Pomona Dapatkan Pendanaan Seri A Lebih dari 41 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform omni-channel dan solusi pemasaran “Pomona” hari ini (24/7) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A. Nilainya mencapai $3 juta atau setara 41,8 miliar Rupiah, dipimpin oleh Vynn Capital dengan dukungan Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, dan Central Capital Ventura. Pendanaan ini terbagi ke dalam dua tahapan, fase pertama diselesaikan pada tahun lalu.

“Pendanaan ini kami sebut series A-2, karena kami dapatkan dalam dua putaran. Kami menutup putaran seri A pertama tahun lalu (undisclosed), lalu putaran berikutnya di tahun ini. Kita closed round baru karena kebutuhan untuk mengakselerasi pengembangan produk baru,” ujar Founder & CEO Pomona Benz Budiman kepada DailySocial.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk peningkatan penetrasi layanan baru Pomona, termasuk mengakselerasi pengembangan produk dan perekrutan staf baru. Seperti diketahui sebelumnya, perusahaan sempat melakukan perubahan fokus bisnis pada solusi yang membantu bisnis FMCG (fast moving consumer goods) dan CPG (consumer packaged goods) meningkatkan sales conversion pada kampanye produk mereka melalui solusi end-to-end.

Sejauh ini, dari sisi pengguna, layanan Pomona memungkinkan pengguna mendapatkan cashback untuk berbagai produk yang dibeli konsumen dari minimarket atau sueprmarket. Caranya pengguna hanya perlu mengunggah struk belanja ke platform. Nantinya jika ada produk terkait yang tengah melakukan promo, saldo cashback akan dimasukkan ke akun pengguna di aplikasi Pomona.

“Dengan menawarkan cashback dan intensif potongan harga, kami dapat mendorong konsumen untuk terhubung dengan brand, sembari memberikan manfaat finansial yang nyata pada masyarakat,” terang Benz.

Kembangkan layanan analisis konsumen

Untuk membantu brand memaksimalkan penetrasi produk, Pomona hadirkan serangkaian layanan. Salah satunya berupa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keterlibatan konsumen, konversi penjualan offline, dan efektivitas kampanye pemasaran.

Mereka juga kembangkan solusi berbasis “white label”. Mungkinkan brand tertentu berikan hadiah keanggotaan secara langsung kepada konsumen, sebagai bagian dari program loyalitas. Pomona sendiri dapatkan pendapatan melalui sistem berlangganan alat analisis dan komisi dari transaksi yang telah diverifikasi.

Sejak didirikan pada tahun Mei 2016 oleh Benz Budiman (CEO) dan Ari Suwendi (CTO), Pomona menjalankan model B2B2C. Saat ini beberapa perusahaan pengusung produk FMCG dan CPG sudah memanfaatkan layanannya, di antaranya Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, dan lainnya.

Rencana ke depan, mereka akan tingkatkan kapabilitas analisis untuk dapat membantu brand bisa mengukur efektivitas strategi penetrasi pasar. Termasuk untuk meningkatkan hubungan perusahaan dengan pemasok dan pengecer, demi proses bisnis yang lebih transparan.

“Karena sebagian besar interaksi konsumen dengan produk terjadi di ruang offline, brand merasa sangat sulit untuk mengukur efektivitas jangkauan dan keterlibatan di pasar. Melalui solusi kami, perusahaan FMCG dan CPG dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi mereka,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here

Already Secured Seed Funding, Wahyoo to Acquire 13 Thousand Warteg

A startup with digitization and modernization solution for warung (small shop/restaurant) “Wahyoo” announced to secure seed funding. The amount is classified, led by Agaeti Ventures and Kinesys Group. It is also supported by Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures, and Rentracks.

In using the fresh money, Peter Shearer’s startup which was founded in June 2017 is to achieve 13 thousand warung partners by the end of 2019. Previously, they’ve reached 7000 warung tegal (small restaurant) to support and being transformed.

“The fresh funding is to be used for product development and talent acquisition, for Wahyoo can provide better service to all warteg partners and to expand coverage. Currently, our partners still limited to Jakarta. We expect soon to reach all over Jabodetabek,” he said.

Wahyoo‘s main objective is to promote cost efficiency and warteg business development in Indonesia through the technology platform. Some of the examples are the supply chain to help to create a new business model, and Wahyoo Academy workshop program to improve consumer service quality.

Empowerment concept through warung has been developed by some other startups with different approaches. Kudo, for example, transforming warung to become the payment channel for all needs. In addition, Mitra Bukalapak to accommodate goods from warung. Another portfolio of East Ventures, Warung Pintar also presents some warung-based innovations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Wahyoo Amankan Pendanaan Awal, Berambisi Rangkul 13 Ribu Warteg

Startup dengan solusi digitalisasi dan modernisasi warung “Wahyoo” mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal (seed funding). Nominal tidak disebutkan, pendanaan dipimpin oleh Agaeti Ventures dan Kinesys Group. Selain itu turut didukung Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures dan Rentracks.

Dengan dukungan pendanaan, startup yang didirikan oleh Peter Shearer pada Juni 2017 tersebut ingin capai target 13 ribu unit warung mitra hingga akhir tahun 2019. Sebelumnya mereka telah meraih tonggak capaian 7000 warung tegal (warteg) yang berhasil dibina dan ditransformasi.

“Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk serta tim kami, agar Wahyoo bisa menghadirkan pelayanan yang lebih baik kepada para mitra warteg kami serta meningkatkan jangkauan kami ke wilayah yang lebih luas lagi. Saat ini mitra kami masih berpusat di Jakarta. Ke depannya, kami berharap untuk menjangkau wilayah Jabodetabek,” sambut Peter.

Visi utama Wahyoo adalah memberdayakan cost efficiency dan pengembangan keuntungan pengusaha warteg di Indonesia melalui platform teknologi. Beberapa contoh penerapannya adalah dengan pengadaan supply chain, membantu menciptakan model bisnis baru, dan penerapan program lokakarya Wahyoo Academy untuk meningkatkan kualitas pelayanan konsumen.

Konsep pemberdayaan melalui saluran warung telah dilakukan beberapa startup dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya Kudo yang mentransformasi warung untuk menjadi kanal pembayaran berbagai kebutuhan. Atau program Mitra Bukalapak yang mengakomodasi barang dagangan warung. Portofolio lain East Ventures, yakni Warung Pintar, juga menghadirkan inovasi berbasis warung.

soCash Segera Meluncur di Indonesia, Mungkinkan Siapa Saja Jadi “ATM Virtual” Layani Tarik Tunai

Startup fintech soCash hari ini (22/7) umumkan perolehan pendanaan seri B senilai $6 juta atau setara 83,6 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Glory Ltd., dengan dukungan SC Ventures dan Vertex Ventures. Perusahaan berbasis di Singapura tersebut menyajikan layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk menarik uang tunai dan mengajukan pinjaman melalui kios-kios terdekat, seperti mini market, cafe, atau jasa perorangan.

Melalui pendanaan baru ini, soCash akan melakukan ekspansi ke Indonesia, Malaysia, dan Hong Kong. Perusahaan mengklaim juga telah mengantongi izin operasional dari otoritas setempat di tiga negara tersebut. Di Indonesia sendiri soCash sudah terdaftar sebagai penyelenggara teknologi finansial di Bank Indonesia melalui ​PT Socash Software Service.

Terkait dengan rencana kehadirannya di Indonesia, DailySocial telah berbincang dengan Co-Founder & CEO soCash Hari Sivan. Saat ini timnya tengah dalam tahap persiapan, termasuk gencar melakukan perekrutan untuk tim business development, sales, merchant acquiring, dan marketing & strategy.

“Kami merencanakan peluncuran ke publik sekitar Q3 tahun ini, begitu proyek pilot kami dengan bank mitra selesai,” ujar Hari.

Hari turut menegaskan bahwa platform soCash bukanlah dompet digital atau e-money yang saat ini marak di Indonesia. Namun merupakan platform digital yang dapat mengubah toko atau seseorang menjadi ATM virtual. Tujuannya untuk mengatasi inefisiensi dalam sirkulasi uang tunai.

“Kami melihat hal tersebut sebagai kebutuhan penting dalam kerangka inklusi keuangan, karena jaringan ATM dan cabang bank tidak mengalami peningkatan skala yang cukup cepat,” lanjut Hari.

Untuk menghadirkan layanan tersebut, soCash bermitra langsung dengan bank terkait. Aplikasi soCash juga memungkinkan transaksi tanpa adanya kartu ATM atau mesin EDC bank, karena akun bank pengguna akan diintegrasikan ke dalam aplikasi. Selama ini penarikan uang tunai di luar mesin ATM, misalnya melalui mini market, dilakukan menggunakan mesin EDC, pun demikian agen laku pandai yang saat ini banyak tersebar di desa-desa.

Application Information Will Show Up Here

Visa Gets Involved in Gojek’s Series F Funding

Visa today (7/17) announced to take part in Gojek’s series F funding. There’s no further information of the amount, both companies are to collaborate for non-cash payment options in Southeast Asia.

“We’re glad to have this partnership, Visa and Gojek shared the same vision. We (Visa and Gojek) wants to make your daily life easier by facilitating people to pay and be paid,” Visa’s Regional President APAC, Chris Clark.

Visa is to take more chances with Gopay for collaborations, including to expand coverage for unbankable and SMEs. It was also said by Go-Pay’s CEO, Aldi Haryopratomo. He wants to include Visa in adopting the developing payment platform for better reach throughout Southeast Asia.

Earlier in the same month, Siam Commercial Bank is said to participate in Gojek’s funding. The Series F round aims for $3 billion, participated also from JD, Tencent, Google, Astra International, Mitsubishi Corporation, Siam Commercial Bank, and Visa.

High-tension business competition

Another point of view to consider is about those competing in the super app game with the ambition to win the SEA market. Grab has announced a deal with Mastercard for strategic partnership in terms of payment last October. The first step is to launch a virtual credit card targeting Grab’s users in Southeast Asia.

In terms of Thailand’s digital market, Siam Commercial Bank prefers to invest in Gojek, while Kasirkornbank has participated in Grab’s fundraising. It’s getting more relevant when Yamaha Motor invests in Grab and Mitsubishi Motor to Gojek.

Super app has become a magnet that attracts companies to strive for winning the moment of tech consumer’s shifting trend with Gojek and Grab as the “vehicle” in the regional transition.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Visa Umumkan Keterlibatannya dalam Pendanaan Seri F Gojek

Hari ini (17/7) Visa mengumumkan telah terlibat dalam putaran pendanaan seri F yang tengah digalang Gojek. Tidak diinformasikan mengenai nominal yang diberikan, nantinya kedua perusahaan akan bekerja sama menyediakan opsi pembayaran non tunai bagi konsumen di Asia Tenggara.

“Kami sangat senang dengan kemitraan ini, karena Visa dan Gojek dapat berbagi tujuan bersama. Kami (Visa dan Gojek) ingin membuat kehidupan sehari-hari lebih nyaman dengan memudahkan orang untuk membayar dan dibayar,” ujar Regional President APAC Visa Chris Clark.

Nantinya Visa akan lebih banyak menggarap prospek bersama unit usaha Gopay, termasuk memperluas cakupan layanan untuk unbankable dan UKM. Hal tersebut turut disampaikan CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo. Bersama Visa ia ingin membawa platform pembayaran yang dikembangkan agar lebih terjangkau di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, di bulan yang sama, Siam Commercial Bank juga disebutkan berpartisipasi dalam pendanaan Gojek. Pendanaan putaran Seri F kali ini, yang menargetkan dana hingga $3 miliar, setidaknya telah memperoleh partisipasi dari JD, Tencent, Google, Astra International, Mitsubishi Corporation, Siam Commercial Bank, dan Visa.

Persaingan bisnis yang semakin menarik

Sudut pandang lain yang juga layak disimak ialah mengenai persaingan bisnis para pendukung super app yang berambisi menguasai pasar Asia Tenggara. Sekitar bulan Oktober 2018 lalu, Grab mengumumkan deal bersama Mastercard untuk memulai kerja sama strategis di bidang pembayaran. Realisasi awalnya dengan meluncurkan kartu kredit virtual yang menyasar pengguna Grab di Asia Tenggara.

Khusus pasar digital di Thailand, Siam Commercial Bank memilih berinvestasi ke Gojek, sedangkan Kasikornbank telah berpartisipasi dalam pendanaan Grab. Menjadi makin relevan saat membandingkan investasi Yamaha Motor ke Grab dan Mitsubushi Motor ke Gojek.

Super app seakan-akan telah menjadi magnet tersendiri, menggugah setiap perusahaan untuk berbondong-bondong memenangkan momentum pergeseran tren konsumen teknologi dengan Gojek dan Grab menjadi “lokomotif” transisi tersebut di kawasan regional.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Tokopedia Memang Terlibat Pendanaan untuk Sayurbox

Mulai berseliweran di media dalam tiga bulan terakhir, kami mendapat konfirmasi dari sumber terpercaya bahwa Tokopedia memang terlibat dalam pendanaan untuk layanan e-commerce produk segar Sayurbox. Kabar ini meningkatkan peta persaingan para unicorn untuk mendominasi pasar. Sebelumnya Tokopedia telah mengonfirmasi akuisisi terhadap Bridestory.

Sayurbox adalah startup agritech yang fokus pada pemberdayaan petani lokal, menjualnya hasil taninya di dalam platform, dan mengantarnya ke lokasi pengiriman. Startup ini mendapat pendanaan tahap awal dari Patamar Capital pada awal 2018.

Saat ini Sayurbox bergabung sebagai peserta dalam program Grab Ventures Velocity angkatan kedua.

Kompetitor terdekatnya, Limakilo, telah diakuisisi Warung Pintar dengan nilai tidak disebutkan pada awal tahun ini. Lewat akuisisi tersebut, mitra Warung Pintar dapat memperluas pasokan produk dengan harga terbaik dari petani Limakilo. Produk yang mereka jual akan semakin bervariasi.

Bermain di segmen grocery memiliki tantangan yang cukup besar, karena menuntut perlakuan barang secara khusus saat pengiriman dan penyimpanan untuk memastikan barang masih segar ketika sampai ke konsumen.

Pasar online grocery sendiri semakin ketat, dengan layanan seperti JD.id dan Blibli menggandeng sejumlah mitra demi fokus ke bisnis ini, sementara HappyFresh bermitra dengan Grab untuk kemudahan logistik.

Sebelumnya William menyebut transaksi bulanan di Tokopedia sudah menembus angka $1 miliar per bulan, bahkan di momen Ramadan bulan Mei lalu mencapai $1,3 miliar. Tahun ini salah satu fokus Tokopedia adalah mengembangkan layanan Infrastructure-as-a-Service untuk mendukung target pertumbuhan ini.

“Kami selalu menargetkan pertumbuhan transaksi minimal dua kali lipat dibandingkan sebelumnya,” terangnya.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Ezyhaul Logistics Startup Secures Funding Worth of 226 Billion Rupiah, Preparing for Expansion to Indonesia

A logistics service and platform developer startup Ezyhaul today (7/10) announced series B funding worth of $16 million (around 226 billion Rupiah). There’s no further information about the investor related. The capital is to be focused on the expansion to Indonesia and the Philippines.

Founded by Mudasar Mohamed and Raymond Gillon, the company providing delivery services has a headquarter in Singapore. They run a B2B business model with shorthaul (short-distance), longhaul (long-distance), and cross-border (cross-countries).

Using the series A funding in 2018, Ezyhaul has been running operation in Malaysia, India, and Thailand. It’s an end-to-end product, starts from logistics vehicles, door-to-door transportation (pick-up and delivery), also logistic management.

The clients only required to plan logistics delivery. After filling the order details and make a payment, the system will offer delivery options based on specification, for example, related to the items, its size, etc.

The driver partners can take an order from the mobile app – it’s similar to Go-Send – only for bigger shipment. In the current dashboard, customers can also track the delivery.

In addition to the analytic and report features, Ezyhaul also develops API service to be integrated into the company’s system. It is to provide efficiency in time for delivery.

In this e-commerce era, logistics are very vital. On the other hand, Indonesia offers various challenges for the logistics business, sometimes breaking a validated business model in other countries. For example, in terms of geographic as islands, the logistics business should be prepared for two modes shipping process, land-sea or air-land. Thus, there will always be adjustments in the operational process.

There are already some startups providing similar solutions in Indonesia. One of them is Waresix, they have just received 205 billion series A funding business development in Indonesia.

In detail, DailySocial has published quite in-depth articles on the challenges and trends on the logistics business in Indonesia, titled “Ramai Beradu Teknologi Realisasikan Smart Logistics“.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tak Hanya Konten Seputar Ibu dan Anak, theAsianparent Indonesia Kedepankan Kanal Komunitas

Kanal media yang menyasar kalangan ibu theAsianparent hari ini (11/7) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan dipimpin oleh Fosun, turut didukung JD.com, ATM Capital, Redbadge Pacific dan WHG Capital. Sejauh ini, platform tersebut sudah tersedia di 12 negara dengan lokalisasi konten, termasuk di Indonesia.

Di bawah naungan Tickled Media Pte Ltd, operasionalnya di Indonesia telah didukung jajaran tim lokal, mulai dari konten, operasional hingga pemasaran. Sejak didirikan pada September 2009, platform ini menyajikan beragam konten seputar kebutuhan ibu, mulai dari tema kehamilan, merawat bayi hingga kesehatan. Selain melalui kanal website, konten theAsianparent juga tersaji dalam aplikasi di platform Android dan iOS.

Seiring perkembangan layanan, saat ini salah satu layanan yang diunggulkan theAsianparent adalah kanal komunitas. Di Indonesia sendiri komunitasnya cukup aktif, kebanyakan membicarakan seputar pengalaman hamil dan melahirkan. Dibuat layaknya forum online, di dalamnya juga terdapat fitur jajak pendapat dan kontes yang dapat diikuti pengguna secara rutin.

Di sini sudah ada beberapa portal yang menyajikan konten sejenis. Misalnya Mommies Daily yang dikembangkan tim Female Daily dan Popmama yang bernaung di bawah IDN Meda. Beberapa influencer atau blogger juga memiliki konten yang fokus soal parenting, sebut saja Gibran Rakabuming dan keluarga yang mengembangkan JanEthes.com.

theAsianparent mengklaim, di Asia Tenggara telah memiliki 23,5 juta lebih pengguna aktif. Rencananya dengan pendanaan yang baru didapat mereka akan melancarkan ekspansi ke berbagai negara baru di Asia dan Afrika. Selain ekspansi, modal tambahan yang didapat juga akan difokuskan untuk pengembangan aplikasi mobile.

“Selama beberapa tahun ini, kami terus berkembang, berawal dari sebuah blog parenting menjadi sebuah perusahaan multinasional berkantor di 12 negara. Langkah kami berevolusi dari sebuah kanal konten menjadi jejaring sosial tidaklah mudah, tetapi hal ini tentu mempercepat bisnis kami secara signifikan dalam menyediakan sumber informasi utama untuk para orang tua Asia dan dunia. Satu hal yang tidak pernah berubah adalah fokus kami soal parenting dengan perspektif khas Asia,” ujar Founder & CEO theAsianparent Roshni Mahtani.

Application Information Will Show Up Here

Dapat Pendanaan 226 Miliar Rupiah, Startup Logistik Ezyhaul Siapkan Kehadiran di Indonesia

Startup pengembang platform dan layanan logistik Ezyhaul hari ini (10/7) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai $16 juta (setara 226 miliar Rupiah). Dalam rilisnya, tidak diinformasikan mengenai investor yang terlibat pendanaan. Modal usaha tersebut akan difokuskan untuk melancarkan ekspansi ke Indonesia dan Filipina.

Didirikan oleh Mudasar Mohamed dan Raymond Gillon, perusahaan yang menyajikan layanan pengantaran barang via jalur darat tersebut memiliki markas pusat di Singapura. Mereka menjalankan model bisnis B2B dengan tipe layanan shorthaul (pengiriman jarak pendek), longhaul (pengiriman jarak jauh) dan cross-border shipments (pengiriman antar negara).

Dengan pendanaan seri A yang didapatkan pada tahun 2018, Ezyhaul telah mematangkan operasi di Malaysia, India dan Thailand. Produk yang disediakan end-to-end, mulai dari penyediaan kendaraan logistik, transportasi door-to-door (ambil dan antar barang), dan optimasi pengelolaan logistik.

Cara kerjanya, klien hanya perlu melakukan perencanaan pengiriman logistik. Setelah selesai menginformasikan detail pesanan dan pembayaran, sistem akan menyajikan opsi pengiriman sesuai spesifikasi yang diberikan, misalnya terkait jenis barang yang dikirim, ukuran dll.

Mitra pengemudi bisa mengambil pesanan dari aplikasi mobile yang telah didistribusikan –modelnya mirip dengan layanan Go-Send yang selama ini sering dijumpai di sini—hanya saja ini untuk pengiriman dengan armada besar. Di dasbor yang disediakan, pengguna bisa memantau posisi kendaraan.

Dikembangkan untuk bisnis, selain fitur analisis dan pelaporan, Ezyhaul turut menghadirkan layanan API untuk diintegrasikan ke sistem yang telah dimiliki perusahaan. Diharapkan bisa memberikan efisiensi ketika membutuhkan jasa angkut sewaktu-waktu.

Di era e-commerce, layanan logistik dibutuhkan sebagai salah satu komponen penting. Di lain sisi, Indonesia menyajikan beragam tantangan untuk bisnis logistik, kadang mematahkan model bisnis yang telah tervalidasi baik di negara lain. Sebagai contoh, dengan kondisi geografis berupa kepulauan, bisnis logistik harus siap mendesain proses pengiriman menjadi dua moda, darat-laut atau darat-udara. Sehingga harus selalu ada penyesuaian dalam proses operasional.

Sudah ada beberapa startup yang menyajikan solusi serupa di Indonesia. Salah satunya Waresix, mereka baru mendapatkan pendanaan seri A senilai 205 miliar untuk penguatan bisnis di Indonesia.

Secara mendetail, DailySocial pernah menerbitkan artikel yang cukup mendalam mengenai tantangan dan tren bisnis logistik di Indonesia, bertajuk “Ramai Beradu Teknologi Realisasikan Smart Logistics“.