Red Dead Redemption 2 Siap Meluncur ke Steam pada 5 Desember

Peluncuran Red Dead Redemption 2 versi PC pada 5 November kemarin diwarnai oleh sejumlah kejutan. Yang paling utama adalah absennya Steam sebagai salah satu platform distribusi digital yang menawarkannya. Hingga kini tidak ada yang tahu pasti alasan Rockstar menunda perilisan RDR2 via Steam, tapi setidaknya mereka menepati janji bahwa RDR2 akan menyusul ke platform besutan Valve itu di bulan Desember.

Lebih tepatnya 5 Desember mendatang, berdasarkan pengumuman singkat Rockstar via Twitter. Harganya belum tercantum pada halaman Steam-nya, tapi kemungkinan besar konsumen tetap harus membayar penuh. Satu hal yang perlu dicatat, RDR2 versi PC memanfaatkan Rockstar Games Launcher meski Anda membelinya dari Epic Games Store maupun Humble Store, dan kemungkinan besar kasusnya akan sama persis di Steam.

Memang terkesan cukup ribet, tapi tren inilah yang harus diterima para gamer PC dengan hati besar. Rockstar bukan developer pertama yang mewajibkan pemain meng-install launcher-nya meski mereka membeli game-nya melalui Steam. Developer lain seperti Ubisoft atau Bethesda pun juga berperilaku sama.

Namun seandainya ada yang bertanya mengapa harus menunggu RDR2 muncul di Steam, saya mungkin akan menjawab karena kebijakan penyesuaian harga per region yang sudah diterapkan Steam sejak lama. Lebih lanjut, platform lain yang masih seumur jagung macam Epic Games Store juga terkendala soal metode pembayaran yang masih minim opsi.

Hal lain yang perlu disorot adalah, peluncuran RDR2 di Steam tidak akan menutupi fakta bahwa game ini masih dinodai sejumlah problem, terutama dari segi performa. Terlepas dari itu, gamer PC sudah menanti kehadirannya selama setahun lebih, dan saya yakin lambat laun kita bakal memakluminya selagi Rockstar terus membenahinya.

Sumber: Polygon.

Tinggalkan Status Beta, Steam Remote Play Together Kini Juga Mendukung Platform Android dan iOS

Tepat sebulan yang lalu, Valve meluncurkan versi beta dari Steam Remote Play Together. Fitur ini dirancang untuk mewujudkan sesi multiplayer secara lokal walau masing-masing partisipannya terpisah dan hanya terhubung secara online, dan Valve rupanya tidak butuh waktu lama untuk meluluskan fitur ini dari status beta.

Satu bagian paling menarik dari Remote Play Together adalah, game yang hendak dimainkan hanya perlu dibeli oleh satu orang saja yang berperan sebagai host. Tiga pemain sisanya (atau bisa lebih dalam kondisi tertentu) tidak perlu ikut membeli untuk bisa bergabung dalam sesi gaming bersama tersebut.

Ya, tiga pemain lain itu pada dasarnya mengakses game via metode streaming, dan itu berarti mereka tidak perlu menggunakan perangkat yang spesifikasinya sesuai standar gaming; MacBook atau laptop yang menjalankan OS Linux pun juga bisa dipakai untuk ikut bermain dalam sesi Remote Play Together.

Steam Remote Play Together

Lebih menarik lagi, peluncuran resmi Remote Play Together ini turut mendatangkan dukungan terhadap dua platform lain, yakni Android dan iOS dengan bantuan aplikasi Steam Link dan Steam Chat. Ya, sesi gaming bersama ini sekarang juga bisa diikuti oleh mereka yang hanya memiliki smartphone atau tablet saja.

Tentunya tidak semua game bisa kita mainkan di smartphone atau tablet, melainkan yang sudah mendukung kontrol virtual via layar sentuh. Valve bilang jumlah game yang kompatibel sudah mencapai ratusan, dan kabar baiknya, Valve juga sedang menghelat Steam Sale khusus untuk gamegame yang mendukung Remote Play Together.

Steam Remote Play Together sale

Saya melihat sejumlah judul lawas yang saya ingat betul begitu asyik dimainkan bersama-sama secara lokal. Favorit saya yang paling utama adalah Castle Crashers, yang selama sale ini bisa didapat seharga Rp 19 ribu saja. Selanjutnya, tidak afdal membahas multiplayer lokal tanpa melibatkan Overcooked!, yang bisa didapat seharga Rp 35 ribu saja.

Sekuelnya, Overcooked! 2, juga ikut didiskon menjadi Rp 72 ribu. Namun seandainya saya belum pernah punya seri Overcooked!, saya akan lebih memilih membeli bundel game pertama sekaligus keduanya seharga Rp 96 ribu saja.

Buat penggemar game fighting, ada Injustice 2 yang dihargai Rp 63 ribu saja. Lalu untuk penggemar game RPG, saya kira tidak ada deal yang lebih menarik ketimbang Divinity: Original Sin 2 – Definitive Edition, yang bisa dibeli seharga Rp 185 ribu selama sale, dan tentu saja sudah mendukung Remote Play Together.

Steam Remote Play Together Sale ini dijadwalkan berlangsung sampai dengan 26 November 2019 pukul 01.00 WIB. Jangan lupa, yang perlu memiliki game-nya cuma satu orang saja, jadi Anda dan teman-teman bisa saling sepakat membeli game yang berbeda untuk dimainkan bersama-sama.

Sumber: PC Gamer.

Jajaran ASUS ROG Desktop Telah Tersedia, Ini Alasan Memilih ROG Desktop Dibanding PC Rakitan

Bagi sebagian orang, merakit PC merupakan hal yang rumit untuk dilakukan sendiri dan resikonya juga cukup tinggi. Dari mulai salah beli komponen, hingga performa PC yang tidak stabil.

Ya, bahkan nggak semua gamer PC mengerti seluk beluk hardware seperti spesifikasi motherboard, VGA, atau prosesor. Beberapa diantara mereka ada yang cuma jago main dan membutuhkan PC desktop dengan performa yang konsisten.

Nah pada acara Sneak Peek of ASUS ROG Desktop kemarin (22 Oktober 2019), ASUS mengungkap lima alasan kenapa harus memilih ROG Desktop dibanding PC rakitan.

Selain itu, mereka juga memberi bocoran mengenai beberapa monitor gaming yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Seperti monitor gaming 43 inci ROG Strix XG438Q dan monitor gaming 65 inci ROG Swift PG65UQ.

ASUS juga mengumumkan ketersediaan seluruh jajaran produk ROG desktop terbaru mereka dengan prosesor 9th Gen Intel Core yang diperkenalkan di acara ROG Be Unstoppable bulan Juli 2019 lalu.

Sebut saja, ROG GL10CS yang dibanderol cukup terjangkau mulai dari Rp8.099.000. ROG Huracan (G21CX) yang dijual mulai Rp 17.299.000 dan ROG Strix GL12CX mulai Rp43.999.000.

Why Choose ROG Desktop?

PSX_20191023_122201

Banyak para gamer PC yang bingung saat mereka ingin membangun PC gaming sendiri, apalagi yang belum pernah merakit PC sebelumnya. Inilah target market dari ROG Desktop, memberi kemudahan gamer terutama gamer esports untuk mendapatkan PC desktop gaming yang lebih terjamin dalam brand ASUS ROG.

Asalan pertama memilih ROG Desktop ialah karena diracik dan dirakit oleh ASUS sehingga pengguna tinggal pakai saja. Kedua dibanding dengan PC rakitan, ROG Desktop menyuguhkan desain menarik yakni ROG Centric design dan sudah menggunakan casing branded dari ASUS ROG.

Ketiga ialah menghadirkan PC gaming yang simple bagi para gamer. Untuk memilih ROG Desktop, kita tinggal pilih jenis prosesor dan VGA-nya saja disesuaikan dengan budget yang dimiliki. Sistem operasi dan driver juga sudah terinstal, benar-benar siap digunakan.

Keempat adalah semua ROG Desktop ini sebelum dijual telah ditest stabilitasnya dan kualitasnya. Terakhir, ROG Desktop memiliki garansi dua tahun untuk all system. Seluruh sistemnya mulai power supply, hardisk, memori, hingga RAM bergaransi dua tahun.

Garansi juga dapat diklaim di 200 Service Center ASUS yang tersebar di Indonesia. Buat yang mau upgrade komponen juga bisa datang ke Service Center. Bagaimana pun target audiens ROG Desktop berbeda dengan PC rakitan, yaitu untuk para gamer terutama gamer esports yang belum memiliki cukup pengetahuan untuk membuat PC sendiri.

Corsair Akuisisi Origin PC Demi Menghidangkan ‘Pengalaman Gaming Kelas Dunia’

Begitu lengkapnya deretan produk yang Corsair tawarkan, sebuah lelucon sering dilontarkan konsumen: jika perusahaan asal Fremont itu juga memproduksi kartu grafis dan motherboard-nya sendiri, mereka tak butuh brand lain dalam menghidangkan satu set PC. Sejak beberapa tahun silam, Corsair pelan-pelan bertransformasi menjadi salah satu pemain besar di ranah PC gaming setelah mengeksekusi sejumlah pengambilalihan strategis.

Tepat di tanggal 24 Juli kemarin, Corsair Components mengumumkan bahwa mereka resmi mengakuisisi Origin PC. Lewat langkah ini, Corsair berharap dapat ‘memperluas potensi kedua perusahaan’, salah satu contoh konkretnya yaitu dengan mengintegrasikan ekosistem iCUE ke produk-produk racikan Origin PC sehingga pengguna bisa lebih mudah melakukan pengawasan sistem serta kustomisasi.

Origin PC ialah perusahaan komputer personal kustom asal Miami, Florida yang didirikan oleh sejumlah mantan staf Alienware di tahun 2009. Sejak saat itu, Origin PC memfokuskan bisnisnya pada pembuatan perangkat desktop dan laptop gaming, berbekal komponen-komponen pihak ketiga. Agar lebih personal, perusahaan juga menyediakan layanan pembuatan logo serta ilustrasi atau cat kustom pada bagian luar produk.

Di rilis pers, CEO Corsair Andy Paul menjelaskan alasan mereka mengakusisi Origin PC. Melihat begitu banyaknya konsumen yang beralih dari home console ke PC, Corsair ingin menjangkau para gamer yang lebih memilih untuk membeli dibanding merakit sistem gaming-nya sendiri – terutama pengguna di kawasan Amerika Utara. Ia yakin, perpaduan anatara spesialisasi Origin PC di ranah komputer kustom dan ekosistem iCUE milik Corsair dapat menghadirkan ‘pengalaman gaming kelas dunia’.

Kevin Wasielewski selaku CEO Origin PC punya pandangan senada. Menurutnya, baik Origin PC dan Corsair punya visi yang sama, yaitu menciptakan sistem istimewa dan terpersonalisasi berbekal produk-produk berperforma tinggi yang memastikan pengalaman bermain jadi lebih baik.

Sebelum akuisisi, sebetulnya kedua perusahaan sudah pernah melangsungkan kemitraan. Software iCUE serta sistem pendingin Hydro X Series sempat diusung di beberapa model desktop Origin PC. Ke depannya, integrasi itu akan dibuat lebih ekspansif lagi, disajikan lewat perangkat-perangkat anyar yang hadir sebentar lagi.

Origin PC dipersilakan untuk terus berbisnis seperti biasa serta tetap menjajakan produk di bawah brand mereka sendiri. Arahan serupa diterapkan Corsair saat mereka mengambil alih Elgato. Semntara itu, Corsair akan terus menawarkan Vengeance PC, Corsair One dan One Pro. Hingga artikel ini ditulis, belum diketahui seberapa besar nilai dari akuisisi tersebut.

Sumber: Corsair.

‘Meja Gaming Monster’ Infin8 Altar Dibanderol Seharga Mobil Keluarga

Hampir seluruh periferal atau aksesori PC punya varian gaming-nya: mouse, keyboard, monitor, mouse mat, webcam (biasanya untuk streaming), hingga kursi ergonomis premium yang menjanjikan kenyamanan. Sebetulnya jika modal tak lagi jadi masalah buat Anda, tersedia beragam pilihan perangkat gaming high-end berdesain unik, baik racikan brand ternama atau alternatif kustom.

Sampai sekarang ada banyak orang lebih memilih untuk merakit PC-nya sendiri karena lewat cara ini, mereka dapat memperoleh hardware yang diinginkan secara spesifik. Namun seandainya metode tersebut masih belum mampu memuaskan Anda, produk semi-custom anyar persembahan Overclockers UK ini mungkin bisa jadi pertimbangan. Di situs itu, tim menawarkan PC berwujud meja yang perancangannya terinspirasi dari karya-karya overclocker Ian ‘8PACK’ Parry.

Infin8 Altar 1

Komputer premium itu diberi nama Infin8 Altar. Untuk mulai ber-gaming, yang perlu Anda lakukan hanyalah menyambungkan layar, periferal dan menyiapkan kursi. Hardware-hardware penting tersusun rapi di dalamnya, bisa Anda lihat dari kaca tempered yang terdapat di sisi atas. Overclockers UK juga mempersilakan kita buat melakukan penyesuaian, misalnya memilih jenis penyimpanan atau menambah software keamanan.

Infin8 Altar 2

Tim desainer menjelaskan bahwa perancangan Infin8 Altar berkiblat pada sistem-sistem ultra high-end 8Pack dan disiapkan untuk pengguna kelas antusias. Produk ini merupakan alternatif yang ‘lebih terjangkau’, tanpa mengorbankan kualitas dalam proses pembuatannya. Sebetulnya, masing-masing komponen Infin8 Altar bisa kita temukan di pasar retail. Berikut ini spesifikasinya:

  • Case ‘meja’ Lian Li DK-05X
  • Prosesor Intel Core i9-7900X
  • Motherboard Asus ROG Rampage Extreme X299
  • Memori RAM 32GB (4x8GB) DDR4-3200
  • Kartu grafis 2x Asus GeForce RTX 2080 Ti
  • Penyimpanan SSD Samsung 960 EVO 512GB NVMe, SSD Samsung 870 EVO, plus SSD Samsung 870 EVO atau hard drive WD Black 7200RPM
  • Power supply 1600W 80 Plus Platinum PSU
  • OS Windows 10 Pro 64-bit

Infin8 Altar 3

Yang membuat Altar istimewa adalah prosedur pemilihan komponennya. Contohnya, produsen melakukan seleksi prosesor secara cermat, kemudian melakukan overclock hingga kecepatannya menyentuh 4,6GHz. Selanjutnya, tim mencantumkan sistem pendingin berbasis cairan untuk menjinakkan panas yang dihasilkan GPU dan CPU. Penempatannya dibuat rapi dan atraktif, lalu para teknisi tak lupa membubuhkan pencahayaan LED.

Infin8 Altar 4

Sesuai pernyataan Overclockers UK, Infin8 Altar dibanderol di harga yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem garapan 8Pack, misalnya Orion X2. Meski demikian, Altar tetap bukan barang murah karena uang yang Anda keluarkan untuk meminangnya juga dapat dipakai buat membeli mobil keluarga. Infin8 Altar dijajakan seharga £ 11,3 ribu, artinya melampaui US$ 14 ribu – hampir menyentuh angka Rp 200 juta.

Sumber: Intel.

Nvidia Luncurkan Lini GPU RTX Super, Hadirkan Peningkatan Performa dalam Harga yang Sama

Belum ada satu tahun sejak Nvidia mengumumkan lini GPU GeForce RTX, akan tetapi mereka merasa sudah waktunya untuk melakukan penyegaran. Saya bilang penyegaran karena yang kita temui bukanlah seri RTX kepala 3, melainkan masih RTX kepala 2, tapi yang sudah diimbuhi embel-embel “Super”.

Sejauh ini yang diperkenalkan baru tiga model: RTX 2060 Super, RTX 2070 Super, dan RTX 2080 Super. Dua yang terakhir secara resmi menggantikan pendahulunya yang non-Super, sedangkan RTX 2060 non-Super masih akan tetap dipasarkan dengan harga yang lebih murah ($349).

Dibandingkan dengan pendahulunya, lini RTX Super ini disebut menghadirkan peningkatan performa sebanyak 25% secara rata-rata. Memang tidak terlampau signifikan, dan itulah mengapa nomor modelnya juga belum berubah.

RTX 2070 Super

Secara teknis, ketiga model Super ini mengusung jumlah CUDA core dan texture unit yang lebih banyak ketimbang sebelumnya. Base clock dan boost clock-nya pun juga ikut naik. Khusus untuk RTX 2060 Super, ada peningkatan di sektor memory yang cukup melimpah: kapasitasnya naik dari 6 GB menjadi 8 GB, bus width-nya menjadi 256-bit, bandwith-nya menjadi 448 GB/s, dan kecepatannya menjadi 14 GHz.

Mungkin ini yang menjadi alasan mengapa Nvidia memutuskan untuk masih menjual RTX 2060 non-Super, sebab peningkatan yang dibawa varian Super-nya cukup drastis, setidaknya di atas kertas. Satu hal yang tak boleh dilupakan, peningkatan performa ini juga berarti ada penurunan efisiensi. Meski tidak terlalu besar, setidaknya konsumen harus tetap jeli, terutama yang kapasitas PSU-nya memang cukup terbatas.

RTX 2080 Super

Terlepas dari itu, kekurangan lini RTX Super ini masih sama seperti sebelumnya, yakni minimnya jumlah game yang tergolong “RTX-ready“, setidaknya untuk sekarang. Semuanya hanya masalah waktu, tapi ini tentu bisa mempengaruhi niat konsumen untuk meng-upgrade GPU.

Rencananya, RTX 2060 Super dan RTX 2070 Super bakal dipasarkan mulai 9 Juli mendatang dengan harga yang sama seperti sebelumnya, masing-masing di angka $399 dan $499. RTX 2080 baru akan menyusul pada tanggal 23 Juli dengan banderol $699.

Sumber: Ars Technica dan Nvidia.

Microsoft akan Bawa Lebih Banyak Game ke Steam

Kabar baik datang dari raksasa teknologi dunia, Microsoft. Mereka mengumumkan bahwa Microsoft akan membawa lebih banyak game-game Xbox Game Studios ke Steam.

Keputusan tersebut merupakan bagian dari strategi layanan langganan Xbox Game Pass untuk PC yang diumumkan tanggal 30 Mei 2019.

Mengutip dari PC Gamer; Phill Spencer, Kepala divisi Xbox dari Microsoft, mengatakan, “tujuan kami adalah membuat game-game PC dari Xbox Game Studios tersedia di berbagai toko (digital), termasuk Microsoft Store on Windows milik kami, saat perilisannya. Kami percaya bahwa Anda harusnya punya pilihan di mana Anda ingin membeli game PC.”

Xbox Game Pass untuk PC. Sumber: Microsoft
Xbox Game Pass untuk PC. Sumber: Microsoft

Sebelumnya, sebagian besar dari game mereka memang eksklusif di Microsoft Store yang berarti berbentuk Universal Windows App (UWA). Format UWA sendiri memang punya banyak kekurangan karena tak mendukung moddingoverlays, dan berbagai ekstensi semacam ReShade. Padahal, hal-hal itulah yang sebenarnya membuat PC gaming superior dibandingkan platform gaming lainnya.

Sejumlah game rilisan Microsoft seperti Halo Wars sudah dirilis di Steam. Seri Master Chief Collection juga akan dirilis di Steam tahun ini, yang dimulai dari Halo Reach.

Pada saat pengumumannya, Age of Empires 1-3 Definitive Editions dan Gears 5 akan masuk gelombang pertama yang akan dirilis di Steam. Sayangnya, belum ada kejelasan untuk gamegame yang memang eksklusif untuk Microsoft Store seperti Sea of Thieves ataupun seri Forza Horizon.

Namun demikian, mungkin kita boleh sedikit optimis karena Microsoft juga menambahkan pernyataan berikut ini:

“Memungkinkan para gamers untuk bermain bersama cross-platform dan cross-network di PC Windows 10 dan console adalah hal yang krusial. Membangun komunitas antar pemain, terlepas dari toko ataupun platform yang mereka gunakan (console ataupun PC), juga sama pentingnya karena hal tersebut dapat menyatukan para gamer, memungkinkan game-game nya mendapatkan pasar terbesar, dan membangun kebersamaan sebagai potensi yang sesungguhnya dari kegiatan bermain.”

Steam akan menjadi tujuan pertama sebelum Microsoft membawa game-game mereka ke toko-toko lainnya. “Kami tahu jutaan PC gamers memercayai Steam sebagai tempat untuk mendapatkan game mereka dan kami mendengar masukan bahwa para gamer PC ingin punya opsi. Kami juga tahu bahwa ada toko-toko lain di PC dan kami berupaya untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi para gamer untuk menemukan game-game Xbox Game Studios di lebih banyak toko.”

Jadi, apakah nanti kita juga dapat melihat ada game Microsoft di GOG?

State of Decay 2 yang masih belum tersedia untuk Steam. Sumber: Microsoft
State of Decay 2 yang masih belum tersedia di Steam. Sumber: Microsoft

Selain Microsoft akan merilis game-game mereka di Steam, Microsoft Store juga akan memberikan dukungan ke game-game Win32. Hal ini berarti jika para publisher ataupun developer ingin menaruh game mereka di Microsoft Store, mereka tak lagi harus me-repackage game mereka jadi berbentuk UWA.

Akhirnya, Microsoft Store sendiri mungkin memang tidak populer di kalangan gamer PC. Namun Windows adalah sistem operasi terbaik untuk gaming dan DirectX juga sudah sangat berjasa besar dalam perkembangan sejarah gaming sampai hari ini (setidaknya menurut pendapat saya). Jadi, sudah sewajarnya juga jika berbagai komponen lain dari Microsoft turut memberikan dukungan yang terbaik buat para loyalis PC Master Race.

Analis: 20 Juta Gamer PC Akan Beralih ke Console di Tahun 2022

Persaingan antar fans sudah ada dari sejak lahirnya video game. Setelah era keemasan Atari, Nintendo dan Sega usai, kini rivalitas panas terjadi berlangsung antara konsumen setia Sony dan Microsoft. Fitur, hardware, serta konten biasanya yang paling sering dibahas dalam perdebatan itu. Tapi mereka yang paham aspek teknis setuju, PC merupakan platform gaming paling superior di antara semunya.

Bahkan ketika lihat dari satu layanan saja, Anda bisa menakar sendiri besarnya jumlah penikmat game PC: ada 47 juta pengguna aktif mengakses Steam setiap harinya. Data Statista sendiri menyebutkan ada 1,22 miliar gamer PC di tahun 2017 dan diperkirakan akan meningkat jadi 1,4 miliar di 2021. Uniknya, Jon Peddie Research melaporkan prediksi yang sangat berbeda. Menurut mereka, akan ada sekitar 20 juta pemain di PC beralih ke console dalam periode tiga tahun ke depan.

Jon Peddie menjelaskan bahwa pergeseran ini memiliki korelasi dengan penurunan pasar komputer personal. Satu pendorong dari migrasi tersebut adalah minimnya inovasi, kemudian produsen kini juga lebih lambat dalam memperkenalkan barang-barang baru. Menurut analis, perpindahan terbesar dilakukan oleh pengguna PC ‘low end‘ yang umumnya mempunyai sistem seharga US$ 1.000 ke bawah. Transisi didorong oleh meningkatnya kualitas panel TV, bertambah canggihnya teknologi semikonduktor di console, serta ketersediaan game-game eksklusif di sana.

JPR.

Menariknya, JPR sempat melihat kenaikan pembelian produk PC entry-level hingga kelas menengah dengan maksud digunakan sebagai mesin gaming. Namun menurut tim analis, hal tersebut tidak memberi dampak besar pada peningkatan volume. Dalam lima tahun ke depan, JPR memprediksi ada ratusan juta gamer PC berpindah ke ranah ‘TV gaming‘, dan sebagian dari mereka memilih untuk memanfaatkan layanan on demand. Saat itu, kondisi pasar jauh berbeda dari sekarang dan Hukum Moore akan kehilangan signifikansinya karena pencipta prosesor tidak bisa lagi menyusutkan ukuran transistor tiap 24 bulan.

Lalu apakah ini merupakan sebuah senja bagi industri PC gaming?

Tentu tidak jika Anda melihat dari perspektif yang lebih luas. Microsoft yang baru saja dinobatkan sebagai perusahaan satu triliun dolar mengungkapkan komitmennya untuk fokus di segmen gaming di PC lewat Windows 10. Dan dalam survei di Game Developers Conference 2017, 53 persen dari 4.500 developer yang berpartisipasi mengonfirmasi tengah mengembangkan permainan untuk PC. Persentase game console tampak lebih kecil, yaitu 27 persen di PS4, 23 persen di Xbox One, dan 3 persen untuk Switch.

Dan berbicara soal teknologi semikonduktor serta transistor, kita tahu Sony telah mengonfimasi penggunaan chip Ryzen 3 dan Radeon Navi di PlayStation ‘5’. Keadaan tersebut memperlihatkan kian miripnya arsitektur console dengan PC, memastikan pengembangan game multi-platform dan proses porting jadi lebih mudah. Dan jangan heran jika PS5 tersedia nanti, prosesor 12- atau 16-core akan menjadi kian merakyat…

Via Digital Trends.

Microsoft Minta Saran Anda Demi Meningkatkan Pengalaman Gaming di Windows 10

Apapun pendapat Anda mengenai Microsoft, satu fakta tidak bisa dipungkiri: raksasa teknologi asal Redmond tersebut saat ini adalah pemilik platform gaming terbesar di Bumi. Saya tak cuma mengacu pada Xbox, tapi juga PC. Mayoritas gamer PC menggunakan Windows buat menikmati hobi mereka, dan OS itu memungkinkan kita mengakses layanan distribusi digital berbeda, misalnya Steam, Epic Games Store, GOG, dan store punya Microsoft sendiri.

Signifikansi ranah gaming PC juga mendorong perusahaan untuk terus membubuhkan pembaruan terkait gaming di tiap update Windows. Setelah beberapa kali melepas fitur baru, kali ini Microsoft secara lebih terang-terangan meminta masukan dari pemain mengenai apa yang bisa developer lakukan buat meningkatkan pengalaman gaming di Windows 10. Program ini merupakan bagian dari prakarsa Xbox Ideas, yang didukung oleh UserVoice.

Microsoft membagi program pengumpulan saran dalam tiga fase. Pertama adalah pengumpulan ide. Selama periode ini berlangsung, kita dipersilakan buat mengajukan masukan. Periode selanjutnya adalah voting, yang kemudian ditutup dengan evaluasi. Untuk merangsang partisipasi gamer, tim Xbox sudah lebih dulu menyodorkan beberapa gagasan. Saran dari user sendiri perlu melewati proses moderasi agar muncul di sana.

Di sana sudah ada beberapa sampel ide menarik:

  • Ketika game dibuka, Windows seharusnya bisa mendeteksinya dan menonaktifkan app-app atau proses yang tidak dibutuhkan buat menjalankan permainan.
  • Microsoft diminta untuk menciptakan versi Windows yang dikhususkan serta dioptimalkan buat menangani game.
  • Mirip seperti gagasan nomer satu, tetapi fitur yang diinginkan adalah keleluasaan bagi pengguna buat mematikan proses serta aplikasi di background sehingga permainan berjalan lebih lancar.
  • Windows sebaiknya mempersilakan pengguna meluncurkan permainan dengan menggunakan controller, bukan keyboard atau mouse seperti cara standar.
  • OS punya fitur untuk men-stream  game dari PC ke console Xbox miliknya.
  • Proses kustomisasi fungsi controller Xbox di PC yang lebih sederhana. Di versi sekarang, prosedurnya terbilang panjang.
  • Windows sebaiknya punya kemampuan mengunduh driver (terutama driver kartu grafis) secara otomatis begitu user menginstal permainan.

Saat ini, saya belum mengetahui secara jelas gagasan-gagasan yang berasal dari tim Xbox dan ide-ide orisinal dari pengguna, tapi sepertinya proses voting sudah mulai berjalan. Belum jelas pula sampai kapan pengumpulan ide ini akan berlangsung, tapi tebakan saya, durasinya dibuat cukup panjang.

Yang terakhir, Microsoft memberitahukan bahwa jika Anda punya ide baru dan gagasan tersebut belum muncul di daftar voting, silakan gunakan search box terlebih dulu untuk melakukan pengecekan sebelum mengajukannya.

Desktop dan Monitor Gaming Baru MSI Siap jadi Pasangan Ideal Buat Menikmati Game Blockbuster

Selain memproduksi komponen PC dan laptop, MSi juga sudah lama menyediakan desktop gaming built-up untuk konsumen yang menginginkan kemudahaan pemakaian tanpa keterbatasan upgrade. Ada banyak pilihan desktop racikan sang produsen asal Taiwan itu, dari mulai model tower tradisional hingga varian small-form factor berkonsep ‘PC rasa console‘.

Sejak akhir tahun lalu, Micro-Star International juga tak lagi malu-malu dalam memperkenalkan monitor gaming-nya. Debut mereka di sana dimulai oleh tiga monitor berlayar melengkung Optix MAG. Tak lama, produsen memperluas lineup-nya dengan Optix MPG – monitor gaming terintegrasi sistem pencahayaan RGB Mystic Light untuk menyampaikan informasi terkait status dalam permainan.

MSI3 14

MSI3 10

Ada sejumlah monitor dan PC desktop unik baru yang MSI singkap di Computex 2018. Kedua produk berbeda ini mereka ramu agar menjadi pasangan serasi untuk menikmati permainan-permaian blockbuster. Di segmen desktop, selain me-refresh seluruh produk dengan prosesor Intel Core generasi kedelepan (termasuk Vortex, Aegis, Infinite, dan Nightblade), MSI mengungkap versi baru Trident. Lalu di ranah monitor, mereka memamerkan panel G-Sync 240Hz buat para gamer pro serta layar ‘monster’ 49-inci.

MSI3 15

 

Trident A series

Trident adalah salah satu opsi PC mungil berperforma tinggi dari MSI selain Vortex. Dan di varian anyar ini, produsen mencoba mengombinasikan desain mungil dengan kesederhanaan akses hardware layaknya desktop mid-tower. Hasilnya cukup menarik: Trident A memiliki desain asimetris yang stylish (termasuk pada penempatan pencahayaan RGB-nya), dapat berdiri manis tanpa menghabiskan banyak ruang di atas meja.

MSI3 17

MSI3 6

Hal paling menakjubkan mengenai Trident A adalah kesanggupannya menjadi rumah bagi prosesor Intel Core i7-8700, kartu grafis GeForce GTX 1080 Ti, RAM 2666MHz hingga 32GB, dua buah SSD M.2 serta Intel Optane, dan power supply SFX 450W dalam tubuh bervolume hanya 12-liter. Aspek menarik selanjutnya dari rancangan Trident A ialah pemanfaatan panel samping transparan berbahan tempered glass. Selain menjadi jendela buat memperlihatkan komponen-komponen di dalam, panel ini juga bisa dibuka seperti pintu.

MSI3 7

Untuk mendinginkan hardware-hardware yang diposisikan berdempetan, MSI mengandalkan teknologi Silent Storm Cooling. Sistem memanfaatkan tiga aliran udara terpisah buat menangani komponen-komponen utama penghasil panas ketika Trident A sedang menjalankan game.

MSI3 8

MSI3 9

 

Oculux NXG251

Jika desktop gaming sudah siap, Oculux NXG251 bisa jadi pertimbangan jika Anda membutuhkan monitor spesialis game-game kompetitif. Ia merupakan panel G-Sync pertama MSI, menyuguhkan refresh rate 240Hz serta waktu respons 0,5-milidetik, dan memiliki luas layar 24,5-inci 1920×1080. Susunan teknologi tersebut memastikan konten permainan tersaji detail dan tajam, meskipun adegan-adegan di sana berlangsung di kecepatan tinggi. Karakteristik ini sangat ideal bagi permainan eSport.

MSI3 1

MSI3 13

Oculux NXG251 memang bukanlah monitor bertubuh ramping, namun MSI tidak lupa menghiasnya dengan RGB Mystic Light dan emblem LED ‘Nvidia G-Sync’ di sisi belakang – mempersilakan Anda buat mengustomisasinya agar tampil berbeda di arena turnamen.

MSI3 2

 

Optix MAG491C

Merupakan salah satu kejutan terbesar di Computex 2018. Optix MAG491C adalah monitor gaming paling high-end MSI, menyajikan panel curved seluas 49-inci, resolusi 3840x1080p, dan tingkat kelengkungan 1800R. Fitur-fitur di sana hadir demi memberikan Anda pengalaman gaming terbaik: HDR, refresh rate 144Hz, waktu respons 4-milidetik, rasio kontras 3000 banding 1 dengan tingkat kecerahan 400cd/meter persegi, serta didukung teknologi AMD Freesync sehingga output-nya bebas dari efek screen tearing.

MSI3 4

MSI3 5

 

Optix MAG271CR dan MAG241CR

Kedua model ini ialah upgrade dari monitor Optix MAG, kali ini mereka dibekali fungsi Gaming Echo: zona RGB di belakang dapat tersinkronisasi dengan pencahayaan dan audio dalam game. Optix MAG271CR/ MAG241CR juga menyimpan fitur Gaming OSD (on screen display), mempersilakan Anda langsung mengutak-atik setting monitor (kontras, kecerahan, equalizer hitam) tanpa mengganggu jalannya permainan.

MSI3 11

MSI3 12

Spesifikasi teknisnya juga tidak kalah canggih: kedua monitor Optix MAG anyar ini ditunjang oleh refresh rate 144Hz dan waktu respons 1-milidetik.

MSI3 16

 

Ketersediaan

Seperti produk baru MSI lain yang melangsungkan debut perdananya di Computex 2018, perangkat-perangkat di atas belum mempunyai harga retail. Beberapa dari mereka kemungkinan akan mulai dipasarkan pada triwulan ketiga tahun ini, ditandai dengan acara peluncuran di masing-masing negara.