Startup Teknologi Pendidikan Zenius Dikabarkan Raih Pendanaan 283 Miliar Rupiah dari Northstar Group

Kami mendapatkan informasi dari sumber terpercaya jika platform teknologi pendidikan (edtech) Zenius, salah satu yang tertua di industri ini, mendapatkan pendanaan sebesar $20 juta (sekitar 283 miliar Rupiah) dari Northstar Group (atau melalui modal ventura yang dikelolanya). CEO Zenius Sabda PS menolak berkomentar saat kami hubungi terkait hal ini.

Sektor edtech memang sedang menggeliat. Platform edukasi berbasis teknologi berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, tidak hanya melulu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Meski belum ada pemimpin pasar yang benar-benar mendominasi, Ruangguru bisa dibilang sedang unggul di vertikal ini dan telah menjadi salah satu centaur bervaluasi di atas $100 juta berdasarkan data Startup Report 2018. Mereka bahkan digadang-gadang bakal menjadi salah satu unicorn baru. Selain fokus di segmen bimbel, Ruangguru telah memperluas jangkauan ke beberapa segmen lain, misalnya Ruangkerja untuk para pegawai dan Skill Academy untuk mereka yang ingin memperdalam skill di luar akademik.

Pendanaan yang diperoleh Zenius ini, mungkin pendanaan eksternal pertama yang diperoleh perusahaan per data Crunchbase, akan mendorong persaingan dan inovasi yang lebih ketat di sektor edtech untuk mengeksekusi solusi-solusi terbaik.

Didirikan tahun 2007, Zenius adalah layanan “bimbel online” berbayar yang menyasar semua tingkatan pendidikan, dari SD sampai persiapan ujian SBMPTN. Biaya berlangganannya mulai dari 172 ribu Rupiah per bulan hingga 650 ribu Rupiah per tahun. Disebutkan Zenius sudah memiliki lebih dari 80 ribu video pendidikan.

Pasca perolehan pendanaan ini, mantan COO Gojek Rohan Monga disebut bakal didapuk jadi CEO baru. Sabda PS bakal menjadi Chairman perusahaan, sementara dua co-founder lain (Medy Suharta dan Wisnu OPS) akan tetap berkiprah di Zenius.

Application Information Will Show Up Here

Yummy Corp Rampungkan Penggalangan Dana Seri A Senilai $ 7.75 Juta (UPDATED)

Menjajaki penggalangan dana tahapan lanjutan sejak bulan Juli 2019, Yummy Corp, startup penyedia solusi catering dan cloud kitchen mendapatkan suntikan dana segar senilai total US$ 7.75 Juta yang termasuk dalam putaran dana seri A. Investasi ini dipimpin oleh SMDV (Sinarmas Digital Ventures) dan Intudo Ventures, bersama dengan East Ventures, Sovereign’s Capital, Agaeti Ventures, dan Selera Kapital by Sour Sally Group.

“Pendanaan ini akan kami manfaatkan untuk meningkatkan kualitas makanan dan customer experience. Fokus kami adalah konsumen, dengan menambahkan titik-titik distribusi yang jangkauannya luas kami harapkan konsumen dapat merasakan makanan yang lebih cepat dan fresh untuk dinikmati di manapun mereka memesan,” kata CEO Yummy Corp Mario Suntanu.

Setelah mengakuisisi Berrykitchen dengan jumlah yang tidak disebutkan bulan Mei 2019 lalu, Yummy Corp secara agresif menghadirkan beberapa produk dan telah menambah jumlah titik di kawasan Jabodetabek. Sesuai dengan komitmen mereka membantu pelaku UKM yang memiliki usaha kuliner, untuk memperluas bisnis mereka bukan hanya di satu titik saja, namun menyebar ke titik lainnya yang memiliki potensi untuk menambah jumlah pelanggan.

Selain Yummybox, Yummy Corp juga telah meluncurkan YummyKitchen, fasilitas central kitchen untuk membantu UKM kuliner memperluas bisnis mereka.

“Kita ingin membantu pemilik usaha kuliner yang sudah cukup populer di satu titik untuk kemudian memperluas layanan mereka memanfaatkan lokasi kami. Memanfaatkan semua layanan yang ada mulai dari dapur, pengemasan, hingga pengiriman,” kata Marbio.

Saat ini Yummy Corp setiap harinya menyajikan 10 ribu lebih porsi makanan untuk pelanggan dan memiliki lebih dari 3000 menu untuk menciptakan gaya hidup makan siang di kantor yang lebih menyenangkan.

Application Information Will Show Up Here

 

Startup Manajemen Indekos RoomMe Kantongi Pendanaan Seri A dari BAce Capital

Startup manajemen indekos resmi mengumumkan pendanaan Seri A dengan nilai yang dirahasiakan dipimpin oleh BAce Capital. Dua investor sebelumnya, Vertex Ventures dan KK Fund turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dalam keterangan resmi, pendanaan bakal dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan ekspansi hingga 1000 rumah kos yang berlokasi di Bodetabek sampai tahun 2020 mendatang.

BAce Capital didirikan oleh veteran yang pernah bekerja di Alibaba dan Ant Financial. Pengetahuan lintas batas dari BAce diharapkan bisa menjadi wawasan yang berharga untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan RoomMe.

“BAce tidak hanya telah menunjukkan pemahaman mendalam tentang pasar Asia Tenggara, juga di Tiongkok. Kami bisa mendapatkan pemahaman mendalam tentang model bisnis serupa di berbagai wilayah, yang nantinya akan membantu kami menyempurnakan pengembangan arah bisnis RoomMe,” ucap CEO RoomMe Glen Ramersan.

Di wawancara sebelumnya, Glen menjelaskan bahwa kos adalah ranah awal yang akan diseriusi perusahaan sebelum masuk segmen lainnya. Tidak menutup kemungkinan RoomMe ekspansi layanan untuk manajamen di apartemen dan residen ekspatriat, misalnya.

Potensi bisnis kos di di Jabodetabek saja, sambungnya, diprediksi ada lebih dari 25 ribu gedung kos yang masih dijalankan secara konvensional.

Ketika sebuah kos bekerja sama dengan RoomMe, ada kualitas layanan yang terstandarisasi, informasi lengkap soal lokasi dan ketersediaan. Semuanya bisa diakses lewat aplikasi dan saluran OTA lainnya.

Fasilitas kos di RoomMe memiliki standar karena akan ditemui di hampir semua unit kamar yang ada, termasuk suasana kebersihan dan keamanan kamar selayaknya hotel, seperti air panas, TV layar datar, toiletries, dan wifi.

Kamar mandi dalam kamar dan pantry juga disediakan. Harga sudah standar ditentukan oleh RoomMe. Semua fasilitas ini menjadi standar yang tidak akan dibebankan ke penyewa kos, termasuk biaya perbaikan fasilitas dan promosi ke publik.

RoomMe punya empat produk untuk menjangkau seluruh segmen masyarakat. Ada RoomMe reguler, RoomMe+ untuk kalangan menengah atas, RoomMe Eco untuk kalangan mahasiswa dan harga terjangkau, dan RoomMe Syariah. Harga sewa dimulai dari Rp1 juta sampai Rp11 juta per bulannya.

Glen menyebut perusahaan telah menggaet ratusan rumah kos yang berlokasi di Jakarta dengan total lebih dari 2 ribu kamar.

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Receives Series C Funding Worth of 468 Billion Rupiah

Alodokter has secured series C round worth of $33 million or around Rp468 billion led by Sequis Life with followed by Philips, Heritas Capital, Dayli Partners, and some others. The previous investors, Softbank Ventures Asia and Golden Gate Ventures, also participated in this round.

“The health system in Indonesia experienced significant changes in the last 10 years and more open to digital innovation than other developed country’s health system. Indonesia has become the leading one to implement the digital health system. That is the main factor of Alodokter’s rapid growth since its debut,” Alodokter’s CEO, Nathanael Faibis said.

Currently, Alodokter is said to acquire 20 million active users per month and partners with more than 20,000 doctors and 1,000 hospitals and clinics. Some of Alodokter’s leading services, such as chat room, booking page, health information, and health insurance management.

alodokter

The fresh money will be used to expand partnerships with hospitals and developed health insurance. Previously, Alodokter has introduced the health insurance named “Proteksi Alodokter” in 2018. The policyholder can subscribe, pay, and make claim through the app.

Alodokter plans to develop “21th-century insurance” not only to provide financial protection but also guidance for those in medical process by giving the right solution.

Meanwhile, Sequis Life’s CEO, Tatang Wijaya explained, aside from lots of  users, Alodokter has a clear and strong vision. Therefore, Alodokter has the potential to win the Indonesian market and customers.

“Aside from the big number of users, we’re deeply impressed with their clear and strong vision of medical accurate in every service necessary. In our opinion, this already in their DNA. Alodokter will be Indonesia’s health service foundation and we’re proud to be a part of their journey. Together, we’ll get closer to achieve our goal in creating the latest method and technology, also to win the Indonesian market and customers,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Yanolja Kembali Terlibat di Putaran Pendanaan Terbaru ZEN Rooms

ZEN Rooms telah mengamankan pendanaan terbaru dari Yanolja, jaringan aplikasi hotel asal Korea Selatan. Yanolja sebelumnya juga telah memiliki sebagian saham ZEN Rooms saat pendanaan pertengahan 2018 silam. Turut terlibat dalam pendanaan kali ini Access Ventures, perusahaan modal ventura yang juga beroperasi di Hongkong dan Korea.

Dengan putaran pendanaan terbaru ini, investor awal ZEN Rooms Asia Internet Holdings (perusahaan joint venture Rocket Internet dan Ooredoo Telecom) tak lagi terlibat dalam kepemilikan saham atau exit. Sementara investor awal lainnya, seperti RedBadge Pasific dan SBI Korea, masih termasuk dalam jajaran investor.

Sebagai salah satu layanan budget hotel, ZenRooms sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2015. Dalam perjalanannya di Indonesia, beberapa strategi kolaborasi dan inovasi terus dilakukan setiap tahunnya untuk lebih mendekatkan diri kepengguna dan memberikan kemudahan.

Beberapa inovasi yang dihadirkan antara lain pembayaran melalui Alfamart dan Indomaret dan pembayaran melalui hotel. ZEN Rooms juga tercatat pernah meluncurkan ZEN Home untuk menghadirkan konsep penginapan non hotel.

ZEN Rooms sendiri didirikan oleh Kiren Tanna dan Nathan Boublil. Perusahaan sejauh ini tercatat mengoperasikan 13.000 kamar yang tersebar di seluruh Asia Tenggara. Sejak Yonolja terlibat dalam putaraan pendanaan ZEN Rooms pada pertengahan 2018, perusahaan mengklaim berhasil meningkatkan 400 persen pendapatan.

“Dengan strategi aliansi ini kami bergabung dengan salah satu group perjalanan yang paling inovatif secara teknologi dan pendukungnya yang unik, Booking Holding, untuk menciptakan full-service budget dan mid-range hospitality group di Asia Tenggara. Kami akan dapat menggunakan infrastruktur teknologi kelas dunia di IoT R&D, automasi, hardware dan software untuk semua hotel di Asia Tenggara,” terang CEO ZEN Rooms Nathan Boublil.

Dengan pendanaan ini ZEN Rooms akan lebih agresif melakukan serangkaian strategi dalam upayanya memenangi pasar Asia Tenggara. Di sana ada nama-nama seperti Oyo, Airy, dan RedDoorz yang berlomba-lomba menawarkan layanan terbaiknya.

Pada Juni 2019, Yanolja mengumumkan perolehan dana sebesar $180 juta dari Booking Holdings dan GIC yang membuat valuasi mereka melewati $1 miliar atau menyandang status unicorn.

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Dapatkan Pendanaan Seri C Sebesar 468 Miliar

Alodokter mengumumkan telah berhasil mengamankan putaran pendanaan Seri C senilai $33 juta atau sekitar Rp468 miliar yang dipimpin Sequis Life dan partisipasi dari Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners, dan beberapa lainnya. Investor sebelumnya, seperti Softbank Ventures Asia dan Golden Gate Ventures, turut serta dalam pendanaan kali ini.

“Sistem kesehatan di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam 10 tahun terakhir, dan lebih terbuka terhadap inovasi digital dibandingkan sistem kesehatan di negara yang sudah maju. Indonesia menjadi salah satu negara terdepan dalam mengadaptasi sistem kesehatan digital. Itu salah satu faktor utama yang membuat Alodokter berkembang super pesat sejak pertama kali diluncurkan,” terang CEO Alodokter Nathanael Faibis.

Saat ini Alodokter mengklaim sudah berhasil mendapatkan 20 juta pengguna aktif setiap bulannya dan telah menjalin kerja sama dengan 20.000 dokter dan 1.000 rumah sakit dan klinik. Beberapa layanan unggulan Alodokter seperti chat dengan dokter, booking dokter, informasi kesehatan, dan pengelolaan asuransi kesehatan.

Suci Arumsari (Co-founder & Director ALODOKTER) & Nathanael Faibis (Co-founder & CEO ALODOKTER)

Dana segar yang didapatkan Alodokter rencananya akan dimanfaatkan untuk memperluas jaringan kerja sama dnegan rumah sakit dan mengembangkan layanan asuransi. Sebelumnya, pada 2018 Alodokter memperkenalkan asuransi kesehatan yang bernama “Proteksi Alodokter”. Pemegang polis dapat berlanganan, membayar, dan melakukan proses klaim langsung melalui aplikasi.

Rencananya Alodokter ingin membangun “asuransi abad ke-21” yang tidak hanya memberikan perlindungan finansial, tetapi juga membimbing pasien dalam perjalanan medis dengan memberikan solusi medis yang tepat.

Sementara itu, CEO Sequis Life Tatang Wijaya menjelaskan bahwa selain jumlah pengguna yang besar visi dan misi Alodokter jelas dan kuat. Sehingga Alodokter memiliki potensi meraih segmen psar dan pelanggan Indonesia.

“Selain jumlah pengguna yang besar, kami juga sangat terkesan dengan visi mereka yang jelas dan kuat dalam memberikan keakuratan medis di setiap layanan yang dibutuhkan pasien. Menurut kami, ini adalah DNA Alodokter. Alodokter akan menjadi pondasi layanan kesehatan di Indonesia dan kami bangga menjadi bagian dari perjalanan mereka. Bersama, kami akan selangkah lebih dekat untuk mewujudkan tujuan kami dalam menciptakan teknologi dan metode terbaru, serta meraih segmen pasar dan pelanggan Indonesia yang belum terjangkau,” terang Tatang.

Application Information Will Show Up Here

Cool Japan Fund Terlibat dalam Pendanaan Seri F Gojek, Berikan 709 Miliar Rupiah

Gojek masih terus menggencarkan perolehan pendanaan baru dalam putaran seri F untuk target $3 miliar. Setelah bulan lalu AIA Indonesia masuk ke jajaran investor, bulan ini Cool Japan Fund terlibat dengan dana $50 juta atau setara 709,2 miliar Rupiah.

Kabar tersebut pertama kali diinformasikan kanal Nikkei Asian Review. Kami sudah menanyakan ke pihak Gojek terkait hal ini, namun sampai tulisan ini terbit belum mendapatkan konfirmasi.

Setiap investor memiliki agenda tertentu ketika terlibat dalam pendanaan bisnis. Jika AIA miliki misi untuk mengelaborasikan layanan wellness dengan ekosistem Gojek, Cool Japan Fund berencana untuk meningkatkan penyebaran konten-konten dari Jepang melalui platform Gojek.

Sebelumnya Gojek secara resmi meluncurkan GoPlay, yakni sebuah layanan video on-demand yang akan menayangkan berbagai tayangan video eksklusif. Nantinya berbagai konten berbau Jepang, misalnya berupa film atau video masakan, akan dimasukkan sebagai opsi tontonan di sana.

Cool Japan Fund juga ingin memanfaatkan GoFood Festival untuk meningkatkan penetrasi restoran dan masakan Jepang di Indonesia, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat.

Cool Japan Fund merupakan perusahaan modal ventura di bawah naungan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang. Investasi mereka fokus di empat bidang, yakni media & content, fashion & lifestyle, food & services, dan inbound.

Sebelumnya mereka berinvestasi di perusahaan media gaya hidup Clozette senilai $10 juta dalam putaran seri C, kemudian dilanjutkan peluncuran Cool Japan Ecosystem untuk memperkuat eksistensinya di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

StickEarn Announces Series A Worth of 77.6 Billion Rupiah

StickEarn startup known with its advertising solution on the vehicle, today (10/15) announced series A funding closed at $5.5 million or around 77.6 billion Rupiah. This round led by East Ventures and SMDV, followed by Grab, Ovo, and Agaeti Ventures.

The fresh money is to be used to explore new opportunities and services. It also to improve data analytics for a better advertising business. StickEarn offers various out-of-home advertising platforms, such as StickMob (car), StickMotor (motorcycle), StickBus (bus), StickAngkot (Angkot), StickPlane (plane), dan StickMart (retail in-car).

Since 2017, there are more than 300 brands are helped by StickEarn service. Mostly has income growth up to 300% of the awareness. The company has been operating in 31 cities in Indonesia.

“We have this commitment to developing ads platform which brings significant impact, easy access, and smart product for our clients. Through this round, we tried to recruit the best talents in the industry to improve our service in order to meet the client’s demand, to develop new products, and tighten up our partnership among agencies,” StickEarn’s Co-Founder, Archie Carlson said.

Last month, StickEarn has introduced StickTron, a new model of advertising using moving LED on trucks. This is still on trial around Jakarta. They’re targeting 10 units of LED trucks by early 2020.

“We’ll keep developing various ad services to support campaigns in the integrated and multi-platform. This is to allow StickEarn clients to experience the whole advertising to integrate offline marketing strategy online. We’ll provide more data-based campaign report ad tech updates, therefore, to help clients make better decisions,” StickEarn’s Co-Founder, Garry Limanata said.

StickEarn first received seed funding in 2007 from East Ventures. Along the journey, they’ve made some strategic partnerships, such as GrabAds with Grab.

“As StickEarn’s early investor, East Venture has seen how the pioneers prove their point to develop this kind-of-new business model, in vertical or horizontal. Within only two years, their solution keeps making positive impact either for advertisers or brands. The investment is our commitment to StickEarn can work on its vision to make industrial revolution of out-of-home (OOH) advertising in Indonesia,” East Ventures’ Managing Partner, Willson Cuaca said.

In addition to StickEarn, Indonesia also has StiCar, Ubiklan, Adroady, and some other players that provide similar services. Promogo, a startup that offers advertisement on vehicles, has acquired by Gojek.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

StickEarn Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Senilai 77,6 Miliar Rupiah

StickEarn startup yang dikenal dengan solusi periklanan di kendaraan, hari ini (15/10) mengumumkan penutupan pendanaan seri A dengan nilai mencapai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan SMDV, turut berpartisipasi di dalamnya Grab, Ovo, dan Agaeti Ventures.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengeksplorasi peluang dan layanan baru. Termasuk meningkatkan kemampuan analisis data untuk mendukung bisnis periklanan yang dijalankan. StickEarn menawarkan beragam pilihan platform beriklan luar ruangan seperti StickMob (mobil), StickMotor (sepeda motor), StickBus (bus), StickAngkot (angkutan perkotaan), StickPlane (pesawat), dan StickMart (ritel di dalam mobil).

Sejak debut pada tahun 2017, saat ini sudah lebih dari 300 brand dibantu dengan layanan iklan StickEarn. Rata-rata mengalami peningkatan pendapatan hingga 300% dari awareness yang dihasilkan. Perusahaan juga sudah  beroperasi di 31 kota di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan platform iklan yang membawa dampak besar, mudah diakses, dan cerdas untuk klien kami. Melalui putaran pendanaan ini, kami berupaya untuk merekrut talenta terbaik di industri guna meningkatkan layanan kami dalam memenuhi kebutuhan klien, mengembangkan produk-produk terbaru, serta memperkuat kemitraan antara agensi dan StickEarn lebih,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Awal bulan lalu StickEarn baru memperkenalkan StickTron, yakni model layanan beriklan melalui layar LED bergerak yang ditempelkan pada kendaraan truk. Saat ini masih diuji coba di kawasan Jakarta. Targetnya akan ada 10 unit LED Truck di awal 2020 mendatang.

“Kami akan terus mengembangkan berbagai layanan beriklan yang dapat mendukung kampanye di multi-platform dan terintegrasi. Hal ini agar memungkinkan klien StickEarn dapat merasakan pengalaman beriklan yang lebih menyeluruh dan mengintegrasikan strategi pemasaran offline ke online. Kami juga akan menyediakan lebih banyak laporan kampanye berbasis data, serta pembaharuan teknologi, sehingga dapat membantu klien membuat keputusan yang lebih baik,” lanjut Co-founder StickEarn Garry Limanata.

StickEarn mendapatkan pendanaan awal pada tahun 2017 dari East Ventures. Dalam perjalanannya, mereka juga menggandeng berbagai mitra strategis, salah satunya Grab untuk inisiatif GrabAds.

“Sebagai pendukung pertama StickEarn, East Ventures melihat bagaimana para pengagas membuktikan kemampuan mereka untuk mengembangkan model bisnis baru ini, baik secara horizontal maupun vertikal. Hanya dalam dua setengah tahun, solusi mereka terus memberikan dampak positif baik bagi pengiklan dan brand. Investasi ini adalah bukti kepercayaan kami bahwa StickEarn akan dapat memenuhi visinya dalam merevolusi industri periklanan luar ruang (OOH) di Indonesia,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Selain StickEarn, di Indonesia juga ada StiCar, Ubiklan, Adroady, dan beberapa pemain lainnya yang menyajikan layanan serupa. Promogo juga memiliki layanan periklanan di kendaraan serupa, saat ini sudah diakuisisi oleh Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Verikool, Startup yang Lebih dari Sekadar “Marketplace Influencer”

Suka tidak suka keberadaan influencer media sosial sudah mengubah cukup banyak industri periklanan. Kendati begitu, masih banyak kendala yang perlu diatasi dari alternatif baru tersebut, semisal kemudahan mencari influencer, isu follower palsu, hingga efektivitas jasa influencer terhadap penjualan produk.

Masalah-masalah tersebut menjadi alasan kemunculan startup bernama Verikool. Founder & CEO Verikool Daniel Dewa menjelaskan bahwa startup yang ia dirikan itu bukan hanya sekadar marketplace influencer, tapi lebih sebagai perusahaan analitik.

“[Marketplace] sudah banyak banget. Kita tahu yang bikin seseorang memilih influencer bukan dari marketplace, mereka pakai influencer karena mereka terkenal. Jadi percuma kalau kita mengarah ke marketplace, nanti yang cari akan klien-klien kecil saja,” ujar Daniel kepada DailySocial.

Seperti yang Daniel katakan, marketplace untuk influencer memang sudah ada beberapa di Indonesia. Mereka di antaranya adalah SociaBuzz, IconReel, dan Allstars. Verikool ingin lebih dari sekadar marketplace yakni dengan menjadi perusahaan analitik yang memudahkan korporasi dan UKM beriklan melalui influencer.

Cara kerja Verikool cukup sederhana. Pada dasarnya mereka punya dua platform, endorse influencer dan analitik. Perusahaan atau UKM dapat memilih influencer yang relevan dengan kebutuhannya, melakukan pembayaran, hingga melakukan revisi.

Verikool juga dapat memberikan insight seperti follower asli dan palsu, tingkat engagement sebuah posting, berapa banyak klik ke situs perusahaan, email, chat, pola caption, dan banyak lagi. Bahkan algoritma Verikool memungkinkan melihat pose serta bahasa selebgram yang paling banyak menarik perhatian audiens. Biaya yang dikenakan bersifat flat untuk setiap transaksi sebesar Rp20.000.

Bedanya, UKM yang ingin melakukan endorse di Verikool harus bayar di muka, sementara korporasi dapat bayar setelah pemakaian jasa. Pihak influencer pun baru akan mendapatkan uangnya ketika mereka menyelesaikan tugas dari klien.

“Biasanya kalau ke agency kita bayar 5-20 persen dari harga influencer. Di kita mau harga influencer Rp1 miliar tetap aja Rp20.000,” ucap Daniel.

Sementara monetisasi dilakukan Verikool dengan cara menarik ongkos Rp100.000 per akun dari korporasi yang sudah jadi klien mereka. Dari ini saja Daniel mengaku pihaknya mendapat puluhan juta tiap bulan sehingga saat ini perusahaan sudah profit.

Sedangkan untuk pendanaan, Verikool berada di tahap pre-seed dengan total uang yang sudah dikantongi sebesar US$750.000, salah satunya dari Alpha JWC Ventures. Namun Daniel mengaku pengumpulan dana mereka hanya akan di fase seed dengan alasan sudah nyaman dengan kondisi saat ini.

“Segede-gedenya yang kita terima paling dari Alpha, kita enggak mau dari yang lain. Kita sudah fine kaya gini, sudah bagus bisa sales. Jangan sampai ada investor masuk jadi rusak,” ujar Daniel.

Saat ini sudah ada 1.700 lebih influencer di Indonesia yang sudah bergabung dengan mereka, termasuk beberapa di antaranya dari Taiwan. Sementara klien mereka sudah terdiri dari 20 korporasi dan 214 UKM.

Pada November nanti mereka berencana memperluas jangkauan layanan mereka hingga ke Thailand, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Alhasil nanti perusahaan di keempat negara itu dapat memakai jasa influencer lokal saat ingin mempromosikan produknya di Indonesia. Dan sebaliknya, pengiklan dari Indonesia dapat memakai jasa influencer keempat negara tadi untuk beriklan di sana.

Di samping itu meskipun saat ini hanya mengandalkan influencer di Instagram, tak lama lagi Verikool menyediakan jasa influencer di Youtube dan Twitter.