Alienware Pamerkan Pesaing Nintendo Switch, Concept UFO Namanya

Dalam waktu singkat, Nintendo Switch sukses menggaet jutaan pengguna karena ia sanggup menawarkan apa yang tak dapat diberikan oleh Xbox One dan PS4: fleksibiltas untuk digunakan di mana pun serta kemampuan buat menyajikan konten ala home console tradisional. Dari sisi spesifikasi dan software, Switch bukanlah perangkat berperforma istimewa, dan Dell melihat ada celah yang bisa mereka isi.

Di CES 2020, Alienware memamerkan Concept UFO, perangkat gaming hybrid yang sangat terinspirasi dari Nintendo Switch – baik dalam hal desain maupun penyajian. Aspek utama yang membedakan Concept UFO dari Switch adalah pemanfaatan komponen PC tulen serta OS Windows 10, membuatnya jadi hardware gaming super-fleksibel dengan akses ke puluhan ribu permainan dan beragam pilihan platform distribusi digital.

Alienware Concept D 1

Alienware Concept UFO disajikan layaknya Switch dengan penampilan yang sedikit lebih bersudut. Di mode handheld, layar diapit oleh rangkaian tombol dan stik analog. Seperti biasa, direction pad berada di kiri dan action button di kanan, lalu tersedia pula dua pasang tombol trigger di area atas. Bagian controller bisa dilepas dari modul layar, namun tak seperti Switch, mereka tidak bisa bekerja secara individual dan membutuhkan unit bridge buat menyambungkan keduanya.

Ketika controller sudah terpasang ke bridge, mode wireless segera aktif. Selanjutnya, modul layar bisa berdiri berbekal stand built-in. Concept UFO menyuguhkan display yang lebih canggih dibanding Switch, memiliki luas 8-inci beresolusi 1200p (versus 6,2-inci 720p). Selain itu, Concept UFO juga didukung oleh unit dock yang memungkinkan perangkat tersambung ke televisi dan lebih banyak input kendali. Terdapat pula fitur screen sharing dan konektivitas fisik berupa port USB type-C serta Thunderbolt.

Alienware Concept D 2

Perlu diketahui bahwa docking Concept UFO tidak seperti milik Switch. Ukurannya lebih besar, dan dirancang sebagai ‘tempat duduk’ bagi modul utama/layar. Saat artikel ini ditulis, Dell belum mengungkap detail terkait spesifikasi Concept UFO. Lewat Twitter-nya, chief architect AMD Frank Azor mengonfirmasi bahwa perangkat ini mengusung teknologi Ryzen (sebelum bergabung ke AMD, Azor ialah GM Alienware).

Saya sendiri penasaran apakah Concept UFO punya karakteristik seperti Switch, terutama terkait performa hardware? Di mode portable, game Switch dijalankan di resolusi HD serta frame rate yang cenderung rendah, dan baru memperoleh dongkrakan kinerja ketika dipasangkan ke dock. Apakah kondisi serupa terjadi di Concept UFO? Selain itu, Dell juga belum mengungkap informasi soal daya tahan baterai dari gaming PC handheld mereka ini.

Alienware Concept D 3

Dan seperti yang bisa Anda lihat dari namanya, status Concept D saat ini baru berupa konsep. Itu berarti, belum dapat dipastikan apakah Concept D akan diangkat jadi produk konsumen atau tidak, dan masih terlalu cepat untuk bertanya mengenai harganya…

Via Tom’s Hardware. Gambar: The Next Web.

Apple Bakal Buat Gaming Mac?

Gamer biasanya menggunakan PC berbasis Windows. Tak heran, mengingat selama ini, gamer memang bukan target pasar Apple. Jika dibandingkan dengan game Windows, jumlah game untuk Mac jauh lebih sedikit. Jika ingin memainkan game AAA, pengguna Mac harus menunggu hingga versi Mac dari game tersebut diluncurkan. Karena itulah, biasanya pengguna Mac harus menunggu lebih lama untuk bisa memainkan game terbaru. Seolah itu tidak cukup buruk, sistem operasi terbaru dari Apple, MacOS Catalina, tak lagi mendukung aplikasi 32-bit. Itu artinya, semua game 32-bit yang telah dibuat untuk Mac tak lagi bisa dimainkan.

Feral Interactive, salah satu perusahaan yang membuat versi Mac dari game PC, mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk membuat versi 64-bit dari sejumlah game mereka. “Proses ini memakan tenaga yang tidak sedikit,” kata juru bicara Feral Interactive pada Digital Trends. “Tidak semua game akan kami update.” Jika game 32-bit dari Mac tidak diubah menjadi 64-bit, berarti game itu tidak lagi bisa dimainkan pada Mac dengan OS terbaru.

Apple Arcade.
Apple Arcade.

Tahun ini, Apple mulai tertarik untuk masuk ke industri gaming dengan meluncurkan Apple Arcade, layanan berlangganan game. Dengan berlangganan Apple Arcade, Anda akan bisa mengakses sejumlah game dan memainkan game itu di berbagai perangkat buatan Apple, mulai dari iPhone, iPad, MacBook, sampai Apple TV.

Minggu ini, muncul kabar bahwa Apple akan meluncurkan Mac PC yang ditujukan khusus untuk pelaku esports, menurut Patently Apple. Dengan spesifikasi ultra high end, gaming Mac tersebut diperkirakan akan dihargai US$5.000 (sekitar Rp70 juta). Sebagai perbandingan, untuk merakit “gaming PC ekstrem”, PC Gamer memperkirakan bahwa Anda memerlukan US$3.000 (sekitar Rp42 juta), sementara PC high end memerlukan biaya sekitar US$2.000 (sekitar Rp28 juta). Walau harga dari gaming Mac ini hampir dua kali lipat dari gaming PC untuk Windows, Patently Apple percaya, akan ada orang yang tertarik dengan gaming Mac buatan Apple.

Menurut narasumber yang bekerja di perusahaan pemasok untuk Apple, perusahaan asal California itu bukan membuat gaming PC, tapi gaming laptop. Satu hal yang pasti, untuk mendesain dan membuat gaming Mac ini, Apple menggandeng semua rekan mereka, termasuk pabrik perakitan Quanta, penyuplai chip TSMC, pembuat power supply Delta dan Lite-On, pabrik kabel Liangwei, dan perusahaan rekan lainnya. IB Times melaporkan, perangkat gaming buatan Apple ini akan dipamerkan dalam Worldwide Developers’ Conference (WWDC) yang diadakan pada Juni 2020.

Sumber header: Pixabay

Analis: 20 Juta Gamer PC Akan Beralih ke Console di Tahun 2022

Persaingan antar fans sudah ada dari sejak lahirnya video game. Setelah era keemasan Atari, Nintendo dan Sega usai, kini rivalitas panas terjadi berlangsung antara konsumen setia Sony dan Microsoft. Fitur, hardware, serta konten biasanya yang paling sering dibahas dalam perdebatan itu. Tapi mereka yang paham aspek teknis setuju, PC merupakan platform gaming paling superior di antara semunya.

Bahkan ketika lihat dari satu layanan saja, Anda bisa menakar sendiri besarnya jumlah penikmat game PC: ada 47 juta pengguna aktif mengakses Steam setiap harinya. Data Statista sendiri menyebutkan ada 1,22 miliar gamer PC di tahun 2017 dan diperkirakan akan meningkat jadi 1,4 miliar di 2021. Uniknya, Jon Peddie Research melaporkan prediksi yang sangat berbeda. Menurut mereka, akan ada sekitar 20 juta pemain di PC beralih ke console dalam periode tiga tahun ke depan.

Jon Peddie menjelaskan bahwa pergeseran ini memiliki korelasi dengan penurunan pasar komputer personal. Satu pendorong dari migrasi tersebut adalah minimnya inovasi, kemudian produsen kini juga lebih lambat dalam memperkenalkan barang-barang baru. Menurut analis, perpindahan terbesar dilakukan oleh pengguna PC ‘low end‘ yang umumnya mempunyai sistem seharga US$ 1.000 ke bawah. Transisi didorong oleh meningkatnya kualitas panel TV, bertambah canggihnya teknologi semikonduktor di console, serta ketersediaan game-game eksklusif di sana.

JPR.

Menariknya, JPR sempat melihat kenaikan pembelian produk PC entry-level hingga kelas menengah dengan maksud digunakan sebagai mesin gaming. Namun menurut tim analis, hal tersebut tidak memberi dampak besar pada peningkatan volume. Dalam lima tahun ke depan, JPR memprediksi ada ratusan juta gamer PC berpindah ke ranah ‘TV gaming‘, dan sebagian dari mereka memilih untuk memanfaatkan layanan on demand. Saat itu, kondisi pasar jauh berbeda dari sekarang dan Hukum Moore akan kehilangan signifikansinya karena pencipta prosesor tidak bisa lagi menyusutkan ukuran transistor tiap 24 bulan.

Lalu apakah ini merupakan sebuah senja bagi industri PC gaming?

Tentu tidak jika Anda melihat dari perspektif yang lebih luas. Microsoft yang baru saja dinobatkan sebagai perusahaan satu triliun dolar mengungkapkan komitmennya untuk fokus di segmen gaming di PC lewat Windows 10. Dan dalam survei di Game Developers Conference 2017, 53 persen dari 4.500 developer yang berpartisipasi mengonfirmasi tengah mengembangkan permainan untuk PC. Persentase game console tampak lebih kecil, yaitu 27 persen di PS4, 23 persen di Xbox One, dan 3 persen untuk Switch.

Dan berbicara soal teknologi semikonduktor serta transistor, kita tahu Sony telah mengonfimasi penggunaan chip Ryzen 3 dan Radeon Navi di PlayStation ‘5’. Keadaan tersebut memperlihatkan kian miripnya arsitektur console dengan PC, memastikan pengembangan game multi-platform dan proses porting jadi lebih mudah. Dan jangan heran jika PS5 tersedia nanti, prosesor 12- atau 16-core akan menjadi kian merakyat…

Via Digital Trends.

Orion X2 Ialah Dua PC Desktop Monster Jadi Satu Seharga Pajero Sport Dakar 4×4

Mengetahui apa yang Anda butuhkan dan merakit PC desktop sendiri merupakan cara untuk mendapatkan aspek ‘price versus performance‘ terbaik. Para produsen sangat memahami hal ini, dan mereka menyediakan banyak sekali pilihan komponen di rentang harga berbeda. Meski demikian, kondisi itu tidak mengurangi semangat perusahaan dalam menghadirkan produk-produk premium.

Biasanya, notebook gaming dijajakan di harga tinggi karena ada faktor portabilitas yang harus dibayar, namun kreasi baru dari overclocker Ian ‘8PACK’ Parry ini membuat kita semua menganga. 8Pack menawarkan Orion X2, sebuah PC desktop senilai satu unit mobil Mitsubishi Pajero Sport Dakar 4×4. Sang overclocker membanderolnya di harga £ 33.000, atau kisaran Rp 600 jutaan. Angka ini jauh mengalahkan satu set Acer Predator Thronos – tanpa monitor maupun periferal lain.

8Pack Orion X2 4

Menggunakan istilah ‘satu buah’ PC desktop sebetulnya kurang tepat. Sejatinya, Orion X2 merupakan perpaduan antara konfigurasi E-ATX (sistem utama) dan mini-ITX sebagai pelengkap. Meski demikian, 8Pack tidak mau berkompromi. Performa sistem sekunder tersebut tetap bisa mengalahkan komputer built-up branded dengan harga puluhan juta rupiah.

 

8Pack Orion X2 5

Seperti inilah spesifikasi sistem primer Orion X2:

  • Prosesor Intel Core i9-7890XE (18-core, 36-thread), di-overclock dan dibekali pendingin berbasis cairan
  • Memori RAM DDR4-3200 128GB
  • Kartu grafis dua buah Nvidia Titan RTX, juga di-overclock dan dipersenjatai liquid cooling
  • Penyimpanan dua unit SSD M.2 Samsung 970 Evo 2-terabyte dan hard disk Seagate Iron Wolf 14-terabyte
  • Power supply 2000W

Dan ini dia komposisi hardware dari sistem mini-ITX-nya:

  • Prosesor Intel Core i9-9700K, bukan punya 8Pack namanya jika bagian ini tidak di-overclock dan ditopang sistem pendingin ‘cair’
  • Memori RAM-4000
  • Kartu grafis kali ini satu unit Titan RTX, turut mendapatkan sentuhan overclock serta liquid cooling
  • Penyimpanan dua SSD M.2 Samsung 970 Evo 2TB RAID 0, plus HDD Seagate Iron Wolf 14TB

8Pack Orion X2 2

8Pack menjelaskan bahwa Orion X2 diprioritaskan sebagai workstation, namun ditunjang pula oleh sistem gaming ITX. Kehadirannya ideal buat multi-tasking ataupun menjalankan permainan di resolusi 4K tanpa memengaruhi kondisi sistem utama. Konfigurasi ganda ini dapat tercapai berkat dukungan case Phanteks Elite Full-Tower yang dimodifikasi besar-besaran agar mampu menjadi rumah bagi hardware-hardware high-end tersebut.

8Pack Orion X2 3

8Pack juga tak melupakan aspek estetika. Orion X2 turut dihias pencahayaan LED, kabel-kabelnya disusun rapi, bahkan sistem pendinginnya punya warna cairan berbeda. Anda bisa melihat semua itu dari jendela kaca lebar di side panel, dan sang modder tak lupa membubuhkan branding ‘8Pack’ di sisi depannya. Berbicara soal pendingin, Orion X2 dilengkapi ‘triple water cooling loop‘, dengan tujuh ruang penampungan, lima pompa, dan piping sepanjang 5m; mampu menyimpan 8-liter cairan.

8Pack Orion X2 sudah bisa dipesan via situs Overclockers UK, tapi saya belum bisa memastikan apakah ia siap dikirimkan ke Indonesia…

Via PC Gamer.

Lewat iCUE, Corsair Tunjukkan Bahwa RGB Bukanlah Sekadar Pemanis Mata

Kepopuleran RGB di gaming gear merupakan hal yang dipuji sekaligus dicemooh. Di satu sisi, kehadirannya membuat periferal jadi terlihat jauh lebih menarik, terutama untuk kalangan casual, sangat cocok bagi mereka yang gemar memamerkan perangkat gaming kesayangannya. Tapi di sisi lain, gamer hardcore berpendapat bahwa RGB tidak banyak membantu meningkatkan performa bermain.

Namun apakah benar begitu? Beberapa brand seperti SteelSeries dan MSI mulai memanfaatkan warna-warni RGB untuk menyampaikan informasi dalam permainan. Contohnya, LED bisa menampilkan tingkat health atau jumlah amunisi yang tersisa, atau dapat pula menyampaikan notifikasi voice chat. Fitur ini belakangan juga diadopsi oleh perusahaan hardware PC asal Fremont, Corsair Components.

Corsair 4

Langkah Corsair dalam mengintegrasikan fungsi notifikasi gaming ke sistem RGB dimulai lewat kolaborasi bersama Ubisoft belum lama ini: gamer Far Cry 5 yang bermain menggunakan periferal Corsair dapat menikmati pertunjukan LED serta memperoleh notifikasi status game via pencahayaan. Sejauh ini, kapabilitas tersebut baru hadir di Far Cry 5, tapi Corsair sempat mengungkap rencana untuk mengekspansinya ke game shooter survival Metro Exodus.

Corsair 8

Bagi saya, integrasi antara LED dan game merupakan suatu arahan menarik yang membuat kehadirannya memberikan dampak positif bagi gamer dan bukan sekadar pemanis mata. Sejumlah pertanyaan saya ajukan pada tim Corsair Indonesia tentang kolaborasi mereka dengan publisher serta implementasi sistem tersebut. Sebagai respons mereka, Corsair malah meminjamkan satu set PC lengkap dan mempersilakan saya dan tim DailySocial menjajalnya langsung.

 

iCUE

Namun sebelum saya membahas pengalaman menikmati Far Cry 5 dengan sistem RGB Corsair, kita perlu tahu satu teknologi yang memungkinkan hadirnya kapabilitas tersebut. Dahulu, perusahaan menyediakan aplikasi Corsair Utility Engine sebagai medium untuk mengonfigurasi periferal serta mengutak-atik pola LED. Fungsi ini diperluas lagi via iCUE, memungkinkan software membaca seluruh produk Corsair yang terpasang di PC dan menyinkronkan mereka.

Dengan iCUE, sistem tak hanya bisa membaca periferal semisal headset atau mouse saja, tapi juga solusi pendingin, RAM, hingga LED strip di casing. Kabarnya, Corsair mengeluarkan banyak biaya riset dan pengembangan untuk menggarap iCUE. Dan begitu revolusioner-nya iCUE, teknologi ini bahkan diadopsi oleh Lenovo di notebook gaming Legion mereka.

Corsair 7

iCUE memungkinkan pengguna memilih pola pencahayaan menyeluruh atau malah mengustomisasinya secara berbeda satu per satu. Misalnya, Anda dapat menerapkan pola pelangi atau menggunakan efek riak yang dipicu oleh sentuhan di tombol keyboard, menyambung hingga ke RAM, kipas dan water cooling. Proses kustomisasi disuguhkan secara sederhana, via UI yang mudah dipahami. Anda bisa mengimplementasikan dua atau lebih efek pencahayaan di gaming gear, menghapusnya, serta menyimpan profil itu jika sudah puas dengan hasilnya.

Corsair 1

PC yang Corsair pinjamkan mempunyai spesifikasi hardware sebagai berikut:

  • Case Corsair Crystal 460X RGB
  • Power supply unit Corsair RM750X
  • Cooler Corsair Hyrdro Series H150i Pro
  • RAM Corsair Vengeance RGB Pro DDR4-3200 32GB
  • SSD Corsair Force LE200 480GB

Dan ini merupakan daftar gaming gear-nya:

  • Keyboard Corsair K70 RGB MK.2 Special Edition
  • Mouse Corsair Glaive RGB
  • Mousepad Corsair MM800 RGB Polaris
  • Headset Corsair HS70 Wireless
  • Headset stand Corsair ST1000

 

Far Cry 5

Tak ada langkah rumit yang harus dilakukan untuk menikmati fitur integrasi Corsair iCUE di game shooter Ubisoft ini. Setelah semua hardware terpasang dan tersambung dengan baik, Anda hanya perlu menginstal software iCUE di PC. Selanjutnya, ia secara otomatis akan mendeteksi seluruh komponen Corsair, mencantumkan daftarnya, dan mempersilakan Anda mengaksesnya dari software.

Corsair 2

Corsair 12

Sistem iCUE segera membaca Far Cry 5 di PC terlepas dari versi yang Anda gunakan, baik Steam ataupun Uplay. Begitu permainan dimulai, seluruh pola RGB yang Anda gunakan akan digantikan oleh setting default Far Cry 5, dan mengubah pencahayaan jadi menyerupai bendera Amerika. Dominasi warna merah, putih dan biru di sana benar-benar mengekspos tema satir permainan ini.

Corsair 6

Corsair 13

RGB kembali bertransformasi ketika Anda memulai petulangan di Hope County, kali ini transisinya lebih dinamis. Dalam keadaan normal, LED di casing akan menampilkan warna biru muda, namun akan berubah jadi merah saat musuh mengetahui posisi Anda. Ketika berjalan di atas rumput di siang hari, LED pada keyboard menyuguhkan warna hijau dan kuning, dan segera beralih jadi biru tua sewaktu Anda berenang atau jadi merah menyala jika karakter Anda terbakar.

Corsair 3

Corsair 5

Kemampuan Corsair iCUE mengingatkan saya pada light bar di controller DualShock 4. Di sejumlah permainan PS4 (contohnya God of War), light bar bisa menunjukkan status atau kondisi karakter, menjadi biru saat Anda sedang mengarungi danau menggunakan sampan atau berubah merah jika karakter mendekati ajalnya. Bedanya, efek iCUE jelas lebih terasa karena cahaya RGB berada di sekeliling Anda.

Corsair 9

Corsair 14

iCUE bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menikmati Far Cry tanpa HUD – apalagi game menyediakan fitur untuk menonaktifkan elemen-elemen interface; dari mulai crosshair, indikator amunisi, kompas, sampai peringatan jika ada bahan peledak aktif di dekat Anda. Kombinasi setting tanpa head-up display dan iCUE membuat konten permainan tersaji lebih realistis sekaligus ‘immersive‘.

 

Harapan saya

Berkat penyajian yang menyeluruh dan dinamis, kehadiran iCUE dan RGB tersinkronisasi bisa membuat perbedaan pada game yang kita mainkan. Saya berharap akan ada lebih banyak permainan mendukungnya, dan sebagai penggemar berat genre action dan kompetitif, saya pribadi sangat ingin agar judul-judul multiplayer turut menggunakannya.

Corsair iCUE memberikan kesempatan bagi developer untuk meminimalkan penyajian HUD yang sering kali membingungkan karena memenuhi tampilan in-game, contohnya Monster Hunter: World, Warframe, hingga Titanfall 2. Dan bayangkan apiknya iCUE seandainya ia diintegrasikan dengan game simulasi seperti Project CARS 2. Bermain tanpa HUD, Anda tetap bisa mengetahui jika ada bagian mobil yang tidak sehat, ditunjukkan oleh perubahan warna LED.

Catatan: Corsair meminjamkan satu unit PC lengkap beserta segala gaming gear-nya sebagai bagian dari program kolaborasi antara Corsair dengan DailySocial.

MSI Perkenalkan ‘PC Rasa Console’ Trident X Bersenjata GeForce RTX

Di antara banyak perangkat gaming racikan MSI, Trident merupakan salah satu lini paling menarik. Ia adalah titik temu antara konsep portable dengan komitmen produsen menghidangkan kemudahan upgrade, dihadirkan dalam form factor ala console. Perjalanan Trident dimulai di tahun 2016, dan elama dua tahun ini, ia telah mendapatkan beberapa kali pembaruan dan revisi.

Micro-Star International resmi meluncurkan Trident 3 di Indonesia pada bulan April kemarin, lalu di Computex 2018, mereka memperkenalkan Trident A yang menyimpan hardware lebih canggih serta memiliki desain lebih atraktif. Dan dalam memeriahkan peluncuran kartu grafis baru Nvidia, perusahaan PC asal Taiwan itu menyingkap varian yang lebih baru lagi, dinamai Trident X, kali ini dipersenjatai GeForce RTX 2080 Ti.

Berdasarkan gambar yang MSI publikasikan, Trident X mempunyai arahan desain serupa Trident A. PC desktop small form factor ini bisa diposisikan secara berbaring atau berdiri via stand, memiliki volume hanya 10-liter – 2-liter lebih kecil dari Trident A. Di sana, MSI membubuhkan sistem pencahayaan LED RGB asimetris di sisi depan serta fan di dalam. Lalu di bagian samping, Trident X mempunyai pintu kaca tempered yang dapat dibuka.

MSI menyampaikan bahwa Trident X merupakan PC desktop padat pertama berbekal power supply SFX serta kartu grafis RTX punya Nvidia. Berdasarkan keterangan produsen, Trident X ditargetkan pada gamer yang menginginkan PC berperforma paling tinggi. Hal tersebut dapat terpenuhi berkat kehadiran kartu grafis GeForce RTX yang dilengkapi ‘teknologi rendering terkini’.

Selain GPU, MSI memang belum mengungkap informasi mengenai spesifikasi Trident X lebih rinci, namun produsen telah mengonfirmasi merea memilih Intel Core seri K sebagai otaknya. Kita bisa menerka akan ada hardware high-end serta RAM berukuran raksasa di dalamnya. Di samping gaming, MSI juga menyiapkan Trident X sebagai perangkat pendukung streaming dan aktivitas produktif, serta siap menangani multi-tasking.

Untuk mendinginkan hardware-hardware yang ditempatkan cukup berdempetan di dalam, produsen mengimplementasikan sistem Silent Storm Cooling. Sdah digunakan di sejumlah produk PC desktop MSI, solusi pendingin ini memanfaatkan tiga ruang aliran udara berbeda yang difokuskan ke hardware-hardware penghasil panas utama. Jadi Anda tidak perlu cemas saat ‘perlu’ ber-gaming di waktu lama.

Trident X kabarnya sempat dipamerkan di IFA Berlin 2018 kemarin, tapi di sana MSI masih belum mengabarkan harga dan kapan produk akan tersedia. PC desktop small form ini baru akan meluncur resmi ‘beberapa bulan lagi’.

Sumber: MSI.

 

Desktop dan Monitor Gaming Baru MSI Siap jadi Pasangan Ideal Buat Menikmati Game Blockbuster

Selain memproduksi komponen PC dan laptop, MSi juga sudah lama menyediakan desktop gaming built-up untuk konsumen yang menginginkan kemudahaan pemakaian tanpa keterbatasan upgrade. Ada banyak pilihan desktop racikan sang produsen asal Taiwan itu, dari mulai model tower tradisional hingga varian small-form factor berkonsep ‘PC rasa console‘.

Sejak akhir tahun lalu, Micro-Star International juga tak lagi malu-malu dalam memperkenalkan monitor gaming-nya. Debut mereka di sana dimulai oleh tiga monitor berlayar melengkung Optix MAG. Tak lama, produsen memperluas lineup-nya dengan Optix MPG – monitor gaming terintegrasi sistem pencahayaan RGB Mystic Light untuk menyampaikan informasi terkait status dalam permainan.

MSI3 14

MSI3 10

Ada sejumlah monitor dan PC desktop unik baru yang MSI singkap di Computex 2018. Kedua produk berbeda ini mereka ramu agar menjadi pasangan serasi untuk menikmati permainan-permaian blockbuster. Di segmen desktop, selain me-refresh seluruh produk dengan prosesor Intel Core generasi kedelepan (termasuk Vortex, Aegis, Infinite, dan Nightblade), MSI mengungkap versi baru Trident. Lalu di ranah monitor, mereka memamerkan panel G-Sync 240Hz buat para gamer pro serta layar ‘monster’ 49-inci.

MSI3 15

 

Trident A series

Trident adalah salah satu opsi PC mungil berperforma tinggi dari MSI selain Vortex. Dan di varian anyar ini, produsen mencoba mengombinasikan desain mungil dengan kesederhanaan akses hardware layaknya desktop mid-tower. Hasilnya cukup menarik: Trident A memiliki desain asimetris yang stylish (termasuk pada penempatan pencahayaan RGB-nya), dapat berdiri manis tanpa menghabiskan banyak ruang di atas meja.

MSI3 17

MSI3 6

Hal paling menakjubkan mengenai Trident A adalah kesanggupannya menjadi rumah bagi prosesor Intel Core i7-8700, kartu grafis GeForce GTX 1080 Ti, RAM 2666MHz hingga 32GB, dua buah SSD M.2 serta Intel Optane, dan power supply SFX 450W dalam tubuh bervolume hanya 12-liter. Aspek menarik selanjutnya dari rancangan Trident A ialah pemanfaatan panel samping transparan berbahan tempered glass. Selain menjadi jendela buat memperlihatkan komponen-komponen di dalam, panel ini juga bisa dibuka seperti pintu.

MSI3 7

Untuk mendinginkan hardware-hardware yang diposisikan berdempetan, MSI mengandalkan teknologi Silent Storm Cooling. Sistem memanfaatkan tiga aliran udara terpisah buat menangani komponen-komponen utama penghasil panas ketika Trident A sedang menjalankan game.

MSI3 8

MSI3 9

 

Oculux NXG251

Jika desktop gaming sudah siap, Oculux NXG251 bisa jadi pertimbangan jika Anda membutuhkan monitor spesialis game-game kompetitif. Ia merupakan panel G-Sync pertama MSI, menyuguhkan refresh rate 240Hz serta waktu respons 0,5-milidetik, dan memiliki luas layar 24,5-inci 1920×1080. Susunan teknologi tersebut memastikan konten permainan tersaji detail dan tajam, meskipun adegan-adegan di sana berlangsung di kecepatan tinggi. Karakteristik ini sangat ideal bagi permainan eSport.

MSI3 1

MSI3 13

Oculux NXG251 memang bukanlah monitor bertubuh ramping, namun MSI tidak lupa menghiasnya dengan RGB Mystic Light dan emblem LED ‘Nvidia G-Sync’ di sisi belakang – mempersilakan Anda buat mengustomisasinya agar tampil berbeda di arena turnamen.

MSI3 2

 

Optix MAG491C

Merupakan salah satu kejutan terbesar di Computex 2018. Optix MAG491C adalah monitor gaming paling high-end MSI, menyajikan panel curved seluas 49-inci, resolusi 3840x1080p, dan tingkat kelengkungan 1800R. Fitur-fitur di sana hadir demi memberikan Anda pengalaman gaming terbaik: HDR, refresh rate 144Hz, waktu respons 4-milidetik, rasio kontras 3000 banding 1 dengan tingkat kecerahan 400cd/meter persegi, serta didukung teknologi AMD Freesync sehingga output-nya bebas dari efek screen tearing.

MSI3 4

MSI3 5

 

Optix MAG271CR dan MAG241CR

Kedua model ini ialah upgrade dari monitor Optix MAG, kali ini mereka dibekali fungsi Gaming Echo: zona RGB di belakang dapat tersinkronisasi dengan pencahayaan dan audio dalam game. Optix MAG271CR/ MAG241CR juga menyimpan fitur Gaming OSD (on screen display), mempersilakan Anda langsung mengutak-atik setting monitor (kontras, kecerahan, equalizer hitam) tanpa mengganggu jalannya permainan.

MSI3 11

MSI3 12

Spesifikasi teknisnya juga tidak kalah canggih: kedua monitor Optix MAG anyar ini ditunjang oleh refresh rate 144Hz dan waktu respons 1-milidetik.

MSI3 16

 

Ketersediaan

Seperti produk baru MSI lain yang melangsungkan debut perdananya di Computex 2018, perangkat-perangkat di atas belum mempunyai harga retail. Beberapa dari mereka kemungkinan akan mulai dipasarkan pada triwulan ketiga tahun ini, ditandai dengan acara peluncuran di masing-masing negara.

Setelah Notebook, Kali Ini Giliran Hardware Gaming Baru MSI Serbu Indonesia

Walaupun saling melengkapi, beberapa divisi di sejumlah perusahaan PC asal Taiwan biasanya beroperasi secara terpisah dan tampaknya punya strategi bisnis berbeda. Hal ini mungkin merupakan alasan mengapa MSI mengadakan dua acara peluncuran berbeda di minggu lalu; satu fokus pada notebook, dan satu lagi dititikberatkan pada komponen serta periferal.

Tepat sehari setelah merilis deretan laptop gaming baru, Mico-Star International melepas jajaran motherboard, monitor, serta sebuah PC small form factor anyar di Indonesia. Melalui langkah ini, MSI secara tidak langsung menunjukkan kesiapan mereka memenuhi kebutuhan tipe gamer berbeda: dari mulai tipe pemain nomaden, mereka yang menginginkan solusi simpel, hingga kalangan DIY.

Micro 11

Seperti biasa, MSI kembali mencoba mengedepankan aspek-aspek andalan di produk-produk tersebut, di antaranya performa dan daya tahan tinggi, desain stylish dengan bumbu RGB, serta kemudahan kustomisasi dan upgrade. Di konferensi pers hari Jumat silam, sang produsen membagi presentasinya ke dalam beberapa sesi. Simak detailnya di bawah:

 

Motherboard MSI 300 Series

Di segmen ini, MSI menjelaskan bahwa kehadiran lebih banyak core di PC memungkinkan pengguna melakukan lebih banyak hal. Untuk mendukungnya, produsen meluncurkan motherboard H370, B360, dan H310. Mereka semua dirancang buat memaksimalkan performa prosesor Intel Core generasi kedelapan, dan lagi-lagi memanfaatkan komponen ‘kelas militer’ demi memastikan pengalaman gaming tetap stabil serta memberikan gamer frame rate setinggi-tingginya.

Micro 18

Karena core lebih banyak, sejumlah hal perlu MSI perhatikan. Bagi sang produsen, desain thermal dan power sangat penting demi menjaga temperatur motherboard tetap rendah. Caranya ialah melalui upgrade power phase (ke 4+2+1) serta memperlebar heatsink. Pembuangan panas jadi 26 persen lebih lebar, sehingga suhu dapat turun 6 derajat Celcius. Alhasil, CPU Core i7 Coffee Lake-S dapat berlari di kecepatan penuh.

Micro 13

Motherboard gaming baru MSI terdiri dari delapan model:

  • H370 Gaming Pro
  • H30 Gaming Plus
  • B360 Gaming Pro Carbon
  • B360 Gaming Arctic
  • B360 Gaming Plus
  • B360M Gaming Plus
  • H310M Gaming Arctic
  • H310M Gaming Plus

 

Micro 12

MSI juga menyediakan motherboard kelas profesional, sempurna jika Anda berniat membangun PC-PC penunjang bisnis. Untuk menopang kebutuhan di segmen itu, MSI memanfaatkan komponen-komponen berkualitas tinggi serta membekalinya bersama sejumlah perlindungan, di antaranya ialah proteksi ESD (electrostatic discharge) ganda untuk mencegah motherboard rusak akibat listrik statis. Selanjutnya motherboard mengusung connector dengan ‘armor baja’ yang lebih kuat empat kali lipat dari varian standar.

Micro 14

Di bawah ini adalah motherboard pro anyar MSI:

  • B360-A Pro
  • B360-F Pro
  • B360M Pro-VDH
  • B360M Pro-VH
  • B360M Pro-VD
  • H310-A Pro
  • H310-F Pro
  • H310M Pro-M2
  • M310M Pro-VDH

Micro 6

Tentu saja MSI tidak melupakan dukungan sistem pencahayaan Mystic Light di sana. Selain eksistensi dari sistem RGB ‘standar’ di motherboard, Anda bisa menambahkan lagi pencahayaannya – misalnya dengan RGB Corsair. Selanjutnya, kustomisasi dapat dilakukan melalui aplikasi companion Mystic Light.

 

Trident 3

Kurang lebih satu setengah tahun setelah diperkenalkan, MSI akhirnya resmi membawa Trident ke Indonesia. Trident adalah gaming PC super-mungil yang dapat dijadikan pusat hiburan di ruang keluarga atau dibawa-bawa saat ber-LAN party. Ia memiliki tubuh boks asimetris bertema futuristis dengan volume 4,72-liter dan bobot cuma 3,17-kilogram, sehingga Anda bisa mudah memasukkannya dalam tas. Sesuai keadaan di sekitarnya, Trident dapat ditaruh berbaring atau berdiri via stand.

Micro 1

Berbeda dari PC small form biasa, bagian terbaik dari Trident 3 bukan hanya pada dimensi, tapi juga kemudahan menggonta-ganti hardware. Dengan memiliki Trident 3, Anda tetap bisa meng-upgrade memori RAM (DDR4), prosesor (berbasis chipset Intel), serta kartu grafis (Nvidia). Model tertinggi yang dapat ditopang oleh Trident 3 adalah GeForce GTX 1070.

Micro 3

MSI juga sangat memerhatikan solusi pendinginnya. Buat menjinakkan panas, sang produsen menggunakan teknologi Silent Storm Cooling 2. Sistem ini beserta struktur internal PC didesain untuk memisahkan panas yang dihasilkan GPU dan CPU. Silent Storm Cooling 2 mengusung bilah kipas jenis baru sehingga aliran udara 20 persen lebih kencang, asupannya 14 persen lebih banyak, dan tekanan udara 10 persen lebih tinggi dibanding versi sebelumnya

Micro 2

Kombinasi semua itu memperkenankan MSI Trident (bersenjata GTX 1070 dan Intel Core generasi kedelepan) menghidangkan game-game blockbuster di resolusi FHD dengan setting ultra semulus sutra: Ghost Recon Wildlands di 55FPS, For Honor di 98FPS, dan Battlefield 1 di 129FPS. Trident juga siap menyuguhkan konten 4K.

Micro 15

 

Monitor curved Optix

Tak lama setelah mulai bermain di ranah monitor gaming curved, MSI segera membawa sejumlah model monitor ke Indonesia. Produk tersebut meliputi Optix MPG27C, MAG27C, dan MAG24C. Mereka menyajikan layar seluas 27- dan 24-inci dengan level kelengkungan 1800R. Menurut produsen, kelengkungan di 1800R paling ideal buat mendongkrak level immersive konten, terutama permainan video.

Micro 7

Micro 9

Dari segi performa, baik ketiga versi mempunyai spesifikasi hampir serupa. Mereka mengusung resolusi 1920x1080p, refresh rate 144Hz, waktu respons hanya 1ms, viewing angle 178 derajat, lapisan anti-glare, rasio kontras 3.000 banding 1, dan tingkat kecerahan di 250-candela per meter persegi.

Micro 5

Micro 16

Terlepas dari sejumlah kesamaan tersebut, Optix MPG27C merupakan model yang paling ‘istimewa’ karena ditunjang oleh sistem pencahayaan RGB LED SteelSeries GameSense. Fitur ini bukan sekadar pemanis penampilan, namun berfungsi sebagai notifikasi atau indikator status dalam permainan. Ia bisa dimanfaatkan buat menampilkan kondisi health, perisai ataupun jumlah amunisi. LED GameSense bisa dikonfigurasi lebih lanjut via app.

Micro 17

 

Ketersediaan dan harga

Dari yang saya dengar, beberapa produk di atas telah tersedia di Indonesia dan sisanya akan segera menyusul. MSI juga sudah mengungkap harga dari Trident dan monitor gaming mereka (kecuali MPG27C). Ini dia:

  • Trident 3: Rp 24,2 juta, baru ada opsi berwarna hitam, dengan bonus gamepad MSI Force GC30
  • Optix MAG27C: Rp 8,1 juta, bonus keyboard gaming Vigor GK40
  • Optix MAG24C: Rp 5,5 juta, merupakan versi 24-inci dari Optix MAC, dengan bonus mouse gaming Clutch GM10

Micro 8

HP Omen Terlalu Mahal? HP Sudah Menyiapkan Lini Baru yang Lebih Terjangkau, Pavilion Gaming

Asus punya ROG. Acer punya Predator. Dell punya Alienware. HP punya Omen. Semuanya merupakan lini khusus untuk perangkat gaming, namun sering kali yang menjadi sasaran adalah gamer berkantong tebal. Dalam kasus HP, mereka memutuskan untuk menyediakan lini baru yang dapat dijangkau oleh lebih banyak kalangan.

Dari situ lahirlah lini Pavilion Gaming. Pavilion selama ini merupakan lini yang cukup mainstream, dengan fokus pada aspek multimedia. Pavilion Gaming di sisi lain mencoba memberikan keseimbangan antara performa gaming dan harga, terutama buat mereka yang tidak membutuhkan spesifikasi kelas dewa yang menjadi andalan lini Omen.

HP Pavilion Gaming Laptop

Sejauh ini Pavilion Gaming terdiri dari satu laptop dan dua desktop. Untuk Pavilion Gaming Laptop, tampak desainnya banyak terinspirasi dari Omen X Laptop, lengkap sampai ke sepasang ventilasi pada kedua sudut di belakang laptop. Kendati demikian, ciri khas lini Pavilion masih terasa berkat grille speaker bergaya geometris di atas keyboard.

Konfigurasi yang ditawarkan cukup bervariasi, dimulai dari layar 15 incinya, yang mendukung resolusi 1080p 144 Hz, 1080p 60 Hz atau 4K. Pilihan prosesor yang ditawarkan semua berasal dari generasi terbaru Intel, baik seri U yang irit daya maupun seri H yang mengemas 6-core dan lebih ngebut.

Untuk GPU, ada dua opsi yang tersedia: AMD Radeon RX 560X atau Nvidia GeForce GTX 1060 tipe Max-Q. RAM DDR4-nya bisa dikonfigurasikan sampai 8 GB, sedangkan opsi storage-nya bisa mengandalkan perpaduan SSD dan HDD, lengkap dengan dukungan memory Intel Optane untuk semakin mendongkrak performa.

HP Pavilion Gaming Desktop 790 / HP
HP Pavilion Gaming Desktop 790 / HP

Beralih ke desktop-nya, HP telah menyiapkan dua model, yaitu Pavilion Gaming Desktop 690 dan 790. Desain keduanya cukup identik, hanya saja model 790 mengemas spesifikasi yang lebih superior serta port yang lebih melimpah.

Untuk 690, konsumen bisa memilih antara prosesor Intel atau AMD Ryzen, lalu GPU Radeon RX 580 atau GeForce GTX 1050, RAM sampai 8 GB, serta HDD berkapasitas 1 TB. Model 790 menawarkan pilihan prosesor Intel generasi kedelapan, baik yang mengemas 4 atau 6-core, GPU Radeon RX 580 atau GeForce GTX 1080, RAM hingga 64 GB, serta kombinasi SSD dan HDD sampai 3 TB.

Namun pertanyaan yang paling penting untuk dijawab adalah, seberapa terjangkau lini Pavilion Gaming ini jika dibanding Omen? Sangat. Pavilion Gaming Laptop dibanderol mulai $799, sedangkan Pavilion Gaming Desktop mulai $549 (untuk model 690) dan $749 (model 790). HP berencana melepasnya ke pasaran mulai bulan Mei atau Juni mendatang.

Sumber: Ars Technica.

Asus Ciptakan Gaming Desktop Khusus Esport, ROG Strix GL 12

Selain keyboard mekanis ROG Strix Flare, Asus juga memperkenalkan sebuah gaming desktop baru di CES 2018. Perangkat bernama ROG Strix GL 12 ini diklaim benar-benar diciptakan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan atlet esport profesional.

Tanpa harus terkejut, di balik sasis berwajah futuristisnya, bernaung spesifikasi yang cukup ‘mengerikan’. Varian termahalnya mengusung prosesor Intel Core i7 8700K (Coffee Lake) yang secara default sudah di-overclock hingga 4,8 GHz, plus RAM DDR4 64 GB yang juga sudah digenjot performanya. Stabilitas performanya pun dijamin oleh sistem liquid cooling besutan Asetek.

Di sektor grafis, Asus memercayakan Nvidia GeForce GTX 1080 yang sudah diamankan oleh semacam palang guna mencegah benturan dan menghindari kerusakan ketika perangkat harus dibawa-bawa dan berpartisipasi dalam beragam turnamen internasional. Bagi yang tidak mau berkompromi, Asus juga menawarkan varian GL 12 yang dilengkapi liquid cooling untuk GPU-nya.

Asus ROG Strix GL 12

Namun fitur GL 12 yang paling menarik menurut saya bersembunyi di bagian depan, tepatnya di bawah deretan port USB dan slot SD card. Bagian tersebut dihuni oleh panel penutup magnetik, yang ketika dibuka akan menampilkan sebuah slot SSD bertipe hot-swap. Artinya, pengguna bisa melepas dan memasangkan SSD tanpa harus me-restart perangkat.

Fitur inilah yang sejatinya dinilai krusial buat para atlet esport. Dikatakan bahwa mereka sering kali membawa SSD 2,5 incinya masing-masing yang menyimpan semua pengaturan yang dibutuhkan dalam bertanding. Ketimbang harus membuka sasis PC, memanfaatkan slot hot-swap untuk mengakses pengaturan-pengaturan tersebut jelas jauh lebih praktis.

Kalau melihat fungsi spesifiknya itu, ROG Strix GL 12 jauh lebih ideal menjadi daftar belanjaan penyelenggara turnamen ketimbang para atlet esport itu sendiri. Terlepas dari itu, Asus masih belum menyingkap harga maupun jadwal ketersediaannya.

Bezel-Free Kit

Dalam kesempatan yang sama, Asus juga ingin memamerkan sebuah konsep peripheral baru yang mereka sebut dengan istilah Bezel-Free Kit. Asus bilang bahwa perangkat ini diciptakan dengan tujuan memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh pengguna PC dengan setup multi-monitor.

Masalah itu adalah grafis yang terpotong oleh bezel monitor yang didudukkan bersebelahan. Solusi yang Asus tawarkan cukup sederhana, tapi dampaknya cukup signifikan, yakni dengan cara mengamuflasekan bezel sehingga grafis yang ditampilkan sama sekali tidak terpotong. Perbandingan sebelum dan sesudah dipasangi Bezel-Free Kit bisa Anda lihat sendiri pada dua gambar di atas.

Asus Bezel-Free Kit

Bezel-Free Kit melibatkan sebuah lensa khusus berwujud tipis yang mampu membelokkan cahaya dari monitor ke arah dalam, sehingga bezel monitor pun tertutup oleh biasannya. Biasan cahayanya memang akan kelihatan sedikit lebih redup dari tampilan monitor, tapi setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang dua bezel yang benar-benar memangkas sebagian dari grafis yang ditampilkan.

Lensanya sendiri terbuat dari bahan thermoplastic khusus yang diyakini lebih tangguh ketimbang kaca. Pemasangannya hanya melibatkan penjepit biasa di sisi atas dan bawah monitor, akan tetapi posisi kedua monitor harus tepat 130 derajat supaya hasilnya benar-benar optimal.

Sumber: Asus 1, 2.