Perhatikan Empat Hal Berikut Usai Startup Lakukan Merger atau Akuisisi

Tidak dapat dimungkiri proses merger and acquisition (M&A) akan terjadi pada sebagian besar startup. Alasannya tentu beragam, mulai dari memperbesar bisnis, scale-up, hingga memotong terjadinya burn rate atau kerugian di masa mendatang.

Ketika proses M&A terjadi, ada beberapa poin yang wajib diperhatikan oleh pendiri startup hingga jajaran manajemen, yang menjadi krusial sepanjang 60 hari ke depan. Langkah ini perlu untuk dilakukan agar proses transisi pasca merger dan akuisisi berjalan secara lancar dan bisnis bisa berkembang dengan bergabungnya dua perusahaan menjadi satu.

Fokus kepada 60 hari pertama

Ketika transaksi dan perjanjian usai dilakukan serta kesepakatan telah diambil langkah krusial yang wajib diperhatikan oleh startup adalah 60 hari pertama. Di masa-masa awal ini, para pemimpin dari dua perusahaan wajib untuk melakukan langkah yang strategis, mengambil kebijakan yang tepat hingga melakukan konsolidasi yang bermanfaat bagi kedua perusahaan yang lebur menjadi satu. Dalam hal ini kepemimpinan dan aksi yang tegas dari para pemimpin memiliki peranan penting agar perusahaan bisa terus berkembang.

Ciptakan kultur perusahaan baru

Saat ini tentunya masing-masing perusahaan telah memiliki kultur kerja dan kebijakan perusahaan yang berbeda. Kesalahan terbesar yang banyak dilakukan oleh startup usai melakukan proses merger dan akuisisi adalah memaksakan satu kultur perusahaan kepada perusahaan lainnya. Sehingga konflik hingga perbedaan akan terjadi, idealnya masing-masing perusahaan tidak memaksakan kultur perusahaan mereka kepada perusahaan lainnya.

Ciptakan kultur perusahaan baru yang bisa diambil dari masing-masing kultur yang dimiliki. Pilih kultur atau kebijakan yang ideal dan tentunya relevan untuk diterapkan oleh pegawai yang sudah melebur menjadi satu tim dalam perusahaan yang baru.

Perkuat tim

Keuntungan dari proses merger dan akuisisi adalah jumlah tim yang lebih kuat dan memiliki kemampuan yang saling melengkapi. Manfaatkan keuntungan tersebut dengan menciptakan kolaborasi yang tepat antar pegawai, kurasi skillset dan kemampuan dari kedua perusahaan, kemudian ciptakan tim dan kolaborasi baru yang lebih kuat didukung dengan skillset pegawai yang baru.

Contohnya, jika sebelum M&A terjadi perusahaan Anda kekurangan tenaga engineer, manfaatkan tenaga engineer yang ada di perusahaan lainnya. Dengan demikian misi Anda untuk mengembangkan bisnis bisa tercapai didukung dengan gabungan tim baru dari kedua perusahaan.

Fokus kepada pelanggan

Untuk menghindari terjadinya pandangan negatif dari pelanggan usai proses merger dan akuisisi berlangsung, pastikan informasi yang keluar dapat diterima dengan baik oleh pelanggan. Yakinkan mereka bahwa proses M&A tidak akan mengganggu produk hingga layanan yang diberikan. Dengan demikian kepercayaan pelanggan tidak akan hilang dan kekhawatiran bisa diminimalisir dengan informasi yang transparan. Pastikan proses merger dan akuisisi ini akan memberikan keuntungan lebih bukan hanya kepada perusahaan, namun juga kepada pelanggan.

Jerry Ng dan Patrick Walujo Resmi Ambil Alih Bank Artos

Bank Artos kini resmi dimiliki oleh Jerry Ng dan Patrick Waluyo dengan kepemilikan saham sebanyak 51%. Kabar tersebut sekaligus mengonfirmasi rumor yang beredar soal keterkaitan Gojek dengan aksi korporasi ini, mengingat Patrick Waluyo adalah investor awal dari unicorn pertama dari Indonesia tersebut.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia kemarin (26/12), Jerry Ng yang memiliki PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Patrick Waluyo melalui Wealth Track Technology Limited membeli saham Bank Artos masing-masing sebesar 37,65% dan 13,35%.

Total saham yang dibeli ini setara dengan 615,18 juta saham, dengan harga Rp395 per lembar saham. Maka, bisa dikatakan keduanya merogoh kocek sebesar Rp243 miliar.

Dalam prospektus yang dirilis, akuisisi ini bertujuan untuk mengembangkan Bank Artos menjadi bank yang fokus melayani segmen menengah ke bawah (mass market). Usai akuisisi, Bank Artos akan melakukan penambahan modal untuk digunakan pengembangan produk, investasi teknologi dan SDM.

“Menjadikan Bank Artos sebagai bank yang lebih kuat dan mempunyai daya saing agar menjadi bank dengan skala nasional,” sebut prospektus tersebut.

Sebelumnya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di akhir September 2019, kedua perusahaan ini sudah mendapat persetujuan dari para pemegang saham terkait rencana pengambilalihan saham. Di saat yang sama, korporasi menggelar penerbitan 15 miliar lembar saham baru dengan mekanisme PUT dengan HMETD dengan nominal Rp100 per saham.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Plt. Direktur Utama Bank Artos Deddy Triyana mengatakan, pemegang saham baru akan melakukan transformasi untuk menjadi bank digital. Menurutnya, bank digital adalah masa depan industri perbankan di Indonesia.

“Alasan akuisisi ini untuk mengembangkan Bank Artos yang melayani segmen menengah dengan platform digital. Akan ada bisnis model baru dari Bank Artos jadi bank digital. Kenapa? Karena segmen itu sedang tumbuh dan juga target market di segmen itu mendominasi dari sisi usia produktif, ini jadi alasan dari pihak pembeli,” kata Deddy.

Jerry Ng adalah bankir senior yang memimpin BTPN selama satu dekade. Ia memilih mundur dari bank tersebut setelah resmi merger dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Sementara Patrick Walujo adalah pendiri Northstar Group, investor awal dari Gojek hingga menempatkan Andre Soelistyo sebagai petinggi di Gojek.

Investree Akuisisi Sebagian Saham Mbiz, Mulai Kembangkan Infrastruktur Penunjang Bisnis UKM

Platform fintech lending Investree mengumumkan akuisisi saham platform procurement b2b Mbiz dengan nilai transaksi yang dirahasiakan, sebagai upaya mulai dibangunnya infrastruktur penunjang bisnis UKM yang tidak hanya menyangkut soal pembiayaan saja.

Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi enggan menyebut lebih detail mengenai persentase saham yang diambil perusahaan di Mbiz. Dia hanya menyebut cukup signifikan, karena perusahaan menempatkan board observer di dalam jajaran direksi Mbiz.

Board observer adalah posisi selevel direksi dan bisa mengikuti rapat rutin perusahaan. Akan tetapi, tidak punya kewenangan untuk mengambil keputusan bisnis.

“Strategi Investree ke depannya enggak hanya menawarkan financing saja, tapi solusi bisnis untuk UKM. Daripada bangun sendiri procurement, lebih baik buat kemitraan strategis dengan menjadi pemegang saham,” terangnya, Jumat (27/12).

Adrian mengaku proses akuisisi saham ini sudah mulai dilakukan hampir setahun dan memulainya dengan pembiayaan modal kerja untuk supplier. Kemitraan tersebut diumumkan pada kuartal ketiga tahun ini. Disebutkan ada belasan pengguna Mbiz yang terdiri dari vendor dan pembeli yang memanfaatkan fasilitas pembiayaan senilai Rp90 miliar.

Menurutnya, Mbiz menarik karena memiliki struktur yang unik, punya vendor dan pembeli yang sesuai dengan apa yang diincar Investree. Digitalisasi UKM bisa melalui e-procurement karena terjadi proses transaksi pengadaan barang dan jasa yang transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan bisnis semakin kompeten.

Transformasi digital UKM di Indonesia baru 8% atau 3,92 juta dari total 59,2 juta pelaku yang hadir di Indonesia. Turut mendukung laporan dari McKinsey & Co, potensi e-procurement di Indonesia mencapai $125 miliar pada 2025. Estimasi ini gabungan dari global corporate services ($18 miliar), b2b marketplace ($76 miliar), dan b2b services ($36 miliar).

Sementara itu, pemain terdepan di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan yang bergerak di segmen b2c marketplace (Lazada, Tokopedia, Shopee, Bukapalak), transportation, travel, and hospitality (Traveloka), dan mobilitas (Gojek dan Grab).

CEO Mbiz Rizal Paramarta menjelaskan, bagi perusahaannya masuknya Investree sebagai pemegang saham menguatkan komitmen perusahaan untuk menjadi pemain terdepan di bisnis e-procurement. Pada tahun depan akan ada banyak pengembangan produk dari Investree yang dikhususkan untuk menyasar lebih banyak klien Mbiz.

“Selama ini kita hanya mempertemukan buyer dan seller saja, padahal kita ingin buat ekosistem secara end-to-end untuk solusi procurement. Kita masuk tahap awal dengan financing karena transaksi b2b ini enggak lepas dari kebutuhan modal kerja,” ujarnya.

Melalui platform Mbiz.co.id dan Mbizmarket, para UKM bersama vendor barang dan jasa akan memiliki akses modal kerja untuk memasarkan bisnisnya. Selama ini para vendor mengalami kesulitan produksi akibat termin pembayaran yang tidak bersahabat dengan cashflow, sehingga menyulitkan mereka untuk mengembangkan bisnis lebih lanjut.

Kehadiran Investree di dalam platform Mbiz diharapkan menjadi solusi efektif bagi perusahaan atau lembaga pembeli barang dan jasa yang mengalami kesenjangan waktu untuk melakukan pembayaran ke vendor, sementara kebutuhan akan barang atau jasa yang ditransaksikan dalam kondisi mendesak.

Rizal menambahkan masuknya Investree sekaligus menandakan masuknya investor eksternal kedua setelah Tokyo Century Corporation saat putaran seri A di 2017. Pada putaran itu, perusahaan mendapat dana segar sebesar Rp1 triliun. Investree, sambungnya, masuk dalam dua metode yakni pendanaan ekuitas dan didominasi oleh pembiayaan utang (debt).

“Ini investor kedua kita, setelah Tokyo Century karena model bisnis kita bukan bakar-bakar uang, pembeli b2b itu rasional, sehingga kurang cocok bila ditawarkan promo-promo.”

Mbiz adalah anak usaha dari Multipolar, bagian dari Lippo Group yang didirikan pada 2015. Lippo sekaligus menjadi angel investor saat dirintisnya Mbiz.

Rencana berikutnya

Hasil dari aksi korporasi tersebut akan dibawa lebih lanjut untuk ekspansi Investree ke Filipina. Ekspansi ini akan diresmikan pada Januari 2020 dengan merek Investree Philipines. Di sana perusahaan akan menyediakan solusi pembiayaan e-procurement karena kondisinya kurang lebih seperti Indonesia.

Adrian mengaku, perusahaan sedang dalam diskusi tahap akhir bersama konglomerasi lokal yang memiliki berbagai lini bisnis dari hotel, properti, plantation, hingga bank, untuk mengatasi masalah procurement di sana.

Setelah Mbiz, perusahaan akan mengincar perusahaan lainnya yang bergerak di ekosistem penunjang bisnis UKM. Lokasinya tak hanya di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara. Adrian mengaku sudah melihat beberapa calon perusahaan, tapi belum bisa disebutkan lebih lanjut. Salah satu sektor yang diincar bergerak di logistik.

Hingga pertengahan bulan Desember 2019, Investree membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp4,28 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp3,19 triliun. Investree sudah beroperasi di Thailand dan Vietnam (dengan brand eLoan).

Adrian menyebut apabila regulasi di Vietnam sudah rampung, ada kemungkinan besar untuk mengubah brand menjadi Investree Vietnam. Soal penamaan brand ini juga menyangkut persentase saham yang dimiliki Investree di sana dengan eLoan.

“Kepemilikan saham kita di Vietnam itu minoritas. Nanti jika regulasi fintech-nya sudah jadi, baru ada pertimbangkan untuk nambah saham dan pakai branding Investree,” pungkas dia.

Application Information Will Show Up Here

 

Gojek Dikabarkan Finalisasi Akuisisi Moka Senilai 1,6 Triliun Rupiah

Bloomberg melaporkan Gojek berada dalam tahap finalisasi untuk menyelesaikan akuisisi terhadap Moka yang bernilai $120 juta (sekitar 1,68 triliun Rupiah). Moka akan menjadi startup SaaS POS kedua yang dimiliki Gojek setelah akuisisi terhadap Nadipos akhir tahun lalu. Nadipos sendiri sudah bertransformasi menjadi Spots bersama Kartuku.

Baik pihak Gojek maupun Moka disebut menolak berkomentar. Tahun ini Gojek telah menembus valuasi $10 miliar dan menjadi startup decacorn pertama di Indonesia dan ingin meningkatkan keunggulannya dengan berekspansi ke kawasan Asia Tenggara. Moka sendiri telah mendapatkan pendanaan dalam 5 putaran dengan total senilai $27,9 juta (hampir 400 miliar Rupiah).

Rumor tentang akuisisi Moka telah berseliweran sejak pertengahan tahun ini. Moka, yang kini merupakan salah satu pemimpin pasar, akan mendorong keunggulan Gojek di pasar UKM, melalui GoBiz, yang menjadi satu dari tiga pilar utama perusahaan. Tak hanya soal pencatatan kasir, Moka yang didirikan oleh Haryanto Tanjo dan Grady Laksmono di tahun 2014 ini juga mengakomodasi berbagai layanan pembayaran, bantuan pembiayaan, dan integrasi dengan platform pencatatan finansial.

Pasar SaaS sendiri sepanjang setahun terakhir mulai mengalami konsolidasi. Yang terbesar adalah bergabungnya beberapa platform SaaS di sektor finansial dan sumber daya manusia melalui Mekari.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Carro Umumkan Pendanaan Lebih dari 428 Miliar Rupiah, Akuisisi Layanan Jualo.com

Pengembang layanan marketplace otomotif Carro hari ini (06/8) mengumumkan mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $30 juta atau setara dengan 428,2 miliar Rupiah. Investasi ini merupakan kelanjutan dari penggalangan seri B yang sebelumnya diumumkan pada Mei 2018 ($30 juta) dan Maret 2019 ($30 juta).

SoftBank Ventures Asia kembali memimpin pendanaan, kali ini bersama EDB Investment. Dietrich Foundation, NCORE Ventures, Insignia Ventures, B Capital Group, Singtel Innov8 dan Alpha JWC turut terlibat dalam pendanaan ini.

Jika ditotal dari pendanaan pertama, kurang lebih Carro telah mengumpulkan total lebih dari $100 juta dari para investor.

Suntikan modal tambahan tersebut akan difokuskan untuk melanjutkan ekspansi Carro di Asia Tenggara. Termasuk melakukan akuisisi platform marketplace C2C Jualo.com di Indonesia.

“Akuisisi kami terhadap Jualo.com akan meningkatkan jangkauan platform teknologi kami Asia Tenggara, terutama karena Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di kawasan ini,” ujar Founder & CEO Carro Aaron Tan.

Sementara itu terkait akuisisi ini, CEO Jualo.com Pedro Principe mengatakan “Model bisnis kami saling melengkapi dalam banyak aspek dan akuisisi ini mendorong visi kami bersama dalam memberdayakan masyarakat Indonesia dengan marketplace yang aman dan terpercaya.”

Selama setahun terakhir, Carro cukup berkembang di pasar Indonesia dan Thailand. Mereka mengklaim per bulan sudah ada lebih dari 4 ribu transaksi kendaraan dengan nilai $500 juta. Sementara pada Maret 2019 lalu, Carro meluncurkan layanan mobil berlangganan pertamanya di Singapura.

Sementara Jualo.com didirikan pada 2013 oleh Chaim Fetter. Awalnya Jualo diposisikan sebagai marketplace penjualan barang baru dan bekas seperti OLX. Beberapa waktu terakhir, Jualo fokus menyajikan feature produk otomotif.

DIVA Resmi Akuisisi 30 Persen Saham Pawoon

Rencana akuisisi 30% saham startup point-of-sales Pawoon (PT Alphanovation Digital Teknindo) oleh DIVA akhirnya terealisasi hari ini (02/8), setelah dikabarkan sejak akhir tahun 2018 lalu. Pasca aksi perusahaan ini, kedua platform akan bersinergi mengembangkan teknologi dan inovasi produk untuk membantu kegiatan penjualan dan pemasaran di sektor UKM.

“…kami bermaksud untuk memanfaatkan keunggulan kompetitif dari Pawoon, yang memungkinkan perluasan pangsa pasar secara lebih cepat. Sebagai permulaan, DIVA dan Pawoon telah meluncurkan produk ‘Smart Outlet’, menyatukan platform outlet DIVA dan layanan POS milik Pawoon,” sambut Direktur DIVA Dian Kurniadi.

Sementara itu Founder Pawoon Ahmad Gadi mengungkapkan, dengan bergabung di eksosistem DIVA ia berharap untuk dapat mengakses pasar yang lebih luas sembari menyajikan penawaran fitur yang lebih lengkap, mulai dari integrasi dengan layanan pembayaran hingga logistik.

Gadi juga mengungkapkan saat ini Pawoon sudah digunakan oleh lebih dari 10 ribu UKM di lebih dari 200 kota di Indonesia. Ia juga menyampaikan ambisinya untuk menjadi “unicorn” Indonesia selanjutya.

Untuk layanan SaaS berbasis point-of-sales, Pawoon bersaing langsung dengan beberapa pemain seperti Moka, Sellfazz, NadiPOS, dan lain-lain.

PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) merupakan anak usaha dari Kresna Graha Investama. DIVA bergerak di bidang digital business converter dan accelerator dengan model bisnis B2B2C. Melalui platform digitalnya, DIVA menyediakan dua produk untuk para UKM, yakni DIVA Smart Outlet (SO) dan DIVA Intelligent Instant Messaging (IIM).

Application Information Will Show Up Here

Tiga Startup Bidang Pariwisata Umumkan Merger dan Bentuk Holding Baru

Industri pariwisata Indonesia dipercaya masih memiliki potensi yang begitu luas, banyak irisan di dalamnya yang belum tergarap maksimal meski sudah banyak pemain OTA hadir. Dari semangat tersebut, memutuskan para petinggi Travelingyuk, Lapaktrip, dan DeRegent untuk memilih langkah merger dan membentuk holding baru agar layanan semakin terintegrasi dengan fokus yang jelas dan terarah.

Ketiga perusahaan di atas beroperasi di bawah holding bernama PT Turisme Global Diginet (TGD Holding) secara resmi per Juli 2019. Natali Ardianto dan Khrisna Mokoginta menjadi komisaris untuk TGD holding. Mereka adalah beberapa nama dibalik dirintisnya Tiket.com.

Sebagai informasi, baik Travelingyuk, Lapaktrip, dan DeRegent ini lahir dari kalangan orang-orang Tiket.com. Natali dan Khrisna juga terlibat sebagai investor untuk pendirian Travelingyuk dan DeRegent.

Travelingyuk adalah portal berita khusus pariwisata yang dipimpin oleh Sa’atul Ihsan. Sementara Lapaktrip adalah marketplace khusus penjualan paket tour and activities. CEO-nya adalah Hendry Prianto, sebelumnya bekerja di Tiket sebagai Head of Product – Hotel Division.

Terakhir, DeRegent adalah pengelola tourist information center (TIC), memasarkan iklan offline di bandara internasional dalam bentuk videotron. DeRegent dipimpin oleh Jonggi Manalu, sebelumnya dia memimpin Tiket sejak 2014-2017 sampai akhirnya diakuisisi penuh oleh Blibli.

Bila dilihat, ketiga perusahaan ini bidangnya saling beririsan satu sama lain dan dipercaya bisa memberikan sinergi untuk kemajuan industri pariwisata.

“Sinergi antara Travelingyuk, DeRegent, dan Lapaktrip saling berkaitan. Lapaktrip butuh promosi secara online lewat Travelingyuk, lalu DeRegent untuk offline-nya. Karena kita semua bermain di industri pariwisata, akhirnya memutuskan untuk bentuk perusahaan holding, ketiganya akan beroperasi di bawah holding,” terang Komisaris TGD Holding Khrisna Mokoginta kepada DailySocial.

Natali turut menambahkan, kondisi industri tour and activities ini tak jauh bedanya seperti industri OTA dimulai yang ditandai dengan kelahiran Tiket. Penyedia jasa tour and activities masih belum tersentuh dengan dunia digital, makanya proses booking masih sangat manual. Namun semua masalah tersebut seperti tidak terlihat.

“Kita percaya tour and activities ini akan sangat besar karena sekarang orang beli kamar hotel dan perjalanan dengan sangat murah. Yang kita offer adalah value added, bisa dapat makan malam gratis atau pick up dari airport. Makanya dari pengalaman kita ini, transaksi average ke depannya akan jauh lebih besar dari OTA karena value-nya lebih besar.”

Dari keputusan bisnis ini, Lapaktrip akan menjadi platform utama sebelum mengarahkan kebutuhan konsumen yang ingin beriklan lewat DeRegent atau mencari informasi pariwisata melalui artikel yang dipublikasi oleh Travelingyuk. Database paket wisata dari agen tour and activities pun akan diperbanyak di Lapaktrip agar konsumen punya banyak pilihan.

Oleh karena itu, Khrisna menjelaskan secara bertahap akan perkuat sistem internal agar pelayanan ke konsumen makin baik dan sistem pembayaran agar opsi konsumen bisa lebih banyak untuk bertransaksi di Lapaktrip.

Rencana bisnis berikutnya

CEO Lapaktrip Hendry Prianto menjelaskan ke depannya Lapaktrip akan menyediakan paket tour and activities untuk kegiatan di luar negeri, tidak hanya di dalam negeri saja. Perusahaan melihat peluang yang belum disentuh meski Traveloka lewat Traveloka Xperience dan Klook, bahkan Tiket sendiri sudah merambahnya.

Perusahaan besar tersebut belum merambah hingga paket wisata yang menyeluruh dan tiket atraksi wisata yang disediakan oleh UKM. Kebanyakan pemain OTA baru menyentuh penyedia yang banyak dikenal wisatawan.

“Misi kita cukup beda, kami ingin bantu agen tur konvensional untuk go digital dengan Lapaktrip agar mereka bisa berkompetisi dengan yang lainnya. Lapaktrip bisa menjadi channel penjualan mereka yang baru,” kata Hendry.

Dari segi transaksi, Hendry menyebut perusahaannya telah menghasilkan transaksi, namun dianggap belum begitu besar. Lantaran belum melakukan kegiatan promosi apapun sejak awal berdiri.

Dia menyebut Lapaktrip telah bermitra dengan 80 operator tur dan 1200 paket wisata yang ditawarkan. Pasca bergabungnya perusahaan ke dalam holding, Hendry akan perbanyak kemitraan dengan 1000 operator tur sampai akhir tahun ini.

Agen tur yang ingin bergabung harus memenuhi beberapa persyaratan umum, mereka harus sudah berbadan hukum dan punya alamat kantor yang jelas demi meminimalisir potensi penipuan.

Seluruh produk yang dipajang di Lapaktrip kemungkinan besar juga akan tersedia di videotron DeRegent yang delapan bandara internasional. Seperti di Bandara Soetta (Cengkareng), Sultan Mahmud Badaruddin (Palembang), Silangit (Medan), dan Minangkau (Padang).

Tak hanya itu, videotron ini bisa jadi ajang promosi untuk para UKM agar semakin dikenal para wisatawan. Juga memasarkan informasi yang dipublikasi lewat Travelingyuk. Secara pencapaian, situs media online ini diklaim telah dikunjungi oleh 195 juta kali sejak Januari 2018-April 2019. Dari angka itu, pembaca loyalnya mencapai 33 juta orang.

Agar ketiga startup ini makin tumbuh pesat, Natali menyebut pihaknya sedang melakukan penggalangan dana untuk Seri A. Prosesnya masih berlangsung dan diharapkan akan segera selesai pada akhir Agustus 2019.

Mendalami Strategi The FIT Company Garap Potensi “Wellness” di Indonesia

Startup yang bergerak di bidang gaya hidup aktif dan sehat The FIT Company beberapa waktu lalu mengumumkan telah mengakuisisi Slim Gourmet, Wellnez Indonesia, dan FITCO. Aksi perusahaan tersebut dilakukan dalam rangka pengembangan ekosistem wellness yang sedang mereka bangun di pasar Indonesia.

Terkait hal tersebut, DailySocial telah berbincang dengan CEO & Co-founder The FIT Company Jeff Budiman. Menurutnya, selain kesamaan visi ketiga startup tersebut memiliki performa bisnis dan tim yang ideal untuk meningkatkan pilar-pilar wellness yang tengah diusung.

“Akuisisi ini kami lakukan secara penuh, artinya tidak terbatas pada pengambilalihan satu entitas saja, namun turut meliputi intellectual property, aset, dan tim yang telah dibangun. Diharapkan dapat menciptakan kolaborasi yang lebih positif. Ketiga startup ini nantinya akan dilebur ke dalam satu ekosistem yang berada di bawah naungan The FIT Company,” ujar Jeff.

Ekosistem wellness di Indonesia

Cakupan sektor wellness cukup luas, secara umum terdiri dari hal-hal terkait dengan gaya hidup sehat. The FIT Company mencoba bermain di sektor itu dengan lini bisnis yang dimiliki, meliputi Kredoaum (distributor alat olahraga), 20FIT (micro-gym), FITSTOP (lifestyle boutique gym), FIT Lokal (makanan rendah kalori), FITmee (mi instan sehat berbahan konyaku), Slim Gourmet (katering sehat premium), dan FITmart (portal penyedia produk kesehatan). Semuanya akan saling terintegrasi melalui inovasi teknologi.

Berbicara tentang ekosistem di Indonesia, Jeff menerangkan tingkat penetrasi olahraga dan fitness yang masih terbilang sangat rendah yaitu hanya mencapai 0,18%. Sementara negara tetangga seperti Singapura sudah mencapai 5,76%. Terlepas dari itu, ia tetap optimis melihat potensi wellness di Indonesia. Terlihat dari makin banyaknya fitness clubs dan gym yang tersedia di kota-kota besar, juga merebaknya gerai-gerai makanan sehat yang semakin banyak digemari oleh masyarakat.

“Hingga kini, tantangan yang kami alami dalam menggarap potensi wellness terletak  dari gaya hidup yang sudah lama mengakar di sebagian besar masyarakat Indonesia. Seperti kurang berjalan kaki dan duduk lebih dari 8 jam dalam sehari. Begitu pun dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang kurang memperhatikan asupan nutrisi yang mereka konsumsi,” terang Jeff.

Strategi bisnis ke depan

Di tahun 2019 startup yang didirikan Jeff Budiman dan Prianka Bukit tersebut memiliki sejumlah rencana penting lainnya. Awal Agustus mendatang akan dilakukan rebranding dua pilar utama perusahaan, yakni “move” dan “eats“.

“Dari pilar move, kami berencana untuk menggabungkan 20FIT dengan FITSTOP. Sementara untuk pilar eats, kami akan menggabungkan FIT Lokal dan Slim Gourmet. Penggabungan beberapa brand ini kami lakukan agar dapat memberikan pilihan layanan yang lebih beragam dan lebih memudahkan para pelanggan,” terang Jeff.

Di waktu bersamaan, nantinya The FIT Company juga akan meluncurkan aplikasi mereka ke publik. Bernama FITCO (singkatan dari FIT Company), aplikasi ini akan menjadi platform yang mampu menyediakan layanan berbasis ekosistem wellness yang kami miliki.

“Untuk saat ini, layanan kami masih terpusat di kota besar dengan tingkat kepadatan yang tinggi seperti wilayah Jabodetabek. Namun ke depannya, kami berharap agar layanan kami dapat dinikmati di seluruh wilayah di Indonesia,” sambung Jeff.

Penggalangan dana lanjutan turut menjadi agenda yang tengah dimatangkan untuk mengakselerasi bisnis. Terkait dengan hal itu Jeff berujar, “Dengan rencana dan tujuan besar yang ingin kami capai, tentunya fundraising menjadi salah satu langkah penting yang masih kami lakukan. Saat ini, kami sedang berada dalam tahap diskusi dengan beberapa pihak yang memiliki visi yang sama dengan yang kami bawa di The FIT Company.”

Bridestory and Parentstory Stay Independent After Being Acquired by Tokopedia

According to the CEO speech, William Tanuwijaya, today (6/20), Tokopedia officially announced its acquisition over Bridestory and Parentstory platforms. Through this action, the biggest online marketplace in Indonesia has acquired full assets of both platforms; including physical, digital, intellectual property, and human resources. Although, Bridestory and Parentstory will keep running the business and creating products independently.

Kevin Mintaraga, Bridestory’s Founder & CEO is said to be a part of Tokopedia’s management as Vice President. While Doni Hanafi, as the Co-Founder is to become the COO of Bridestory.

In terms of integration, it was mentioned in the release that Bridestory and Parentstory will have service synergy and to make use of the platform within Tokopedia’s ecosystem to expand.

Tokopedia’s platform will be available for Bridestory partners to market their products and services. It applies to the Parentstory’s partner and users as well, they can offer, search for inspiration, and purchase any kind of children activities through Tokopedia’s platform.

“We’re glad Tokopedia can have a synergy with Bridestory and Parentstory. We believe the synergy could amplify and accelerate the mission of both sides” Mintaraga said.

Tanuwijaya added, “Through this acquisition, Tokopedia took a commitment to keep being a partner for these service providers in order to keep transforming with technology onward, therefore, all bride & groom to be will have the best experience of once in a lifetime moment. Also, the Parentstory in providing the best solutions and activities for parents and their children.”

Since it was founded in 2014, Bridestory has helped and connected more than 3,5 million couples every year, with more than 20 thousand curated wedding vendors. The annual event, Bridestory Market has also become the biggest exhibition in the Southeast Asia.

On the other side, Parentstory is a new initiative from Bridestory, first introduced in October 2018. They’re targeting parents by providing subscription-based marketplace platform to give inspiration and options for children activities for parents.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

William Tanuwijaya Confirms Tokopedia Acquisition Over Bridestory

In the middle of Tokopedia’s event on Wednesday (6/19), the Founder & CEO, William Tanuwijaya confirmed to the media regarding the recent rumor.

“Bridestory and Parentstory have fully acquired by Tokopedia,” he said.

The corporate action was due to strengthening the company’s ecosystem. He said, Tokopedia can’t improve by itself, they have to collaborate with others – including to make acquisitions.

There might be similar actions made on some related startups to support Tokopedia’s business, in the form of full acquisition, strategic partnership, or investment.

Bridestory acquisition was to tighten its position in empowering offline business to optimize potential through technology. The wedding vendors in Bridestory and children vendors in Parentstory are considered significant to elaborate with Tokopedia.

Post the acquisition, Bridestory’s Co-Founder & CEO, Kevin Mintaraga is to occupy Tokopedia’s BOD as a Vice President (VP). Regarding integration service mechanism, it is to be designed to fully connect with Tokopedia’s platform.

The acquisition rumor didn’t stop here. Previously, the company is said to be involved in Laku6 startup acquisition to provide “Tukar Tambah” platform in some product categories. Meanwhile, both companies agree to form a strategic partnership, by attaching Laku6 feature in Tokopedia’s system.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here