East Ventures Klaim Portofolionya Berkontribusi 255 Triliun Rupiah untuk Ekonomi Digital Indonesia

Data internal East Ventures mengklaim portofolio perusahaan telah berkontribusi hingga 45% atau senilai $18 miliar (hampir 255 triliun Rupiah) dari total ekonomi digital di Indonesia yang dinyatakan dalam laporan e-Conomy SEA 2019 sebesar $40 miliar.

Masih membandingkan dari laporan yang sama, GMV dari e-commerce Indonesia bernilai sekitar $20,9 miliar (Rp296 triliun). Portofolio East Ventures menunjukkan kontribusi lebih dari 50% dari total GMV e-commerce di Indonesia.

“Ada enam portofolio kami yang berkontribusi terhadap pencapaian GMV e-commerce dan semuanya hadir di sini,” ucap Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca saat merayakan hari jadi East Ventures yang ke-10, kemarin (7/10).

Enam startup yang ia maksud adalah Tokopedia, Sociolla, Shopback, Kudo, Warung Pintar, dan Sirclo.

Ia merinci lebih dalam, di laporan e-Conomy, total pelanggan e-commerce di Asia Tenggara mencapai 150 juta orang. Pihaknya mengklaim portofolionya telah melayani lebih dari 60% dari angka tersebut. Angka itu berasal dari pencapaian Tokopedia, sebagai kontributor utamanya.

Sektor lainnya yang turut di-highlight e-Conomy adalah OTA. East Ventures menyebut portofolio perusahaannya memegang 50% mayoritas GMV sebesar $10 miliar seperti yang disebut dalam laporan. Kontributornya tentu tak lain dari Traveloka.

Untuk GMV dari sektor ride hailing, East Ventures mencatat Grab berkontribusi separuhnya. Laporan e-Conomy SEA 2019 mencatat GMV dari ride hailing di Asia Tenggara mencapai $6 miliar. Bila melihat dari pengguna aktifnya, e-Conomy mencatat ada 40 juta orang secara keseluruhan, naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 8 juta orang.

Grab tidak termasuk ke dalam portofolio East Ventures. Namun, Grab tercatat sebagai perusahaan yang membeli portofolio dari EV, yakni Kudo. Gojek pun demikian, ada Loket yang sudah diakuisisi penuh. Kedua perwakilan turut datang dalam kesempatan ini. Tak lupa, Ovo juga ikut hadir.

“Data internal kami juga mengungkap portofolio kami telah berkontribusi sebanyak 26.286 tech talents dari 100 ribu orang yang diungkap oleh laporan e-Conomy di Asia Tenggara.”

Laporan ini turut menunjukkan bahwa total investasi untuk startup unicorn di Asia Tenggara adalah $24 miliar (Rp340 triliun), East Ventures menyebut bahwa 50% di antaranya datang dari portofolionya. Kontribusinya terhadap PDB Indonesia adalah 1,5%, berhasil memberdayakan 8,5 juta UMKM.

East Ventures berdiri sejak 2009 di Indonesia oleh Willson Cuaca, Batara Eto, dan Taiga Matsuyama. Dari 160 startup yang telah didanai, tercatat 30 startup di antaranya sudah exit. Kemudian dua startup yang lain menjadi unicorn.

Sebanyak 13 startup di dalam portofolio dinobatkan sebagai calon unicorn berikutnya. Mereka ialah Ruangguru, IDN Media, Moka, Sociolla, Warung Pintar, Xendit, Waresix, CoHive, 99.co, Fore, Mekari, Ralali, dan Shopback.

Sinyal Ruangguru sebagai unicorn

Kabar Ruangguru menjadi unicorn berikutnya memang sudah berhembus sejak tahun lalu. Namun belum terkonfirmasi hingga sekarang. Kemarin, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memberi sinyal tersebut kepada Belva di tengah-tengah speech-nya.

“Kami berharap ada unicorn lainnya pada akhir tahun ini. Hai Belva [Co-Founder & CEO Ruangguru],” ucap Rudiantara menyapa Belva yang turut hadir di acara East Ventures.

Rudiantara mengonfirmasi, sapaannya tersebut bukan berarti mengonfirmasi bahwa Ruangguru adalah unicorn berikutnya, melainkan sebatas sinyal mengingat peluangnya di sektor pendidikan terbilang lebih besar.

Alasannya, pemerintah punya anggaran Rp500 triliun untuk pengembangan pendidikan tahun depan. Sedangkan anggaran kesehatan sebesar Rp100 triliun.

“Kita ada empat unicorn, satu decacorn. Sudah lunas utang saya, bahkan saya berharap akhir tahun ada lagi [unicorn]. Saya enggak bilang perusahaannya tapi yang punya potensi besar itu ya di edutech.”

“Namun siapa startup yang menjadi unicorn bergantung kepada investor (venture capital),” sambungnya.

Empat unicorn yang ia maksud adalah Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan Ovo. Satu decacorn adalah Gojek. Rudiantara mengaku Ovo sudah memberikan konfirmasinya secara langsung kepada dirinya.

Pada kesempatan yang sama, Belva mengaku perusahaan justru tengah menggalang pendanaan Seri C. Namun dia menolak untuk berkomentar apakah lewat pendanaan ini akan mengantarkannya ke status unicorn. “Doakan saja,” ucap Belva singkat.

Marketplace Sewa Barang Cumi Raih Pendanaan Tahap Awal dari East Ventures

Marketplace sewa barang Cumi (Cuma Minjem) mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal tidak disebutkan dari East Ventures. Dana akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan pengguna, merekrut talenta, dan memperluas layanan di seluruh Indonesia.

Co-Founder dan CEO Cumi Christian Sugiono menjelaskan, Cumi hadir untuk menggarap potensi bisnis sharing economy yang nilainya diperkirakan tumbuh dari $15 miliar (sekitar Rp211 triliun) pada 2014 menjadi $235 miliar (sekitar Rp3.312 triliun) pada 2025.

Menurutnya, tren sharing economy telah mengubah kebiasaan generasi saat ini, dipengaruhi oleh media sosial dan akses informasi yang lebih mudah. “Cumi hadir untuk membantu para pengguna tersebut menggunakan berbagai barang tanpa perlu membelinya. Di sisi lain kami buka peluang bagi orang-orang yang telah memiliki barang untuk bisa meraih pendapatan tambahan,” katanya dalam keterangan resmi.

Cumi mengumpulkan para vendor dalam satu platform. Sebelum menyewakan barang, vendor dan penyewa harus diverifikasi identitasnya dengan mengisi nomor telepon, mengonfirmasi rekening bank, dan kartu identitas yang digunakan. Diharapkan metode ini, Cumi dapat menjamin semua barang dan layanan yang disewakan punya kualitas terbaik.

Sejauh ini, Cumi menyewakan barang dari 12 kategori, seperti otomotif, fesyen, wifi portabel, kamera, mainan, buku, perlengkapan kantor, dan perlengkapan elektronik. Totalnya ada 500 vendor terverifikasi yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Pengguna terdaftar Cumi diklaim ada 5 ribu orang sejak dirilis resmi pada Mei tahun lalu.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca memberikan alasannya berinvestasi di Cumi. Menurutnya, startup ini ingin membenahi sistem penyewaan barang di Indonesia yang penuh masalah dengan menyediakan platform yang mudah digunakan oleh para vendor dan penyewa barang.

“Dipimpin oleh para founder yang berkualitas, East Ventures percaya bahwa tim ini dapat menjadi juara dan kami siap mendukung mereka dalam mentransformasi bisnis sharing economy tradisional di Indonesia.”

Sebelumnya Cumi telah menerima pendanaan dari empat angel investor, yaitu Danny Oei Wirianto, Antonny Liem, Reino Barack, dan Andrew Darwis dengan nominal yang tidak disebutkan.

Startup P2P Lending Julo Umumkan Pendanaan Seri A 140 Miliar Rupiah

Startup fintech lending Julo mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $10 juta (sekitar 140 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Quona Capital. Investor lain yang turut berpartisipasi adalah Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, dan Convergence Ventures.

Perolehan dana ini sebenarnya tambahan dari putaran seri A yang sudah berlangsung pada tahun lalu. Julo telah mengantongi dana segar sebanyak $5 juta, sehingga bila ditotal startup ini memperoleh $15 juta (sekitar 280 miliar Rupiah) dalam seri A.

“Pendanaan ini telah menghadirkan dan membuka kesempatan bagi Julo untuk terus berkembang dan memberikan layanan terbaik,” ucap Founder & CEO Julo Adrianus Hitijahubessy dalam keterangan resmi.

Ia menambahkan, pendanaan ini akan dipakai untuk mengembangkan bisnis secara keseluruhan dengan memperluas tim dan meningkatkan kualitas sistem skor kredit. Fokus ini selaras upaya perusahaan dalam meningkatkan mata pencarian masyarakat Indonesia, yang tercermin dalam portofolio penyaluran kredit mayoritas untuk pinjaman produktif.

“Karenanya kami selalu mengembangkan fitur baru untuk meningkatkan layanan kami dan menjangkau orang-orang di seluruh negeri,” katanya.

Startup yang berdiri sejak 2016 ini menawarkan pinjaman antara 500 ribu hingga 8 juta Rupiah dan dapat dicicil maksimal enam bulan. Bunga yang ditawarkan adalah 3%-4% per bulan atau 0,1%-0,3% per hari, diklaim sebagai salah satu yang terendah.

Kendati demikian, Julo tetap mengedepankan asas mitigasi risiko. Tanpa melanjutkan lebih dalam, dia mengklaim credit scoring yang dipakai Julo lebih efisien dari pemain sejenisnya.

Hingga kini, Julo telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp431 miliar kepada 116 ribu total peminjam. Dari angka peminjam, 54 ribu di antaranya adalah peminjam aktif. Bila dilihat pencapaian di tahun 2019 saja, Julo telah menyalurkan Rp321 miliar atau 74,4% dari total penyaluran.

Cakupan layanan Julo tersebar di 18 wilayah, di antaranya Sukabumi, Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur, Garut, Palembang, Bandar Lampung, hingga Mataram.

Application Information Will Show Up Here

Base Terima Pendanaan Tahap Awal, Kembangkan Platform Digital untuk Produk Kecantikan dan Wellness

Base, startup produk kecantikan dan wellness direct-to-consumer (DTC) mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan. Investasi dipimpin oleh East Ventures dan Skystar Capital. Dana akan digunakan untuk mengejar pertumbuhan konsumen dan merekrut lebih banyak talenta.

Base adalah situs e-commerce kecantikan yang memberikan rekomendasi produk berdasarkan kondisi kulit pengguna. Rekomendasi akan muncul setelah konsumen mengisi seluruh pertanyaan yang ditanyakan. Seluruh produk kecantikan Base dibuat sendiri dengan harga mulai dari Rp98 ribu.

Startup ini baru berusia enam bulan, dipimpin oleh eks Head of Marketing Gojek Yaumi Fauziah Sugiharta yang kini menjabat sebagai Co-Founder dan CEO Base. Awalnya Base berupa blog perawatan kulit sejak 2017, Yaumi aktif menjalin hubungan dengan komunitas lewat akun media sosialnya.

Sejak saat itu, dia menerima banyak pertanyaan dari perempuan Indonesia tentang cara memilih produk perawatan kulit yang tepat untuk mereka. Lantas, ia melihat ada tantangan yang nyata di bisnis tersebut. Bersama CPO Base Ratih Pertama, sebelumnya bekerja sebagai Product Manager DBS Singapura, Yaumi bertekad untuk menyeriusi Base.

“Base lahir untuk menghilangkan kesulitan dalam memilih produk, dengan cara menyederhanakan proses penemuan produk dan mendapatkan produk terpersonalisasi dengan menggunakan teknologi. Konsumen kami bisa mendapat sebuah produk kecantikan dan wellness dengan formula kualitas tinggi, vegan, langsung dari situs Base,” terang Yaumi dalam keterangan resmi.

Ratih menambahkan, dengan basis data yang kuat, Base akan menganalisis bagaimana lingkungan dan gaya hidup bisa mempengaruhi kondisi kulit. Perusahaan bekerja sama dengan laboratorium penelitian dan pengembangan (R&D) di London dan Seoul untuk bangun pengembangan produk dan memproduksinya secara lokal di Jakarta.

Masing-masing perwakilan dari investor turut memberikan tanggapan. Partner dari East Ventures Melisa Irene mengatakan, Base tengah membangun sebuah inovasi penting di industri kecantikan Indonesia dengan memastikan produk-produk perawatan kulit agar tetap relevan dengan konsumen lokal.

Mengutip dari hasil riset, potensi industri kecantikan Indonesia sendiri mencapai $3 milar (sekitar 42 triliun Rupiah) dengan kategori perawatan kulit tumbuh positif di angka 9% pada tahun lalu. Angka ini melebih kategori lain seperti kosmetik.

Hanya saja, faktanya mayoritas pemain penting di pasar lokal dikuasai oleh brand global yang belum bisa memenuhi kebutuhan perawatan kulit perempuan Indonesia yang beragam.

Saat ini Base baru bisa diakses melalui situs desktop/mobile, aplikasi belum tersedia.

Kedai Sayur Kembali Dapatkan Pendanaan Senilai 57 Miliar Rupiah

Kedai Sayur hari ini (23/8) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $4 juta, setara dengan 57 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures dengan dukungan SMDV, Triputra Group dan Multi Persada Nusantara.

Sebelumnya pada bulan Mei 2019 lalu, Kedai Sayur juga mengumumkan mendapatkan pendanaan awal senilai $1,3 juta yang dipimpin East Ventures.

Didirikan pada Oktober 2018, Kedai Sayur menjadi startup yang coba membawakan inklusi teknologi untuk meningkatkan model bisnis tukang sayur. Fasilitas yang mereka berikan didesain untuk mengakomodasi ekosistem petani sayur, pemilihan produk sayuran, dan jaringan distribusi ke pelanggan rumah tangga.

Secara sederhana, cara kerja platform tersebut membuka akses bagi tukang sayur untuk mendapatkan produk segar berkualitas dengan harga pasar yang bersaing melalui aplikasi. Selanjutnya produk yang dipesan dapat diambil di Mitra Sayur pada titik drop-off terdekat. Mitra Sayur juga menawarkan kendaraan distribusi baru yang disebut “Si Komo”, pembiayaan dapat dibantu dengan pengajuan ke Kedai Sayur.

“Sejak hari pertama, kami ingin membuat dampak nyata untuk semua pedagang sayur dan memungkinkan mereka untuk menikmati hidup dengan kualitas yang lebih baik. Kami senang bisa melihat purchase value para Mitra Sayur yang meningkat secara konstan, dan bagaimana mayoritas dari mereka bisa meningkatkan purchase value tersebut hingga dua kali lipat dalam enam bulan pertama,” terang Co-Founder & CEO dari Kedai Sayur Adrian Hernanto.

Dana modal baru ini akan digunakan untuk mempercepat perusahaan dalam menarik lebih banyak tukang sayur dan pedagang menjadi Mitra Sayur. Termasuk mengembangkan jaringan supplier dan pengembangan platform teknologi. Hingga sekarang, Kedai Sayur menyediakan lebih dari 300 produk di pusat distribusi mereka.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Bukukan Dana Investasi 1 Triliun Rupiah, Diprioritaskan untuk Pendanaan Startup Indonesia

East Ventures kemarin (21/8) mengumumkan penutupan dana investasi keenam mereka sejumlah $75 juta atau setara dengan 1 triliun Rupiah. Dana ini didukung oleh berbagai elemen, mulai dari kalangan individual (high net workth individuals) seperti Wan Xing (CEO Meituan-Dianping), Eduardo Saverin (Co-Founder Facebook), dan Kaling Li (Co-Founder Razer).

Selain itu pemberi dana juga datang dari kalangan institusi investasi mulai dari Pavilion Capital, Adams Street Partners dan Temasek. Beberapa perusahaan keluarga dari Indonesia juga tergabung dalam pendanaan ini, meliputi Sinarmas Group, Triputra Group dan Emtek Group.

Perolehan East Ventures meningkat 2,5x lipat dari yang ditargetkan, yakni $30 juta. Nantinya dana investasi yang diperoleh akan digunakan untuk meningkatkan dukungan kepada ekosistem startup di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Trennya untuk diberikan dalam pendanaan tahap awal hingga seri A di berbagai sektor.

Kendati demikian ada vertikal baru yang akan menjadi fokus dengan dana investasi keenam ini, yakni inklusi UKM, new retail, fintech, berita dan media, healthtech, supply chain dan transformasi digital.

“Kami sebenarnya bisa menambah lebih banyak lagi, namun kami ingin mempertahankan disiplin tertentu di era euforia ini. Penting bagi ekosistem ini untuk mempertahankan kecepatan value creation agar dapat sesuai dengan valuation expectation. Dan hal ini akan berdampak pada performa dana investasi kami bagi para pemangku kepentingan, yaitu para pendiri startup, mitra bisnis, dan para investor (LP),” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Salah satu “model bisnis” yang ditawarkan oleh venture capital kepada pemberi dana ialah melalui exit — bisa dalam bentuk akuisisi atau go-public. Menurut pihak East Ventures, kesuksesannya dengan 30 exit meningkatkan kepercayaan investor kepada mereka. Groupon, Kudo, Loket, Jurnal, Bridestory, dan Talenta adalah beberapa nama startup yang berhasil terakuisisi.

Already Secured Seed Funding, Wahyoo to Acquire 13 Thousand Warteg

A startup with digitization and modernization solution for warung (small shop/restaurant) “Wahyoo” announced to secure seed funding. The amount is classified, led by Agaeti Ventures and Kinesys Group. It is also supported by Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures, and Rentracks.

In using the fresh money, Peter Shearer’s startup which was founded in June 2017 is to achieve 13 thousand warung partners by the end of 2019. Previously, they’ve reached 7000 warung tegal (small restaurant) to support and being transformed.

“The fresh funding is to be used for product development and talent acquisition, for Wahyoo can provide better service to all warteg partners and to expand coverage. Currently, our partners still limited to Jakarta. We expect soon to reach all over Jabodetabek,” he said.

Wahyoo‘s main objective is to promote cost efficiency and warteg business development in Indonesia through the technology platform. Some of the examples are the supply chain to help to create a new business model, and Wahyoo Academy workshop program to improve consumer service quality.

Empowerment concept through warung has been developed by some other startups with different approaches. Kudo, for example, transforming warung to become the payment channel for all needs. In addition, Mitra Bukalapak to accommodate goods from warung. Another portfolio of East Ventures, Warung Pintar also presents some warung-based innovations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Wahyoo Amankan Pendanaan Awal, Berambisi Rangkul 13 Ribu Warteg

Startup dengan solusi digitalisasi dan modernisasi warung “Wahyoo” mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal (seed funding). Nominal tidak disebutkan, pendanaan dipimpin oleh Agaeti Ventures dan Kinesys Group. Selain itu turut didukung Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures dan Rentracks.

Dengan dukungan pendanaan, startup yang didirikan oleh Peter Shearer pada Juni 2017 tersebut ingin capai target 13 ribu unit warung mitra hingga akhir tahun 2019. Sebelumnya mereka telah meraih tonggak capaian 7000 warung tegal (warteg) yang berhasil dibina dan ditransformasi.

“Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk serta tim kami, agar Wahyoo bisa menghadirkan pelayanan yang lebih baik kepada para mitra warteg kami serta meningkatkan jangkauan kami ke wilayah yang lebih luas lagi. Saat ini mitra kami masih berpusat di Jakarta. Ke depannya, kami berharap untuk menjangkau wilayah Jabodetabek,” sambut Peter.

Visi utama Wahyoo adalah memberdayakan cost efficiency dan pengembangan keuntungan pengusaha warteg di Indonesia melalui platform teknologi. Beberapa contoh penerapannya adalah dengan pengadaan supply chain, membantu menciptakan model bisnis baru, dan penerapan program lokakarya Wahyoo Academy untuk meningkatkan kualitas pelayanan konsumen.

Konsep pemberdayaan melalui saluran warung telah dilakukan beberapa startup dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya Kudo yang mentransformasi warung untuk menjadi kanal pembayaran berbagai kebutuhan. Atau program Mitra Bukalapak yang mengakomodasi barang dagangan warung. Portofolio lain East Ventures, yakni Warung Pintar, juga menghadirkan inovasi berbasis warung.

Waresix Terima Investasi Seri A Senilai 205 Miliar Rupiah dari EV Growth

Peta persaingan startup e-logistik di Indonesia makin memanas. Hari ini (5/7), Waresix mengumumkan perolehan investasi Seri A senilai Rp205 miliar rupiah ($14,5 juta) yang dipimpin oleh EV Growth. Turut berpartisipasi SMDV dan Jungle Ventures.

Pendanaan ini sepenuhnya akan dipakai untuk mengembangkan layanan transportasi darat, memperkuat jaringan gudang hingga ke kota tier dua, membangun R&D demi meningkatkan kemampuan data analisis perusahaan, dan merekrut lebih banyak anggota tim.

“Saat ini, Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam hal infrastruktur berkat kebijakan-kebijakan pemerintah. Pertumbuhan pesat ini juga akan membantu perluas jangkauan layanan Waresix,” terang Co-Founder dan CEO Waresix Andree Susanto dalam keterangan resmi.

Pendanaan yang diterima Waresix ini, hanya berselang delapan bulan dari pendanaan Pra Seri A yang diperoleh pada Oktober 2018 sebesar Rp23 miliar. Rentang waktu dari pendanaan tahap awal juga cukup singkat, Waresix mengumumkannya pada Februari 2018.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan biaya logistik tertinggi di Asia. Dalam Logistics Performance Index 2018, Bank Dunia menemukan rasio antara biaya logistik dengan PDB masih tinggi di angka 24%.

Padahal kontribusi dari sektor ini hampir seperempat dari PDB Indonesia yang bernilai Rp14.500 triliun. Masih banyaknya isu logistik dan inovasi yang ada belum dianggap solutif, menyebabkan sektor ini makin menarik buat digarap oleh pemain startup.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menamambahkan, “Singkatnya, semakin efisien logistik kita, maka semakin kompetitif produk kita. Ini hanyalah salah satu dari banyak contoh sederhana bagaimana logistik mempengaruhi ekonomi Indonesia. Tapi masih banyak hal yang perlu ditingkatkan.”

Waresix fokus menghadirkan teknologi yang menghubungkan pemilik bisnis atau pihak yang ingin mengirim barang dengan gudang dan truk yang tersedia di seluruh Indonesia. Semangat yang diusung adalah meningkatkan efisiensi distribusi dengan meningkatkan penggunaan aset dan menghilangkan peran pihak ketiga sebagai broker.

Perusahaan menyediakan layanan multi moda yang mencakup transportasi darat dan laut, penanganan kargo, penyimpanan dingin demi memenuhi pergerakan kargo antar pulau di Indonesia.

Co-Founder dan CFO Waresix Edwin menambahkan, Waresix menggabungkan data analisis ke dalam infrastruktur logistik sehingga memudahkan pemilik bisnis untuk mengawasi dan mengontrol penuh produk mereka. Serta, memaksimalkan pemanfaatan ruang penyimpanan milik supplier.

“Dengan begitu, Waresix bisa memastikan ketersediaan transportasi yang cepat dan dapat diandalkan, sekaligus menjaga rantai harga pasokan tetap rendah dan bisa diprediksi,” ujar Edwin.

Disebutkan Waresix kini telah menjangkau lebih dari 20 ribu truk dan 200 gudang sejak resmi beroperasi di 2017.

Sehari sebelumnya, pemain startup manajemen truk Ritase juga mengumumkan pendanaan Seri A sebesar $8,5 juta yang dipimpin Golden Gate Ventures.

7.5 Degree Media Startup Expands to Indonesia, Focus on Bridging China-based Business Players

After receiving seed funding from East Ventures in May 2019, the Chinese-language media based on Singapore, 7.5 Degree, plans to expand to Indonesia. It started from opening a branch office and placing team for media coverage in Indonesia. They’re focused on the startup industry, such as e-commerce, fintech, SaaS, and gaming in Indonesia for their users in China.

7.5 Degree’s CEO, Li Yufu said to DailySocial that the expansion to Indonesia is expected to bring relevant information while bridging business owners and investors from China to expand their business in Indonesia.

“We create opportunities through media focused on presenting relevant information for China’s readers. It’s for them to gain information on the startup and related industries in Indonesia.”

Officially launched in 2017, the 7.5 Degree has distributed articles through various channels. Currently, they’ve produced 350 articles in Chinese, discussing all things related to the internet economy in Southeast Asia.

“In accordance with our mission of implementing ‘One Belt One Road’, we want to make Indonesia one of the countries to explore in terms of expanding relations and opening networks with China,” he added.

Focused on helping China-based business players and investors

7.5 Degree has another consulting service for business players from China who want to expand their business in Indonesia. Especially for Chinese speakers.

Through this service, 7.5 Degree intends to bring more Chinese investors to Indonesia. Currently, they claim to have had several clients from China to Thailand using their consulting services.

“In terms of media, we’re not using too much advertising for monetizing. The strategy is fully on consulting services,” Yufu said.

They have also launched Invmall, a new service that aims to encourage interaction between technology businesses in Southeast Asia and China. The platform presents a “bridging” service that allows startup founders to directly connect with investors from China (or vice versa) via email or WhatsApp.

There are very few service providers capable to support the local startups in early-stage to get funding. If we can help entrepreneurs to get seed funding from investors, both from China and Southeast Asia, this will be huge opportunities for them to grow and develop.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian