Telkomsel Mitra Inovasi Dikabarkan Terlibat dalam Pendanaan EVOS Esports

Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dikabarkan terlibat dalam putaran pendanaan seri B tim esports lokal “EVOS Esports”. Ini menjadi debut awal bagi TMI untuk berinvestasi di luar startup pengembang layanan teknologi.

DailySocial sudah mencoba menghubungi perwakilan TMI dan EVOS untuk meminta konfirmasi, namun masih enggan memberikan komentar.

Sebagaimana diketahui, EVOS Sports merupakan organisasi esports berbasis di Jakarta yang didirikan oleh Ivan Yeo, Hartman Harris, dan Wesley Yiu sejak 2016. Selain Indonesia, EVOS memiliki tim esports di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Tak hanya itu, EVOS juga masuk ke bisnis konten, merchandise, event, serta Head of Talent (KOL) di bawah naungan WHIM Management.

Sementara itu, Telkomsel Mitra Inovasi merupakan perusahaan investasi yang didirikan Telkomsel pada 2019 lalu. Perusahaan fokus pada investasi di vertikal IoT, big data, dan industri hiburan (musik, game, dan video). Tujuannya tak lain untuk meningkatkan ekosistem bisnis digital, terutama di industri telekomunikasi. Beberapa portofolio TMI antara lain PrivyID, Qlue, Roambee, Sekolahmu, dan TADA.

Komunitas jadi sasaran pengguna baru

EVOS telah beberapa kali menerima pendanaan dari venture capital, baik dalam maupun luar negeri. Berdasarkan data yang dihimpun Hybrid, perusahaan induk yang menaungi EVOS, Attention Holdings Pte. Ltd., memperoleh pendanaan seri B senilai $12 juta pada Oktober 2020.

Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Korea Investment Partners dan beberapa investor lain, yaitu Mira Asset Ventures, Woowa Brothers, dan IndoGen Capital. Turut terlibat juga Insignia Ventures Partners yang sebelumnya memimpin putaran pendanaan seri A EVOS di 2019.

Menurut Managing Partner IndoGen Capital Chandra Firmanto, basis penggemar esports di Indonesia sangat besar sehingga mendorong perusahaan untuk menjajal industri ini. “Tim esports Indonesia akan sukses karena kita punya kekuatan di komunitas. Ini juga karena jumlah penduduk usia muda Indonesia banyak dan spending mereka cukup besar,” ungkapnya saat itu.

Kembali lagi dalam konteks TMI, sebetulnya Telkomsel sudah memiliki tim esports sendiri, yaitu Dunia Games (DG) Esport. Namun, mengacu tesis di atas, dan jika Telkomsel mengonfirmasi investasi ini, ada peluang penguasa pasar seluler tersebut ingin membidik segmen pasar baru yang lebih luas.

Telkomsel dapat memperluas pangsa bisnis telekomunikasi dengan menyasar basis komunitas besar yang dimiliki oleh EVOS. Mengutip Kompas.com, data Esports Charts menobatkan EVOS sebagai tim esports terpopuler di Asia Tenggara. Tingginya reputasi EVOS diperkuat dari total 6,4 juta pengikut di berbagai platform media sosial, yaitu TikTok, Instagram, YouTube, Twitter, dan Facebook.

Selain itu, EVOS juga telah memiliki program keanggotaan (membership), baik gratis dan berbayar yang dirilis sejak pertengahan 2020. Menurut Co-founder & CEO EVOS Esports Ivan Yeo, program ini menjadi strategi perusahaan untuk memenangkan pasar milenial dan gen Z. EVOS juga diketahui telah berkolaborasi dengan TikTok untuk mengembangkan bisnis influencer mereka.

Sekadar informasi, laporan Newzoo menyebutkan bahwa nilai industri esports global diperkirakan mencapai $1,1 miliar atau sebesar Rp15,4 triliun di 2020. Adapun, pasar esports terbesar masih dikuasai Tiongkok dengan nilai $385,1 juta, kemudian diikuti oleh Amerika Utara sebesar $252,8 juta.

Di Indonesia, pasar mobile esports terus berkembang pesat. Data Newzoo 2019 menyebutkan bahwa sebanyak 52 juta dari total 82 juta pengguna smartphone adalah pemain mobile game. Pemasukan dari industri mobile game di Indonesia diperkirakan menyumbang $624 juta atau setara Rp8,7 triliun.

iPrice’s CEO Reveals Strategic Plans, Including Series C Fundraising

The e-commerce aggregator platform iPrice Group received another funding worth $1.5 million or equivalent to 21.5 billion Rupiah, led by South Korean food-tech company Woowa Brothers. iPrice Group’s CEO Paul Brown-Kenyon said to DailySocial that this fresh fund strengthens the company’s position as a support role of e-commerce services in Southeast Asia. This funding is also projected to smooth the company’s plan to continue raising series C funds.

“Our long-term vision is to become an e-commerce companion for the Southeast Asia region. Our target for this funding is that iPrice is moving towards a series C funding round; also to refine products and accelerate partnerships. Under current plans, we want to achieve profitability within 2-3 years ahead.”

iPrice is on a mission to bring a higher level of transparency, convenience and trust to consumers in Southeast Asia to help them save money when shopping online. Utilizing the web platform, users can immediately access 6 billion offers on more than 2 million sellers on one channel.

Previously, in March 2020 the iPrice Group secured funding worth $10 million, equivalent to Rp141 billion. Meanwhile, in September of the same year, iPrice received another fresh funds with an undisclosed amount. This funding is a continuation/addition to the series B funding received last March. The investor involved in this funding is JG Digital Equity Ventures, Inc.

Business plan in Indonesia

Regarding the iPrice Group plans in Indonesia, Paul emphasized that this has become the most important market for them. The company already made a product discovery, price comparison and coupon business that helps millions of consumers find the best deals online every month.

In the future, the company has bigger aspirations and a clear roadmap to improve its products in Indonesia. Starting from the quality of the product catalog, the information presented to users, and developing additional services to help users.

“The funds will help us carry out our roadmap execution faster, as well as launch new partnerships to expand our product range,” Paul said.

The disruption due to pandemic happened to iPrice. However, in many ways, iPrice claims to be in a lucky position during the pandemic. It is including the PSBB and WFH regulations which have encouraged more online shopping activities.

“We’ve seen strong growth since the series B fundraising at the end of last year. In addition to a 60% increase in website traffic on the platform, we are also seeing higher interest from media partners, e-wallets, telecommunications companies, super apps, and other companies. who want to bring the convenience of online shopping for their users,” Paul concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CEO iPrice Beberkan Sejumlah Rencana Strategis, Termasuk Penggalangan Dana Seri C

Platform agregator e-commerce iPrice Group kembali mengantongi pendanaan senilai $1,5 juta atau setara 21,5 miliar Rupiah yang dipimpin oleh perusahaan food-tech asal Korea Selatan, Woowa Brothers. Kepada DailySocial, CEO iPrice Group Paul Brown-Kenyon mengungkapkan, dana segar ini memperkuat posisi perusahaan sebagai pendukung layanan e-commerce di Asia Tenggara. Pendanaan ini juga dinilai bisa melancarkan rencana perusahaan untuk melanjutkan penggalangan dana seri C.

“Visi jangka panjang kami, menjadi pendamping e-commerce untuk kawasan Asia Tenggara. Target kami untuk pendanaan ini, iPrice sedang menuju putaran pendanaan seri C; juga untuk menyempurnakan produk dan mengakselerasi kemitraan. Berdasarkan rencana saat ini, kami ingin mencapai profitabilitas dalam waktu 2-3 tahun ke depan.”

iPrice memiliki misi untuk menghadirkan tingkat transparansi, kenyamanan, dan kepercayaan yang lebih tinggi kepada konsumen di Asia Tenggara untuk membantu mereka menghemat uang ketika berbelanja online. Memanfaatkan platform web, pengguna dapat langsung mengakses 6 miliar penawaran di lebih dari 2 juta penjual di satu kanal.

Sebelumnya, pada Maret 2020 lalu iPrice Group mengantongi pendanaan senilai $10 juta atau setara dengan Rp141 miliar. Sementara bulan September di tahun yang sama, iPrice kembali mendapatkan dana segar dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan ini merupakan lanjutan/tambahan dari pendanaan seri B yang diterima Maret lalu. Investor yang terlibat dalam pendanaan ini adalah JG Digital Equity Ventures, Inc.

Rencana bisnis di Indonesia

Disinggung seperti apa rencana dari iPrice Group di Indonesia, Paul menegaskan kawasan ini adalah pasar terpenting bagi mereka. Perusahaan telah memiliki bisnis penemuan produk, perbandingan harga, dan kupon yang telah membantu jutaan konsumen menemukan penawaran terbaik secara online setiap bulan.

Ke depannya perusahaan masih memiliki aspirasi yang lebih besar dan roadmap yang jelas untuk meningkatkan produk di Indonesia. Mulai dari meningkatkan kualitas katalog produk, meningkatkan informasi yang disajikan kepada pengguna, hingga mengembangkan layanan tambahan untuk membantu pengguna.

“Dana tersebut akan membantu kami melakukan eksekusi roadmap lebih cepat, serta meluncurkan kemitraan baru untuk memperluas jangkauan produk kami,” kata Paul.

Gangguan akibat pandemi dirasakan pula oleh iPrice. Namun demikian dalam banyak hal, iPrice mengklaim masih berada pada posisi yang beruntung saat pandemi. Salah satunya adalah aturan PSBB dan WFH yang telah mendorong kegiatan belanja secara online lebih banyak lagi.

“Kami telah melihat pertumbuhan yang kuat sejak penggalangan dana seri B pada akhir tahun lalu. Selain peningkatan traffic website sebesar 60% di platform, kami juga melihat minat yang lebih tinggi dari mitra media, dompet elektronik, perusahaan telekomunikasi, super apps, dan perusahaan lain yang ingin menghadirkan kenyamanan belanja online bagi pengguna mereka,” tutup Paul.

Venturra Discovery Rencanakan 10 Investasi ke Startup Vietnam dan Indonesia Tahun 2021

Setelah resmi mengumumkan keterlibatan mereka dalam pendanaan Mio yang merupakan startup social commerce asal Vietnam, tahun ini Venturra Discovery berencana untuk menambah kuota untuk startup Vietnam dan Indonesia hingga 10 investasi.

Kepada DailySocial, Partner Venturra Discovery Raditya Pramana mengungkapkan, meskipun memiliki tim dan berlokasi di Indonesia, selama ini perusahaannya memiliki fokus kepada startup asal Asia Tengara. Setelah melihat potensi yang ada, Vietnam menjadi negara incaran mereka setelah Indonesia.

“Ada banyak kesamaan antara Vietnam dan Indonesia. Kami tertarik untuk menjelajahi lebih jauh lagi semua peluang yang ada di Vietnam. Setelah Mio, kami berencana untuk memberikan investasi kepada startup di Vietnam kembali dalam waktu dekat.”

Baru-baru ini Venturra Discovery bersama dengan Golden Gate Ventures terlibat dalam pendanaan awal senilai $1 juta kepada Mio. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini adalah, iSeed SEA, DoorDash executive Gokul Rajaram dan Vidit Aatrey dan Sanjeev Barnwal, co-founders of Indian social commerce unicorn Meesho.

“Kami melihat online retail khususnya social commerce memiliki potensi yang besar ke depannya. Dengan alasan itulah Venturra Discovery tertarik untuk berinvestasi kepada Mio. Selain itu kami juga melihat para pendiri Mio memiliki kepribadian yang kuat,” kata Raditya.

Saat ini Venturra Discovery telah memiliki 4 portofolio asal Vietnam yang memiliki kategori industri yang beragam. Bukan hanya social commerce namun juga fintech dan healthcare. Venturra Discovery juga masih berfokus kepada pendanaan tahap awal hingga pra-seri A. Di Filipina, Venturra Discovery telah berinvestasi kepada Podcast Network Asia (PNA).

Dorong VC berinvestasi

Pandemi masih menyimpan kekhawatiran terhadap potensinya lock down berikutnya, setelah melihat apa yang terjadi di India beberapa waktu lalu. Namun menurut Raditya, pandemi menjadi pembuktian sendiri, karena meskipun kondisi sulit banyak startup Indonesia masih mampu menumbuhkan strategi dan inovasi bisnisnya. Pandemi juga telah mendorong akselerasi adopsi digital kepada masyarakat luas.

Untuk itu Raditya mengajak lebih banyak lagi venture capital untuk berinvestasi, dan menjadikan momentum ini waktu yang tepat untuk memberikan pendanaan kepada startup.

“Misi kita sejak awal adalah empowering entrepreneur di Asia Tengara. Dan saat ini menjadi waktu yang tepat bagi kami secara agresif untuk berinvestasi di Vietnam dan juga di Indonesia. Sampai waktu 2-3 tahun ke depan, kami masih memiliki cukup fund untuk berinvestasi,” tutup Raditya.

Pintu Dikabarkan Bukukan Pendanaan Seri A dari Pantera Capital, Coinbase, Blockchain Ventures, dan Sejumlah Investor [UPDATED]

Platform marketplace aset kripto “Pintu” dikabarkan mendapatkan pendanaan A senilai $6 juta atau setara 86 miliar Rupiah. Pantera Capital memimpin putaran ini, merupakan pemodal ventura asal Amerika Serikat yang fokus pada startup berbasis blockchain. Coinbase dan Blockchain Ventures juga terlibat dalam pendanaan ini, keduanya juga fokus pada proyek-proyek berbasis cryptocurrency.

Selain itu ada beberapa investor lain yang terlibat, termasuk Castle Island Ventures, Intudo Ventures, Alameda Ventures, dan sejumlah angel investor.

Pihak Pintu tidak menampik informasi ini dan berjanji memberikan informasi lebih lanjut.

Melalui aplikasinya, Pintu membantu pengguna melakukan investasi aset kripto secara mudah. Melalui layanan Pintu Academy, mereka juga menghadirkan akses pembelajaran investasi aset kripto kepada penggunanya – hal ini juga terkait dengan misi perusahaan yang ingin menggaet investor pemula. Saat ini perusahaan telah terdaftar di BAPPEBTI dan Kominfo.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DailySocial, Founder Pintu Jeth Soetoyo mengatakan bahwa antusias masyarakat untuk berinvestasi ke kripto terus meningkat. Untuk itu edukasi dianggap menjadi sesuatu yang krusial, para investor harus paham betul tentang fundamental dari instrumen investasi tersebut.

Jeth juga menyatakan bahwa Pintu didirikan untuk menyelesaikan permasalahan kesulitan berinvestasi aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum, terutama bagi pemula dan orang awam.

Pintu diklaim sebagai aplikasi mobile yang menawarkan kemudahan berinvestasi cryptocurrency melalui tampilan UI/UX yang ramah pengguna, fitur keamanan, dan platform edukasi kripto bagi masyarakat yang baru pertama kali berinvestasi di instrumen tersebut.

Application Information Will Show Up Here

TaniHub to Secure Series B Funding Worth Nearly 1 Trillion Rupiah

The agritech startup TaniHub Group reportedly secured $65.5 million (over 940 billion Rupiah) Series B funding led by MDI Ventures. According to DailySocial’s source, participated also in this round, UOB Global Capital, Vertex Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, BRI Ventures, Add Ventures, Flourish Ventures, Intudo Ventures, Openspace Ventures, Tenaya Capital, and others.

This round has brought TaniHub’s valuation up to over $200 million.

One of the investors showed the “green signal” on the news and mentioned this investment is the company’s commitment to advancing the agricultural industry in Indonesia with a technological approach.

Previously, TaniHub management had boasted about the investment round the company was raising earlier this year. TaniHub Group’s Co-Founder & CEO, Pamitra Wineka said that investors in this round was very enthusiast, the value even oversubscribed from the initial target.

“We want to give this fund back to Indonesian farmers. We want to expand where we can reach more farmers, hopefully further to Papua,” he said.

TaniHub announced the Series A round in April 2020 worth of $17 million led by Openspace Ventures and Intudo Ventures.

In an official statement the company anounced today (5/21), Pamitra said, “[..] Furthermore, we plan to strengthen our role in every region in Indonesia to be closer to farmers and the community. Therefore, what we do at least to reduce the price disparity between farmers and consumers.”

MDI Ventures’ Portfolio Director, Sandhy Widyasthana added, “[..] MDI will continue to focus on investing in technology startups with big role in various sectors that influence people’s lives and can make a big difference in Indonesia. MDI considers TaniHub Group as having a big role in agriculture and has proven that its existence can have a positive impact on improving the quality of life for Indonesian farmers [..]” he said.

This year, TaniHub Group is increasingly expanding, also through the launching of the NFC (National Fulfillment Center) in Cikarang to provide agricultural supply chain infrastructure that can support national and global market demands. The NFC is ready to serve inbound and outbound to other islands outside Java and Bali as well as foreign markets.

On an area of ​​12,000 square meters, there’s a large capacity for cold storage and it accommodates non-fresh products such as groceries and processed food from various brands. In addition, the company is building more regional distribution facilities (DC), processing and product packaging centers (PPC), poultry processing centers (PPC), and rice mills at various points.

It is located in some areas, including North Sumatra, Riau, Palembang, Lampung, Banjarmasin, Banjarmasin, Manado and Makassar. Currently, the fully-operated PPC location is in Malang, which supports the supply chain of various regional distribution facilities spread across five cities, including Bogor, Bandung, Kartasura, Surabaya and Denpasar.

Last April, the company exported 14.5 tons of watermelon from its farming partners in Lampung to the United Arab Emirates. In this country, it is predicted that the potential for sustainable demand from the UAE market will reach 156 tons per month.

They also target other countries to export fruits, such as pineapples, bananas, mangoes and oranges, including Singapore, Taiwan, South Korea and Malaysia with a capacity of 1,000 tons per month with an export value of IDR 15.31 billion this year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

TaniHub Dikabarkan Peroleh Pendanaan Seri B Hampir 1 Triliun Rupiah (UPDATED)

Startup agritech TaniHub Group dikabarkan mengantongi perolehan pendanaan seri B sebesar $65,5 juta (lebih dari 940 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh MDI Ventures. Menurut informasi yang DailySocial terima, putaran ini juga diikuti oleh UOB Global Capital, Vertex Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, BRI Ventures, Add Ventures, Flourish Ventures, Intudo Ventures, Openspace Ventures, Tenaya Capital, dan lainnya.

Putaran ini membawa valuasi TaniHub melambung senilai lebih dari $200 juta.

Salah satu investor yang kami hubungi memberikan “sinyal hijau” atas kabar tersebut. Menurut mereka, investasi ini adalah komitmen perusahaan untuk memajukan industri pertanian di Indonesia dengan pendekatan teknologi.

Sebelumnya, manajemen TaniHub memang sudah sesumbar dengan putaran investasi yang sedang digalang perusahaan pada awal tahun ini. Co-Founder & CEO TaniHub Group Pamitra Wineka mengatakan antusiasme investor pada putaran ini diklaim begitu bagus, hingga oversubscribed dari dana yang ditargetkan.

“Dana ini mau kita kontribusikan balik kepada petani-petani di Indonesia. Kita mau ekspansi ke mana kita bisa jangkau lebih banyak petani, hopefully bisa sampai Papua,” ucapnya kala itu.

Putaran seri A sudah diumumkan Tanihub pada April 2020 sebesar $17 juta yang dipimpin Openspace Ventures dan Intudo Ventures.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan hari ini (21/5), Pamitra menyampaikan, “[..] Oleh karena itu kami berencana untuk memperkuat peran kami di setiap wilayah Indonesia agar semakin dekat dengan petani dan masyarakat. Sehingga pada akhirnya apa yang kami lakukan dapat mengurangi disparitas harga antara petani dan konsumen.”

Direktur Portfolio MDI Ventures Sandhy Widyasthana menambahkan, “[..] MDI akan terus fokus berinvestasi kepada startup-startup teknologi yang mempunyai peran besar di berbagai sektor yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dan dapat membuat perbedaan besar di Indonesia. MDI melihat TaniHub Group mempunyai peran besar di bidang pertanian dan telah membuktikan bahwa keberadaannya dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan para petani di Indonesia [..]” ucapnya.

TaniHub Group semakin ekspansif pada tahun ini, salah satunya lewat peresmian NFC (National Fulfillment Center) di Cikarang untuk mendukung infrastruktur rantai pasok agrikultur yang dapat menunjang permintaan pasar nasional dan global. Di lokasi tersebut siap melayani inbound dan outbound untuk pulau-pulau lain di luar Jawa dan Bali serta pasar luar negeri.

Di lahan seluas 12.000 meter persegi, memiliki kapasitas besar untuk cold storage dan menampung produk non-fresh seperti sembako dan pangan olahan
(processed food) dari berbagai macam jenama. Tak hanya itu, perusahaan membangun lebih banyak fasilitas distribusi regional (DC), pusat pemrosesan dan pengemasan produk (processing packing center/PPC), pusat pengolahan unggas (poultry processing center/PPC), dan penggilingan padi di berbagai titik.

Lokasi yang dipilih antara lain, Sumatera Utara, Riau, Palembang, Lampung, Banjarmasin, Banjarmasin, Manado, dan Makassar. Saat ini, lokasi PPC yang sudah beroperasi penuh adalah di Malang yang mendukung rantai pasok dari berbagai fasilitas distribusi regional yang tersebar di lima kota, yakni Bogor, Bandung, Kartasura, Surabaya, dan Denpasar.

Pada April kemarin, perusahaan melakukan ekspor buah semangka sebanyak 14,5 ton yang berasal dari mitra petaninya di Lampung ke Uni Emirat Arab. Di negara tersebut diprediksi adanya potensi permintaan yang berkelanjutan dari pasar UAE mencapai 156 ton per bulannya.

Negara lainnya yang tengah diincar untuk ekspor buah-buahan, termasuk nanas, pisang, mangga, dan jeruk ke Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan Malaysia dengan kapasitas 1.000 ton per bulannya dengan nilai ekspor mencapai Rp15,31 miliar pada tahun ini.

*Kami menambahkan pernyataan resmi dari TaniHub

Application Information Will Show Up Here

SIRCLO Reportedly Bags Funding Worth Over 430 Billion Rupiah

According to a trusted source, SIRCLO, an e-commerce enabler startup is reportedly to have secured an estimated $45 million in Series B3 funding led by SMDV. East Ventures is one of the earliest investors participated in this round.

DailySocial asked confirmation from Sirclo team and received no response. We also tried to contact the Co-Founder and Managing Partner of East Ventures Willson Cuaca, he said that the information was actually part of Sirclo’s acquisition of Orami. “Let’s say it’s a part of the acquisition process,” he said, Wednesday (5/19).

Referring to Willson’s statement, in the acquisition process, investors from Orami made a top up. East Ventures also joined the top up for SIRCLO. EV is actually an SIRCLO’s early investor.

SMDV first invested in Orami in 2016, when Orami used to be a new brand entity after the merger between Bilna and Moxy. Then, Orami secured $15 million in funding from ranks of investors, including Gobi Partners, Ardent Capital, Velos Partners, and Co-Founder Founder Eduardo Saverin.

SIRCLO has announced Series B funding worth $6 million on Agustuts 2020. Investors participated in this round are EV, OCBC NISP Ventura, Skystar Capital, and Sinar Mas Land.

The acquisition of Orami by SIRCLO was announced in early April 2021. The objective is none other than to develop the strengths of the two companies’ businesses in providing end-to-end digital services to principal brands. In total, both companies have served more than 100 thousand brands from the MSME scale to corporations that reach millions of consumers.

Post-acquisition, Orami will continue to operate as an independent entity integrated with the SIRCLO service. Ferry Tenka (Orami’s CEO) currently serves as SIRCLO’s Chief Marketing Officer and Hendrawan Kartika (Orami’s President) as SIRCLO’s Chief Financial Officer.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Transfez Secures Seed Funding Led by East Ventures and BEENEXT

After announcing fundraising plan last year, the fintech platform Transfez that offers digital remittance services today (5/19) just finalized its seed round. This round was led by East Ventures and BEENEXT.

“We are very pleased to have two well-known investors supporting Transfez’s mission. Currently, cross-border payments are complex due to different terms and payment channels in each country. As a result, transactions are expensive and time-consuming. Our goal is to simplify the complex process,” Transfez’ CEO, Edo Windratno said.

The company plans to use the fresh money for product development and market penetration. Currently, Transfez serves the B2C sector offering money transfer services to 26 foreign currencies in more than 50 countries. In addition, Transfez will also expand its services to the B2B payment sector in the near future.

Was founded in early 2020, Transfez has processed a total of IDR1.5 trillion ($105 million) transactions. Apart from the Covid-19 pandemic, they also claim to have experienced a 30 times growth of transactions processed in the past year.

Transfez offers international money transfer services cost up to 10 times lower than conventional banks with an all-digital and real-time process. Customers can send and receive their money in minutes because Transfez has liquidity in every country where the company operates.

“We believe that the Transfez team has the ability to serve millions of Indonesians to send and receive money digitally around the world in a more cost-effective, seamless and secure way,” East Ventures’ Partner, Melisa Irene said.

The rise of remmittance players in Indonesia

Since 2015, there are many remittance services provided by foreign to local platforms in Indonesia. One of the main reasons is to cater for the large number of migrant workers abroad in terms of sending money to their families back home.

The Central Bureau of Statistics (BPS) reports that there are around 276,553 migrant workers abroad. Taiwan, Malaysia and Hong Kong are three most favorite harbor for our workers. Meanwhile, the number of Indonesian students studying in other countries is 20,225 people. Both students and the workforce are the foundation of the remittance business, but the market might continue to widen.

Aside from fintech platforms such as Transfree, Xendit, TransferWise, Wallex, Zendmoney, OY!, TrueMoney, RemitPro which try to offer similar services, banking services like BNI have started to actively develop their technology by establishing strategic collaborations with related parties to strengthen remittance services.

Meanwhile, BRI Ventures is involved in funding Nium, a remittance startup from Singapore.

Yusuf Rendy Manilet, an economist from the Center of Reform on Economics (CORE), said that the popularity of remittances this year cannot be separated from its huge potential. The opportunity remains as digital players are yet to reach all layers put remittances as the next most promising fintech service derivation.

One of the factors driving the large potential for remittances is the number of Indonesian workers and students abroad. Moreover, Yusuf said, Indonesia will experience a demographic bonus. The growth of the productive age will pick up – something he considers reassuring investors of the prospects for the remittance business.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

SIRCLO Dilaporkan Kantongi Pendanaan Lebih dari 430 Miliar Rupiah (UPDATED)

Menurut sumber yang terpercaya, SIRCLO, startup pengembang platform e-commerce enabler, dikabarkan mengantongi pendanaan Seri B3 sekitar $45 juta yang dipimpin SMDV. East Ventures menjadi salah satu investor terdahulu yang terlibat dalam putaran ini.

Saat DailySocial konfirmasi lebih jauh kepada pihak Sirclo, tidak ada tanggapan yang diberikan. Kami pun mencoba menghubungi Co-Founder and Managing Partner East Ventures Willson Cuaca. Ia menyampaikan bahwa informasi tersebut sebenarnya adalah bagian proses akuisisi Sirclo terhadap Orami. “Let’s say it’s a part of acquisition process,” ujarnya, Rabu (19/5).

Mengacu dari ujaran Willson, bisa dikatakan bahwa dalam proses akuisisi ini investor dari Orami melakukan top up. Pun East Ventures juga ikut top up ke SIRCLO. EV merupakan investor awal dari SIRCLO.

SMDV pertama kali berinvestasi ke Orami pada 2016, saat Orami dipakai sebagai brand entitas baru pasca merger antara Bilna dan Moxy. Kala itu, Orami mengantongi perolehan dana sebesar $15 juta dari serangkaian investor, di antaranya Gobi Partners, Ardent Capital, Velos Partners, dan Co-Founder Founder Eduardo Saverin.

SIRCLO sendiri terakhir mengumumkan perolehan seri B senilai $6 juta pada Agustuts 2020. Investor yang terlibat dalam putaran ini adalah EV, OCBC NISP Ventura, Skystar Capital, dan Sinar Mas Land.

Kabar akuisisi Orami oleh SIRCLO diumumkan pada awal April 2021. Tujuan dari akuisisi ini tak lain ingin mengembangkan kekuatan kedua bisnis perusahaan dalam menyediakan layanan digital end-to-end kepada brand prinsipal. Bila ditotal, keduanya telah melayani lebih dari 100 ribu brand dari skala UMKM hingga korporasi yang menjangkau jutaan konsumen.

Pasca akuisisi, Orami akan terus beroperasi sebagai entitas mandiri yang terintegrasi dengan layanan SIRCLO. Ferry Tenka (CEO Orami) kini menjabat sebagai Chief Marketing Officer SIRCLO dan Hendrawan Kartika (President Orami) sebagai Chief Financial Officer SIRCLO.

*Kami melakukan perubahan detail mengenai investor yang masuk dalam putaran Seri B3