Sayurbox Hadirkan Layanan Pembelian Sayuran dan Buah Organik Langsung dari Petani

Sayurbox hadir untuk mencoba memenuhi kebutuhan buah segar dan produk sayuran berkualitas kepada warga ibukota. Ia adalah sebuah platform online yang menyediakan bahan segar dan produk sehat berkualitas dari petani dan produsen lokal Indonesia. Sayurbox saat mengikuti program akselerator startup batch pertama Plug and Play Indonesia.

“Sayurbox awalnya didirikan oleh Amanda Susan dan Rama Notowidigdo, saya kemudian bergabung ke tim,” ujar Co-Founder Sayurbox Metha Trisnawati.

Sayurbox mengusung konsep bisnis farm-to-table yang memungkinkan konsumen untuk mendapatkan berbagai bahan segar dan produk berkualitas langsung dari petani dan produsen lokal. Media yang digunakan untuk memfasilitasi hal ini adalah platform online melalui situs dan selanjutnya layanan tersebut akan diperluas melalui aplikasi mobile.

“Sistem pemesanan Sayurbox adalah pre-order (pemesanan di depan), sehingga meminimalkan jumlah bahan segar yang terbuang (waste). Setelah konsumen memesan, Sayurbox akan melakukan agregasi jumlah pesanan konsumen dan menginformasikan kepada petani mitra tentang jumlah bahan segar yang harus dipanen. Bahan segar yang baru dipanen kemudian dikirimkan ke hub Sayurbox untuk segera dikemas dan diantarkan kepada konsumen sesuai dengan pesanan,” kata Metha.

Saat ini Sayurbox telah melayani lebih dari 3 ribu konsumen di area Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok, dan jumlah ini terus bertumbuh setiap bulannya.

Strategi monetisasi dan pilihan pembayaran

Strategi monetisasi yang diterapkan Sayurbox adalah melalui persentase laba (margin) dari setiap penjualan produk. Selain melalui persentase laba, Sayurbox juga memiliki monetisasi dari sistem konsinyasi (consignment) produk dari produsen mitra yang menjual produknya lewat platform Sayurbox.

Untuk pilihan pembayaran, Sayurbox menyediakan pilihan pembayaran melalui bank transfer, kartu kredit, serta virtual bank account transfer.

Sayurbox merupakan salah satu startup yang menyasar sektor pertanian di Indonesia. Tidak berbeda dengan layanan serupa lainnya, Sayurbox memangkas cara konvensional antara petani dan penjual. Selain menambah jumlah mitra petani dan produsen lokal yang saat ini berjumlah sekitar 22 mitra, Sayurbox memiliki rencana lain ke depannya.

“Sayurbox saat ini fokus pada ekspansi area pelayanan konsumen, terutama di area-area Jabodetabek yang belum dilayani oleh Sayurbox, serta perluasan jaringan mitra petani dan produsen lokal yang tergabung sebagai supplier Sayurbox,” tutup Metha.

Plug and Play Indonesia Umumkan 11 Startup Ikuti Program Akselerator Batch Pertama

Plug and Play Indonesia, akselerator startup berbasis di Silicon Valley, mengumumkan 11 startup pilihan yang akan mengikuti program akselerasi batch pertama. Startup terpilih berhak mendapatkan fasilitas dari PNP Indonesia dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu.

Sebelum terpilih, 11 startup tersebut telah menempuh proses seleksi yang ketat selama dua bulan. Secara total, lebih dari 400 startup mengajukan aplikasi ke Plug and Play Indonesia berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Bali, Singapura, Malaysia, Hong Kong, India, Brazil, dan Jerman. Angka tersebut disaring hingga 50 startup untuk mengikuti tahap pitching pada Maret 2017 lalu.

Saat pitching, startup diwajibkan untuk menjelaskan profil tim, model bisnis, traction, dan rencana finansial. Setelah dinyatakan lolos, startup berhak mengikuti final pitching di hadapan PNP Indonesia, PNP Asia Pasifik, PNP Silicon Valley, dan perwakilan dari mitra perusahaan PNP Indonesia.

Saat terpilih, seluruh startup mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dengan korporasi dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu. Selain itu, mereka akan mendapat bimbingan 1-on-1 mentorship program oleh 60 mentor dari berbagai bidang selama tiga bulan guna mengasah kemampuan startup. Serta, fasilitas coworking space Rework di Kuningan, selama program berlangsung.

“Startup yang terpilih ini bukan dilihat dari usia berapa lama mereka telah beroperasi. Yang terpenting, mereka sudah menciptakan traction, meski usianya baru beberapa bulan. Selain itu kami juga melihat pengalaman dari tim startup itu sendiri. Sebab dari situ menjadi tugas kami untuk bantu mereka growing,” kata Accelerator Director PNP Indonesia Nayoko Wicaksono, Senin (8/5).

Berikut ini adalah 11 startup terpilih dalam batch pertama:

1. Dana Didik: platform penggalangan dana untuk pembiayaan pendidikan, menghubungkan mahasiswa kurang mampu dengan donatur yang mau mendanai, dengan minimal investasi sebesar Rp50 ribu. Adapun untuk imbal hasil yang ditawarkan adalah bagi hasil dengan bunga yang dibebankan ke mahasiswa sebesar 0%.

2. KYCK: startup yang berbasis di Singapura ini menyediakan akses kepada penyedia jasa keuangan dalam menangani proses Know Your Customer (KYC).

3. Otospector: platform penyedia jasa pengecekan mobil bekas. Perusahaan memiliki teknisi yang ahli dan berpengalaman dalam memeriksa mobil, laporan disampaikan secara objektif dan netral disampaikan melalui email.

4. Bustiket: penyedia layanan pemesanan tiket bus secara online. Sudah memiliki aplikasi namun sementara ini baru tersedia untuk pengguna Android. Mereka juga sudah bekerja sama dengan 70 operator bus yang berlokasi di Jawa.

5. Karta: penyedia layanan iklan revolusioner lewat kendaraan roda dua. Untuk pengendara kendaraan, mereka akan mendapatkan uang sesuai jarang yang ditempuh.

6. SayurBox: platform e-commerce untuk pembelian sayur mayur langsung dari produsen. Startup ini sudah berdiri sejak Juli 2016, bermitra dengan 22 petani individual dan kelompok tani berlokasi di sekitar Jawa Barat.

7. Brankas: platform manajemen finansial dengan fitur mengirim dan menerima pembayaran, melacak anggaran, dan mengelola rekening bank lewat ponsel.

8. Astronaut: startup ini berbasis di Singapura, menyediakan aplikasi untuk wawancara dengan calon pelamar kerja lewat video-selfie.

9. Bandboo: startup fintech yang bermain di sektor asuransi online asal Singapura. Layanan ini memungkinkan pengguna untuk menikmati pertanggungan asuransi tanpa harus pergi ke perusahaan asuransi.

10. Wonderlabs: merupakan portal pencari pekerja outsourcing khusus designer dan engineer. Startup ini sudah berdiri sejak 2015 di Yogyakarta.

11. Toucan: platform virtual e-wallet yang saling terintegrasi dengan layanan keuangan lainnya, memberi solusi untuk orang-orang yang belum memiliki rekening bank.

Kegiatan Plug and Play Indonesia Masuki Tahap Seleksi Akhir Penjurian

Setelah melakukan rangkaian acara, termasuk melakukan sosialisasi di beberapa daerah, akhirnya kegiatan Plug and Play (PNP) Indonesia telah memilih 25 startup terbaik. Para startup tersebut nantinya harus mempresentasikan karya terbaiknya di hadapan beberapa pihak, termasuk dari PNP US, PNP APAC dan perwakilan perusahaan pendukung kegiatan PNP Indonesia, dalam hal ini Astra dan BNI.

Sebelumnya dari hasil tur di Jakarta, Tangerang, Bandung dan Bali, PNP Indonesia berhasil menerima ratusan submisi startup, baik dalam negeri maupun startup luar negeri yang hendak melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Dari ratusan startup tersebut telah dilakukan presentasi tahap 50 besar, hingga akhirnya separo dari mereka dieliminasi dan terpilih 25 besar yang ada saat ini.

Tahap seleksi akhir 25 besar ini akan diadakan pada 12 April 2017 mendatang. Dan pengumuman peserta lolos akan disampaikan pada akhir bulan April ini. Startup yang terpilih akan dapat menikmati fasilitas coworking space gratis selama 3 bulan yang bertempat di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Di samping itu, Plug and Play juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan penyedia jasa yang diharapkan dapat mendukung operasional sehari-hari mulai dari konsultasi hukum sampai harga khusus untuk pembelian perlengkapan kantor.

Di penghujung program yang dijadwalkan berlangsung selama 3 bulan ini, PNP Indonesia juga akan mengadakan Demo Day guna menjembatani startup lulusannya dengan investor lokal maupun internasional. Tidak kalah penting, startup lulusan PNP Indonesia juga akan memiliki akses ke dalam komunitas teknologi di Silicon Valley Amerika Serikat.

“Salah satu tujuan utama dari accelerator program ini adalah menyiapkan startup terbaik untuk lebih mudah mendapatkan investasi di putaran berikutnya. Kami tidak melihat venture capital sebagai pesaing, melainkan kami saling melengkapi dalam ekosistem ini,” tutur Wesley Harjono selaku President Direktur Plug and Play Indonesia.

Sesuai dengan slogan yang diusung oleh Plug and Play “our passion is to see startup succeed”, PNP Indonesia terus bekerja mempersiapkan berbagai workshop dan sesi mentoring bagi para startup yang akan berpartisipasi selama 3 bulan dalam program akselerator mulai bulan Mei 2017. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 65 mentor dari berbagai bidang dan keahlian yang sudah berkomitmen untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia melalui Plug and Play.

“Dengan dukungan yang menyeluruh seperti ini, diharapkan para startup yang mengikuti akselerator program di Plug and Play Indonesia dapat fokus pada pengembangan dan pemasaran produk mereka,” tutur Direktur Akselerator di Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk kegiatan akselerator Plug and Play Indonesia.

Plug and Play Indonesia akan Menanamkan Investasi kepada Entrepreneur “Sangat Muda”

​Hari ini, akselerator startup teknologi terkemuka Plug and Play Indonesia mengumumkan bahwa pihaknya akan menanamkan investasi kepada wirausahawan ‘sangat muda’ di Nusantara, bahkan perusahaan tersebut juga akan mempertimbangkan mereka yang masih berusia 5 tahun.

Akselerator startup yang berbasis di Silicon Valley tersebut sering menjadi perbincangan karena metode inovatif yang digunakannya dalam menemukan dan membina orang-orang yang berbakat dalam bidang teknologi. Namun, Nayoko Wicaksono, selaku direktur program lokal mengatakan bahwa Plug and Play Indonesia harus menciptakan terobosan terbaru jika pihaknya ingin menghasilkan produk-produk dan entrepreneur yang akan berpengaruh nantinya.

“Jenjang wirausahawan dimulai sejak dini. Rentang usia ini – mulai dari usia sekitar lima tahun – merupakan usia terbaik untuk menyerap pengetahuan serta melakukan pembelajaran,” terang Nayoko.

“Membangun sebuah bisnis akan memberikan pengalaman berharga yang akan membantu mengembangkan kepercayaan diri, keterampilan berorganisasi, manajemen, serta komunikasi. Anak-anak ini dapat dibina sedini mungkin untuk menjadi entrepreneur ulung di masa depan. Lagipula, kami merupakan investor yang menawarkan investasi jangka panjang yang melihat prospek hingga 30 tahun ke depan.”

Nayoko juga mengatakan bahwa misi Plug and Play di Jakarta tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan. ”Kami sangat passionate untuk membina entrepreneur terbaik 30 tahun lebih cepat daripada kompetitor. Kami ingin wirausahawan muda bisa mengejar impian mereka. Ketika Anda memiliki passion untuk melakukan sesuatu, kami percaya bahwa Anda sudah menempuh setengah jalan menuju kesuksesan.”

Di samping menanamkan investasi di startup yang dikelola anak-anak, Plug and Play Indonesia juga menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengenai investasi. “Kami juga memiliki koneksi dengan beberapa investor muda sukses berumur 10-15 tahun, yang menanamkan modal bersama dengan orang tua mereka yang kaya untuk membantu sesama entrepreneur,” tambah Nayoko.

Ketika ditanya apakah konsep ini akan membuahkan hasil di Indonesia, Wicaksono mengatakan:

“Mereka tidak takut gagal. Justru, sebagai pakar teknologi inheren, mereka penuh dengan rasa penasaran. Mereka mengenal teknologi sejak lahir. Fasilitas tempat belajar yang kami sediakan bagi anak-anak tersebut dipenuhi dengan berbagai tools startup dalam bentuk mainan yang akan membantu mengembangkan ketertarikan serta pembangunan usaha mereka. Kami juga memiliki koneksi mentor yang luas yang dapat menjadi guru serta pengasuh yang baik bagi wirausahawan muda tersebut.”

Mengenai Peluang dan Tantangan Ekonomi Kreatif Indonesia di Tahun 2017

Bekraf secara khusus didirikan pemerintah untuk fokus memajukan ekonomi kreatif Indonesia. Pemerintah sadar betul akan potensi ekonomi kreatif yang diyakini akan perlahan-lahan mendominasi jadi sumber pendapatan negara. Agar dapat terus bergerak ke arah sana, maka dari itu perlu kerja sama nyata antara pemerintah, swasta dan pelakunya itu sendiri. Namun seperti apa langkahnya?

Dalam diskusi panel yang diadakan Plug and Play Indonesia bertajuk “Indonesia Creative Economy 2017”, menghadirkan berbagai pembicara dari ketiga pelaku. Mulai dari Ricky J Pesik selaku Wakil Kepala Bekraf, Mari Pangestu (Mantan Mendag), Gandi Sulistiyanto (Managing Director Sinarmas), Aloysius Budi (Chief Human Capital Dev Astra Intl), dan Dino Patti Djalal (Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat).

Dari sisi Bekraf, Ricky menegaskan bahwa saat ini Indonesia perlu meluruskan lagi pemahaman mengenai ekonomi kreatif. Dari ranah kementerian dan lembaga (K/L) rupanya ekonomi kreatif itu bersinggungan dengan 27 K/L, oleh karenanya perlu pemetaan tugas kembali agar tidak saling tumpang tindih.

Untuk mendukung hal tersebut, saat ini Bekraf bersama K/L lainnya sedang dalam tahap penyusunan regulasi yang menggantikan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, terhitung sudah resmi tidak berlaku lagi sejak 2015.

Selain itu, Ricky mengungkapkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah pemerintah lainnya dalam rangka mendukung ekonomi kreatif lewat pengembangan startup. Misalnya mengevaluasi atau membuat regulasi baru yang mendukung aktivitas industri.

“Dari kacamata pemerintah untuk dukung ekonomi kreatif adalah mengevaluasi ulang sejumlah regulasi lama atau melahirkan regulasi baru yang lebih adaptif. Menurut saya startup itu sangat memerlukan dukungan regulasi yang jelas karena mereka lahir akibat perubahan yang cepat,” ucap Ricky, kemarin (8/3).

Sementara dari sisi swasta, Aloysius Budi mengatakan bahwa saat ini Astra mulai concern untuk bekerja sama dengan startup untuk bergabung dalam Astra Digitalization Program. Hal ini dimaksudkan agar terjadi akselerasi bisnis Astra lewat inovasi yang ditawarkan dari para startup.

Begitupula dengan Sinarmas, Gandi Sulistiyanto menambahkan perhatian Sinarmas kepada startup terlihat dari pendirian Sinarmas Digital Ventures (SMDV) dan bergabung menjadi anggota Plug and Play Indonesia. Menurutnya, dengan menjadi member dapat memberi akses kepada Sinarmas untuk menambah jaringan startup-startup yang berpotensi akan diincar Sinarmas untuk diinvestasikan.

Involvement dari swasta itu penting untuk keberhasilan startup. Pasalnya mereka juga membutuhkan mentor, sementara bagi kami perlu menghubungkan diri dengan startup untuk akselerasi bisnis. Ini jadi solusi win-win,” terang Gandi.

Sedangkan dari sisi Mari Pangestu dan Dino Patti, mereka hanya memberi masukan untuk startup agar dapat lebih kompetitif ke depannya. Mari bilang, bahwa startup diharuskan untuk dekat dengan industri. Tujuannya agar startup dapat memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi industri.

Tak hanya itu, Mari juga menekankan pada pentingnya kemampuan untuk manajemen bisnis startup. Menurutnya, ide yang baik belum tentu akan berjalan sukses bila manajemennya tidak tepat.

Dino pun sepakat dengan ucapan Mari. Dino mengatakan bahwa startup tidak boleh memiliki pola pemikiran nasionalisme sempit. Hal ini, lanjutnya, masih ditemukan dalam kampus di Indonesia yang menganggap penggunaan bahasa asing sebagai kapitalisme.

“Jargon seperti ini tidak bisa membuat mereka bersaing setelah keluar dari kampus. Ekonomi kreatif itu mengenai bagaimana Anda bersikap nasionalisme terbuka, jangan tertutup. Penguasaan bahasa asing itu sangat diperlukan saat berbisnis,” pungkas dia.

Plug and Play Indonesia Buka Program Akselerator Batch Pertama

Sebagai perusahaan rintisan cara startup berkembang berbeda-beda satu sama lain. Masalah modal dan akses pasar sebagai salah satu alasan mendasar kecepatan startup tumbuh dan bekembang. Salah satu program akselerator yang ada di Indonesia adalah Plug and Play Indonesia.

Baru diluncurkan awal bulan ini program program akselerator dari Plug and Play Indonesia akan membantu startup untuk mengkselerasi binsisnya, membantu untuk lebih cepat menemukan pasar dan menaikkan penjualan. Rencananya tahun ini akan diadakan 2 batch dengan masing-masing batch terdiri dari 10 startup.

Accelerator Director Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono bercerita bahwa program akselerator ini akan membantu dan bermanfaat bagi banyak pihak. Pihak pertama yang akan terbantu adalah para startup, dengan program dan workshop yang sudah dirancang Plug and Play Indonesia startup diharapkan bisa lebih bisa mengembangkan produk dan dengan dikenalkannya para peserta akselerator ini dengan mitra korporat dari Plug and Play bisa membantu mereka mendapatkan segmen pasar baru dan kredibilitas.

Untuk mitra korporat, dengan adanya startup-startup ini mereka diharapkan terbantu dari segi inovasi. Sesuatu yang selama ini susah mereka dapatkan karena keterbatasan sumber daya yang mereka miliki. Korporat yang sejauh ini bermitra dengan Plug and Play antara lain Astra, BNI, BTN, dan beberapa lainnya.

Nayoko menjelaskan saat ini untuk batch pertama mereka mencari 10 startup yang setidaknya sudah memiliki produk MVP dan sudah teruji di pelanggan pertama mereka. Dengan masuk ke dalam program akselerator ini diharapkan produk mereka dapat lebih bisa dikembangkan dan dimudahkan untuk masuk ke pasar-pasar.

“Kita sekarang ada lebih dari 50 mentor, ada mentor yang full time dan mentor-mentor yang mengajar dan mengisi kelas-kelas yang akan kita adakan selama program akselerator yang akan kita jalankan,” papar Nayoko.

Selain program mentoring dan pelatihan, para peserta akselerator ini juga dijanjikan investasi sebesar $50.000 hingga $100.000 tergantung berada di mana posisi startup saat ini. Pendaftaran mulai dibuka awal Februari dan akan berakhir di akhir bulan Maret.

Nayoko menjelaskan bahwa untuk kriteria yang mereka cari sebenarnya ada berbagai macam. Ini disesuaikan dengan kebutuhan para mitra korporasi atau yang memiliki prospek. Sektor teknologi finansial dan perdagangan komoditi online menjadi dua sektor yang mereka cari, namun tidak menutup kemungkinan sektor atau jenis layanan lain yang potensial. Untuk pemilihannya sendiri Nayoko menjelaskan Plug and Play juga akan mempertimbangkan rekam jejak pendiri atau tim dalam startup tersebut.

Hadirnya program akselerator ini, dijelaskan Nayoko, berupaya membantu startup untuk lebih cepat mendapatkan akses ke pasar. Ia mengatakan program ini bisa membantu para lulusan inkubator untuk lebih cepat mengakselerasi bisnisnya, dengan meningkatkan penjualan hingga mendapatkan pendanaan baru.

“Di 10 startup ini kita harap kita bisa invest dalam satu tahun itu sekitar $1 juta totalnya. kita ingin startup-startup yang kita invest bisa fundraising dan bisa mendapatkan dana untuk stage berikutnya. Tapi juga yang paling penting juga mereka bisa mendapatkan penjualan atau business development dari korporat (mitra) kita. Membantu mereka menemukan pasar-pasar baru. Itu objective kita untuk bisa membantu startup lebih cepat masuk ke pasar, itu mengapa di sebut akselerator,” imbuh Nayoko.

Menyelaraskan Dunia Startup dan Korporat

Ibarat minyak dan air, cara kerja startup sangat berbeda dengan korporat. Akan tetapi, di sisi lain, dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya kedua entitas ini saling membutuhkan satu sama lain. Terlebih perkembangan saat ini yang mulai mengarah ke digitalisasi. Sekarang pertanyaanya adalah mengapa keduanya membutuhkan sinergi dan bagaimana caranya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Managing Partner SMDV Roderick Purwana menjelaskan sejatinya tidak ada korporat besar yang bisa mahir dalam segala hal. Dengan segala kelebihannya, korporat juga memiliki keterbatasan. Mereka tidak bisa bergerak ‘selincah’ startup, padahal mereka selalu membutuhkan inovasi agar bisnisnya terus berjalan dan sejalan dengan perkembangan zaman.

Akan tetapi, terkadang inovasi itu tidak selalu berasal dari dalam orang dalam perusahaan saja. Makanya korporat butuh para inovator dari pihak luar yang memiliki cara berpikir “out of the box”, tidak seperti karyawan korporat yang sudah terpatri dengan ketatnya aturan.

Sinar Mas Group mendirikan perusahaan modal ventura yang diberi nama SMDV (Sinar Mas Digital Venture). Modal ventura korporat ini memiliki tugas untuk menyinergikan seluruh lini pilar bisnis, yang bergerak di pulp & kertas, agribisnis & makanan, jasa keuangan, telekomunikasi, properti, energi & infrastruktur, media, dan lainnya, untuk mengarah ke digital.

SMDV sifatnya menjadi katalis, bertugas sebagai jembatan antara startup digital yang mereka danai dengan Sinar Mas Group. “Korporat itu ibarat kapal besar dengan navigasi yang rumit dan susah, sementara startup itu seperti speedboat yang fleksibel karena resource-nya tidak butuh banyak. Makanya mereka itu butuh digandeng,” terang Roderick.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Direktur Astra International Paulus Bambang. Dia mengatakan dalam korporat sebesar Astra pun sebenarnya butuh semangat kerja “startup” yang menyebabkan perusahaan bisa maju. Sementara ini, Astra baru membuka kesempatan “pitching” ide untuk kalangan karyawan Astra. Jadi, setiap karyawan yang memiliki ide dipersilahkan untuk menuangkannya dalam sehelai halaman berformat Power Point.

“Kami hanya fokus ke Indonesia saja [untuk ide], sebab kami paham orang Indonesia tahu persis Astra seperti apa. Makanya diharapkan bisa menciptakan inovasi yang tepat untuk Astra. Just one page PPT [format Power Point] berisi data untuk proof concept dan silahkan kirim. Tidak perlu yang kompleks. Bila terpilih, karyawan akan diajak untuk turun langsung [mewujudkan idenya],” kata Paulus.

Untuk mendukung ekosistem startup digital di Indonesia, sementara ini Astra baru menjadi mitra Plug and Play Indonesia. Astra International saat ini belum memiliki rencana mendirikan perusahaan modal ventura yang bergerak khusus menyuntik dana segar ke startup digital.

Astra International sudah memiliki modal ventura sendiri, yakni Astra Mitra Ventura (AMV). Hanya saja, AMV saat ini masih memfokuskan ke pendanaan untuk sektor UKM non digital, beberapa di antaranya merupakan mitra Astra yang bergerak di manufaktur, otomotif, perkebunan, dan lain sebagainya.

“AMV itu baru untuk UKM biasa. Kami belum tahu apakah nantinya mau pakai itu [AMV] atau bentuk khusus [untuk startup digital]. Belum ada pembicaraan. Kami kan sudah ada arm [modal ventura], belum tahu apakah akan digabung ke AMV atau bentuk lagi terpisah.”

Ambil porsi saham minoritas

Hubungan simbiosis mutualisme antara startup dengan korporat harus terus terjalin. Agar jiwa semangat startup tetap hidup, menurut Roderick, sebaiknya korporat harus menyuntik dana dengan penyertaan saham minoritas. Tujuannya agar startup yang didanai tidak terkekang dengan aturan korporat yang menjelimet dan semangat kerja startup tidak luntur.

“Makanya dalam SMDV, kami ambil porsi minoritas agar identitas startup dalam perusahaan yang kami danai tetap hidup. Kami bantu mereka agar inovasi bisa terus berkembang, maintain, dan support apa yang bisa kami berikan kepada mereka agar bisa sama-sama sukses,” sambung Roderick.

Selain itu, antara investor dengan startup harus memiliki batasan fungsi kontrol dan kepemilikan. Model bisnis SMDV sedari awal adalah fungsi kontrol dengan tidak mengambil saham mayoritas, sehingga manajemennya terpisah.

“Kami tidak ikut kontrol perusahaan startup karena kebanyakan setiap pendanaan baru kami tidak masuk sendiri, ada investor lainnya. Keuntungannya bagi startup, mereka masih memiliki identitas sendiri dan secara finansial independen karena manajemennya terpisah.”

Cara startup gaet konsumen korporat

Tak ketinggalan, dalam acara diskusi panel dihadiri oleh Founder dan CEO Bizzy Peter Goldsworthy. Bizzy merupakan salah satu pelopor e-commerce B2B untuk suplai perlengkapan kantor dan layanan bisnis. Meski tergolong perusahaan startup, Goldsworthy mengklaim pihaknya mampu melayani kebutuhan korporat sebagai target konsumen Bizzy.

Menurutnya, kunci utama agar bisa menarik korporat menjadi konsumen, sekaligus investor adalah membuat produk yang sesuai kebutuhan. Selain itu, startup harus bisa merekrut pekerja yang tepat untuk mendukung proses bisnis.

“Startup itu seperti yang dikatakan Roderick adalah speedboat. Oleh karena itu geraknya harus cepat dan tepat agar bisa mendapatkan perhatian dari korporat besar,” ujarnya.

Baru-baru ini, Bizzy mengeluarkan produk terbarunya Bizzy Travel dan Bizzy Guide. Kedua produk ini diklaim dapat membantu korporate untuk mengatur dan memonitor pemesanan hotel domestik, dan panduan pembelian perangkat TI yang tepat untuk UKM.

Program Akselerator Plug and Play Indonesia Resmi Diluncurkan

Satu lagi program akselerasi dari Silicon Valley hadir di Indonesia, kali ini menggandeng venture capital lokal yaitu Gan Kapital, program tersebut bernama Plug and Play Indonesia. Plug and Play sendiri merupakan perusahaan global akselerator bisnis dengan spesialisasi pada pengembangan startup berbasis teknologi. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, teknologi finasial (fintech), Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

“Diluncurkannya Plug and Play Indonesia setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke kantor pusat Plug and Play di Silicon Valley beberapa waktu lalu, kami dari Plug and Play ingin memberikan kontribusi sekitar 20% dari apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu menciptakan 1000 startup hingga tahun 2020,” kata Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi kepada media hari ini di Jakarta.

Plug and Play telah berinvetasi di lebih dari 500 startup di seluruh dunia, di antaranya adalah Paypal, Lending Club dan Dropbox.

Kerja sama dengan korporasi hingga investor

Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi saat acara peluncuran Plug and Play Indonesia

Nantinya Plug and Play Indonesia akan membangun sebuah sarana dan fasilitas yang dapat digunakan oleh startup untuk berinovasi di bidang teknologi. Plug and Play juga akan menhadirkan korporasi ternama untuk turut bergabung dalam program akselerasi dan memberikan bukan hanya dana segar namun juga mentoring kepada penggiat startup baru. Saat ini sudah ada BNI, BTN dan Astra Internasional yang menjadi mitra dari Plug and Play Indonesia.

“Dihadirkannya korporasi kedalam program akselerasi ini diharapkan bisa membuka jalan kepada penggiat startup baru untuk memperluas networking, mendapatkan edukasi yang krusial terutama dalam hal melakukan penggalangan dana, manajemen bisnis hingga mengembangkan potensi produk yang ada,” kata Saeed.

Selain menjalin kemitraan dengan korporasi, Plug and Play Indonesia juga akan menggelar kegiatan bersama universitas di Indonesia, pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan entrepreneur baru yang memiliki potensi untuk mengikuti kegiatan program akselerasi Plug and Play.

“Kami harapkan para mahasiswa atau profesional yang menguasai dan memiliki pengetahuan tentang engineering, software dan lainnya bisa ikut bergabung dalam program ini. Akan menjadi lebih baik lagi jika anggota tim yang terdiri dari 2-3 orang telah memiliki prototype yang nantinya bisa diolah saat program akselerasi berlangsung,” kata Saeed.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. Plug and Play Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

“Fokus utama kami adalah startup yang menguasai bidang mobile dan financial technology (fintech), jika beruntung startup tersebut juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran langsung dari korporasi yang telah bergabung dengan program akselerator Plug and Play,” kata Saeed.

Menggandeng Gan Kapital

Kehadiran Plug and Play Indonesia bisa terwujud berkat kerja sama yang dilancarkan oleh Gan Kapital dan Plug and Play. Perusahaan venture capital asal Indonesia ini berinisiatif untuk melakukan pendekatan dan menawarkan rekomendasi tiga korporasi yang saat ini sudah bergabung dengan program akselerasi Plug and Play Indonesia.

“Saya melihat apa yang dilakukan oleh Plug and Play sudah selaras dengan visi dan misi kita dari Gan Kapital untuk memberikan invetasi kepada startup Indonesia, untuk itu kami menginisiasikan kerja sama ini dengan Plug and Play,” kata CEO Gan Kapital Anthony P Gan.

Kerja sama antara Gan Kapital dan Plug and Play akan menghubungkan kekuatan unik masing-masing pihak dengan aksesnya terhadap venture capital, jaringan korporasi, mentor dan penasihat lokal hingga asing sesuai dengan masing-masing jaringan.

“Kami juga ingin mengajak lebih banyak lagi bukan hanya venture capital tapi korporasi hingga penggiat startup lainnya yang telah berpengalaman untuk menjadi bagian dari program akselerator Plug and Play,” pungkas Anthony.

Dukungan pemerintah

Untuk memperlancar jalannya program akselerasi, Saeed mengungkapkan diperlukannya dukungan pemerintah terutama dalam bentuk ketegasan regulasi, infrastruktur dan pendukung lainnya untuk bisa menghasilkan entrepreneur yang berkualitas. Diharapkan Plug and Play juga bisa menjadi trigger kepada para investor lainnya yang ingin memberikan bantuan dana kepada startup baru lulusan dari program akselerator Plug and Play.

“Kami sangat bersemangat untuk membawa dan menerapkan di Indonesia platform inovasi korporasi yang digabungkan dengan program akselerator Plug and Play, kami melihat ini sebagai peluang yang baik untuk melakukan investasi kepada startup Indonesia agar bisa tampil secara global,” kata Saeed.