LinkAja E-money Service Officially Launches, Available for Cross-Country Transaction

After being delayed for several months, LinkAja officially launched on Sunday (6/30). Participated also in the event, the Vice President of Republic Indonesia Jusuf Kalla, BUMN Minister Rini Soemarno, and Minister of Communication and Information Rudiantara at Gelora Bung Karno, Jakarta.

In his remarks, LinkAja’s CEO, Danu Wicaksana said that the product has created opportunities to improve the low rate of financial inclusion services in Indonesia. As of 2018, 76 percent of transactions in the country are still in cash.

LinkAja should be the national development agent in helping the government to improve Indonesia’s financial inclusion to 75 percent by the end of this year.

In this event, Wicaksana helped introduce LinkAja’s newest feature, the cross-country transaction. Currently, it’s only available in Singapore and having collaboration with Singtel telecommunications operators.

“There are two things related to LinkAja cross-country service. First, remittances from abroad. Second, cross-country merchant payments using the app,” he said to DailySocial.

Regarding remittance services, the company claimed to be the only e-money that provides it from Indonesia’s Migrant Workers (PMI) in Singapore.

He said no further details on the expansion strategy. However, LinkAja has good potential in acquiring the international market, particularly for Telkom remittance and Telkomsel users working abroad, also Indonesia’s Migrant Workers.

Another new feature is drawing money using smartphones. It allows users to draw money without debit card at more than 40 thousand ATM Link outlets of the red-plate banks.

As the previous information, LinkAja is a transformation from Telkomsel’s Tcash. The QR Code-based service has been announced since February and available since early March.

LinkAja was managed by PT Fintek Karya Nusantara or Finarya as the joint venture of four state-owned banks (Mandiri, BNI, BRI, and BTN), Telkomsel, Pertamina, Jasa Marga, and Jiwasraya. It’s a strategy against Go-Pay and OVO domination in the e-money market.

Currently, LinkAja has acquired 22 million users. In terms of the partnership, they’ve worked with more than 15,000 merchants, 400 payments, and  20 e-commerce in Indonesia. In addition, there’s also Cash in Cash Out (CICO) in over 100 thousand spots.

“We’re focused on the public’s essential affairs. One is to digitize SPBU with Pertamina, cashless payment for tolls with Jasa Marga, and digital payment for all public transportations like trains,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan E-money LinkAja Resmi Meluncur, Dapat Dipakai Bertransaksi di Luar Negeri

Setelah sempat tertunda selama beberapa bulan, layanan fintech LinkAja akhirnya resmi meluncur pada Minggu (30/6). Peluncuran ini turut disaksikan langsung Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menkominfo Rudiantara di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Dalam sambutannya, CEO LinkAja Danu Wicaksana mengatakan bahwa kehadiran LinkAja membuka peluang untuk meningkatkan layanan inklusi keuangan di Indonesia yang saat ini terbilang rendah. Per 2018 tercatat 76 persen transaksi di Tanah Air masih didominasi uang tunai.

LinkAja diharapkan dapat menjadi agen pembangunan nasional dan membantu visi pemerintah untuk mendorong inklusi keuangan Indonesia menjadi 75 persen pada akhir tahun ini.

Pada peluncuran ini, Danu turut memperkenalkan fitur terbaru LinkAja, yakni bertransaksi di luar negeri. Saat ini LinkAja baru tersedia di Singapura dan telah bekerja sama dengan operator telekomunikasi Singtel.

“Jadi ada dua hal terkait layanan LinkAja di luar negeri. Pertama, remitansi dari luar ke dalam negeri. Kedua, membayar merchant di luar negeri dengan aplikasi LinkAja,” ungkap Danu kepada DailySocial.

Terkait layanan remitansi, perusahaan mengklaim menjadi satu-satunya layanan uang elektronik yang melayani remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Singapura.

Danu belum dapat memaparkan lebih lanjut mengenai strategi ekspansinya di luar negeri. Akan tetapi, LinkAja memiliki peluang untuk mencaplok pangsa pasar internasional, terutama basis pengguna remintasi Telkom dan layanan seluler Telkomsel yang bekerja di luar negeri atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Fitur unggulan lainnya adalah tarik tunai dengan menggunakan smartphone. Fitur ini memungkinkan pengguna menarik uang tunai tanpa harus membawa kartu debit di lebih dari 40 ribu ATM Link milik bank-bank pelat merah.

Seperti diketahui, LinkAja merupakan transformasi layanan pembayaran elektronik dari Tcash milik Telkomsel. Layanan berbasis Quick Response (QR) Code ini diumumkan pada Februari lalu dan sudah dapat dipakai untuk bertransaksi oleh pengguna sejak awal Maret.

LinkAja dikelola oleh PT Fintek Karya Nusantara atau Finarya yang merupakan perusahaan kongsi dari empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, Pertamina, Jasa Marga, dan Jiwasraya. LinkAja menjadi strategi untuk melawan dominasi Go-Pay dan OVO di pasar uang elektronik saat ini.

Sekarang LinkAja telah mengantongi 22 juta pengguna. Dari sisi kemitraan, LinkAja telah bekerja sama dengan lebih dari 15.000 merchant, pembayaran di 400 tagihan, dan 20 e-commerce di Indonesia. Selain itu, LinkAja juga memiliki fitur Cash in Cash Out (CICO) di lebih dari 100 ribu titik.

“Kami berfokus pada pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat. Salah satunya dengan digitalisasi SPBU bersama Pertamina, pembayaran nirsentuh di jalan tol dengan Jasa Marga, dan pembayaran digital di berbagai moda transportasi publik, seperti kereta,” papar Danu.

Application Information Will Show Up Here

RemitPro Coba Hadirkan Layanan Remitansi Berbasis Teknologi

RemitPro adalah layanan terbaru dari grup Digiasia Bios yang menyasar pengiriman dan pengiriman uang dalam hitungan menit ke seluruh dunia bermitra dengan Western Union. Layanan tersebut kini tersedia di 60 negara.

Kepada DailySocial, Head of Money Transfer RemitPro Arman Bhariadi mengungkapkan, RemitPro menyediakan platform transfer uang bersertifikasi yang memungkinkan perpindahan uang, baik domestik maupun internasional, menggandeng mitra lokal dan internasional.

“Jumlah pengguna yang aktif menggunakan layanan RemitPro saat ini adalah sekitar 3000 pengguna. Di tahun 2019 ini RemitPro juga berambisi bisa menyediakan layanan Wallet to Cash dan Wallet to Account di seluruh dunia,” kata Arman.

RemitPro mengklaim saat ini telah memiliki 200 agen pembayaran, atau disebut cash out point, yang tersebar di Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

“RemitPro membangun platform transfer uang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, memindahkan uang mereka dengan aman, dan pada saat yang bersamaan mematuhi peraturan. [Kami] juga berkomitmen kepada pelanggan kami untuk terus berinovasi, dan selalu mencari cara baru untuk memindahkan uang melalui ponsel dan digital, juga sebagai saluran ritel tradisional.”

Menggandeng EBAYS

Untuk memberikan pilihan lebih beragam, RemitPro mengumumkan kerja sama dengan penyelenggara transfer dana PT. Eka Bakti Amerta Yoga Sejahtera (EBAYS). Melalui kerja sama ini, pengguna layanan transfer dana dapat melakukan pencairan kiriman dananya di 4800 kantor pos dan di lebih dari 10.000 cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di seluruh Indonesia.

Hal ini diharapkan dapat memberikan kemudahan akses dan efisiensi waktu serta biaya bagi masyarakat yang ingin mencairkan dana kiriman, baik dari dalam maupun luar negeri, yang dikirimkan melalui operator pengiriman uang dunia seperti Western Union.

“Kami akan terus melakukan terobosan demi kenyamanan para pengguna jasa RemitPro dengan tetap mengutamakan keamanan dan disaat yang bersamaan akan mengembangkan jaringan pencairan kiriman dana agar keluarga Buruh Migran Indonesia (BMI), serta keluarga para pekerja dalam negeri yang mengirimkan dananya dari kota tempat mereka bekerja ke desa dimana keluarga mereka tinggal dapat dengan mudah menerima uang kiriman mereka”, tutup Arman.

TrueMoney Bidik Penambahan 20 Ribu Agen Toko Tahun Ini

TrueMoney bidik penambahan hingga 20 ribu agen toko pada tahun ini dengan mulai mengembangkan perluasan area layanan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Disebutkan saat ini TrueMoney memiliki sekitar 16 ribu agen toko, sebanyak 60% di antaranya masih terpusat di Jabodetabek. Bila ditotal TrueMoney melayani 100 kota di seluruh Indonesia

“Untuk Sulawesi kami baru hadir di Makassar, rencananya mau tambah ke Palu. Ekspansi ke luar Jawa ini sudah jadi awal rencana kami di tahun ini sesuai dengan misi kami yang ingin memberikan akses finansial ke semua pihak,” terang Business Development Senior Manager TrueMoney Restianto, Selasa (15/1).

Sebenarnya, TrueMoney tidak hanya mengincar penambahan di agen toko, tapi juga agen individu. Agen toko memiliki tempat berjualan, seperti toko kelontong atau konter HP untuk melayani pembeli. Sementara agen individu tidak memiliki toko, namun secara aktif berkeliling menawarkan layanan TrueMoney.

“Jadi kami targetkan agen toko bisa bertambah sampai 20 ribu agen, sementara agen individu sebanyak 30 ribu orang.”

Kendati secara angka target agen individu lebih banyak dari agen toko, namun secara kontribusi bisnis ke perusahaan berasal dari agen toko. Adapun agen individu di TrueMoney sekitar 24 ribu orang.

Tanpa menyebut perbandingan antara keduanya, Restianto menyebut transaksi harian dari agen toko sekitar 5-10 transaksi. Mayoritas transaksi yang paling laku adalah pembelian token listrik, namun bila dilihat berdasarkan nominal yang terbesar justru pengiriman uang atau remitansi.

TrueMoney kini lebih memfokuskan diri sebagai penyedia layanan remitansi dan pengembangan produk finansial dalam program keagenan untuk menyasar kalangan UMKM sebagai pengguna utama. Konsentrasi bisnis ini yang menjadikan perusahaan berbeda dengan pemain e-money kebanyakan di Indonesia.

Kemitraan strategis dengan Pergiumroh

Dalam rangka meningkatan pendapatan para agen TrueMoney, perusahaan mengumumkan kemitraan strategis dengan Pergiumroh, marketplace khusus layanan umroh. Konsumen dapat lebih mudah mendaftar paket umroh yang sudah terkurasi oleh Pergiumroh.

“Ini adalah layanan tambahan bagi konsumen yang di mana saat ini dapat mengajukan umroh dengan skema pembayaran melalui angsuran. Konsumen cukup mendatangi agen toko TrueMoney dan mengisi data yang dibutuhkan,” tambah Direktur TrueMoney Rio Da Cunha.

Model bisnisnya, konsumen mendatangi agen toko TrueMoney, lalu mengisi data secara lengkap. Nanti proses verifikasi akan ditindaklanjuti oleh pihak Pergiumroh. Berikutnya, Pergiumroh akan menginformasikan paket umroh yang bisa konsumen pilih berdasarkan preferensi yang mereka masukkan dan pilihan angsuran yang tersedia.

Seluruh prosesnya akan memakan waktu hingga 7 hari sampai 14 hari. TrueMoney akan menerima notifikasi dari Pergiumroh perihal disetujui atau tidaknya pengajuan dari para konsumen.

“TrueMoney akan terima notifikasi di akhir saja karena seluruh proses verifikasinya ada di Pergiumroh.”

Pergiumroh telah bekerja sama dengan 21 penyedia jasa umroh yang sudah tersertifikasi dari Kementerian Agama dan memiliki reputasi baik. Tersedia berbagai pilihan paket umroh mulai dari 9 hari sampai 12 hari dan pilihan pembayaran dari tunai hingga mengangsur.

Saat ini Pergiumroh menjadi mitra TrueMoney ke-75 yang sudah melakukan kerja sama. Perusahaan melakukan kerja sama dengan mitra yang bergerak di berbagai bisnis, mulai dari PPOB, distribusi non tunai, disbursement, dan sebagainya.

“Tambahan layanan ini memang diperlukan buat agen kami karena agen TrueMoney itu berbeda dengan agen pulsa. Ke depannya akan ada banyak pengumuman kemitraan yang segera kami umumkan untuk meningkatkan pendapatan agen,” tambah Restianto.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pos Indonesia Siapkan Tiga Layanan Fintech

PT Pos Indonesia, melalui anak usaha PT Bhakti Wasantara Net (BWN), berencana meluncurkan layanan fintech. Langkah ini diambil Pos Indonesia untuk memperluas bisnis dengan memanfaatkan akses dan jaringan yang dimiliki. BWN sendiri adalah perusahaan yang menyediakan internet di Indonesia, dulu sempat kita kenal sebagai Wasantara Net.

Nantinya layanan fintech yang akan dihadirkan melalui BWN adalah layanan pembayaran, remitansi, dan pembiayaan dengan skema peer-to-peer (p2p) lending. Secara khusus BWN akan menyasar kalangan menengah ke bawah, khususnya pedagang kaki lima dan pekerja migran, yang membutuhkan platform terpercaya dalam hal pengiriman uang antar negara.

“Ada 7 juta pekerja migran Indonesia. Uangnya yang masuk ke Indonesia hampir $10 miliar per tahun. Dan mereka melalui protokol keuangan yang mahal dan tidak aman kalau lewat agency. Nah remittance ini juga Pos harus hadir melakukan ini. Karena kita relevan dengan ke kampung-kampung,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono, seperti dilansir dari Liputan6.

Sudah punya PosPay

Sebelumnya PT Pos Indonesia juga telah meluncurkan PosPay,  aplikasi yang dapat digunakan untuk membayar tagihan listrik, air, hingga belanja di beberapa toko online. PosPay memiliki jaringan di lebih dari 4800 jaringan Pos Indonesia dan 40 ribu agen pos di seluruh Indonesia. BWN sendiri telah menjadi platform perekrutan agen PosPay di seluruh Indonesia.

Secara bisnis, Pos Indonesia kini sangat menggantungkan diri sebagai pendukung layanan e-commerce, meskipun masih membutuhkan restrukturisasi dan penyesuaian tarif untuk menjadi perusahaan logistik yang menguntungkan. Menurut data McKinsey, di tahun 2025 diprediksi sektor e-commerce Indonesia bernilai $65 miliar, dengan dengan pengiriman paket online mencapai 4,4 juta buah setiap harinya.

MDI Ventures Pimpin Pendanaan Seri C Instarem, Startup Fintech Remitansi Asal Singapura

MDI Ventures kembali menambah daftar portofolio startup dengan mengucurkan pendanaan barunya. Kali ini diberikan kepada pengembang layanan remitansi asal Singapura bernama Instarem. MDI Ventures bersama Beacon Venture Capital memimpin pendanaan seri C dengan nilai mencapai $20 juta. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini investor sebelumnya, yakni Vertex Ventures, GSR Ventures, Rocket Internet dan SBI-FMO Fund.

Pendanaan akan difokuskan untuk perluasan jangkauan pasar Instarem, khususnya di wilayah Indonesia dan Jepang. Sebagai startup fintech yang menyajikan layanan remitansi –transfer uang antar negara, biasanya dilakukan pekerja asing—salah satu tantangannya adalah soal perizinan. Instarem cukup percaya diri akan segera mendapatkan lisensi dari otoritas Indonesia dan Jepang.

“Kami percaya bahwa Instarem memiliki kapabilitas yang besar dalam menyediakan jasa pembayaran lintas negara di Indonesia melalui mitra internasionalnya. Kami juga melihat bahwa sektor teknologi finansial di Indonesia sedang mengalami tingkat pertumbuhan yang pesat sehingga ini merupakan momen yang ideal bagi perusahaan fintech seperti Instarem untuk memasuki pasar Indonesia,” ungkap CEO MDI Ventures Nicko Widjaja kepada DailySocial.

Khusus di Indonesia, MDI Ventures akan turut membantu proses ekspansi dengan menjembatani kemitraan strategis Instarem dengan unit bisnis yang dimiliki Telkom Group. MDI Ventures juga meyakini bahwa pertumbuhan fintech di Indonesia dapat menjadi momen tepat untuk mendukung pertumbuhan Instarem.

“Instarem saat ini sedang dalam proses memperoleh lisensi untuk beroperasi di Indonesia. Layanannya akan beroperasi dalam waktu dekat. Instarem juga akan melakukan penjajakan kerja sama dengan Telkom Group untuk layanan pembayaran dan remitensi demi meningkatkan layanan remitansi O2O di Indonesia,” lanjut Nicko.

Saat ini Instarem telah mengantongi izin dan beroperasi di Singapura, Australia, India, Eropa, Amerika Serikat, Hing Kong, Kanada dan Malaysia. Sementara babak baru pendanaan ini turut membuat startup bentukan Michael Bermingham dan Prajit Nanu tersebut mencapai total valuasi pendanaan $63 juta.

Dalam rilis resminya, Instarem turut menyinggung rencana IPO di tahun 2021 mendatang. Mengenai rencana ini Nicko berpendapat bahwa IPO pada suatu perusahaan menjamin likuiditas kepada para investor, pemegang saham, dan karyawan perusahaan tersebut.

“MDI Ventures percaya bahwa sebaiknya terdapat lebih banyak perusahaan teknologi di Asia Tenggara yang menargetkan IPO sebagai opsi exit strategy mereka. IPO memberikan sejumlah manfaat bagi ekonomi karena memvalidasi industri teknologi di negara tersebut dan mengurangi risiko terjadinya tech bubble dengan menormalkan valuasi dan menyediakan likuiditas,” tutup Nicko.

Application Information Will Show Up Here

TCASH Hadirkan Fitur Remitansi Berbentuk “Wallet-to-Wallet”

TCASH kembali memperkenalkan inovasi layanan. Kali ini berbentuk wallet-to-wallet untuk memudahkan transaksi uang dari luar negeri. Saat ini layanan tersebut baru menjangkau Singapura, bekerja sama langsung dengan provider terbesar di sana, Singtel. Harapannya fitur ini dapat memudahkan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam memenuhi layanan remitansi.

Di fase awal ini (hingga akhir tahun), TCASH menggratiskan biaya pengiriman dana remitansi. Hal yang ditonjolkan TCASH sebagai layanan uang elektronik non-bank adalah tidak ada batasan minimal untuk nominal transaksi. Hal ini memberikan fleksibilitas lebih untuk berkirim dana dari Singapura ke kerabat di dalam negeri.

Hanya saja ada batasan maksimal untuk satu kali pengiriman, yakni SG$999 atau setara hampir Rp10 juta. Sedangkan untuk maksimal dana yang dapat ditampung pengguna remitansi TCASH dalam satu bulan adalah Rp20 juta. Untuk memberikan rasa nyaman, TCASH juga telah menerima perizinan resmi Bank Indonesia untuk layanan remitansi.

“TKI dan anggota keluarganya di Indonesia merupakan salah satu segmentasi pelanggan utama yang disasar oleh TCASH dalam merealisasikan komitmen mendorong lebih banyak masyarakat mikro untuk memiliki akses ke layanan keuangan,” sambut CEO TCASH Danu Wicaksana.

Danu melanjutkan, “Hadirnya layanan remitansi wallet-to-wallet ini diharapkan dapat membantu mereka untuk mengirimkan dana secara real-time, kapan pun, di mana pun, dan oleh siapa pun, khususnya karena saat ini TCASH telah dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia lintas operator telekomunikasi.”

Cara melakukan transaksi

Untuk memanfaatkan layanan remitansi wallet-to-wallet, pengguna di Singapura dapat mengunduh aplikasi Singtel Dash. Di dalamnya ada fitur layanan kirim yang terintegrasi, yakni m-Remit. Kemudian bagi penerima di Indonesia dapat mengunduh TCASH Wallet dan melengkapi informasi untuk mendapatkan layanan penuh.

Selanjutnya pengguna di Singtel Dash cukup mengirimkan dana sesuai dengan preferensi, ditujukan ke nomor akun TCASH milik kerabatnya di Indonesia. Dana yang masuk ke akun TCASH dapat dicairkan melalui toko ritel seperti Indomaret, Alfamart, konter pembayaran resmi TCASH atau Grapari terdekat.

Simplifikasi layanan menggunakan teknologi

Sebelumnya TCASH pernah merilis layanan remitansi bersama Singtel dan PT Pos Indonesia untuk TKI di Singapura. Melalui layanan ini, kerabat di Indonesia dapat mencairkan pengiriman dana melalui Wesel Pos Instan di kantor cabang Pos terdekat. Kini dengan melekatkan layanan remitansi di TCASH, diharapkan prosesnya menjadi lebih efisien.

“Ke depannya kami berharap dapat terus memperluas cakupan wilayah layanan remitansi guna memudahkan TKI di negara-negara lainnya, termasuk Malaysia dan Hong Kong. Dengan layanan ini, kami optimis dapat terus mendukung usaha pemerintah dalam mencapai keuangan yang inklusif untuk seluruh masyarakat Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

True Money Indonesia Hentikan Sertifikasi E-Money Syariah, Kini Lebih Fokus Kembangkan Remitansi

True Money Indonesia, salah satu perusahaan uang elektronik, mengungkapkan telah berhenti memperpanjang sertifikat e-money syariah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak Agustus 2017. Alasannya karena biaya rutin yang harus dikeluarkan perusahaan tiap bulannya tidak sejalan dengan belum adanya pendapatan yang dikontribusikan produk tersebut.

“Waktu itu ambil sertifikat e-money syariah karena sebatas langkah untuk masuk ke komunitas pesantren dan perusahaan keuangan berbasis syariah. Namun, itu sampai sekarang belum kami lakukan. Terlebih ada biaya flat yang harus kami bayarkan tiap bulannya ke MUI,” terang Direktur Operasional True Money Indonesia Rio da Cunha, Senin (27/11).

Rio merasa strategi yang tepat untuk terjun ke layanan keuangan syariah harus membentuk entitas tersendiri, tidak bercampur dengan bisnis utama. Sebab jika masih dalam satu entitas, gerak bisnis syariah akan sulit karena berbentur dengan bisnis konvensional. Alhasil, kedua bisnis tersebut jadi tidak bisa berkembang.

“Mungkin pada masa mendatang, akan kami buat entitas tersendiri untuk menjalankan bisnis yang syariahnya.”

Dengan berhentinya perpanjangan sertifikat e-money syariah yang sudah dikantongi sejak Agustus 2016, kini True Money Indonesia hanya mengantongi dua izin bisnis. Yaitu sertifikasi e-money dan remitansi dari Bank Indonesia.

Geser fokus bisnis

Selain menghentikan untuk sementara bisnis syariah, True Money Indonesia juga akan lebih fokus mengembangkan bisnis pengiriman uang tunai atau remitansi. Kendati demikian, pergeseran tersebut tidak akan menghentikan bisnis uang elektronik yang sudah dikembangkan perusahaan.

Rio menuturkan bisnis remitansi yang baru dimulai perusahaan pada Oktober 2017 memiliki perkembangan yang cukup baik. Terlihat dari pencapaiannya hingga 26 November 2017, telah mencatatkan 180 ribu transaksi dengan nilai sekitar Rp70 miliar.

Pencapaian tersebut didapat hanya dari satu kemitraan antara perusahaan dengan jaringan Alfa Group. Bahkan diklaim, layanan remitansi True Money Indonesia menguasai 40% pangsa pasar dibandingkan seluruh layanan remitansi yang sudah bermitra dengan di Alfa Group.

“Untuk layanan PPOB kami untuk bisnis e-money transaksinya perhari sekitar 40 ribu sampai 45 ribu dengan nilai sekitar Rp3 miliar. Karena perbandingannya yang jauh, kami menilai untuk lebih serius menggarap bisnis remitansi.”

Pihaknya menargetkan sampai akhir tahun ini dapat menyentuk 300 ribu transaksi dengan kenaikan nilai transaksi hingga Rp200 miliar. Bahkan sampai akhir tahun depan ditargetkan dapat naik 4 kali lipat dari perolehan tahun ini atau sekitar Rp800 miliar.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan menggandeng lima perusahaan untuk perpanjangan bisnis remitansi dan mulai merambah pengiriman uang dari luar negeri. Selain itu, membentuk divisi baru yang bakal didedikasikan menggarap bisnis remitansi, total pekerjanya diperkirakan sekitar 250 orang.

Salah satu perusahaan remitansi yang akan digandeng adalah TransferTo, bakal diumumkan pada kuartal I tahun depan. TransferTo adalah perusahaan yang sudah mengantongi izin bisnis remitansi berbasis di Singapura.

Nantinya, lewat jaringan TransferTo, para pengguna akan dapat mengirim uangnya ke Indonesia dari Malaysia, Hong Kong, Taiwan. Penerima uang dapat mencairkan uangnya di seluruh jaringan Alfa Group di seluruh Indonesia.

Rencananya, pengirim uang dengan nilai kiriman Rp1 juta bahkan bisa mengirimkan uangnya ke dalam negeri. Biaya adminnya akan dibuat tidak jauh berbeda dengan pengiriman uang dalam negeri. Besaran biaya yang dibebankan pengirim uang dalam negeri untuk besaran maksimal Rp1 juta dikenakan sebesar Rp15 ribu, sedangkan untuk besaran pengiriman Rp1 juta sampai Rp5 juta biayanya Rp25 ribu.

Dari biaya admin tersebut, True Money Indonesia membagi komisi dengan Alfa Group dengan besaran porsi masing-masing sebesar 50%.

Tahun depan True Money Indonesia juga akan mengembangkan lebih lanjut bisnis remitansi ke tahap yang lebih mutakhir. Saat ini, layanan remitansi yang dihadirkan baru bersifat cash-to-cash, yaitu kirim dan terima tunai tanpa harus memiliki rekening bank dan tanpa menjadi anggota True Money Indonesia.

Peningkatan layanan remitansi yang sedang disiapkan adalah cash-to-account/cash-to-wallet. Jadi setelah menerima dana, pengguna dapat bertransaksi dalam ekosistem True Money Indonesia untuk pembayaran sehari-hari, transfer dana, atau dicairkan kembali.

“Pelan-pelan kami kenalkan cash-to-cash terlebih dahulu, baru bergerak ke cash-to-account pada tahun depan. Arahnya akan tetap dukung cashless society [yang] mendukung inisiatif pemerintah.”

Tambah konten layanan produk e-money

Pendekatan True Money Indonesia untuk mengembangkan layanan produk e-money memanfaatkan agen sebagai perpanjangan tangan perusahaan untuk melayani transaksi kebutuhan sehari-hari. Seperti menjual layanan voucher elektronik untuk isi ulang pulsa dan token PLN, pembayaran tagihan BPJS, telepon rumah, PDAM, internet, TV kabel dan sebagainya.

Saat ini ada dua jenis agen yang dimiliki True Money Indonesia, yakni yang menggunakan EDC dan memanfaatkan aplikasi dari smartphone sendiri. Untuk agen yang menggunakan EDC jumlahnya mencapai 20 ribu dengan 85% diantaranya adalah agen aktif. Sedangkan agen yang memanfaatkan aplikasi jumlahnya mencapai 18 ribu dengan 50% diantaranya adalah agen aktif.

Untuk strategi pengembangan produk e-money, fokus perusahaan yang akan dilakukan adalah memperbanyak konten produk. Tujuannya agar produk yang dijual makin variatif, sehingga dapat mendongkrak produktivitas agen.

Strategi yang bakal dilakukan adalah bekerja sama dengan salah satu perbankan untuk memasarkan produk Laku Pandai. Agen True Money Indonesia akan menjadi agen Laku Pandai dari bank. Nantinya dalam aplikasi True Money Indonesia akan menyediakan layanan Laku Pandai terkait pembukaan rekening, transfer/kirim dana, hingga menyimpan dana. Kerja sama tersebut akan diumumkan pada awal Desember 2017 mendatang.

“Jadi tahun depan kami akan fokus mengembangkan bisnis remitansi akan menyasar pengiriman dari luar negeri. Juga memperbanyak konten produk dalam aplikasi True Money dengan menjadikan agen kami sebagai agen Laku Pandai,” pungkas Rio.

Application Information Will Show Up Here

Indosat Ooredoo Gaet Pegadaian Perluas Jaringan Remitansi

Indosat Ooredoo mengumumkan kerja sama strategis dengan Pegadaian dalam rangka memperluas jaringan layanan pengiriman uang antar wilayah atau negara atau lebih dikenal dengan remitansi. Kerja sama ini diharapkan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan potensial sampai pelosok Indonesia.

Dompetku Pengiriman Uang (DPU) adalah salah satu layanan dari Indosat yang melayani kiriman uang untuk tujuan domestik dan internasional, khususnya bagi pelanggan yang tidak memiliki rekening bank. Meski produk ini milik Indosat, namun secara layanan bisnisnya tergolong layanan transfer uang yang telco agnostic dan bank agnostic. Artinya layanan uang independen tidak terikat oleh operator telekomunikasi serta tidak membutuhkan rekening bank.

Jadinya, baik dari penerima maupun pengirim uang hanya membutuhkan KTP sebagai syarat utama untuk transaksinya di outlet-outlet yang berlogo DPU. Outlet Pegadaian terhitung sebanyak 4.455 unit tersebar di seluruh Indonesia. Dengan demikian, total DPU bertambah menjadi lebih dari 20.000 outlet.

“Kami akan terus memperlebar jaringan outlet DPU melalui kerja sama lainnya dengan berbagai instansi yang sudah memiliki basis pelanggan untuk memperluas ekosistem Dompetku, sekaligus mendukung program inklusi keuangan pemerintah,” terang Alexander Rusli, President Director & CEO Indosat Ooredoo, Rabu (12/10).

Alex melanjutkan, selain dengan Pegadaian sebelumnya Indosat sudah bekerja sama dengan perusahaan lainnya untuk menangani remitansi dari luar negeri. Misalnya, dengan HomeSend sudah dimulai sejak 2014 dan Skrill pada April tahun ini. Kedua perusahaan tersebut memiliki basis remitansi yang kuat di Amerika dan Eropa.

Ke depannya Indosat tengah merampungkan proses kerja sama berikutnya dengan perusahaan jaringan global lainnya. Namun Alex enggan mengungkapkan identitas perusahaannya.

Group Head Mobile Financial Services Indosat Randy Pangalila menerangkan Indosat memiliki visi untuk menjadi MFS the largest transaction house in ASEAN region dalam beberapa tahun mendatang. Sejak setahun Dompetku berdiri, pihaknya mengklaim hingga September 2016 telah memproses 800 ribu transaksi harian dan nilai yang berhasil dihimpun mencapai Rp 5,5 triliun atau enam kali lipat dibanding tahun lalu.

“Kami terus lakukan improvement, mencetak inovasi, dan terus mendorong pemakaian layanan keuangan digital sejalan dengan visi perusahaan menjadi perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia.”

Kemudahan transaksi pengiriman uang

Untuk proses pengiriman dan penerimaan dengan DPU cukup mudah, pelanggan hanya datang ke kantor Pegadaian atau outlet DPU. Kemudian, mengisi formulir pengiriman uang dan memberikan sejumlah dana tunai yang hendak dikirimkan ke petugas outlet. Dalam beberapa detik, sistem DPU akan mengirimkan kode konfirmasi ke nomor telepon pelanggan yang akan diteruskan ke penerima agar dapat mencairkan dananya.

Dana tersebut akan terkirim dalam hitungan detik. Untuk pengambilannya, setelah penerima menerima SMS berisi kode konfirmasi, mereka dapat datang ke outlet Pegadaian dengan membawa KTP dan kode konfirmasi. Setelah dikonfirmasi sukses, dana sudah bisa langsung dicairkan.

Maksimal dana yang bisa dikirimkan tidak boleh lebih dari Rp 25 juta. Adapun tarif yang dikenakan oleh pengirim untuk jasa remitansi ini, tergantung besaran dananya. Bila di bawah 1 juta Rupiah, fee yang dikenakan adalah Rp 15 ribu, antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta fee-nya sebesar Rp 25 ribu, dan lebih dari Rp 5 juta sebesar Rp 30 ribu.

“Saat penerima uang datang ke outlet DPU atau Pegadaian, mereka harus membawa KTP sebagai bukti sah. Nanti akan ada petugas yang melakukan verifikasi data penerima dan kode konfirmasi. Hal ini sebagai antisipasi perlindungan konsumen, apakah orangnya benar atau bukan,” pungkas Randy.