Venturra Discovery Aims for Early-Stage Startups to Pre-Series A Funding

Venture investor (VC) under Lippo Group, Venturra Capital, officially launched an investment arm called Venturra Discovery to focus on early-stage startups to Pre-Series A funding in Southeast Asia.

John Riady, Lippo Group’s Director, said in the launching that Venturra Discovery has opened up opportunities for companies to be more active on early-stage startups funding in Indonesia.

“We’re very lucky to contribute for Indonesia’s development because of the potential we see is not only for Series A and Series B but also seed funding. We can’t wait to see the results in the near future,” he added.

Another reason behind Venturra Discovery creation is the wide gap between seed funding to series A and up. Based on the data cited by Venturra Capital, VCs which focused on seed funding in 2014 are capable to pour $50-500,000 ticket size per company. However, the gap is widen in Series A and up.

In 2018, it’s the contrary, where VCs focused on series A can pour $1-3 million per investment. The gap is there for the active VCs on early-stage startups to pre-series A funding.

“Tech ecosystem wasn’t ready then, but tech industry has grown rapidly the past year. There will be some issues to solve, hence we work with more founders,” Rudy Ramawy, Venturra Capital’s Managing Partner, said.

Therefore, Venturra Discovery focused on early-stage startups to pra-series A funding in Southeast Asia. The company aims for 30-40 portfolios for the investment amount ranging from $200,000 to $500,000. Total investment raised is $15 million (around IDR 223 billion), only from Lippo Group.

“We want to invest on an agnostic sector. Currently, there are 5 (deals), including 1 healthcare company, 2 consumers, one enterprise solution, and 1 incubator. This is the perfect moment for acceleration, and we want to fill the gap with this VC launching,” Raditya Pramana, Venturra Discovery’s Partner added.

Venturra Capital was founded in 2015 with the seed funding of $150 million. Recently, Venturra has distributed investment for funding worth of $600 million, and first investment growth up to 3.1 times.

The independent VC has made investments in Southeast Asia, including Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, and Vietnam. There are 22 companies have received funding from Venturra, including Ruang Guru, Fabelio, and Medigo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Venturra Discovery Bidik Pendanaan Startup Tahap Awal hingga Pra-Seri A

Pemodal ventura (VC) naungan Lippo Group, Venturra Capital, resmi meluncurkan anak usaha Venturra Discovery yang akan fokus pada pendanaan startup tahap awal (seed funding) hingga pra-seri A di Asia Tenggara.

Ditemui saat peluncurannya, Direktur Lippo Group John Riady mengungkapkan bahwa peluncuran Venturra Discovery membuka lebih banyak kesempatan bagi perusahaan untuk lebih aktif pada pendanaan startup tahap awal di Indonesia.

“Kami sangat beruntung bisa berkontribusi terhadap perkembangan Indonesia karena kami lihat potensi untuk lebih aktif tak hanya pada pendanaan Seri A dan B saja, tetapi di tahap awal. Kami tak sabar melihat hasilnya dalam beberapa tahun ke depan,” ungkap John.

Alasan lain Venturra Discovery diluncurkan adalah adanya gap pendanaan yang jauh antara VC di tahap awal dan tahap seri A ke atas. Berdasarkan data yang dikutip Venturra Capital, kondisi VC yang fokus pada pendanaan tahap awal di 2014, mampu menyuntik $50 ribu-500 ribu per satu perusahaan. Namun, gap besar lebih terasa pada VC di tahap seri A dan seterusnya.

Kondisi ini berbalik di 2018 di mana saat ini VC yang fokus di seri A bisa mengucurkan $1-3 juta per investasi. Gap besar justru dialami oleh VC yang aktif pada pendanaan tahap awal hingga pra-seri A.

Tech ecosystem dulu belum siap, tetapi industri teknologi dalam tahun terakhir ini bertumbuh pesat. Tentu akan ada banyak masalah yang ingin diatas, makanya kami bekerja sama dengan lebih banyak founder,“ jelas Managing Partner Venturra Capital, Rudy Ramawy.

Untuk itu Venturra Discovery fokus terhadap pendanaan startup tahap awal hingga pra-seri A di Asia Tenggara. Perusahaan membidik target sebanyak 30-40 portfolio dengan besaran per investasi berkisar $200 ribu-500 ribu. Total investasi yang disiapkan adalah sebesar $15 juta (sekitar 223 miliar Rupiah), murni dari kantong Lippo Group.

“Kami ingin investasi ke sektor agnostik. Saat ini sudah lima (deal), yakni 1 perusahaan healthcare, 2 consumer, 1 enterprise solution, dan 1 inkubator. Ini momen tepat untuk akselerasi, dan kami ingin fill the gap dengan peluncuran VC ini,” tambah Partner Venturra Discovery Raditya Pramana.

Venturra Capital pertama kali berdiri pada 2015 dengan investasi awal $150 juta. Hingga saat ini tercatat, Venturra telah menyalurkan investasi untuk pendanaan sebesar $600 juta dengan pertumbuhan sejak investasi pertamanya sebesar 3,1 kali.

VC independen ini telah menyuntik investasi ke berbagai perusahaan di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Tercatat sudah ada 22 perusahaan yang telah menerima pendanaan Venturra, termasuk Ruang Guru, Fabelio, dan Medigo.

Startup Kesehatan Medi-Call Kini Hadir di Enam Belas Kota

Sejak debut di tahun 2016, startup bidang kesehatan Medi-Call kini mengaku telah melayani lebih dari 5000 pasien di wilayah sebarannya. Peningkatan jumlah pengguna turut didukung adanya kerja sama dengan 387 dokter, 379 perawat, 480 bidan dan 30 fisioterapis. Untuk jaminan mutu, seluruh mitra tersebut telah dipastikan memiliki lisensi praktik dari lembaga terkait.

Di pertengahan tahun ini, Medi-Call telah meluas di 16 kota (sebelumnya hanya beroperasi di wilayah Bali saja), termasuk di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, hingga Balikpapan. Ekspansi ini tak terlepas dari dukungan mitra strategisnya, yakni Apotek K24. Layanan Medi-Call terintegrasi dengan situs online K24Klik untuk pemenuhan kebutuhan obat bagi pasien.

Untuk menguatkan bisnis, Medi-Call juga telah menerima pendanaan awal (seed funding) dari angel investor yang tidak diinformasikan detailnya. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk merealisasikan manuver bisnis ke depan, tak lain memperluas jangkauan operasional agar lebih banyak pasien yang dirangkul akses pelayanan kesehatan daring tersebut.

“Hingga saat ini, Medi-Call terus dikembangkan agar dapat menjadi aplikasi berbasis lokasi yang menghubungkan penyedia layanan kesehatan dengan pasien. Aplikasi ini dapat menjadi solusi tepat bagi mereka yang tidak ingin kesibukannya terganggu oleh penyakit yang tiba-tiba menyerang,” ujar Co-Founder & CEO Medi-Call, Budhi Riyanta, yang juga seorang dokter.

Dengan aplikasi Medi-Call, pengguna dapat memperoleh pelayanan kesehatan terdekat melalui aplikasi. Keunggulan yang coba ditawarkan memudahkan pasien tidak perlu lagi mengantre, karena tim kesehatan yang akan menyambangi rumah pasien sesuai dengan keluhannya — sehingga bisa saja ditangani dokter, perawat, bidan atau fisioterapis. Layaknya aplikasi on-demand lainnya, Medi-Call juga berusaha memberikan kepastian biaya terkait pelayanan kesehatan saat pengguna hendak melakukan pemesanan.

“Dokter yang datang ke rumah pasien dapat langsung meresepkan obat yang kemudian dapat dipesan melalui K24Klik. K24Klik menyediakan layanan One Hour Delivery yang memungkinkan pasien untuk segera menerima obatnya dalam kurun waktu 1 jam saja, sebab K24Klik sudah memiliki lebih dari 300 apotek mitra yang tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Budhi menerangkan tekis kerja samanya dengan Apotek K24.

Selain Budhi, startup healthtech ini juga didirikan oleh dua rekan lainnya yang juga seorang dokter, yakni Stephanie Patricia dan Candra Wijanadi. Fenomena urban yang menuntut berbagai aktivitas ingin dilakukan secara praktis memberikan mereka ide untuk menghadirkan layanan kesehatan on-demand berbasis mobile.

Application Information Will Show Up Here

Induk Usaha Tanamduit Terima Investasi Tahap Awal 45 Miliar Rupiah

Mercanto Digital Asia, induk usaha platform reksa dana Tanamduit, menerima investasi tahap awal sekitar Rp44,7 miliar (US$3 juta) dari RDN Kapital, sebuah perusahaan modal ventura lokal yang terafiliasi dengan Minna Padi Group.

Dana segar tersebut sepenuhnya akan dipakai untuk mengembangkan produk Tanamduit, merekrut talenta baru di bidang IT dan marketing, dan melancarkan sejumlah inisiatif kegiatan marketing.

“Kita masih punya banyak kesempatan memperluas market share dan membantu pergerakan ekonomi Indonesia. Untuk itu, Tanamduit harus terus berekspansi. Penambahan modal akan membantu kita mewujudkan tujuan tersebut,” ujar CEO Mercanto Digital Asia Indra Suryawan, Selasa (4/9).

Tanamduit akan mengembangkan produk baru yang akan menyasar nasabah korporat, selain nasabah ritel. Nantinya nasabah korporat bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dari menempatkan dananya di reksa dana, ketimbang di giro karena imbal hasilnya yang jauh lebih tinggi. Basis layanannya akan lebih ke arah situs desktop, berbeda dengan nasabah ritel yang lebih ditekankan ke aplikasi mobile.

Perusahaan juga akan perluas channel distribusi reksa dengan layanan e-commerce, namun belum banyak informasi yang bisa disampaikan oleh Indra. Dia hanya menuturkan pengumuman kerja sama antara keduanya baru akan diresmikan pada bulan depan.

“Tanamduit itu seperti wealth management. Tapi beda dengan wealth management yang ada di bank, kalau kami ingin buat orang jadi kaya. Makanya butuh kerja sama dengan banyak mitra untuk mewujudkan hal tersebut.”

Kinerja Tanamduit

Sejak berdiri pada tahun lalu, Tanamduit kini memiliki sekitar 8 ribu nasabah ritel dengan total dana kelolaan sekitar Rp20 miliar. Total manajer investasi yang telah bermitra di Tanamduit ada delapan perusahaan, di antaranya Bahana TCW Investment Management, Bahana Prosperindo Aset Manajemen, BNP Paribas Investment Partners, dan Mandiri Manajemen Investasi.

Dari delapan MI yang bermitra, terdapat sekitar 30 produk investasi reksa dana yang bisa dipilih nasabah. Kebanyakan didominasi jenis pasar uang, kemudian disusul saham.

“Karena sasaran kita adalah nasabah pemula, maka banyak produk reksa dana yang dihadirkan adalah pasar uang, lebih stabil dan cocok untuk mulai berkenalan dengan dunia pasar modal,” tambah Direktur Pengembangan Bisnis Tanamduit Muhammad Hanif.

Dia melanjutkan Tanamduit tidak ingin sembarang dalam menghadirkan produk reksa dana di dalam platform-nya. Untuk itu pihaknya memilih untuk selektif, biasanya produk yang ada di Tanamduit dipilih berdasarkan kinerja, umur produk, dan jenisnya apakah baru atau tidak.

Sampai akhir tahun ini diharapkan bakal ada penambahan dua MI baru yang hadir dalam Tanamduit sehingga nantinya akan ada 10 MI yang bergabung dalam platform.

“Kita tidak mau banyak-banyak bekerja sama dengan MI, mau diseleksi saja. Tujuannya agar nasabah tidak bingung.”

Hingga akhir 2018 ini, dari seluruh inisiatif yang bakal dilakukan Tanamduit, diharapkan dapat mendongkrak kinerja perusahaan secara keseluruhan. Untuk jumlah nasabah ditargetkan dapat menjadi 40 ribu orang, dengan dana kelolaan sebesar Rp100 miliar.

Tanamduit sebelumnya telah merilis aplikasi versi Android pada Februari 2018, menyusul kemudian versi iOS pada Juli 2018. Versi Android diklaim telah diunduh 6 ribu kali, sementara iOS sebanyak 2 ribu kali.

Application Information Will Show Up Here

Bahasa.ai Receives Seed Funding From East Ventures

Bahasa.ai, an NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) platform development startup for Bahasa Indonesia, receives seed funding from East Ventures. The value is undisclosed. The plan is to use funding for accelerating mission to develop artificial intelligence platform.

Previously, Hokiman Kurniawan, Bahasa.ai’s Co-Founder and CEO, has explained its business strategy in an interview with DailySocial. Its focus is to produce more comprehensive Bahasa Indonesia skills for machines. One of which is applied in chatbot.

Melisa Irene, East Ventures’ Principal, said that the NLP / NLU-based platform developed by Bahasa.ai will be very relevant in Indonesia, because of unique variants and dialects in Bahasa Indonesia.

In daily communication, the non-KBBI slang and spelling terms keep showing and being used. Artificial Intelligence-based solutions, combined with machine learning, can improve the computer skills in understanding Bahasa Indonesia. Therefore, when being implemented (for chatbot, as an example) will become more attractive.

Samsul Rahmadani, Bahasa.ai‘s Head of AI, said in his statement, by increasing artificial intelligence technology, brands are expected to produce communication channels which capable to interact naturally and personally. Bahasa.ai introduces PaaS products to help brands or businesses in developing a chatbot strategy.

Competition among local chatbots

Creating artificial intelligence is not an easy deal, but many local startups are counting their luck in this vertical. Currently, there are many startups targeting AI-based products segment, particularly in chatbot implementation. They are Kata.ai, Botika, Bang Joni, Eva, and many others.

The development can’t be separated from industrial needs. Business players are competing to present new ways which more effective and efficient in terms of customer service. Chatbot-based solutions are considered capable to accommodate these needs. Many companies are already adopting, from telecommunications, bankings, and some e-commerce services.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bahasa.ai Raih Pendanaan Awal dari East Ventures

Bahasa.ai sebagai startup pengembangan platform NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) untuk Bahasa Indonesia, hari ini (23/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal (seed funding) dari East Ventures. Tidak disebutkan nominal pendanaan yang didapat. Rencananya akan digunakan untuk mempercepat misinya dalam mengembangkan platform kecerdasan buatan.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & CEO Bahasa.ai, Hokiman Kurniawan, sudah menerangkan strategi bisnisnya. Fokus Bahasa.ai adalah menghasilkan kemampuan Bahasa Indonesia yang lebih komprehensif untuk mesin komputer. Salah satunya diterapkan dalam chatbot.

Principal East Ventures, Melisa Irene, dalam sambutannya mengatakan bahwa platform berbasis NLP/NLU yang dikembangkan oleh Bahasa.ai akan sangat relevan di Indonesia. Hal ini mengingat adanya variasi dan dialek yang unik dalam Bahasa Indonesia.

Dalam komunikasi sehari-hari, istilah slang dan ejaan non-KBBI terus hadir dan digunakan. Solusi berbasis kecerdasan buatan –dikombinasikan dengan pembelajaran mesin—dapat meningkatkan kemampuan komputer dalam memahami Bahasa Indonesia. Sehingga saat diimplementasikan (misalnya ke dalam chatbot) akan menjadi lebih atraktif.

Chief AI Bahasa.ai, Samsul Rahmadani, dalam keterangan tertulisnya mengatakan dengan peningkatan teknologi kecerdasan buatan harapannya brand dapat menghasilkan kanal komunikasi yang dapat berinteraksi secara alami dan lebih personal. Bahasa.ai menghadirkan produk PaaS yang dapat membantu brand atau bisnis mengembangkan strategi chatbot-nya.

Persaingan bisnis chatbot lokal

Membuat produk berbasis kecerdasan buatan bukan perkara mudah, kendati demikian banyak startup lokal yang mencoba keberuntungan di vertikal tersebut. Saat ini sudah sangat banyak startup (atau hasil pivot startup) yang menyasar segmentasi produk berbasis AI, khususnya untuk implementasi chatbot. Sebut saja Kata.ai, Botika, Qiscus, Bang Joni, Eva dan sebagainya.

Perkembangan tersebut tak terlepas dari kebutuhan industri. Pemain bisnis berlomba-lomba menghadirkan cara baru yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan pelanggan. Solusi berbasis chatbot dinilai mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut. Saat ini, banyak perusahaan yang mulai mengadaptasi, dari perusahaan telekomunikasi, perbankan, hingga e-commerce.

Marketplace Jasa Kecantikan HelloBeauty Dapatkan Pendanaan Awal

Hari ini (21/5) startup marketplace dan komunitas jasa kecantikan HelloBeauty mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) dari Nest Corp, perusahaan modal ventura asal Indonesia, dengan nilai yang dirahasiakan. Proses pendanaan tersebut sebenarnya sudah rampung sejak Maret 2018 lalu. Perolehan tersebut akan difokuskan pada pengembangan produk sehingga dapat menjadi “support system” yang lebih baik bagi para penyedia jasa kecantikan.

Pasca makin mantap dengan model bisnis yang disajikan, termasuk menghadirkan paket premium berlangganan—HelloBeauty berencana akan meluncurkan aplikasi mobile. Sejauh ini mereka baru beroperasi dengan aplikasi berbasis web. Menurut Dennish Tjandra selaku Co-Founder, saat ini layanannya telah mengakomodasi lebih dari 2700 beauty artist. Total pelanggan premium juga sudah melebihi 500 orang.

Secara umum cara kerja HelloBeauty ialah menghubungkan beauty artists dengan klien yang membutuhkan jasa kecantikan kapan pun, di mana pun. Tidak sekadar membantu para wanita untuk mencari dan memesan layanan kecantikan dengan mudah, HelloBeauty juga membantu para penyedia jasa kecantikan menggunakan teknologi untuk dapat mengelola dan mengembangkan bisnis kecantikan mereka secara online.

“Lebih dari itu, kami juga membangun komunitas beauty artist pertama di industri ini, yang sebelumnya terpecah dan masing-masing dari mereka berjuang sendirian. Itulah yang menjadi alasan bagi HelloBeauty hadir untuk mendorong ekosistem yang lebih baik di industri jasa kecantikan ini,” ujar Dennish.

Sejak setahun diluncurkan oleh Dennish Tjandra dan Pradana Dyaksa, HelloBeauty menjalankan operasional secara bootstrapping dan sempat masuk ke dalam top 5 Startup World Cup Indonesia 2017. Hal ini ditengarai pangsa pasar yang digarap cenderung bertumbuh pesat.  Berdasarkan data dari L’Oreal mengenai pertumbuhan industri jasa kecantikan tumbuh sekitar 20% setiap tahunnya di Indonesia.

Perilaku di industri jasa kecantikan juga telah berubah akhir-akhir ini. Beberapa tahun lalu, hampir semua talenta di industri jasa kecantikan bekerja di salon-salon kecantikan. Namun kini, banyak sekali talenta di industri ini yang lebih tertarik untuk membangun karier atau bisnis kecantikan mereka sendiri sebagai freelance beauty artist.

Parentalk Scoops Seed Funding from Emera Capital

Today, exactly on Mother’s day (12/22), Emera Capital, part of MRA Group, announces seed funding for Parentalk. A digital media company focused on providing contents for millennial parents. Parentalk has debuted its contents via social media (Instagram). Official site is planned to be launched publicly on the next day.

Parentalk was founded by Nucha Bachri. The history begins with observation and personal experience, also those people around her, in need to get relevant and reliable information regarding pregnancy and parenthood. Besides relevance, the content needs to match the shifting habits in this current digital era.

Founder Parentalk Nucha Bachri / Parentalk

“For easier and familiar access to information, [the right media] is on Instagram. Therefore we need reliable sources, experience the same feeling with us during pregnancy and go through parenthood, with the ease of being on the social media platform on our daily basis,” Bachri said.

Since November 2017, and still focusing on Instagram platform, Parentalk has a rapid growth of followers on Instagram. Instagram Live content becomes one of Parentalk’s trademark. On the other hand, as Bachri said, it also has strength in data customer for content compiling base. It is the reason behind the organic fast-growth.

Along with the funding, Parentalk plans to build a solid creative team also conducts research and development for better technology. There will be a Virtual Reality (VR) based content in 2018 for all Parentalk loyals.

“I see the partnership with Emera Capital can help Parentalk to grow better, as MRA had media experiences both print and radio. I and team saw MRA trust on our vision and mission to keep being honest and most-updated content creator, as an interesting factor to run partnership,” added Bachri.

For Emera Capital, this is the second official strategic involvement since the establishment in 2017. Previously, MRA also held strategic partnership with DailySocial.

“To us, investing in digital focus company is a strategic step to strengthen the business line. Parentalk can be seen to give bold and disruptive ideas in creating content highly relevant with parents, millennial mom and dad. With our current experience in holding Mother and Baby media, both are expected to support each other,” Michael Tampi, Emera Capital’s Managing Partner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Parentalk Menerima Pendanaan Awal dari Emera Kapital

Bertepatan dengan perayaan hari ibu, hari ini (22/12) Emera Kapital yang merupakan bagian dari MRA Group mengumumkan pendanaan awal untuk Parentalk. Parentalk merupakan sebuah perusahaan media digital rintisan yang berfokus pada konten untuk orang tua millenial. Sejauh ini Parentalk memulai debut kontennya melalui media sosial (Instagram). Rencananya situs resmi Parentalk.id akan mulai diluncurkan ke publik esok hari.

Parentalk didirikan oleh Nucha Bachri. Latar belakang pendirian Parentalk dimulai dari pengamatan dan pengalaman pribadi serta orang-orang di sekitarnya tentang kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang relevan dan terpercaya seputar kehamilan dan serba-serbi menjadi orang tua. Selain relevansi, konten yang dibutuhkan tersebut juga selayaknya sesuai dengan perubahan kebiasaan di era digital saat ini.

Founder Parentalk Nucha Bachri / Parentalk
Founder Parentalk Nucha Bachri / Parentalk

“Informasi yang mudah dan familiar untuk kami akses adalah di Instagram. Untuk itu kami membutuhkan sebuah sumber yang bisa dipercaya, merasakan hal yang kami alami saat kehamilan dan menjalani fungsi sebagai orang tua, dan kemudahan berada di platform media sosial yang sehari-hari kami gunakan,” ujar Nucha selaku Founder Parentalk.

Dimulai sejak November 2017, dan masih berfokus di platform Instagram, Parentalk memiliki pertumbuhan pengikut yang cukup cepat di Instagram. Konten Instagram Live menjadi salah satu ciri khas dari Parentalk sejauh ini. Selain itu menurut pemaparan Nucha, kekuatan lain Parentalk juga ada di data customer sebagai dasar untuk menyusun konten-kontennya. Itu kenapa pertumbuhan organik menjadi cukup cepat.

Bersama dengan pendanaan yang didapat, Parentalk berencana untuk membangun tim kreatif yang lebih solid serta melakukan riset dan pengembangan untuk teknologi yang lebih baik. Tahun 2018 akan ada konten berbasis Virtual Reality (VR) yang disuguhkan kepada penikmat Parentalk.

“Saya melihat kerja sama dengan Emera Kapital bisa membantu Parentalk untuk berkembang lebih baik, dikarenakan pengalaman MRA memiliki media-media baik cetak maupun radio. Saya dan tim pun melihat kepercayaan MRA kepada visi dan misi kami untuk tetap menjadi content creator yang jujur dan kekinian, menjadi faktor yang membuat kami tertarik bekerja sama,” imbuh Nucha.

Bagi Emera Kapital, ini adalah keterlibatan strategis kedua yang resmi dilakukan sejak berdiri di tahun 2017 ini. Sebelumnya MRA juga menjalin kemitraan strategis bersama DailySocial.

“Bagi kami, berinvestasi di perusahaan yang berfokus di digital adalah langkah strategis untuk semakin menguatkan lini bisnis kami. Parentalk, kami lihat memberikan ide-ide yang berani dan disruptive dalam membuat konten di segmen parenting dan sangat relevan dengan orang tua, ayah dan ibu millenial. Dengan pengalaman kami yang saat ini telah memiliki media Mother and Baby, keduanya kami yakini akan saling menguatkan,” sambut Michael Tampi selaku Managing Partner Emera Kapital

StickEarn Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup pengusung layanan car advertising StickEarn mengumumkan baru saja mendapatkan pendanaan awal (seed funding) dari East Ventures. Meskipun tidak disebutkan angkanya secara detail, namun dapat diinformasikan bahwa nilainya berada dalam kisaran jutaan dolar. Pendanaan ini akan digunakan untuk menguatkan tujuan atau visi bisnis yang telah dimiliki StickEarn.

“Kami memiliki dua tujuan penting. Pertama, StickEarn mengakomodasi objektif perusahaan pengiklan untuk mendapatkan hasil kegiatan pemasaran yang lebih efektif dan terukur. Kedua, StickEarn bertujuan untuk memberdayakan mitra StickEarn (pemilik kendaraan bermotor yang telah terdaftar) dengan pendapatan tambahan dan pelatihan aplikasi,” ujar Co-Founder StickEarn Sugito Alim.

[Baca juga: Stickearn di Tengah Potensi Car Advertising yang Mulai Banyak Diperebutkan]

Berdiri sejak Januari 2017, gagasan StickEarn pertama kali muncul setelah empat pendirinya yakni Garry Limanata, Sugito Alim, Hartanto Alim dan Archie Carlson mengamati bahwa iklan kendaraan, yang ramai di negara lain seperti Singapura dan Amerika Serikat, tidak ada di Indonesia. StickEarn kemudian mengambil konsep ini dan menyempurnakannya dengan teknologi yang untuk menciptakan medium iklan yang efektif, dapat dilacak, dan terukur.

Pendiri StickEarn: Archie Carlson, Sugito Alim, Hartanto Alim dan Garry Limanata
Pendiri StickEarn: Archie Carlson, Sugito Alim, Hartanto Alim dan Garry Limanata

Selain itu, kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta memiliki volume kendaraan tertinggi di jalan dengan warganya menghabiskan rata-rata 2 jam sehari di jalan. Sekitar 35% orang menghabiskan kebanyakan waktu mereka di jalan. Saat ini StickEarn aktif beroperasi di 14 kota di Indonesia. Selain produksi dan pemasangan stiker reklame di mobil, StickEarn juga memberikan layanan bagi para pengiklan dalam bentuk konsultasi dan solusi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pihak pengiklan.

[Baca juga: Hadirnya StickEarn, Klana, dan Menjamurnya Digitalisasi Bisnis Car Advertising]

Terkait pendanaan ini, Willson Cuaca selaku Managing Partner East Ventures menyampaikan:

“Kami melihat potensi yang sangat besar dari StickEarn, selain model bisnis yang masih segar, para pendirinya pun memiliki visi yang baik yang terarah untuk pengembangan perusahaan ini ke depannya. Kami percaya bahwa investasi ini dapat mendukung StickEarn untuk menjadi perusahaan rintisan dengan performa yang lebih baik sehingga berdampak bagi perusahaan pengiklan dan masyarakat.”

Application Information Will Show Up Here