Ingin Fokus Ekspansi Regional di Vietnam dan Singapura, Gojek Jual Bisnis di Thailand ke AirAsia

Perusahaan maskapai low-cost carrier AirAsia resmi mencaplok bisnis Gojek di Thailand sebagai langkah solid masuk ke bisnis digital. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Gojek akan memperoleh 4,76% saham layanan super app AirAsia.

Sebagaimana dilaporkan Nikkei Asia, kesepakatan tersebut diambil karena AirAsia mengincar pertumbuhan delivery di Thailand. Gojek sendiri ingin mengalihkan fokus bisnis regionalnya ke Vietnam dan Singapura.

Menurut keterbukaan AirAsia yang dikutip Nikkei, bisnis super app AirAsia bernilai $1 miliar (sekitar 14 triliun Rupiah), sementara Gojek Thailand bernilai $50 juta (sekitar 700 miliar Rupiah).

CEO AirAsia Tony Fernandes menilai bisnis Gojek di Thailand sudah mapan dan dapat mempercepat upaya perusahaan untuk menjadi super app penantang di kawasan Asia Tenggara.

“Layanan Gojek di Thailand akan beroperasi hingga akhir Juli, sedangkan platform kami mulai beroperasi di Agustus. Kami pastikan tidak akan ada redundancy dari transisi kedua bisnis ini,” ujar Tony.

Sementara CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, aksinya melepas bisnis ride-hailing di Thailand merupakan langkah strategis untuk membentuk kembali bisnis regionalnya pasca merger dengan Tokopedia menjadi GoTo. Menurutnya, Gojek tidak mampu berkomitmen penuh dengan resource yang dimiliki di sana.

Kevin menilai divestasi bisnis di Thailand akan memungkinkan Gojek untuk memimpin pasar di Vietnam dan Singapura dengan meningkatkan porsi investasinya. Ia mengungkap pihaknya telah melakukan penjajakan kesepakatan ini sejak dua bulan lalu.

“Setelah menimbang dari pengembangan produk dan team yang kami miliki, kami memutuskan untuk memprioritaskan investasi di Vietnam dan Singapura jika melihat skala bisnis Gojek di kedua negara ini. Kami yakin bisa menemukan mitra yang tepat dengan resource yang kami miliki. Kami tetap berkomitmen penuh untuk menumbuhkan pasar Gojek di luar Indonesia,” jelasnya.

Pada kesepakatan yang diumumkan secara virtual ini, baik Tony dan Kevin menyinggung kemungkinan potensi kemitraan bersama selanjutnya di luar Thailand, tapi tidak merincikan detail.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Gojek Thailand (@gojekthailand)

Babak baru pertarungan “super app” di Asia Tenggara

Sebelumnya Tony sempat menyatakan niatnya bersaing dengan Gojek dan Grab di kawasan Asia Tenggara melalui AirAsia Digital atau super app ini.

Layanan digital AirAsia ini secar umum tersedia di Malaysia, terdiri dari pengantaran makanan, grocery, barang-barang dari petani (farm), dan beauty. Sebagai bentuk ekspansi, ketimbang membangun dari nol, AirAsia mencaplok bisnis existing Gojek yang dinilai sudah mapan di Thailand.

Di konteks bisnis internasional, GoTo terbilang cukup tertinggal ketimbang para pesaingnya. Tokopedia hanya beroperasi di Indonesia, sedangkan Gojek baru beroperasi di tiga negara regional, yakni Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Sebagai perbandingan, Grab sudah hadir di delapan negara dan Sea Group (induk Shopee) sudah beroperasi di enam negara Asia Tenggara. Sea Group bahkan beroperasi di Taiwan dan empat negara lain di Amerika Selatan.

Mengutip hasil riset Momentum Works, pangsa pasar Gojek di Thailand jauh tertinggal dari Grab di tahun 2020. GrabFood menguasai 50% pangsa food delivery di Thailand atau senilai $2,8 miliar, diikuti FoodPanda (23%), dan LINE MAN (20%). GoFood hanya meraup 7% pangsa pengiriman makanan di sana.

Pasar super app di Thailand juga tengah memasuki babak persaingan yang kuat dengan keterlibatan konglomerat lokal di bisnis ini. Raksasa retail Central Group menyuntik investasi $200 juta ke anak usaha Grab di Thailand pada 2019. Sementara konglomerat terbesar Thailand Charoen Pokphand Group masuk ke bisnis ini melalui anak usahanya di bidang telekomunikasi, TrueID.

Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi and Some VCs Participate in GoTrade’s Seed Funding

Last Friday (6/25) Singapore-based equity investment platform Gotrade announced a $7 million seed funding led by LocalGlobe. In this round, Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi participated as an angel investor.

Some local venture capitalists were involved, including Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, and Brama One Ventures. Also, a Surabaya-based venture capitalist who has invested in a number of startups, including Ayoconnect, Halodoc, NalaGenetics, and others.

Gotrade offers a seamless experience of trading from the United States stock exchange. Currently, this service has been accessible for users in Indonesia on a limited basis. Since its launch, until now, it’s still using the invitation model for new users.

The model requires potential users to first get an invitation from the previous user. It is due to the early stage of the application. Gotrade’s statistic have shown more than 100 thousand users 13 weeks since the application’s launch.

This startup was founded in 2019 by David Grant, Norman Wanto, and Rohit Mulani. They are currently participating in the Y Combinator accelerator program [YC being one of the initial investors].

One of the value propositions Gotrade offers is to break down geographic restrictions for investments, by not charging commissions and removing the minimum deposit size. Users from 150 countries can buy fractional shares in the Dow Jones, S&P 500, and NASDAQ starting at $1.

Investment platforms or wealthtech are getting quite popular in Indonesia, along with increasing young people (millennials and Gen Z) interest to start investing. Several local startups developing related services received lots of support from investors. For example, Ajaib just completed the series A funding round last March 2021 with a total value of 1.3 trillion Rupiah. It is after Sequoia’s announcement of IDR 938 billion additional funding in May 2021.

Apart from that, there are many other platforms offering investment services with various instruments. Those that also provide access to the US stock exchange are Pluang – limited to the S&P 500; they are also supported by Go-Ventures as investors and currently integrated in the Gojek service ecosystem.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kevin Aluwi dan Sejumlah VC Lokal Turut Terlibat dalam Pendanaan Awal Gotrade

Jumat (25/6) lalu platform investasi saham asal Singapura, Gotrade, mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $7 juta yang dipimpin oleh LocalGlobe. Di putaran tersebut, Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi turut serta menjadi angel investor.

Sejumlah pemodal ventura lokal juga terlibat di dalamnya, di antaranya Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Brama One Ventures. Yang terakhir adalah pemodal ventura berbasis di Surabaya yang telah berinvestasi di sejumlah startup, termasuk Ayoconnect, Halodoc, NalaGenetics, dan lain-lain.

Gotrade sendiri hadir menawarkan kemudahan untuk melakukan trading saham dari bursa Amerika Serikat. Saat ini layanan tersebut juga sudah bisa diakses oleh pengguna di Indonesia secara terbatas. Sejak diluncurkan, hingga saat ini, mereka masih menjalankan model undangan bagi pengguna barunya.

Model tersebut mengharuskan calon pengguna untuk terlebih dulu mendapatkan undangan dari pengguna sebelumnya. Hal ini dilakukan lantaran aplikasi memang masih di tahap awal. Statistik yang disampaikan Gotrade telah menggaet lebih dari 100 ribu pengguna sejak 13 minggu aplikasi diluncurkan.

Startup ini didirikan sejak tahun 2019 oleh David Grant, Norman Wanto, dan Rohit Mulani. Mereka juga tengah bergabung dalam program akselerator Y Combinator [YC menjadi salah satu investor tahap awalnya].

Salah satu proposisi nilai yang coba ditawarkan Gotrade, mereka meleburkan batasan geografis untuk investasi, dengan tidak memungut komisi dan menghapus ukuran setoran minimum. Pengguna dari 150 negara dapat membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari $1.

Platform investasi atau wealthtech memang cukup berkembang di Indonesia, seiring meningkatkan kemauan kalangan muda (milenial dan gen Z) untuk mulai berinvestasi sejak dini. Beberapa startup lokal yang mengembangkan layanan terkait juga mendapatkan dukungan yang cukup baik dari investor. Misalnya Ajaib, bulan Maret 2021 lalu mereka baru merampungkan putaran pendanaan seri A dengan total nilai mencapai 1,3 triliun Rupiah. Setelah Sequoia juga mengumumkan pendanaan lanjutan 938 miliar Rupiah pada Mei 2021.

Di luar itu, juga masih banyak platform lain yang tawarkan layanan investasi dengan berbagai instrumen. Adapun yang juga memberikan akses ke bursa saham AS adalah Pluang – baru terbatas S&P 500; mereka juga didukung Go-Ventures sebagai investor, saat ini juga terintegrasi di ekosistem layanan Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Gojek-Tokopedia Merger Officially Completes, Launching the New Entity “GoTo”

Gojek and Tokopedia officially merge to form a new entity “GoTo” today (17/5). GoTo combines e-commerce, on-demand and financial services into one ecosystem. The combination is said to spread around Indonesia, and the largest one between the two internet companies in Asia.

It was supported by the ranks of the two companies’ main investors. Those are Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, and the Warburg Pincus.

The GoTo Group ecosystem represents 2% of Indonesia’s total GDP and will increasingly serve 270 million Indonesian consumers and other developing countries in Southeast Asia. In the description, the GoTo Group has a total Gross Transaction Value (GTV) of more than $22 billion in 2020; more than 1.8 billion transactions in 2020; more than two million driver-partners registered as of December 2020; more than 11 million business partners as of December 2020; more than 100 million monthly active users.

In an official statement, Gojek’s Andre Soelistyo is to lead GoTo as the Group CEO, with Patrick Cao from Tokopedia as GoTo’s President. Next, Kevin Aluwi will remain as Gojek’s CEO and William Tanuwijaya as Tokopedia’s CEO.

Aside from his responsibilities at the group level, Andre will continue to lead the payments and financial services business called “GoTo Financials”. GoTo Financials includes GoPay services, as well as financial services and business solutions for business partners.

Ekosistem layanan GoTo

“Today is very historical as the GoTo Group is formed and it marks the growth phase for Gojek, Tokopedia and GoTo Financial. [..] The GoTo Group will also enable us to further encourage financial inclusion in Indonesia and Southeast Asia,” Andre Soelistyo said.

GoTo’s President, Patrick Cao added, “The GoTo Group business model is becoming more diverse, stable and sustainable. [..] We are excited to start the next chapter of our business history and will continue to innovate to drive more inclusive growth in every sector our technology involved.”

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, “[..] The GoTo Group will make it easy for all levels of society to gain access to high-quality products and services, anytime and anywhere. In order to achieve this goal, the journey is still quite long, but today is all about starting it all together.”

Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi said, “This is a combination of two companies that share the same principles, thoughts and work ethic. Delivering an agreement of the size and scale of a business such as Gojek and Tokopedia in a relatively short time and smooth move, can only be achieved because we share the same goal, which is to always provide the best experience for consumers supported by the fastest and largest mobility network of driver partners and our merchants.”

In this merger process, Goldman Sachs acted as Gojek’s financial advisor. Davis Polk & Wardwell LLP and Assegaf Hamzah & Partners joined as legal advisors to Gojek. Citi also involved as Tokopedia’s financial advisor. Allen & Overy LLP acted as Tokopedia’s legal advisor.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan Tokopedia Resmi Merger, Umumkan Entitas “GoTo”

Gojek dan Tokopedia meresmikan merger dengan membentuk entitas baru “GoTo” pada hari ini (17/5). GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem. Diklaim kombinasi tersebut tersebar di Indonesia, sekaligus terbesar antara dua perusahaan internet di Asia.

Kesepakatan ini didukung oleh jajaran investor utama kedua perusahaan. Mereka adalah Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus.

Ekosistem Grup GoTo mewakili 2% dari total PDB Indonesia dan akan semakin berkembang melayani 270 juta konsumen Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Bila dijabarkan Grup GoTo memiliki, total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari $22 miliar pada 2020; lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020; lebih dari dua juta mitra pengemudi yang terdaftar per Desember 2020; lebih dari 11 juta mitra usaha per Desember 2020; lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan.

Dalam keterangan resmi disampaikan, Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin GoTo sebagai CEO Group, dengan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai President GoTo. Berikutnya, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.

Selain tanggung jawab di tingkat grup, Andre akan terus memimpin bisnis pembayaran dan layanan keuangan yang dinamakan “GoTo Financials”. GoTo Financials mencakup layanan GoPay, serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.

Ekosistem layanan GoTo
Ekosistem layanan GoTo

“Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dengan dibentuknya Grup GoTo serta menandai fase pertumbuhan selanjutnya bagi Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial. [..] Hadirnya Grup GoTo juga akan memungkinkan kami untuk semakin mendorong inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Andre Soelistyo.

President GoTo Patrick Cao menambahkan, “Model bisnis Grup GoTo menjadi semakin beragam, stabil, dan berkelanjutan. [..] Kami sangat bersemangat untuk memulai babak berikutnya dari sejarah bisnis kami dan akan terus berinovasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif di setiap sektor yang tersentuh teknologi kami.”

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan, “[..] Grup GoTo akan memberikan kemudahan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh akses terhadap produk dan layanan berkualitas, kapan pun dan di mana pun. Perjalanan untuk mencapai tujuan kami masih panjang, tetapi hari ini adalah tentang dimulainya langkah bersama.”

Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, “Ini adalah kombinasi dari dua perusahaan yang memiliki prinsip, pemikiran dan etos kerja yang sama. Melahirkan kesepakatan dengan ukuran dan skala bisnis seperti Gojek dan Tokopedia dalam waktu yang relatif singkat dan lancar, hanya dapat tercapai karena kami sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selalu memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen didukung oleh jaringan mobilitas tercepat dan terbesar dari para mitra driver dan merchants kami.”

Untuk proses merger ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan Gojek. Davis Polk & Wardwell LLP dan Assegaf Hamzah & Partners bertindak sebagai penasihat hukum Gojek. Citi bertindak sebagai penasihat keuangan Tokopedia. Allen & Overy LLP bertindak sebagai penasihat hukum Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

In 2021, Gojek Singapore’s Focus Remains on Driver Acquisition

After officially launched in Singapore in late 2018, Gojek is said to experience significant growth in terms of drivers and users – although they avoid revealing the precise number. This year, the local decacorn  has some plans to be launched soon, with the same goal, to continue increasing the number of its driver-partners.

Gojek representatives revealed to DailySoial that Singapore has been a strategic market for Gojek. Of all the plans, one is to launch new transportation products to provide more benefits for users and drivers, including a convenient transportation platform for companies, as well as special features for ordering taxis and large vehicles.

In the future, Gojek intends to explore new potentials to launch relevant products and services to the Singapore market, both independently developed services and in partnerships with other startups.

Previously quoted from ChannelNewsAsia, Gojek’s Co-Founder & Co-CEO, Kevin Aluwi said Gojek has a goal of making a lasting impact in Singapore for the years to come and making “strategic investments” in developing the business this year.

Since its arrival in Singapore, Gojek has focused on ride-hailing services to provide new options to users. “We are also the first vehicle booking operator in the country to offer multi-purpose features for up to three destinations,” said a Gojek representative.

In Singapore, there are existing legacy players. The latest data from DBS Group Research, as of 2019 there are three key players in the Asia Pacific, including Grab (estimated number of active drivers: 2.8 million partners and trips: 2.4 billion times), Gojek (1 million partners/1,2 billion times), and Ola Cabs (1 million partners/1 billion times).

According to data from Google, Temasek Holdings, and Bain & Company, in 2020 there was a decline in GMV for ride-hailing services in Southeast Asia, from $13 billion in 2019 to $11 billion in 2020 due to social restrictions amid the pandemic. However, it is projected to grow beyond $42 billion by 2025. Indonesia was the highest contributor in 2020 valued at $5 billion, followed by Singapore at $2 billion.

By comparison, the global ride-hailing market value according to MarketsandMarkets reached $75.39 billion in 2020 and is expected to grow to $117.34 billion by 2021.

Gojek and digital talents

Before its operational launch, Gojek had already explored Singapore for its office base, especially to accommodate the data team. The office has been official since 2017.

Although based in Singapore, Gojek’s data science office supports all targeted markets in Southeast Asia. Its function is quite important to improve the efficiency and user experience on the Gojek platform, from improvements across automatic customer service, pricing algorithms, routing tools, and allocations.

To date, Gojek has made the office a data science hub because of the talent and existing technology infrastructure. Within three years, Gojek claimed the team had increased by over three times. Currently, the team has been developing some innovations, from data analytics, data science, machine learning, and others.

“We are expanding our Singapore-based technology talent, particularly in cybersecurity and data analytics, to support the growth of our business across the region. We will continue to promote Gojek’s dynamic values ​​and culture through various channels, including social media, as well as ecosystem players such as a university – to reach, train and recruit the best talent.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Tahun 2021, Gojek Singapura Masih Fokus Memperbanyak Mitra Pengemudi

Setelah resmi hadir di Singapura akhir tahun 2018 lalu, Gojek mengklaim telah mengalami pertumbuhan signifikan dari segi jumlah mitra dan pengguna — kendati tidak mau menyebutkan kisaran angka secara eksplisit. Tahun ini ada beberapa rencana yang akan dilancarkan decacorn lokal tersebut, dengan tujuan yang sama, yakni untuk terus menambah lebih banyak lagi jumlah mitra pengemudi mereka.

Kepada DailySocial, perwakilan Gojek mengungkapkan, Singapura selama ini telah menjadi pasar yang strategis bagi Gojek. Salah satu rencana yang akan dilakukan, mereka akan meluncurkan produk transportasi baru guna memberikan lebih banyak manfaat bagi pengguna dan pengemudi, termasuk platform transportasi yang nyaman untuk perusahaan, serta fitur khusus untuk memesan taksi dan kendaraan besar.

Ke depannya Gojek juga ingin menjelajahi lebih jauh potensi baru untuk meluncurkan produk dan layanan yang relevan untuk pasar Singapura, baik layanan yang dikembangkan secara mandiri maupun dalam bentuk kemitraan dengan startup lain.

Sebelumnya dikutip dari ChannelNewsAsia, Co-Founder & Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengungkapkan, Gojek memiliki tujuan untuk membuat dampak yang bertahan lama di Singapura untuk tahun-tahun mendatang, dan membuat “investasi strategis” dalam mengembangkan bisnis tahun ini.

Sejak awal peluncurannya di Singapura, Gojek fokus kepada layanan ride-hailing untuk memberikan opsi baru kepada pengguna. “Kami juga operator pemesanan kendaraan pertama di negara ini yang menawarkan fitur multi-tujuan hingga tiga tujuan,” imbuh perwakilan Gojek.

Di Singapura sendiri sudah ada beberapa pemain legasi. Data terbaru yang kami dapatkan dari DBS Group Research, per tahun 2019 ada tiga pemain kunci di Asia Pasifik yakni Grab (estimasi jumlah pengemudi aktif: 2,8 juta mitra dan perjalanan: 2,4 miliar kali), Gojek (1 juta mitra/1,2 miliar kali), dan Ola Cabs (1 juta mitra/1 miliar kali).

Kemudian menurut data dari Google, Temasek Holdings, dan Bain & Company, tahun 2020 sempat terjadi penurunan GMV untuk layanan ride-hailing di Asia Tenggara, dari $13 miliar di tahun 2019 menjadi $11 miliar di 2020 akibat adanya pembatasan sosial di tengah pandemi. Namun diproyeksikan tahun 2025 akan bertumbuh melampaui $42 miliar. Indonesia menjadi penyumbang nilai tertinggi di tahun 2020 dengan $5 miliar, disusul Singapura $2 miliar.

Sebagai perbandingan, nilai pasar ride-hailing secara worldwide menurut MarketsandMarkets mencapai $75,39 miliar di tahun 2020, dan diperkirakan akan tumbuh jadi $117,34 miliar di tahun 2021.

Gojek dan talenta digital

Sebelum resmi dijadikan sebagai pangsa pasar baru, Gojek sudah terlebih dulu menjajaki Singapura untuk basis kantor mereka, khususnya untuk mengakomodasi tim data. Kantor tersebut sudah diresmikan sejak tahun 2017.

Meskipun berbasis di Singapura, namun kantor data science Gojek mendukung semua pasar yang disasar di Asia Tenggara. Fungsinya pun menjadi penting dalam meningkatkan efisiensi dan pengalaman pengguna di platform Gojek, mulai dari mendorong peningkatan di seluruh layanan otomatis pelanggan, algoritma harga, alat perutean, dan alokasi.

Hingga saat ini kantor tersebut telah dimanfaatkan oleh Gojek sebagai data science hub karena talenta dan infrastruktur teknologi yang ada. Dalam waktu tiga tahun, Gojek mengklaim tim telah berkembang lebih dari tiga kali lipat jumlahnya. Saat ini terdapat beberapa bidang yang kemudian dikembangkan, mulai dari data analytics, data science, machine learning dan lainnya.

“Kami memperluas talenta teknologi kami yang berbasis di Singapura, terutama di bidang keamanan siber dan analitik data, untuk mendukung pertumbuhan bisnis kami di seluruh wilayah. Kami akan terus mengedepankan nilai dan budaya dinamis Gojek melalui berbagai kanal, termasuk media sosial, serta pemain ekosistem seperti universitas – untuk menjangkau, melatih, dan merekrut talenta terbaik.”

Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Gojek to Reshuffle Management for Financial Business Effectivity

Yesterday (18/11), Gojek announced the reshuffle of the C-level management structure to strengthen the company’s two main portfolios, namely services under Gojek and financial which will be effective as of January 2020.

Co-CEO Gojek will share the tasks. Kevin Aluwi will lead the Gojek service, while Andre Soelistyo will lead the digital and financial payment line. They both remain as Co-CEOs of Gojek Group. Changes only occur at the operational level of the company, so they do not have an impact on the organizational structure as a group.

“We will continue our role as Co-CEO of the Gojek Group, but each of us will have a more specific scope and responsibilities going forward,” said Kevin and Andre in an official statement.

Andre will lead three business units, digital payments (Gopay), financial services such as PayLater, and B2B and merchant solutions.

Both of them explained that in the development of two large business portfolios under the Gojek Group, namely services under the Gojek brand and digital & financial payment services, they have grown bigger. Each portfolio requires different skills and focus.

The management focus on strengthening these two portfolios was carried out due to the stronger corporate fundamentals this year. Total GTV on the Gojek group platform reached $12 billion, increased by 10% from the previous year. Meanwhile, GTV Gopay grew to exceed the total transaction value in the pre-pandemic period.

“Therefore, we must optimize our team to maximize the growth of each of these big businesses. [..] Now is the right time to look back at our business and ensure that Gojek can run optimally, therefore, it will be even more successful in the future. ”

Another line shifting of management is that Hans Patuwo will head the payments business, previously he served as COO of Gojek for nearly three years. Moreover, Ryu Suliawan will lead the B2B and merchant solutions. He previously held the position of Head of Merchants Gojek and also Founder of Midtrans, a payment gateway company that was acquired by Gojek in 2017.

Andre, Hans, and Ryu will develop payment lines next year, Gojek’s current financial business is led by Aldi Haryopratomo as CEO of Gopay who has served for three years. Aldi will step down next year, it was not clear about his next venture.

“Under Aldi’s leadership, Gopay has grown rapidly and has become an important part of the way Indonesians transact. Gojek will always be grateful for Aldi’s services and contributions [..] Aldi will continue to be a friend and advisor who is trusted and respected by everyone in the Gojek Group,” Andre added.

Aldi also said, “I am very grateful to be able to be a part of the development of Gopay and with the team that has helped build the company into what it is today. [..] I am confident that the company will continue to provide access to financial services for the people who need it most.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Rombak Manajemen Untuk Perkuat Bisnis Finansial

Kemarin (18/11), Gojek mengumumkan perubahan struktur manajemen C-level untuk perkuat dua portofolio utama perusahaan, yakni layanan di bawah Gojek dan finansial yang efektif berlaku per Januari 2020.

Co-CEO Gojek akan berbagi tugas. Kevin Aluwi akan memimpin layanan Gojek, sementara Andre Soelistyo pimpin lini pembayaran digital dan finansial. Mereka berdua tetap menjabat sebagai Co-CEO Gojek Group. Perubahan hanya terjadi di tataran operasional perusahaan, sehingga tidak berdampak terhadap struktur organisasi secara grup.

“Kami akan melanjutkan peran kami sebagai Co-CEO Gojek Group, namun masing-masing dari kami akan memiliki ruang lingkup dan tanggung jawab yang lebih spesifik ke depannya,” ujar Kevin dan Andre dalam pernyataan resmi.

Andre akan memimpin tiga unit usaha, yaitu pembayaran digital (Gopay), layanan jasa keuangan seperti PayLater, dan solusi B2B dan merchant.

Keduanya menjelaskan, dalam perkembangan dua portofolio bisnis besar di bawah Gojek Group, yaitu layanan di bawah brand Gojek dan layanan pembayaran digital & keuangan telah tumbuh semakin besar. Tiap portofolio membutuhkan keahlian dan fokus yang berbeda.

Penguatan fokus manajemen pada kedua portofolio ini dilakukan menyusul fundamental perusahaan yang semakin kuat pada tahun ini. Total GTV di dalam platform Gojek group mencapai $12 miliar naik 10% dari tahun sebelumnya. Sementara, GTV Gopay tumbuh melebihi total nilai transaksi di masa pra-pandemi.

“Oleh karena itu, kami harus mengoptimalkan tim kami untuk memaksimalkan pertumbuhan dari masing-masing bisnis besar tersebut. [..] Saat ini merupakan saat yang tepat untuk melihat kembali bisnis kami dan memastikan Gojek dapat berjalan semakin optimal agar semakin sukses lagi di masa depan.”

Jajaran manajemen lainnya yang ikut bergeser adalah Hans Patuwo akan mengepalai bisnis pembayaran, sebelumnya ia menjabat sebagai COO Gojek selama hampir tiga tahun. Kemudian, Ryu Suliawan akan memimpin lini untuk solusi B2B dan merchant. Ia sebelumnya memegang posisi sebagai Head of Merchants Gojek yang juga Founder Midtrans, perusahaan payment gateway yang diakuisisi Gojek pada 2017.

Andre, Hans, dan Ryu akan mengembangkan lini pembayaran pada tahun depan, saat ini bisnis keuangan Gojek dipimpin oleh Aldi Haryopratomo sebagai CEO Gopay yang sudah menjabat selama tiga tahun. Aldi akan mundur mulai tahun depan, tidak dijelaskan ke mana ia akan berlabuh.

“Di bawah kepemimpinan Aldi, Gopay telah berkembang pesat dan telah menjadi bagian penting dari cara masyarakat Indonesia bertransaksi. Gojek akan selalu berterima kasih atas jasa dan kontribusi Aldi [..] Aldi akan terus menjadi sahabat dan penasihat yang dipercaya dan dihormati semua orang di Gojek Group,” imbuh Andre.

Aldi menambahkan, “Saya sangat bersyukur dapat bisa menjadi bagian dari perkembangan Gopay dan bersama tim yang telah membantu membangun perusahaan menjadi seperti sekarang ini. [..] Saya yakin bahwa perusahaan akan terus memberikan akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang paling membutuhkan.”

Application Information Will Show Up Here

Bisnis Merchant Sokong Pertumbuhan Gojek Tahun 2020

Gojek mengungkapkan kenaikan total nilai transaksi di dalam platform grup Gojek, diukur dengan matriks Gross Transaction Value (GTV) bukukan peningkatan sebesar 10% atau senilai $12 miliar (hampir Rp170 triliun) pada tahun ini. Disebutkan juga, pengguna aktif bulanan Gojek mencapai 38 juta orang di seluruh Asia Tenggara dan memiliki 900 ribu merchant.

Memasuki satu dekade, Gojek juga sesumbar dengan pencapaian lainnya. GTV yang dihasilkan dari GoPay diklaim telah melampaui sebelum pandemi, meski tidak disertai dengan angka pendukung.

Dikatakan juga transaksi GoPay di ranah online naik 2,7 kali lipat pada Oktober 2020 dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya. Lalu, untuk transaksi PayLater naik 2,7 kali lipat, dan donasi yang disalurkan naik 2 kali lipat sejak awal tahun.

Adapun untuk GTV layanan grocery (GoMart dan GoShop) disebutkan tumbuh 500% pada 2020. Kenaikan ini selaras dengan perpindahan kebiasaan konsumen yang tadinya biasa berbelanja kebutuhan secara offline, beralih ke online akibat pandemi.

Gojek melakukan banyak pengembangan di produk strategis ini demi memenuhi kebutuhan pengguna dan membuka peluang lebih banyak pengusaha mikro mulai berjualan online. Salah satu inovasinya adalah otomatisasi yang berhasil meningkatkan efisiensi dan kualitas performa aplikasi, contohnya GoBiz self-serve onboarding dan CareTech ticket automation.

“Dalam tahun-tahun sebelumnya, GoMart dan GoShop pertumbuhannya enggak sebaik industri online lainnya. Tapi sekarang jadi banyak orang yang pilih opsi online sejak terjadi pandemi,” ujar Co-CEO Gojek Kevin Aluwi saat konferensi pers secara virtual, Kamis (12/11).

Layanan inti kemungkinan tidak tumbuh signifikan

Hal lainnya yang dipaparkan oleh Gojek adalah klaim empat layanan utamanya, yakni GoCar, GoRide, GoSend, dan GoFood, telah meraup laba operasional di luar biaya headquarter (HQ) atau dikenal dengan istilah contribution margin positive pada tahun ini.

Dalam penjelasan sederhana, contribution margin adalah saat Anda membuat produk atau memberikan layanan, lalu mengurangi biaya variabel pengiriman produk itu, dan pendapatan yang tersisa disebut margin kontribusi.

Yang menarik dari klaim Gojek ini adalah kalimat “di luar biaya HQ”, artinya Gojek tidak memasukkan rincian pengeluaran operasional rutin, seperti gaji karyawan, listrik, internet, dan sebagainya ke dalam komponen perhitungan untuk memperkuat klaimnya tersebut.

Diibaratkan, Gojek hanya menghitung laba yang didapat dari setiap transaksi yang terjadi di empat layanan tersebut. Lalu diputar kembali untuk pengembangan inovasi lainnya. Klaim seperti ini sah-sah saja.

Namun jika melihat data yang ada, bisnis ride-hailing memang belum bisa dikatakan pulih akibat Covid-19. Data terbaru dari e-Conomy SEA 2020 menunjukkan tren yang masih minus hingga Oktober 2020. Di Indonesia, dari survei yang dilakukan, sepanjang pandemi 48% responden mengurangi penggunaan layanan tersebut.

Data ride-hailing e-Conomy SEA 2020 / Google, Temasek, Bain & Company
Data ride-hailing e-Conomy SEA 2020 / Google, Temasek, Bain & Company

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menerangkan, contribution margin positive ini penting buat kinerja perusahaan karena setiap profit yang dihasilkan dari transaksi di dalam aplikasi Gojek dapat diputar untuk pengembangan inovasi berikutnya. Perusahaan pun tidak lagi harus bergantung pada investasi dari eksternal.

“Mulai tahun ini, inovasi yang kami lakukan bisa dibiayai dari internal cashflow, tidak lagi bergantung dari investasi eksternal. Dengan kondisi pandemi seperti ini begitu penting karena ini adalah kunci dari sustainability, ada keseimbangan bisnis,” terangnya.

Menurut dia, pencapaian ini sangat baik terlebih di tengah pandemi, sebab sejalan dengan fokusnya yang ingin memperkuat fundamentalnya sebagai perusahaan berkelanjutan.

Andre melanjutkan, pada tahun ini pihaknya juga berinvestasi pada infrastruktur dan integrasi platform Gojek secara global. Bentuk realisasinya adalah mengintegrasikan aplikasi Gojek secara global di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat brand di pasar internasional, sekaligus memberikan keleluasaan untuk mempercepat pengembangan layanan di negara-negara Gojek beroperasi.

“Dengan adanya satu app, semua teknologi yang kami buat di Indonesia bisa diotomatisasi ke negara-negara lain secara lebih cepat. Konsumen di ASEAN bisa merasakan layanan yang kami kembangkan,” tutup Andre.

Application Information Will Show Up Here