Komisaris Utama GoTo Jadi Investor AnterAja, Kuasai 10% Saham

Konglomerat Garibaldi “Boy” Thohir menambah portofolio investasi. Yang teranyar, Boy masuk menjadi investor di perusahaan logistik AnterAja. Boy Thohir sendiri adalah Komisaris Utama GoTo bersama Wishutama Kusubandio.

Menurut keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, PT Tri Adi Bersama (AnterAja), anak usaha PT Adi Sarana Armada (ASSA) menerbitkan saham baru sejumlah 490.413 saham atau setara Rp70,55 miliar. Seluruh saham tersebut dibeli oleh pihak ketiga, yakni Boy Thohir.

“Seluruh pemegang saham TAB yang sudah ada sebelumnya, akan mengesampingkan hak pre-emptive yang dimiliki untuk mengambil bagian saham atas penerbitan saham baru tersebut,” tulis manajemen ASSA, Rabu (13/4).

Dengan dilakukannya transaksi tersebut, maka kepemilikan saham ASSA dan pemegang saham lainnya terdilusi.

Sebelum transaksi, struktur pemegang saham AnterAja adalah ASSA sebanyak 55%, PT Roda Bangun Selaras 25%, dan Time Prestige Investments Limited 20%. Setelah transaksi, kepemilikan saham menjadi ASSA 49,5%, PT Roda Bangun Selaras 22,5%, Time Prestige Investments Limited 18%, dan Garibaldi Thohir 10%.

Direksi ASSA menegaskan meskipun kepemilikan ASSA terdilusi, pihaknya tetap menjadi pengendali di TAB. “ASSA tetap menjadi pengendali di TAB karena ASSA merupakan pemegang saham terbesar di TAB.”

Sebagai catatan, Tokopedia melalui PT Semangat Bambu Runcing (SBR) awalnya pemegang saham awal di AnterAja sebesar 25%. Namun pada awal tahun lalu, dialihkan ke PT Roda Bangun Selaras (RBS). Adapun SBR ini merupakan afiliasi dari GOTO. Dalam prospektus GOTO, disampaikan bahwa SBR melakukan sejumlah investasi, salah satunya ke PT Wahana Teknologi Indonesia (WTI).

Kemudian, WTI juga melakukan berbagai investasi, salah satunya ke Roda Bambu Runcing (RBS). Selain AnterAja, RBS juga turut berinvestasi ke PT Adi Sarana Logistik (Titipaja) dengan kepemilikan 40% saham.

Kinerja AnterAja

AnterAja merupakan salah satu lini bisnis di ASSA yang memberikan kontribusi bisnis yang cukup signifikan. Dalam laporan keuangan ASSA pada tahun lalu, mencatatkan pendapatan Rp5,1 triliun naik 68% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp3 triliun.

Kenaikan tersebut didorong oleh pertumbuhan signifikan dari bisnis delivery express AnterAja yang berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan 248% dan telah memberikan kontribusi laba untuk ASSA. Kenaikan pertumbuhan ini membuat AnterAja berkontribusi terhadap 54% atau senilai Rp2,8 triliun dari total pendapatan ASSA.

“Sejak awal berdiri, tren pendapatan ASSA selalu didominasi oleh bisnis rental yang diikuti oleh penjualan kendaraan bekas hingga kuartal I-2021. Kemudian, sejak kuartal II-2021, pendapatan dari lini bisnis logistik yang terdiri dari ASSA Jasa Logistik dan Anteraja berhasil meningkat melebihi kontribusi pendapatan dari lini bisnis yang lain,” ungkap Presiden Direktur ASSA Prodjo Sunarjanto sebagaimana dilansir dari Investor.id.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Borzo Perkuat Layanan Pengiriman Instan di Indonesia

Persaingan industri logistik last-mile di Indonesia begitu ketat, terlihat dari melimpahnya para pemain yang bermain di segmen ini. Sebut saja ada JNE, Tiki, SiCepat, J&T, Ninja Express, AnterAja, GoSend, GrabExpress, Pos Indonesia, pemain e-commerce juga memiliki armada last-mile sendiri, seperti Blibli, Lazada, Zalora, dan Shopee, dan masih banyak lagi. MrSpeedy termasuk ke dalam bagian ini.

Startup yang beroperasi di Indonesia sejak September 2017 ini, kini resmi rebranding menjadi “Borzo Indonesia” setelah perusahaan induknya Dostavista mengantongi pendanaan seri C senilai $35 juta pada Agustus 2021. Borzo menjadi merek tunggal yang digunakan untuk menyeragamkan bisnis induk yang tersebar di 10 negara.

Sebelumnya, perusahaan tersebut menggunakan merek yang berbeda di masing-masing negara, misalnya, Dostavista (Mexico dan Rusia), Click Entregas (Brazil), WeFast (India), Quickers (Korea Selatan), dan Tanzhida (Tiongkok).

Saat dihubungi DailySocial.id, Country Manager Borzo Indonesia Devi Siska menuturkan dengan perubahan merek dagang baru, memberi amunisi baru bagi perusahaan untuk memperkuat fokusnya di pengiriman same day ke lebih banyak kota dengan estimasi pengiriman empat jam. “Sebelumnya, Borzo bergerak di instant delivery yaitu satu jam sampai [tujuan]. Selebihnya, setelah rebranding tidak terlalu banyak yang berubah, hanya segi nama saja yang dibuat lebih global,” tutur dia.

Target pengguna Borzo adalah pemilik bisnis baik itu skala individu, UMKM, dan social commerce yang membutuhkan pengiriman dengan harga mulai dari Rp8 ribu untuk pengiriman instan di 4 km pertama di Jabodetabek dan Rp6 ribu untuk pengiriman same day. Perusahaan juga terhubung secara API dengan Shopify, WooCommerce, dan Openchart.

Cakupan areanya tersebar di lebih dari 45 kota, tidak hanya di kota utama, tapi juga sudah merambah ke kota lapis dua dan tiga di sekitar Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan-Sulawesi.

“Perluasan layanan Borzo di Pulau Jawa sangat pesat karena hampir semua kota-kota besar sudah ter-cover layanan Borzo. Bali dan Madura pada pertengahan tahun ini sudah dibuka dan mengalami perkembangan yang bagus. Sumatera menjadi pulau kedua yang memiliki persebaran terbesar Borzo. Di pulau sekitar Sumatera, juga menjadi target pengiriman Borzo, seperti Batam dan Pekanbaru.”

Devi melanjutkan, pada tahun depan perusahaan akan lebih gencar masuk ke lebih dari 40 kota baru agar semakin banyak pemilik usaha yang dapat menggunakan solusi pengiriman instan dan same day.

Sayangnya dia enggan memaparkan lebih lanjut terkait pertumbuhan bisnis secara keseluruhan perusahaan, termasuk jumlah armada yang kini telah bergabung dengan Borzo. Hanya dijelaskan, bahwa armada aktif Borzo yang terus mengambil pesanan konsumen berada di kisaran 10 ribu kurir. Perusahaan sendiri mengandalkan armada roda dua dan roda empat dalam mengirim pesanan ke konsumen, dan beroperasi 24 jam dalam seminggu.

Sebagai perusahaan teknologi, diklaim Borzo menyediakan aplikasi untuk pengguna bisnis yang sudah ditenagai dengan algoritma pemilihan kurir dengan rating tertinggi, dan terdekat dari posisi konsumen, sehingga durasi pengiriman akan jauh lebih cepat. “Nilai yang kami tawarkan dengan harga yang kompetitif dan bisa dengan integrasi API untuk proses pengiriman yang lebih mudah.”

Pemesanan layanan Borzo sejauh ini tersedia dengan tiga metode, melalui situs, aplikasi, dan langsung menghubungi customer service. Konsumen juga dapat memilih jadwal pengiriman sesuai kebutuhan dan ke berbagai alamat dalam sekali pemesanan untuk menghemat ongkos kirim. Setelah kurir mengambil pesanan, konsumen juga dapat melacak proses pengiriman melalui situs dan aplikasi. Pun begitu pesanan terkirim, akan ada notifikasi SMS yang otomatis dikirimkan.

Dalam perluasan layanan pengiriman instan, baru-baru ini perusahaan merilis fitur Buyout yang memungkinkan konsumen untuk membeli barang dengan jasa kirim instan di Borzo. Mekanismenya, kurir akan membelikan di toko/mal/warung barang sesuai dengan alamat, nama barang, dan harga yang dicantumkan di pesanan.

Maksimal pesanan untuk memanfaatkan fitur ini adalah Rp300 ribu, harga yang dibayarkan sesuai dengan struk pembelanjaan, dan pembayaran dilakukan dalam bentuk tunai (untuk barang yang dibeli), sementara untuk ongkos kirim dengan pembayaran top up. Layanan ini bisa diakses melalui aplikasi dan situs.

Demand pengiriman dari service Buyout terus meningkat, terutama di region selain Jabodetabek yang memerlukan dana talangan terlebih dulu dari kurir untuk membeli kebutuhan pengguna Borzo.”

Tantangan di logistik last-mile

Meski pemain last-mile di Indonesia terkesan sudah sesak, namun sejatinya segmen ini masih memiliki pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan karena ini merupakan satu indikator penting dalam memastikan loyalitas pelanggan. Dalam sebuah riset disebutkan, sebanyak 56% pembeli tidak akan membeli dari suatu merek lagi jika mereka tidak puas dengan layanan pengiriman.

Beberapa permasalahannya adalah tingginya biaya pengiriman, disebutkan pengiriman last-mile itu menyumbang lebih dari 53% dari total biaya pengiriman. Selain itu, last mile delivery juga memakan biaya hingga 41% dari total biaya supply chain. Belum lagi, jika dikenakan dengan biaya tak terduga seperti biaya untuk pengembalian barang (return shipping) atau keterlambatan pengiriman barang karena salah alamat dan barang rusak.

Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya infrastruktur untuk mengirimkan produk tepat waktu; penentuan rute yang tidak efisien; visibilitas yang kurang transparan; status gagal dan keterlambatan pengiriman; dan, kejadian tak terduga.

Oleh karenanya, dibutuhkan solusi-solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut, yakni optimasi rute; pelacakan barang dan kurir secara real-time; alokasi kiriman secara otomatis ke kendaraan yang tepat; dan bukti pengiriman secara digital.

Kesempatan tersebut menjadi ranah yang digarap para pemain startup logistik yang fokus menyediakan solusi SaaS berbentuk integrasi API, tidak hanya untuk last mile tapi juga mencakup first mile. Beberapa pemainnya, ada MileApp, Kargo, Luwjistik, Waresix, McEasy, dan masih banyak lagi.

Deliveree Rilis Layanan “Muat Sebagian”, Andalkan Algoritma untuk Optimasi

Startup marketplace logistik Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Senior Supply Associate Deliveree Indonesia Denaldy Nataniel mengatakan, sejak kehadiran Deliveree Indonesia di 2015, selama ini mengandalkan satu solusi utama Satu Kendaraan (Full Truckload/FTL). Solusi ini memiliki limitasi bahwa pebisnis harus membayar sewa untuk satu kendaraan harus dibayarkan secara penuh, meski mereka hanya memakai sebagian kapasitas dari satu kendaraan.

Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTL) ini, sambungnya, menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget. Pebisnis cukup membayarkan biaya per berat muatan. Solusi ini telah hadir di Thailand dan Filipina akan menjadi target Deliveree selanjutnya.

“Muat Sebagian ini sudah dilakukan oleh perusahaan logistik konvensional, tapi butuh proses berhari-hari karena mereka membutuhkan gudang untuk penyortirannya. Sementara, kami memakai teknologi algoritma untuk penyortiran, sehingga tidak membutuhkan gudang,” terang dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/9).

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs web.

Pebisnis perlu memasukkan identitas detail terkait muatan yang akan dikirim, baik itu dimensi barang, berat, jenis kemasan, lokasi pengantaran, tanggal pengiriman, dan sebagainya. Tidak ada batas minimal untuk muatan yang diterima Muat Sebagian, namun berat maksimalnya adalah 18 ton. Muatan akan dijemput sehari setelah pemesanan dibuat, dan akan langsung diantar secepat mungkin, atau maksimal untuk pengiriman pada dua minggu mendatang.

Hanya saja, pada tahap awal ini baru melayani pengiriman di sebagian Sumatera, Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. “Bulan depan layanan ini akan mencakup ke seluruh wilayah di Jawa baru kemudian hadir secara nasional.”

Deputy Head Business Development Deliveree Indonesia Raynov Chandra menambahkan, solusi Muat Sebagian menjadi tambahan bagi mitra bisnis yang selama ini menggunakan layanan Deliveree. Selama ini berbagai layanan dan fitur yang telah dirilis selalu memerhatikan kebutuhan pebisnis di lapangan.

Oleh karenanya, dia mengklaim bahwa Deliveree adalah pemain yang mendominasi untuk solusi logistik bagi pebisnis. Berbagai perusahaan yang telah memanfaatkan jasa Deliveree adalah Tokopedia hingga Dekoruma.

“Muat Sebagian ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai skala bisnis mana pun. Di furnitur misalnya, kan sudah ada yang di-packing dalam kardus itu bisa pakai Muat Sebagian karena dirasa lebih hemat kalau pakai kendaraan yang lebih kecil,” kata dia.

Setiap harinya perusahaan mengambil pesanan aktif hingga ribuan. Saat ini Deliveree memiliki lebih dari 35 ribu kendaraan aktif dengan total unduhan aplikasi lebih dari 2,3 juta unduhan. Armada terbanyak di Deliveree adalah jenis CDD, CDE, Fuso Berat, dan jenis carry untuk pengiriman dengan muatan kecil.

Solusi logistik pintar

Walaupun logistik adalah tulang punggung perdagangan nasional dan internasional, sektor ini mengalami banyak sekali tantangan di Indonesia, seperti infrastruktur yang tidak memadai, serta kurangnya jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang dapat diandalkan.

Menurut Mordor Intelligence, biaya logistik sangat bervariasi antara 25% dan 30% dari PDB Indonesia, dibandingkan dengan ekonomi berkembang, setara 5%. Hal ini berarti pengiriman barang dari satu kota ke kota lain di Indonesia bisa menjadi mahal dan menantang.

Mengutip dari laporan lainnya yang dikeluarkan PwC berjudul Shifting Patterns: Future of The Logistics Industry, kurangnya “budaya digital” dan pelatihan adalah tantangan terbesar bagi perusahaan transportasi dan logistik konvensional.

Hal ini memungkinkan startup teknologi pendatang baru untuk mengisi celah dan menangkap peluang bisnis. Mereka dapat mendigitalisasi kegiatan operasional inti untuk menciptakan sistem logistik yang cerdas.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

Kurir Beserta Aktivis Menuntut Reformasi dalam Gig Economy di Indonesia

Bersama pandemi yang menyebabkan hampir 50% peningkatan dalam transaksi e-commerce tahun ini dibandingkan dengan tahun 2020, perusahaan e-commerce dan logistik mengalami pertumbuhan yang stabil. Namun, peningkatan pendapatan bagi perusahaan belum disalurkan dengan baik untuk kurir pengiriman, yang merupakan tulang punggung operasi e-commerce.

Pada tahun 2016, Ade Putra mulai bekerja sebagai pengemudi ojek untuk berbagai platform seperti Uber, Gojek, dan Grab. Namun, tahun lalu, ketika perusahaan ride-hailing melihat penurunan drastis dalam pesanan penumpang karena lockdown yang memengaruhi sebagian besar wilayah Indonesia, Ade memutuskan untuk beralih profesi menjadi kurir. Ia bergabung dengan dua perusahaan logistik—GoKilat dan Lalamove milik Gojek.

Ade berpikir bahwa dua pekerjaan itu akan memberinya penghasilan yang layak, memang seperti itu adanya hingga di bulan Juni, kedua perusahaan menyesuaikan skema insentif mereka, yang mengurangi komisi per km pengendara pengiriman untuk setiap pesanan.

“Sebelumnya tarif Lalamove adalah Rp 4.000 [USD 0,28], tetapi dipotong setengahnya pada Januari 2021. GoKilat juga mengubah skema insentif baru-baru ini, jadi kami mengajukan keluhan,” ujar Ade kepada KrASIA. Ia juga sebagai juru bicara kelompok mitra Lalamove yang mogok pada bulan Juni dan secara kolektif menonaktifkan akun mereka selama tiga hari.

Ade dan kurir lain yang bekerja untuk Lalamove yang berbasis di Hong Kong juga mengeluhkan kebijakan penangguhan platform. “Terkadang terjadi hal-hal yang di luar kendali kita, seperti salah alamat pengiriman, atau tiba-tiba sepeda motor kita mogok. Namun, platform tidak peduli dengan alasan ini, dan kami dapat ditangguhkan jika kami membatalkan pesanan atau jika pelanggan memberi peringkat rendah,” jelasnya.

Pada awal Juni, kurir GoKilat Gojek menolak menerima pesanan sebagai protes atas paket kompensasi baru. Dokumentasi oleh Shutterstock.

Ketidakadilan dalam model partnership antara platform dan kurir

Gig economy adalah konsep yang relatif baru di Indonesia, dipopulerkan oleh perusahaan ride-hailing seperti Uber, Grab, dan Gojek, yang merevolusi ojek informal sejak 2014. Grab—yang mengakuisisi operasi Uber Asia Tenggara pada 2018—dan Gojek telah memperluas layanan mereka di luar ride-hailing untuk memberikan penawaran lain, termasuk pengiriman jarak jauh dan pengiriman makanan.

Menyusul kesuksesan perusahaan ride-hailing, sejumlah perusahaan logistik seperti Lalamove, Lazada Logistics, J&T Express, dan SiCepat juga telah mulai beroperasi di Indonesia untuk menyediakan solusi dan pengiriman logistik yang cepat, mendukung pertumbuhan e-commerce di negara ini. Beberapa dari perusahaan ini telah mengadopsi “model kemitraan” dengan kurir mereka, mengklaim menawarkan kebebasan dan fleksibilitas yang lebih besar dari segi jam dan pengaturan kerja. Namun, perusahaan-perusahaan ini tidak mengklasifikasikan kurir sebagai karyawan formal. Sebaliknya, mereka didefinisikan sebagai kontraktor sementara. Tanpa menjalin hubungan kerja formal, perusahaan dapat menyangkal insentif yang seharusnya diterima oleh kurir menurut hukum Indonesia.

“Platform sharing economy saat ini menawarkan sistem kemitraan semu yang mengarah pada eksploitasi pekerja,” Bhima Yudhistira Adhinegara, direktur lembaga think-tank Center of Economic and Law Studies (Celios), mengatakan kepada KrASIA. “Dalam kemitraan yang ideal, kedua belah pihak harus menyepakati setiap kebijakan, sehingga perusahaan tidak boleh mengambil keputusan sepihak, terutama dalam hal upah dan beban kerja.”

“Perusahaan menawarkan ‘ilusi pilihan’, seolah-olah kurir memiliki fleksibilitas untuk bekerja kapan saja. Tetapi dengan sistem insentif yang rendah, mereka harus bekerja kapan saja jika ingin membawa pulang uang yang layak,” kata Margianta Surahman, direktur eksekutif Emancipate Indonesia, sebuah organisasi pemuda yang fokus pada masalah ketenagakerjaan.

Terlebih lagi, di bawah undang-undang ketenagakerjaan saat ini, pekerja gig tidak diizinkan untuk membuat serikat pekerja formal, dan organisasi mereka hanya dilihat sebagai komunitas informal, sehingga sulit untuk menyuarakan tuntutan mereka.

Lazada Logistics di Indonesia didukung oleh lebih dari 15.000 karyawan dan mitra kurir. Dokumentasi oleh Lazada Indonesia.

Menuntut reformasi

Pendapatan bersih rata-rata kurir GoKilat pada Mei 2021 adalah sekitar Rp 1,6 juta (USD 112), kurang dari setengah upah minimum di Jakarta sebesar Rp 4,4 juta (USD 309), menurut laporan Universitas Gajah Mada. Laporan tersebut juga menyoroti bahwa rata-rata jam kerja kurir GoKilat adalah 11,2 jam per hari, 25,2 hari per bulan. Selain itu, 60% kurir tidak memiliki asuransi kesehatan, dan 97% tidak memiliki asuransi kendaraan. KrASIA tidak dapat menemukan data atau laporan publik terbaru dari perusahaan lain.

Pada paruh pertama tahun 2021, setidaknya ada empat mogok kerja yang dilakukan oleh kurir sebagai bentuk ketidakpuasan mereka terhadap skema insentif yang rendah. Pekerja pertunjukan memprotes Shopee Express pada bulan April, diikuti oleh protes terhadap GoKilat Gojek, juga dikenal sebagai GoSend Same Day, pada bulan Juni. Gelombang aksi terorganisir untuk remunerasi dan tunjangan yang lebih baik berlanjut dengan protes lain terhadap GrabExpress dan Lalamove pada bulan yang sama.

Ketidakpuasan yang semakin jadi dari para pekerja pengiriman mendorong sejumlah peneliti independen, organisasi nirlaba, dan komunitas online untuk bekerja sama membentuk petisi resmi yang akan disampaikan kepada Menteri Tenaga Kerja Indonesia, Ida Fauziah. Petisi, yang memiliki judul yang dapat diterjemahkan sebagai “Tolong lindungi kurir e-commerce, karena mereka tidak aman dan sejahtera,” telah mengumpulkan lebih dari 8.549 tanda tangan sejak 2 September. Penyelenggara berharap untuk mengumpulkan 10.000 tanda tangan.

Penulis petisi berharap kementerian dapat menetapkan peraturan baru untuk memastikan skema pendapatan yang layak, beban kerja yang manusiawi, hak-hak buruh, dan bantuan hukum saat dibutuhkan untuk kurir. Mereka juga mendesak platform e-commerce untuk memberikan pendidikan publik yang lebih baik tentang sistem cash-on-delivery karena serangkaian pelanggaran terhadap kurir oleh pelanggan yang tidak puas.

Keluhan tentang penganiayaan pekerja gig adalah fenomena global. Pada akhir Juli, China mengeluarkan kebijakan baru untuk melindungi pengendara pengiriman makanan dan memerintahkan platform online untuk menjamin pendapatan dasar dan kesejahteraan sosial bagi pengendara mereka. Di Singapura, Perdana Menteri Lee Hsien Loong menyatakan keprihatinannya terhadap pekerja pengiriman dan mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengatasi perjuangan para pekerja berupah rendah secara umum.

Dengan lebih dari 33 juta pekerja gig di Indonesia, para kritikus mengatakan pemerintah harus segera mengambil tindakan serupa. Adhinegara dari Celios membuat perbandingan dengan Inggris, di mana pengemudi Uber diklasifikasikan sebagai pekerja, bukan kontraktor independen wiraswasta. Analis percaya bahwa sektor teknologi Indonesia, yang valuasinya terus tumbuh, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan mitra pengemudi dan kurirnya.

“Semua persyaratan untuk meresmikan hubungan kerja antara platform teknologi dan mitra pengemudi telah dipenuhi. Ada majikan, karyawan, deskripsi pekerjaan yang jelas, dan target kerja. Jika kita terus mendorong gig system untuk pekerja kasar, kita akan memperbesar sektor informal di mana pekerja tidak memiliki perlindungan dan keamanan kerja,” kata Adhinegara.

Saat dihubungi KrASIA, kepala logistik Gojek, Steven Halim, mengatakan bahwa mitra pengemudi GoKilat adalah bagian penting dari bisnis perusahaan. Pengemudi memiliki kebebasan untuk menentukan jam kerja mereka sendiri dan fleksibilitas untuk memutuskan berapa banyak paket yang ingin mereka kirimkan dalam sehari, tegasnya. “Pada saat yang sama, kami menyadari pentingnya memastikan mereka memiliki pendapatan yang berkelanjutan,” tambahnya.

“Kami memiliki skema pendapatan dasar yang kompetitif untuk pengemudi GoKilat, dan skema insentif yang memberikan peluang lebih besar bagi mereka untuk mendapatkan pendapatan tambahan.”

Steven tidak memberikan rincian tentang pendapatan dasar dan skema insentif tersebut, tetapi dia mengatakan kepada media lokal pada bulan Juni bahwa mitra kurir mendapatkan bonus Rp1.000 (USD 0,07) per paket untuk satu hingga sembilan pengiriman, naik hingga maksimum Rp. 2.500 (USD 0,18) per paket untuk pengiriman 15 paket ke atas.

Lazada juga memberikan tanggapan serupa. “Keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan setiap mitra Lazada Logistics, termasuk kurir kami, selalu dan akan selalu menjadi prioritas utama kami. Setiap mitra kurir Lazada di Indonesia berhak atas asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan,” ujar Philippe Auberger, Chief Logistics Officer Lazada Indonesia.

Sementara itu, tarif insentif rata-rata saat ini untuk mitra pengiriman Shopee Express di Jabodetabek adalah Rp 2.213 [USD 0,16] per paket berdasarkan 80 paket per hari. “Program insentif kami selalu sesuai dengan peraturan setempat, dan sangat kompetitif dalam industri jasa logistik. Kami mendukung mitra kurir kami melalui berbagai inisiatif lain termasuk menawarkan pelatihan dan perlindungan asuransi untuk memastikan lingkungan kerja yang lebih aman,” kata representatif Shopee kepada KrASIA.

Promotor reformasi, bagaimanapun, mengatakan bahwa model kemitraan antara kurir online dan platform teknologi bahkan tidak diakui oleh kerangka kerja Indonesia. “Undang-undang ketenagakerjaan Indonesia tidak mengenal kemitraan semacam ini, jadi regulator harus segera meninjau [undang-undang untuk sistem ini],” kata Adhinegara. Sementara undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengatur sistem kemitraan yang melibatkan UMKM, pekerja gig harus diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan, tambahnya.

Sementara itu, Surahman dari Emancipate mengatakan bahwa jika mengubah status kurir dari “mitra” menjadi karyawan “terlalu sulit saat ini”, perusahaan teknologi harus memperbarui model saat ini untuk setidaknya memberikan jaminan pendapatan minimum dan asuransi.

Surahman, bersama dengan aktivis dan perwakilan komunitas kurir online lainnya, mengadakan pertemuan online dengan staf Kementerian Tenaga Kerja pada bulan Agustus. Usai pertemuan, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan akan mengevaluasi sistem kemitraan hingga akhirnya melakukan perubahan untuk mendukung posisi tawar yang setara antara kurir dan perusahaan teknologi.

“Setelah petisi mencapai 10.000 tanda tangan, kami akan menindaklanjuti dengan kementerian untuk memberikan lebih banyak tekanan bagi publik. Mudah-mudahan pemerintah segera memberikan win-win solution,” kata Surahman.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Questioning J&T Express Extremely High Valuation Target

The local logistics company J&T Express (J&T) is making another headlines with plans to raise over $1 billion (more than Rp. 14.5 trillion) funding from Tencent and other investors with a pre-money valuation of $20 billion, citing The Information.

Previously, CB Insights said in April that J&T had acquired unicorn status with a valuation of $7.8 billion, through the funding worth more than $2 billion from a series of investors. The investors are PE China Hillhouse Capital, Boyu Capital, and Sequoia Capital China.

When local media asked for a response, J&T’s CEO Robin Lo did not confirm nor deny the unicorn’s status.

Referring to the CB Insight version of the valuation, it means that J&T’s valuation has grown over two times within four months. DailySocial has published a piece questioning J&T’s unicorn status.

Chairman of the Indonesian Logistics Association (ALI) Mahendra Rianto doubts this status, as compared to its closest competitor, JNE is also estimated to have become a unicorn.

Flexible valuation

Without putting aside the rumors above, the key word is that irrational valuations are something that is interesting to discuss.

Quoting from PracticalEcommerce, it is said that the valuation in private companies is speculative. Even the calculation is not as objective as imagined.

There are some considered factors, such as team expertise, product, assets, business model, market share, competitor performance, and others. There are also VCs with its own formula to find pre-value money from a business.

Therefore, calculating the startup valuation combines elements of art and science. If it’s to be compared with NFT, it is fine as both have something in common. Equally irrational. It will still be validated as long as someone buys it, regardless of the number.

However, there are eight methods of calculating valuation in general, such as The Berkus Method, Comparable Transactions Method, Scorecard Valuation Method, and so on.

It used to be commonplace for startups to raise equity funding for no more than three funding rounds and were acquired or went public within five years of operation. However, it’s not uncommon for startups to receive six rounds of funding and remain closed for more than 10 years.

As a startup grows into a mature business, both revenue and expenses, it is exposed to a different economic environment. Challenges arise — more competitor, saturated markets, acquiring customers. VCs, who profit when their startups exit, have shown great patience.

As long as it is a private company, it means that there is no obligation to notify the public of financial statements.

As startups matured, competitors emerged, and each company had to spend more on marketing and customer acquisition. The biggest need requires startups to get more money. This metric is rarely highlighted and gives a one-sided picture of the actual state of the company.

“All the hype ended, however, when the company filed to become a public entity,” PracticalEcommerce wrote.

Union Square Ventures’ Co-Founder, Fred Wilson wrote on his blog, “… valuations in the private market, especially in the late stages, can sometimes be irrational. Valuation in the public, of course after the stock has been trading for a long time and the lock-off period is over, is much more rational.”

This is clearly seen in the performance of Uber and Lyft on the stock market. When Uber went public in May 2019, its stock was valued at $45 per share at a valuation of $75.5 billion. The stock has been wildly move since then, peaking at $46 per share on June 28, 2019, then dropping to a low of $26 per share in November 2019. Currently, at September 2, 2021, $41.09 per share with a market cap of $76.59 billion.

When Lyft went public in March 2019 at a price of $72 per share with a valuation of $24 billion. Lyft’s stock price was even wilder. Now, on September 2, 2021, at $48.96 per share with a market cap of $16.41 billion, far from its initial offering price.

Fight a “different” war

In Southeast Asia, J&T has available in seven countries, before finally arrived in China in March 2020. Long before that, the founder, Robin Lo has very strong background with Chinese entrepreneurs backing.

In China, the logistics market is very bloody. There are five big players there, S&F Express, Yunda, ZTO, YTO, STO, and HT Express. In order to gain traction, J&T’s use an extreme strategy, with subsidized shipping and low prices tending to damage the market.

The relationship between Robin and Jet Lee (CEO of J&T China) in building J&T Indonesia is quite strong, considering that Jet Lee is Oppo’s former official. According to the KrAsia report, J&T’s business runs quite well thanks to the support of Oppo’s parent, BKK Electronics. It’s not only Oppo, but also other smartphone brands, Vivo, Realme, and OnePlus.

BKK’s founder, Duan Yongping played a role in J&T’s relationship with Pinduoduo as he was also a mentor to Pinduoduo’s founder, Colin Huang. Together with Pinduoduo, J&T was able to recored a daily order volume of more than 20 million packages in China alone. During the 618 Shopping Festival – the second largest annual shopping event, J&T Express’ daily package volume at that time exceeded 30 million packages.

However, with all of the backing, it is not enough to boost J&T’s strong dominance because compared to its peers, such as ZTO with 94 sorting centers and 30 thousand shipping outlets that are able to reach 99% of China’s territory. On the other hand, J&T is yet to reach rural and remote areas.

Not to focus only in China, J&T continues to create new sources of growth by shifting its attention to the Middle East and Latin America. It will focus on three densely populated countries – Egypt, Brazil and Mexico – and two countries with higher per capita incomes: the UAE and Saudi Arabia. These countries have huge population, with nearly 500 million people in total.

J&T’s growth in Indonesia

Just like China, the last-mile logistics companies in Indonesia is very crowded. Robin Loo claims the company can send up to 2.5 million packages per day thanks to its partnerships with various marketplace platforms.

J&T’s competitors largely rely on a similar strategy. For regular and one-day delivery (next day), buyers can choose delivery services from SiCepat, JNE, AnterAja, Ninja Express, to Shopee Express provided by Shopee. This is not counting Grab Express and GoSend which provide instant delivery.

These shipping options are available on every marketplace. All sellers are given free to choose the one in the coverage. Conditions are fairly reasonable whether not all logistics services are available and can be chosen by the buyer. Moreover, at Shopee, the majority of deliveries are controlled by Shopee Express.

In order to compete, J&T recently developed a cargo service for the delivery of packages with a large weight and volume with an SLA estimated delivery of 1-3 days. Premium delivery services are also increasingly being expanded in scope. not only in Greater Jakarta, but also in Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, and Jambi.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mempertanyakan Valuasi Luar Biasa yang Dikejar J&T Express

Perusahaan logistik lokal J&T Express (J&T) kembali menghebohkan pemberitaan dengan rencana penggalangan pendanaan lebih dari $1 miliar (lebih dari Rp14,5 triliun) dari Tencent dan investor lainnya dengan valuasi pre-money sebesar $20 miliar, mengutip pemberitaan The Information.

Sebelumnya, pada April ini, CB Insights menyebut J&T telah menyandang status unicorn dengan valuasi $7,8 miliar, melalui pendanaan yang mereka peroleh senilai lebih dari $2 miliar dari sejumlah investor. Investor tersebut adalah PE China Hillhouse Capital, Boyu Capital, dan Sequoia Capital China.

Ketika dimintai tanggapannya oleh media lokal, CEO J&T Robin Lo tidak membenarkan atau membantah soal status unicorn ini.

Bila mengacu dari angka valuasi versi CB Insight, artinya dalam waktu empat bulan, valuasi J&T telah melambung lebih dari dua kali lipat. DailySocial pernah membuat tulisan yang mempertanyakan status unicorn J&T.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto menyangsikan status tersebut, sebab bila disandingkan dengan peers terdekatnya, JNE diperkirakan juga sudah menjadi unicorn.

Valuasi “suka-suka”

Tanpa mengesampingkan rumor di atas, kata kuncinya adalah valuasi irasional kembali menarik untuk dibahas.

Mengutip dari PracticalEcommerce, mereka menyebutkan bahwa valuasi di perusahaan privat itu bersifat spekulatif. Bahkan penghitungannya tidak seobyektif yang dibayangkan.

Ada yang memperhitungkan faktor-faktor, seperti keahlian tim, produk, aset, model bisnis, total pasar yang dapat ditangani, kinerja pesaing, dan lainnya. Ada juga VC yang sudah memiliki formula sendiri untuk menemukan pre-value money dari sebuah bisnis.

Jadi bisa dikatakan menghitung valuasi sebuah startup itu menggabungkan unsur seni dan sains. Bila menyejajarkan valuasi dengan NFT, bukanlah suatu larangan karena keduanya punya kesamaan. Sama-sama irasional. Tetap bakal tervalidasi selama ada yang beli, berapapun angkanya.

Di luar itu, umumnya dikenal delapan metode penghitungan valuasi, misalnya The Berkus Method, Comparable Transactions Method, Scorecard Valuation Method, dan lain sebagainya.

Dulu dianggap lumrah ketika startup menggalang pendanaan ekuitas tidak lebih dari tiga putaran pendanaan dan diakuisisi atau menjadi publik dalam waktu lima tahun sejak memulai bisnis. Tapi sekarang bukan hal yang aneh bagi startup untuk menerima enam putaran pendanaan dan tetap tertutup selama lebih dari 10 tahun.

Ketika startup tumbuh menjadi bisnis yang matang, baik pendapatan maupun pengeluaran yang tumbuh, memaparkannya pada lingkungan ekonomi yang berbeda. Lebih banyak tantangan muncul — persaingan tambahan, pasar yang jenuh, memperoleh pelanggan. VC, yang mendapat untung ketika startup mereka exit, telah menunjukkan kesabaran yang luar biasa.

Selama menjadi perusahaan privat, artinya tidak ada kewajiban untuk memberitahu laporan keuangan kepada publik.

Saat startup matang, memancing pesaing bermunculan, dan setiap perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak pemasaran dan akuisisi pelanggan. Kebutuhan terbesar inilah yang membuat startup butuh lebih banyak uang. Metriks inilah yang jarang tersorot dan memunculkan gambaran sepihak tentang keadaan perusahaan yang sebenarnya.

“Semua hype berakhir, bagaimanapun, ketika perusahaan mengajukan untuk menjadi entitas publik,” tulis PracticalEcommerce.

Co-Founder Union Square Ventures Fred Wilson menulis di blognya, “…penilaian di pasar swasta, khususnya di late stage, terkadang bisa irasional. Valuasi di publik, tentu saja setelah saham diperdagangkan untuk waktu yang cukup lama dan masa lock-off selesai, jauh lebih rasional.”

Hal ini terlihat jelas dalam kinerja Uber dan Lyft di bursa saham. Saat Uber go-public di Mei 2019, sahamnya dihargai $45 per lembar dengan valuasi $75,5 miliar. Pergerakan sahamnya liar sejak saat ini, pernah ada di posisi puncak $46 per saham pada 28 Juni 2019, lalu jatuh ke level terendah $26 per saham pada November 2019. Kini 2 September 2021, $41,09 per lembar dengan market cap $76,59 miliar.

Sedangkan Lyft go-public pada Maret 2019 dengan harga $72 per lembar saham dengan valuasi $24 miliar. Harga saham Lyft jauh lebih liar lagi. Kini 2 September 2021 berada di harga $48,96 per saham dengan market cap $16,41 miliar, jauh dari harga penawaran awal.

Perang yang “berbeda”

Di Asia Tenggara, J&T telah hadir di tujuh negara, sebelum akhirnya mendarat di Tiongkok pada Maret 2020. Jauh sebelum itu, latar belakang pendirinya Robin Lo sangat kuat dengan backing dari para pengusaha Tiongkok.

Di Tiongkok sendiri pasar logistiknya sudah sangat “berdarah-darah”. Ada lima pemain besar di sana, yakni S&F Express, Yunda, ZTO, YTO, STO, dan HT Express. Untuk menarik traksi, taktik yang dipakai J&T terbilang ekstrem, dengan memberikan subsidi ongkos kirim dan harga yang rendah cenderung merusak pasar.

Relasi Robin dan Jet Lee (CEO J&T Tiongkok) dalam membangun J&T Indonesia sudah cukup kuat, mengingat Jet Lee adalah mantan petinggi Oppo. Menurut laporan KrAsia, bisnis J&T cukup tertopang berkat bantuan induk Oppo, yakni BKK Electronics. Di situ tak hanya menaungi Oppo, juga brand smartphone lainnya, ialah Vivo, Realme, dan OnePlus.

Founder BKK Duan Yongping turut berperan dalam hubungan J&T dengan Pinduoduo karena ia turut menjadi mentor untuk founder Pinduoduo Colin Huang. Bersama Pinduoduo, J&T mampu mencetak volume pesanan harian lebih dari 20 juta paket di Tiongkok saja. Selama Festival Belanja 618 -event belanja tahunan terbesar kedua, volume paket harian J&T Express pada saat tersebut melebihi 30 juta paket.

Namun, dengan backing itu semua, belum mampu membuat dominasi J&T kuat karena dibandingkan dengan peers-nnya, seperti ZTO yang telah memiliki 94 pusat sorting dan 30 ribu outlet pengiriman yang mampu menjangkau 99% wilayah Tiongkok. Di sisi lain, J&T masih kurang menjangkau wilayah rural dan remote.

Sekadar tak ingin fokus di Tiongkok saja, J&T terus menciptakan sumber pertumbuhan baru dengan mengalihkan perhatiannya ke Timur Tengah dan Amerika Latin. Mereka akan fokus pada tiga negara berpenduduk padat – Mesir, Brasil, dan Meksiko – dan dua negara dengan pendapatan per kapita lebih tinggi: UEA dan Arab Saudi. Populasi negara-negara ini sangat besar, dengan total hampir 500 juta orang.

Perkembangan J&T di Indonesia

Sama seperti Tiongkok, kondisi perusahaan logistik last-mile di Indonesia sudah begitu ramai. Robin Loo mengklaim perusahaan bisa mengirimkan hingga 2,5 juta paket per hari berkat kemitraannya dengan berbagai platform marketplace.

Para pesaing J&T secara mayoritas mengandalkan strategi yang serupa. Untuk pengiriman reguler dan satu hari sampai (next day), pembeli dapat memilih layanan pengiriman dari SiCepat, JNE, AnterAja, Ninja Express, hingga Shopee Express yang disediakan Shopee. Ini belum menghitung Grab Express dan GoSend yang menyediakan pengiriman instan.

Seluruh opsi pengiriman ini tersedia di seluruh marketplace. Setiap penjual diberi kebebasan untuk memilih mana saja yang dapat dijangkau oleh mereka. Kondisi terbilang wajar jika tidak semua layanan logistik tersedia dan dapat dipilih pembeli. Terlebih, bila belanja di Shopee, mayoritas pengiriman dikuasai Shopee Express.

Agar tidak kalah bersaing, belakangan J&T mengembangkan layanan kargo untuk pengiriman paket dengan berat dan vokume yang besar dengan SLA estimasi pengiriman 1-3 hari. Layanan pengiriman premium juga semakin diperluas cakupannya. tak hanya di Jabodetabek, tetapi juga bisa dinikmati di Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Jambi.

TransTRACK.ID Bags Seed Funding, to Enhance Logistics Fleet Management Product

Officially launched in April 2019, the fleet management service provider TransTRACK.ID managed to close the seed funding round. Investors participated are including Cocoon Capital, Accelerating Asia, and PT Modal Ventura YCAB.

Overall, they managed to raise an investment of SGD755 thousand (equivalent to $570 thousand or 8 billion Rupiah). Previously, TransTRACK.ID was one of DSLaunchPad 2.0. selected participants. This startup was founded by Anggia Meisesari and Aris Pujud.

“The fresh funds will be used to support product development and sales growth. Currently, TransTRACK.ID is also looking for strategic partnerships and networks for the next funding round,” The CEO, Anggia said.

During the pandemic, the company made a revenue growth of more than 150% compared to the previous season. The need for transportation and logistics during the pandemic creates full potential to supply products and services. These conditions are crucial for monitoring the proper use and functioning of the fleet, drivers, and safety.

“TransTRACK.ID is here to help our customers who operate in the logistics sector and its support, therefore, they don’t have to face various problems such as late deliveries, theft, bad drivers, inefficient costs, and the difficulty of integrating into other systems,” Anggia added.

To date, there are almost 3000 users of the TransTRACK.ID system. The company can serve customers throughout Indonesia, with temporary service points located throughout Java, North Sumatra and South Sumatra. TransTRACK.ID focuses on B2B and B2B2C business models.

In terms of logistics fleet tracking services, there are several startups trying to provide similar solutions in Indonesia. These include Lacak.io, Waresix, Logisly, Webtrace, and others.

Product excellence

The majority of their revenue stream comes from subscription fees for the Fleet Management System usage and other complementary and supporting applications such as Transportation Management System, Employee Tracking, Vehicle Maintenance and Driver Management. In addition, the company also earns revenue from software sales (GPS equipment and sensors) as well as development projects.

TransTRACK.ID also provides accident compensation (without additional costs) for customers whose vehicles are equipped, amounting to a maximum of IDR 50 million per person in the event of death, permanent disability, and medical expenses of a maximum of IDR 5 million per person. This compensation applies to 1 driver and 1 passenger, regardless of identity, who was in the vehicle at the time of the accident.

“Our platform is very flexible and capable for integration with more than 1000 types of GPS devices on the market, easy to adapt to customer needs, easy to integrate with other systems, multiple alerts and notifications either via SMS, push notifications on mobile apps, browsers, and windows, also via email in real time, multiple reports, and multiple users with access rights,” Anggia said.

Fleet telematics platform potential

Currently, the number of land vehicles in Indonesia has reached more than 150 million units, and the logistics market in Indonesia is very large. It is predicted to reach $300.3 billion by 2024. The need for fleet telematics is increasing.

It is based on the need to track and monitor vehicle usage, drivers, and safety. Government regulations, in this case the Ministry of Transportation, have issued regulations through PP no. KP.2081/AJ.801/DRJD/2019 which requires the use of GPS for all public transportation operators to monitor operations and improve efficiency.

However, according to a survey conducted by the Indonesian Telematics Equipment Industry Association, the use of GPS tracking on public transport in Indonesia is still less than 10%, or less than 2% of the total number of vehicles in Indonesia. This shows that there is still huge potential for the growth of fleet telematics technology services in Indonesia, such as the services offered by the TransTRACK.ID platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Dana Tahap Awal, TransTRACK.ID Genjot Pengembangan Produk Manajemen Armada Logistik

Setelah resmi meluncur bulan April tahun 2019 lalu, penyedia layanan manajemen pengelolaan armada TransTRACK.ID berhasil menutup putaran pendanaan tahapan awal. Investor yang terlibat adalah Cocoon Capital, Accelerating Asia, dan PT Modal Ventura YCAB.

Secara keseluruhan mereka berhasil mengumpulkan investasi senilai SGD755 ribu (setara dengan $570 ribu atau 8 miliar Rupiah). Sebelumnya TransTRACK.ID juga merupakan salah satu peserta terpilihDSLaunchPad 2.0. Startup ini didirikan oleh dua founder, yakni Anggia Meisesari dan Aris Pujud.

“Dana segar tersebut akan digunakan untuk mendukung pengembangan produk dan pertumbuhan sales. Saat ini TransTRACK.ID juga sedang mencari kemitraan strategis dan relasi untuk putaran pendanaan berikutnya,” kata Anggia selaku CEO.

Selama pandemi perusahaan mencatat mengalami pertumbuhan revenue lebih dari 150% dibanding sebelumnya. Besarnya kebutuhan transportasi dan logistik saat pandemi, menjadikan beroperasi dengan potensi penuh untuk memasok produk dan layanan. Kondisi tersebut menjadi krusial untuk memantau penggunaan dan fungsi yang tepat dari armada, pengemudi, dan keselamatan.

“TransTRACK.ID hadir untuk membantu para pelanggan kami yang beroperasi di sektor logistik dan pendukungnya, sehingga mereka tidak perlu menghadapi berbagai masalah seperti pengiriman yang terlambat, pencurian, pengemudi yang buruk, biaya yang tidak efisien, dan sulitnya terintegrasi ke sistem lain,” lanjut Anggia.

Hingga saat ini pengguna sistem TransTRACK.ID sudah hampir 3000 unit. Perusahaan dapat melayani pelanggan di seluruh Indonesia, dengan service point sementara ini berada di seluruh pulau Jawa, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. TransTRACK.ID fokus pada model bisnis B2B dan B2B2C.

Untuk layanan pelacakan armada logistik, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang mencoba memberikan solusi. Di antaranya Lacak.io, Waresix, Logisly, Webtrace, dan lain-lain.

Keunggulan platform

Revenue stream mereka mayoritas berasal dari subscription fee (biaya berlangganan) untuk penggunaan Fleet Management System dan aplikasi pelengkap dan pendukung lainnya seperti Transportation Management System, Employee Tracking, Vehicle Maintenance dan Driver Management. Selain itu perusahaan juga mendapatkan revenue dari penjualan perangkat lunak (alat GPS dan sensor) serta proyek pengembangan.

TransTRACK.ID juga menyediakan kompensasi kecelakaan (tanpa biaya tambahan) bagi pelanggan yang kendaraannya terpasang alat, sebesar maksimal Rp50 juta per orang apabila terjadi kematian, cacat tetap, dan biaya pengobatan maksimal Rp5 juta per orang. Kompensasi ini berlaku untuk 1 pengemudi dan 1 penumpang, siapa pun identitasnya, yang saat itu berada dalam kendaraan yang mengalami kecelakaan.

“Platform kami sangat fleksibel dan dapat terintegrasi dengan lebih dari 1000 jenis alat GPS di pasaran, mudah untuk disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, mudah untuk diintegrasikan dengan sistem lain, multiple alert dan notifikasi baik itu melalui SMS, push notif di mobile apps, browser, dan windows, juga melalui email secara real time, multiple report, dan multiple user yang dapat diatur hak aksesnya,” kata Anggia.

Potensi platform telematika armada

Tercatat saat ini jumlah kendaraan darat di Indonesia mencapai lebih dari 150 juta unit, dan pasar logistik di Indonesia sangat besar. Diprediksi akan mencapai $300,3 miliar pada tahun 2024. Kebutuhan akan penggunaan telematika armada semakin meningkat.

Hal ini didasari adanya kebutuhan untuk melacak dan memonitor penggunaan kendaraan, pengemudi, dan keamanan keselamatan. Regulasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, telah mengeluarkan aturan melalui PP No. KP.2081/AJ.801/DRJD/2019 yang mensyaratkan penggunaan GPS kepada seluruh operator transportasi umum untuk memantau operasional dan peningkatan efisiensi.

Akan tetapi menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia, tingkat penggunaan GPS tracking pada angkutan umum di Indonesia masih kurang dari 10%, atau kurang dari 2% dari total jumlah kendaraan di Indonesia. Hal ini memperlihatkan potensi yang masih sangat besar untuk pertumbuhan layanan teknologi telematika armada di Indonesia, seperti layanan yang ditawarkan oleh platform TransTRACK.ID.

Application Information Will Show Up Here

Dari Pengiriman Last-Mile Hingga Mobilitas EV, SiCepat Membangun Ekosistem Logistik Baru di Indonesia

Seiring berkembangnya e-commerce di Indonesia, begitu pula ekosistem logistik dan rantai pasokannya—J&T Express yang dikembangkan sendiri, misalnya, mencapai valuasi USD7,8 miliar pada bulan April, sementara startup logistik lokal lainnya berlomba-lomba untuk menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar berikutnya.

SiCepat yang berbasis di Jakarta merupakan salah satu perusahaan yang disebut-sebut berpotensi menjadi unicorn. Perusahaan ini mengumpulkan putaran Seri B senilai USD 170 juta pada bulan Maret, diikuti oleh investor seperti perpanjangan tangan investasi milik Telkom Indonesia, MDI Ventures, anak perusahaan Temasek Holdings, Pavilion Capital, dan Falcon House Partners. Tokopedia yang baru saja bergabung dengan Gojek juga dikabarkan berinvestasi di perusahaan induk SiCepat, Onstar, pada tahun lalu.

Didirikan pada tahun 2014 oleh pengusaha Indonesia The Kim Hai, SiCepat mulai berkembang secara agresif pada tahun 2018 setelah meluncurkan SiCepat Ekspres, anak perusahaan pengiriman jarak jauhnya. SiCepat juga beroperasi di sektor lain dengan enam divisi terpisah. Ini termasuk fulfillment e-commerce dan unit manajemen gudang HaiStar, e-commerce enabler Hera, platform SaaS manajemen situs web, Clodeo, dan layanan kargo pengiriman udara, CKL. Di waktu yang sama, melalui usaha patungan dengan perusahaan IT terdaftar M Cash Integrasi, SiCepat mengelola dua divisi lain—penyedia solusi logistik Logitek Digital Nusantara, dan solusi pemesanan makanan Digiresto.

“Kami memberikan solusi end-to-end untuk penjual online, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari membantu mereka mendirikan toko online, termasuk situs web dan pasar, hingga operasional melalui pemenuhan dan pengiriman ke pelanggan akhir,” ungkap chief commercial officer SiCepat Ekspress, Imam Sedayu, kepada KrASIA.

Perusahaan mengklaim sudah mencapai profit, dengan pertumbuhan pendapatan hampir 300% dari 2020 hingga 2021, karena pandemi mempercepat adopsi belanja online, kata Imam. SiCepat Ekspres—yang saat ini mengirimkan sekitar 1,2 juta pengiriman setiap hari—adalah sumber pendapatan utama perusahaan, diikuti oleh HaiStar dan CKL Kargo, ujar Imam.

“Valuasi kami memang tumbuh, tapi menjadi unicorn bukan prioritas kami. Sebaliknya, fokus kami adalah memastikan bahwa SiCepat dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan bisnis yang sehat dan menghasilkan keuntungan,” tambahnya.

SiCepat mengelola 12 fulfillment center di kota-kota besar di Indonesia. Dokumentasi oleh SiCepat

Kehadiran di vertikal berbeda

Dengan tujuh anak perusahaan, SiCepat bertujuan untuk membangun ekosistem logistik yang komprehensif untuk membuat “dampak nyata pada industri,” kata Imam. Grup SiCepat saat ini memiliki 50.000 karyawan di seluruh unit bisnis, termasuk kurir pengiriman. Perusahaan bekerja dengan lebih dari 6 juta mitra mulai dari platform e-commerce hingga penjual individu, sementara itu mengoperasikan jaringan 6.600 titik drop dan 12 pusat pemenuhan di seluruh Indonesia.

Imam mengatakan perusahaan menempatkan teknologi sebagai inti dari strategi bisnisnya, yang memungkinkan SiCepat untuk mengotomatisasi proses logistik yang berbeda, membantu mereka mencapai “tingkat pengiriman tepat waktu sekitar 98%,” katanya.

Di tengah momen sulit bagi industri jasa kurir dan pengiriman di Indonesia, dengan mitra kurir Gojek GoKilat, Grab, dan Lalamove yang sedang mogok untuk menuntut paket kompensasi yang lebih baik, Imam menjelaskan bahwa perusahaannya sejak awal memilih untuk mempekerjakan secara resmi semua mitranya.

“Model bisnis kami berbeda dengan platform lain yang menggunakan sistem kemitraan di mana mereka membayar pengemudi berdasarkan jumlah pesanan. Dalam bisnis ini, kita semua berfokus pada pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas. Mungkin itu sebabnya platform tersebut memotong biaya pengemudi untuk menghemat biaya. Namun, kami percaya bahwa kami dapat meningkatkan produktivitas dengan menyediakan keamanan finansial bagi pengemudi dan sistem yang memudahkan mereka untuk bekerja,” jelasnya.

Untuk mengatasi tingginya biaya beberapa layanan logistik di daerah terpencil, SiCepat bekerja sama dengan pelaku industri lain seperti perusahaan e-commerce, instansi pemerintah, dan penyedia logistik pihak ketiga (3PL) lainnya.

“Integrasi ekosistem kami sendiri dengan perusahaan lain memungkinkan pelanggan memiliki lebih banyak pilihan layanan logistik yang lancar dan terjangkau. Misalnya untuk pengiriman ke luar pulau Jawa, pelanggan bisa memilih layanan premium menggunakan kargo CKL pengiriman udara, atau layanan reguler melalui darat dan laut dari mitra SiCepat dan 3PL,” kata Imam.

Rencana masa depan dengan EV

SiCepat baru-baru ini juga memasuki industri kendaraan listrik (EV) dengan membentuk usaha patungan lain yang disebut Energi Selalu Baru (ESB) dengan NFC Indonesia, anak perusahaan M Cash Integrasi. Pada bulan Juni, ESB mengakuisisi Volta, produsen sepeda motor listrik yang berbasis di kota Semarang, Jawa Tengah.

“Sebagai permulaan, kami akan membekali 5.000 pengemudi kurir dengan sepeda motor listrik. Kami juga akan membuat jaringan distribusi untuk sepeda motor listrik dan layanan pertukaran baterai dengan memanfaatkan kemampuan logistik kami,” kata Imam.

JV ini diharapkan dapat memasuki pasar yang lebih besar di luar ekosistem SiCepat, kata Imam. “Melalui ESB, kami berharap dapat berkontribusi untuk mengurangi polusi dan membangun ekosistem ekonomi hijau di mana kami dapat memberikan manfaat bagi industri dan masyarakat pada saat yang bersamaan.”

Perusahaan saat ini sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan dan lembaga pemerintah untuk menawarkan layanan EV-nya, kata Imam. “Banyak perusahaan, termasuk perusahaan milik negara, memanfaatkan EV untuk mengembangkan infrastruktur dan mengeksplorasi peluang di sektor ini. Saya pikir kita akan melihat kemajuan yang berarti dalam adopsi EV dalam lima tahun ke depan.”

Ke depannya, SiCepat akan terus fokus pada optimalisasi kemampuan teknologi dan pengembangan infrastruktur ekosistemnya. Imam juga menyebutkan niatnya untuk berekspansi ke seluruh wilayah, meski tidak mengungkapkan detailnya.

“Target kami tahun ini adalah membangun lebih banyak titik penjemputan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia, termasuk Kalimantan dan Sulawesi, untuk memudahkan UMKM memasuki bisnis online. Mengenai ekspansi, kami masih mempelajari pasar mana yang cocok untuk bisnis kami, tetapi untuk saat ini kami masih fokus pada pasar lokal,” kata Imam.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Lalamove Agendakan Ekspansi di Pulau Jawa, Bidik Penambahan Kurir 10 Kali Lipat

Platform layanan on-demand Lalamove membidik penambahan jumlah kurir hingga sepuluh kali lipat di 2022 untuk mendukung rencana ekspansinya ke kota-kota besar di Indonesia. Sebagai permulaan, Lalamove memperluas cakupan pengiriman instan ke Bandung Raya.

Menurut City Director Lalamove Indonesia Andi M. Rizki, Bandung dipilih sebagai kota ekspansi selanjutnya setelah Jabodetabek karena memiliki populasi dan potensi pertumbuhan UMKM yang besar. Untuk langkah awal, perusahaan mengoperasikan 5 ribu pengemudi di Bandung, baik untuk armada roda dua maupun roda empat.

“Bandung berperan penting sebagai langkah permulaan ekspansi kami. Kami ingin membantu pasar UMKM untuk mengembangkan pemasaran produk tanpa memikirkan pengiriman. Untuk itu, kami menargetkan dapat menjangkau kurang lebih sebesar 30% pasar UMKM yang ada di sana,” ujar Andi dalam keterangan resminya.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Andi menambahkan bahwa pihaknya akan melanjutkan ekspansi ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Salah satu fokus utama ekspansinya adalah wilayah yang memiliki potensi UMKM besar. Dalam jangka panjang, perusahaan menargetkan layanan pengiriman on-demand Lalamove dapat tersedia di seluruh kota di Indonesia.

“Kami terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan para pengguna kami dengan variasi armada dan kecepatan pengiriman. Untuk mengakomodasi rencana ini, kami akan menambah [jumlah kurir] hingga sepuluh kali lipat menjelang 2022,” ujarnya kepada DailySocial.

Sekadar informasi, Lalamove merupakan startup logistik asal Hong Kong yang melayani one stop solution untuk pengiriman instan on-demand dengan berbagai pilihan armada, mulai dari motor, mobil MPV, hingga mobil pick up. Berdasarkan data Crunchbase, Lalamove telah mengantongi gelar unicorn dengan valuasi sebesar $2,5 miliar.

Lalamove beroperasi di lebih dari 20 kota di seluruh Asia, Amerika Latin, dan Amerika Serikat dengan total pengguna dan pengemudi masing-masing mencapai 7 juta dan 700 ribu kurir.

Di Indonesia, Lalamove baru beroperasi sejak 2018 dan kini telah memiliki 80 ribu pengemudi, 5 ribu mitra bisnis, dan mengantongi 400 ribu pesanan pengiriman setiap bulannya. Kategori bisnisnya beragam mulai dari F&B, wholesale, hingga moving service.

Tak hanya segmen individual, Lalamove juga menyediakan pengiriman instan ke segmen B2B yang menurutnya memberikan kontribusi sedikit lebih besar ke bisnisnya di Indonesia.

Untuk memperkuat layanannya, Lalamove menawarkan fitur multiple stop atau pengiriman ke beberapa tujuan langsung (maksimal 19 alamat) dalam satu transaksi. Selain itu, pengguna juga dapat melakukan penjadwalan pengiriman hingga 30 hari sebelumnya.

Di Indonesia sendiri, Lalamove bersaing ketat dengan berbagai platform logistik on-demand. Dimulai dari superapp seperti Gojek dan Grab, hingga pemain lain seperti Anteraja dan Paxel.

Perkuat posisi di pasar logistik on-demand

Lebih lanjut, Lalamove menyebutkan bahwa rencana ekspansi ini juga sejalan dengan meningkatnya tren pengiriman barang secara instan, terutama di situasi pandemi Covid-19. Perusahaan mencatat transaksi pengirimannya naik hingga sepuluh kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.

Menurut Andi, pandemi tak hanya mengubah perilaku berbelanja masyarakat yang mulai beralih ke online, tetapi juga membuat ekspektasi terhadap kecepatan pengiriman semakin besar.

Ekspansi ini juga menjadi strategi Lalamove untuk memperkuat posisinya di pasar pengiriman instan. Artinya, perusahaan ingin mendorong penggunaan layanannya tak hanya untuk pengiriman belanja online, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari belanja sayur, obat, hingga kebutuhan holistik untuk ekosistem delivery berskala besar.

“Dengan penambahan armada, kami optimistis melakukan ekspansi. Kami melihat tren permintaan industri logistik meningkat tajam di 2020 dan kami prediksi momentum ini terus berlanjut,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here