Akseleran Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A Hampir 120 Miliar Rupiah

Startup p2p lending Akseleran dikabarkan menggalang pendanaan sebesar $8,5 juta (hampir 120 miliar Rupiah) dari sejumlah investor, salah satunya adalah Access Ventures.

Kabar ini pertama kali diberitakan oleh DealStreetAsia (23/9) dan dikonfirmasi langsung oleh Co-Founder & CEO Akseleran Ivan Tambunan saat ditemui di sela-sela Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta di hari yang sama.

Ivan belum mau berkomentar banyak terkait informasi ini, dia malah berencana untuk membuat kabar resmi pada November 2019 mendatang. Dia beralasan pihaknya masih menunggu persetujuan dari OJK. Namun Ivan mengonfirmasi nominalnya memang benar $8,5 juta.

“Kita decline [beri] komentar, November baru bisa kasih komentar. Dari jumlah [investasi] itu benar, tapi kita belum bisa kasih komentar karena harus menunggu persetujuan dari OJK, itu adalah syarat yang harus kita penuhi,” ujar Ivan.

Kabar ini sebelumnya sudah lama digaungkan oleh Akseleran, bahkan sejak tahun lalu. Ivan menyebut perusahaan sedang mencari pendanaan seri A sebesar $7,5 juta (sekitar 105 miliar Rupiah).

Pada Februari 2019, perusahaan baru mengumumkan pendanaan sebesar $2,5 miliar (sekitar 35 miliar Rupiah) sebagai bagian dari putaran seri A ini. Konfirmasi dari Ivan secara langsung menguatkan bahwa terjadi oversubscribed dalam putaran ini.

Kinerja Akseleran

Ivan menerangkan saat ini perusahaan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp690 miliar secara akumulatif dari pencapaian di tahun lalu. Secara target, perusahaan bidik total penyaluran tembus di angka Rp1,1 triliun. Per bulannya, Ivan menyebut Akseleran telah menyalurkan sekitar Rp70 miliar.

“Kalau tahun ini saja, kita targetkan penyaluran Rp900 miliar, tahun lalu itu Rp260 miliar. Jadi bila ditotal secara akumulatif, kita ingin tembus Rp1,1 triliun.”

Bila dijabarkan lebih dalam, produk yang paling banyak dimanfaatkan oleh borrower adalah invoice dan pre-invoice. Komposisi keduanya adalah 90% dari nominal penyaluran. Namun yang ingin didorong Akseleran pada akhir tahun ini adalah supply chain financing yang ditargetkan kontribusinya tembus 10%-15%.

Dia menjelaskan produk ini punya sisi positif semua pihak. Akseleran bisa mengamankan jaminan pembayaran jadi jauh lebih terjamin. Dari segi proses penilaian juga jauh lebih cepat, pasalnya perusahaan tidak perlu menilai risiko dari borrower saja, tapi cukup dari pembayar saja. Alhasil, besaran bunga yang dibebankan pun jauh lebih murah.

“Proses jauh lebih cepat karena kita cukup assess payer-nya saja, borrower enggak perlu lagi. Tapi Akseleran harus kerja sama dengan payer-nya dulu. Jadinya lebih efisien buat akuisisi borrower karena kita bisa partner-an sama satu partner tapi bisa dapat banyak borrower dari vendor supplier-nya.”

Para lender yang tergabung di Akseleran saat ini masih didominasi oleh perorangan (90%), mayoritas berlokasi di Jabodetabek, sisanya tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, bahkan Nusa Tenggara Timur.

Ivan berencana untuk menambah porsi peminjam dari institusi, target porsinya 20%-30%. Beberapa nama yang sudah bekerja sama adalah perusahaan multifinance, seperti Mandiri Tunas Finance dan Ciptadana Multifinance.

“Ada beberapa tambahan dari leasing, nanti mau juga ada dari bank besar. Sebenarnya sudah ada MoU dengan BPR, tapi baru MoU. Kita terbuka dengan semua pihak,” pungkas Ivan.

Application Information Will Show Up Here

Shipper Bags 70 Billion Rupiah, Tightening Its Position as the Logistics Aggregator

The logistics aggregator platform, Shipper, today announced seed funding worth of $5 million or equivalent to 70.3 billion Rupiah. The investors include Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures and Y Combinator. It tops up the previous round for $150 thousand after participated in the Y Combinator accelerator program.

The fund is to focus on talent and user acquisition. After its launching in 2017, Shipper is now serving more than 25 thousand online sellers. The increasing e-commerce traction and sales through social media has boosted the logistics business initiated by Phil Opamuratawongse and Budi Handoko.

Indonesia has a unique order in terms of geographic. It consists of many islands and has its own challenge for logistics business. They believe the condition cannot be solved by a single company. Based on Shipper’s internal data, there are about 2,500 registered logistics working on various segments in Indonesia.

Many of the logistics cover the small areas, but they didn’t really understand the location – related to the access reliability, for some locations are hard to reach. Shipper allows sellers to have relevant logistics services, that can accommodate efficient delivery to each destination.

They also provide pick-up courier and to include pick-up point for the package. In addition to track, the technology is also designed to help logistics in managing the package. It includes to calculate the best route. A special API also created for business consumer, to connect Shipper solution to partner’s platform.

Shipper is to target 1,000 micro hubs for pick up and 20 logistics center. They also have ambition for regional expansion, targeting Thailand, Vietnam, and the Philippines for the next years.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mandiri Capital Leads Crowde’s Pre Series A Funding

Mandiri Capital Indonesia, the Mandiri backed CVC, leads the Pre Series A funding for the agriculture p2p lending, Crowde, worth of $1 million (around 14 billion Rupiah). In the meantime, Bank Mandiri also participated as an institutional lender for credit loan through Crowde for 100 billion Rupiah.

MCI’s CEO, Eddi Danusaputro said, Crowde is selected based on Bank Mandiri’s need and the same vision with MCI. Bank Mandiri is currently making an effort to increase productive credit to SME, micro in particular.

Crowde fits the requirements as they running a business in the productive sector for farming, fishing, and trading. Soon, MCI is to announce another funding led in the financial sector.

“MCI usually has an appetite for Series A, this time might be different for Crowde has shown a good capacity to complete Bank Mandiri,” Eddi said on Thursday (9/19).

Crowde’s CEO, Yohanes Sugihtononugroho stated MCI as a strategic investor to have symbiotic mutualism with for the sake of Crowde’s future and Mandiri as in a group.

Funding collected in this round will be fully distributed to build technology for Indonesian farmers. He thought there is enough technology around but ineffective for Indonesia’s farmers.

“Our focus is not far from farmers acquisition, in a way to build technology for Indonesian farmers. This is very segmented therefore challenging,” he said.

The pre-Series A isn’t close yet, said Yohanes. They’re still looking for other strategic investors. However,  he’s not willing to leak the target amount and when to stop.

Crowde’s previous investor was Gree Ventures, the number is still undisclosed last year.

Credit loan from Bank Mandiri

Bank Mandiri is now the first national-scale institutional lender of Crowde with the amount of Rp100 billion credit loan. In this partnership, Crowde is to refer some potential debtors for selection based on individual criteria and to manage loans for each debtor.

Based on the selection, Bank Mandiri is to proceed with the loan submission. The maximum number to access by micro SMEs is up to Rp200 million.

Bank Mandiri’s Retail Banking Director, Donsuwan Simatupang said, the scheme between two companies is very strategic. It can guarantee the quality of distributed funding by the bank, also an additional value from Crowde to the business player.

“In addition, the partnership scheme is to accelerate the credit approval process for the debtors can have the momentum to grow the business,” he added.

The company itself can have broaden access towards SME segments on the agriculture sector to accommodate farmers for banking access in terms of funding.

In August 2019, Bank Mandiri has distributed productive microcredit funding worth of Rp23.51 trillion for micro-business players in the region. In fact, Crowde has channeled Rp90 billion funding to 17 thousand small-to-middle size farmers located in Java, Sumatera, and Eastern Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shipper Bukukan Pendanaan Awal 70 Miliar Rupiah, Perkuat Posisinya sebagai Agregator Layanan Logistik

Startup pengembang platform agregator layanan logistik Shipper hari ini mengumumkan telah membukukan putaran pendanaan awal senilai $5 juta atau setara 70,3 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures dan Y Combinator. Investasi ini meningkatkan perolehan sebelumnya senilai $150 ribu pasca keterlibatannya di program akselerasi Y Combinator.

Modal yang didapat akan difokuskan untuk perekrutan dan akuisisi pelanggan. Sejak diluncurkan tahun 2017, Shipper kini telah melayani lebih dari 25 ribu pedagang online. Peningkatan traksi e-commerce dan jual beli via media sosial turut membuat bisnis logistik yang diusung Phil Opamuratawongse dan Budi Handoko ini melejit di pasar.

Secara geografis Indonesia memiliki tatanan yang unik. Wilayah yang terbagi menjadi banyak pulau memberikan tantangan tersendiri bagi bisnis logistik. Pihak Shipper meyakini, kondisi tersebut tidak mungkin untuk diselesaikan oleh satu pemain saja. Dari data internal Shipper pun tercatat saat ini ada kurang lebih 2500 penyedia logistik di Indonesia dengan berbagai skala bisnis.

Banyak bisnis logistik yang hanya mencakup wilayah kecil, namun mereka tahu betul mengenai lokasi tersebut — termasuk terkait keandalan akses, karena beberapa lokasi juga sulit dijamah. Platform Shipper memungkinkan para pedagang untuk mendapatkan layanan logistik yang relevan, yang mampu mengakomodasi pengiriman secara efisien ke daerah-daerah yang dituju.

Shipper juga menghadirkan layanan kurir penjemputan paket ke lokasi pengguna, pun mulai menyediakan lokasi penjemputan atau pengambilan paket. Selain untuk pelacakan, teknologi yang dikembangkan turut didesain membantu penyedia logistik untuk mengelola pengiriman. Termasuk mengalkulasi rute pengiriman terbaik. API khusus juga disediakan untuk konsumen bisnis, menghubungkan solusi Shipper ke platform yang dikembangkan mitra.

Hingga tahun depan Shipper targetkan miliki 1000 hub mikro untuk penjemputan dan 20 pusat logistik. Ambisi ekspansi regional juga sudah disampaikan, targetnya juga bisa layani pasar Thailand, Vietnam, dan Filipina di tahun-tahun mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Startup P2P Lending Julo Umumkan Pendanaan Seri A 140 Miliar Rupiah

Startup fintech lending Julo mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $10 juta (sekitar 140 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Quona Capital. Investor lain yang turut berpartisipasi adalah Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, dan Convergence Ventures.

Perolehan dana ini sebenarnya tambahan dari putaran seri A yang sudah berlangsung pada tahun lalu. Julo telah mengantongi dana segar sebanyak $5 juta, sehingga bila ditotal startup ini memperoleh $15 juta (sekitar 280 miliar Rupiah) dalam seri A.

“Pendanaan ini telah menghadirkan dan membuka kesempatan bagi Julo untuk terus berkembang dan memberikan layanan terbaik,” ucap Founder & CEO Julo Adrianus Hitijahubessy dalam keterangan resmi.

Ia menambahkan, pendanaan ini akan dipakai untuk mengembangkan bisnis secara keseluruhan dengan memperluas tim dan meningkatkan kualitas sistem skor kredit. Fokus ini selaras upaya perusahaan dalam meningkatkan mata pencarian masyarakat Indonesia, yang tercermin dalam portofolio penyaluran kredit mayoritas untuk pinjaman produktif.

“Karenanya kami selalu mengembangkan fitur baru untuk meningkatkan layanan kami dan menjangkau orang-orang di seluruh negeri,” katanya.

Startup yang berdiri sejak 2016 ini menawarkan pinjaman antara 500 ribu hingga 8 juta Rupiah dan dapat dicicil maksimal enam bulan. Bunga yang ditawarkan adalah 3%-4% per bulan atau 0,1%-0,3% per hari, diklaim sebagai salah satu yang terendah.

Kendati demikian, Julo tetap mengedepankan asas mitigasi risiko. Tanpa melanjutkan lebih dalam, dia mengklaim credit scoring yang dipakai Julo lebih efisien dari pemain sejenisnya.

Hingga kini, Julo telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp431 miliar kepada 116 ribu total peminjam. Dari angka peminjam, 54 ribu di antaranya adalah peminjam aktif. Bila dilihat pencapaian di tahun 2019 saja, Julo telah menyalurkan Rp321 miliar atau 74,4% dari total penyaluran.

Cakupan layanan Julo tersebar di 18 wilayah, di antaranya Sukabumi, Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur, Garut, Palembang, Bandar Lampung, hingga Mataram.

Application Information Will Show Up Here

Mandiri Capital Pimpin Pendanaan Pra Seri A untuk Crowde

Mandiri Capital Indonesia, CVC kelolaan Bank Mandiri, memimpin pendanaan Pra Seri A untuk startup p2p lending khusus agrikultur, Crowde, sebesar $1 juta (sekitar 14 miliar Rupiah). Di saat yang bersamaan, Bank Mandiri turut berpartisipasi sebagai lender institusi untuk penyaluran kredit melalui Crowde senilai 100 miliar Rupiah.

CEO MCI Eddi Danusaputro menjelaskan, perusahaan memilih Crowde lantaran sesuai dengan kebutuhan yang dicari Bank Mandiri dan sejalan dengan misi awal didirikannya MCI. Saat ini Bank Mandiri sedang berupaya untuk meningkatkan penyaluran kredit produktif di UMKM terutama mikro.

Crowde dianggap sebagai kandidat yang cocok karena bergerak di sektor produktif untuk pertanian, perikanan, dan perdagangan. Dalam waktu dekat, MCI akan segera mengumumkan pendanaan lain yang juga dipimpinnya di bidang manajemen keuangan.

“Biasanya appetite MCI untuk investasi di Seri A, tapi ini kali ini sedikit beda karena Crowde punya kapasitas yang baik untuk memenuhi kebutuhannya Bank Mandiri,” terang Eddi, Kamis (19/9).

CEO Crowde Yohanes Sugihtononugroho menerangkan, MCI adalah investor strategis yang secara langsung bisa membawa hubungan simbiosis mutualisme untuk perkembangan Crowde ke depannya dan Bank Mandiri secara grup.

Dana yang didapat dari putaran ini sepenuhnya akan dipakai untuk bangun teknologi yang bisa digunakan oleh petani di Indonesia. Menurutnya, ada banyak teknologi bertebaran, akan tetapi yang bisa digunakan dengan segmentasi petani Indonesia tidak banyak.

“Fokus kita tidak akan jauh-jauh dari jangkau lebih banyak petani, caranya dengan bangun teknologi yang bisa dipakai oleh petani Indonesia. Ini yang segmented banget sehingga jadi challenging,” kata Yohanes.

Putaran pra Seri A belum ditutup menurut Yohanes. Pihaknya masih mencari investor strategis lainnya untuk masuk. Sayang, dia belum bersedia membeberkan target dana yang dibidik dan kapan putaran akan ditutup.

Investor Crowde sebelumnya adalah Gree Ventures dengan nominal pendanaan yang tidak disebutkan tahun lalu.

Pinjaman kredit dari Bank Mandiri

Bank Mandiri kini menjadi lender institusi skala nasional pertama buat Crowde dengan nilai komitmen penyaluran kredit Rp100 miliar. Dalam kerja sama ini, Crowder akan mereferensikan calon debitur potensial untuk mengikuti proses seleksi berdasarkan kriteria calon debitur perseroan dan menentukan pinjaman untuk tiap calon debitur.

Berdasarkan proses seleksi tersebut, Bank Mandiri akan memroses pengajuan pinjaman tersebut. Plaform maksimal yang bisa diakses setiap pelaku mikro adalah Rp200 juta.

Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang menerangkan, skema antara kedua perusahaan ini sangat strategis karena dapat membantu bank menjaga kualitas pembiayaan yang disalurkan, serta meningkatkan nilai tambah yang bisa diberikan Crowde kepada pelaku usaha tersebut.

“Di samping itu, skema kerja sama ini juga dapat mempercepat proses persetujuan kredit sehingga debitur yang dibiayai dapat memanfaatkan momentum yang ada dalam mengembangkan usaha,” tutur Donsuwan.

Perseroan sendiri akan mendapat akses yang lebih luas terhadap segmen UMKM di sektor agrikultur sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan para petani dan peternak terhadap akses permodalan perbankan.

Hingga Agustus 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan kredit mikro produktif sebesar Rp23,51 triliun kepada pelaku usaha mikro di tanah air. Adapun Crowde telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp90 miliar ke 17 ribu petani kecil dan menengah yang berlokasi di Jawa, Sumatera, dan Indonesia bagian Timur.

Application Information Will Show Up Here

GDP Venture Pimpin Pendanaan Gushcloud, Agensi Talenta Berbasis Digital Asal Singapura

Agensi talenta berbasis digital Gushcloud International baru saja mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan senilai $11 juta atau setara dengan 154,8 miliar Rupiah. GDP Venture memimpin putaran investasi ini, dengan keterlibatan KB Investments, Golden Equator Capital and Korea Investment Partners, dan Kejora Ventures.

Sebelumnya pada bulan Juli 2019 lalu, perusahaan juga baru saja membukukan pendanaan $3 juta dari YG Investment. Salah satu ambisinya ialah membuka pasar di Indonesia, Filipina dan Vietnam. Dengan adanya suntikan modal baru, startup berbasis di Singapura tersebut ingin segera merambah ke wilayah Amerika Serikat dan China.

“Amerika adalah rumah bagi talenta dan brand besar dunia, sementara China jadi salah satu kunci utama di bidang teknologi dan konsumen dunia. Dengan investor dan mitra baru yang telah bergabung, kami akan memanfaatkan jaringan dan bakat yang dimiliki untuk mencapai pertumbuhan signifikan di tahun mendatang, ujar Co-Founder Gushcloud International Vincent Ha.

Salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, bersamaan dengan pengumuman investasi ini, perusahaan juga memaparkan suksesi di jajaran manajemen. Penguatan dilakukan di beberapa posisi terkait brand, strategi dan finansial.

Terdapat beberapa unit bisnis yang dimiliki Gushcloud, selain sebagai agensi telenta, mereka juga menggerakkan pemasaran, investasi, dan mengembangkan platform teknologi untuk menghubungkan brand, influencer, hingga pembuat konten.

Pada tahun 2015, Gushcloud diakuisisi oleh Yello Mobile, perusahaan digital di bidang O2O asal Korea Selatan. Namun kemudian para founder memutuskan untuk kembali menjadi shareholders utama. Investasi dari GDP menjadi debut putaran pendanaan setelah para founder kembali memegang kepemilikan bisnis mayoritas.

AIA Indonesia Berpartisipasi dalam Pendanaan Seri F Gojek, Akan Berkolaborasi Hadirkan Produk Wellness

AIA Indonesia hari ini (18/9) mengumumkan keterlibatannya dalam putaran pendanaan seri F Gojek dengan nilai yang tidak disebutkan. Kedua perusahaan juga akan menjalin sinergi bisnis untuk mengintegrasikan platform dan produk yang dimiliki.

Sebagai bagian dari kerja sama, AIA Indonesia akan menjadi salah satu pilar dalam strategi layanan finansial Gojek. Salah satu realisasinya pada penyediaan solusi asuransi jiwa dan asuransi kesehatan bagi pengguna, mitra pengemudi, dan merchant Gojek.

Selain itu mereka juga akan bersama-sama merancang dan mengembangkan penawaran wellness dari Grup AIA serta ekosistem Gojek, untuk membantu masyarakat Indonesia hidup lebih sehat.

“Melalui putaran pendanaan seri F, berbagai perusahaan kelas dunia turut bergabung dengan Gojek. Bergabungnya AIA Indonesia semakin mengukuhkan langkah Gojek untuk menghadirkan lebih banyak lagi perubahan-perubahan positif,” sambut Co-Founder Gojek Kevin Aluwi.

Sementara itu Presiden Direktur AIA Indonesia Sainthan Satyamoorthy mengatakan, “Melalui kerja sama strategis ini, AIA Indonesia dan Gojek akan dapat menggabungkan berbagai produk dan layanan terdepan kami untuk mengembangkan cara inovatif yang lebih tepat sasaran untuk para konsumen kami di seluruh Indonesia.”

Dikenal sebagai perusahaan penyedia produk asuransi jiwa dan investasi, AIA Indonesia (PT AIA Financial) merupakan anak usaha dari AIA Group Limited.

Baru-baru ini Visa dan Siam Commercial Bank juga mengumumkan telah berpartisipasi dalam pendanaan putaran seri F yang menargetkan dana hingga $3 miliar tersebut. Sebelumnya putaran pendanaan telah dimulai dari keterlibatan JD, Tencent, Google, Astra International, dan Mitsubishi Corporation.

Dalam rilis yang kami terima turut disampaikan, bahwa saat ini aplikasi Gojek sudah digunakan lebih dari 155 juta pengguna di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Platform Fintech Lending PinjamWinWin Umumkan Pendanaan dari SOSV MOX

Startup fintech p2p lending asal Surabaya PinjamWinWin mengumumkan perolehan pendanaan dengan nilai yang tidak disebutkan dari multi stage VC  dari Amerika Serikat SOSV. Dana segar akan dipakai untuk meningkatkan kapasitas bisnis sekaligus perdalam penetrasi pasar di Indonesia.

“Investasi dari SOSV akan mempercepat pertumbuhan kami dan membantu kami fokus mengumpulkan lebih banyak dana pemberi pinjaman dengan minat khusus pada dana kelembagaan. Dana ini akan menjadi amunisi yang digunakan untuk lebih lanjut mendominasi peluang pasar p2p lending senilai $60 miliar di Indonesia,” terang Founder dan CEO PinjamWinWin James Susanto dalam keterangan resmi.

PinjamWinWin bergerak di pinjaman konsumer dengan nominal mulai dari Rp500 ribu sampai Rp5 juta ($35-$350). Tenor maksimal 30 hari dengan bunga mulai dari 0,79% per hari untuk pinjaman perdana. Juga, invoice financing dengan nominal Rp50 juta-Rp2 miliar ($3500-$150 ribu).

Untuk pendana, startup ini menjanjikan imbal hasil 12%-48% per tahunnya dan nominal investasi minimal Rp100 ribu. Di dalam situsnya, PinjamWinWin melayani wilayah Jabodetabek, Bandung, Karawang, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.

Startup yang didirikan di Surabaya pada 2015 ini adalah lulusan program akselerator SOSV, yakni Mobile Only Accelerator (MOX). Program ini khusus menyasar startup yang mengatasi masalah di negara berkembang seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan.

General Partner SOSV dan Managing Director MOX William Bao Bean menambahkan, “Peluang PinjamWinWin yang fokus pada pinjaman jangka pendek, sangat besar. Kami berharap dapat mendukung James Susanto dan tim di PinjamWinWin karena mereka meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia dan sekitarnya.”

Kembali terdaftar di OJK

Tahun lalu, PinjamWinWin termasuk dalam salah satu dari lima perusahaan yang tanda terdaftarnya dicabut OJK. Secara terpisah, kepada DailySocial, President Commisioner PinjamWinWin Florence Nathania memberikan penjelasannya.

Dia berujar, dua tahun lalu, manajemen sendirilah yang memutuskan untuk menarik tanda terdaftar karena ingin lebih dahulu merapikan perusahaan dan menyelesaikan sertifikasi ISO. Pihaknya juga merasa terbantu dengan bimbingan OJK, alhasil kini telah memiliki status terdaftar lagi per Februari 2019.

“Pada intinya, kami selalu berjalan bersama dengan arahan OJK, tidak seperti fintech ilegal yang kasar di luar aturan dan bisa memberi bunga berlipat-lipat ganda dari pokok,” ujarnya.

Update bisnis PinjamWinWIn
Pembaruan bisnis PinjamWinWIn

Perusahaan pun sekarang sedang mengejar persyaratan untuk mengajukan izin usaha ke OJK. Salah satu di antaranya adalah menyelesaikan sertifikasi ISO 27001 dan sosialisasi ke 12 kota di seluruh Indonesia. “Hanya kurang satu kota lagi,” tambahnya.

Diklaim PinjamWinWin sudah mencetak keuntungan. Secara kumulatif telah menyalurkan pinjaman $9 juta (sekitar 128 miliar Rupiah) sejak pertama kali berdiri. Ada 140 ribu pengajuan pinjaman yang masuk, namun yang diterima adalah 22 ribu pinjaman, 62% di antaranya adalah pinjaman berulang (repeat loans).

Aplikasi PinjamWinWin baru tersedia untuk peminjam (borrower) dalam versi Android, tapi belum tersedia di Google Play. Untuk sementara, peminjam akan diarahkan untuk mengunduh APK secara manual lewat situs resminya.

“Kalau lender bisa login dari situs kami. Aplikasi sedang kami update, kemungkinan besar Jumat (20/9) akan kembali live lagi [di Google Play],” tutup Florence.

UangMe’s Parent Company Bags Over 336 Billion Rupiah

SuperAtom, a financial technology startup under Cheetah Mobile just announced $24 million or equivalent to 336.8 billion Rupiah. This round was led by Gobi Partners through Meranti ASEAN Growth Fund. In Indonesia, they’ve launched a p2p lending platform named UangMe – registered in OJK since July 2018.

SuperAtom will make use of the 60 million mobile Cheetah Mobile internet users in SEA. In fact, the telco took part as the co-lead investor. They’re to target the Philippines next.

On Google Play, UangMe has been downloaded for more than 1 million times and the loan service has been used for over 50 thousand times.

SuperAtom was founded by two, Johnny Li and Scarlett Xiao. As shown on their LinkedIn profile, Johnny is currently active as Cheetah Mobile’s GM of International Business Development.

“Indonesia’s projected to increase GDPR from US$3,800  to US$7,000 within the next 10 years, it shows great potential. In addition, the Philippines shows the same statistic due to 100 million population with GDPR growth of 6.2%,” Scarlett said.

She also mentioned, “We’re preparing to enter the market (Philippines) for we recently acquired a license from the Philippines Securities and Exchange Commission.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian