Startup Edtech Pahamify Kantongi Pendanaan Seri A Dipimpin Shunwei Capital

Startup edtech Pahamify mengumumkan pendanaan seri A dengan nilai dirahasiakan, dipimpin Shunwei Capital. Investor baru yang turut berpartisipasi adalah Lien Family Office (Wah Hin) dan sejumlah angel investor, serta investor sebelumnya. Insignia Ventures juga ikut dalam putaran ini.

Kabar ini disampaikan oleh Co-Founder & CEO Pahamify Rousyan Fikri. Ia menuturkan tambahan dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan materi belajar dari tingkat SD sampai SMA. Sebagiannya lagi akan dipakai untuk mempercepat inovasi teknologi dan proses pengajaran di platformnya.

“Dana ini akan membantu Pahamify untuk mempertahankan posisi kami sebagai leader di layanan tryout online (persiapan ujian masuk PTN). Tahun kemarin, kami melayani hampir 1 juta sesi latihan tryout ujian. 1 dari 3 siswa yang mengikuti UTBK tahun kemarin menggunakan Pahamify untuk latihan ujiannya,” kata Rousyan, Jumat (27/11).

Sebelumnya, pada Maret lalu perusahaan baru mendapat pendanaan sebesar $150 ribu dari program akselerator asal Amerika Serikat Y Combinator, pasca ikut serta di batch W20.

Dampak dari pandemi

Rousyan melanjutkan, dampak pandemi ini mendorong perusahaan edtech seperti Pahamify untuk mempercepat tingkat inovasinya untuk mendukung kebutuhan para siswa. Beberapa fitur yang sudah dirilis di antaranya kelas online live yang bisa dinikmati oleh siswa SMA sederajat secara gratis. Juga tersedia materi pembelajaran untuk IPA, IPS, Bahasa, dan persiapan ujian masuk perguruan tinggi (UTBK dan Mandiri).

Dalam kelas online ini, setiap hari siswa bisa ikut sesi kelas, terdapat enam sampai delapan kelas setiap harinya, lewat aplikasi dan berinteraksi dengan para pengajar (disebut Rockstar Teacher Pahamify) yang membuat suasana belajar semakin interaktif. “Untuk membantu siswa-siswi selama masa belajar di rumah, sampai saat ini fitur tersebut masih kita berikan secara gratis.”

Di samping itu, selama pandemi, ia mengklaim fitur tryout online Pahamify banyak direkomendasikan siswa-siswi Indonesia sebagai platform terbaik untuk persiapan UTBK. Di fitur ini, mereka mendapatkan latihan ujian setiap minggunya dan memperoleh feedback langsung mengenai hasil latihannya.

“Sistem kami merekomendasikan langkah-langkah konkret yang bisa diambil siswa-siswi untuk meningkatkan skor dan memantapkan persiapan ujiannya.”

Perusahaan juga berpartisipasi untuk program yang diselenggarakan Kemdikbud, yakni Belajar dari Rumah yang diadakan di TVRI. “Kita berharap kontribusi Pahamify di program ini bisa membantu proses belajar-mengajar siswa-siswi Indonesia di masa yang sulit ini.”

Seluruh inovasi tersebut buah hasil yang manis buat perusahaan. Rousyan mengklaim, berkat kepuasan terhadap Pahamify, para pengguna lulusan 2020 banyak merekomendasikan aplikasi ini ke adik-adik kelasnya.

“Hasilnya, di tahun ajaran sekarang, walaupun baru empat bulan berjalan, jumlah pengguna berbayar sudah 10 kali lebih banyak dibanding jumlah pengguna berbayar di satu tahun ajaran kemarin,” pungkasnya.

Di Indonesia, Pahamify bersaing ketat dengan Ruangguru, Zenius, dan Quipper.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi iSeller Usai Rampungkan Pendanaan “Strategic Round” Seri A

Startup pengembang layanan point of sales berbasis omni-channel iSeller telah merampungkan penggalangan dana perpanjangan putaran seri A+ atau strategic round. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI), Openspace Ventures turut bergabung dalam putaran pendaan kali ini.

Kepada DailySocial Founder & CEO iSeller Jimmy Petrus mengungkapkan, untuk jangka pendek perusahaan akan melakukan key hiring terutama untuk tim acquisition dan business development, yang bertujuan untuk semakin memperluas jangkauan iSeller terhadap bisnis UKM di Indonesia. Selain itu perusahaan juga akan terus mengembangkan inovasi baru yang akan mempermudah UKM untuk mengakses layanan finansial.

“Saat ini selain Jabodetabek kami baru menjangkau 5 kota terbesar di Indonesia. Awal tahun depan, ekspansi ke top 25 kota sudah ada dalam roadmap kami,” kata Jimmy.

Disinggung seperti apa integrasi dan kolaborasi iSeller dengan Bank Mandiri, Jimmy menyebutkan akan ada banyak integrasi finansial dan layanan perbankan dalam platform iSeller, yang diharapkan dapat membantu UKM Indonesia untuk terus berkembang dalam kondisi pandemi ini.

Pandemi yang mengganggu pertumbuhan bisnis sebagian besar startup di Indonesia, ternyata tidak memberikan pengaruh yang cukup besar kepada iSeller. Saat pandemi justru bisnis iSeller bisa terus berkembang.

“Salah satu faktor kontribusi terbesar adalah dengan semakin meningkatnya kesadaran para pelaku usaha untuk ‘go online’ dan beralih ke sistem digital, di mana keunggulan iSeller memang terletak pada kapabilitas omni-channel dan O2O yang memungkinkan UKM berjualan di toko fisik, online, dan marketplace dengan mudah di dalam satu platform,” kata Jimmy.

Kerja sama strategis dengan GrabFood

Bertujuan untuk memudahkan pelaku bisnis F&B di Indonesia untuk menerapkan sistem pemesanan online yang sudah terintegrasi dengan aplikasi kasir, iSeller menjalin kerja sama strategis dengan GrabFood. Untuk mengakali jumlah penurunan trafik saat PSBB, melalui inisiatif ini diharapkan dapat memitigasi dampak pandemi terhadap industri F&B.

Bentuk kerja sama iSeller dengan GrabFood adalah integrasi sistem pemesanan GrabFood dengan aplikasi kasir iSeller, pesanan dari GrabFood akan otomatis masuk ke aplikasi secara real time, sehingga mempermudah kasir untuk dapat memproses pesanan dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, pemilik usaha F&B juga dapat mengakses seluruh transaksi penjualan dan laporan keuangan dengan mudah melalui dasbor iSeller, baik penjualan dari outlet maupun GrabFood.

Go online dengan GrabFood menjadi simpel, mulai dari pembaruan menu dan harga GrabFood, pembaruan stok otomatis, hingga laporan keuangan dari berbagai channel penjualan, semuanya bisa dikelola dari satu platform iSeller. Kami percaya solusi integrasi ini akan memberikan dampak positif bagi seluruh pelaku usaha F&B di Indonesia,” kata Jimmy.

Hingga kini iSeller telah digunakan oleh ribuan merchant mulai dari bisnis UKM hingga berskala korporasi seperti Geprek Bensu, Mama Roz, Sour Sally, HopHop, Okirobox, Yogurtland, dan masih banyak lagi. Mengedepankan fitur terlengkap seperti manajemen penjualan, produk dan inventaris, serta fleksibilitas channel penjualan yang didasarkan pada konsep omni-channel, iSeller mengklaim sebagai super merchant platform terunggul di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Super Berambisi Jadi “Social Commerce” untuk Pengguna di Pedesaan

Konsep social commerce yang menggabungkan aktivitas sosial dan niaga dalam suatu platform terbukti memiliki traksi yang kuat karena sangat berkorelasi dengan budaya di Indonesia, terlebih di masa pandemi seperti ini. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh berbagai pemain teknologi, Gojek sekalipun.

Pemain lainnya juga turut terjun, salah satunya adalah Super. Aplikasi ini berdiri di bawah holding Nusantara Technology, yang memiliki unit bisnis digital lainnya yakni media online Yukepo dan Keepo.

Kepada DailySocial, CEO Super Steven Wongsoredjo menerangkan, pasca mengikuti program Y Combinator Winter 2018 atau delapan bulan setelah perusahaan mengoperasikan kedua media online, Nusantara Technology menjadikan Super sebagai bisnis utamanya.

Dia bilang, pihaknya tertarik masuk ke bisnis teknologi konsumer karena ingin mendapatkan model bisnis dengan skalabilitas yang lebih baik. Social commerce ditaksir punya kue bisnis $200 miliar (total addressable market/TAM), jauh lebih besar daripada bisnis media online.

“Merintis Super adalah salah satu keputusan terbaik kami, sejak saat itu bisnis kami tumbuh sangat pesat. Kami sudah melakukan raise funding pada Desember 2019 untuk pendanaan seri A senilai jutaan dolar dari sejumlah investor Amerika Serikat. Semua waktu dan investasi para co-founder didedikasikan hanya untuk Super,” terangnya.

Baik Yukepo dan Keepo disebutkan telah tumbuh signifikan dan cetak untung sejak hari pertamanya. Salah satu parameternya adalah kanal YouTube diklaim terbesar daripada startup media milenial lainnya di Indonesia. Pencapaian tersebut, membuat bisnis media online di Nusantara Technology pada akhir tahun lalu memperoleh laba yang signifikan dan arus kas positif, sehingga tidak membebani konsentrasi para founder.

“Selain itu, kami memutuskan untuk merekrut pemimpin yang kuat. Oleh karena itu, [unit] bisnis memiliki otonomi yang layak untuk dijalankan dengan sendirinya.”

Dia membandingkan Super kurang lebih seperti Gojek yang juga terintegrasi dengan media online Kumparan. Super dengan komponen utama social commerce, akan segera punya fitur Super Kabar di dalam aplikasinya. “Ini akan segera berada dalam satu ekosistem. Semua investor kami mendukung ini karena bisnis kami, secara umum, tumbuh dengan cepat dan berkelanjutan.”

Sumber: Super
Sumber: Super

Fokus di pedesaan

Steven menuturkan, Super mendeklarasikan dirinya sebagai pemain social commerce terdepan untuk pedesaan di Indonesia. Super memiliki konsep hybrid seperti pemain asal Tiongkok yakni Pinduoduo dan Shihuituan. Oleh karenanya, Super berbeda dengan pemain kebanyakan.

Super membangun rantai pasokan social commerce untuk pedesaan yang memiliki ekonomi unit positif. Misalnya, bagian dari pengembangan rantai pasokan adalah membangun hub-hub kecil di desa-desa yang dekat dengan rumah Agen. Nantinya Agen Super akan mengambil produk dari hub untuk diteruskan ke komunitasnya.

Prosesnya, Agen Super mengumpulkan pesanan di sekitar lingkungan mereka; bisa melalui WhatsApp dengan membagikan tautan Super dari aplikasi Super (termasuk produk yang ingin mereka jual) atau bertemu langsung dengan calon pelanggan.

Jika pesanan minimal $70, Super akan mengirimkan pesanan ke rumah Agen Super, tetapi jika pesanannya $20- $70, Agen harus mengambil pesanan dari Super Center terdekat di desa. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer bank atau COD. Setelah itu, Agen Super akan mengatur pengiriman mil terakhir ke pelanggan mereka.

Kemudian, Super juga menetapkan konsep group buying dengan minimal pesanan untuk memastikan mereka memiliki nilai pemesanan rata-rata. Dengan cara ini, Super dapat cetak untung dalam setiap transaksi yang terjadi.

Dalam proses distribusinya, Super memiliki gudang sendiri dan bekerja sama dengan penyedia logistik untuk pengirimannya. Super membangun sistem manajemen gudang untuk membantu perusahaan memutuskan rute terbaik dalam membangun efisiensi terbaik.

Sumber: Super
Sumber: Super

Yang cukup menarik adalah saat proses pengiriman ke pembeli, Steven menuturkan jika mereka bersedia membayar lebih, mereka akan mendapatkan produk lebih cepat dari platform mana pun. Namun, Super mencoba mengoptimalkan rantai pasokan, sehingga biayanya murah.

Strategi ini dianggap tepat karena mengingat wilayah operasional Super di kota tingkat dua dan tiga, pembeli lebih mementingkan harga daripada waktu pengiriman. Jika pengguna memesan sebelum jam 3 sore, mereka akan mendapatkan produknya besok, tetapi jika memesan setelah jam 3 sore, barang akan dikirimkan lusa.

“Dengan kebijakan logistik pendekatan tunggal, kami dapat memprediksi dengan lebih baik dan memiliki ekonomi unit yang lebih baik dalam mengirimkan barang ke agen kami agar menguntungkan.”

Ambisi besar Super

CEO Super Steven Wongsoredjo / Super
CEO Super Steven Wongsoredjo / Super

Dengan model bisnis ini, Super sudah memiliki cara monetisasi yang jelas. Untuk jangka pendek, perusahaan mengambil margin dengan harga terbaik dari para manufaktur rekanan dan mengambil untung saat menjual produk tersebut ke Agen. Lalu, mengambil margin keuntungan dari produk FMCG label pribadi yang dijual ke Agen.

“Untuk jangka panjang, kami ingin menjadi platform untuk bisnis apa pun di Indonesia yang ingin memasuki daerah pedesaan. Kami akan menerima komisi per transaksi dengan bekerja sama dengan produsen di luar FMCG atau perusahaan yang membutuhkan jaringan agen kami untuk mendistribusikan produk mereka.”

Saat ini Super telah memiliki lebih dari 650 SKU bekerja sama dengan lebih dari 50 merek nasional. Cakupan areanya baru di lebih dari 20 kota lapis dua dan tiga di Pulau Jawa. Steven mengatakan medan perang di kota non-Jakarta itu unik dan kompleks, makanya menjadi penghalang bagi semua orang karena memecahkan masalah ini tidak semudah yang terlihat.

Menurutnya, social commerce adalah tahap awal dari ambisi besar Super yang ingin membangun solusi rantai pasokan menyeluruh. Ia ingin menjadi Indofood, namun sarat dengan sentuhan teknologi dan strategi bisnis yang relevan untuk pedesaan Indonesia.

Bila Indofood dari hulu ke hilir ada Indogrosir (hub) dan Indomaret (ritel). Maka, rencananya Super dapat memiliki white label (Supercare dan Supereats), hubs (Superwarehouse dan Supercenter), dan ritel (Superagent).

“Dengan memiliki seluruh infrastruktur ini, kami akan menjadi perusahaan yang kuat yang dapat bertahan lebih dari seratus tahun.”

Application Information Will Show Up Here

iSeller Announced Series A+ Funding Led by Mandiri Capital Indonesia

iSeller as an omnichannel based point of sales developer startup, today (29/9) announced the acquisition of extended funding in series A+. This strategic round was led by Mandiri Capital Indonesia with the participation of several investors who weren’t further mentioned.

The fresh funds will be used to streamline domestic expansion plans and accelerate merchant acquisitions. Product development and innovation will also be a priority, particularly to improve the capabilities of inclusive financial services on the platform.

Founded in 2017, iSeller provides an integrated digital cashier application, online store, and payment aggregator. The goal is to combine all aspects of offline to online business in one central dashboard. This concept is its value proposition compared to other POS platforms.

In his remarks, iSeller Founder & CEO Jimmy Petrus said, “By combining offline and online sales channels on one platform, all aspects of the business can be holistically centralized from transactions, inventory, customers to bookkeeping; thus making business management and development easier. effective and efficient. ”

The omnichannel based solution is quite relevant. The research entitled “2020 Ecommerce Fulfillment Trends Report” revealed 86% of respondents, who are e-commerce merchants, sell their merchandise on more than one channel. Not a few also sell through social media. In the future, 69% of merchants plan to continue increasing their online sales channels.

Apart from iSeller, in Indonesia so far there have been several startups that have tried to offer similar solutions, two of which are Clodeo and Jubelio.

iSeller business growth

With a SaaS concept, users can subscribe to their services according to their business scale. iSeller received initial funding at the end of 2018. Jimmy claims, his business managed to achieve growth of up to 300% YoY from the number of merchant acquisitions or annual revenue. They target various types of businesses, from retail, F&B, lifestyle, to services.

The investment by MCI will also open up opportunities for strategic cooperation between Bank Mandiri and iSeller, including related to product and service integration to facilitate the 200 thousand merchants who have joined the Mandiri network throughout Indonesia.

“We are very pleased to be able to join iSeller in funding this time, we practically see a value proposition from iSeller that can synergize with Mandiri’s vision, strategy, and digital financial initiatives in the future. Apart from financial support, we believe in strategic collaboration with merchant ecosystems and groups. Mandiri business can further support iSeller growth to achieve profitability,” Mandiri Capital Indonesia’s CEO, Eddi Danusaputro said.

In the midst of a pandemic, the iSeller business is said to keep growing. One of the triggering factors is the increasing need for businesses to go online. Currently the platform has also been integrated with popular payment systems such as Gopay and Ovo; also an integrated delivery system with JNE, GoSend, and GrabExpress options.

“Since the start of the PSBB in March, we have received a 3x increase in demand, especially for online channel needs, including online retail stores and some of our latest innovations such as F&B online ordering and eMenu for contactless dining,” said iSeller CCO Kevin Venturra.

According to the latest research report conducted by DSResearch with Mandiri Capital Indonesia, there are three main problems that are often faced by SMEs in Indonesia, namely those related to Financial, Operational, and Expansion. SaaS service models such as those released by iSeller have proven to be contributing to business growth, resolving these issues agile.

Layanan SaaS Startup Indonesia untuk Bisnis
Indonesia’s SaaS startups in Indonesia for business


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

iSeller Umumkan Pendanaan Seri A+ Dipimpin Mandiri Capital Indonesia

iSeller selaku startup pengembang point of sales berbasis omni-channel, hari ini (29/9) mengumumkan perolehan pendanaan perpanjangan dalam seri A+. Putaran strategis tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia dengan partisipasi beberapa investor yang tidak disebutkan detailnya.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperlancar rencana ekspansi domestik dan akselerasi akuisisi merchant. Pengembangan dan inovasi produk juga akan menjadi prioritas, khususnya untuk meningkatkan kapabilitas layanan finansial inklusif di dalam platform.

Didirikan sejak tahun 2017, iSeller menyediakan aplikasi kasir digital, toko online, dan agregator pembayaran yang terintegrasi. Tujuannya untuk menggabungkan seluruh aspek bisnis offline to online di dalam satu dasbor sentral. Konsep ini yang menjadi value proposition mereka dibanding dengan platform POS lainnya.

Dalam sambutannya, Founder & CEO iSeller Jimmy Petrus mengatakan, “Dengan menggabungkan sales channel offline dan online di dalam satu platform, seluruh aspek bisnis bisa tersentralisasi secara holistik mulai dari transaksi, inventory, pelanggan hingga pembukuan; sehingga pengelolaan dan pengembangan bisnis menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.”

Solusi berbasis omni-channel ini saat ini memang cukup relevan. Riset bertajuk “2020 Ecommerce Fulfillment Trends Report” mengemukakan 86% respondennya, yang merupakan merchant e-commerce, menjual dagangannya di lebih dari satu kanal. Tidak sedikit juga yang menjual melalui media sosial. Di waktu mendatang, 69% merchant berencana terus meningkatkan kanal-kanal penjualan online.

Selain iSeller, di Indonesia sejauh ini sudah ada beberapa startup yang coba jajakan solusi serupa, dua di antaranya Clodeo dan Jubelio.

Pertumbuhan bisnis iSeller

Berkonsep SaaS, pengguna bisa berlangganan layanan mereka sesuai dengan skala bisnisnya. iSeller mendapatkan pendanaan awal di akhir tahun 2018. Klaim Jimmy, bisnisnya berhasil mencapai pertumbuhan hingga 300% yoy dari jumlah akuisisi merchant ataupun revenue tahunan. Mereka menargetkan berbagai jenis bisnis, mulai dari ritel, F&B, gaya hidup, hingga jasa.

Investasi oleh MCI juga akan membuka peluang kerja sama strategis antara Bank Mandiri dan iSeller, termasuk terkait integrasi produk dan layanan untuk memfasilitasi 200 ribu merchant yang telah tergabung di jaringan Mandiri di seluruh Indonesia.

“Kami sangat senang bisa bergabung dengan iSeller di pendanaan kali ini, tentunya kami melihat value proposition dari iSeller yang dapat bersinergi dengan visi, strategi, dan inisiasi finansial digital dari Mandiri ke depannya. Selain dukungan dana, kami yakin kolaborasi strategis dengan ekosistem merchant dan grup bisnis Mandiri dapat mendukung pertumbuhan iSeller lebih maksimal untuk mencapai profitabilitas,” ujar CEO Mandiri Capital Indonesia, Eddi Danusaputro.

Di tengah pandemi, bisnis iSeller dikatakan tetap pertumbuh. Salah satu faktor pemicunya, meningkatnya kebutuhan bisnis untuk go online. Saat ini platform tersebut juga sudah terintegrasi dengan sistem pembayaran populer seperti Gopay dan Ovo; juga sistem pengiriman terintegrasi dengan opsi JNE, GoSend, hingga GrabExpress.

“Sejak mulainya PSBB di Maret lalu, kami mendapat peningkatan permintaan 3x lebih banyak terutama untuk kebutuhan channel online, termasuk di antaranya ritel online store dan beberapa inovasi terbaru kami seperti F&B online ordering dan eMenu untuk contactless dining,” ujar CCO iSeller Kevin Venturra.

Menurut laporan riset terbaru yang dilakukan DSResearch bersama Mandiri Capital Indonesia, disampaikan ada tiga permasalahan utama yang kerap dihadapi UKM di Indonesia, yakni terkait Financial, Operational, dan Expansion. Model layanan SaaS seperti yang dirilis iSeller telah terbukti memberikan sumbangsih pada peningkatan bisnis, menyelesaikan isu-isu tersebut secara gesit.

Layanan SaaS Startup Indonesia untuk Bisnis
Layanan SaaS Startup Indonesia untuk Bisnis
Application Information Will Show Up Here

Startup “Credit Scoring” CredoLab Umumkan Pendanaan Seri A Senilai 103 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform credit scoring atau penilaian kredit CredoLab mengumumkan telah menutup putaran pendanaan seri A senilai $7 juta atau setara 103 miliar Rupiah. Investasi terbaru ini dipimpin oleh GBG, perusahaan yang dikenal dengan solusi data intelijen untuk pengelolaan identitas pengguna platform digital.

Access Venture Capital turut terlibat dalam pendanaan, juga Walden International yang merupakan investor sebelumnya. Awal tahun lalu perusahaan juga baru kumpulkan dana pra-seri A senilai $3,1 juta.

Dana segar akan difokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis di Asia Timur, serta melakukan ekspansi ke Amerika Latin dan Afrika.

CredoLab berasal dari Singapura, saat ini mereka juga sudah memiliki basis operasional di Indonesia. Pihaknya juga sudah tercatat OJK sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) sejak Desember 2019.

Dalam wawancaranya bersama DailySocial, Chief Product Officer CredoLab Michele Tucci mengungkapkan, platformnya bekerja dengan membaca data di smartphone untuk menghasilkan skor perilaku pengguna. Selanjutnya data tersebut diolah untuk memperkirakan kemungkinan gagal bayar. Metadata di perangkat diakses secara anonim, dengan tetap menjamin privasi.

Saat ini layanan credit scoring CredoLab dimanfaatkan oleh berbagai institusi, baik perbankan, pemain fintech, e-commerce, dan bisnis teknologi lainnya. Model bisnisnya adalah pay-per-use atau bayar.

Bisnis credit scoring di Indonesia

Di Indonesia, tidak hanya CredoLab yang tawarkan solusi credit scoring. Menurut data OJK yang dipublikasikan per Juli 2020, setidaknya ada 13 pemain yang saat ini beroperasi di Indonesia, sebagai berikut:

Platform credit scoring tercatat di OJK
Platform credit scoring tercatat di OJK

Seiring peningkatan jumlah penyedia layanan pinjaman digital, platform credit scoring makin laris digunakan. Pendekatan sebelumnya yang banyak dilakukan perbankan, yakni melalui analis kredit (dengan petugas khusus), memiliki beberapa isu saat diterapkan di fintech. Di antaranya membutuhkan proses lama dan histori data tidak selalu ada (terlebih saat melayani nasabah underbanked dan unbanked).

Layanan penilaian kredit terkini memanfaatkan data-data yang terbentuk dari aktivitas pengguna bersama perangkatnya, termasuk data transaksi yang dilakukan dengan berbagai aplikasi (seperti e-commerce, ride hailing, e-wallet, dll), hingga aktivitas di media sosial. Proses analisisnya sangat terbantu teknologi seperti big data, machine learning, dan AI.

Metodologinya pun terus berkembang, misalnya yang dilakukan Pefindo bersama XL Axiata dalam produk IdTelcoScore, mereka merilis produk penilaian alternatif memanfaatkan nomor seluler pengguna XL Axiata untuk menganalisis kelayakan kredit debitur. Data telekomunikasi seluler dinilai dapat menjadi salah satu data alternatif yang penting karena tumbuh signifikan dan jumlahnya masif.

Sebelum platform penilaian kredit berkembang seperti sekarang, banyak startup fintech yang lakukan pendekatan semi-manual. Misalnya beberapa pemain meminta pengguna mengunggah beberapa dokumen identitas atau mengharuskan mereka menghubungkan akun e-commerce ke platform penilaian kredit – untuk melihat transaksi yang telah dilakukan. Beberapa lainnya meminta pengguna mengunggah dokumen agunan seperti bukti pembayaran tagihan.

Paxel Tengah Rampungkan Pendanaan Baru, Genjot Layanan “Smart Locker” dan “Same Day Delivery”

Startup logistik Indonesia, Paxel, tengah menjajaki penggalangan dana baru. Seperti dikutip Katadata, awalnya Paxel berencana menghimpun dana di kuartal II 2020, tetapi terpaksa mundur karena situasi pandemi Covid-19.

“Sekarang [penggalangan dana] sedang progress untuk kuartal 3 tahun ini,” ungkap Direktur Utama Paxel Zaldy Ilham Masita dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Pada 2019, Paxel disebutkan telah mengantongi pendanaan seri A sebesar $10 juta yang dipimpin oleh Co-founder Paxel Johari Zein. Selain itu, sejumlah venture capital juga terlibat dalam pendanaan ini, yaitu East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures, dan Susquehanna International Group.

“Pendanaan baru ini masih kelanjutan dari seri A. [Calon investor yang terlibat] campur, ada yang baru dan existing,” tambah Zaldy.

Seperti diketahui, pendanaan ini rencananya akan digunakan untuk mendorong ekspansi smart locker Paxel di seluruh Indonesia. Zaldy sempat menyebutkan bahwa ketersediaan lebih banyak smart locker menjadi kunci untuk menjalankan model bisnis baru di bidang logistik ini.

Menurutnya, smart locker dapat mengurangi biaya logistik tanpa harus mengorbankan service level. Targetnya, Paxel ingin menghadirkan setidaknya satu smart locker untuk setiap kode pos wilayah.

Fokus pada layanan “same day delivery

Zaldy mengaku bahwa pandemi mendorong peningkatan signifikan pada layanan logistik Paxel yang mengusung same day delivery. Menurutnya, selama tiga bulan terakhir, layanan same day delivery Paxel meroket hingga 250 persen. Kenaikan ini utamanya didorong dari jasa pengiriman makanan dan minuman.

Melihat tren kenaikan tersebut, ungkap Zaldy, Paxel akan tetap fokus mendorong layanan same day delivery ke depan. Menurutnya, jasa pengiriman antarkota belum pernah ada sebelumnya sehingga kehadirannya direspons positif oleh konsumen selama dua tahun terakhir ini.

Maka itu, perusahaan berupaya menghadirkan sejumlah inisiatif baru untuk menghadapi permintaan pengiriman antarkota selama masa pandemi. Misalnya, beberapa bulan lalu, Paxel resmi menjadi mitra Gojek untuk layanan pengiriman antarkota GoSend Intercity Delivery dari Jadetabek ke Bandung dan sebaliknya.

Baru-baru ini, Paxel juga memperkenalkan layanan Paxel Market pada Juli lalu. Paxel Market diluncurkan untuk membantu UKM agar dapat tetap berjualan antarkota di masa pandemi.

“Kami tidak ada perubahan target [bisnis] karena 85 persen customer Paxel adalah social commerce. Maka itu, Paxel Market menjadi platform untuk meningkatkan pasar mereka ke kota lain dengan biaya kirim yang cepat dan murah,” jelasnya.

Ia juga mengungkap bahwa Paxel akan merilis layanan baru dalam waktu dekat. Pihaknya enggan merinci layanan baru tersebut karena masih dalam tahap pengembangan.

Saat ini Paxel telah memiliki sekitar 1 juta pengguna, sementara untuk mitra sudah adalah lebih dari 50 usaha memenuhi kategori Charity, Beauty, Food, dan Others.

Berdasarkan laporan Paxel bertajuk Buy & Send Insights di 2019 menunjukkan bahwa hingga saat ini media sosial lebih banyak dimanfaatkan para UKM sebagai medium untuk berjualan dibandingkan platform e-commerce atau marketplace. Sebanyak 87 persen responden tercatat memakai lebih dari satu platform media sosial.

WhatsApp (84%) dan Instagram (81%) adalah aplikasi yang paling mendominasi pemakaian media sosial untuk berjualan online. Sisanya diikuti oleh Shopee (53%), Facebook (36%), Tokopedia (29%), dan Bukalapak (18%).

Application Information Will Show Up Here

Tjetak Receives Series A Funding, to Expand Product Packaging Services

The packaging service startup Tjetak announced a series A funding with an undisclosed amount led by Vertex Ventures. The fresh money is to be used for regional expansion, talent acquisition, developing features, and increasing the capacity of labs and packaging facilities.

“It is important to increase the lab and packaging facilities to support the high market demand and to innovate the packages we produce,” Tjetak‘s Co-Founder, Anggara Pranaspati said in an official statement, Tuesday (8/25).

Angga said this round was closed at the right time, especially when Indonesian people started doing business and companies are experiencing an increase in online-based sales since the pandemic. It encourages the business industry to have good packaging as a way to increase brand value for customers.

This statement is supported by the data quoted from Tokopedia, that the number of sellers joining the marketplace platform has increased by up to 250%.

“Therefore, Tjetak as a packaging solution startup has great potential to grow and serve more companies in Indonesia.”

SEA Managing Partner of Vertex Ventures Joo Hock Chua added, “Tjetak is in a strategic position to help MSMEs and large companies to meet their unique and innovative packaging needs. We are delighted to be an investor in Series A funding and support Tjetak’s growth from the beginning. ”

Tjetak business growth

In addition, Tjetak also has two other co-founders, Raffisal Damanhuri and Hasandi Patriawan in 2018. They see the packaging industry having several issues, for example, the pricing process may take a long time and complicated specifications. The wrong packaging design can cost much for the businessman, and the packaging process does not run transparently, which can interrupt production time.

In solving this issue, Tjetak combines sophisticated technology and expertise in packaging. For example, in the pricing process, there is a Tjetak Pricing Engine technology that can calculate prices up to 70% faster than conventional procedures.

In order to provide better transparency, clients can track the products on the Tjetak platform. They can monitor the stages of work in progress and get regular updates on the estimated production time.

Currently, Tjetak users come from various types of industries, such as packaging for FMCG toothpaste, F&B, e-commerce, logistics, pharmaceuticals with a business scale ranging from large to SMEs. The company offers four packaging categories, namely corrugated carton boxes, offset printing packaging, flexible packaging, and rigid boxes.

Angga said, furthermore, Tjetak plans to innovate in the category of sustainable packaging or environmentally friendly packaging. Thus, his clients can have a transition in that direction. “We also want to develop technology that can assist in structural and graphic design, therefore, it can meet various types of packaging desired by clients,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tjetak Peroleh Pendanaan Seri A, Perluas Layanan Pengemasan Produk

Startup pengembang kemasan produk Tjetak mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nominal dirahasiakan, dipimpin Vertex Ventures. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi wilayah, penguatan talenta, pengembangan fitur, serta peningkatan kapasitas lab dan fasilitas pengemasan.

“Peningkatan lab dan fasilitas pengemasan ini penting dilakukan untuk menunjang tingginya permintaan pasar dan melakukan inovasi untuk kemasan-kemasan yang kami produksi,” terang Co-Founder Tjetak Anggara Pranaspati dalam keterangan resmi, Selasa (25/8).

Angga menyebutkan, putaran pendanaan ini ditutup di saat yang tepat, terutama banyak kalangan masyarakat Indonesia yang mulai berbisnis dan perusahaanyang mengalami peningkatan penjualan berbasis online sejak pandemi. Hal ini mendorong dunia usaha untuk memiliki kemasan yang baik sebagai cara meningkatkan brand value di mata pelanggan.

Pernyataan ini didukung oleh data yang dia kutip dari Tokopedia, bahwa di platform marketplace tersebut jumlah penjual yang bergabung mengalami kenaikan hingga 250%.

“Oleh karena itu, Tjetak sebagai startup solusi packaging yang memiliki spesialisasi di bidang kemasan memiliki potensi besar untuk bertumbuh dan melayani lebih banyak perusahaan di Indonesia.”

Managing Partner of Vertex Ventures SEA Joo Hock Chua menambahkan, “Tjetak berada di posisi strategis untuk membantu para UMKM dan perusahaan besar memenuhi kebutuhan kemasan yang unik dan inovatif. Kami senang bisa menjadi investor dalam pendanaan Seri A dan mendukung pertumbuhan Tjetak sedari awal.”

Perkembangan bisnis Tjetak

Selain Anggara, Tjetak juga didirikan oleh dua co-founder lainnya yakni Raffisal Damanhuri dan Hasandi Patriawan pada 2018. Mereka melihat industri kemasan memiliki sejumlah isu, misalnya proses untuk mendapatkan harga butuh waktu yang lama dan spesifikasi yang rumit. Apabila proses desain kemasan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian materiil buat pebisnis, dan proses produksi kemasan tidak berjalan transparan, sehingga dapat mengganggu waktu produksi.

Dalam menyelesaikan isu tersebut, Tjetak mengombinasikan kecanggihan teknologi dan keahlian dalam kemasan. Misalnya, dalam proses permintaan harga, terdapat teknologi Tjetak Pricing Engine yang dapat mengalkulasi harga hingga 70% lebih cepat dibandingkan prosedur konvensional.

Untuk memberikan transparansi yang lebih baik, klien dapat melakukan tracking produk di platform Tjetak. Di sana mereka dapat mengetahui tahapan-tahapan pengerjaan yang sedang berlangsung dan mendapatkan pembaruan berkala mengenai estimasi waktu produksi.

Saat ini pengguna Tjetak datang dari beragam jenis industri, seperti di FMCG untuk kemasan produk pasta gigi, F&B, e-commerce, logistik, farmasi dengan skala bisnis mulai dari skala besar hingga UKM. Perusahaan menawarkan empat kategori pengemasan, yakni corrugated carton box/kardus, offset printing packaging, flexible packaging, dan rigid boxes.

Angga menuturkan, ke depannya Tjetak berencana untuk berinovasi di kategori sustainable packaging atau kemasan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, para kliennya dapat bertransisi ke arah sana. “Kami juga ingin mengembangkan teknologi yang bisa membantu desain struktur dan grafis, agar bisa memenuhi berbagai tipe kemasan yang diinginkan oleh klien,” tutupnya.

Wahyoo Announced 73 Billion Rupiah Worth of Series A Funding Led by Intudo Ventures

Today (05/8), Wahyoo announced series A funding worth of $5 million or equivalent to 73.2 billion Rupiah. This round was led by Intudo Ventures with the participation of Kinesys Group, Amatil X (Coca-Cola Amatil), Arkblu Capital, Indogen Capital, Selera Kapital, Gratyo Universal Indonesia, and Isenta Hioe.

It is said in an official statement, investment funds will be focused on accelerating market expansion and hiring new employees. Was founded in 2017, Wahyoo has reached 13,500 warung partners in the Jadetabek area. The platform highlights on digitizing services and improving business operations.

Specifically, Wahyoo helps conventional food stall owners (warung) through digital platforms to attract customers, improve marketing, implement loyalty programs, order and receive food ingredients, manage financial flows, and provide training (Wahyoo Academy). Warung partners can also earn additional income through advertising and brand partnerships with Wahyoo.

“With the fresh money, we plan to expand operations to other cities outside the Jabodetabek area; and add new employees, especially to our technology and product units. We will continue to add new features and services to meet the needs of warung owners, especially improve supply chain systems and financial products,” Wahyoo’s Founder & CEO Peter Shearer said.

“SME is one of the main engines of Indonesia’s economic growth and being transformed through new innovative businesses such as Wahyoo. With digitalization efforts and targeting segment warung owners, Wahyoo believes to create positive economic and social impacts for the Indonesian working class,” Intudo Ventures Founding Partner, Patrick Yip said.

Meanwhile, Coca-Cola Amatil Indonesia’s President Director Kadir Gunduz added, “Our partnership with Wahyoo will help SMEs overcome digital barriers and spur growth in Indonesia’s e-commerce industry. We are proud to partner with Wahyoo to help digitize the warung market.”

Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz
Wahyoo’s Founder & CEO, Peter Shearer with Coca Cola Amatil Indonesia’s President, Kadir Gunduz / Wahyoo

Previously, in mid-2019, Wahyoo had received seed funding with an undisclosed amount. Some of the investors involved included Agaeti Ventures, Chapter 1 Ventures, Kinesys Group, SMDV, East Ventures, and Rentracks.

The aggressive service adoption results in Wahyoo’s business growing fast. In early 2020, they are reportedly acquired Alamat.com, an online platform that provides solutions to help consumers find service stores and lifestyles. Two founders of Alamat.com are helping Peter in the company’s management, Daniel Cahyadi as COO and Michael Diharja as CTO.

Not long ago, Wahyoo also launched Langganan.co.id, an online platform to accommodate people in residential areas to shop groceries. Operating since June 2020, the platform has reached users in residential or apartment areas, such as Green Lake City, Alam Sutera, Cipondih, Taman Royal, Banjar Wijaya, Modernland, Gading Serpong, Karawaci, Metro Permata, Ciledug, Puri, and PIK.

Warung transformation is getting a lot of support

Recently, startups with the intention to democratize business stalls (with a variety of characteristics) continue to get huge support. As Wahyoo’s focused on warteg or food stalls, others also focused on grocery stalls (selling daily necessities). It also take similar transformation form, making it easier for traders to get stock, capital, to enable them to present financial products for their users.

Ula, for example. The startup debuted this year with $10 million funds from some investors. Its mission is to simplify the FMCG supply chain for small shops. There is also Payfazz focusing on providing financial services to the stall owners, allowing stalls to provide funds transfer transactions, withdrawal, loans, and even purchase digital products. There are also some other players.

Warung is a culture that is inseparable to Indonesian people, retail transactions spin fast every day and stalls become the economic component closest to the community with the widest distribution. This condition put stalls an ideal channel to perform various businesses – reaching all groups; in addition to providing added value to drive their businesses.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian