Ruangguru Receives 800+ Billion Rupiah Funding, Led by Tiger Global Management

Ruangguru edtech startup announced $55 million (over 800 billion Rupiah) funding led by Tiger Global Management. This is a follow on round of the series C announced in 2019, led by General Atlantic and GGV Capital.

GGV Capital also topped up in this latest round, followed by the ranks of Ruangguru’s early investors, East Ventures, Venturra Capital, UOB Venture Management, and others. The additional fresh funding is said to accelerate Ruangguru’s business expansion in three countries (Indonesia, Vietnam and Thailand) in the K-12 segment (SD, SMP, and SMA) and non-formal education.

In an official statement, Tiger Global Management’s Partner, Evan Feinberg said, as the leading edtech player in Southeast Asia, Ruangguru is ready to further transform and enhance the landscape for K-12 and adult learning. “We are very pleased to be partnering with them as they continue to innovate solutions for this market and advance high quality education for students of all ages,” he said, Monday (19/4).

GGV Capital’s Managing Partner, Jixun Foo added, “Our continued investment in Ruangguru proves our confidence in their commitment to advancing quality education for all [..] We will continue to support companies with a long-term impact on our future through educational technology.”

Edtech is GGV’s premier global investment thesis with portfolio companies such as Zuoyebang, Vedantu, HuoHua, and LiuLiShuo (NYSE: LAIX).

Ruangguru’s Co-Founder and CEO, Belva Devara expressed his high enthusiasm for the entrance of Tiger Global and with the sustainable support from GGV Capital. “We share the same vision of the world with access to quality education for all. Ruangguru has continued to have a strong growth trajectory in the past year and this investment will help us grow our business further and make a significant impact on education, through technology,” Belva said.

Product development at Ruangguru

In addition, with the accelerating adoption of online learning due to the global Covid-19 pandemic, Ruangguru has driven significant user volume growth throughout 2020. It is claimed that Ruangguru has served more than 22 million users throughout the country and achieved the highest Net Promoter Score (NPS) across all product categories and doubled the revenue growth, marking its first year of profitability.

The company arrived in Thailand with StartDee brand in 2020, and under the KienGuru brand the previous year in Vietnam. In Indonesia, it is said that Ruangguru is able to maintain a leadership position (based on user base) in the Live Tutoring segment through the Brain Academy and RuangBelajar+.

Furthermore, they released another product vertical, Roboguru, an AI-supported homework breaker with Photo Search and User Generated Content (UGC) technology to facilitate students in understanding difficult exercises. Also, launching the English Academy, an affordable online live teaching class with a Cambridge curriculum to cater the K-12 students and adults.

“The Skill Academy has served more than 3 million users, Ruangguru’s lifelong learning product is only 1 year after its launch. Skill Academy has positioned itself as a market leader in its category and winning Google Play Best of 2020 for Personal Growth,” Belva added.

In order to deepen market penetration throughout the pandemic, Ruangguru launched several social initiatives to have an impact on education. Among them are Ruangguru Free Online School to ensure learning sustainability, there are more than 10 million students in Indonesia accessing the service.

Also, in order to support distance learning during the lockdown, Ruangguru provides free access to Ruangkelas, the Learning Management System (LMS) platform that has been used by thousands of schools in 480 districts in Indonesia. Teachers are given free access to an online library of more than 250 teaching modules. There are more than 200 thousand teachers accessing the online library.

Ruangguru’s Co-founder & Chief Product and Partnership Officer, Iman Usman, added, “Ruangguru now has strong investors with expertise in the education industry. We plan to leverage their expertise and network to further enhance our products and our team. Therefore, it can help us in offering world-class educational products. We will continue to fulfill our mission to provide quality education for millions of students in Southeast Asia.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Terima Pendanaan Lebih dari 800 Miliar Rupiah, Dipimpin Tiger Global Management

Startup edtech Ruangguru mengumumkan perolehan pendanaan senilai $55 juta (lebih dari 800 miliar Rupiah) yang dipimpin Tiger Global Management. Putaran ini adalah lanjutan dari seri C yang diumumkan pada 2019 lalu, dipimpin oleh General Atlantic dan GGV Capital.

GGV Capital turut top up dalam putaran terbaru ini, diikuti jajaran investor awal Ruangguru yakni East Ventures, Venturra Capital, UOB Venture Mangement, dan lainnya. Tambahan dana segar rencananya akan dimanfaatkan untuk mempercepat ekspansi bisnis Ruangguru di tiga negara (Indonesia, Vietnam, dan Thailand) di segmen K-12 (SD, SMP, dan SMA) dan pendidikan nonformal.

Dalam keterangan resmi, Partner Tiger Global Management Evan Feinberg menyampaikan, sebagai pemain edtech terdepan di Asia Tenggara, Ruangguru siap untuk lebih jauh mengubah dan meningkatkan lanskap untuk K-12 dan pembelajaran orang dewasa. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan mereka karena mereka terus berinovasi solusi untuk pasar ini dan memajukan pendidikan berkualitas tinggi untuk pelajar dari segala usia,” tuturnya, Senin (19/4).

Managing Partner GGV Capital Jixun Foo menambahkan, “Investasi berkelanjutan kami di Ruangguru adalah bukti kepercayaan kami atas komitmen mereka untuk memajukan pendidikan berkualitas bagi semua [..] Kami akan terus mendukung perusahaan yang membawa dampak jangka panjang bagi masa depan kami melalui teknologi pendidikan.”

Edtech adalah tesis investasi global utama untuk GGV dengan perusahaan portofolio seperti Zuoyebang, Vedantu, HuoHua, dan LiuLiShuo (NYSE: LAIX).

Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara menyampaikan antusiasmenya yang tinggi dengan kehadiran Tiger Global dan mendapat dukungan keberlanjutan dari GGV Capital. “Kami berbagi visi yang sama tentang dunia dengan akses ke pendidikan berkualitas untuk semua. Ruangguru terus mengalami lintasan pertumbuhan yang kuat di tahun lalu dan investasi ini akan membantu kami mengembangkan bisnis lebih jauh dan memberikan dampak yang berarti dalam pendidikan, melalui teknologi,” kata Belva.

Pengembangan produk Ruangguru

Disampaikan lebih jauh, dengan dengan peningkatan adopsi pembelajaran online yang dipercepat oleh pandemi Covid-19 global, Ruangguru telah mendorong pertumbuhan volume pengguna yang signifikan sepanjang tahun 2020. Diklaim Ruangguru telah melayani lebih dari 22 juta pengguna di seluruh negara dan mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produk dan pertumbuhan pendapatan berlipat ganda, menandai tahun pertamanya di titik profitabilitas.

Perusahaan masuk ke Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya. Di Indonesia, diklaim Ruangguru mampu mempertahankan posisi kepemimpinan (berdasarkan jumlah pelanggan) di segmen Live Tutoring melalui produk Brain Academy dan RuangBelajar+.

Kemudian, pada tahun ini merilis vertikal produk lainnya, yakni Roboguru, pemecah pekerjaan rumah yang didukung AI dengan Penelusuran Foto dan teknologi User Generated Content (UGC) untuk memfasilitasi siswa dalam memahami latihan yang sulit. Serta, meluncurkan English Academy, kelas pengajaran langsung online yang terjangkau dengan kurikulum Cambridge untuk melayani siswa K-12 dan orang dewasa.

“Skill Academy telah melayani lebih dari 3 juta pengguna, produk pembelajaran seumur hidup Ruangguru hanya 1 tahun setelah diluncurkan. Skill Academy memantapkan dirinya sebagai pemimpin pasar dalam kategorinya dan memenangkan Google Play Best of 2020 for Personal Growth,” tambah Belva.

Untuk memperdalam penetrasi pasar sepanjang pandemi, Ruangguru memprakarsai beberapa inisiatif sosial untuk membawa dampak dalam pendidikan. Di antaranya meluncurkan Ruangguru Free Online School untuk memastikan pembelajaran tidak berhenti, ada lebih dari 10 juta siswa di Indonesia mengakses layanan tersebut.

Kemudian, dalam rangka mendukung pembelajaran jarak jauh selama lockdown, Ruangguru memberikan akses gratis Ruangkelas, platform Learning Management System (LMS) yang telah digunakan oleh ribuan sekolah di 480 kabupaten di Indonesia. Guru diberi akses gratis ke perpustakaan online yang terdiri dari lebih dari 250 modul pengajaran. Ada lebih dari 200 ribu guru mengakses perpustakaan online.

Co-founder & Chief Product and Partnership Officer Ruangguru Iman Usman, menambahkan, “Ruangguru sekarang memiliki investor yang kuat dengan keahlian industri pendidikan. Kami berencana memanfaatkan keahlian dan jaringan mereka untuk lebih meningkatkan produk dan tim kami. Sehingga dapat membantu kami dalam menawarkan produk pendidikan kelas dunia. Kami akan terus memenuhi misi kami untuk memungkinkan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas bagi jutaan pelajar di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Resmikan Roboguru, Startup Edtech Mulai Terapkan Teknologi Pintar

Ruangguru baru saja meresmikan fitur baru yang dijuluki “Roboguru”. Layanan ini sebenarnya sudah dirilis di aplikasi sejak tahun 2019. Teknologi yang disematkan didesain untuk membantu para siswa dalam menjawab soal dari berbagai mata pelajaran dengan memberikan pembahasan dan rekomendasi video pembelajarannya.

Roboguru memanfaatkan kapabilitas Photo Search dan User Generated Content. Pengguna hanya perlu mengirim foto soal-soal yang dirasa sulit dikerjakan, kemudian sistem akan memberikan rekomendasi materi yang dapat membantu mereka menyelesaikan soal tersebut.

Kini fitur tersebut juga diboyong ke WhatsApp. Dengan alur yang sama, pengguna hanya perlu mengirim foto ke akun yang ditentukan. Roboguru akan secara otomatis memunculkan jawaban beserta penjelasan konsepnya dalam waktu beberapa detik.

Untuk memanfaatkan fitur Roboguru, siswa dapat mengirim pesan melalui WhatsApp dengan ketik “ROBOGURU” dan kirim ke nomor 081578150000. Selain itu, siswa juga dapat menggunakan fitur Roboguru dengan mengunduh aplikasi Ruangguru.

“Selama sekolah daring, intensitas komunikasi dan konsultasi tatap muka dengan para guru menjadi langka. Saat mengerjakan PR, konsep pelajaran terkadang lebih sulit dipahami tanpa ada penjelasan tatap muka dari guru. Kami harap, inovasi terbaru Ruangguru melalui Roboguru dapat menjadi salah satu solusi praktis dan efektif dalam membantu siswa,” ujar Head of K12 Product Ruangguru, Stephanie Hardjo.

Peran teknologi lainnya dalam pendidikan

Sebelumnya Cakap selaku startup pengembang aplikasi pembelajaran bahasa juga baru merilis layanan terbarunya untuk memudahkan anak-anak belajar bahasa Mandarin. Yang unik, mereka menyematkan konten berbasis augemented reality agar proses pembelajaran menjadi lebih atraktif. Sesi pembelajaran yang dilakukan lewat medium telekonferensi video dilengkapi dengan animasi-animasi menarik untuk menambah minat belajar anak. Teknologi tersebut hasil kerja sama dengan AR&Co., melalui teknologi ISeeAR.

Startup edtech lain yang juga hadirkan konsep unik lewat penerapan teknologi pintar adalah ELSA Speak. Mereka memanfaatkan layanan kecerdasan buatan yang dipadukan dengan voice recognition. Fokus layanannya membantu pengguna untuk belajar bahasa Inggris, khususnya di bagian speaking. Secara cermat aplikasi akan menilai pengucapan (pronunciation) yang dilakukan pengguna dan memberikan skor atau rekomendasi perbaikan.

Seiring makin terjangkaunya perangkat teknologi – khususnya yang dapat diakses lewat smartphone—memberikan ruang tersendiri bagi para inovator untuk melahirkan konsep inovatif dalam pembelajaran. Terlebih di masa sekarang ini, kegiatan pembelajaran di rumah yang minim interaksi langsung tak jarang membuat peserta didik penat dan tidak mampu menyerap secara optimal materi belajar yang disampaikan. Produk-produk atraktif berbasis teknologi dapat menjadi alternatif untuk mengisi celah tersebut.

Hasil survei internal Ruangguru pada Juli hingga Agustus 2020 kepada lebih dari 800 siswa di 32 provinsi menyimpulkan bahwa beberapa tantangan terbesar para siswa selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah kesulitan memahami pelajaran tanpa penjelasan dari guru, mendapat lebih banyak tugas tanpa ada pembelajaran yang lebih variatif dan interaktif, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar dan mengerjakan tugas, dan hambatan berkomunikasi dengan guru tanpa tatap muka.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Rilis “English Academy”, Ramaikan Persaingan Aplikasi Pembelajaran Bahasa Inggris

Startup edtech Ruangguru mengumumkan peluncuran produk English Academy, kelas online live teaching bahasa Inggris dengan kurikulum berstandar internasional. Kelas ini diajar oleh pengajar internasional (native speakers) dan lokal berpengalaman, kelas perdana akan dimulai pada 1 Februari 2021.

Dalam keterangan resmi, VP of Product, Business & Operations Ritchie Goenawan mengungkapkan, English Academy adalah solusi untuk para siswa kelas SD hingga SMA untuk tetap belajar bahasa Inggris di tengah berbagai kesibukan.

Menurutnya, bahasa Inggris kini tidak lagi dianggap sebagai nilai tambah, tapi juga keharusan karena di era globalisasi ini, dunia sudah lintas batas dan hidup berdampingan dengan rekan-rekan internasional.

“Kelas online ini menyajikan materi berkualitas, pengajar berpengalaman, metode penyampaian interaktif, jadwal yang fleksibel, dan harga yang lebih terjangkau dibandingkan kursus bahasa Inggris konvensional,” terang dia, Rabu (13/1).

Dalam kelas ini, lanjutnya, para siswa akan dibekali dengan kemampuan-kemampuan esensial dan kompetensi yang relevan, meliputi listening, reading, writing, dan speaking. Terdapat fitur menarik yang dapat dimanfaatkan di dalam situs, seperti buku digital, rekaman video pembelajaran yang dapat diakses, dan placement test untuk menyesuaikan materi yang diajarkan berdasarkan level kemampuan.

Di samping itu, setiap kelas terdapat dua pengajar, terdiri atas pengajar internasional dan lokal. Guru akan membimbing para siswa dengan metode pendekatan komunikatif, sehingga siswa dapat lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan.

“English Academy menawarkan jadwal kursus online sebanyak empat kali setiap minggu. Dengan jadwal fleksibel ini, para siswa dapat menyesuaikan kehadiran di tengah kesibukan.”

Terlebih itu, English Academy telah terintegrasi dengan super app Ruangguru untuk menghadirkan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa. Biaya untuk program ini selama setahun adalah Rp1,5 juta untuk paket tiga bulan dan Rp5 juta untuk paket 1 tahun.

Diklaim biaya ini lebih hemat hingga 50% dibandingkan biaya kursus bahasa Inggris konvensional. Pada awal peluncuran ini, Ruangguru memberikan diskon yang berlaku untuk jangka waktu terbatas.

Sebelum Ruangguru yang secara spesifik menyasar kelas bahasa, pemain edtech lainnya sudah masuk lebih dulu. Di antaranya ada Bahaso dan Cakap. Pemain kursus bahasa Inggris, seperti English First (EF) dan British Council juga sudah masuk ke ranah digital. LingoAce, edtech yang fokus di bahasa mandarin, juga disebutkan tertarik untuk perluas produknya ke kelas online Bahasa Inggris.

Menurut laporan Lembaga Pendidikan Internasional Education First (EF) merilis laporan tingkat kemahiran bahasa Inggris orang dewasa (18-40 tahun). Di Indonesia, mendapat peringkat ke-74 dari 100 negara pada 2020. Peringkat ini memperlihatkan kemampuan bahasa Inggris di Indonesia masih sangat rendah, sehingga menjadi celah peluang bagi para pemain edtech.

Application Information Will Show Up Here

Ruangpeduli Diluncurkan, Mengakomodasi Bantuan Sosial untuk Pendidikan

Setelah Mendikbud menyatakan kondisi akibat pandemi belum memungkinkan kegiatan belajar-mengajar berlangsung secara normal, terdapat ratusan ribu sekolah ditutup sementara untuk mencegah penyebaran Covid-19. Puluhan juta siswa kini melakukan kegiatan belajar dari rumah dan kurang lebih empat juta guru melakukan kegiatan mengajar jarak jauh. Sayangnya, berbagai keterbatasan banyak ditemui, sehingga membuat agenda belajar daring tersebut kurang optimal.

Melihat kondisi tersebut, Ruangguru meluncurkan inovasi barunya yang diberi nama Ruangpeduli. Melalui platform ini, mereka ingin menghubungkan seluruh stakeholder dalam dunia pendidikan seperti pelajar, guru, sekolah, dan lainnya dengan berbagai pihak yang memiliki kapasitas untuk membantu. Ruangguru akan memusatkan dan melaksanakan seluruh kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang selama ini sudah berjalan dan yang akan datang, di dalam Ruangpeduli.

Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara mengungkapkan, “Kondisi pandemi yang kita hadapi saat ini makin memperbesar berbagai tantangan pendidikan. Kami meluncurkan Ruangpeduli karena percaya bahwa gerakan peduli pendidikan bisa dibuat lebih terstruktur dan kolaboratif. Harapannya, lewat Ruangpeduli, akan ada lebih banyak individu dan lembaga yang terpanggil untuk berkontribusi untuk pendidikan Indonesia.”

Dalam platform ini, individu maupun lembaga dapat mengajukan program sosial pendidikan yang membutuhkan bantuan. Beberapa program pendidikan telah berlangsung melalui kerja sama dengan para mitra, seperti beasiswa pelatihan guru, beasiswa pendampingan siswa, pembelajaran intensif untuk siswa putus sekolah, dan akses gratis ke konten pendidikan.

“Adaro Foundation telah menjalin kerja sama dengan Ruangguru beberapa tahun terakhir. Visi dan misi kami beriringan, yakni meningkatkan kualitas pendidikan melalui sumber daya manusia yang mumpuni. Pelatihan guru dan beasiswa bagi pelajar telah kami berikan dan juga turut menyasar daerah 3T di Indonesia,” ujar Ketua Umum Adaro Foundation Okty Dayamanti.

Sebagai platform edtech, Ruangguru memiliki jaringan serta kapasitas dalam lingkup pendidikan Indonesia. Ruangguru juga bermitra dengan Kitabisa dan Benih Baik dalam urusan penggalangan dana. Seluruh proses akan dikelola oleh tim Ruangguru dan mitra terkait, timnya mengaku tidak mengambil komisi atau menerima dana dalam bentuk apapun.

“Kitabisa memiliki semangat yang sama dengan Ruangguru untuk menghubungkan jutaan kebaikan termasuk kebaikan di dunia pendidikan. Kemitraan ini menjadi awal yang baik dalam memudahkan para orang baik menyalurkan bantuan bagi para guru, siswa, dan pihak lain yang membutuhkan
bantuan pendidikan”, ujar Co-Founder & CEO Kitabisa.com Muhammad Alfatih Timur.

Terkait jenis kerja sama yang akan dilakukan bersama para mitra, Firdaus Juli,
Co-founder Benih Baik turut menyampaikan bahwa segala hal yang terkait pendidikan akan dilancarkan, karena hal itu merupakan root atau akar. “Kami menyambut positif kerja sama dengan Ruangguru untuk memperluas akses bantuan di sektor pendidikan. Kita harus menggandeng banyak mitra dalam menjangkau pihak-pihak yang berhak memperoleh bantuan pendidikan, agar dampak yang dihasilkan semakin luas,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tren Platform Edtech di Indonesia

Selain e-commerce, ride hailing, dan fintech; ada beberapa sektor bisnis startup yang digadang-gadang akan mendapatkan keuntungan besar di tengah berkembangnya pangsa pasar digital di Indonesia. Salah satu yang sering disebut-sebut adalah edtech (education technology). Pada dasarnya, para startup di bidang tersebut mencoba menghadirkan demokratisasi teknologi di dunia pendidikan.

Edtech di Indonesia mulai menjadi hype memasuki tahun 2015an – kendati startup seperti Zenius sudah ada sejak tahun 2004, sementara pemain besar lain seperti Ruangguru dan HarukaEdu baru debut di 2013. Popularitas platform tersebut juga mengikuti tren digital yang berkembang di masyarakat – misalnya sebaran broadband yang meluas, makin akrabnya masyarakat dengan layanan berbasis aplikasi, hingga opsi pembayaran digital yang lebih banyak.

Redaksi DailySocial selama 5 tahun terakhir telah meliput puluhan startup edtech, 65 di antaranya masih bertahan dan berkembang sampai saat ini – termasuk beberapa startup dari luar negeri yang fokus garap pasar di sini.

Berikut ini beberapa tren menarik yang dapat kami petakan di industri edtech tanah air:

Platform dan model bisnis

Ada enam jenis layanan yang ditawarkan oleh edtech di Indonesia. Pertama e-learning, menjajakan materi pembelajaran secara online. Beberapa menyajikan melalui konten interaktif, video on-demand, dan online live tutoring. Dari sudut materi, cakupannya juga beragam, mulai dari kursus untuk murid sekolah, konten belajar bahasa asing, hingga penguatan kemampuan personal seperti akuntansi dan pemrograman. Contoh startup di bidang ini meliputi Arkademi, Bahaso, Bensmart, CodeSaya, Kode.id, Ruangguru, Vokraf, Zenius.

Layanan e-learning yang ada di Indonesia paling banyak menyasar kalangan pengguna umum, dilanjutkan K-12 (setara jenjang SD, SMP, dan SMA). Beberapa juga secara spesifik menghadirkan materi yang dikemas untuk anak pra-sekolah (contoh: Playable, Titik Pintar), universitas (contoh: DQLab), dan bisnis (contoh: Ringerlaktat).

Konsep blended learning juga masih diterapkan edtech pada sub-vertikal ini sebagai langkah antisipasi terhadap kesiapan pasar; yakni dengan menyediakan program yang memadukan antara aktivitas online dan offline.

Model layanan edtech berikutnya adalah Learning Management System (LMS). Berbeda dengan e-learning, LMS lebih didesain untuk membantu merencanakan kegiatan pembelajaran. Sebelumnya banyak digunakan di tingkat institusi, namun seiring perkembangannya juga didesain untuk kalangan personal. Beberapa platform LMS hanya menyediakan sistem manajemen administrasi kegiatan belajar mengajar, lainnya turut menyajikan marketplace materi pembelajaran.

Dari produk startup lokal yang ada, LMS dikembangkan untuk mengakomodasi beberapa pangsa pasar, meliputi bisnis (contoh: Codemi, HarukaEdu, RuangKerja), jenjang K-12 (contoh: Kelase, Mejakita, Pintro), universitas (contoh: Ngampooz), dan umum (contoh: ZumiApp).

Edtech Indonesia

Berikutnya adalah Software as a Services (SaaS), sebagai aplikasi on-demand yang membantu institusi pendidikan melakukan transformasi dengan mendigitalkan proses bisnis yang ada di dalamnya; misalnya terkait administrasi, tata kelola perpustakaan, presensi, dan sebagainya. Sejauh ini SaaS yang dikreasikan startup lokal menyasar jenjang K-12. Alasannya cukup masuk akal, sektor lain seperti bisnis atau universitas umumnya bisa mengembangkan secara mandiri dengan tim IT yang dimiliki, sementara K-12 di Indonesia sangat jarang memiliki SDM untuk itu. Contoh layanan SaaS untuk pendidikan meliputi AIMSIS, Gredu, Infradigital, SekolahPintar dll.

Layanan lainnya adalah direktori, yang berisi berbagai informasi seputar kebutuhan pendidikan – misalnya daftar rekomendasi universitas atau lainnya. Kemudian fintech, secara khusus mereka memberikan bantuan pembiayaan pendidikan. Dan yang terakhir e-library, menampung secara digital sumber bacaan atau referensi untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Pendanaan startup edtech

Dalam tiga tahun terakhir, DSResearch mencatat ada 11 transaksi yang diumumkan (disclosed) oleh startup edtech di Indonesia. Ruangguru dan HarukaEdu menjadi dua yang paling banyak mendapatkan suntikan dana investor, saat ini keduanya telah menutup putaran seri C. Ruangguru sendiri telah dikonfirmasi memiliki valuasi di atas US$100 juta melalui pendanaan terakhirnya senilai 2 triliun Rupiah.

Pengumuman Startup Tahapan Investor
Maret 2020 Pahamify Seed Funding Y Combinator
Januari 2020 Hacktiv8 Pre-Series A East Ventures, Sovereign’s Capital, SMDV, Skystar Capital, Convergence Ventures, RMKB Ventures, Prasetia Dwidharma, Everhaus
Januari 2020 Gredu Pre-Series A Vertex Venture
Januari 2020 Arkademi Seed Funding SOSV
Desember 2019 Ruangguru Series C General Atlantic, GGV Capital, EV Growth, UOB Venture Management
November 2019 HarukaEdu Series C SIG, AppWorks, GDP Venture, Gunung Sewu
Oktober 2019 Zenius Education Series A Northstar Group
Februari 2019 InfraDigital Seed Funding Appworks Ventures, Fenox Ventures
Desember 2018 Squline Series A Investidea Ventures
Mei 2018 Ruangguru Grant MIT Solve
Juli 2017 Ruangguru Series B UOB Venture Management

Sementara startup lain masih banyak yang berkutat pada pendanaan awal. Kuartal ketiga tahun lalu Zenius Education akhirnya menemukan investor yang tepat. Mereka meminang dana modal dari pemodal ventura yang juga berinvestasi (awal) ke startup decacorn Gojek, Northstar Group.

Menilik besaran pangsa pasar

Ruangguru menjadi salah satu startup edtech lokal dengan pertumbuhan paling signifikan. Layanan utama mereka, video on-demand dan online tutoring, difokuskan untuk pelajar setingkat SD sampai SMA — mereka juga merilis Skill Academy untuk merangkul pangsa pasar di luar itu.

Untuk jumlah pelajar di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kemendikbud per tahun ajaran 2019/2020 ada sekitar 50,6 juta siswa/i. Sebanyak 57,9% merupakan tingkat dasar, 19,9% tingkat menengah, 9,9% tingkat atas, dan 12,1% tingkat kejuruan.

Pasar Edtech Indonesia

Konsep online tutoring sebenarnya juga coba mendisrupsi model bisnis yang sudah tervalidasi baik sebelumnya. Di pendekatan tradisional, berbagai lembaga pendidikan non-formal seperti kursus atau bimbingan belajar banyak diminati oleh pelajar dan orang tuanya – terlebih dalam rangka menyiapkan diri sebelum Ujian Nasional.

Proyeksi kami, trennya masih akan terus meningkat. Ditambah pandemi yang mulai memaksa para pelajar untuk terbiasa dengan pendidikan jarak jauh. Model-model yang ditawarkan edtech makin relevan untuk diaplikasikan. Peluang baru, seperti adanya kolaborasi pemerintah dengan platform digital untuk penyelenggaraan Kartu Prakerja, juga menjadi “lampu hijau” terbukanya regulasi dengan konsep pembaruan dalam pendidikan nasional.


DSResearch segera merilis laporan bertajuk “Edtech Report 2020” yang mengulas detail mengenai dinamika industri teknologi pendidikan di Indonesia. Untuk mendapatkan pembaruan informasi, pastikan Anda sudah berlangganan newsletter DSPatch melalui: https://dspatch.dailysocial.id.

Mempertanyakan Efektivitas Kelas-kelas Daring Program Kartu Prakerja

Program kartu prakerja adalah salah satu kebijakan pemerintah yang paling mencuat selama pandemi Covid-19 berlangsung. Program ini awalnya dibuat murni untuk penduduk usia muda yang butuh kemampuan tambahan agar sesuai kebutuhan kerja. Komposisi pelatihan ini awalnya dirancang dilakukan secara tatap muka dan daring.

Namun wabah menempatkan pemerintah ke posisi dilematis sehingga mengubah komposisi tersebut menjadi sepenuhnya pelatihan daring dengan tambahan insentif tunai kepada peserta. Sejak program berlangsung, kritik meluncur deras terhadapnya. Selain dianggap tak tepat secara momentum, efektivitas program ini pun dipertanyakan.

Program kartu prakerja ini menggandeng sejumlah perusahaan digital mulai dari Ruangguru, MauBelajarApa, Sisnaker, Tokopedia, Bukalapak, HarukaEdu, PijarMahir, dan Sekolah.mu. Dari delapan mitra itu, hanya Sisnaker dan PijarMahir yang tercatat sebagai penyelenggara pelatihan dari pemerintah. Keberadaan nama-nama perusahaan teknologi sebagai penyelenggara lantas tak otomatis membuat seluruh konten di dalam program tersebut berkualitas.

Konten-konten ganjil

Ada beberapa konten pelatihan yang dinilai cukup absurd oleh banyak orang. Kesampingkan dulu soal urgensi program ini, sejumlah kelas pelatihan malah cenderung memperlihatkan program ini hanya hanya untuk mencari cuan semata.

Kita bisa menengok paket pelatihan ojek online yang dihargai Rp1 juta oleh SkillAcademy milik Ruangguru. Paket ini mencakup kelas perencanaan keuangan, teknik pelayanan, percakapan bahasa Inggris, teknik mengelola stres, hingga manajemen waktu agar lebih produktif dalam bekerja. Kelas-kelas tersebut dinilai mengada-ada ketika mayoritas gig worker seperti pengemudi transportasi online tak bisa lagi mengaspal karena minimnya permintaan.

Pelatihan lain yang tak kalah absurd seperti kelas membuat kroket ayam keju dari MauBelajarApa. Kelas seperti ini dihargai Rp400 ribu. Yang satu ini begitu absurd sehingga konten-konten memasak gratis ala Sobat Dapur dan William Gozali di YouTube seakan tak pernah ada.

Handini (25) merupakan salah satu peserta yang berhasil diterima dalam kebijakan kartu prakerja ini. Ia memilih paket sukses kerja sampingan dari SkillAcademy senilai Rp1 juta. Handini mengaku kecewa akan materi pelatihannya karena levelnya sangat basic. Hal itu jauh dari harapannya dari video pelatihan dengan banderol sebesar itu.

“Pelatihannya basic banget. Sepertinya saya bisa banyak menemukannya juga di beberapa situs lain secara gratis,” aku Handini.

Kedangkalan materi juga dirasakan oleh Anjas (21). Pemuda asal Depok ini mengambil paket pelatihan bahasa Inggris untuk menambah modal keahliannya ketika nanti kembali bekerja di industri perhotelan. Meskipun kualitas konten cukup baik, Anjas merasa jumlahnya jauh dari cukup. Ia pun berharap jumlah bantuan tunai dari program ini dapat lebih besar dari Rp600.000.

“Karena kalau lagi seperti ini yang lebih dibutuhkan tunainya dan skema jadwal pencairan dana insentifnya jangan terlalu lama,” tukas Anjas.

Aplikator terlalu diuntungkan

Kritik atas kebijakan kartu prakerja ini memang banyak. Namun sedikit yang dapat menerjemahkannya sebagai solusi alternatif. Muhammad Faiz Ghifari mungkin salah satunya. Pendiri startup Bubays ini punya tiga alasan mengkritik keberadaan kebijakan kartu prakerja. Pertama karena dana Rp5,6 triliun dari APBN untuk program ini kurang tepat ketika banyak kebutuhan lebih mendesak selama pandemi berlangsung.

Kritik kedua Faiz adalah label harga pelatihan di program ini. Faiz membandingkan program ini dengan kelas-kelas daring dari Coursera, edX, hingga Udacity yang sama sekali tak memungut biaya alias gratis. Ia ragu kualitas konten berbayar seperti di program kartu prakerja lebih baik dari kelas-kelas daring yang ia sebut tadi. “Saya pernah ambil course di beberapa startup platform yang bekerja sama dengan prakerja dan jujur cukup kecewa, materinya benar-benar seperti satu arah dan ceramah, padahal di edX/Coursera/Udacity forumnya sangat hidup,” ujar Faiz.

Kedua poin kritik di atas kemudian berujung pada timpangnya insentif yang diperoleh yang diterima oleh mitra penyelenggara dengan para peserta. Berbekal produksi video rekaman yang ia yakini sekitar Rp20 jutaan saja, Faiz meyakini mitra platform digital terlalu diuntungkan dalam kasus ini. Maka dari itu, Faiz dan seorang kawannya menciptakan inisiatif Gratisin Belajar. Padahal menurutnya tujuan kartu prakerja adalah mempersiapkan pekerja hingga benar-benar diterima industri, yang mana tak dilakukan oleh para mitra penyelenggara.

“Jadi di Gratisin Belajar kami coba cover tiga poin tersebut. Kita buat gratis, berkualitas, dan align antara kami sebagai platform dan industri,” ujar Faiz.

Tiba di momen yang salah

Meski menuai banyak kritik, kebijakan kartu prakerja bukannya sama sekali salah. Baik Anjas, Handini, maupun Faiz sama-sama menangkap niat baik dari program ini. Hanya saja eksekusi yang diburu-buru dan sensitivitas akan urgensi yang keliru membuat citra program ini lebih seakan blunder semata.

Jumlah pendaftar yang sudah lebih dari 9 juta orang mencerminkan sambutan masyarakat terhadap kebijakan ini. Anggaran pemerintah yang disedot pun membengkak pun membengkak menjadi Rp20 triliun untuk mengakomodasi jutaan peserta.

Kebijakan kartu prakerja ini memang salah satu agenda besar Presiden Joko Widodo di periode kedua menjabat. Kondisi darurat membuat pemerintah mengutak-atik program ini agar penyaluran insentif tunai bisa lebih besar dari rencana awal yang hanya Rp550.000.

Hal ini tak bisa menjadi alasan bagi pemerintah dan penyelenggara atas buruknya kualitas konten pelatihan serta nihilnya tolok ukur keberhasilan program ini.

“Bagaimana bisa mengukur program ini efektif atau enggak? Misalnya dari 160 ribu orang yang lolos tahap pertama, berapa persen yang bisa mendapatkan kesempatan kerja karena skill-nya ter-update?” ucap Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Ajib Hamdani seperti dikutip dari Tempo.

Gelombang Inisiatif Startup Demi Redam Dampak Pandemi Covid-19 di Indonesia

Tak ada yang mudah di masa pandemi seperti sekarang. Tanpa mengesampingkan pentingnya keselamatan dan kesehatan, kemerosotan pun memukul telak berbagai sendi kehidupan masyarakat. Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) ini selain menyerang organ pernapasan manusia, tapi juga secara tidak langsung melumpuhkan perekonomian dari yang skalanya besar hingga yang terkecil.

Dampak Covid-19 terhadap perekonomian ini memang tak kenal pandang bulu. Perusahaan dan individu sama-sama menanggung dampaknya. Kegiatan kantor terbatas secara virtual, bandara hampir kosong, hotel dan penginapan nyaris tak berpenghuni, rumah makan sepi pengunjung, pun jalan raya tak banyak yang melewati.

Namun hal tersebut justru mendorong sejumlah pihak untuk bergerak bahu-membahu membantu orang-orang yang membutuhkan, termasuk dari para startup. Inisiatif berupa bantuan finansial, pengetahuan, dan teknologi mereka berikan untuk melewati masa-masa sulit ini. Kami merangkum inisiatif-inisiatif yang terbungkus dalam berbagai cara dalam tulisan berikut ini.

DANA

Fintech dompet digital ini baru saja mengumumkan inisiatifnya beberapa hari lalu. Inisiatif yang mereka lakukan untuk meringankan beban mereka yang terdampak dari Covid-19 ini seluruhnya berada di aplikasi mereka.

Program ini mereka namakan “Siap Siaga Covid-19”. Program ini termasuk sejumlah fitur baru di aplikasi DANA yang meliputi update kasus Covid-19 di Indonesia, kontak layanan hotline Covid-19, hingga opsi donasi yang terhubung dengan platform Kitabisa. DANA yang mereka kumpulkan akan dipakai untuk menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan.

“Kami mengajak para pengguna DANA untuk bersinergi, berbagi, dan bergotong-royong secara digital dalam turut menanggulangi penyebaran virus Corona COVID-19. Melalui cara yang praktis, aman, dan efisien kita sudah turut berpartisipasi melindungi mereka yang sedang berjuang menyelamatkan jiwa dengan resiko terpapar virus saat bertugas ,” ucap CEO Dana Vincent Iswara dalam keterangan tertulis.

Gojek

Sejak wabah virus korona ini makin meluas dan kampanye #dirumahaja kian gencar, pengemudi ojek online mungkin yang paling mudah terlacak kena imbasnya. Mereka yang sedianya bergantung pada mobilitas warga untuk memperoleh pemasukan harian harus rela menepi atau setidaknya mengurangi intensitas pekerjaannya.

Merespons hal itu, Gojek meluncurkan program dana bantuan untuk ratusan ribu pengemudi dan merchant yang tergabung di platform mereka. Dana bantuan akan dikelola oleh yayasan mereka sendiri bernama Yayasan Anak Bangsa Bisa. Adapun sumber pendanaan di program ini berasal dari:

1. potongan 25% dari gaji setahun pimpinan dan manajemen senior,
2. realokasi anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan Gojek,
3. kumpulan donasi dari perusahaan rekan bisnis Gojek.

Wahyoo

#RantangHati merupakan nama inisiatif dari Wahyoo untuk memerangi dampak Covid-19. Melalui inisiatif ini Wahyoo menghubungkan mitra warung makan yang diperkirakan omzetnya turun hingga 50% dengan orang-orang yang membutuhkan.

Wahyoo merinci cara kerja inisiatif mereka dengan mengumpulkan donasi berjumlah Rp350 juta via Kitabisa. Uang ini kemudian akan disebar ke sejumlah warung makan dengan target menyediakan makanan untuk 700 orang selama dua pekan. Anggaran di atas dibuat berdasarkan hitungan dua kali makan sehari dengan biaya makan Rp15.000 per porsi. Untuk menggelar inisiatif ini Wahyoo menggandeng influencer Edho Zell, pengemudi Gojek, serta kelompok relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

“Penerapan physical distancing yang berimbas pada imbauan kerja dari rumah, membuat warung makan di Jadetabek sepi pengunjung. Ironisnya, sebenarnya banyak orang yang tidak sanggup membeli makanan di warung,” ucap CEO & Founder Wahyoo Peter Shearer.

East Ventures dan Nusantics

East Ventures memulai inisiatifnya dengan membuka urun dana terbuka. Inisiatif bertajuk Indonesia Pasti Bisa ini menargetkan nominal Rp10 miliar. Hingga artikel ditulis jumlah yang sudah diperoleh sudah 45% dari target. Selain East Ventures sendiri, tercatat banyak startup dan korporasi lain yang ikut dalam urun dana ini. Sebut saja Tokopedia, Sociolla, Traveloka, Agaeti Convergence Ventures, hingga Warung Pintar.

“Ini pertama kalinya East Ventures memimpin fundraising non-profit. East Ventures mendapatkan berita keterlibatan salah satu portofolio East Ventures yaitu Nusantics di dalam task force BPPT pada Minggu (22/3). Ini membuat kami terdorong untuk berpartipasi lebih jauh dan berinisiatif untuk mengajak segenap ekosistem digital untuk berkontribusi,” kata Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Program inisiatif East Ventures ini menempatkan Nusantics, startup deep-tech, sebagai ujung tombak. Dari nominal target di atas, Rp9 miliar di antaranya akan diberikan ke Nusantics untuk mengembangkan test kit qPCR, menjalankan proyek pemetaan mutasi Covid-19 di Indonesia atau biasa disebut whole game sequencing.

Nusantics berencana menciptakan 100 test kit qPCR berupa prototipe dan dilanjutkan produksi massal berjumlah 100.000 test kit. Nusantics yang juga masuk dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Covid-19 (TFRIC19) pun berpacu dengan waktu mengingat penyebaran virus corona di Indonesia terus meluas dan jumlah kasus yang meningkat.

Prixa, Halodoc, Alodokter

Persoalan sektor kesehatan membutuhkan solusi kesehatan. Kesadaran tersebut mendorong sejumlah startup bidang kesehatan seperti Halodoc, Alodokter, dan Prixa untuk menciptakan fitur baru dalam membantu masyarakat menghadapi wabah Covid-19.

Prixa, startup bidang kesehatan yang berada di naungan Kata.ai, menyediakan fitur baru untuk memerika gejala dan risiko terhadap Covid-19. Diluncurkan sejak 18 Maret lalu, fitur ini memungkinkan pengguna memahami keluhan kesehatan untuk antisipasi sedini mungkin terhadap gejala Covid-19. Fitur Prixa ini juga membantu tenaga kesehatan di luar sana agar masyarakat yang hendak memeriksakan diri tak perlu datang ke rumah sakit.

Prixa juga terlibat dalam pengembangan aplikasi pemeriksaan kesehatan mandiri Pikobar milik Pemprov Jawa Barat. Sistem kecerdasan buatan Prixa menjadi salah satu andalan Pikobar untuk mengenal gejala penyakit pernapasan untuk warga Jawa Barat.

Sementara Halodoc dan Alodokter menyediakan inisiatif yang identik dalam membantu masyarakat menghadapi virus corona. Keduanya menambahkan fitur pemeriksaan mandiri berupa chatbot. Fitur ini meski sederhana jelas akan membantu warga yang khawatir akan kemungkinan terpapar Covid-19. Halodoc mengalokasikan 1.000 dokter dari total 22.000 dokter yang tergabung untuk konsultasi mengenai Covid-19.

MDI Ventures 

MDI Ventures menginisiasi perlawanan mereka terhadap wabah Covid-19 dengan menciptakan program Indonesia Bergerak. Serupa dengan East Ventures, MDI Ventures melibatkan startup-startup yang berada di portofolionya, yaitu Qlue, Kata.ai, Qiscus, dan Volantis.

Melalui Qlue, mereka mengandalkan ekosistem smart city mereka sebagai wadah warga dalam memantau dan melaporkan perkembangan Covid-19. Data yang dihimpun akan disajikan menjadi visualisasi di laman Indonesia Bergerak.

Selain itu, Qlue juga membuat QlueWork yang ditujukan untuk petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Fitur tersebut nantinya dapat dimanfaatkan BNPB sebagai manajemen tenaga kerja di lapangan.

Ruangguru dan Zenius

Kegiatan belajar mengajar di segala tingkatan praktis terganggu sejak Covid-19 merebak. Kementerian Pendidikan pun sudah menghentikan sementara segala kegiatan di sekolah. Ruangguru dan Zenius mengisi kekosongan ruang kelas tersebut dengan menggratiskan layanan edukasi mereka.

Ruangguru misalnya, sejak dua pekan lalu resmi membuka program Sekolah Online Ruangguru Gratis. Program ini membantu para siswa untuk mengikuti berbagai macam kelas dengan jam belajar selayaknya di sekolah untuk kelas 1 SD hingga 12 SMA. Guru pun turut mendapat perhatian dengan program Program Guru Online di mana mereka dapat mengakses modul pelatihan guru secara gratis.

Tak hanya itu, Ruangguru juga membuka layanan Skill Academy mereka secara gratis secara terbatas. Berlaku sejak 23 Maret, siapa pun kini bisa mengikuti bermacam kelas pelatihan online dengan beragam topik secara gratis selama dua pekan.

Zenius pun menyediakan hal serupa. Edutech ini membuka lebar-lebar konten edukasinya yang lebih dari 80 juta secara cuma-cuma. Agar memudahkan proses belajar, Zenius memodifikasi videonya berlatar putih agar menghemat kuota pengakses. Selain itu mereka juga menyediakan fitur Live Teaching yang memungkinkan interaksi antara pengajar dan murid selayaknya di sekolah.

“Dengan proses pengajaran yang disiarkan langsung dan dilengkapi dengan Live Chat, kami berharap para siswa lebih semangat belajar dari rumah karena pengalaman yang berbeda,” ucap CEO Zenius, Rohan Monga seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Daftar Aplikasi Belajar Online yang Bisa Diakses Gratis dengan Telkomsel

Menghadapi situasi yang sedang tak menentuk pasca ditemukannya kasus infeksi Virus Corona di Indonesia membuat sejumlah brand melakukan sesuatu sebagai bentuk dukungan. Salah satunya adalah Telkomsel yang menawarkan paket Ilmupedia 30GB secara gratis.

Continue reading Daftar Aplikasi Belajar Online yang Bisa Diakses Gratis dengan Telkomsel

Ruangguru Umumkan Terima Pendanaan Seri C Lebih dari 2 Triliun Rupiah

Startup edtech Ruangguru mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta (lebih dari Rp2 triliun) dipimpin General Atlantic dan GGV Capital. Investor sebelumnya, EV Growth, UOB Venture Management dan sejumlah investor baru lainnya turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Pendanaan ini diklaim sebagai salah satu terbesar untuk startup edtech di Asia Tenggara. Angka yang dikonfirmasi oleh pihak Ruangguru lebih besar dari yang dirumorkan sebelumnya, sebesar $100 juta.

Dari keterangan resmi disebutkan, pendanaan akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan layanan untuk pasarnya di Indonesia dan Vietnam. Managing Director General Atlantic untuk Indonesia Ashish Saboo akan bergabung dalam jajaran komisaris di Ruangguru.

“Kami berkomitmen untuk mendukung perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, termasuk dalam membantu pemerintah, guru-guru, dan orang tua dalam mengoptimalkan kegiatan belajar yang holistik dan membantu pelajar di Indonesia untuk menjadi lebih kooperatif secara global,” kata Saboo.

Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara berharap kemitraan ini dapat membantu perusahaan untuk mencapai misinya yang ingin membangun perusahaan pendidikan yang berdampak sosial tinggi dan berkelanjutan.

“Kedua perusahaan investasi ini memiliki rekam jejak yang kuat dalam membantu pengusaha lainnya di dunia dalam mengembangkan bisnis di sektor pendidikan dan teknologi,” imbuh Belva.

Produk Ruangguru tidak hanya Ruangbelajar untuk pelajar SD, SMP, dan SMA, juga bimbingan belajar langsung dari aplikasi, jasa penyediaan guru les, materi pelatihan profesi dan keterampilan, dan platform manajemen belajar untuk perusahaan.

Co-Founder & CPO Ruangguru Iman Usman menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk terus membangun kurikulum yang komprehensif dan menggunakan teknologi AI untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang mudah dimengerti dan menyenangkan.

“Saat ini, 80% pengguna kami berada di luar Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk kami diterima secara luas dan terdistribusi secara efektif,” ujar dia.

Diklaim perusahaan memiliki 4 ribu karyawan dan memberikan akses untuk lebih dari 300 ribu guru privat. Adapun untuk jumlah pengguna disebutkan telah lebih dari 15 juta pengguna terdaftar.

General Atlantic dan GGV sebelumnya pernah berinvestasi untuk sejumlah startup edtech di berbagai belahan dunia. General Atlantic adalah salah satu investor dari startup Byju (India), Hotmart dan Arco (Brazil), Open Classrooms (Perancis), dan Little Golden Star (Tiongkok).

Sementara, GGV Capital adalah investor untuk FengBian, HuoHua, ZuoYebang, XiaoBu, LiuLiShuo (Tiongkok), dan Lambda School (Amerika Serikat).

Kiprah General Atlantic di Indonesia dimulai pada Desember 2018 dengan membuka kantor perwakilannya di Jakarta. Ruangguru adalah pendanaan lokal kedua yang diberikan perusahaan setelah MAP Boga Adiperkasa, perusahaan ritel yang mengoperasikan tujuh merek eksklusif di Indonesia.

Perusahaan ini juga tercatat menjadi investor untuk induk Shopee, Sea, dan Zimmerman, brand fesyen global untuk kalangan ekonomi atas.

Application Information Will Show Up Here