Gelang Pintar Ini Diklaim Bisa Memahami Perasaan Anda

Kedengarannya sulit dipercaya? Well, itulah yang dibawa oleh startup asal New York, Sentio Solutions, ke panggung CES 2016. Dijuluki Feel Wristband, perangkat ini diyakini mampu memonitor kadar stres maupun seberapa emosional penggunanya, sekaligus tentu saja berusaha memperbaiki mood penggunanya.

Feel tampak seperti gelang pintar pada umumnya. Ia mengemas empat sensor khusus untuk merekam berbagai data biometrik sepanjang hari, mulai dari denyut nadi, suhu kulit sampai respon kulit galvanik (respon listrik yang muncul pada kulit akibat kegelisahan atau stres). Berbekal data-data ini, Feel akan mencoba untuk memahami perasaan Anda sebaik mungkin.

Namun bukan berarti dengan mengenakan Feel Anda bisa langsung ceria begitu saja. Semuanya tetap kembali pada pengguna. Feel hanya akan memberikan penjelasan terkait apa yang menyebabkan suasana hati Anda jadi kurang kondusif seperti itu. Bisa jadi dikarenakan Anda habis menjalani rapat berturut-turut, atau mungkin karena sudah terlalu lama terjebak macet.

Evaluasi semacam ini akan ditampilkan pada aplikasi pendamping Feel di smartphone. Selanjutnya, Feel juga akan memberikan kiat-kiat mengatasi stres berdasarkan situasinya, yang disampaikan dalam wujud notifikasi singkat seperti “ayo lebih banyak senyum”, “waktunya tarik nafas dalam-dalam”, dan sebagainya.

Dalam situasi dimana Anda sudah stres berat, Feel akan bergetar dan aplikasinya akan menampilkan panduan latihan pernafasan maupun meditasi secara bertahap sehingga Anda bisa merasa sedikit lebih baik, dan Anda pun terhindar dari resiko dipecat karena telah memaki atasan secara frontal.

Feel Wristband rencananya bakal mulai dipasarkan pada bulan Desember tahun ini juga, dengan pilihan warna antara putih, turquoise, merah dan hitam. Banderol harganya belum bisa dipastikan. Kalau ternyata cukup terjangkau, mungkin ia bisa jadi alternatif yang cukup menarik dari smart band kelas mainstream.

Sumber: Wareable.

Lenovo Jadi yang Pertama Garap Smartphone Project Tango

Masih ingat dengan Google Project Tango? Ide tentang sebuah smartphone yang dapat mempelajari konsep ruang dan gerakan ini Google perkenalkan hampir dua tahun yang lalu, dan sekarang tampaknya kerja keras tim pengembangnya sudah menemukan titik terang.

Memang tidak dijelaskan secara merinci perkembangan signifikan apa yang dilalui Project Tango sejauh ini. Akan tetapi salah satu pabrikan hardware, yaitu Lenovo, telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengembangkan smartphone yang dibekali teknologi tersebut. Lenovo tidak sendirian, mereka bekerja sama langsung dengan Google dan Qualcomm guna mengoptimalkan kinerja hardware dan software-nya.

Ide dasarnya sebenarnya tidak berubah. Smartphone ini nantinya sanggup mengenali ruangan beserta objek di dalamnya, lalu menampilkannya di layar secara tiga dimensi. Tak cuma itu, ia juga mampu membaca gerakan pengguna secara akurat, membuka potensinya menjadi jendela menuju dunia virtual yang hanya akan terbatasi oleh kreativitas para developer.

Bicara soal developer, Lenovo dan Google pun mengajak para developer untuk merancang aplikasi yang dioptimalkan buat Project Tango. Seperti yang kita tahu, teknologi canggih macam ini bakal terasa percuma apabila tidak ada konten yang cukup untuk dinikmati pengguna. Nantinya, aplikasi yang dinilai terbaik bakal disematkan ke smartphone Project Tango dari Lenovo secara default.

Sejauh ini juga belum ada rincian spesifikasi sama sekali terkait smartphone Project Tango besutan Lenovo ini. Satu hal yang bisa dipastikan, ia bakal ditenagai oleh prosesor Qualcomm Snapdragon yang cukup bertenaga mengingat prototipenya saja perlu melakukan sebanyak 250 ribu kalkulasi per detik.

Kalau melihat gambar teaser-nya, desainnya juga jauh lebih menarik ketimbang prototipe dua tahun silam. Pada bagian belakangnya, bisa kita lihat bahwa tak cuma kamera standar yang ada di sana, tapi komponen yang sepertinya merupakan kamera motion tracking sekaligus sensor kedalaman (depth) – sekaligus komponen yang berada di bawah kamera yang menurut saya adalah sebuah sensor sidik jari.

Project Tango sepertinya dapat mengubah persepsi negatif kita tentang kompetisi smartphone yang semakin lama semakin terasa seperti sekedar adu spesifikasi belaka. Kita nantikan saja kehadirannya pada musim panas tahun ini.

Sumber: Business Wire.

Withings Luncurkan Fitness Tracker Baru dan Termometer Pintar

Perusahaan asal Perancis, Withings, tak mau ketinggalan dari para pesaingnya dalam meramaikan panggung CES 2016 dengan sederet fitness tracker baru. Di sana, mereka langsung memperkenalkan dua produk baru sekaligus; satu merupakan fitness tracker berharga terjangkau, sedangkan satunya adalah sebuah termometer pintar.

Fitness tracker anyar itu mereka beri nama Withings Go. Wujudnya begitu minimalis. Ia tak memiliki tombol sama sekali, sedangkan layarnya sendiri memanfaatkan teknologi e-ink yang amat irit daya. Pada layar ini, progress pengguna akan ditampilkan berupa garis-garis yang akan memenuhi layar ketika target harian telah tercapai.

Go dapat dipakai untuk memonitor berbagai aktivitas: jalan kaki, berlari, berenang sampai mendengkur di atas kasur. Karena tak ada tombol apa-apa untuk ditekan, yang perlu pengguna lakukan hanyalah memakainya, dan Go akan mulai memonitor secara otomatis saat aktivitas dimulai. Data-datanya kemudian akan diteruskan menuju aplikasi Withings Health Mate di smartphone.

Withings Go

Cara memakai Go pun bervariasi. Pengguna bisa menjepitkannya ke saku celana atau ikat pinggang. Go juga bisa dikenakan seperti sebuah jam tangan dengan memanfaatkan casing pelindung yang berbeda. Konsep ini sangat mirip seperti yang ditawarkan perangkat sekelas dari brand lain, yakni Jawbone UP Move dan Misfit Flash.

Secara keseluruhan, Withings Go terdengar amat menarik buat yang tengah mengincar sebuah fitness tracker serba bisa tapi berharga terjangkau. Go dihargai $70 saja, dan akan dipasarkan mulai kuartal pertama tahun ini juga. Oh ya, ia juga tahan air hingga kedalaman 50 meter, dan baterai kancingnya bisa bertahan sampai 8 bulan sebelum perlu diganti baru.

Withings Thermo

Withings Thermo

Saya yakin Anda sudah penasaran dengan yang dimaksud termometer pintar. Namanya Withings Thermo, dan sepertinya ia merupakan termometer paling canggih yang tersedia untuk umum saat ini. Cara menggunakannya pun jauh lebih mudah daripada termometer tradisional.

Untuk memakainya, pengguna hanya perlu menempelkan Thermo ke pelipis, tekan tombolnya, lalu tunggu selama dua detik. Thermo dibekali 16 sensor inframerah yang akan melakukan sebanyak 4.000 pengukuran pada pembuluh arteri, mencari titik terpanas, lalu menampilkan berapa suhunya secara akurat. Sekali lagi, semuanya berlangsung dalam waktu dua detik saja.

Keunikan Thermo tak berhenti sampai di situ saja. Ia juga mengemas koneksi Wi-Fi dan Bluetooth, memungkinkannya untuk meneruskan data menuju aplikasi di smartphone. Di situ Anda dapat memantau analisis sederhana terkait fluktuasi suhu tubuh setiap harinya, yang bisa saja dikaitkan dengan gejala penyakit tertentu yang tiba-tiba muncul.

Lebih lanjut, data ini juga bisa dikombinasikan dengan data yang dikumpulkan perangkat kesehatan lain besutan Withings, yang pada akhirnya dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kesehatan penggunanya.

Withings Thermo dibanderol seharga $100, dan juga akan dipasarkan mulai kuartal pertama tahun 2016. Ia ditenagai oleh sepasang baterai AAA sehingga Anda tak perlu repot-repot mengisi ulang baterainya setiap malam.

Sumber: Wareable dan TechCrunch.

Drone Yuneec Typhoon H Siap Menghindari Rintangan dengan Sendirinya

Berada di bayang-bayang rival yang lebih sukses itu pasti terasa tidak enak. Kira-kira mungkin seperti itu perasaan yang dialami Yuneec, pabrikan drone yang masih satu kampung dengan DJI. Sampai saat ini, drone buatannya masih kalah pamor kalau dibandingkan dengan lini drone besutan DJI.

Tapi semua itu bisa berubah tahun ini. Memanfaatkan kemeriahan acara CES 2016, Yuneec memperkenalkan drone terbaru sekaligus tercanggihnya, Typhoon H. Mengapa Typhoon H bisa mengubah kondisi persaingan antara kedua pabrikan drone tersebut? Karena ada kebesaran Intel di belakangnya.

Yuneec Typhoon H merupakan drone versi konsumen pertama yang ditenagai oleh teknologi Intel RealSense. Sederhananya, teknologi ini memanfaatkan kamera inframerah untuk memindai beragam objek yang ada di hadapannya. Hal itu berarti Typhoon H dapat mendeteksi sekaligus menghindari rintangan yang ia temui selagi mengudara.

Yuneec Typhoon H

Lalu apa nilai praktis dari kemampuan menghindari rintangan ini? Well, seperti drone lainnya, Typhoon H juga mengemas fitur penerbangan otomatis yang dibagi menjadi beberapa mode yang berbeda. Jadi semisal Anda mengaktifkan mode “Follow” dimana drone akan bergerak dengan sendirinya mengikuti pemegang controller, ia tak akan menabrak pohon, tembok atau objek lain yang menghalangi rutenya.

DJI sendiri sebenarnya juga punya drone yang dibekali ‘penglihatan’ macam ini, yaitu Matrice 100. Akan tetapi drone tersebut sejauh ini baru ditujukan untuk kalangan developer saja, sedangkan Typhoon H ini benar-benar menyasar konsumen secara massal.

Menilik fisiknya, ada yang berbeda dari Typhoon H. Ia dilengkapi enam baling-baling ketimbang empat, membuatnya tak bisa disebut sebagai quadcopter. Penambahan dua baling-baling ekstra ini ditujukan supaya drone bisa tetap mengudara dengan stabil sekaligus mendarat meski ada satu atau dua baling-baling yang tiba-tiba berhenti bekerja.

Lebih lanjut, tiap baling-baling ini bisa dilipat ke bawah ketika sedang tidak digunakan, sekaligus memudahkannya untuk dibawa berpergian. Apalagi mengingat Typhoon H banyak melibatkan material serat karbon guna menekan bobot keseluruhan secara drastis.

Yuneec Typhoon H

Soal kualitas gambar, Typhoon H siap merekam video dalam resolusi 4K maupun mengambil foto dalam resolusi 12 megapixel. Tapi yang lebih menarik untuk diperhatikan adalah controller unik milik Typhoon H. Controller ini ukurannya cukup besar, karena tepat di tengahnya Anda akan menjumpai sebuah layar 7 inci, dan Yuneec telah menanamkan sistem operasi Android ke dalamnya.

Dengan demikian, pengguna tak perlu lagi mengandalkan smartphone atau tablet-nya guna menampilkan hasil rekaman secara real-time, seperti yang kita jumpai pada mayoritas drone lain yang mendukung fitur ini. Typhoon H sendiri siap meneruskan hasil rekamannya ke layar controller dalam resolusi 720p.

Menimbang segala kelebihannya, pantas saja apabila Yuneec memosisikan Typhoon H sebagai penantang DJI Inspire 1. Yuneec bahkan tidak segan untuk mematok harga yang lebih agresif untuk Typhoon H, yakni $1.799, atau kurang lebih $800 lebih murah ketimbang Inspire 1.

Sumber: The Verge dan PR Newswire.

Carl Zeiss Ungkap Aksesori Lensa Smartphone Perdananya

Perusahaan pembuat aksesori lensa smartphone macam Olloclip harus berhati-hati. Pasalnya, tidak cuma persaingan di ranah ini semakin panas, tetapi nama-nama besar seperti Carl Zeiss kini juga ikut turun tangan dan memberikan penawarannya sendiri.

Di depan pengunjung CES 2016, Zeiss mengumumkan kemitraannya bersama Fellowes Brands. Fellowes sendiri merupakan otak di balik ExoLens, dan pengumuman ini berarti mereka bakal mendesain dan mengembangkan lensa smartphone secara langsung bersama dedengkot lensa kamera yang sudah berkiprah sejak tahun 1890 tersebut.

Sebanyak tiga lensa sekaligus sudah direncanakan, yakni lensa wide-angle, telephoto dan macro. Ketiganya tentu saja akan mengemas optik berkualitas rancangan Zeiss, termasuk halnya lapisan anti-reflektif T* yang sudah menjadi senjata andalan lini lensa kamera Zeiss selama beberapa tahun.

Khusus untuk model macro, lensa ini punya satu fitur yang tak dimiliki lensa dari brand lain yang sejenis, yaitu fungsi zoom. Zeiss mengklaim mereka adalah yang pertama kali berhasil menyematkan fungsi zoom ke dalam sebuah aksesori lensa untuk smartphone. Hal ini jelas akan meningkatkan fleksibilitasnya dalam berbagai kondisi.

ExoLens with Zeiss Optics

Ketiga lensa ini kompatibel dengan iPhone 6S maupun 6S Plus, dengan bantuan sebuah mount khusus yang dijepitkan ke smartphone. Mount ini juga dilengkapi lubang tripod standar, sekaligus dapat dipasangi aksesori lain yang kompatibel.

Tiga lensa ExoLens dengan optik rancangan Zeiss ini rencananya baru akan dipasarkan pada kuartal kedua tahun 2016. Banderol harganya masih belum dirincikan, tetapi sudah ada rencana untuk merilis model yang kompatibel dengan perangkat lain selain iPhone.

Untuk sementara, Anda bisa melihat sampel-sampel foto yang bisa dihasilkan oleh lensa smartphone buatan Zeiss ini. Lebih lengkapnya bisa Anda lihat langsung di situs resmi Zeiss.

ExoLens with Zeiss Optics sample photo

ExoLens with Zeiss Optics sample photo

ExoLens with Zeiss Optics sample photo

Sumber: PetaPixel dan Zeiss.

Bisa Memindai Secara 3D, Razer Stargazer Diklaim Sebagai Webcam Tercanggih

Razer sepertinya cukup sibuk memanjakan para pengunjung event CES 2016. Selain mengungkap kehadiran ultrabook mutakhir untuk gaming, Blade Stealth, Razer rupanya juga memperkenalkan perangkat yang kesannya agak kurang ‘gaming‘, yakni sebuah webcam.

Namanya Razer Stargazer. Bukan cuma namanya saja yang keren, karena tentu saja ini bukan sembarang webcam. Razer telah menanamkan teknologi Intel RealSense ke dalamnya, memungkinkan Stargazer untuk memindai wajah Anda secara tiga dimensi.

Sebanyak 78 titik pada wajah bisa ia kenali, yang berarti pengguna PC pada akhirnya dapat menikmati fitur Windows Hello milik Windows 10, membuka komputer hanya dengan mengarahkan wajahnya ke kamera. Tak cuma itu, Stargazer juga bisa mengenali 22 titik di tangan. Apa gunanya? Menurut Razer, pengguna nantinya bisa menjalankan suatu aplikasi dengan menerapkan gesture tertentu.

Razer Stargazer - Dynamic Background Removal

Keberadaan teknologi Intel RealSense ini rupanya sangat dimaksimalkan oleh Razer. Salah satu fitur menarik lain dari Stargazer adalah Dynamic Background Removal. Fitur ini pada dasarnya akan menghapus background secara otomatis, sehingga para gamer yang biasa mangkal di Twitch nantinya tak perlu lagi menempatkan green screen di belakang masing-masing. Hasil akhirnya akan terlihat seperti gambar di atas ini.

Tak cuma buat gamer yang suka menyiarkan kekonyolannya dalam bermain, Stargazer juga bisa dimanfaatkan oleh pihak developer game. Selain wajah, objek sehari-hari juga bisa dipindai secara 3D. Hasil scan-nya kemudian dapat diproses lebih lanjut secara cepat menggunakan game engine macam Unity. Dengan kata lain, proses pembuatan objek 3D dalam tahap pengembangan game bisa sedikit dipermudah.

Menurut CEO Razer, Min-Liang Tan, tidak ada inovasi yang berarti di kategori webcam selama bertahun-tahun selain peningkatan kualitas dan resolusi. Stargazer membuktikan bahwa sebuah webcam saja bisa memegang peran besar dalam keseharian pengguna.

Razer Stargazer

Soal kualitasnya sendiri, jangan khawatir, Stargazer menyediakan opsi perekaman 1080p 30 fps atau 720p 60 fps. Lebih lanjut, Razer turut melengkapinya dengan sepasang mikrofon yang dibekali teknologi noise-cancelling otomatis. Singkat cerita, pengguna tak perlu cemas soal kualitas video maupun audio yang dihasilkan oleh Stargazer.

Kapan Razer Stargazer bisa dibeli? Kuartal kedua tahun ini juga, dengan harga $200. Razer rencananya juga bakal membagikan Stargazer secara cuma-cuma dalam jumlah terbatas kepada para pemilik channel video gaming yang tergabung dalam program Sponsored Streamer.

Razer Nabu Watch

Razer Nabu Watch

Bersamaan dengan itu, Razer ternyata masih belum lupa akan lini perangkat wearable-nya, Nabu. Mereka pun memamerkan iterasi baru yang bernama Nabu Watch. Sesuai namanya, kali ini bukan lagi sebuah smart bracelet, melainkan sebuah smartwatch – meski Razer lebih memilih menyebutnya sebagai “a watch that’s smart“.

Di balik desain khas Razer-nya, Nabu Watch dilengkapi fitur-fitur standar ala smartwatch seperti fitness tracking maupun yang sudah menjadi ciri khas lini Nabu, yakni kemampuan untuk bertukar informasi jejaring sosial hanya dengan berjabat tangan antara dua pengguna Nabu Watch.

Fitur unik lain dari Nabu Watch adalah kehadiran layar kedua yang terletak pada bagian bawah wajahnya. Jadi layar besar di atasnya akan terus menyala seperti sebuah chronograph digital biasa, tapi layar keduanya bertindak sebagai penyaji info dari fitur-fitur pintarnya, termasuk menampilkan notifikasi smartphone.

Razer saat ini sudah memasarkan Nabu Watch seharga $150. Tersedia pula versi lain yakni Nabu Watch Forged Edition yang mengusung tombol berbahan stainless steel seharga $200.

Sumber: Razer 1, 2.

Garmin Varia Vision Suguhkan Heads-Up Display untuk Pesepeda

Tahun lalu, Garmin memperkenalkan lini produk baru bernama Varia, dengan misi mulia yakni mengurangi angka cedera yang dialami para pesepeda. Enam bulan berselang, kini Garmin sudah siap mengungkap anggota terbaru dari lini tersebut, yang dipamerkan langsung ke hadapan pengunjung CES 2016.

Dijuluki Garmin Varia Vision, perangkat ini punya tujuan untuk menyajikan informasi penting dengan cara yang lebih intuitif ketimbang alat GPS navigator standar. Merujuk namanya, sebenarnya kita bisa menduga bahwa perangkat ini ada hubungannya dengan mata pengguna. Dan benar saja, Anda boleh menganggapnya sebagai Google Glass-nya penggiat olahraga bersepeda.

Namun tidak seperti Google Glass, Varia Vision hanya merupakan sebuah aksesori pelengkap yang bisa Anda jepitkan ke frame kacamata – baik di sisi kiri ataupun kanan – menyulap kacamata apapun menjadi sebuah heads-up display (HUD) yang informatif dan mudah dipahami tanpa mengganggu konsentrasi ketika berada di jalanan.

Sebuah layar kecil akan menampilkan sederet info, mulai dari data performa, panduan navigasi sampai notifikasi yang berasal dari smartphone. Tapi informasi tersebut tidak dikumpulkan dengan sendirinya, melainkan diteruskan dari perangkat yang kompatibel macam navigator Edge 1000 ataupun Varia Rearview Radar.

Garmin Varia Vision

Sepintas memang terkesan terlalu rumit karena membutuhkan kehadiran perangkat lain. Akan tetapi hal ini justru bisa membuka potensi Varia Vision lebih luas lagi. Contohnya, ketika dipasangkan dengan Varia Rearview Radar, Varia Vision akan menampilkan peringatan terkait mobil ataupun kendaraan lain yang sedang melaju di belakang pesepeda, sehingga pada akhirnya mereka bisa lebih berhati-hati dan waspada terhadap kondisi lalu lintas yang seringkali tak terduga.

Untuk mengendalikan Varia Vision, pengguna bisa memanfaatkan panel sentuh yang berada di bagian sisi, tepat di sebelah frame kacamata. Panel sentuh ini bisa beroperasi meski pengguna memakai sarung tangan atau tangannya basah. Secara keseluruhan, Varia Vision sendiri tahan air sehingga hujan-hujanan sambil mengayuh masih mungkin dilakukan bersamanya.

Ide yang ditawarkan Garmin Varia Vision terdengar menarik, terlebih kalau Anda sudah punya perangkat navigator yang kompatibel ataupun Varia Rearview Radar tadi. Harganya $400, semahal kacamata brand kenamaan itu sendiri.

Sumber: Garmin.

Misfit Umumkan Dua Produk Baru, Misfit Specter dan Misfit Ray

Menghadapi persaingan di ranah perangkat activity tracker yang terus memanas, Misfit memanfaatkan panggung CES 2016 untuk memperkenalkan dua produk baru yang bernama Misfit Specter dan Misfit Ray. Keduanya sama-sama merupakan activity tracker, tapi wujudnya benar-benar berbeda satu sama lain.

Misfit Specter pada dasarnya merupakan sebuah earphone nirkabel berbasis Bluetooth. Ini merupakan pertama kalinya Misfit menggarap perangkat audio. Maka dari itu, mereka pun meminta bantuan 1More, sebuah produsen headphone kategori high-end asal Tiongkok. Agar semakin lengkap, teknologi noise-cancelling pun tak lupa disematkan.

Di saat yang sama, Specter juga merupakan sebuah activity tracker. Sensor-sensor macam accelerometer ditanamkan ke dalam unit dasarnya yang berwujud persegi. Unit ini bisa pengguna jepitkan di kerah baju misalnya, kemudian ia akan memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar maupun jarak tempuh.

Misfit Specter

Misfit turut melengkapi Specter dengan fungsi sleep tracking. Ia dibekali baterai dengan daya tahan sekitar 8 – 10 jam. Memang terdengar boros untuk ukuran activity tracker, tapi harus kita ingat bahwa ia juga merupakan sebuah earphone nirkabel, dan angka tersebut sudah tergolong lumayan.

Namun yang tak kalah menarik adalah kompatibilitas Specter dengan aplikasi Misfit Link. Tombol yang ada pada unit dasarnya bisa diprogram sesuai kebutuhan, termasuk untuk mengontrol perangkat smart home macam bohlam Philips Hue berkat integrasi IFTTT – sama seperti yang ditawarkan oleh Misfit Shine 2.

Misfit Ray

Di sisi lain, Misfit Ray merupakan activity tracker sekaligus sleep tracker dengan bentuk yang lebih tradisional. Tak seperti Shine yang menyerupai arloji, Ray kelihatan seperti gelang. Bagian atasnya merupakan rangka aluminium berwujud silinder yang mengemas seluruh komponen elektronik yang dibutuhkan, seperti misalnya accelerometer 3-axis.

Keunggulan utama Ray sebenarnya terletak pada desainnya yang amat minimalis tersebut. Berwujud tabung dengan diameter 12 mm dan panjang 38 mm, ia sebenarnya bisa Anda pakai bersama strap model apa saja, atau malah dijadikan liontin kalau memang berkenan. Sentuh permukaan atasnya, maka lampu LED akan menyala sesuai dengan pencapaian target harian pengguna.

Ray juga tak perlu di-charge. Ia memakai baterai kancing standar yang hanya perlu diganti sekitar 6 bulan sekali. Ia pun juga tahan air, siap Anda ajak menyelam hingga kedalaman 50 meter seandainya berkenan.

Soal harga dan ketersediaan, Specter baru akan dipasarkan pada musim semi tahun ini dengan banderol di bawah $200. Untuk Ray, Misfit bakal menjajakannya dalam dua model: model pertama dengan strap karet seharga $100 dan model kedua dengan strap kulit seharga $120.

Sumber: SlashGear dan Misfit Blog.

Microsoft Office untuk Sistem Infotainment Mobil? Kenapa Tidak

Begitu kira-kira yang ada di benak Harman, perusahaan induk Harman/Kardon, saat mengumumkan kolaborasi barunya bersama Microsoft di ajang CES 2016. Mereka tidak guyonan, salah satu pemasok sistem infotainment mobil terbesar itu berencana mengintegrasikan sejumlah elemen kunci Office 365 ke dalam sistem besutannya.

Tapi jangan bayangkan Anda bakal membuat slide PowerPoint selagi berkonsentrasi mengemudi – meski hal ini kemungkinan bisa saja terjadi ketika teknologi kemudi otomatis sudah benar-benar matang nantinya. Sejauh ini fitur Office 365 yang didukung mencakup mengecek email, mengatur jadwal di kalender serta bergabung dalam conference call, semuanya dibantu oleh sebuah asisten virtual.

Kehadiran asisten virtual – kemungkinan Cortana – ini penting sebab kita tentu saja tidak mau tertimpa nasib sial hanya dikarenakan ingin lebih produktif di luar kantor. Pengemudi nantinya bahkan juga bisa mengakses Skype langsung dari dashboard mobil, meski fitur ini hanya bisa diakses saat mobil sedang diparkir.

Yang menarik, Harman bakal ‘menugaskan’ sejumlah sensor yang dimiliki mobil sebagai pengawas; saat sensor mendeteksi mobil sedang berjalan, Skype tak akan bisa diakses, tapi begitu sudah diparkir, pengemudi pun bebas menghubungi rekan atau keluarganya lewat video call. Namun Harman juga menegaskan bahwa fitur ini nantinya tetap bisa dinikmati saat mobil tengah berjalan dengan bantuan teknologi kemudi otomatis.

Integrasi Microsoft Office dalam sistem infotainment Harman

Menurut Harman sendiri, menggandeng Microsoft adalah salah satu langkah yang tepat dalam mewujudkan visinya untuk menjadikan mobil lebih canggih, cerdas sekaligus produktif. Mereka melihat bahwa pengemudi tak cuma menginginkan pengalaman infotainment yang lebih personalized, tapi juga yang bisa meningkatkan produktivitas masing-masing.

Buat Microsoft, ini merupakan salah satu langkah besar mereka di ranah otomotif. Apple dan Google sudah lebih dulu mencuri langkah lewat CarPlay dan Android Auto. Dengan memilih Harman sebagai partner, serta pendekatan yang berbeda – menyasar aspek produktivitas ketimbang infotainment secara menyeluruh – akan sangat menarik melihat kiprah Microsoft selanjutnya di bidang ini.

Sejauh ini belum ada keterangan soal kapan integrasi Microsoft Office 365 ini bakal mendarat di mobil yang ditenagai sistem infotainment garapan Harman. Harman juga belum mengungkapkan secara lengkap pabrikan mobil mana saja yang memberikan lampu hijau pada inovasi terbarunya ini.

Sumber: Harman.

Supercar Elektrik FFZero1 Concept dari Faraday Future Tak Kalah Keren dari Batmobile

Mengulang pergeseran tren yang terjadi tahun lalu, event CES 2016 kali ini kembali menjadi ajang unjuk gigi industri otomotif. Berbagai brand berlomba-lomba memamerkan inovasinya di ranah kendaraan roda empat, mulai dari sekedar sistem infotainment berbasis internet yang amat canggih hingga mobil konsep yang kesannya cuma bisa kita lihat di film-film ber-genre sci-fi.

Salah satu brand yang mengundang begitu banyak perhatian adalah Faraday Future. Startup asal California yang masih sangat muda tapi punya ambisi begitu besar ini baru saja memperkenalkan FFZero1 Concept, sebuah mobil elektrik dengan penampilan super-keren yang bisa membuat Anda lupa seketika dengan mobil-mobil besutan Tesla.

Faraday Future FFZero1 Concept

Melihat gambarnya, saya yakin Anda pasti teringat dengan Batmobile milik karakter fiktif Bruce Wayne. Penampilannya begitu ekstrem, tapi di saat yang sama juga begitu mengedepankan aspek aerodinamika. Utamanya adalah lubang besar yang berada di depan dan menembus hingga ke bagian belakang, bertujuan untuk meningkatkan kegesitan mobil sekaligus menyalurkan udara dingin menuju deretan baterai yang pastinya akan menghasilkan panas.

Faraday Future FFZero1 Concept

Sejatinya kita tidak perlu terlalu terkejut dengan penampilan ekstrem FFZero1 Concept setelah melihat latar belakang desainer pimpinannya, Richard Kim. Portofolio beliau mencakup BMW 13, BMW i8 dan BMW i8 Spyder Concept. BMW i8, seperti yang kita tahu, merupakan salah mobil hybrid terseksi sekaligus tercanggih yang sudah bisa kita lihat di jalanan saat ini.

Namun bagian eksterior ini rupanya bukanlah senjata utama Faraday Future dalam menggebrak industri otomotif. Mereka menerapkan konsep konstruksi yang disebut dengan istilah Variable Platform Architecture. Konsep ini pada dasarnya merupakan sistem modular dimana tim desainernya bisa menciptakan mobil yang amat berbeda menggunakan konstruksi rangka yang sama.

Dalam video di atas, dijelaskan bahwa bagian dasar mobil bisa dimodifikasi dengan mudah untuk menciptakan mobil dari berbagai kategori, bisa berwujud MPV, SUV, sedan hingga supercar macam FFZero1 Concept ini. Konsumen meminta mobil dengan jarak tempuh amat jauh? Kompartemen baterainya yang berada di bagian tengah tinggal digeser-geser guna menciptakan ruang lebih banyak untuk ditanami baterai.

FFZero1 Concept sendiri sebenarnya bisa dijadikan acuan terkait seberapa ekstrem mobil yang bisa dirancang dari satu konstruksi dasar yang sama ini. Faraday Future nantinya tinggal memilih mau menyematkan berapa motor elektrik ke dalam rangka dasar mobil. Dalam kasus FFZero1 Concept, sebanyak 4 motor elektrik dengan daya total di atas 1.000 daya kuda sanggup membawanya melesat dari 0-100 km/jam dalam waktu kurang dari 3 detik, plus top speed yang menembus angka 320 km/jam lebih.

Faraday Future FFZero1 Concept

Faraday Future tentunya tidak lupa dengan teknologi kemudi otomatis, dan FFZero1 Concept telah dibekali dengan sistem digital yang amat canggih. Salah satu contohnya adalah setir yang dilengkapi mount untuk smartphone, menjadi pusat akses menuju sistem navigasi maupun fungsi-fungsi lainnya. Augmented reality pun juga memegang peranan besar di sini, memproyeksikan beragam panduan tepat di jalanan yang ada di pandangan pengemudi.

Sebagaimana halnya mobil konsep, FFZero1 tentunya tak akan dipasarkan secara massal dalam waktu dekat. Faraday Future sudah punya rencana untuk memasarkan mobil produksi pertamanya dalam beberapa tahun mendatang. Dalam rentang waktu tersebut, mereka akan terus menggenjot tahap pengembangan dengan teknik visualisasi yang memanfaatkan virtual reality.

Faraday Future juga telah resmi mengumumkan kemitraannya bersama pabrikan elektronik asal Tiongkok, LeTV. Keduanya akan bersama-sama menyempurnakan teknologi kemudi otomatis sekaligus mengembangkan sistem berbasis internet maupun konten digital yang bakal dijumpai di mobil-mobil besutan Faraday Future di masa yang akan datang.

Untuk sementara, kita bisa mengunduh aplikasi Faraday Future Concept di iOS dan Android guna mengeksplorasi aspek-aspek unik yang ditawarkan FFZero1 Concept dalam wujud tiga dimensi. Saya penasaran apakah Elon Musk selaku pendiri Tesla Motors merasa ketar-ketir menghadapi lawan barunya ini.

Sumber: TheNextWeb.