Setelah Emtek, Giliran MNC Terlibat dalam Pendanaan iflix

Hari ini (03/4) layanan video streaming  iflix mengumumkan perolehan investasi dari MNC Group dengan nilai yang tidak disebutkan. Investasi ini juga menghasilkan kerja sama strategis antara dua perusahaan.

Salah satu realisasinya, iflix akan mendapatkan hak untuk menyiarkan 10.000 jam konten unggulan dari MNC, beberapa jam setelah penayangannya di televisi. Kemudian CEO MNC David Fernando Audy juga ditunjuk sebagai board advisory di iflix.

“Indonesia terus menunjukkan diri sebagai pasar yang penting untuk iflix. Pengaruh dan sumber daya yang dimiliki oleh MNC dalam industri ini akan membawa keuntungan yang sangat ampuh untuk mengeksekusi strategi kami, selagi kami melanjutkan untuk memperkuat posisi sebagai pemimpin di industri hiburan digital di Indonesia,” sambut Co-Founder & Group CEO iflix Mark Britt.

Sementara itu David Fernando menyampaikan, “MNC selalu mencari berbagai cara untuk memonetisasi konten yang dimiliki dan kami sangat senang dapat ambil bagian dalam ranah monetisasi digital yang sedang berkembang pesat saat ini dengan menjalin kerja sama dengan iflix. Dalam waktu yang bersamaan, kami juga memilih untuk berinvestasi ekuitas di iflix karena kami percaya bahwa perusahaan ini akan berkembang dengan pesat di masa yang akan datang.”

Ini adalah kemitraan strategis kedua antara iflix dengan konglomerasi di Indonesia. Sebelumnya pada Maret 2016 lalu, Emtek juga mengumumkan investasinya ke iflix guna meningkatkan gebrakan digital perusahaan.

Keterlibatan MNC juga merupakan bagian dari corporate roud yang tengah digalakkan iflix. Perusahaan video on demand tersebut pada awal April 2019 lalu juga baru merampungkan investasi serupa dengan Yoshimoto Kogyo, konglomerasi berbasis di Osaka, Jepang.

Selain di pasar Indonesia, saat ini iflix sudah tersedia secara global di banyak negara, termasuk di luar Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Lubna “Robo Trading” Platform Receives Funding from East Ventures

Lubna, a startup that provides trading robot for various financial assets, announces seed funding from East Ventures. The plan is to use the funding for further product development and talent acquisition for analyst team.

Lubna was created to provide one-stop solution in cryptocurrency trading and financial assets for beginners and experts. The system is to automate crypto trading for member’s account registered in merchants, such as Indodax, Bitmex, Biance, Bitfinex, and Huobi.

“It’s hardly possible for retail investors with permanent job like me to achieve maximum profit due to incapability to always maintain our portfolios. In addition, I see many retail investors, particularly the beginners having difficulty to get positive results due to lack of knowledge and insight of investment. Robo trading is what we’ve seen as the solution,” Lubna’s CEO, Kevin Cahya said.

Kevin is not the only one with background in East Ventures, Lubna also run by Eddy Hartanto and Arthur Soerjohadi. The experience of them should present a unique algorithm that is approved in Lubna and capable to increase profit in the process of trading assets.

“One of our bot is having victory level up to 48% of the total 288 transactions they’ve made in two months, resulting 148% profit for investors,” he added.

Lubna also provide a dashboard that allows users to go through technical and fundamental analysis of their trading. The system also present real-time notification everytime the robot make trading. The developing project is not only to help data management but also to eliminate the emotional effect when making an investment. Artificial intelligence behind the development can make decision based on data collection.

“The main reason behind the young generation decision to trade crypto is because the easy apply, the fast and simple process, starts from product introduction to money withdrawal back to the account. Lubna is in the right spot to accelerate the participation of young generation. Its vision to make trading for user easier will be the main advantage for Lubna to be the first successful crypto trading robot in the region,” East Ventures’ Partner, Melisa Irene said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Aino Indonesia Fokus Sajikan Platform Pembayaran Non-Tunai untuk Sektor Publik

Aino Indonesia (Aino) merupakan perusahaan di bidang teknologi yang fokus pada solusi pembayaran digital. Produk yang dihasilkan menjembatani kebutuhan transaksi non-tunai dari berbagai sumber dan media pembayaran. Selain itu pihaknya juga mengembangkan sistem integrasi alat pembayaran untuk berbagai segmen bisnis, mulai dari transportasi, pariwisata, hingga pemerintahan.

Menurut pemaparan Co-Founder & COO Aino Syafri Yuzal, pada awalnya Aino merupakan divisi riset dan pengembangan di software house Gamatechno. Fokusnya pada teknologi contactless smartcard, mobile RFID, mobile NFC, dan SMS gateway. Seiring perkembangan yang ada, divisi riset tersebut berubah menjadi profit centre bernama Smart Tech Division, dengan fokus produk pada sistem tiket elektronik yang diintegrasikan dengan platform pembayaran.

“Tanggal 30 April 2013, Smart Tech Division spin-off menjadi single entity sendiri dengan nama PT Aino Indonesia,” ujar Syafri.

Pendiri Aino ada empat orang, yakni Afrizal Hernandar (CEO Gamamulti), Aditya Nugraha (CEO Gamatechno), Hastono Bayu Trisnanto (CEO Aino Indonesia), dan Syafri Yuzal (COO Aino Indonesia). Mengenai struktur perusahaan Syafri juga menjelaskan, bahwa Aino berada di bawah naungan holding company PT Gamamulti Usaha Mandiri yang didirikan dan dimiliki Universitas Gadjah Mada. Gamatechno juga bagian dari portofolio Gamamulti.

“Sepanjang tahun 2018, Aino mencatatkan telah memproses 180 juta transaksi uang elektronik multi penerbit di 21 kota di seluruh Indonesia, dengan mengelola hampir 2000 payment devices,” lanjut Syafri.

Kebanyakan solusi yang sudah diterapkan di masyarakat adalah pembayaran non-tunai menggunakan uang elektronik. Seperti pembayaran tiket transportasi, pembayaran parkir, pembayaran tol, vending machine hingga tiket wahana wisata.

Aino Indonesia
Co-Founder & COO Aino Indonesia Syafri Yuzal / Aino Indonesia

Investasi dari TIS

Pada bulan April 2019 lalu Aino baru menyelesaikan venture round dari perusahaan asal Jepang bernama TIS. Nilai pendanaan yang didapat mencapai $4 juta (setara dengan 57 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk pengembangan produk dan ekspansi bisnis.

“Pada round investment tersebut, Aino membutuhkan mitra strategis yang dapat membantu untuk scalling-up kapabilitas teknis, organisasi, melakukan transfer teknologi, serta membawa potensi akses masuk ke pasar regional. Kepemilikan saham terbesar masih dimiliki UGM melalui Gamatechno, kepemilikan asing di bawah 25% sehingga manajemen, pengawasan, dan operasional tetap dalam kendali tim lokal,” terang Syafri.

Tahun 2019 fokus Aino adalah menguatkan sistem payment gateway dan meluncurkan produk baru bernama Aino Unified Payment. Produk baru tersebut memungkinkan satu arsitektur sistem produk yang dapat menerima pembayaran non-tunai dari berbagai sumber, terintegrasi dengan perangkat pembayaran dan solusi yang berbeda-beda, baik offline maupun online. Perusahaan juga akan mulai mengeksplorasi segmentasi baru, yakni ritel.

“Perkembangan fintech di Indonesia sangat pesar, karena pasarnya besar dan masih banyak yang belum terlayani solusi non-tunai. Pada awal tahun 2018, setelah melengkapi seluruh persyaratan administrasi, teknis, keamanan, dan ISO, Aino mendapatkan lisensi payment gateway yang pertama untuk penerimaan transaksi uang elektronik multi penerbit untuk layanan transportasi,” tutup Syafri.

Platform “Robo Trading” Lubna Raih Pendanaan dari East Ventures

Lubna, startup penyedia robot perdagangan untuk berbagai macam aset keuangan, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari East Ventures. Rencananya dana yang didapat akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk lebih lanjut dan merekrut talenta baru untuk tim analis.

Lubna dikembangkan dengan tujuan untuk menyediakan one-stop solution dalam pedagangan mata uang crypto dan aset keuangan baik untuk pemula maupun profesional. Sistem yang dikembangkan Lubna mampu mengautomasi perdagangan kripto di akun pengguna yang terdaftar di mitra, seperti Indodax, Bitmex, Biance, Bitfinex, dan Huobi.

“Hampir tidak mungkin bagi investor ritel yang memiliki pekerjaan tetap seperti saya untuk mencapai keuntungan maksimal karena kami tidak dapat memantau portofolio kami sepanjang waktu. Selain itu, saya melihat banyak investor ritel, terutama para pemula mengalami kesulitas untuk mencapai hasil positif karena kurangnya paparan dan pengetahuan dalam investasi. Robo trading adalah apa yang kita lihat sebagai solusi,” terang CEO Lubna Kevin Cahya.

Selain Kevin yang memiliki pengalaman di East Ventures, Lubna juga dijalankan oleh Eddy Hartanto dan Arthur Soerjohadi. Dengan pengalaman yang dimiliki ketiganya, mereka menghadirkan algoritma unik yang dianggap teruji di Lubna yang mampu meningkatkan keuntungan dalam proses perdagangan aset.

“Salah satu bot kami memiliki tingkat kemenangan hingga 48% dari total 288 transaksi yang mereka buat selama dua bulan, memberikan investor keuntungan laba hingga 148%,” imbuh Kevin.

Lubna juga menghadirkan dashboard yang memungkinkan pengguna memeriksa analisis fundamendal dan teknis dari perdagangan mereka. Sistem juga akan memberikan pemberitahuan secara real time setiap robot melakukan perdagangan. Robot yang dikembangkan ini diklam tidak hanya membantu pengolahan data tapi juga mampu menghilangkan efek emosional yang sering muncul dalam melakukan investasi. Teknologi kecerdasan buatan yang ada di belakangnya mampu mengambil keputusan dari data-data yang diperoleh.

“Keputusan utama generasi muda untuk berdagang mata uang crypto adalah karena arena ini memiliki penghalang masuk yang rendah, yakni proses yang cepat dan sederhana, mulai dari proses pengenalan produk hingga penarikan uang kembali ke rekening bank. Lubna berada pada posisi yang tepat untuk mempercepat partisipasi populasi muda untuk berinvestasi. Visinya untuk membantu pengguna berdagang dengan mudah akan menjadi keuntungan utama bagi Lubna untuk menjadi perdagangan robot crypto yang sukses pertama di wilayah ini,” terang Partner East Ventures Melisa Irene.

Application Information Will Show Up Here

Jungle Ventures Dikabarkan Siapkan Pendanaan Putaran Ketiga Senilai 2,5 Triliun Rupiah untuk Startup Asia Tenggara

Jungle Ventures, VC dari Singapura, disebutkan telah mengumpulkan pendanaan putaran ketiga senilai US$175 juta (hampir Rp2,5 triliun) yang bakal difokuskan untuk pendanaan Seri A dan Seri B di Asia Tenggara. Empat startup lokal disebutkan telah menerima pendanaan dari Jungle Ventures dalam putaran terbaru ini.

Menurut sumber yang terpercaya, putaran ketiga ini diikuti berbagai LP dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Sumber kami juga menyebut putaran pendanaan ini sebenarnya oversubscribed dari yang diprediksi. Bahkan disebutkan perusahaan akan menutup penggalangan putaran dana hingga US$200 juta sampai akhir tahun ini. Penggalangan dana tersebut diklaim terbesar di Asia Tenggara.

Untuk pendanaan Seri A, perusahaan dikabarkan menyiapkan sekitar US$1 juta sampai US$5 juta. Sementara untuk putaran Seri B sekitar US$7,5 juta sampai US$10 juta.

Lebih lanjut sumber kami juga menyebutkan, Jungle Ventures sudah mengucurkan investasi untuk empat startup Indonesia dari putaran terbaru tersebut. Satu di antaranya untuk pendanaan Pra Seri A, dua startup untuk pendanaan Seri A, dan satu startup untuk Seri B.

Secara terpisah, dalam wawancara dengan sejumlah media di Indonesia, Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey menjelaskan, sejauh ini perushaan baru berinvestasi untuk dua startup lokal, yakni Kredivo dan RedDoorz. Keduanya adalah startup yang fokus menciptakan solusi untuk memenangkan pasar Indonesia dan memiliki visi bermain di pasar regional.

“Kami percaya dengan menjadi pemain lokal yang besar di Indonesia itu sudah dijamin akan sukses saat main ke regional. Makanya startup lokal yang sudah kami investasikan ini harus bangun fondasi bisnis yang kuat, pahami masalah di Indonesia dan berikan solusinya. Jika sudah kuat baru punya peluang kuat untuk bermain di regional.”

Menurutnya, setiap startup lokal punya peluang yang sama untuk bermain di pasar regional, maupun global. Namun bila kembali melihat segmen bisnisnya, ada baiknya untuk mendalami pasar Indonesia terlebih dahulu. Ambil contoh, startup yang bermain di segmen konten digital lebih punya peluang lebih cepat untuk ekspansi ketimbang startup fintech.

Hal inilah yang terjadi pada portofolio startup di Jungle Ventures. Iflix lebih agresif mengembangkan pasarnya di global, ketimbang Kredivo dan RedDoorz. Portofolio lainnya, yakni Tookitaki yang berbasis di Singapura, kini sudah membuka kantor di New York untuk melayani konsumen di sana.

“Jika punya tim yang kuat, paham dengan industri yang digelutinya, pasti bisa berkompetisi di pasar global.”

Secara total, perusahaan telah berinvestasi untuk 30 startup Asia Tenggara. Ada enam exit yang dikonfirmasi langsung oleh Gowdey sepanjang perusahaan beroperasi. Nama-nama startup tersebut termasuk Travelmob (jual ke HomeAway), Zipdial (jual ke Twitter), eBus (jual ke IMD), Voyagin (jual ke Rakuten). Dua exit tambahan akan segera terjadi dalam waktu dekat. Tiap tahun Jungle Ventures berharap minimal harus ada satu exit dari startup.

“Jika mau bawa LPs yang kuat maka harus fokus ke distribusi. Investasi yang kami berikan itu sifatnya time based, umumnya 10 tahun. Lalu kembalikan uang dalam multiple year ke LPs. Dalam kurun waktu itu, kami beri startup jaringan yang kuat agar mereka bisa tumbuh sehingga saat kita exit, startup tersebut sudah menciptakan value yang besar,” pungkasnya.

Triplogic Amankan Pendanaan dari East Ventures

Triplogic, startup logistik on-demand dalam kota dan antar kota, mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan tahap awal dari East Vetures. Tidak disebutkan nominal yang didapatkan. Hanya saja Triplogic akan memanfaatkannya untuk memperbanyak mitra dan terus menjangkau lebih banyak kota.

Triplogic didirikan oleh Oki Earlivan, Rowdy Fatha, dan Krisna Diarini. Saat ini layanan mereka menyediakan pengiriman last mile dan distribusi agensi untuk klien, ritel, UKM, hingga korporasi. Salah satu bentuk pengiriman yang ditawarkan adalah pengiriman instan. Menjanjikan barang bisa sampai ketempat tujuan dalam kurun waktu 3 jam dengan cara membangun titik pengiriman pada lokasi UKM dan toko lokal yang berbentuk loker dan boks pintar.

Triplogic bukanlah perusahaan logistik biasa yang hanya melakukan pengiriman paket. Kami adalah perusahaan logistik yang menyediakan solusi lengkap dari hulu ke hilir, mulai dari logistik, pengiriman paket, pengemasan dan distribusi untuk UKM. Sebagai perusahaan logistics as a service (LAAS), kami terus berfokus menciptakan ekosistem rantai pasokan yang kuat,” terang CEO Triplogic Oki Earlivan.

Triplogic juga cukup optimis dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka mengklaim telah berhasil melayani ribuan pengiriman per hari dengan pertimbuhan nilai transaksi GMV hingga 34 kali lipat.

Triplogic

Rencananya dana segar yang didapat akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk dan teknologi. Termasuk juga memperluas jaringan logistik dengan menggandeng lebih banyak mitra UKM sebagai titik pengiriman barang. Sejauh ini Triplogic sudah bermitra dengan 1.600 UKM dan beroperasi di 61 kota di seluruh Indonesia, termasuk kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Palembang. Di tahun 2019 ini mereka menargetkan untuk menambah lebih dari 15.000 drop shipping point.

Partner East Ventures Melisa Irene menjelaskan bahwa sejauh ini East Ventures telah berinvestasi di sejumlah perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan dan rantai pasokan, dan ekosistem yang dibangun pun terus berkembang. Bergabungnya Triplogic dalam ekosistem tersebut akan melengkapi ekosistem rantai pasokan yang sudah ada.

“Semua platform e-commerce yang kami beri investasi memberikan nilai tambah karena pelanggan semakin mudah mendapatkan produk yang mereka inginkan, sehingga menciptakan pengalaman online ke offline yang mulus; contoh terbaru adalah Fore Coffee. Kami menyadari bahwa Triplogic, sebagai pemain logistik last mile, cocok untuk melengkapi ekosistem rantai pasokan kami selama ini,” terang Melisa.

Application Information Will Show Up Here

Grab Announces Investment to Ninja Van, Strengthen GrabExpress Logistics System

Grab announces the latest investment with undisclosed amount for last mile logistics startup Ninja Van, starts from strategic partnership. Ninja Van as the first to be announced of the company’s commitment to partner with six startup during this year.

“We’re so glad to have this partnership [..] Looking at the amount of Grab’s users, we can offer the easiest way to enjoy our complete logistics services, and a reliable and easy delivery service supported by technology,” Ninja Van’s Co-Founder and CEO, Chang Wen said in the official release.

Head of GrabExpress, Adelene Foo added,”The partnership with Ninja Van enables us to offer a complete kinds of delivery services in Southeast Asia through Grab app. It facilitates sellers, buyers, and merchants to send and receive items.

Ninja Van is to be integrated in the Grab application through GrabExpress and to be available at the second quarter of 2019. It’ll gradually available in the Southeast Asia.

The partnership expands GrabExpress’ network coverage significantly outside the on-demand courier and same day services, therefore, shipping are scheduled throughout the region.

GrabExpress’ coverage is also affected, it’s now available in 150 cities around Singapore, Malaysia, Thailand, Philippines, and Indonesia. It’s claimed between March to December 2018, GrabExpress’ instant delivery and same day service grew over three times.

Ninja Van is said to be the fastest growing last mile logistics company in Southeast Asia, reaching more than 450 cities and connecting six countries. Grab, as a company, will be the vehicle to reach more users from SMEs and social seller community.

Customers can deliver items easier through one app and enjoy the best logistics experience on Ninja Van.

In the previous interview, NinjaExpress Indonesia’s Country Head, Eric Saputra revealed that the company’s overall business could grow three times. NinjaExpress couriers in Indonesia has reached 3 thousand units, 70% are two-wheelers.

The company has a special dashboard for its users. The app not only provide tracking order feature, but also has intelligence reporting to be used to help users in recaping the total delivery over the past year in order to increase business in the following year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Investasi ke Ninja Van, Perkuat Sistem Logistik GrabExpress

Grab mengumumkan investasi terbaru dengan nilai yang tidak disebutkan untuk startup logistik last mile Ninja Van, dimulai lewat kemitraan strategis. Ninja Van menjadi startup pertama yang Grab umumkan dari komitmen perusahaan yang ingin gandeng enam startup sepanjang tahun ini.

“Kami sangat senang dengan kerja sama ini [..] Melihat jumlah pengguna Grab yang sangat banyak, kami dapat menawarkan mereka cara termudah untuk menikmati layanan logistik kami yang lengkap, serta menawarkan layanan pengiriman barang andal dan mudah yang didukung oleh teknologi,” terang Co-Founder dan CEO Ninja Van Lai Chang Wen dalam keterangan resmi.

Head of GrabExpress Adelene Foo menambahkan, “Kerja sama dengan Ninja Van memampukan kami untuk menawarkan berbagai pilihan pengantaran yang terlengkap di Asia Tenggara melalui aplikasi Grab. Memudahkan penjual, pembeli, serta merchant untuk mengirim dan menerima barang mereka.”

Layanan Ninja Van nantinya akan terintegrasi ke dalam aplikasi Grab melalui GrabExpress yang akan tersedia pada kuartal II/2019. Secara bertahap layanan akan tersedia di Asia Tenggara.

Kerja sama ini memperluas jangkauan layanan GrabExpress secara signifikan di luar jasa pengantaran menggunakan kurir on-demand dan same day, jadi pengiriman terjadwal ke seluruh penjuru daerah secara nasional.

Cakupan wilayah GrabExpress juta ikut terpengaruh, kini tersedia di 150 kota tersebar di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Diklaim hingga Maret sampai Desember 2018, volume pengiriman barang instan dan same day GrabExpress tumbuh lebih dari tiga kali lipat.

Ninja Van disebutkan sebagai perusahaan logistik last mile dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, menjangkau lebih dari 450 kota dan menghubungkan enam negara. Bagi perusahaan, Grab akan jadi kendaraan untuk menjangkau lebih banyak pengguna yang datang dari kalangan usaha kecil dan menengah, dan komunitas social seller.

Pelanggan dapat mengirim barang mereka dengan mudah melalui satu aplikasi dan menikmati pengalaman pengantaran terbaik di jaringan Ninja Van.

Dalam wawancara sebelumnya, Country Head Ninja Xpress Indonesia Eric Saputra mengungkapkan bisnis perusahaan secara keseluruhan dapat tumbuh tiga kali lipat. Armada Ninja Xpress di Indonesia saja ada 3 ribu unit, 70% di antaranya adalah kendaraan roda dua.

Perusahaan memiliki dasbor yang disediakan khusus untuk penggunanya. Di dalamnya, tidak hanya ada fitur tracking order, namun memiliki intelligence reporting yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pengguna merekap total total pengiriman selama setahun ke belakang untuk peningkatan bisnis di tahun berikutnya.

Application Information Will Show Up Here

SelenaGo Lakukan Perombakan Menyeluruh, Didukung Pendanaan Awal dari UMG Idealab

Tahun 2019 menjadi tahapan yang penting bagi SelenaGo. Layanan yang menawarkan ragam aktivitas dan teman beperginan ini mengalami sejumlah perombakan, mulai dari nama domain, aplikasi hingga tim manajemen. Transformasi SelenaGo yang baru ini didukung dengan seed funding dari UMG Idealab.

Didirikan sejak 2017, SelenaGo resmi dihadirkan kembali pada April 2019. Kali ini startup yang bermarkas di Yogyakarta itu dinahkodai oleh Artin Wuriyani dan sudah menyiapkan beberapa strategi untuk bisa mendapatkan traksi pengguna.

Kepada DailySocial Artin menjelaskan, akan ada dua tahap penting dalam perjalanan SelenaGo yang baru. Tahap pertama sistem akan mampu menampilkan aktivitas yang ditawarkan dan bisa dipesan oleh pengguna, lengkap dengan transaksinya. Setiap aktivitas akan memiliki rating dari pengguna.

Artin juga menjelaskan bahwa secara teknis akan ada perubahan menyeluruh. Jika di awal kemunculannya  hanya berperan sebagai platform mencari teman untuk berpergian, kini SelenaGo menawarkan aktivitas yang lebih lengkap, mulai dari traveling, workshop, hingga pementasan budaya.

Pada tahap selanjutnya, Artin ingin membawa SelenaGo tidak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga fokus pada isu-isu sosial, lingkungan, dan wisata lokal. Mencoba menawarkan pengalaman terbaik bagi setiap penggunanya.

“Seperti rekan-rekan startup yang lain saya diberikan challenge untuk membuat konsep yang berbeda dan membuat bisnis plan yang jelas dari SelenaGo. Sedangkan pada saat ini UMG Idealab memberikan seed funding pada kami,” jelas Artin.

Pendanaan dari UMG Idealab akan dimanfaatkan SelenaGo untuk berbenah. Salah satu yang tengah diupayakan adalah pengembangan fitur yang lebih lengkap, seperti untuk membantu merchant partner menawarkan keuntungan bagi setiap “teman Selena”, sebutan untuk para pengguna Selena.

Menawarkan aktivitas menarik

Untuk menambah daftar aktivitas yang ada di dalam sistem, mereka membuka kesempatan bagi siapa pun menjadi rekanan. SelenaGo akan menarik biaya hanya untuk aktivitas berbayar, biaya yang dikenakan sebesar 8% untuk desa wisata dan 10% untuk kegiatan umum dari total transaksi setiap aktivitas.

Untuk saat ini sudah ada beberapa paket kegiatan yang terdaftar, seperti Paket Belajar Kesenian, Paket Desa Wisata Krebet, Workshop Membatik, dan kegiatan lainnya yang akan terus ditambah sejalan dengan fokus SelenaGo tahun ini.

“[Untuk tahun ini] target meningkatkan kualtias aktivitas sehingga Selena lebih dikenal dan diminati sebagai platform untuk solusi aktivitas,” tutup Artin.

TokoTalk Secures Funding Worth 45 Billion Rupiah from Altos Ventures

TokoTalk, a solution provider for online sellers in store management, have just received $3,2 million or 45 billion Rupiah from Altos Ventures obtained from Silicon Valley, United States. After this, the company will focus more on improving services to boost up business growth.

Since its launching in March 2018, TokoTalk has acquired 100,000 online sellers in their system. The Codebrick-made platform based in South Korea is claimed to record sales worth of $2 million during March 2019 – or in total, up to $10 million. The growth is followed by user increase up to 35% each month during the past 6 months.

“The rise of internet in Indonesia began with the smartphone era, it makes the people attached to social media. Therefore, I’m sure the social commerce will get bigger in Southeast Asia, including Indonesia, Vietnam and Thailand,” Codebrick’s CEO, Kyung-min Bang explained.

Looking at the current growth and funding from Altos Ventures, TokoTalk made a commitment to build up features for the sake of the online sellers in Indonesia. Some features are to be improved, including the secure payment process, marketing support devices, and some others. They’re targeting to achieve $20 million transaction this year.

“TokoTalk is very focused on providing the best service for the Indonesian market. Our goal is for everyone to facilitate people in online business, especially SME. Currently, the solution we offered for sellers is very useful for their online business and enable them to expand to the next level,” TokoTalk’s Operational Director, Nesya Vannesa said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here