anda kecuali volumenya luar biasa keras.

Sennheiser berencana memasarkan HD 820 seharga $2.400, akan tetapi konsumen yang tertarik harus bersabar menunggu sampai sekitar awal musim panas nanti.

Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser
Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser

Kontras dengan HD 820, Sennheiser juga mengumumkan earphone Bluetooth berharga terjangkau. Dijuluki CX 6.00BT, ia mengusung desain yang amat ringkas dengan bobot hanya 14 gram. Di saat yang sama, ia menjanjikan reproduksi suara yang jernih dan mendetail, lengkap dengan dentuman bass yang mantap.

Meski belum menggunakan Bluetooth 5.0, earphone ini cukup istimewa karena dapat di-pair dengan dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone, sehingga pengguna bisa berganti perangkat dengan mudah. Mikrofon berteknologi noise cancelling turut tersedia, demikian pula remote control berisikan tiga tombol.

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama enam jam nonstop, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging sehingga bisa terisi penuh hanya dalam waktu sekitar 1,5 jam saja. Harganya? $100 saja, dan konsumen sudah bisa membelinya mulai bulan ini juga.

Sumber: Sennheiser 1, 2.

Asus ROG Strix Flare Adalah Keyboard Mekanis dengan Sejumlah Elemen Desain Cerdas

Sebelum Computex dihelat di pertengahan tahun nanti, Asus rupanya tidak mau melewatkan dan menyia-nyiakan ajang CES begitu saja. Dalam salah satu expo teknologi terbesar yang diadakan di Las Vegas itu, Asus mengumumkan sejumlah produk untuk kategori PC gaming.

Yang pertama dan yang paling menarik perhatian saya – karena saya setiap harinya selalu mengetik dan bermain game – adalah sebuah keyboard mekanis bernama ROG Strix Flare. Strix Flare bukanlah keyboard mekanis pertama Asus, tapi ia yang pertama berhasil mengundang ketertarikan lewat desainnya.

Bukan, bukan sistem pencahayaan RGB-nya yang tampak menggoda, melainkan sejumlah keputusan desain yang menurut saya sepele tapi berpengaruh signifikan. Ambil contoh peletakan tombol untuk mengontrol media. Di saat mayoritas pabrikan keyboard menempatkannya di sebelah kanan, Asus memindahnya ke sebelah kiri pada Strix Flare.

Menurut saya ini punya dampak yang cukup krusial. Pasalnya, mengatur volume di tengah-tengah sesi tembak-menembak CS:GO bisa dilakukan tanpa harus melepas mouse sama sekali, terkecuali Anda merupakan pengguna mouse kidal. Hal yang sama juga berlaku untuk mengontrol jalannya musik, menonaktifkan tombol Windows maupun menyetel tingkat kecerahan lampu RGB.

Asus ROG Strix Flare

Elemen desain cerdas yang kedua adalah cekungan kecil di bagian bawah keyboard yang bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan kabel headset (sayang tidak ada gambarnya), mencegah kabel yang tidak sengaja tertarik karena sedang asyik berkonsentrasi mencari headshot. Lebih lanjut, palm rest-nya tampak menipu karena dari depan kelihatan tidak ada celah di antaranya dan keyboard.

Selebihnya, Asus tentu saja tidak lupa akan performa keyboard itu sendiri. Masing-masing tombol Strix Flare mengemas switch Cherry MX RGB – bisa dalam varian Red yang linear, Brown yang tactile atau Blue yang clicky. Asus juga berencana menghadirkan varian MX Speed Silver ke depannya.

Lampu RGB yang ada di balik tiap-tiap tombol Strix Flare dapat dikontrol secara terpisah, atau dengan menerapkan satu dari 13 efek yang tersedia. Strix Flare juga menjadi keyboard pertama yang memanfaatkan software konfigurasi terbaru Asus, yang diklaim lebih optimal dan lebih komprehensif dalam mengakomodasi pengaturan profil, makro dan pencahayaan RGB itu tadi.

Asus menjadwalkan pemasaran ROG Strix Flare di kawasan Amerika Serikat mulai Februari mendatang seharga $180. Semoga saja mereka bisa dengan cepat membawanya ke tanah air.

Sumber: Asus.

HTC Ungkap Vive Pro dengan Resolusi dan Tingkat Kenyamanan Lebih Tinggi

Persaingan di ranah virtual reality diprediksi bakal kembali menguat di tahun 2018 ini, utamanya berkat kategori headset baru bertipe standalone macam Oculus Go dan HTC Vive Focus. Namun bagi HTC, mereka rupanya belum lupa akan segmen VR high-end yang juga didudukinya. Bukti dari komitmen mereka tersaji melalui Vive Pro.

Vive Pro adalah suksesor sejati Vive orisinil. Tidak seperti Vive Focus yang mengutamakan aspek kepraktisan, Vive Pro benar-benar mengedepankan performa di atas segalanya. Ia masih harus tersambung ke PC berspesifikasi kelas atas, tapi resolusi display OLED-nya kini naik menjadi 2880 x 1600 pixel (615 pixel per inci), atau nyaris 80% lebih tinggi.

Peningkatan resolusi berarti semuanya akan tampak lebih tajam di Vive Pro, termasuk halnya judul game AAA macam Fallout 4 VR. Tidak hanya visual yang diprioritaskan, audio pun turut dijunjung tinggi lewat sepasang headphone yang kini terintegrasi dengan perangkat, seperti Oculus Rift.

HTC Vive Pro

Desain fisik Vive Pro juga sudah dirombak secara cukup signifikan, yang kini berbalut warna biru sehingga bakal tampak senada dengan Vive Focus. Strap kepalanya dipastikan bisa terasa lebih nyaman, dan pengguna sekarang bisa menyesuaikan distribusi bobot antara bagian belakang dan depan headset secara manual.

Juga baru adalah kehadiran sepasang mikrofon dengan teknologi noise cancelling aktif, serta sepasang kamera yang menghadap ke depan layaknya sepasang mata seperti di Vive Focus. HTC bilang bahwa penambahan ini dimaksudkan untuk merangsang kreativitas developer, menjadi indikasi akan gameplay yang lebih variatif pada koleksi konten Vive ke depannya.

Vive Wireless Adaptor

Bersamaan dengan Vive Pro, HTC juga mengumumkan Vive Wireless Adaptor. Sesuai namanya, aksesori ini dirancang untuk menyulap Vive maupun Vive Pro menjadi wireless, menggantikan peran kabel dalam meneruskan data dari PC ke headset.

Dibandingkan produk serupa yang sudah ada di pasaran, macam TPCAST, kinerja perangkat ini diyakini jauh lebih unggul berkat pengadopsian teknologi WiGig rancangan Intel. WiGig pada dasarnya memungkinkan perangkat untuk beroperasi di frekuensi 60 GHz yang minim gangguan, sehingga latency pun bisa ditekan secara cukup drastis.

Sayangnya sejauh ini HTC masih bungkam soal harga dan ketersediaan Vive Pro maupun Vive Wireless Adaptor. Dalam kesempatan yang sama di gelaran CES 2018, HTC turut mengumumkan versi baru platform Viveport VR yang telah didesain ulang menjadi lebih immersive, serta kemitraannya bersama Vimeo melalui Vive Video.

Sumber: HTC Vive.