Konsep “Rent-to-Own” TapHomes Mungkinkan Pengguna Sewa Rumah Sembari Cicil Uang Muka Pembelian

Masih rendahnya jumlah kepemilikan rumah menjadi salah satu alasan mengapa startup proptech TapHomes hadir. Kepada DailySocial, Victor Ramli Kwan selaku co-founder mengungkapkan, saat ini masih banyak orang yang kehilangan peluang kepemilikan rumah. Dan ia melihat ini sebagai masalah yang berdampak kepada banyak orang di Indonesia.

TapHomes menerapkan konsep “rent-to-own” sebagai jembatan untuk membantu pelanggan mendapatkan rumah. Yakni memungkinkan pengguna membayar sewa sekaligus mencicil proses pembelian rumah secara bersamaan.

Victor mengatakan, pelanggan TapHomes sebagian besar adalah pemilik rumah baru yang tidak dapat memperoleh KPR rumah secara tradisional; kebanyakan isunya karena tidak mampu membayar uang muka atau membayarkan deposit KPR minimal 15-20% dari harga rumah.

Melalui aplikasi tersebut, calon pembeli cukup membayar uang muka 2%, selanjutnya TapHomes akan membeli rumah yang diinginkan. Pelanggan kemudian akan mulai menghuni rumah dan membayarkan uang sewa setiap bulan mulai dari 1,2 juta Rupiah. Biaya tersebut dialokasikan 70% untuk sewa dan 30% untuk tabungan kepemilikan rumah.

Mengenai tipe rumah, tim TapHomes akan melakukan analisis sesuai kesanggupan calon pembeli. Karena sudah dibeli, ketika proses sewa rumah tersebut bisa dimodifikasi atau direnovasi sesuai keinginan penghuni.

Masa sewanya dalam jangka 3-5 tahun; dan pada masa akhir sewa, pelanggan akan memiliki tabungan dengan total nilai setara dana deposit 15% untuk pembelian rumah. Mereka bisa melanjutkan untuk membeli rumah tersebut secara tunai atau melalui KPR.

Jika di akhir program pelanggan tidak bisa melanjutkan rencana pembelian rumah, TapHomes dan pelanggan akan menjual rumah tersebut kepada pihak ketiga. Hasil dari penjualan rumah tersebut akan dibagi sesuai dengan proporsi pemilikan rumah antara TapHomes dan pelanggan.

“Kami membuat lebih mudah untuk keluarga baru membeli rumah mereka dengan uang muka yang terjangkau dan pengembangan pemilikan rumah yang teratur, bahwa di 3 tahun kemudian pelanggan kami dapat mengajukan KPR di perbankan,” kata Victor.

Mengembangkan teknologi

Saat ini TapHomes mengklaim telah memproses sekitar lebih dari 2 ribu pengajuan calon pelanggan. Nantinya akan dilakukan proses kurasi pelanggan yang berhak untuk mendapatkan layanan.

Terkait teknologi, TapHomes sedang mengembangkan Automated Valuation Engine yang mempermudah platform untuk mengevaluasi nilai harga rumah dengan lebih efisien.

Ada beberapa rencana yang ingin dicapai oleh TapHomes, di antaranya adalah melakukan ekspansi kepada kota-kota besar di Indonesia. Saat ini fokus TapHomes masih di area Jabodetabek terutama di Bekasi, Tangerang, dan Depok.

“Kami sudah mendapatkan seed funding dari VC dan sebelumnya beroperasi dengan pendanaan pendiri. TapHomes sekarang juga sedang menjalani Accelerator Program dari SYNRGY oleh BCA group di dalam batch 3 dan Plug & Play Accelerator di dalam batch 7,” kata Victor.

Pinhome Proptech to Digitize Interaction Process in Property Transactions

Pinhome provides services to property owners/agents and buyers. Founded by CEO Dayu Dara Permata and CTO Ahmed Aljunied, they found some unsolved issues for businesses in the ecosystem. Therefore, Pinhome aims to accommodate property transactions as easier, faster, and transparent with the technology support.

Dayu revealed to DailySocial, Pinhome is not a property house, nor is it a marketplace. “Pinhome is very different, we are an online platform that facilitates interaction between owners, buyers and property agents. As property owners, it will benefit them for we will have access to hundreds of thousands of agents who are ready to help market their properties in the future.”

As a prospective buyer, Pinhome is ready to escort the transaction process, from the beginning to the contract process. As for fellow agents, the profits will not only help market the property they represent but more than that, they will provide access to millions of other properties.

“Currently, the company is still focused on creating value for users. Pinhome, through the platform, will provide a lot of conveniences both for property owners, for potential buyers, partner agents, to our partners such as banks, contractors, and others. Along with the company’s value, get revenue from revenue sharing among stakeholders involved in property transactions,” Dayu said.

Partnership with BNI Sharia

As a newcomer, Pinhome aspired to collaborate with hundreds of thousands of property agents throughout Indonesia. To date, the platform has been available in big cities in Indonesia. Furthermore, the company wants to provide the best property transaction experience in all cities in Indonesia inclusively.

One of the strategic steps launched by Pinhome is a partnership with BNI Syariah. Through this collaboration, they are targeting more potential customers, especially in the millennial segment for the Pinhome platform focuses on online transactions.

In this partnership, BNI Syariah provides housing ownership financing facilities (BNI Griya iB Hasanah) for people who want to have housing in accordance with sharia principles. There are several residential options, namely houses, apartments, office shophouses (shophouses) and shophouses.

“We hope this collaboration can ultimately have a positive impact on our consumers, where they have the freedom to choose the type of financing that suits them. Therefore, we have conventional and sharia financing options,” Dayu said.

Currently, Pinhome has established partnership with several banking institutions. However, partnership with BNI Syariah became very special, because this is the first collaboration with sharia-based banking. This year, there are several targets to achieve, including the number of property listings, fellow property agents, and partners.

“In addition, we will continue to complete the Pinhome system. This is certainly to provide the best service to all Pinhome customers, both owners, buyers, agents, and all our partners,” Dayu said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan Proptech Pinhome Ingin Digitalkan Proses Interaksi dalam Transaksi Properti

Platform proptech Pinhome mulai menghadirkan layanan kepada pemilik/agen properti dan pembeli. Didirikan oleh CEO Dayu Dara Permata dan CTO Ahmed Aljunied, mereka melihat saat ini masih ada hambatan yang dialami oleh pelaku bisnis di ekosistem tersebut. Dengan alasan tersebut, Pinhome didirikan dengan tujuan memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi.

Kepada DailySocial Dayu mengungkapkan, Pinhome bukanlah sebuah property house, juga bukan sebuah marketplace“Pinhome sangat berbeda, kami adalah sebuah platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Sebagai pemilik properti akan sangat dimudahkan karena ke depannya kami akan memiliki akses ke ratusan ribu agen yang siap membantu memasarkan propertinya.”

Sebagai calon pembeli, Pinhome siap mengawal sepanjang proses transaksi, mulai dari kontak awal hingga proses akad. Sedangkan bagi rekan agen keuntungannya tidak hanya akan membantu memasarkan properti yang diwakilinya tapi lebih dari itu, mereka akan memberikan akses ke jutaan properti lainnya.

“Saat ini perusahaan masih fokus dalam menciptakan value bagi pengguna. Pinhome melihat bahwa melalui platform yang dihadirkan akan memberikan banyak sekali kemudahan baik bagi pemilik properti, bagi calon pembeli, rekan agen, hingga partner kami seperti bank, kontraktor dan lainnya. Seiring dengan value perusahaan, mendapatkan revenue dari bagi hasil antara stakeholder yang terlibat dalam transaksi properti,” kata Dayu.

Kerja sama dengan BNI Syariah

Meskipun usianya masih belia, Pinhome memiliki aspirasi menjalin kerja sama dengan ratusan ribu agen properti di seluruh Indonesia. Saat ini platform Pinhome sudah ada di kota-kota besar di Indonesia. Ke depannya, perusahaan juga ingin memberikan pengalaman transaksi properti terbaik di semua kota di Indonesia secara inklusif.

Salah satu langkah strategis yang telah dilancarkan oleh Pinhome adalah kerja sama yang terjalin dengan BNI Syariah. Melalui kolaborasi ini, mereka menargetkan untuk dapat menjangkau lebih banyak calon konsumen terutama di segmen milenial karena platform Pinhome yang fokus di transaksi melalui online.

Dalam kemitraan tersebut, BNI Syariah menyediakan fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah (BNI Griya iB Hasanah) bagi masyarakat yang ingin memiliki hunian sesuai dengan prinsip syariah. Ada beberapa pilihan hunian yaitu rumah, apartemen, ruko kantor (rukan) dan ruko.

“Kami berharap dengan kerja sama ini pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi konsumen kami, di mana mereka memiliki kebebasan untuk memilih jenis pembiayaan yang sesuai dengan keinginan. Jadi kami memiliki pilihan pembiayaan konvensional dan juga syariah,” kata Dayu.

Saat ini Pinhome telah menjalin kerja sama dengan beberapa institusi perbankan. Namun kerja sama dengan BNI syariah menjadi sangat istimewa, karena ini merupakan yang pertama bagi Pinhome dengan perbankan berbasis syariah. Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Pinhome, di antaranya adalah meningkatkan jumlah properti listing, rekan agen properti, serta mitra.

“Selain itu tentu saja kami akan terus menyempurnakan sistem Pinhome itu sendiri. Hal ini tentunya tidak lain agar kami dapat memberikan layanan terbaik kepada seluruh konsumen Pinhome, baik pemilik, pembeli, agen, serta seluruh partner kami,” kata Dayu.

Application Information Will Show Up Here

Introducing Rukita Proptech with Co-Living Alternatives

The co-living concept or communal residential is not a new thing in Indonesia. Lately, some startups began working on this concept as the rise of proptech sector. Rukita is one of the players that considered a pioneer of this communal residential concept.

“Co-living at Rukita provides residents with a comfortable living space that supports social interaction with the availability of communal spaces without compromising the privacy of residents who remain guaranteed with private bedrooms,” CEO & Co-Founder, Sabrina Soewatdy said in her written statement.

In general, Rukita offers subscription rooms. It means, Rukita provides all kinds of room requirements for residents, as a boarding room or apartment. Rukita also makes community programs to encourage the residents to interact with each other. These programs are referred to by Rukita as co-living residences.

Business Model

Rukita has currently managed rooms for a year in Jadetabek. In total there are 3000 rooms. They use the revenue sharing system of their cooperation with property owners.

Rukita manages stuff, such as property management services, renovation, maintenance, operations, to marketing. In other words, the owner of the house have no worry and just wait for results.

Sabrina revealed what distinguishes them from other online property rentals is a background check on potential residents. She gave an example of an unmarried couple and daily rental housing as two social problems that often arise from daily rentals.

“In line with our commitment to building a sustainable business in the proptech sector, we are targeting service expansion in the Greater Jakarta area by focusing on quality assurance as our top priority,” Sabrina added.

With such a residential rental model, there are already some startups offering similar services in Indonesia. One of them is Mamikos, they not only offer boarding and apartment listing services but also cooperate with property owners for management.

Market segment

Rukita was inspired by the housing demand of the millennials which continues to grow until 2035, of which around 34% of the population comes from that age group. Potential problems arise because 69.4% (Millennial Report 2019) of this kiwari group are yet to own a house. While property prices in Indonesia, especially Jakarta, are far from consumers’ purchasing power.

Sabrina said their residential concept is suitable for millennial groups living in urban areas, such as urban people, young executives, and foreign workers in Indonesia.

“We are here to improve a better lifestyle for millennials, where we believe that a person will have a better life when he lives in a residence that supports his needs,” said Sabrina.

In terms of funding, Rukita has received an initial funding injection led by Sequoia Surge in the middle of last year. Sabrina said this year’s priority is to maintain service quality. However, she did not deny that funding is one of the ongoing discussions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Startup Proptech Rukita, Sajikan Layanan Co-Living

Konsep hunian co-living atau komunal memang bukan hal baru di Indonesia. Namun belakangan sejumlah startup mulai menggarap konsep ini sebagai turunan dari sektor proptech yang kian subur. Rukita adalah salah satu pemain yang namanya mencuat sebagai pembesut konsep hunian komunal ini.

Co-living di Rukita memberi penghuni kenyamanan tempat tinggal yang mendukung interaksi sosial dengan ketersediaan ruang-ruang komunal tanpa mengabaikan privasi penghuni yang tetap terjamin dengan kamar tidur pribadi,” ujar CEO & Co-Founder Sabrina Soewatdy dalam pernyataan tertulisnya.

Pada dasarnya Rukita menawarkan kamar berlangganan. Ini artinya Rukita menyediakan semua kebutuhan kamar bagi penghuni, baik itu kamar indekos atau apartemen. Rukita juga membuat program-program komunitas untuk mendorong para penghuninya saling berinteraksi. Program-program ini yang dimaksud oleh Rukita sebagai hunian co-living.

Model bisnis

Kamar yang dikelola Rukita selama setahun beroperasi tersebar di Jadetabek. Total ada 3000 kamar yang mereka kelola. Adapun sistem kerja sama mereka dengan para pemilik properti adalah sistem bagi pendapatan (revenue sharing).

Rukita mengurus dari layanan manajemen properti, renovasi, pemeliharaan, operasional, hingga pemasaran. Dengan kata lain pemilik hunian cukup terima bagi hasilnya saja.

Sabrina mengatakan yang membedakan mereka dengan penyewaan properti daring lainnya adalah pengecekan latar belakang calon penghuni. Ia memberi contoh pasangan yang belum menikah dan penyewaan hunian harian sebagai dua masalah sosial yang kerap muncul dari penyewaan harian.

“Sejalan dengan komitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan di sektor proptech, kami menargetkan ekspansi layanan di wilayah Jabodetabek dengan berfokus pada jaminan kualitas sebagai prioritas utama kami,” imbuh Sabrina.

Dengan model penyewaan tempat hunian seperti itu, sudah ada beberapa startup yang tawarkan layanan serupa di Indonesia. Salah satunya Mamikos, mereka tidak hanya menampilkan layanan listing indekos dan apartemen, tapi juga bekerja sama dengan pemilik properti untuk pengelolaan.

Segmen pasar

Latar belakang Rukita sendiri berasal dari kebutuhan tempat tinggal bagi kelompok usia milenial yang terus membesar hingga 2035, yang mana sekitar 34% jumlah penduduk berasal dari kelompok usia itu. Potensi masalah muncul karena 69,4% (Millennial Report 2019) dari kelompok kiwari ini belum memiliki rumah. Sementara harga properti di Indonesia, khususnya Jakarta, jauh dari daya beli konsumen.

Sabrina mengatakan konsep hunian mereka cocok untuk kelompok milenial yang tinggal di wilayah urban mulai dari urban, eksekutif muda, dan pekerja asing di Indonesia.

“Kami hadir untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik bagi kaum milenial, di mana kami percaya bahwa seseorang akan memiliki hidup yang lebih baik saat ia tinggal di hunian yang mendukung kebutuhannya,” ucap Sabrina.

Dari aspek pendanaan, Rukita terakhir mendapat suntikan pendanaan awal yang dipimpin oleh Sequoia Surge pada pertengahan tahun lalu. Sabrina menyebut tahun ini prioritasnya adalah mempertahankan kualitas layanan. Namun ia tak menyangkal bahwa pembicaraan tentang pendanaan masih terus berjalan.

Application Information Will Show Up Here

Jendela360 Kantongi Pendanaan 14 Miliar Rupiah, Dipimpin oleh Beenext

Perusahaan rintisan yang pertama kali mempopulerkan penggunaan 360 virtual tour di dunia properti di Indonesia, Jendela360, mengumumkan pendanaan awal sebesar US$1 juta atau setara 14,2 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Beenext. Beberapa investor turut mendukung putaran investasi ini, meliputi Prasetia Dwidharma, Everhaus, dan sebuah konsultan properti lokal.

Jendela360 merupakan startup poptech berbasis marketplace yang menghubungkan pengguna, pemilik properti, dan agen dalam satu platform. Konten tur virtual dengan pandangan 360 derajat menjadi nilai unik yang ditawarkan, diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengguna dalam menentukan unit properti yang akan disewa.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk meningkatkan strategi O2O (Online to Offline) perusahaan. Selain itu perusahaan juga ingin merekrut lebih banyak talenta-talenta terbaik di dunia properti, termasuk mengembangkan sistem akademi atau pelatihan yang dapat melahirkan agen properti profesional, dan meningkatkan brand awareness Jendela360.

“Ini merupakan bukti nyata bahwa apa yang Jendela360 kerjakan selama ini telah memberi dampak yang positif terhadap industri properti di Indonesia. Ini bisa dilihat dari bagaimana Jendela360 dapat tumbuh lebih dari 30x lipat dalam 3 tahun terakhir dan tren inilah yang dilihat oleh para investor yang menaruh kepercayaan besar pada kami,” kata Co-founder & CEO Jendela360 Daniel Rannu.

Dari sisi konsumen, proses bisnis yang diterapkan ketika hendak melakukan sewa apartemen; setelah memilih opsi yang sesuai, tim Jendela360 akan mengonfirmasi seputar ketersediaan dan detail unit tersebut. Selanjutnya pengguna dapat mengunjungi apartemen yang dipilih didampingi tim Jendela360. Jika setelah kunjungan cocok dengan unit tersebut, maka konsumen dapat melakukan down payment hingga serah terima unit dan dokumen pendukungnya.

“Properti adalah bidang bisnis yang selalu menarik dan tidak akan pernah berakhir, namun sampai saat ini cenderung belum banyak banyak inovasi yang dilakukan di bidang ini, lewat pencapaian kami selama 3 tahun terakhir ini dan dibantu dengan pendanaan terbaru ini, kami semakin siap untuk membawa inovasi dan angin segar yang baru bagi para pelaku dunia properti di Indonesia,” imbuh Co-founder & CFO Jendela360 Ade Indra.

Proptech di Indonesia

Di Indonesia persaingan bisnis di sektor terkait cukup ketat. Beberapa perusahaan juga terus kuatkan konsolidasi. Awal tahun 2018, pengembang situs properti asal Singapura 99.co resmi mengumumkan akuisisinya terhadap platform lokal Urbanindo. Belum lama ini mereka juga bentuk joint venture dengan REA Group, perusahaan properti online asal Australia yang mengoperasikan iProperty dan Rumah123.

Selain dua grup perusahaan tersebut, di Indonesia juga beroperasi unit bisnis milik PropertyGuru. Mereka menjalankan dua situs, yakni Rumah.com dan Rumahdijual.com yang diakuisisi pada akhir 2015 lalu. Di Indonesia, operasionalnya turut didukung konglomerasi EMTEK Group sebagai investor di putaran pendanaan seri D.

Sementara belum lama ini Lamudi (termasuk unit bisnisnya di Indonesia) baru diakuisisi Emerging Markets Property Group (EMPG). Tujuannya untuk memperkuat bisnis grup portal properti tersebut di kawasan Asia Tenggara.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia

EMPG Lanjutkan Akuisisinya Terhadap Lamudi, Termasuk Unit Bisnis di Indonesia

Grup portal properti Emerging Markets Property Group (EMPG) hari ini (12/5) mengumumkan secara resmi akuisisinya terhadap Lamudi Global, termasuk untuk Lamudi di Indonesia, Filipina, dan Meksiko. Sebelumnya di awal tahun 2019 lalu, Lamudi Bangladesh telah terlebih dulu diakuisisi melalui Bproperty, juga bagian dari unit bisnis EMPG.

CEO EMPG Imran Ali Khan mengatakan bahwa akuisisi ini menandakan niat perusahaan untuk mulai fokus menggarap pasar Asia Tenggara dan sekitarnya. Karena menurutnya wilayah tersebut memiliki potensi pasar yang luar biasa untuk bisnis properti.

Turut menambahkan Managing Director Lamudi.co.id Mart Polman, bahwa ekspansi EMPG ke wilayah ini diyakini akan meningkatkan standar bagi para pemain properti online di Indonesia. “EMPG telah membangun bisnis yang sangat sukses di banyak negara, mereka memiliki kemampuan yang baik untuk mengelola bisnis portal properti dan memiliki teknologi yang canggih yang diharapkan dapat membantu Lamudi.co.id agar dapat semakin berkembang.”

EMPG sendiri memiliki dan mengoperasikan Bayut di UEA, Arab Saudi dan Yordania, Zameen di Pakistan, Bproperty.com di Bangladesh, dan Mubawab di Maroko dan Tunisia, serta salah satu marketplace terbaik di Thailand, Kaidee, yang baru saja diakuisisi pada Februari.

Selain itu, EMPG juga memiliki dan mengoperasikan Dubizzle di UEA, OLX Pakistan, OLX Mesir, dan OLX Lebanon, di samping beberapa platform OLX lainnya di negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).

April 2020 ini, EMPG baru menambah pundi-pundi modal melalui corporate round oleh OLX Group senilai US$150 juta. Sebelumnya putaran pendanaan seri D yang diusung sejak pertengahan 2018 hingga awal 2019 berhasil membawa valuasi perusahaan di status unicorn.

Lamudi.co.id sendiri didirikan pada 2014 sebagai platform properti online yang membantu menjembatani antara penjual, pembeli, dan penyewa.

Di Indonesia persaingan bisnis di sektor terkait cukup ketat. Beberapa perusahaan juga terus kuatkan konsolidasi. Awal tahun 2018, pengembang situs properti asal Singapura 99.co resmi mengumumkan akuisisinya terhadap platform lokal Urbanindo. Belum lama ini mereka juga bentuk joint venture dengan REA Group, perusahaan properti online asal Australia yang mengoperasikan iProperty dan Rumah123.

Online Properti di Indonesia

Selain dua grup perusahaan tersebut, di Indonesia juga beroperasi unit bisnis milik PropertyGuru. Mereka menjalankan dua situs, yakni Rumah.com dan Rumahdijual.com yang diakuisisi pada akhir 2015 lalu. Di Indonesia, operasionalnya turut didukung konglomerasi EMTEK Group sebagai investor di putaran pendanaan seri D.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Flokq dan Optimismenya sebagai Startup Operator Co-Living

Peminat hunian indekos di Indonesia tergolong tinggi, namun belum banyak tersentuh dengan teknologi dan solusi yang dibutuhkan penggunanya. Flokq sebagai pemain baru di industri ini hadir tidak hanya menawarkan solusi indekos, tapi juga co-living yang tersegmentasi untuk kalangan professional.

Flokq didirikan oleh Anand Janardhanan dan Harmeet Singh pada Agustus 2019. Startup tersebut telah mengelola ratusan unit kamar tersebar di berbagai lokasi di pusat bisnis Jakarta, seperti Mega Kuningan, Senayan, Rasuna Said, Sudirman, Semanggi, dan lainnya.

Dalam wawancara bersama sejumlah media pada pekan lalu, Co-Founder & CEO Flokq Anand Janardhanan menjelaskan Flokq memberikan solusi untuk mereka yang ingin upgrade hunian indekos dari sebelumnya atau mencari apartemen dengan harga lebih terjangkau.

Perusahaan secara khusus mengincar kalangan professional sebagai pengguna, kebetulan penghuni terbanyaknya adalah ekspatriat dan pengusaha muda yang tetap ingin bangun jaringan dan terhubung dengan penghuni co-living lainnya di tempat yang mereka huni dalam suatu komunitas.

“Kekuatan utama dari Flokq adalah komunitas, kami ada aplikasi yang dikhususkan untuk menghubungkan antar penghuni yang punya kesamaan ketertarikan pada hobi atau spesialisasi tertentu,” terangnya.

Dalam satu gedung apartemen, biasanya Flokq mengelola sejumlah kamar di beberapa lantainya dari pihak manajemen, kisarannya antara lima sampai 20 unit. Tiap satu unit apartemen yang disewakan idealnya terdiri dari tiga kamar tidur privat untuk tiap tenant yang sudah lengkap dengan furniturnya dan ruang tengah yang dapat digunakan secara bersama.

Anand menerangkan Flokq menyewakan tiap unit kamarnya mulai dari Rp2,7 juta sampai Rp20 juta per bulan, dengan kontrak sewa minimal tiga bulan tanpa skema uang muka. Penentuan harga ini akan bergantung pada lokasi. Biaya sewa bulanan sudah termasuk listrik, jasa kebersihan, laundry, WiFi, dan fasilitas lainnya seperti area gym, kolam renang, layanan 24 jam, dan bebas parkir.

Dampak pandemi terhadap bisnis

Dia mengklaim pemberlakuan PSBB dan pengetatan lainnya untuk mengurangi penyebaran pandemi, tidak begitu memberikan dampak penurunan bisnis buat Flokq. Tercatat ada 26 penghuninya yang berkewarganegaraan luar Indonesia yang menyewa kamar melalui Flokq.

Dalam rangka mengurangi penyebaran pandemi, tim Flokq membuat sejumlah aturan yang diberlakukan di tiap huniannya. Beberapa di antaranya adalah frekuensi jasa kebersihan jadi seminggu sekali, dilarang berkunjung ke unit lain, dan peniadaan acara mingguan.

“Jadi situasinya tidak banyak berubah untuk okupansinya, meski ada yang keluar tapi ada yang masuk. Akan tetapi kami membuat aturan baru dalam rangka pencegahan ini, ada sistem yang memantau untuk memastikan setiap tenant ada di unitnya masing-masing.”

Di sisi lain, perusahaan jadi berbangga diri bahwa konsep co-living seperti ini ke depannya akan jauh lebih cerah karena tingkat permintaan yang lebih tinggi daripada co-working space pasca pandemi berlalu.

Flokq Advisor Akash Mulani menerangkan konsep co-living pada masa mendatang akan sangat berkaitan dengan kondisi masyarakat dan ekonomi yang terdampak pada Covid-19. Kegiatan isolasi mandiri yang dilakukan oleh banyak orang, berarti akan mengurangi interaksi manusia dan menurunkan kualitas kesehatan mental.

“Dengan co-living, orang-orang mendapat kesempatan untuk menjaganya tetap stabil sambil tinggal di dalam rumah. Kebijakan WFH yang menjadi umum, masyarakat butuh ruang untuk dirinya bekerja, teman yang dapat diandalkan karena persamaan minat dan latar belakang, atau tentunya ruang dengan biaya sewa ringan,” tuturnya.

Atas optimisme tersebut, pihaknya sedang menggodok konsep penggabungan co-living dan co-working dalam gedung yang sama. “Ini adalah konsep baru yang sedang kami jajaki dalam beberapa tahun ini. Kami berencana meluncurkannya dalam 12 atau 24 bulan ke depan.”

Rencana Flokq berikutnya

Anand menerangkan pada tahun depan perusahaan masih akan fokus mengelola apartemen di Jakarta. Ditargetkan angkanya bisa mencapai 3 ribu unit kamar yang bisa menampung 10 ribu penghuni. Berikutnya, perusahaan baru ekspansi ke kota potensial lainnya seperti Surabaya, Bandung, dan Medan.

Untuk bantu ekspansi, perusahaan sudah mengantongi pendanaan pra seri A pada awal tahun ini. Hanya saja terkait nominal dan investor yang dirahasiakan. “Investornya dari keluarga pengusaha real estate. Kemungkinan akhir tahun ini akan ada funding tambahan.”

Monetisasi perusahaan, sambungnya, diambil dari komisi yang dibayarkan tenant. Persentasenya sekitar 8%-10% tergantung kesepakatan dengan manajemen gedung. Adapun untuk tim Flokq saat ini ada 35 orang.

Untuk penyewaan kamar, Flokq belum menyediakan aplikasinya. Seluruh pemesanan diproses melalui situs sebagai gerbang utamanya, lalu WhatsApp untuk diskusi dengan admin untuk diskusi lebih lanjut.

Pemain lainnya di ranah co-living yang beroperasi di Indonesia ada Coliving Space by CoHive, YukStay, Wellspaces, Rukita, RedDoorz, Cocohub, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

LacakHarga Compiles Classified Ads from Various Property Sites

The decision to buy property, is not an instant process. It requires careful calculations, including the right locations. There are various classified ad sites in Indonesia with various offers given by sellers. Checking the sites one by one might not be very effective. LacakHarga intends to overcome this issue.

This site collects lists of property classified ads, as well as vehicles from various sites such as Rumah123, Carmudi, OLX, and so on. When a user selects one of the advertisements, LacakHarga will redirect to the classified ad site used by the seller. Furthermore, the user can continue the negotiation process later.

In addition to simplifying search, LacakHarga also adds various filter options to help narrow down search results, according to user needs. In total, Track Price included 15 classified ad sites in its database.

“Currently, it’s yet to monetize, however, we do not rule out the possibility to develop these features in the future,” Creative Director of Andrastudio Andra Yogi told DailySocial, Friday (17/4).

He explained that the current LacakHarga’s visitors have not been able to submit their own listings to LacakHarga. It is duo to possibility of double listing by the seller, before entering the database, LacakHarga team will do a certain examination to minimize this possibility.

LacakHarga is said to collect more than 300 thousand ads listing property and vehicles on its site. The number is predicted to continue to grow every day.

Yogi said LacakHarga will be working more seriously in the future to provide benefits for its users. For example, optimizing loading speed, especially in search pages, therefore, users can have faster results.

“Our team will continue to add new features to the LacakHarga website to further benefit property seekers and vehicles.”

LacakHarga is one of the internal projects developed by a client-based project called “andrastudio”. The internal team did the whole developing process to product-market fit aside from their main jobs. LacakHarga still uses its own funds for its operations.

“Ours is still a small team, only consists of me as the owner and project manager. Also, there are three members to support me.”

LacakHarga is a website only accessible via desktop and mobile. Application is yet to available.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

LacakHarga Kumpulkan Iklan Baris dari Berbagai Situs Properti dan Kendaraan di Satu Kanal

Keputusan membeli properti, bukanlah proses yang instan. Butuh perhitungan yang cermat, termasuk saat mencari lokasi. Ada berbagai situs iklan baris bertebaran di Indonesia dengan macam-macam penawaran yang diberikan oleh penjual. Bila buka situs satu per satu, tentu tidak efektif. LacakHarga hadir ingin mengatasi permasalahan tersebut.

Situs ini mengumpulkan listing iklan baris properti, juga kendaraan dari berbagai situs seperti Rumah123, Carmudi, OLX, dan sebagainya. Ketika pengguna memilih salah satu iklan, LacakHarga akan men-direct langsung ke situs iklan baris yang dipakai penjual. Setelah itu, pengguna bisa melanjutkan proses negoisasi lebih lanjut.

Selain permudah pencarian, LacakHarga juga menambahkan berbagai pilihan filter untuk bantu persempit hasil pencarian, sesuai dengan kebutuhan pengguna. Secara total, LacakHarga memasukkan 15 situs iklan baris ke dalam database-nya.

“Saat ini belum ada monetisasi, namun kita tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan fitur tersebut ke depannya,” ucap Creative Director andrastudio Andra Yogi kepada DailySocial, Jumat (17/4).

Dia menjelaskan, saat ini pengunjung LacakHarga belum bisa men-submit listing mereka sendiri ke LacakHarga. Mengingat, kemungkinan besar ada double listing yang dilakukan oleh penjual, sebelum masuk ke database, tim LacakHarga akan melakukan pengecekan khusus untuk meminimalisir kemungkinan tersebut.

Disebutkan, LacakHarga telah mengumpulkan lebih dari 300 ribu iklan listing properti dan kendaraan di situsnya. Angka tersebut diprediksi akan terus bertambah setiap harinya.

Yogi mengungkapkan, ke depannya LacakHarga akan digarap lebih serius agar bisa memberikan manfaat buat penggunanya. Misalnya, mengoptimasi kecepatan loading situs, khususnya dalam laman pencarian agar hasil pencarian semakin cepat diperoleh pengguna.

“Tim kami akan terus menambahkan fitur-fitur baru pada situs LacakHarga untuk lebih memberikan benefit buat para pencari properti dan kendaraan.”

LacakHarga adalah salah satu proyek internal yang kembangkan oleh client project based bernama “andrastudio”. Proses pengembangan hingga product market fit dilakukan sendiri oleh tim internal di sela-sela pekerjaan utama mereka. LacakHarga masih menggunakan dana sendiri untuk operasionalnya.

“Tim kami sendiri masih berupa tim kecil, hanya berisi saya sebagai owner dan project manager. Lalu ada tiga orang anggota yang membantu saya.”

LacakHarga masih berbentuk situs yang dapat diakses melalui desktop dan mobile. Aplikasi belum tersedia.