Startup Konstruksi AMODA Terima Suntikan Dana Pra-Awal dari East Ventures

Startup properti dan konstruksi AMODA, hari ini (8/7) mengumumkan telah meraih pendanaan pra-awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin East Ventures. Perusahaan akan memanfaatkan dana untuk meningkatkan fasilitas manufaktur, perbesar tim, dan berinvestasi pada R&D.

Co-founder dan CEO AMODA Robin Yovianto menuturkan, selama ini konstruksi komersial adalah sektor yang telah lama ada dan menyimpan banyak potensi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. AMODA hadir untuk merevolusi sektor ini dengan menyediakan integrasi konstruksi dan teknologi yang lebih baik.

“Kami percaya bahwa AMODA berada pada barisan terdepan yang membawa masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, melalui jaminan dari ketenangan pikiran. Dana dari East Ventures akan mempercepat misi kami untuk membawa lebih banyak dampak sosial dan ekonomi untuk Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Ia merinci beberapa masalah di konstruksi, seperti kurangnya tenaga kerja terampil, minimnya transparansi dan keandalan spesifikasi, pengawasan, dan dokumentasi, serta tidak ada standarisasi bahan, anggaran dan estimasi waktu. Seluruh masalah ini menyebabkan eksekusi yang berisiko tinggi, inefisiensi waktu dan biaya, dan pengalaman keseluruhan yang tidak menyenangkan.

Oleh karena itu, Robin dan rekannya Agusti Salman Farizi (President) terdorong untuk merintis AMODA pada 2021. AMODA menghilangkan masalah dalam proses konstruksi konvensional dengan menyederhanakan proses melalui integrasi teknologi digital, sehingga hemat biaya, bebas kerumitan, dan efisien secara waktu. Solusi ini hadir untuk individu dan bisnis, baik skala kecil maupun skala besar.

Layanan AMODA

Produk AMODA adalah ErgaPods dan ErgaBox. Keduanya mengadopsi konsep prefabrikasi, yakni metode konstruksi yang dilakukan dengan memfabrikasi komponen-komponen bangunan di pabrik dan kemudian dibawa ke lokasi untuk pemasangan dan pendirian bangunan.

Serta, bangunan modular, yakni bangunan yang dibentuk melalui proses panelisasi. Setiap komponen bangunan akan di rakit di pabrik (off site) dalam bentuk panel, dan kemudian panel-panel ini akan disatukan menjadi sebuah bangunan. Pada konstruksi ini, panel/modul juga sangat memungkinkan untuk dikustomisasi. Sehingga keunggulan dari kedua konsep tersebut adalah proses simpel, efisien secara waktu, hemat biaya, kualitas andal, fleksibel, dan sedikit limbah.

“AMODA telah membawa dampak yang berarti bagi siapa pun yang ingin memulai bisnis, dengan mengurangi risiko yang harus ditanggung oleh para pengguna karena memungkinkan mereka untuk melakukan trial and error; hingga berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.”

Robin melanjutkan, dalam mengembangkan R&D ada dua fokus yang akan dilakukan perusahaan. Pertama, dari sisi produk, ingin perluas batas aset konstruksi, menciptakan lebih banyak produk untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda, dan menghadirkan produk yang semakin hemat secara waktu dan biaya. Kedua, dari sisi teknologi, menghadirkan lebih banyak fitur untuk memudahkan pengalaman digital pengguna secara end-to-end.

“Kami bersemangat akan inovasi yang dihadirkan oleh tim AMODA ke pasar desain dan konstruksi properti di Indonesia. Para pendiri AMODA memiliki pengalaman relevan dan kuat baik secara lokal maupun global. Hal tersebut membuat kami yakin bahwa era pembangunan properti yang lebih efisien di Indonesia akan segera hadir,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Hingga pertengahan tahun ini, AMODA mengklaim telah melipatgandakan pendapatannya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemajuan ini juga turut dikombinasikan dengan pertumbuhan adopsi pengguna, ditandai dengan pemerolehan klien 50% lebih cepat. Rata-rata kliennya adalah usaha kuliner, namun juga tak lepas dari bisnis korporat, pengembang properti, dan startup.

Ringkas Raih Pendanaan 33 Miliar Rupiah, Digitalkan Proses Kredit Kepemilikan Rumah

Platform kredit hunian digital Ringkas hari ini (31/5) mengumumkan pendanaan tahap pra-awal senilai $2,3 juta atau lebih dari 33 miliar Rupiah. Investor yang berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini antara lain 500 Global, Iterative Capital, Creative Gorilla Capital, Teja Ventures, Init-6, serta beberapa founder perusahaan unicorn.

Setelah memutuskan untuk memulai inisiatif baru di tahun 2021, Ilya Kravtsov, yang sebelumnya juga dikenal sebagai founder PouchNATION mencoba mencari solusi yang bisa menyelesaikan masalah besar di Indonesia. Saat itu Ia menemukan bahwa kepemilikan rumah cukup menjadi isu yang banyak dihadapi masyarakat di negeri ini.

Lalu ia bertemu dengan kedua rekannya saat ini, Leroy Pinto dan Yoko Simon yang memiliki latar belakang cukup kuat di dunia teknologi. Leroy pernah bekerja di Google dan Amazon; sementara Yoko sudah berpengalaman 16 tahun di Dell. Ketiganya lalu mengembangkan platform Ringkas dengan tujuan untuk menyederhanakan proses kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk ratusan juta rakyat Indonesia.

Ringkas menemukan fakta bahwa penetrasi kredit hunian di Indonesia adalah salah satu yang terendah di dunia dengan total pinjaman perbankan yang setara dengan 3,25% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, backlog perumahan Indonesia terus bertumbuh hingga saat ini di angka 11,4 juta unit. Penyebab dari situasi yang menantang ini disinyalir karena 55% tenaga kerja negara lokal di Indonesia terdiri dari pengusaha kecil dan menengah, pekerja lepas, hingga individu tanpa kontrak yang pasti.

“Saat ini, lebih dari 70 juta orang di Indonesia berjuang untuk membuktikan kepada sistem perbankan bahwa mereka saat ini telah memiliki sumber daya keuangan dan layak untuk bisa mendapat hunian, atau lebih dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR),” ujar Co-Founder Ringkas Leroy Pinto.

Dengan misi untuk bisa memecahkan masalah kepemilikan rumah ini, Ringkas mencoba mendigitalkan keseluruhan proses rantai nilai hingga menciptakan platform cerdas yang mampu menyederhanakan proses kredit hunian dengan menyesuaikan profil pelanggan secara lebih efisien, dan
menargetkan aset yang sesuai standar risiko dari lembaga keuangan.

“Tempat tinggal merupakan sebuah kebutuhan fisiologis dasar yang harus dimiliki oleh siapa pun, kami pun merasa bangga untuk bisa mendukung Ringkas sebagai sebuah tim yang ingin membuka peluang yang luas untuk membantu proses kepemilikan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan memungkinkan akses yang lebih setara pada proses pembiayaannya melalui kemajuan teknologi,”  ungkap Managing Partner 500 Global Khailee Ng.

Dalam waktu 6 hingga 12 bulan mendatang, Ringkas berkomitmen untuk fokus mengembangkan platformnya dan melayani puluhan ribu penggunanya sekaligus meluncurkan platform untuk berbagai inisiatif yang bisa memberikan dampak besar lainnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Platform ini juga menargetkan ekspansi ke wilayah yang lebih besar seperti Asia Tenggara.

Meskipun begitu, Ringkas menegaskan bahwa platformnya tidak memberikan pinjaman secara langsung. Dalam menyediakan layanan ini, Ringkas berkolaborasi dengan institusi finansial yang menyediakan pinjaman, lalu menerima fee dari setiap transaksi yang berhasil terjadi dalam platform. Namun Ilya juga menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk di kemudian hari bisa menyediakan fasilitas ini secara langsung.

Digitalisasi di sektor properti

Sebelum eksistensi proptech di Indonesia terlihat, ada anggapan bahwa proses pembelian rumah adalah hal yang sulit dan memakan waktu, dan umumnya orang memiliki persepsi bahwa properti harus dapat dilihat secara fisik proses pembangunannya. Namun, seiring perkembangan dunia digital dan para perusahaan teknologi yang memfasilitasi digitalisasi, anggapan ini perlahan pudar.

Menurut laporan Tren Pasar Pasar Properti Lamudi Indonesia pada semester I-2021, tingkat penjualan properti mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 36,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya meski terimbas oleh pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pencari properti yakni 36,7 persen berada di dalam kisaran umum 18-35 tahun, dan sektor proptech dapat menstimulasi penjualan properti dengan memikat para pembeli baru.

Terkait pemanfaatan teknologi di sektor properti, Ilya juga mengungkapkan bahwa terdapat jutaan pencari rumah dan lebih dari 12.000 developers di Indonesia. Sementara di sisi lainnya, ada lebih dari 1.200 bank dan lembaga keuangan yang tersedia saat ini. Timnya melihat bahwa salah satu cara rahasia untuk membuka peluang ini adalah dengan memanfaatkan teknologi yang menghubungkan seluruh pemain di industri ini dengan cara yang sangat sederhana, cepat, dan terfokus pada pelanggan.

Beberapa pemain proptech yang ada di Indonesia termasuk Rumah123, 99.co, Rukita, juga Beliruma. Selain itu juga ada Pinhome yang belum lama ini menelurkan program #CicilDiPinhome untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan tidak tetap (Non-fixed Income/NFI) untuk memiliki rumah impian mereka.

Lalu platform fintech pembiayaan properti hunian juga ada Gradana, yang mencoba memudahkan masyarakat dalam mencicil DP atau pembelian rumah.

Gandeng Cicilsewa, Rentfix Perlengkap Skema Pembayaran Properti

Bertujuan untuk memudahkan proses pembayaran penyewa properti, Rentfix menggandeng Cicilsewa menyediakan skema pembayaran sewa bulanan. Caranya dengan membantu memberikan dana talangan untuk satu hingga dua tahun, sehingga di sisi penyewa bisa tetap mencicil dengan skema bauar bulanan.

Bersama dengan Cicilsewa, Rentfix ingin membantu masyarakat untuk menyewa properti seperti rumah, apartemen, ruko, toko, kios, kantor dengan pembayaran yang lebih terjangkau. Dengan sistem ini, kebutuhan penyewa untuk memiliki hunian dan tempat usaha yang layak akan lebih ringan tanpa harus membayar sewa yang besar di awal. Saat ini fitur cicilan sewa ini sudah tersebar di Jabodetabek

“Kami berharap melalui kerja sama Rentfix dengan Cicilsewa dapat terus meningkatkan transaksi sewa properti di Rentfix pascapandemi. Kami juga optimis terhadap permintaan sewa properti yang sudah mulai tumbuh kembali dengan peningkatan jumlah transaksi sewa di Rentfix yang tampak terus naik saat ini,” kata CEO Rentfix Effendy Tanuwidjaja.

Cara kerja yang ditawarkan oleh Rentfix melalui fitur ini adalah, Cicilsewa akan membayarkan penuh satu tahun ke pemilik properti sehingga penyewa dapat dengan mudah membayar sewa per bulan. Ini akan mengatasi kesenjangan di pasar sewa properti dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum memiliki sarana untuk memenuhi pembayaran di muka 12 bulan untuk sewa properti.

“Adapun proses kurasi penyewa yang berhak mendapatkan kesempatan cicilan sewa properti di Rentfix, pertama penyewa dapat memberikan kelengkapan data maupun dokumen, lalu survei unit properti, dan laporan hasil persetujuan serta pembayaran biaya awal (DP, Cicilan Pertama),” kata Effendy.

Pihaknya juga dapat menghitung dan menyesuaikan biaya sewa sesuai dengan kemampuan keuangan penyewa. Kemudian penyewa dapat melakukan skema cicilan yaitu minimal uang muka sebesar 30% dari total sewa. Skema ini memudahkan dan membantu arus kas penyewa.

Untuk meminimalkan risiko, pihaknya mematok tenggang waktu pembayaran sewa dan denda keterlambatan membayar sewa ditetapkan hanya 0,3% per hari dari jumlah tagihan di bulan tersebut.

“Kami melihat bahwa sebagian besar para penyewa properti kerap kali mengeluh lantaran harus membayar lunas sewa properti selama setahun. Maka, Rentfix menyediakan skema pembayaran sewa bulanan dengan membantu memberikan dana talangan sehingga penyewa bisa membayar secara bulanan,” kata Effendy.

Pertumbuhan bisnis Rentfix

Meluncur tahun 2017, Rentfix mengklaim sejak Maret s/d Mei 2022 pertumbuhan bisnisnya mengalami peningkatan hingga 70-100%. Kenaikan tersebut terjadi pada kebutuhan properti salah satunya residensial seperti rumah yang mendapatkan hasil yang baik dengan banyaknya permintaan per bulan. Rentfix juga terus menjajaki kerja sama dengan mitra-mitra baru.

Hingga saat ini Rentfix mengklaim telah memiliki sekitar lebih dari 3000 pengguna dan 55 jumlah mitra penyewa maupun pembeli. Akhir tahun 2020 lalu Rentfix meluncurkan fitur “Rentfix Jual Beli”. Bisnis jual-beli ini diluncurkan karena banyaknya permintaan dari para pengguna yang ingin memiliki hunian dengan cara dan proses yang mudah. Tahun 2021 lalu Rentfix juga telah memperluas cakupan bisnis ke Singapura.

Sempat mengalami kendala saat pandemi, kini platform proptech sudah mulai banyak mengalami pertumbuhan. Mulai dari sisi jumlah properti yang ditawarkan, hingga jumlah peminat yang masih terus meningkat hingga kini. Selain platform proptech seperti Rentfix, layanan yang mengedepankan teknologi untuk bisnis properti juga mulai banyak muncul. Di antaranya adalah Pintuitive, Jendela360, dan Pinhome.

Application Information Will Show Up Here

Sinar Mas Land Luncurkan “Urban Gateway Fund”, Bidik Startup Pengembang Inovasi Kota Pintar

Sinar Mas Land mengumumkan kerja sama strategis dengan East Ventures, Redbadge Pacific, dan Prasetia Dwidharma untuk meluncurkan “Urban Gateway Fund (UGF)”. Dana kelolaan ini disiapkan untuk investasi startup tahap awal yang bergerak pada pengembangan tata kota.

Selain ketiga pemodal ventura di atas, Sinar Mas Land juga menggandeng pengembang asal Korea Selatan GS E&C, yang juga akan menjadi salah satu investor dan mitra strategis UGF dalam jangka panjang di Indonesia.

UGF membidik startup di bidang urban dan proptech yang menjadi kebutuhan mendasar bagi pembangunan perkotaan di masa depan. Ada enam sektor pengembangan utama antara lain mobilitas dan transportasi, teknologi properti, analisis data dan AI, ritel omnichannel, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, dan smart city tech.

Group CEO Sinar Mas Land Michael Widjaja berharap akselerasi keenam sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan pengembangan urban bagi generasi selanjutnya. “Dalam upaya transformasi BSD City menjadi integrated smart digital city, kami membuka peluang bagi pelaku startup untuk memberikan ide dan solusi yang memperkaya ekosistem kota ini,” tuturnya dalam keterangan resmi.

CFO Prasetia Dwidharma Ardi Setiadharma menambahkan, UGF dapat menjadi sarana tepat bagi lulusan program akselerator Escalate untuk berkontribusi terhadap pengembangan kota pintar. Sekadar informasi, sebelumnya Prasetia Dwidharma telah menjalin kerja sama dengan Sinar Mas Land pada program Escalate.

“Dalam program Escalate, kami sama-sama mendukung startup untuk tumbuh di ekosistem Sinar Mas Land. Kami bersemangat hadir bersama UGF agar dapat memampukan lebih banyak startup lokal dalam menampilkan teknologi dan solusi mereka,” ujar Ardi.

Fasilitas dan ekosistem

Lebih lanjut, rencananya UGF akan menyediakan akses ke ekosistem kota pintar di BSD City dan ekosistem milik Sinar Mas Land melalui tiga tahap. Pertama, UGF menyediakan fasilitas di mana startup terpilih dapat menggunakan platform uji coba dan mengintegrasikan ide/prototype ke ekosistem Sinar Mas Land.

Kedua, startup terpilih dapat menginkubasi dan memvalidasi pilihan solusi dalam pengembangan tata kota. Terakhir, startup terpilih mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan pemimpin Sinar Mas Land dalam pengembangan kota dan manajemen properti.

Sebagai informasi, Sinar Mas Land merupakan anak usaha konglomerasi Sinar Mas yang merupakan salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia. Sinar Mas Land terdiri dari dua pengembang besar, yakni Bumi Serpong Damai dan Duta Pertiwi.

Menurut Managing Partner of Redbadge Pacific Timothy Yong, BSD City dinilai memiliki ekosistem dan captive market yang dapat mendorong pertumbuhan startup di bidang urban dan proptech. “Ini juga akan mendorong kehadiran startup lain. Dukungan strategis dan ekosistem menjadi hal yang penting bagi startup proptech untuk bisa berkembang di tahap awal.” Tutupnya.

Fund Amount Participant(s) Vertical/Focus
Urban Gateway Fund N/A Sinar Mas Land; bermitra dengan East Ventures, Redbadge Pacific, dan Prasetia Dwidharma Proptech, Urban
Bio-Health Fund $20 million (Rp292 billion) Bio Farma and MDI Ventures Biotech, healthtech
Fundnel Secondaries Fund $50 million (Rp727 billion) Fundnel Group and BRI Ventures Late-stage startups
Ratu Nusa Fund $10 million (Rp143 billion) Gobi Partners and Ozora Yatrapaktaja Women founders, healthtech, e-commerce, proptech, education, fintech, dan enterprise
IDN Live Streamer Fund Rp50 million IDN Media Content creator, live streamer
Indonesia Impact Fund N/A Mandiri Capital Indonesia and UNDP Social impact
Luno Expeditions N/A Luno Fintech, Web3, Crypto
Teja Ventures $10 million (Rp143 billion) Teja Ventures New economy, fintech, edtech
Cydonia Fund N/A Indogen Capital and Finch Capital Web3

Dana kelolaan yang diluncurkan di sepanjang 2022

Sebelumnya, pemerintah menyebut bahwa pengembangan smart city menjadi mendesak dan signifikan seiring dengan meningkatnya tantangan kependudukan. Bahkan sekitar 82,37% dari total populasi di Indonesia diproyeksi akan tinggal di perkotaan.

Pinhome Dikabarkan Kantongi Pendanaan Seri B 719 Miliar Rupiah

Platform proptech Pinhome dikabarkan telah mengantongi pendanaan seri B senilai $50 juta atau setara 719 miliar Rupiah. Dari data yang disetorkan ke regulator, beberapa investor yang terlibat meliputi Goodwater Capital, Intudo Ventures, Ribbit Capital, Eurazeo Smart City, Insignia Ventures Partners, Watiga Trust, Global Founders Capital, dan sejumlah lainnya.

DailySocial.id mencoba untuk mendapatkan konfirmasi dari pihak terkait, namun mereka enggan untuk menjelaskan lebih lanjut terkait dengan pendanaan ini. Menurut juru bicara Pinhome yang diwakilkan oleh Head of Marketing & PR Pinhome Dani, mereka belum dapat memberikan komentar apapun terkait dengan pendanaan maupun investor.

“Fokus Pinhome saat ini untuk meningkatkan layanan serta pengalaman konsumen saat melakukan transaksi properti maupun layanan rumah tangga, sehingga dapat meningkatkan new user serta monthly active user di aplikasi dan situs kami.”

Tahun 2021 lalu Pinhome telah mendapatkan pendanaan seri A yang dipimpin oleh Ribbit Capital dengan nilai investasi sebesar $25,5 juta atau setara 369,3 miliar Rupiah. Beberapa investor lain juga turut andil dalam pendanaan Pinhome, di antaranya Goodwater Capital, Insignia Ventures Partners, dan Global Founder Capital selaku unit investasi milik Rocket Internet.

Sebelumnya Pinhome juga telah melakukan penggalangan dana awal. Investor yang terlibat di antaranya adalah Insignia Ventures dan Global Founders Capital. Dari keseluruhan pendanaan yang berhasil dibukukan, diperkirakan valuasi Pinhome saat ini sudah mencapai $225 juta dan masuk ke jajaran Centaur.

Didirikan oleh CEO Dayu Dara Permata dan CTO Ahmed Aljunied sejak tahun 2020, Pinhome hadir dengan tujuan memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi.

Dalam sebuah kesempatan wawancara Dara menjelaskan, “Pinhome sangat berbeda, kami adalah sebuah platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Sebagai pemilik properti akan sangat dimudahkan karena ke depannya kami akan memiliki akses ke ratusan ribu agen yang siap membantu memasarkan propertinya.”

Dilengkapi fitur unggulan

Sempat melakukan integrasi dengan Gojek, saat ini Pinhome mengklaim telah dibekali dengan sederet keunggulan, salah satunya panduan membeli properti. Pengguna akan dipandu dalam menentukan budget dan properti ideal, opsi pembayaran, mengontak agen, melakukan kunjungan properti, menentukan estimasi harga, panduan KPR, memulai transaksi, menyiapkan dokumen penting, hingga proses serah terima semua dalam satu aplikasi.

Menurut survei internal Pinhome, KPR masih menjadi primadona generasi muda dalam membeli rumah idaman. Sebanyak 78% memiliki metode KPR bank, 12% memilih metode uang tunai (cash keras, cash bertahap), dan 9% menggunakan KPR multifinance. Saking pentingnya program KPR bagi pemilik rumah, Pinhome juga membuka kesempatan untuk KPR refinancing.

Saat ini, Pinhome telah bermitra dengan 50 lembaga keuangan, mulai dari bank dan multifinance yang dapat dipilih konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Mendalami Strategi dan Inovasi Rukita Dalam Upaya Memimpin Pasar Proptech Indonesia

Sebagai salah satu sektor industri yang terdampak pandemi, industri properti diklaim sebagai sektor yang pemulihannya cukup signifikan. Di dalamnya, sejumlah penyedia platform property technology (proptech) juga dinyatakan tengah bersiap untuk melaju lebih pesat dan bersaing dalam memenangkan pasar. Derasnya arus kompetisi di industri ini tentu mendorong para pemainnya untuk terus konsisten dalam berinovasi mempersembahkan produk, dan layanan yang menjawab kebutuhan pasar properti.

Rukita, yang dikenal sebagai platform penyedia sewa hunian jangka panjang, merupakan salah satu startup proptech yang menarik perhatian kami. Pertumbuhannya yang pesat di sela usianya yang masih terbilang belia, membuat Rukita patut dipertimbangkan dalam mencari calon pemimpin industri proptech Indonesia di masa mendatang. Untuk mencari tahu lebih dalam, DailySocial.id sempat berbincang dengan Xu-Zonne Ho, Co-Founder dan Chief Technology Officer Rukita tentang bagaimana strategi Rukita dalam bersaing dan memenangkan pasar melalui inovasi teknologi. Seperti apa?

Evolusi teknologi dalam mengimprovisasi pengalaman di ekosistem industri properti.

Sebagai pimpinan di departemen teknologi perusahaan, Xu memiliki pandangan menarik soal mengapa evolusi teknologi mampu menawarkan solusi, sekaligus meningkatkan pengalaman pelaku pasar di industri properti. Dirinya berpendapat, implementasi kemajuan sains teknologi bagi industri properti sangat kompleks. Mulai dari teknologi pemetaan, data science, AI, Virtual Reality, hingga Internet-of-Things (IoT) seluruhnya dihadirkan untuk tak hanya menjawab permasalahan, namun juga meningkatkan pengalaman bagi para pelaku pasarnya.

Xu menambahkan, pemanfaatan teknologi modern bagi industri properti juga kian relevan dengan situasi saat ini. “Sekarang bahkan calon pembeli Anda tidak harus datang ke lokasi untuk melihat langsung keadaan properti. Anda hanya cukup memasang headset VR untuk melihat bahkan sampai pada desain interior bangunan tersebut sekaligus dapat memvisualisasikan project Anda ke depannya,” ujar pria yang akrab disapa Xu ini kepada DailySocial.id.

Melalui pengembangan teknologi yang konsisten, Rukita menawarkan solusi yang komprehensif bagi pasar sewa hunian jangka panjang.

Xu mengaku, Rukita saat ini berfokus pada banyak hal. Salah satu fokusnya adalah tentang bagaimana pengembangan produk teknologi Rukita mampu meningkatkan pengalaman terhadap para pelaku ekonomi di dalam ekosistemnya, mulai dari konsumen (penyewa), agen properti, hingga rekan atau mitra. Berbicara mengenai mitra, bisnis Rukita sejatinya bergantung pada pengakuisisian hal tersebut, sebab, produk teknologi yang ditawarkan Rukita juga dihadirkan sebagai property management yang diyakini mampu mengakselerasi mitra dalam mengelola operasional.

“Jadi yang kita lakukan sejauh ini adalah property management, keseluruhan proses manajemen semuanya didigitalisasi seperti pembayaran sewa sampai reporting dari operasional. Misalnya Anda adalah seorang pemilik kost, Anda bisa mengetahui berapa keuntungan harga sewa yang akan Anda dapatkan bulan ini, bulan depan, atau bahkan minggu depan,” paparnya.

Teknologi juga punya peran krusial untuk business development Rukita.

Xu menjelaskan, bahwasanya 80% proses sales di Rukita dijalankan secara digital. Mulai dari keperluan sales, booking, dan lain sebagainya, dapat diselesaikan dengan baik melalui teknologi yang dikembangkan oleh Xu dan tim dalam mempersingkat proses-proses yang dahulu masih dilakukan secara manual.

Ia mencontohkan, teknologi sangat membantu untuk mengerucutkan proses dalam mengelola ribuan sales inquiries setiap harinya. Implementasi teknologi lainnya yang tak kalah krusial dalam menjaga mesin bisnis Rukita terus berputar diklaim Xu melalui solusi teknologi bagi mitra bisnis Rukita.

“Bagi mitra properti kita, mereka bisa mengakses secara real-time, informasi-informasi penting melalui (produk) mobile apps kita. Saat ini kita memiliki aplikasi khusus yang sengaja diperuntukkan buat pemilik properti. Jika dahulu mereka diharuskan untuk call atau email untuk sekedar meminta laporan bulanan, nah sekarang mereka bisa pantau langsung performance-nya secara real time. Intinya, teknologi sangat membantu kita buat scale-up bigger, dan juga membantu kita mengorganisasikan segala hal dengan semua stakeholder baik dengan tenants maupun para property partner,” imbuh Xu.

Rencana Rukita dalam upaya memimpin pasar proptech tanah air.

Xu mengaku, sebagai platform penyedia sewa hunian jangka panjang, kontribusi Rukita bagi industri properti tanah air belum mengarah untuk mengakomodir kebutuhan industri proptech secara keseluruhan. Meski demikian, dirinya menyatakan konsistensi menjadi modal yang terus dipegang Rukita untuk mengakomodasi pasar yang membutuhkan hunian bersama (kost, co-living space, dan sejenisnya) dengan layanan dan kualitas yang ditingkatkan, namun dengan biaya yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.

“Jadi long-term goal kita adalah mampu menyediakan tempat tinggal yang nyaman, terjangkau, dan hassle-free di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Beberapa waktu lalu, Rukita juga baru saja mengakuisisi Infokost yang merupakan startup yang bergerak di bidang online listing untuk sewa hunian seperti indekos dan sejenisnya. Dalam keterangannya, melalui pengakuisisian ini Rukita menargetkan bakal memperluas cakupan bisnisnya untuk semakin memantapkan kiprahnya di industri proptech tanah air.

Advertorial ini didukung oleh Rukita.

Pinhome Hadirkan Layanan Pembiayaan Properti untuk Masyarakat Berpenghasilan Tidak Tetap

Kebutuhan akan hunian tetap selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Banyak orang yang sudah memiliki gambaran akan rumah impian mereka di masa depan. Namun, harga rumah yang kian melonjak setiap tahunnya membuat sebagian masyarakat bingung memilih apakah harus menyewa atau mulai mencicil rumah baru.

Pada tahun 2020, BPS menyebutkan bahwa lebih dari 71 juta penduduk berpenghasilan rendah di Indonesia, 15% di antaranya atau sekitar 11 juta jiwa belum memiliki rumah layak huni. Salah satu hambatan utama yang dihadapi para calon pembeli adalah uang muka (down payment) yang mahal yang biasanya mencapai minimal 15-20% dari harga total rumah.

Melihat fakta yang terjadi pada masyarakat, platform marketplace jual-beli-sewa properti (proptech) Pinhome memperkenalkan solusi teranyar yaitu program cicil rumah khusus untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan tidak tetap (Non-fixed Income/NFI) untuk memiliki rumah impian mereka dengan tagline #CicilDiPinhome.

“Kami berharap dengan adanya program ini, semakin banyak orang bisa mendapatkan rumah impian mereka menuju penghidupan yang lebih baik.” jelas Founder & CEO Pinhome Dayu Dara Permata.

Cara mendapat fasilitas cicilan di Pinhome

Berbekal visi utama untuk memberikan akses yang lebih mudah ke industri properti untuk meningkatkan penghidupan dan inklusi finansial untuk masyarakat Indonesia, program #CicilDiPinhome ini dapat dinikmati lewat empat langkah mudah.

Pertama, konsumen menentukan rumah idaman yang ingin dimiliki, dan Pinhome akan melakukan inspeksi terhadap legalitas rumah tersebut. Langkah kedua adalah konsumen mengirimkan dokumen persyaratan seperti KTP, NPWP, bukti penghasilan, dan membayar first payment yang bersifat refundable. Terakhir, konsumen sudah bisa menempati rumah pilihan mereka dan membayar cicilan tiap bulannya sampai lunas.

Beberapa proposisi nilai juga ditawarkan termasuk dengan tanpa mengharuskan proses checking dari BI ataupun Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), yang membuat program ini terbuka untuk mereka yang memiliki pendapatan tidak tetap. Selain itu, Program #CicilDiPinhome ini tidak mengharuskan lampiran profil pendapatan serta menawarkan cicilan yang fleksibel sampai 50%.

Chief Commercial Officer Pinhome Muhammad Hanif juga mengungkapkan, “Kami juga melihat adanya sebagian konsumen yang sebenarnya sudah memiliki penghasilan yang mencukupi, namun belum bisa masuk kriteria KPR perbankan karena pendapatannya yang tidak tetap. Di #CicilDiPinhome kami berusaha menyederhanakan dokumen yang diperlukan calon pembeli, sambil tetap menjaga keamanan transaksi karena semua rumah tapak yang masuk program ini dapat dipantau melalui website Pinhome.”

Kerja sama dengan SMF

Dalam memberikan layanan ini, Pinhome bekerja sama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) yang merupakan BUMN di bawah Kementerian Keuangan yang khusus didirikan dalam mendukung sektor perumahan. Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka sinergi pemberian fasilitas kepemilikan rumah yang nantinya akan merealisasikan Program KPR Sewa Beli dengan skema rent to own. Produk ini diharapkan bisa meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan rendah atau non fixed income untuk dapat memiliki hunian melalui skema sewa dan kemudian dilanjutkan dengan opsi membeli di tengah atau di akhir periode sewa.

Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF Heliantopo mengungkapkan bahwa kehadiran SMF sebagai mitra Pinhome merupakan wujud dari kehadiran negara untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan.

“SMF sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di bawah kementerian keuangan memiliki misi yang sejalan dengan Pinhome untuk dapat mewujudkan akses dan keterjangkauan setiap masyarakat di Indonesia untuk dapat memiliki hunian yang layak. Untuk itu, program sewa-beli diharapkan dapat menjangkau segmen masyarakat yang selama ini memiliki keterbatasan akses (unbankable),” ujarnya.

Hingga saat ini, Pinhome sudah menawarkan lebih dari 600 ribu pilihan properti dengan sekitar 25 ribu penyedia jasa yang tersebar di 100 kota. Selain itu, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 20 bank dan multifinance di seluruh Indonesia untuk memberikan ragam penawaran dan pembiayaan bagi calon pembeli. Dalam kurun waktu 2 tahun, Pinhome berhasil mencetak nilai transaksi triliunan Rupiah, sepertiga dari transaksi properti ini paling banyak berada di bawah 300 juta.

Potensi pembiayaan di pasar properti

Berdasarkan data internal Pinhome, lembaga keuangan cenderung melayani pembiayaan properti di segmen white collar atau masyarakat berpenghasilan tetap (fixed income). Hal ini yang menyebabkan sekitar 70 persen penolakan pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terjadi karena faktor eligibilitas atau kelayakan.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda yang turut hadir dalam acara konferensi pers secara daring (16/3) turut mengungkapkan  bahwa dampak dari pandemi COVID-19, minat konsumen untuk membeli rumah segmen ini terhitung sedikit, karena pandemi berdampak cukup signifikan pada daya beli. Oleh karena itu, perlu ada skema lain yang dapat mengakomodasi kebutuhan segmen ini, yang tidak hanya bisa mendongkrak penjualan, tetapi juga bisa memberikan angin segar kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap.

Selain itu, hambatan yang juga dialami masyarakat adalah terkait Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang ketat untuk mendapatkan KPR, bahkan walaupun mereka mampu secara finansial. Tahapan pengajuan KPR yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak juga menjadi salah satu kepedulian dari pada calon pembeli.

Sumber: SMF

Berdasarkan data dari SMF, beberapa alasan masyarakat belum memiliki rumah adalah karena belum menemukan rumah yang tepat, belum mampu secara finansial, belum mampu bayar DP, belum mampu bayar KPR, masih ada cicilan, merasa belum perlu atau memikirkan, dan lainnya.

Terdapat lebih dari 50% masyarakat yang mengungkapkan alasan terkait finansial. Hal ini menunjukkan bahwa opsi pembiayaan memang sangat dibutuhkan di sektor properti agar tidak hanya masyarakat yang berpenghasilan tetap, namun juga masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap bisa memiliki rumah dengan lebih mudah.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa pemain yang juga menawarkan solusi di industri properti. Sebut saja 99.co dan Rumah123 yang berada di bawah naungan REA Group, Rumah.com, juga pemain baru seperti Pintuitive dan Jendela360 yang sedang mencanangkan penggalangan dana. Ada juga platform fintech yang fokus ke properti, salah satunya Gradana.

Application Information Will Show Up Here

 

Induk Perusahaan Rumah.com Segera Melantai di Bursa Saham New York

Startup proptech asal Singapura, PropertyGuru atau dikenal dengan produknya Rumah.com di Indonesia, bersiap untuk melantai di Bursa Saham New York (NYSE) pada 18 Maret 2022. Aksi korporasi ini akan direalisasikan usai perusahaan merampungkan proses peleburannya dengan Bridgetown 2 Holdings alias perusahaan cek kosong (SPAC).

Sebagaimana diberitakan oleh The Strait Times, PropertyGuru juga akan menggelar RUPS pada Selasa, 15 Maret 2022 untuk meminta persetujuan dari para pemegang saham. Adapun, aksi mergernya dengan perusahaan SPAC diperkirakan akan mendongkrak valuasi hingga $1,78 miliar. Saat ini, Bridgetown 2 Holdings disokong oleh konglomerat Peter Thiel dan Richard Li.

PropertyGuru merupakan platform listing properti dengan cakupan layanan di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan kinerja keuangan, pertumbuhan PropertyGuru tahun lalu disumbang dari tiga pasar utama, yakni Singapura, Vietnam, dan Malaysia.

Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar $100,7 juta atau naik 22,7% dari $82,1 juta di tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut melampaui target perusahaan yang sebesar $97,5 juta. Tahun ini, PropertyGuru memproyeksikan kenaikan pendapatan sebesar 44% menjadi $145,1 juta.

Diberitakan pula, PropertyGuru sempat menaikkan biaya langganan (agent subscription) sebesar 15% di pasar Singapura pada November 2021. CEO PropertyGuru Hari Krishnan punya andil menilai kenaikan didasarkan pada sejumlah faktor, seperti harga properti, minat konsumen, agen properti yang solid, dan posisi kuat PropertyGuru di pasar proptech.

Sekadar informasi, SPAC juga dikenal sebagai perusahaan cangkang yang mengumpulkan dana lewat penawaran umum untuk mengakuisisi perusahaan yang ditentukan. Jenis perusahaan ini tidak punya model bisnis independen selain transaksi keuangan.

Biasanya, perusahaan yang ingin go public, membidik bursa saham di Amerika Serikat. Namun, baru-baru ini bursa saham di Singapura memperkenalkan aturan terkait IPO via SPAC pada September lalu.

Di Indonesia, sejumlah startup teknologi hendak “go public” dengan menggunakan kendaraan SPAC ketimbang melakukan IPO secara konvensional. Beberapa startup yang tengah bersiap IPO dengan SPAC adalah GoTo, Kredivo, dan Traveloka.

Momentum pasar proptech

Secara umum, pasar properti sempat melesu akibat pandemi Covid-19 sejak 2020. Namun, sejumlah pihak memproyeksi ada momentum kebangkitan kembali di sektor ini meski secara perlahan. Menurut survei yang dilakukan Knight Frank Indonesia, ada tiga sektor yang diestimasi memiliki performa pertumbuhan yang baik, yakni residensial, industri & logistik, dan ritel.

Di samping itu, momentum sektor properti juga ikut diperkuat oleh bertumbuhnya kesadaran generasi milenial untuk mulai membeli properti, misalnya rumah, baik untuk kebutuhan esensial maupun investasi. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di 2019, sebanyak 81 juta milenial belum memiliki rumah.

Terlepas dari proyeksi ini, belum diketahui apakah aksi melantai di bursa akan memengaruhi pertumbuhan PropertyGuru di Indonesia atau tidak, mengingat saat ini pasar utama PropertyGuru disumbang oleh Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Di Indonesia, PropertyGuru beroperasi lewat Rumah.com yang merupakan perusahaan patungannya bersama EMTEK Group. Selain itu, EMTEK juga merupakan investor PropertyGuru di putaran pendanaan seri D.

Platform proptech di Indonesia

Kompetisi di ranah proptech juga semakin kuat manakala pelaku besar mulai melakukan M&A untuk diversifikasi dan memperkuat posisinya di pasar. Di antaranya, PropertyGuru melalui Rumah.com mengakuisisi platform properti RumahDijual.com. Kemudian, platform 99co mencaplok Urbanindo, dan Emerging Markets Property Group juga mengakuisisi Lamudi Global untuk Lamudi Indonesia, Filipina, dan Meksiko.

Application Information Will Show Up Here

Sempat Alami Kesulitan Bisnis, Infokost Kini Diakuisisi Rukita

Bertujuan untuk memperluas cakupan bisnis, Rukita resmi mengakuisisi platform Infokost. Sebelumnya Infokost telah menutup layanan mereka pada tahun 2020 lalu dan berada di bawah naungan GDP Venture.

Sebelumnya layanan Infokost sempat dihentikan pada tahun 2020 karena kesulitan bisnis, ditambah pandemi. Hal tersebut diberitahukan perusahaan melalui situs resminya. Infokost memiliki lebih dari 20 ribu listing hunian berisi informasi lengkap, mulai dari data dan kelengkapan fasilitas di hunian, fasilitas umum seperti lokasi ATM dan minimarket, hingga peta lokasi. Untuk aplikasi, mereka menyediakan aplikasi IbuKost untuk manajemen properti bagi pemilik atau pengelola.

Setelah resmi menjadi sister company dari Rukita, Infokost akan diperbarui dari sisi tampilan di situs agar bisa lebih segar dan relevan untuk pengguna. Dengan demikian Infokost bisa menawarkan lebih dari satu juta kamar dalam listing properti infokost.id serta melayani 50 ribu pemilik indekos.

“Dengan akuisisi ini kami dapat melayani lebih banyak lagi konsumen dan pemilik properti di seluruh Indonesia melalui Infokost Ini merupakan satu dari serangkaian perluasan bisnis yang dilakukan Rukita di tahun 2022,” ungkap Co-Founder & CTO Rukita Xu-Zonne Ho.

Nantinya Infokost tetap akan menjalankan bisnisnya secara independen. Namun, manajemen property listing dan lainnya masih di bawah supervisi langsung dari Rukita. Beberapa listing dari Rukita nantinya juga akan masuk ke dalam Infokost.

Dari sisi pengguna, Rukita terpisah dengan Infokost. Tidak ada rencananya untuk menggabungkan aplikasi Rukita dan Infokost dalam satu platform.

“Ke depannya, kami akan terus melakukan pengembangan inovasi dan fitur terbaru di Infokost.id untuk segera menghadirkannya ke masyarakat, sehingga Infokost dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para konsumen dan pemilik indekos,” kata Xu.

Penyedia hunian jangka panjang

Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, Rukita mengklaim telah memiliki total 13 juta pengunjung di situs sejak peluncuran pertamanya di pertengahan 2019 lalu. Diawali oleh layanan properti manajemen melalui brand Rukita, kemudian menambah perluasan layanannya melalui RuOptions, layanan marketing properti. Serangkaian inovasi melalui Aplikasi Rukita, Aplikasi Rumanage, Rukita Mods, dan inovasi lainnya juga dilancarkan secara agresif di tahun 2021.

Rukita yang semula berfokus kepada co-living kini beralih menegaskan posisinya sebagai Penyedia Sewa Hunian Jangka Panjang, lewat rencana akuisisi dan ekspansi besar-besaran yang dilakukan di sepanjang tahun 2022 ini.

Selama kurang lebih dua tahun berdiri, Rukita berhasil meningkatkan kerja sama dengan lebih dari 20.000 properti dalam platformnya. Hunian ini tersebar di area-area padat sekitar Jabodetabek dengan rentang harga yang ditawarkan beragam tergantung fasilitas dan posisi yang menunjang.

Baru-baru ini Rukita juga tergabung dalam Surge (Program percepatan dari Sequoia Capital India). Program ini diikuti 20 perusahaan startup (salah satunya Rukita) dengan total pendanaan $60 juta dari Surge dan para co-investor.

“Rukita memiliki keahlian dalam pengelolaan properti dan pemanfaatan teknologi untuk menciptakan gaya hidup yang lebih baik bagi kaum urban di Indonesia. Dengan semangat inovasi yang menjawab kebutuhan milenial, kami siap memantapkan posisi kami di industri ini,” tutup Xu.

Pasar hunian sewa memang cukup besar di Indonesia di tengah pesatnya urbanisasi. Selain Rukita, platform lain yang fokus ke layanan ini adalah Mamikos. Selain layanan listing, mereka juga mulai merambah ke co-branding dan layanan pengelolaan properti sewa.

Application Information Will Show Up Here