Kantongi Dana Tahap Awal, TransTRACK.ID Genjot Pengembangan Produk Manajemen Armada Logistik

Setelah resmi meluncur bulan April tahun 2019 lalu, penyedia layanan manajemen pengelolaan armada TransTRACK.ID berhasil menutup putaran pendanaan tahapan awal. Investor yang terlibat adalah Cocoon Capital, Accelerating Asia, dan PT Modal Ventura YCAB.

Secara keseluruhan mereka berhasil mengumpulkan investasi senilai SGD755 ribu (setara dengan $570 ribu atau 8 miliar Rupiah). Sebelumnya TransTRACK.ID juga merupakan salah satu peserta terpilihDSLaunchPad 2.0. Startup ini didirikan oleh dua founder, yakni Anggia Meisesari dan Aris Pujud.

“Dana segar tersebut akan digunakan untuk mendukung pengembangan produk dan pertumbuhan sales. Saat ini TransTRACK.ID juga sedang mencari kemitraan strategis dan relasi untuk putaran pendanaan berikutnya,” kata Anggia selaku CEO.

Selama pandemi perusahaan mencatat mengalami pertumbuhan revenue lebih dari 150% dibanding sebelumnya. Besarnya kebutuhan transportasi dan logistik saat pandemi, menjadikan beroperasi dengan potensi penuh untuk memasok produk dan layanan. Kondisi tersebut menjadi krusial untuk memantau penggunaan dan fungsi yang tepat dari armada, pengemudi, dan keselamatan.

“TransTRACK.ID hadir untuk membantu para pelanggan kami yang beroperasi di sektor logistik dan pendukungnya, sehingga mereka tidak perlu menghadapi berbagai masalah seperti pengiriman yang terlambat, pencurian, pengemudi yang buruk, biaya yang tidak efisien, dan sulitnya terintegrasi ke sistem lain,” lanjut Anggia.

Hingga saat ini pengguna sistem TransTRACK.ID sudah hampir 3000 unit. Perusahaan dapat melayani pelanggan di seluruh Indonesia, dengan service point sementara ini berada di seluruh pulau Jawa, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. TransTRACK.ID fokus pada model bisnis B2B dan B2B2C.

Untuk layanan pelacakan armada logistik, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang mencoba memberikan solusi. Di antaranya Lacak.io, Waresix, Logisly, Webtrace, dan lain-lain.

Keunggulan platform

Revenue stream mereka mayoritas berasal dari subscription fee (biaya berlangganan) untuk penggunaan Fleet Management System dan aplikasi pelengkap dan pendukung lainnya seperti Transportation Management System, Employee Tracking, Vehicle Maintenance dan Driver Management. Selain itu perusahaan juga mendapatkan revenue dari penjualan perangkat lunak (alat GPS dan sensor) serta proyek pengembangan.

TransTRACK.ID juga menyediakan kompensasi kecelakaan (tanpa biaya tambahan) bagi pelanggan yang kendaraannya terpasang alat, sebesar maksimal Rp50 juta per orang apabila terjadi kematian, cacat tetap, dan biaya pengobatan maksimal Rp5 juta per orang. Kompensasi ini berlaku untuk 1 pengemudi dan 1 penumpang, siapa pun identitasnya, yang saat itu berada dalam kendaraan yang mengalami kecelakaan.

“Platform kami sangat fleksibel dan dapat terintegrasi dengan lebih dari 1000 jenis alat GPS di pasaran, mudah untuk disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, mudah untuk diintegrasikan dengan sistem lain, multiple alert dan notifikasi baik itu melalui SMS, push notif di mobile apps, browser, dan windows, juga melalui email secara real time, multiple report, dan multiple user yang dapat diatur hak aksesnya,” kata Anggia.

Potensi platform telematika armada

Tercatat saat ini jumlah kendaraan darat di Indonesia mencapai lebih dari 150 juta unit, dan pasar logistik di Indonesia sangat besar. Diprediksi akan mencapai $300,3 miliar pada tahun 2024. Kebutuhan akan penggunaan telematika armada semakin meningkat.

Hal ini didasari adanya kebutuhan untuk melacak dan memonitor penggunaan kendaraan, pengemudi, dan keamanan keselamatan. Regulasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, telah mengeluarkan aturan melalui PP No. KP.2081/AJ.801/DRJD/2019 yang mensyaratkan penggunaan GPS kepada seluruh operator transportasi umum untuk memantau operasional dan peningkatan efisiensi.

Akan tetapi menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia, tingkat penggunaan GPS tracking pada angkutan umum di Indonesia masih kurang dari 10%, atau kurang dari 2% dari total jumlah kendaraan di Indonesia. Hal ini memperlihatkan potensi yang masih sangat besar untuk pertumbuhan layanan teknologi telematika armada di Indonesia, seperti layanan yang ditawarkan oleh platform TransTRACK.ID.

Application Information Will Show Up Here

Lazada Logistics Perkuat Komitmen di Indonesia, Turut Akomodasi Pengiriman dari Platform Lain

Lazada mengumumkan pembaruan nama untuk unit logistiknya menjadi “Lazada Logistics”, yang sebelumnya dikenal sebagai Lazada eLogistics (LEL) dan Lazada Express (LEX). LEL mengelola pemenuhan dan logistik dengan penyedia logistik pihak ketiga, sedangkan LEX menangani pengiriman paket ke pelanggan.

Rebranding ini mencerminkan perkembangan signifikan yang kami capai  selama bertahun-tahun dengan dukungan sumber daya manusia dan teknologi kami,” sambut CEO Lazada Group Chun Li.

Bersama ini, Lazada juga mengungkapkan keseriusannya untuk menggarap sektor logistik e-commerce di Indonesia. Hal ini didasari pada hasil riset yang mereka lakukan pada Q4/2020, 65% responden dari UMKM yang belum terdigitalisasi menyatakan logistik sebagai salah satu tantangan terbesar.

“Lazada Indonesia adalah pelopor logistik e-commerce sejak tahun 2015 dan sejak saat itu [..] Kami telah membantu membangun koneksi antara brand dan penjual dengan pelanggan di seluruh Indonesia selama enam tahun terakhir, dan akan terus  melanjutkan upaya ini di masa mendatang,” jelas Chief Logistics Officer Lazada Indonesia Philippe Auberger.

Kenalkan layanan multi kanal

Melalui rebranding ini, Lazada Logistics juga memperkenalkan layanan multi-channel logistics (MCL), yang menyediakan solusi pemenuhan stok tunggal untuk membantu e-commerce enabler dan brand. Mereka akan memenuhi dan mengirimkan semua pesanan, baik pesanan tersebut berasal dari transaksi di Lazada ataupun dari platform e-commerce lainnya.

Mekanismenya, Lazada akan menyimpan produk-produk e-commerce dari mitra dan merchant, sehingga penanganan dan pengiriman pesanan yang efisien melalui armada yang dimiliki, mitra logistik pihak ketiga, ataupun armada yang ditunjuk lainnya dapat dilakukan.

MCL diklaim memungkinkan penggunanya mengatur fleksibilitas dan ketangkasan dalam pengendalian inventaris, serta menghindarkan biaya tinggi untuk pemeliharaan infrastruktur gudang dan armada pengiriman.

Lazada Logistics telah mengoperasikan 400 fasilitas yang terdiri dari gudang, pusat penyortiran, dan hub. Gudang utama Lazada Indonesia berada di Cimanggis, Jawa Barat menempati area seluas 70 ribu meter persegi.

Bisnis logistik milik e-commerce

Tidak hanya Lazada yang akhirnya membangun infrastruktur logistiknya sendiri. JD.id misalnya, bersama dengan Gojek mereka mengembangkan perusahaan JX/J-Express (sebelumnya di bawah unit JD Logistic) yang fokus pada pengiriman antarkota. Saat ini mereka telah difasilitasi 6 infrastruktur warehouse dengan 250+ titik pengantaran.

Raksasa e-commerce lain juga turus berinvestasi untuk infrastruktur logistik, termasuk yang tengah dilakukan Tokopedia untuk membuat fulfillment center untuk mendukung misi mereka menjadi infrastructure as a services company.

Sementara Bukalapak yang kini fokus utamanya ke pemberdayaan merchant (O2O) punya pendekatan lain, lewat BukaSend mereka lebih bertindak sebagai agregator untuk membantu pelapak menemukan mitra logistik yang paling efisien dengan kebutuhannya.

Geliat startup logistik

Sektor logistik di Indonesia memang masih menyisakan banyak permasalahan dan belum sepenuhnya memenuhi [secara efektif] kebutuhan pengiriman yang dihasilkan industri e-commerce. Selain itu potensi kapitalisasi nilai yang dihasilkan juga sangat besar, sehingga para investor juga terus memperhatikan sektor ini.

Salah satunya disampaikan Managing Partner AC Ventures Adrian Li. Ia mengatakan, saat ini sektor logistik di Indonesia diperkirakan telah bernilai $275 miliar, tumbuh pada ~16% CAGR antara 2015-2020. Institusinya terlibat dalam pendanaan startup logistik Shipper dan Kargo — termasuk di jajaran investor awal.

“Pertumbuhan konsumsi, perdagangan, dan pengembangan infrastruktur akan mendorong inovasi logistik untuk menghadirkan solusi yang lebih efisien dan hemat biaya […] Kami memproyeksikan sektor ini akan menghasilkan gelombang unicorn berikutnya. Dan kami memiliki keyakinan kuat bahwa ruang ini akan menunjukkan pertumbuhan substansial dalam dekade berikutnya,” ujar Adrian.

Tren investasi startup logistik dalam 3 tahun terakhir / DailySocial.id

Investasi di startup logistik juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Juli 2021, artinya baru 7 bulan, nilai pendanaan yang dikucurkan investor meningkat hampir 2x lipat dibanding pendanaan sepanjang tahun 2020. Dari $182,9 juta menjadi $364 juta. Keyakinan investor masuk mendanai startup di late stage didasari traksi yang kuat di bisnis ini.

Application Information Will Show Up Here

Ambisi RaRa Delivery Optimalkan Pengiriman Instan Berbasis Data

Logistik last mile bisa dikatakan sebagai salah satu segmen di logistik yang memiliki banyak pemain baru beberapa tahun belakangan. Meski demikian, segmen ini masih memiliki pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, yakni mengatasi efisiensi. Hal inilah yang menjadi pendekatan RaRa Delivery untuk pengiriman instan (same day delivery).

Startup ini didirikan oleh Karan Bhardwaj pada 2019. Bhardwaj memiliki pengalaman bekerja untuk Unilever di bidang supply chain e-commerce di Asia Pasifik. Menurutnya, kepuasan konsumen terhadap hal-hal yang instan telah menjadi suatu norma di seluruh kategori.

Hal tersebut terjadi tak lain karena berubahnya kebiasaan belanja online masyarakat, sehingga pengiriman cepat menjadi kebutuhan dan bukan kemewahan. Sayangnya di Indonesia, untuk menikmati hal tersebut konsumen perlu membayar lebih mahal.

Dalam sebuah riset yang ia kutip, pasar pengiriman same-day diperkirakan akan tumbuh hingga 30% dengan total 4,5 juta paket per hari pada tahun 2023. Adapun, untuk biaya logistik di layanan pengiriman same-day diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp65 triliun pada tahun yang sama, naik dari Rp4,4 triliun di 2018.

Ketika membahas soal layanan e-commerce di negara besar dan padat penduduk, seperti Indonesia, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana membangun teknologi dan infrastruktur untuk memecahkan masalah pengiriman cepat dan terukur dengan biaya paling optimal.

Dalam hal ini ada peluang pasar yang signifikan untuk perusahaan pengiriman last-mile khususnya dalam infrastruktur pengiriman instan yang melayani banyak pedagang melalui satu interface yang mulus.

Dibandingkan pemain sejenis yang fokus pada pengiriman one-to-one untuk pengiriman instan, RaRa fokus pada model many-to-many agar dapat membuat pengiriman instan lebih terukur dengan biaya yang paling optimal. “Hal ini dapat kami raih dengan alat pengelompokan (batching) secara real time dan serangkaian produk yang komprehensif,” ujarnya kepada DailySocial.

Dijelaskan lebih jauh, pihaknya mengembangkan teknologi pengelompokan real time yang eksklusif untuk melakukan pengiriman ke banyak titik (many-to-many) dalam beberapa jam, sehingga biaya pengiriman dapat ditekan secara optimal. Pada saat yang bersamaan, para kurir dapat menghasilkan pendapatan yang lebih banyak dalam waktu dan jarak tempuh yang lebih sedikit.

Selain pengiriman instan, platform RaRa juga menawarkan keandalan dan kenyamanan pelanggan melalui pemberitahuan dan pembaruan status secara real time. Pelanggan dapat berbincang dengan CS, kurir, atau keduanya secara bersamaan dalam satu platform chat.

Di dalam sistem, RaRa menerima pesanan dari bisnis dan merchant melalui integrasi API, kemudian menghitung kapasitas, slot waktu, jarak, dan optimalisasi rule untuk mengelompokkan pesanan-pesanan dan memaksimalkan produktivitas untuk mengurangi biaya per pesanan tersebut. Pihaknya juga mampu menyediakan rekonsiliasi CoD secara real time.

Pemain sejenis RaRa yang fokus pada pengiriman instan adalah Grab, Gojek, Paxel, Lalamove, Anteraja, Deliveree, Ninja Xpress, SiCepat, hingga perusahaan logistik konvensional seperti JNE dan Tiki.

Mengacu laporan The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective yang dirilis MarkPlus Inc pada Oktober 2020, frekuensi jasa kurir meningkat pesat selama masa pandemi. Peningkatan ini dipicu oleh sejumlah faktor utama antara lain kegiatan belanja online, harga, dan waktu pengiriman.

Selain itu, layanan same day delivery diproyeksikan bakal meningkat lebih pesat penggunaannya pasca-pandemi (67,2%) dibandingkan layanan pengiriman regular (78,7%) meski porsinya masih lebih besar. Adapun riset ini diikuti oleh sebanyak 122 responden dari wilayah Jabodetabek (59,8%) dan non-Jabodetabek (40,2%).

Terima pendanaan seri A

Armada pengemudi RaRa Delivery / RaRa Delivery

Untuk meneruskan misinya tersebut, RaRa mendapat dukungan pendanaan tahap awal dari sejumlah investor sebesar $3,25 juta (hampir Rp47 miliar). Putaran tersebut dipimpin oleh Surge dari Sequoia Capital India dan East Ventures. Juga didukung oleh 500 Startups, Angel Central, GK Plug and Play, dan angel investor Royston Tay dan Yang Bin Kwok.

RaRa sebelumnya masuk sebagai bagian dari kohor kelima Surge, bersama 23 perusahaan lainnya.

Bhardwaj menjelaskan pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan penawaran produk, mengembangkan tim dari berbagai fungsi, dan memperluas jangkauan di Indonesia. Tidak disebutkan total armada RaRa yang beroperasi saat ini. ”Kami hadir di Jabodetabek saat ini dan akan meluncur ke beberapa kota lain sebelum akhir 2021.”

Bisnis RaRa selama setahun ini diklaim tumbuh 15 kali lipat. Para pengguna RaRa di antaranya adalah Sayurbox, Alodokter, Blibli, Kopi Kenangan, Merchant Grab, dan lainnya. Di Alodokter telah menjadi pelanggan utama yang menyediakan layanan pengiriman satu hingga tiga jam. Diklaim, RaRa mampu memberikan layanan pengiriman tiga jam hingga 20% lebih murah karena efisiensi teknologi pengelompokan cerdas (Smart Batching System).

Tak hanya perusahaan besar, perusahaan juga menyasar pelaku bisnis social commerce dan UMKM untuk memanfaatkan layanannya. “Kami sudah memiliki tim sales yang telah berhasil menarik UMKM dan social sellers. Mereka dapat melakukan pengelolaan order secara menyeluruh, pengelolaan pengantaran, rekonsiliasi dan penarikan kas, CS, analisa dan pelaporan dalam satu platform,” pungkasnya.

Perusahaan induk RaRa Delivery berada di Singapura, sementara pusat operasionalnya ada di Indonesia.

Alpha JWC Pimpin Investasi ke Venti, Paparkan Hipotesisnya di Teknologi Otonomos

Startup pengembang teknologi otonomos untuk logistik Venti Technologies memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $8 juta atau sekitar 115,9 miliar rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh dua VC terkemuka, yakni LDV Partners dan Alpha JWC Ventures.

Tak hanya itu, pihaknya juga mengumumkan bergabungnya Partner di LDV Partners Lake Dai dan Co-founder &General Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan ke dalam dewan direksi yang kini totalnya berjumlah lima orang.

Founder & CEO Venti Heidi Wyle mengatakan, pendanaan ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan sistem kendaraan otonomos logistik berbasis AI. Termasuk juga memperkuat kesepakatan dengan klien pelanggan baru dan lama. Salah satunya dengan Port of Singapore Authority (PSA) Corporation Limited yang saat ini mengelola sebanyak 60 pelabuhan.

“Melalui investasi ini, kami ingin meningkatkan skala operasi dan bisnis secara global, yang mana kami mengincar peluang pertumbuhan di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat,” ujar Wyle dalam keterangan resminya.

Berdiri di 2018, Venti Technologies mengembangkan teknologi otonomos untuk transportasi, pergudangan, hingga hub logistik. Saat ini, produk otonomos Venti telah digunakan di berbagai lintas sektor di Asia, mulai dari kawasan industri, logistik, residensial, kawasan wisata, hingga pasar logistik global.

Chandra Tjan mengatakan, Venti menjadi portofolio investasi pertama pada kendaraan otonomos di Alpha JWC Ventures. Pihaknya berkomitmen untuk terus menemukan founder hebat dalam membangun perusahaan. Maka itu, iya meyakini Venti akan menjadi game changer sekaligus yang pertama di Asia.

Founder, visi, produk, dan rekam jejak Venti sejauh ini sangat baik. Kami bersemangat bekerja sama dengan Venti untuk merevolusi industri kendaraan otonom dan mencapai kesuksesan di skala global,” ujar Chandra.

Hipotesis investasi

Investasi Alpha JWC ke Venti menandai langkah awal untuk masuk ke teknologi otonomos. Partner di Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengungkapkan, Venti menjadi satu dari sedikit pemain yang teknologinya digunakan secara komersial di Asia, serta yang pertama di Asia Tenggara.

Alasan lain yang mendorong Alpha JWC untuk berinvestasi adalah rekam jejak gemilang para founder Venti, yaitu Heidi Wyle yang dikenal sebagai pemimpin di industri teknologi dan AI serta Daniela Rus yang merupakan pionir teknologi otonomos dan AI di global.

Lebih lanjut, Eko menilai penggunaan kendaraan otonomos dinilai dapat memberikan nilai tambah bagi industri logistik, seperti menghemat biaya transportasi, meningkatkan penggunaan kendaraan, dan mendorong tingkat keselamatan bagi pengendara. Maka itu, kendaraan otonomos dianggap cocok dipasarkan ke industri yang biaya logistiknya tinggi.

“Apalagi, pasar mobility autonomous untuk industri logistik, supply chain, dan transportasi barang bergerak sangat menjanjikan dengan potensi nilai pasar sebesar $200 miliar di dunia,” paparnya dalam keterangan terpisah kepada DailySocial.

Ambil contoh Singapura yang memiliki regulasi ketat pada penggunaan alat berat. Kondisi ini membuat biaya tenaga kerja di sana sangat tinggi. Penggunaan kendaraan otonomos memungkinkan pelaku industri di Singapura untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja.

Venti bermitra dengan Port of Singapore Authority (PSA) Corporation Limited untuk menyediakan kendaraan pemindah otonomos (prime mover) untuk mengotomatisasi pengangkutan distribusi kontainer.

Eko mengungkap, saat ini Singapura menjadi pasar utama Venti di Asia Tenggara, dan juga Tiongkok. Namun, pihaknya tak menutup mata terhadap peluang dan kemungkinan ekspansi ke Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan biaya logistik tinggi, Indonesia turut diperhitungkan sebagai pasar potensial untuk barang bergerak.

Ekspansi ke Indonesia memungkinkan pelaku di logistik, pergudangan, dan industri terkait yang menggunakan alat berat untuk memperoleh manfaat signifikan dari penggunaan kendaraan otonom. “Kami percaya Indonesia akan menjadi pasar yang besar bagi Venti karena solusi teknologi mereka dapat diterapkan di banyak industri.”

Ukuran pasar mencapai $3,39 miliar

Di Asia Pasifik, ukuran pasar kendaraan otonomos di tahun 2020 diperkirakan telah mencapai $3,39 miliar dan akan bertumbuh (CAGR) 13% dari 2021 sampai 2028 nanti. Dalam laporan riset yang dipublikasi Grand View Research ini juga menyoroti tentang pemanfaatan mesin-mesin otonomos untuk menunjang bisnis logistik dan manufaktur. Dengan efektivitas fungsi pengangkutan yang dimiliki, penggunaan mesin otomatis dinilai dapat mengurangi biaya dan risiko kerusakan produk.

Strategi Penetrasi Bisnis Logistik LODI Melalui Perluasan Mitra

LODI, startup fulfillment dan last mile delivery, masih fokus pada perluasan lokasi pada tahun ketiga operasinya, agar lebih banyak konsumen dan penjual di seluruh Indonesia yang terlayani dan merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi digital. Startup ini sudah beroperasi di lima kota dengan berbagai mitra pergudangan, yakni Flexofast (Tangerang, Medan, Surabaya), Janio (Jakarta), dan Kalla Logistics (Makassar).

Dalam keterangan resmi, CEO LODI Yan Hendry Jauwena menjelaskan bahwa perusahaan menggandeng banyak mitra pemilik gudang dan perusahaan logistik agar dapat melayani banyak target konsumennya, yakni pengusaha UKM online dari berbagai segmen bisnis. Ekspansi ke Makassar, sambungnya, adalah informasi terbaru dari perusahaan yang ingin memfokuskan diri dalam memenuhi kebutuhan logistik di Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Salah satu dukungan Kalla Group lewat kemitraan ini adalah mengakomodasi moda transportasi truk untuk kebutuhan lintas pulau dalam waktu singkat oleh angkatan laut yang dimiliki Kalla Group. Tak hanya itu, Kalla Logistic menyediakan warehouse untuk kebutuhan fulfillment e-commerce dengan area seluas 2250 meter persegi yang akan digunakan LODI secara bertahap.

Menurut Yan, dukungan dari Kalla Group sangat besar untuk perusahaan dalam upayanya meningkatkan kualitas pelayanan di masa mendatang dan membantu melayani pertumbuhan digital ekonomi di Indonesia bagian timur dan Sulawesi.

“Keterlibatan Kalla Group dalam kemitraan ini meliputi sokongan transportasi serta logistik bagi LODI. Keterlibatan kedua belah pihak untuk saling bahu membahu menyokong satu sama lain mampu meningkatkan efisiensi, baik secara optimal maupun optimalisasi bisnis bagi semua pihak yang terlibat,” kata Yan.

Perkembangan bisnis LODI

LODI adalah startup yang mengadopsi konsep Cainiao, logistik raksasa dari Tiongkok. Selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, seperti memiliki gudang di berbagai lokasi dan armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset tersebut memiliki utilitas tinggi. Ketika gudang itu kosong, selalu ada overhead cost yang dibebankan. Sehingga para pemain fulfillment kurang mampu bersaing dengan era digital seperti sekarang ini. Konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan ekosistem logistik pendukung dianggap tepat untuk diadopsi di Indonesia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Yan menyampaikan berkat kemitraan dengan mitra fulfillment, kini perusahaan dapat menjangkau lebih banyak pemilik bisnis UKM yang datang dari segmen fesyen, peralatan rumah tangga, skin care, alat kesehatan, suplemen kesehatan, kebutuhan bayi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka berjualan melalui platform marketplace.

Seluruh produk UKM ini dititipkan ke gudang mitra LODI dan seluruh proses pengadaan hingga pengiriman ditangani langsung oleh LODI. Para UKM pun dapat memprioritaskan fokusnya ke pengembangan bisnis agar semakin berkembang. Tidak disebutkan lebih jauh pertumbuhan bisnis LODI selama pandemi.

Dia juga menuturkan kebutuhan akan solusi pengadaan dikala pandemi kini menjadi incaran para UKM online untuk membantu mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif, baik dari segi waktu and biaya. Sekaligus, untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi karena banyaknya pesanan yang masuk dari konsumen.

“Tentunya LODI mengimbangkan demand tersebut dengan man power preparation serta monitoring control yang menjadi SLA demi meningkatkan produktivitas.”

Yan tidak menjelaskan lebih jauh secara rinci bagaimana strategi perusahaan ke depannya. Ia hanya menyebut agar menjadi pemain dominan di Indonesia, perusahaan akan terus memperkuat inovasi produk dan operasional yang berfokus pada kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Dengan demikian, bisnis mereka dapat terus berkembang sehingga mereka dapat masuk ke era perdagangan yang akan datang (future commerce).

Terkait pendanaan, Yan hanya menyebut perusahaan terus membuka kesempatan untuk investor lain untuk bergabung dan mendukung perkembangan LODI. Terakhir, perusahaan memperoleh pendanaan tahap awal dengan identitas investor dan nominal yang dirahasiakan.

Sektor logistik mengalami kontraksi

Kendati sektor ini disorot menjanjikan di tengah laju pesat bisnis e-commerce di Indonesia, menurut data terbaru yang dirilis BPS terkait pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama 2021, sektor logistik (pergudangan dan jasa penunjang angkutan; pos dan kurir) mengalami kontraksi 13,71% yoy. Hal ini disebabkan adanya pembatasan mobilitas di tengah pandemi.

Laju pertumbuhan industri transportasi dan pergudangan 2021 / BPS

Halangan terkait pembatasan tersebut juga divalidasi oleh Parcelmonitor yang mencatat adanya peningkatan waktu transit rata-rata sebesar 26% selama periode pandemi. Operator logistik belum sepenuhnya mengatasi tantangan di tengah pandemi pada tahun 2020.

Rata-rata waktu transit logistik di awal pandemi / Parcelmonitor

Namun optimisme pasar menyambut era baru logistik tampaknya menjadi pendorong digitalisasi di sektor ini. Terbukti, sepanjang H1 2021, terdapat tiga startup logistik yang mendapatkan pendanaan. Meliputi SiCepat (seri B senilai $170 juta), Shipper (seri B senilai $63 juta), dan Andalin (seri A dengan nilai yang disembunyikan).

Lalamove Agendakan Ekspansi di Pulau Jawa, Bidik Penambahan Kurir 10 Kali Lipat

Platform layanan on-demand Lalamove membidik penambahan jumlah kurir hingga sepuluh kali lipat di 2022 untuk mendukung rencana ekspansinya ke kota-kota besar di Indonesia. Sebagai permulaan, Lalamove memperluas cakupan pengiriman instan ke Bandung Raya.

Menurut City Director Lalamove Indonesia Andi M. Rizki, Bandung dipilih sebagai kota ekspansi selanjutnya setelah Jabodetabek karena memiliki populasi dan potensi pertumbuhan UMKM yang besar. Untuk langkah awal, perusahaan mengoperasikan 5 ribu pengemudi di Bandung, baik untuk armada roda dua maupun roda empat.

“Bandung berperan penting sebagai langkah permulaan ekspansi kami. Kami ingin membantu pasar UMKM untuk mengembangkan pemasaran produk tanpa memikirkan pengiriman. Untuk itu, kami menargetkan dapat menjangkau kurang lebih sebesar 30% pasar UMKM yang ada di sana,” ujar Andi dalam keterangan resminya.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Andi menambahkan bahwa pihaknya akan melanjutkan ekspansi ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Salah satu fokus utama ekspansinya adalah wilayah yang memiliki potensi UMKM besar. Dalam jangka panjang, perusahaan menargetkan layanan pengiriman on-demand Lalamove dapat tersedia di seluruh kota di Indonesia.

“Kami terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan para pengguna kami dengan variasi armada dan kecepatan pengiriman. Untuk mengakomodasi rencana ini, kami akan menambah [jumlah kurir] hingga sepuluh kali lipat menjelang 2022,” ujarnya kepada DailySocial.

Sekadar informasi, Lalamove merupakan startup logistik asal Hong Kong yang melayani one stop solution untuk pengiriman instan on-demand dengan berbagai pilihan armada, mulai dari motor, mobil MPV, hingga mobil pick up. Berdasarkan data Crunchbase, Lalamove telah mengantongi gelar unicorn dengan valuasi sebesar $2,5 miliar.

Lalamove beroperasi di lebih dari 20 kota di seluruh Asia, Amerika Latin, dan Amerika Serikat dengan total pengguna dan pengemudi masing-masing mencapai 7 juta dan 700 ribu kurir.

Di Indonesia, Lalamove baru beroperasi sejak 2018 dan kini telah memiliki 80 ribu pengemudi, 5 ribu mitra bisnis, dan mengantongi 400 ribu pesanan pengiriman setiap bulannya. Kategori bisnisnya beragam mulai dari F&B, wholesale, hingga moving service.

Tak hanya segmen individual, Lalamove juga menyediakan pengiriman instan ke segmen B2B yang menurutnya memberikan kontribusi sedikit lebih besar ke bisnisnya di Indonesia.

Untuk memperkuat layanannya, Lalamove menawarkan fitur multiple stop atau pengiriman ke beberapa tujuan langsung (maksimal 19 alamat) dalam satu transaksi. Selain itu, pengguna juga dapat melakukan penjadwalan pengiriman hingga 30 hari sebelumnya.

Di Indonesia sendiri, Lalamove bersaing ketat dengan berbagai platform logistik on-demand. Dimulai dari superapp seperti Gojek dan Grab, hingga pemain lain seperti Anteraja dan Paxel.

Perkuat posisi di pasar logistik on-demand

Lebih lanjut, Lalamove menyebutkan bahwa rencana ekspansi ini juga sejalan dengan meningkatnya tren pengiriman barang secara instan, terutama di situasi pandemi Covid-19. Perusahaan mencatat transaksi pengirimannya naik hingga sepuluh kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.

Menurut Andi, pandemi tak hanya mengubah perilaku berbelanja masyarakat yang mulai beralih ke online, tetapi juga membuat ekspektasi terhadap kecepatan pengiriman semakin besar.

Ekspansi ini juga menjadi strategi Lalamove untuk memperkuat posisinya di pasar pengiriman instan. Artinya, perusahaan ingin mendorong penggunaan layanannya tak hanya untuk pengiriman belanja online, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari belanja sayur, obat, hingga kebutuhan holistik untuk ekosistem delivery berskala besar.

“Dengan penambahan armada, kami optimistis melakukan ekspansi. Kami melihat tren permintaan industri logistik meningkat tajam di 2020 dan kami prediksi momentum ini terus berlanjut,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi Wetruck Usai Kantongi Pendanaan Awal

Tahun ini ada sejumlah target yang ingin dicapai oleh Wetruck sebagai platform logistik yang menyediakan armada truk berbagai tipe untuk UMKM dan pengguna B2B. Di antaranya adalah melakukan ekspansi di Indonesia bagian barat hingga akhir tahun 2021. Dilanjutkan ke Indonesia bagian timur pada awal tahun 2022 mendatang.

Setelah menerima pendanaan pre-seed tahun ini, di harapkan rencana ekspansi tersebut bisa berjalan lancar. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima Wetruck, namun dana segar tersebut diberikan oleh beberapa angel investor.

“Wetruck akan ekspansi ke beberapa wilayah di Indonesia bagian barat dengan pengembangan teknologi terkini. Dan kami akan melakukan penggalangan dana kembali untuk tahap selanjutnya,” kata Co-Founder Wetruck Hilman Kamil kepada DailySocial.

Telah hadir sejak tahun 2017, Wetruck menyediakan kebutuhan logistik pasar dengan pilihan harga yang terjangkau dan transparan. Melalui dashboard terpadu, klien dengan mudah bisa mengakses berbagai layanan pengiriman didukung dengan pembayaran yang fleksibel. Hingga saat ini Wetruck telah memiliki ekosistem 2500 mitra kurir dan 1500 truk di area Jabodetabek.

Mengedepankan konsep blockchain delivery

Terkait dengan model bisnis dan strategi monetisasi yang diterapkan, Wetruck yang mengklaim sebagai platform delivery berbasis komunitas pertama di Indonesia, mengedepankan kolaborasi dengan pemilik truk dan pemilik properti untuk mendukung seluruh industri di Indonesia dengan layanan pengiriman yang menggunakan sebagian ruang di dalam truk.

Disinggung apa yang membedakan Wetruck dengan platform logistik lainnya, Hilman menegaskan, layanannya mengedepankan konsep blockchain delivery untuk dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Konsep blockchain delivery sendiri yang diterapkan oleh Wetruck adalah, konsep mempersatukan ekosistem logistik sehingga siapapun bisa menjadi delivery man atau logistics man.

Meskipun di awal tahun 2020 sempat mengalami kendala karena aturan PSBB saat pandemi, namun jelang akhir kuartal pertama 2020, mulai banyak startup logistik yang kembali pulih kondisinya bahkan menerima banyak pendanaan. Wetruck mencatat pandemi menjadi momen yang tepat bagi mereka untuk menawarkan layanan secara menyeluruh kepada target pengguna.

“Pandemi mempengaruhi kinerja e-commerce yang Wetruck support meningkat drastis. Hingga kini kami telah melayani sekitar puluhan klien B2B, bekerja sama dengan portofolio dan telah mengirim sekitar 2 juta paket, dengan 15 ribu pengiriman, dan $15 juta item value,” kata Hilman.

Dalam artikel DailySocial sebelumnya tercatat, di Indonesia pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UMKM di Indonesia.

Diharapkan layanan logistik saat ini, bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menghadirkan layanan yang mendukung pertumbuhan UMKM dan layanan e-commerce di Indonesia.

Kuatkan Teknologi Logistik, Telefast Berinvestasi ke Platform SaaS “Clodeo”

Telefast (IDX: TFAS), yang merupakan anak usaha dari M Cash (IDX: MCAS), mengumumkan investasinya terhadap Clodeo. Yakni sebuah pengembang SaaS yang membantu pebisnis online melakukan tata kelola, mulai dari pemesanan hingga logistik. Tidak disebutkan nominal investasi yang digelontorkan, hanya saja diinformasikan TFAS mengakuisisi 15% saham Clodeo.

Melalui investasi ini, TFAS berencana untuk meningkatkan performa teknologi logistiknya dengan melakukan integrasi sistem Clodeo.

Presiden Direktur Telefast Jody Hedrian berujar, “Dengan investasi ini, kami berharap mendapatkan konektivitas dan jangkauan layanan yang lebih bersinergi untuk platform teknologi logistik grup kami. Selain itu, kerja sama dengan Clodeo akan menambahkan arah untuk TFAS dalam memunculkan inisiatif-inisiatif baru, terlebih dalam development kerja sama dengan third party logistic (3PL) di dalam platform kami.”

Berbentuk perangkat lunak berbasis cloud, Clodeo menghadirkan serangkaian fitur meliputi sistem pengelolaan pesanan, pengiriman, persediaan, integrasi dengan marketplace/webstore, dan dasbor pelaporan. Di dalamnya termasuk layanan point of sales, pengelolaan COD, hingga cek resi/ongkir. Dari berbagai fitur yang disuguhkan, opsi terkait pengelolaan logistik memang jauh lebih dominan di sini.

Disuguhkan untuk UMKM, varian layanan Clodeo dapat dilanggan mulai dari paket gratis hingga 199 ribu Rupiah per bulan.

“Kami berharap dengan teknologi yang kami miliki ini dapat berintegrasi dengan baik bersama platform yang dimiliki oleh TFAS dan menyediakan peningkatan performa terhadap layanan-layanan yang ditawarkan […] Clodeo akan tetap mempertahankan akar bisnis bersamaan bekerja sama dengan TFAS,” kata Founder & CEO Clodeo Reynaldi Oeoen.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak startup lain yang memberikan layanan logistik untuk pebisnis online dengan bentuk yang unik. Misalnya Shipper yang hadir sebagai platform agregator layanan logistik untuk UKM, ada juga yang fokus dalam pengelolaan armada seperti Logisly, Webtrace, dan Lacak.io. Beberapa pemain juga menyuguhkan fitur serupa yang dibungkus secara end-to-end dalam layanan omni-channel.

Di TFAS, bisnis logistik bernaung dalam unit Logitek Digital Nusantara (LDN). Belum lama ini unit tersebut baru mendapatkan suntikan dana dari Onstar Express Pte. Ltd., atau dikenal sebagai induk perusahaan logistik SiCepat Ekspres. LDN sejauh ini memang banyak membantu mengembangkan sub-unit layanan SiCepat, seperti aplikasi pelanggan berbasis WhatsApp bernama SiCepat Klik dan layanan titik pengantaran SiCepat Point.

Bisnis logistik memang tengah menjadi sorotan, sepanjang Q1 2021 saja beberapa startup logistik telah bukukan pendanaan. Dimulai dari putaran seri A Andalin oleh BRI Ventures, pendanaan seri B SiCepat yang bukukan 2,4 triliun Rupiah, dan Shipper merampungkan pendanaan seri B senilai 923 miliar Rupiah. Semua fokusnya sama, memaksimalkan momentum pertumbuhan di tengah bisnis yang terakselerasi kencang akibat perubahan tren konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Shipper Announces Series B Funding Worth 923 Billion Rupiah

Shipper Logistics aggregator startup announced series B funding worth $63 million or equivalent to 923 billion Rupiah. This round was led by DST Global Partners and Sequoia Capital India with the participation of previous investors, including Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures and Y Combinator. Previously, the Y Combinator W19 graduate secured series A funding in mid-2020 and was led by Proses Ventures.

Fresh funds will be focused on developing technology and massively expanding its logistics network, serving MSMEs throughout Indonesia. Shipper Services provides fulfillment and delivery services through a network of fulfillment centers, delivery partners, and digitally managed retail points. According to the statistics, the company currently serves thousands of e-commerce businesses that distribute millions of products every day.

“The funding will significantly help Shipper increase its technological and operational capacity, while continuing to expand the company’s service network. We are proud of the achievements of our customers who use our services, and we are excited to continue to achieve success with our customers and logistics partners,” Shipper’s Co-Founder & CEO, Phil Opamuratawongse said.

The pandemic that has driven an increase in delivery packages volume purchased online, which has topped up Shipper’s transaction value. Several strategic efforts over the past year, including partnering with Dana to present logistics solutions in the digital payment application. To expand its business model, Shipper also acquired two logistics startups Porter and Pakde.

“We started Shipper four years ago, starting from personal experience when we observed difficulties in packaging and shipping as online merchants. In building Shipper, we always used an approach from MSME players perspective as it is our identity. We are very happy to be able to contribute and strengthen the MSME segment as well as to help strengthen the national logistics ecosystem,” Shipper’s Co-Founder & COO, Budi Handoko added.

Based on the 2020 Startup Report, there were 8 funding transactions involving logistics startups. The large market demand encourages various related businesses to rapidly accelerate and expand. Apart from Shipper, logistic startup Andalin has secured series A funding from BRI Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shipper Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 923 Miliar Rupiah

Startup agregator logistik Shipper mengumumkan telah menerima pendanaan seri B senilai $63 juta atau setara 923 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh DST Global Partners dan Sequoia Capital India dengan partisipasi investor sebelumnya, meliputi Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures, dan Y Combinator. Sebelumnya jebolan Y Combinator W19 ini telah membukukan pendanaan seri A pada pertengahan 2020 lalu dipimpin Proses Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk pengembangan teknologi dan memperluas jaringan logistiknya secara masif, melayani UMKM di seluruh Indonesia. Layanan Shipper menyediakan jasa pemenuhan dan pengiriman melalui jaringan fulfillment center, mitra pengiriman, dan titik ritel yang dikelola secara digital. Statistik yang disampaikan, saat ini perusahaan melayani ribuan bisnis e-commerce yang mendistribusikan jutaan produk setiap harinya.

“Pendanaan yang kami dapatkan akan sangat membantu Shipper dalam meningkatkan kapasitas teknologi dan operasional, seraya terus memperluas jaringan layanan perusahaan. Kami bangga terhadap pencapaian para pelanggan yang menggunakan jasa kami, dan kami sangat antusias untuk terus meraih kesuksesan bersama pelanggan dan mitra logistik kami,” ungkap Co-Founder & CEO Shipper Phil Opamuratawongse.

Pandemi yang terjadi juga mendorong peningkatan volume pengiriman paket yang dibeli online, menjadikan nilai transaksi di Shipper turut terdongkrak naik. Beberapa upaya strategis juga dilakukan sepanjang tahun lalu, termasuk bermitra dengan Dana menghadirkan solusi logistik di aplikasi pembayaran digital tersebut. Untuk memperluas model bisnisnya, Shipper juga melakukan akuisisi dua startup logistik Porter dan Pakde.

“Kami memulai Shipper empat tahun lalu berangkat dari pengalaman pribadi saat melihat banyaknya kesulitan dalam melakukan pengemasan dan pengiriman paket sebagai pedagang online. Dalam membangun Shipper, kami selalu menggunakan pendekatan dari sudut pandang pelaku UMKM karena itu adalah jati diri kami. Kami sangat senang untuk dapat berkontribusi dan memperkuat segmen UMKM sekaligus untuk ikut mendorong penguatan ekosistem logistik nasional,” imbuh Co-Founder & COO Shipper Budi Handoko.

Berdasarkan Startup Report 2020, tahun lalu ada 8 transaksi pendanaan yang melibatkan startup logistik. Besarnya permintaan pasar mendorong berbagai bisnis terkait untuk mengakselerasi dan melakukan ekspansi secara lebih cepat. Tahun ini, selain Shipper startup logistik Andalin juga membukukan pendanaan seri A dari BRI Ventures.

Application Information Will Show Up Here