Crewdible Umumkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 21 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform micro-warehousing untuk pedagang online Crewdible hari ini (29/10) mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A senilai $1,5 juta atau setara dengan 21 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Global Founders Capital.

Perolehan ini melanjutkan pendanaan awal yang didapat dari sejumlah angel investor pada September 2018 lalu. Dana modal tambahan ini akan dimanfaatkan untuk memperluas kehadiran layanan di berbagai kota di Indonesia. Selain itu juga meningkatkan kapabilitas sistem untuk memenuhi kebutuhan pasar.

“Kami percaya bahwa Crewdible dapat mempermudah pedagang online dalam melakukan manajemen persediaan, pengemasan, dan logistik; sehingga dapat membantu mereka mengembangkan bisnis tanpa harus berurusan dengan hal-hal ribet yang menghambat laju bisnis,” jelas Partner dari Global Founders Capital Indonesia Melvin Hade.

Crewdible dimulai dari solusi logistik untuk membantu pedagang online dalam mengirimkan barang. Seiring meningkatnya pengguna, platform berevolusi menjadi jaringan pergudangan mikro memanfaatkan ruang kosong seperti rumah, ruko, perkantoran, dan lainnya untuk fulfillment untuk pesanan di e-commerce.

“Dengan sistem yang mumpuni, kami berharap dapat membantu pedagang online dalam perjalanan bisnisnya mulai dari 20 transaksi sampai 100 ribu transaksi per bulannya,” tutur Co-Founder & CTO Crewdible Sony Gultom.

Application Information Will Show Up Here

Mandiri Capital Leads Crowde’s Pre Series A Funding

Mandiri Capital Indonesia, the Mandiri backed CVC, leads the Pre Series A funding for the agriculture p2p lending, Crowde, worth of $1 million (around 14 billion Rupiah). In the meantime, Bank Mandiri also participated as an institutional lender for credit loan through Crowde for 100 billion Rupiah.

MCI’s CEO, Eddi Danusaputro said, Crowde is selected based on Bank Mandiri’s need and the same vision with MCI. Bank Mandiri is currently making an effort to increase productive credit to SME, micro in particular.

Crowde fits the requirements as they running a business in the productive sector for farming, fishing, and trading. Soon, MCI is to announce another funding led in the financial sector.

“MCI usually has an appetite for Series A, this time might be different for Crowde has shown a good capacity to complete Bank Mandiri,” Eddi said on Thursday (9/19).

Crowde’s CEO, Yohanes Sugihtononugroho stated MCI as a strategic investor to have symbiotic mutualism with for the sake of Crowde’s future and Mandiri as in a group.

Funding collected in this round will be fully distributed to build technology for Indonesian farmers. He thought there is enough technology around but ineffective for Indonesia’s farmers.

“Our focus is not far from farmers acquisition, in a way to build technology for Indonesian farmers. This is very segmented therefore challenging,” he said.

The pre-Series A isn’t close yet, said Yohanes. They’re still looking for other strategic investors. However,  he’s not willing to leak the target amount and when to stop.

Crowde’s previous investor was Gree Ventures, the number is still undisclosed last year.

Credit loan from Bank Mandiri

Bank Mandiri is now the first national-scale institutional lender of Crowde with the amount of Rp100 billion credit loan. In this partnership, Crowde is to refer some potential debtors for selection based on individual criteria and to manage loans for each debtor.

Based on the selection, Bank Mandiri is to proceed with the loan submission. The maximum number to access by micro SMEs is up to Rp200 million.

Bank Mandiri’s Retail Banking Director, Donsuwan Simatupang said, the scheme between two companies is very strategic. It can guarantee the quality of distributed funding by the bank, also an additional value from Crowde to the business player.

“In addition, the partnership scheme is to accelerate the credit approval process for the debtors can have the momentum to grow the business,” he added.

The company itself can have broaden access towards SME segments on the agriculture sector to accommodate farmers for banking access in terms of funding.

In August 2019, Bank Mandiri has distributed productive microcredit funding worth of Rp23.51 trillion for micro-business players in the region. In fact, Crowde has channeled Rp90 billion funding to 17 thousand small-to-middle size farmers located in Java, Sumatera, and Eastern Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mandiri Capital Pimpin Pendanaan Pra Seri A untuk Crowde

Mandiri Capital Indonesia, CVC kelolaan Bank Mandiri, memimpin pendanaan Pra Seri A untuk startup p2p lending khusus agrikultur, Crowde, sebesar $1 juta (sekitar 14 miliar Rupiah). Di saat yang bersamaan, Bank Mandiri turut berpartisipasi sebagai lender institusi untuk penyaluran kredit melalui Crowde senilai 100 miliar Rupiah.

CEO MCI Eddi Danusaputro menjelaskan, perusahaan memilih Crowde lantaran sesuai dengan kebutuhan yang dicari Bank Mandiri dan sejalan dengan misi awal didirikannya MCI. Saat ini Bank Mandiri sedang berupaya untuk meningkatkan penyaluran kredit produktif di UMKM terutama mikro.

Crowde dianggap sebagai kandidat yang cocok karena bergerak di sektor produktif untuk pertanian, perikanan, dan perdagangan. Dalam waktu dekat, MCI akan segera mengumumkan pendanaan lain yang juga dipimpinnya di bidang manajemen keuangan.

“Biasanya appetite MCI untuk investasi di Seri A, tapi ini kali ini sedikit beda karena Crowde punya kapasitas yang baik untuk memenuhi kebutuhannya Bank Mandiri,” terang Eddi, Kamis (19/9).

CEO Crowde Yohanes Sugihtononugroho menerangkan, MCI adalah investor strategis yang secara langsung bisa membawa hubungan simbiosis mutualisme untuk perkembangan Crowde ke depannya dan Bank Mandiri secara grup.

Dana yang didapat dari putaran ini sepenuhnya akan dipakai untuk bangun teknologi yang bisa digunakan oleh petani di Indonesia. Menurutnya, ada banyak teknologi bertebaran, akan tetapi yang bisa digunakan dengan segmentasi petani Indonesia tidak banyak.

“Fokus kita tidak akan jauh-jauh dari jangkau lebih banyak petani, caranya dengan bangun teknologi yang bisa dipakai oleh petani Indonesia. Ini yang segmented banget sehingga jadi challenging,” kata Yohanes.

Putaran pra Seri A belum ditutup menurut Yohanes. Pihaknya masih mencari investor strategis lainnya untuk masuk. Sayang, dia belum bersedia membeberkan target dana yang dibidik dan kapan putaran akan ditutup.

Investor Crowde sebelumnya adalah Gree Ventures dengan nominal pendanaan yang tidak disebutkan tahun lalu.

Pinjaman kredit dari Bank Mandiri

Bank Mandiri kini menjadi lender institusi skala nasional pertama buat Crowde dengan nilai komitmen penyaluran kredit Rp100 miliar. Dalam kerja sama ini, Crowder akan mereferensikan calon debitur potensial untuk mengikuti proses seleksi berdasarkan kriteria calon debitur perseroan dan menentukan pinjaman untuk tiap calon debitur.

Berdasarkan proses seleksi tersebut, Bank Mandiri akan memroses pengajuan pinjaman tersebut. Plaform maksimal yang bisa diakses setiap pelaku mikro adalah Rp200 juta.

Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang menerangkan, skema antara kedua perusahaan ini sangat strategis karena dapat membantu bank menjaga kualitas pembiayaan yang disalurkan, serta meningkatkan nilai tambah yang bisa diberikan Crowde kepada pelaku usaha tersebut.

“Di samping itu, skema kerja sama ini juga dapat mempercepat proses persetujuan kredit sehingga debitur yang dibiayai dapat memanfaatkan momentum yang ada dalam mengembangkan usaha,” tutur Donsuwan.

Perseroan sendiri akan mendapat akses yang lebih luas terhadap segmen UMKM di sektor agrikultur sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan para petani dan peternak terhadap akses permodalan perbankan.

Hingga Agustus 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan kredit mikro produktif sebesar Rp23,51 triliun kepada pelaku usaha mikro di tanah air. Adapun Crowde telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp90 miliar ke 17 ribu petani kecil dan menengah yang berlokasi di Jawa, Sumatera, dan Indonesia bagian Timur.

Application Information Will Show Up Here

Dapat Pendanaan Pra-Seri A, Qontak Mantapkan Diri sebagai Platform “Social CRM”

Qontak yang dulu sempat dikenal sebagai penyedia informasi kontak bisnis, kini makin perkuat lini bisnis ke ranah B2B dengan menghadirkan solusi berupa platform “Social CRM”. Kepada DailySocial, CEO Qontak Brendan Rakphongphairoj menyebut mereka sebagai “The First Social CRM in Indonesia and Southeast Asia”. Mereka juga baru saja mengamankan pendanaan pra-seri A yang akan digunakan untuk memperkuat posisinya di pasar.

Putaran tersebut dipimpin oleh Azure Ventures, dengan keterlibatan Amand Ventures dan SeaCap Venture. Investornya di tahap awal juga turut terlibat, yakni Indonusa Dwitama. Mengenai detail nominal, pihak Qontak enggan untuk menginformasikan.

“Social CRM menghubungkan bisnis lebih dekat dengan klien, prospek, dan tim melalui solusi pelacakan dan automasi. Basis klien kami telah berkembang dan jumlah industri yang kami layani sangat luas. Solusi kami mendukung UKM, Fortune 500 dan BUMN,” terang Brendan.

Qontak mengklaim saat ini mereka sudah membantu lebih dari 100 bisnis di bidang distribusi, teknologi, asuransi, dan masih banyak lagi. Pihaknya cukup optimis bisa terus berkembang dan menjadi perusahaan penyedia Social CRM yang mampu membantu klien tumbuh dan berkembang.

“Qontak bertujuan untuk menyediakan solusi teknologi penjualan yang terjangkau untuk semua bisnis di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara,” ujar Brendan ketika ditanya rencananya setelah mendapatkan pendanaan.

Sebagai penyedia solusi B2B, mereka memiliki beberapa solusi utama seperti CRM, HR Tracking, KPI Tracking, sistem pemesanan dan pembelian, integrasi percakapan aplikasi pesan, solusi call center, dan omni-channel untuk saluran e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Gradana Receives Pre Series A Funding from TryB Group, to Expand in Fintech Property Market

The p2p lending platform developer for fintech property, Gradana, today (5/29) announces pre series A funding from TryB Group. The nominal is undisclosed, but it’s to be focused on product development and to intensify market penetration.

TryB Group’s Principal, Herston Power said in his speech that Gradana has potential to be the leading fintech property in Southeast Asia, starts from Indonesia. The service has been the answer of many financial property, such as down payment, rent, renovation or long term product as House Ownership Credit (KPR).

Gradana was built by two co-founder, Angela Oetama and William Susilo Yunior. The startup has won some awards, the Best Fintech Startup representing Indonesia in ASEAN Rice Bowl Awards and 10 Best KPMG version P2P Lending Platform in Fintech Edge.

“In addition to the expansion plan, TryB investment funds will also be used to develop technology, related to the analytics-oriented credit scoring capabilities in projecting bad credit probabilities of the borrowers, resulting in scalable and reliable decision making of credit ownership or rental property in Gradana,” Oetama said.

Currently, the company offered some products, such as GraDP, GraSewa, and GraRenov. All is being developed for property business to be investable and affordable for public. Gradana platform also support property business ecosystem, including developer, agent, renovation and interrior company, investors, and bank; to have synergy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gradana Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A dari TryB Group, Siap Perluas Pasar Fintech Properti

Pengembang platform p2p lending pembiayaan properti Gradana hari ini (29/5) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari TryB Group. Tidak disebutkan mengenai nominal yang didapatkan. Dana yang didapat akan difokuskan untuk perluasan produk dan penetrasi pasar secara lebih intensif.

Dalam sambutannya Principtal TryB Group Herston Powers mengatakan, Gradana memiliki peluang menjadi perusahaan pembiayaan properti digital pertama di Asia Tenggara dimulai dari Indonesia. Layanannya saat ini telah menjawab berbagai kebutuhan pembiayaan properti, baik itu DP, sewa, renovasi maupun yang berjangka lebih panjang seperti KPR.

Gradana didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Angela Oetama dan William Susilo Yunior. Startup ini juga beberapa kali memenangkan penghargaan, seperti Best Fintech Startup mewakili Indonesia di ASEAN Rice Bowl Awards dan 10 Platform P2P Lending Terbaik versi  KPMG di Fintech Edge.

“Selain untuk ekspansi ke minimum 3 kota baru, dana dari TryB akan dimanfaatkan pula untuk pengembangan teknologi, terutama terkait credit scoring capabilities yang berorientasi pada analytics untuk memproyeksikan probabilitas gagal bayar oleh calon peminjam, sehingga proses pengambilan keputusan kredit kepemilikan atau sewa properti di Gradana pun menjadi lebih scalable dan reliable,” ujar Angela.

Saat ini perusahaan telah memiliki beberapa produk, di antaranya GraDP, GraSewa, dan GraRenov. Semuanya dikembangkan untuk membuat bisnis properti lebih investable dan terjangkau bagi masyarakat. Platform Gradana juga mencoba mewadahi ekosistem bisnis properti, seperti pengembang, agen, perusahaan interior dan renovasi, investor serta bank; sehingga dapat saling bersinergi.

Bobobox Receives Pra-Series A Funding, to Expand Service in Indonesia

Bandung-based smart accommodation startup, Bobobox, today (3/5), announces Pra-Series A funding from Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three hidden investors with undisclosed value. It’s to be used for service expansion in all over Indonesia within the next two years.

Founded in 2017, Bobobox provides pods, bed capsules that offers convenience and calming atmosphere for customers at affordable price. The pods are including an app to control gate access, lamp adjusting, safety feature, bluetooth speaker, and air conditioner.

Bobobox presents as a game changer that focuses on millennials/ travelers market in need for convenience and easy at affordable price. Using the technology in pods, Bobobox answered the needs of space, safety, and accommodation of affordable hostel.

“We aim to be the biggest chain accommodation in Indonesia by 2020 with more than 200 locations. Properties are owned or managed by Bobobox. We’re now planning to build new property around Jakarta, Bogor, Bali, and Yogyakarta,” Bobobox’s Co-Founder, Antonius Bong said.

Previously, Alpha JWC Ventures and Ganesha Ventures are involved in Bobobox funding in mid-2018. Bobobox is expected to continue developing, particularly in hospitality industry revolution in Indonesia.

“Bobobox’s growth and traction has gone exponential since our first investment in team, no wonder we’re supporting them with our best, in terms of funding and business support. We believe within the next two years, Bobobox will achieve their target to be the fastest growing pods service in Indonesia supported by technology which going to create hospitality industry revolution,” Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Chandra Tjan said.

Bobobox’s Co-founder, Indra Gunawan explained that Bobobox started to offer single bed pods this year. Previously, they just offered king size bed. In addition, they will form some new partnerships, and create opportunity for frenchise.

“”We also renovate the current hotels. Unlike the other hospitality SaaS which only provides branding, we also help independent hotels with pods, system, even marketing. Trial project has done and we’re to expand with this model,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Terima Pendanaan Pra-Seri A, Segera Perluas Layanan di Indonesia

Startup smart accommodation asal Bandung, Bobobox, hari ini, (5/3), mengumumkan telah menerima pendanaan Pra-Seri A dari Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor yang tidak disebutkan dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan kali ini akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan di seluruh Indonesia dalam kurun waktu dua tahun mendatang.

Didirikan pada tahun 2017, Bobobox menghadirkan pods, kapsul ruang tidur, yang menawarkan kebutuhan yang membuat para pengguna tenang dan nyaman dengan biaya yang terjangkau. Pods tersebut dilengkapi dengan aplikasi yang mampu mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Bobobox dihadirkan sebagai game changer yang fokus pada pasar milenial/traveler yang membutuhkan kenyamanan dan kemudahan yang terjangkau. Dengan teknologi yang ada di pods, Bobobox juga menjawab kebutuhan akan ruang, keamanan, dan akomodasi tempat istirahat yang terjangkau.

“Kami bertujuan untuk menjadi biggest chain accommodation di Indonesia pada tahun 2020 dengan operasi di lebih dari 200 lokasi. Properti dimiliki oleh atau dioperasikan oleh Bobobox. Kami sekarang menggulirkan rencana untuk membangun tempat baru di sekitar Jakarta, Bogor, Bali, dan Yogyakarta,” terang Co-Founder Bobobox Antonius Bong.

Sebelumnya, Alpha JWC Ventures dan Genesia Ventures juga terlibat dalam pendanaan Bobobox para pertengahan tahun 2018. Bobobox diharapkan bisa terus berkembang, terutama dalam merevolusi industri hospitality di Indonesia.

“Pertumbuhan dan traksi Bobobox telah eksponensial sejak kami pertama kami berinvestasi di tim, jadi wajar kami terus mendukung mereka dengan cara terbaik yang kami bisa, dalam hal pendanaan dan dukungan bisnis. Kami percaya dalam dua tahun ke depan Bobobox akan mencapai target mereka untuk menjadi pods dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia dengan fitur yang didukung teknologi yang akan merevolusi industri hospitality,” terang Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Co-founder Bobobox Indra Gunawan menjelaskan Bobobox mulai menawarkan pods dengan single bed tahun ini. Sebelumnya mereka hanya menawarkan tempat tidur king size. Indra juga menjelaskan tahun ini mereka akan lebih banyak menjalin kerja sama, karena juga membuka peluang untuk frenchise.

“Kami juga memperbaiki hotel yang sudah ada. Tidak seperti banyak SaaS perhotelan yang hanya menyediakan branding, kami membantu hotel independen dengan menyediakan pods, sistem, dan bahkan pemasaran. Proyek percontohan telah berhasil dan kami menantikan memperluas model ini,” pungkas Indra.  

Application Information Will Show Up Here

Venturra Discovery Aims for Early-Stage Startups to Pre-Series A Funding

Venture investor (VC) under Lippo Group, Venturra Capital, officially launched an investment arm called Venturra Discovery to focus on early-stage startups to Pre-Series A funding in Southeast Asia.

John Riady, Lippo Group’s Director, said in the launching that Venturra Discovery has opened up opportunities for companies to be more active on early-stage startups funding in Indonesia.

“We’re very lucky to contribute for Indonesia’s development because of the potential we see is not only for Series A and Series B but also seed funding. We can’t wait to see the results in the near future,” he added.

Another reason behind Venturra Discovery creation is the wide gap between seed funding to series A and up. Based on the data cited by Venturra Capital, VCs which focused on seed funding in 2014 are capable to pour $50-500,000 ticket size per company. However, the gap is widen in Series A and up.

In 2018, it’s the contrary, where VCs focused on series A can pour $1-3 million per investment. The gap is there for the active VCs on early-stage startups to pre-series A funding.

“Tech ecosystem wasn’t ready then, but tech industry has grown rapidly the past year. There will be some issues to solve, hence we work with more founders,” Rudy Ramawy, Venturra Capital’s Managing Partner, said.

Therefore, Venturra Discovery focused on early-stage startups to pra-series A funding in Southeast Asia. The company aims for 30-40 portfolios for the investment amount ranging from $200,000 to $500,000. Total investment raised is $15 million (around IDR 223 billion), only from Lippo Group.

“We want to invest on an agnostic sector. Currently, there are 5 (deals), including 1 healthcare company, 2 consumers, one enterprise solution, and 1 incubator. This is the perfect moment for acceleration, and we want to fill the gap with this VC launching,” Raditya Pramana, Venturra Discovery’s Partner added.

Venturra Capital was founded in 2015 with the seed funding of $150 million. Recently, Venturra has distributed investment for funding worth of $600 million, and first investment growth up to 3.1 times.

The independent VC has made investments in Southeast Asia, including Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, and Vietnam. There are 22 companies have received funding from Venturra, including Ruang Guru, Fabelio, and Medigo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Agritech Startup TaniGroup Receives Million Dollars Pre-Series A Funding

Agritech startup company TaniGroup, consists of TaniHub and TaniFund, announces Pre-Series A funding worth millions of dollars. The round is led by Alpha JWC Ventures and followed by some angel investors. It’s expected to help TaniGroup improve its capacity and expand its market, both domestic and export needs.

The objective is to help farmers improving life along with the farming industry.
TaniHub is an e-commerce connecting farmers and corporate consumers, while
TaniFund is the crowfunding platform that provides funding for farmers.

“What makes TaniHub and TaniFund special is the end-to-end service. We have field teams to monitor the process, experts to guide farmers, and e-commerce
platform to absorb the harvest. Therefore, we’re not only provide funding, but also full training to minimize business risk,” Ivan Arie, Co-Founder and CEO
of TaniGroup, said.

Eka Pamitra, Co-Founder and President of TaniGroup, added, “Up until now,
we’ve been supporting around 16,000 farmers in 600 farming groups. After improving efficiency in harvest distribution, their [the farmers] income is increasing up to 30% from the previous rate. Besides improving the farmers’
welfare and their family, we want to lead them to apply sustainable farming
that environment-friendly in all their cultivation processes.”

Farming is one of the captivating sectors in Startup Report 2017. As an agrarian
country, digital solution for this sector gives many opportunities. TaniGroup believes that there are too many issues in farming sector to solve alone. Therefore, the partnership of stakeholders, including regulators and all industry players, is an absolute necessity.

“Agriculture is a vital industry in Indonesia and TaniGroup succeed in providing
a solution that creates efficiency in the complex farming business. Keeping up with our focus to make the best out of Indonesia, Alpha JWC Ventures is ready to partner with TaniGroup for making additional value, accelerate innovation, and bring positive impact to Indonesia’s agriculture industry.” Jefrey Joe, Co-Founder and Managing Partner of JWC Ventures, explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian