Cermati Bukukan Pendanaan Seri C Dipimpin MDI Ventures; Kini Jadi Perusahaan Holding

Startup agregator produk finansial Cermati mengumumkan perolehan pendanaan seri C dengan nilai dirahasiakan yang dipimpin oleh MDI Ventures, melalui Centauri Fund. Putaran ini juga diikuti oleh investor sebelumnya, yakni Djarum Group melalui Central Capital Ventura (CCV) yang memimpin putaran seri B pada 2018.

Disebutkan dana segar akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan teknologi, merekrut talenta baru, serta penambahan layanan baru dengan strategi embedded fintech. Bersama dengan MDI Ventures, CFG akan bersinergi dengan jaringan Telkom Group untuk mengembangkan produk-produk finansial.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (5/5), CEO MDI Ventures Donald Wihardja menyampaikan antusiasmenya terhadap sinergi antara Cermati dengan Telkom dalam mengembangkan produk yang dapat memberikan akses finansial kepada 150 juta pengguna jaringan telekomunikasi dan ratusan penggunaan fintech di seluruh jaringan Telkom. “Hal ini berpotensi memainkan peran penting dalam mempercepat inklusi keuangan Indonesia,” kata Donald.

Dalam kesempatan ini sekaligus memperkenalkan Cermati sebagai perusahaan holding bernama Cermati Fintech Group (CFG) yang membawahi sejumlah vertikal bisnis, yakni Cermati.com (agregator produk finansial), Cermati Protect (insurtech), dan Indodana (fintech lending). CFG memanfaatkan big data dan teknologi AI untuk melayani masyarakat Indonesia yang kurang terlayani dengan mengembangkan produk pembiayaan mikro dan asuransi.

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Co-Founder & CEO Cermati Andhy Koesnandar menjelaskan, CFG menjadi kendaraan perusahaan untuk mempercepat inklusi keuangan di Indonesia. Ia percaya dengan menggunakan teknologi dan bekerja sama dengan partner ekosistem besar, bisa menjangkau lebih banyak masyarakat underbanked berkenalan dengan produk keuangan yang sebelumnya belum tersentuh oleh lembaga perbankan dan asuransi.

“Sejak tahun 2018 kami sudah mulai untuk mengembangkan bisnis micro insurance dan micro finance untuk bisa menjangkau masyarakat Indonesia dengan lebih luas lagi,” ucapnya.

Produk flagship Cermati adalah agregator produk finansial yang sudah berjalan sejak 2015. Andhy menuturkan produk tersebut berhasil memperkaya pengalaman Cermati dalam mengembangkan produk digital onboarding untuk mitra perbankan, asuransi dan juga lembaga keuangan lainnya, melalui komponen API, Fraud Detection, Credit Scoring, dan e-KYC yang menjadi standar di perbankan. “Pengalaman tersebut memberikan modal buat kami untuk terus mengembangkan lini bisnis baru di CFG.”

Adapun sepanjang pandemi, meski tidak dirinci secara spesifik, Cermati menangkap antusiasme masyarakat terhadap layanan keuangan digital sepanjang pandemi turut meningkat karena banyak yang migrasi ke layanan digital untuk seluruh kegiatannya, termasuk untuk kebutuhan finansial mereka.

Adapun untuk insurtech Cermati Protect kini telah bekerja sama dengan lebih dari 30 mitra perusahaan asuransi. Produk asuransinya juga beragam, mulai dari asuransi kesehatan, kendaraan dan juga produk asuransi mikro yang didistribusikan lewat pemain e-commerce besar seperti Shopee, Bukalapak, Blibli, Tiket dan sebagainya.

“Khusus untuk produk mikro ini, kami bekerja sama dengan mitra kami untuk membangun produk yang sesuai dengan konteks transaksi dengan harga murah mulai dari Rp1.000 yang bisa membantu masyarakat untuk mendapat benefit dari asuransi dengan harga yang sangat terjangkau.”

Sementara, Indodana sudah mendistribusikan produk BNPL (Buy Now Pay Later) ke berbagai pemain e-commerce. Salah satunya melalui Djarum Group, yakni Tiket.com dan Blibli. Indodana lebih fokus pada menyasar konsumen yang belum memiliki akses kartu kredit. Baik Cermati Protect dan Indodana telah terdaftar dan mendapat izin lisensi dari OJK.

Application Information Will Show Up Here

Halodoc Closes Series C Funding Round Worth 1.1 Trillion Rupiah

On its 5th anniversary (21/4), Halodoc announced the closing of $80 million (around 1.1 trillion Rupiah) series C funding round led by Astra International, with participation of Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, and Bangkok Bank. There are some previous investors involved, including UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, and others.

In the official release, this funding is said to be allocated to expand Halodoc’s penetration in various major health verticals as well as improve user experience through technology. Previously, Halodoc’s Co-Founder & CEO, Jonathan Sudharta had expressed his ambition for regional expansion, bringing practice from Indonesia to the targeted countries.

Djony Bunarto Tjondro as President Director of Astra said, “Astra’s participation in the Halodoc fundraising shows our confidence in Halodoc’s vision and commitment in overcoming challenges related to access to health services in Indonesia. The pandemic that has occurred to date is very challenging for the national health service system and we believe the investment made by Astra can support Halodoc to continue to provide innovative solutions that can benefit the lives of millions of Indonesians. ”

It’s all begin with a dream to simplify access to health for people, Halodoc has now developed into a healthtech platform that offers a variety of health services. In the five years of its journey, Halodoc has collaborated with various parties, one of which is Gojek, who was also their seed investor.

In addition, the company will continue the innovation to develop a B2B business model by partnering with insurance providers in 2018. Currently, there are more than 1000 corporate partners who have taken advantage of digital health services from Halodoc.

During the pandemic, the company experienced a significant growth of up to 16 times in terms of transactions as well as a 25 times user growth at 20 million active users per month in the same time period. The Halodoc Ecosystem is now supported by more than 20,000 licensed doctor partners, 2000 hospitals/clinics/labs, and 4000 registered pharmacies across hundreds of cities in Indonesia.

The Halodoc application has been equipped with three main features, a Health Store to make it easier for customers to buy medicines with doctor’s prescriptions quickly, safely & conveniently; Doctor Chat which allows patients to interact with more than 20,000 experienced and trusted doctors via chat, video call, or voice call; and Make Hospital Appointment which allows users to make appointments with doctors in 1000 partner hospitals.

Technology reform in the health sector

In 2021, the main focus of health industry players is to jointly succeed the national vaccination program and Halodoc becomes the first official partner of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia by presenting the Covid-19 Vaccination Service Post which is a form of contribution of the nation’s children to the national vaccination acceleration program. In just one month, Halodoc has succeeded in presenting a drive-thru Covid-19 vaccination service post in seven locations in Indonesia, which cumulatively have successfully vaccinated nearly 80,000 Indonesians.

In this virtual event, participating also the Minister of Health of the Republic of Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. He briefly expressed the government’s agenda related to technological reform in the health sector which would focus on Primary Care, Secondary Care (RS), Emergency Response, Funding, Culture and Human Resources, as well as IT and health data systems.

“Halodoc believes that digital is not the only way to revolutionize the health sector in Indonesia. Our strength is to combine technology with offline services also to improve the user experience and convenience. For us, innovation is not only about launching sophisticated solutions, Halodoc’s main goal is to solve health challenges in Indonesia, one of which is through technology, not only to expand access to health for more people, but also to provide a seamless and hassle-free user experience,” Jonathan added.

TMI’s CEO, Andi Kristianto also stated, “Halodoc and Telkomsel have recently developed and launched a variety of services built from telecommunication solutions that capable to provide powerful health experiences for patients in all around Indonesia. Currently, we are continuing this collaboration by making strategic investments that can create the most comprehensive end-to-end solutions that can transform the health sector.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Halodoc Umumkan Penutupan Putaran Pendanaan Seri C Senilai 1,1 Triliun Rupiah

Di hari jadinya yang ke-5 (21/4), Halodoc mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri C sebesar $80 juta (sekitar 1,1 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh konglomerat Astra International, diikuti oleh Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, serta Bangkok Bank. Turut berpartisipasi beberapa investor terdahulu seperti UOB Venture Management, Singtel Innov8, Blibli Group, Allianz X, Openspace Ventures, dan lainnya.

Dalam rilis resminya disebutkan bahwa pendanaan ini akan dialokasikan untuk memperluas penetrasi Halodoc di berbagai vertikal kesehatan utama serta meningkatkan pengalaman pengguna melalui teknologi. Sebelumnya, Co-Founder & CEO Halodoc Jonathan Sudharta sempat menyampaikan ambisinya untuk ekspansi regional, membawa hasil pembelajaran dari Indonesia untuk negara yang disasar.

Djony Bunarto Tjondro selaku Presiden Direktur Astra mengatakan, “Partisipasi Astra dalam fundraising Halodoc menunjukkan kepercayaan kami pada visi dan komitmen Halodoc dalam mengatasi tantangan sehubungan dengan akses layanan kesehatan di Indonesia. Pandemi yang terjadi hingga saat ini sangat menjadi tantangan bagi sistem layanan kesehatan nasional dan kami percaya investasi yang dilakukan oleh Astra dapat mendukung Halodoc untuk terus memberikan solusi inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan jutaan masyarakat Indonesia.”

Berawal dari mimpi untuk menyederhanakan akses kesehatan bagi masyarakat, Halodoc kini telah berkembang menjadi sebuah platform healthtech yang menawarkan layanan kesehatan yang bervariasi. Dalam lima tahun perjalanannya, Halodoc telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak salah satunya dengan Gojek yang juga merupakan investor awal mereka.

Selain itu, perusahaan juga terus berinovasi untuk mengembangkan bisnis model B2B dengan menggandeng provider asuransi di 2018. Kini, tercatat lebih dari 1000 mitra korporasi yang telah memanfaatkan layanan kesehatan digital dari Halodoc.

Selama pandemi, perusahaan mencatat pertumbuhan signifikan hingga 16 kali lipat dari sisi transaksi serta pertumbuhan pengguna aktif mencapai 25 kali lipat sebanyak 20 juta per bulan dalam periode waktu yang sama. Ekosistem Halodoc kini telah didukung lebih dari 20.000 mitra dokter berlisensi, 2000 RS/klinik/lab, serta 4000 apotek terdaftar yang tersebar di ratusan kota di Indonesia.

Aplikasi Halodoc sendiri telah dilengkapi dengan tiga fitur utama, yaitu Toko Kesehatan untuk memudahkan pelanggan membeli obat-obatan dengan resep dokter secara cepat, aman & nyaman; Chat Dokter yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan lebih dari 20.000 dokter berpengalaman dan terpercaya melalui chat, video call, atau voice call; dan Buat Janji Rumah Sakit (Appointment) yang memungkinkan pengguna untuk membuat janji temu dengan dokter di 1000 rumah sakit rekanan.

Reformasi teknologi di sektor kesehatan

Pada 2021, fokus utama pelaku industri kesehatan adalah bersama-sama menyukseskan program vaksinasi nasional dan Halodoc menjadi mitra resmi pertama dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan menghadirkan Pos Pelayanan Vaksinasi Covid-19 yang merupakan bentuk kontribusi karya anak bangsa pada program percepatan vaksinasi nasional. Hanya dalam satu bulan, Halodoc telah berhasil menghadirkan pos pelayanan vaksinasi Covid-19 secara drive thru di tujuh lokasi di Indonesia yang secara kumulatif telah berhasil memvaksinasi hampir 80.000 masyarakat Indonesia.

Dalam acara yang diadakan secara virtual ini, turut hadir Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin. Ia sempat menyampaikan agenda pemerintah terkait reformasi teknologi di bidang kesehatan yang akan berfokus pada Primary Care, Secondary Care (RS), Emergency Response, Pembiayaan (Funding), Budaya dan SDM, serta IT dan sistem data kesehatan.

“Halodoc percaya bahwa digital bukan satu-satunya cara untuk merevolusi sektor kesehatan di Indonesia. Kekuatan kami adalah menggabungkan teknologi dengan layanan-layanan offline sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan kenyamanan pengguna. Bagi kami, inovasi bukan hanya sekadar meluncurkan aplikasi canggih, tujuan utama Halodoc adalah untuk menyelesaikan tantangan kesehatan di Indonesia salah satunya melalui teknologi agar tidak hanya memperluas akses kesehatan untuk lebih banyak orang, tetapi juga untuk memberikan pengalaman pengguna yang seamless dan tanpa ribet,” ungkap Jonathan.

CEO TMI Andi Kristianto turut menyampaikan, “Halodoc dan Telkomsel baru-baru ini mengembangkan dan meluncurkan berbagai layanan yang dibangun dari solusi telekomunikasi yang mampu memberikan pengalaman kesehatan yang mumpuni bagi pasien di seluruh pelosok Indonesia. Kini, kami melanjutkan kolaborasi tersebut dengan melakukan investasi strategis yang dapat menciptakan solusi end-to-end terlengkap yang dapat mentransformasi sektor kesehatan.”

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Receives 800+ Billion Rupiah Funding, Led by Tiger Global Management

Ruangguru edtech startup announced $55 million (over 800 billion Rupiah) funding led by Tiger Global Management. This is a follow on round of the series C announced in 2019, led by General Atlantic and GGV Capital.

GGV Capital also topped up in this latest round, followed by the ranks of Ruangguru’s early investors, East Ventures, Venturra Capital, UOB Venture Management, and others. The additional fresh funding is said to accelerate Ruangguru’s business expansion in three countries (Indonesia, Vietnam and Thailand) in the K-12 segment (SD, SMP, and SMA) and non-formal education.

In an official statement, Tiger Global Management’s Partner, Evan Feinberg said, as the leading edtech player in Southeast Asia, Ruangguru is ready to further transform and enhance the landscape for K-12 and adult learning. “We are very pleased to be partnering with them as they continue to innovate solutions for this market and advance high quality education for students of all ages,” he said, Monday (19/4).

GGV Capital’s Managing Partner, Jixun Foo added, “Our continued investment in Ruangguru proves our confidence in their commitment to advancing quality education for all [..] We will continue to support companies with a long-term impact on our future through educational technology.”

Edtech is GGV’s premier global investment thesis with portfolio companies such as Zuoyebang, Vedantu, HuoHua, and LiuLiShuo (NYSE: LAIX).

Ruangguru’s Co-Founder and CEO, Belva Devara expressed his high enthusiasm for the entrance of Tiger Global and with the sustainable support from GGV Capital. “We share the same vision of the world with access to quality education for all. Ruangguru has continued to have a strong growth trajectory in the past year and this investment will help us grow our business further and make a significant impact on education, through technology,” Belva said.

Product development at Ruangguru

In addition, with the accelerating adoption of online learning due to the global Covid-19 pandemic, Ruangguru has driven significant user volume growth throughout 2020. It is claimed that Ruangguru has served more than 22 million users throughout the country and achieved the highest Net Promoter Score (NPS) across all product categories and doubled the revenue growth, marking its first year of profitability.

The company arrived in Thailand with StartDee brand in 2020, and under the KienGuru brand the previous year in Vietnam. In Indonesia, it is said that Ruangguru is able to maintain a leadership position (based on user base) in the Live Tutoring segment through the Brain Academy and RuangBelajar+.

Furthermore, they released another product vertical, Roboguru, an AI-supported homework breaker with Photo Search and User Generated Content (UGC) technology to facilitate students in understanding difficult exercises. Also, launching the English Academy, an affordable online live teaching class with a Cambridge curriculum to cater the K-12 students and adults.

“The Skill Academy has served more than 3 million users, Ruangguru’s lifelong learning product is only 1 year after its launch. Skill Academy has positioned itself as a market leader in its category and winning Google Play Best of 2020 for Personal Growth,” Belva added.

In order to deepen market penetration throughout the pandemic, Ruangguru launched several social initiatives to have an impact on education. Among them are Ruangguru Free Online School to ensure learning sustainability, there are more than 10 million students in Indonesia accessing the service.

Also, in order to support distance learning during the lockdown, Ruangguru provides free access to Ruangkelas, the Learning Management System (LMS) platform that has been used by thousands of schools in 480 districts in Indonesia. Teachers are given free access to an online library of more than 250 teaching modules. There are more than 200 thousand teachers accessing the online library.

Ruangguru’s Co-founder & Chief Product and Partnership Officer, Iman Usman, added, “Ruangguru now has strong investors with expertise in the education industry. We plan to leverage their expertise and network to further enhance our products and our team. Therefore, it can help us in offering world-class educational products. We will continue to fulfill our mission to provide quality education for millions of students in Southeast Asia.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Terima Pendanaan Lebih dari 800 Miliar Rupiah, Dipimpin Tiger Global Management

Startup edtech Ruangguru mengumumkan perolehan pendanaan senilai $55 juta (lebih dari 800 miliar Rupiah) yang dipimpin Tiger Global Management. Putaran ini adalah lanjutan dari seri C yang diumumkan pada 2019 lalu, dipimpin oleh General Atlantic dan GGV Capital.

GGV Capital turut top up dalam putaran terbaru ini, diikuti jajaran investor awal Ruangguru yakni East Ventures, Venturra Capital, UOB Venture Mangement, dan lainnya. Tambahan dana segar rencananya akan dimanfaatkan untuk mempercepat ekspansi bisnis Ruangguru di tiga negara (Indonesia, Vietnam, dan Thailand) di segmen K-12 (SD, SMP, dan SMA) dan pendidikan nonformal.

Dalam keterangan resmi, Partner Tiger Global Management Evan Feinberg menyampaikan, sebagai pemain edtech terdepan di Asia Tenggara, Ruangguru siap untuk lebih jauh mengubah dan meningkatkan lanskap untuk K-12 dan pembelajaran orang dewasa. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan mereka karena mereka terus berinovasi solusi untuk pasar ini dan memajukan pendidikan berkualitas tinggi untuk pelajar dari segala usia,” tuturnya, Senin (19/4).

Managing Partner GGV Capital Jixun Foo menambahkan, “Investasi berkelanjutan kami di Ruangguru adalah bukti kepercayaan kami atas komitmen mereka untuk memajukan pendidikan berkualitas bagi semua [..] Kami akan terus mendukung perusahaan yang membawa dampak jangka panjang bagi masa depan kami melalui teknologi pendidikan.”

Edtech adalah tesis investasi global utama untuk GGV dengan perusahaan portofolio seperti Zuoyebang, Vedantu, HuoHua, dan LiuLiShuo (NYSE: LAIX).

Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara menyampaikan antusiasmenya yang tinggi dengan kehadiran Tiger Global dan mendapat dukungan keberlanjutan dari GGV Capital. “Kami berbagi visi yang sama tentang dunia dengan akses ke pendidikan berkualitas untuk semua. Ruangguru terus mengalami lintasan pertumbuhan yang kuat di tahun lalu dan investasi ini akan membantu kami mengembangkan bisnis lebih jauh dan memberikan dampak yang berarti dalam pendidikan, melalui teknologi,” kata Belva.

Pengembangan produk Ruangguru

Disampaikan lebih jauh, dengan dengan peningkatan adopsi pembelajaran online yang dipercepat oleh pandemi Covid-19 global, Ruangguru telah mendorong pertumbuhan volume pengguna yang signifikan sepanjang tahun 2020. Diklaim Ruangguru telah melayani lebih dari 22 juta pengguna di seluruh negara dan mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produk dan pertumbuhan pendapatan berlipat ganda, menandai tahun pertamanya di titik profitabilitas.

Perusahaan masuk ke Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya. Di Indonesia, diklaim Ruangguru mampu mempertahankan posisi kepemimpinan (berdasarkan jumlah pelanggan) di segmen Live Tutoring melalui produk Brain Academy dan RuangBelajar+.

Kemudian, pada tahun ini merilis vertikal produk lainnya, yakni Roboguru, pemecah pekerjaan rumah yang didukung AI dengan Penelusuran Foto dan teknologi User Generated Content (UGC) untuk memfasilitasi siswa dalam memahami latihan yang sulit. Serta, meluncurkan English Academy, kelas pengajaran langsung online yang terjangkau dengan kurikulum Cambridge untuk melayani siswa K-12 dan orang dewasa.

“Skill Academy telah melayani lebih dari 3 juta pengguna, produk pembelajaran seumur hidup Ruangguru hanya 1 tahun setelah diluncurkan. Skill Academy memantapkan dirinya sebagai pemimpin pasar dalam kategorinya dan memenangkan Google Play Best of 2020 for Personal Growth,” tambah Belva.

Untuk memperdalam penetrasi pasar sepanjang pandemi, Ruangguru memprakarsai beberapa inisiatif sosial untuk membawa dampak dalam pendidikan. Di antaranya meluncurkan Ruangguru Free Online School untuk memastikan pembelajaran tidak berhenti, ada lebih dari 10 juta siswa di Indonesia mengakses layanan tersebut.

Kemudian, dalam rangka mendukung pembelajaran jarak jauh selama lockdown, Ruangguru memberikan akses gratis Ruangkelas, platform Learning Management System (LMS) yang telah digunakan oleh ribuan sekolah di 480 kabupaten di Indonesia. Guru diberi akses gratis ke perpustakaan online yang terdiri dari lebih dari 250 modul pengajaran. Ada lebih dari 200 ribu guru mengakses perpustakaan online.

Co-founder & Chief Product and Partnership Officer Ruangguru Iman Usman, menambahkan, “Ruangguru sekarang memiliki investor yang kuat dengan keahlian industri pendidikan. Kami berencana memanfaatkan keahlian dan jaringan mereka untuk lebih meningkatkan produk dan tim kami. Sehingga dapat membantu kami dalam menawarkan produk pendidikan kelas dunia. Kami akan terus memenuhi misi kami untuk memungkinkan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas bagi jutaan pelajar di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Glints Future Plan in Indonesia after Series C Funding

After securing $22.5 million series C funding or equivalent to 327 billion Rupiah led by PERSOL Holdings, the technology-based recruiting platform Glints plans to focus on accelerating their business in Indonesia.

As a country with the largest population in Southeast Asia, Indonesia is considered capable of producing young workforce. Moreover, with a median age of 29 years, it indicates a young workforce that is ready and adaptive for the future. Coupled with an increasingly skilled talent pool, Indonesia is able to stand out from other economies.

“In the near future, we will expand our geographic reach to other cities including Surabaya and Bandung. In parallel, we will also invest in Expert Class Glints product, to enable our talent community to engage with experts from various fields and help professionals improve their expertise,” Glints’ Co-founder & CEO, Oswald Yeo said.

Apart from Indonesia, Glints is to focus on empowering the career development of 120 million professionals in Southeast Asia and to solve the regional talent crisis, by building more teams, features and solutions in the Glints Talent Ecosystem. They also plans to deepen the company’s footprint in Singapore, Vietnam and Taiwan.

The Series C round includes participation from investors such as Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital, Mindworks Ventures, Wavemaker Partners, as well as angel investors including Binny Bansal (co-founder of Flipkart), and Xiaoyin Zhang (Ex-Goldman Sachs TMT China Head & Partner who brought Tencent, Baidu, and Alibaba go-public).

“With PERSOL Group’s commercial distribution and experience in Asia and the Glints talent platform with their leading technology, we will empower Southeast Asian professionals and help solve the talent crisis in Southeast Asia,” PERSOL Asia Pacific’s CEO, Takayuki Yamazaki said.

Pandemic and business growth

During the pandemic the company observed an immediate decline in local hiring business activity as companies suspended their recruiting activities. On the other side, the pandemic has helped to accelerate the future of employment, including the trend of remote working and is driving major changes in recruitment as companies become more accustomed to working with distributed teams.

“In addition, many Singaporean and regional companies are now more comfortable recruiting Indonesian talent. This has allowed Glints to maintain strong revenue growth despite the pandemic.”

By 2020, Glints managed to double its annual revenue. With the pandemic accelerating the future of employment and the future of hiring, it is considered as an opportunity to sustain a trend in annual income that has grown triple digit percentage every year for the past 3 years.

“The pandemic has accelerated the future of jobs and caused major changes in the labor market,” Oswald said.

Officially launched in Indonesia in early 2016, Glints currently has around 7000 active job lists per month and 4 million professionals who have visited the platform every month. On average, Glints recorded that their clients are capable to perform the successful recruitment process and faster in 28 days, compared to the industry standard of 40-50 days with recruitment fees up to 40% -100% cheaper by utilizing their platform.

In Indonesia, there are many job marketplace platforms that offer recruitment services with different added values. For example, Kalibrr as a recruiting company from the Philippines is available in Indonesia since 2016. They combine an AI-based recruitment platform and employer branding services to help companies demonstrate their values, attract the right candidates, and realize a seamless process.

As local players there are also several platforms that provide similar service such as Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, and several others. During the pandemic, they were also quite active in helping companies to digitize HR systems. For example, Urbanhire positioned itself not only as a job opening portal, but HR technology and talent solutions, thanks to their strategic partnership with Mercer.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Rencana Glints di Indonesia Usai Peroleh Pendanaan Seri C

Setelah mengantongi pendanaan seri C senilai $22,5 juta atau setara 327 miliar Rupiah yang dipimpin oleh PERSOL Holdings, platform perekrutan berbasis teknologi Glints berencana untuk fokus mengakselerasi bisnis mereka di Indonesia.

Sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dinilai mampu menciptakan tenaga kerja muda. Terlebih, dengan median usia 29 tahun, menunjukkan angkatan kerja muda yang siap dan adaptif untuk masa depan. Ditambah dengan kumpulan bakat yang semakin terampil, Indonesia mampu tampil beda dari negara ekonomi lainnya.

“Dalam waktu dekat, kami akan memperluas jangkauan geografis kami ke kota-kota lain termasuk Surabaya dan Bandung. Secara paralel, kami juga akan berinvestasi pada produk Expert Class Glints, untuk memungkinkan komunitas talenta kami terlibat dengan pakar dari berbagai bidang dan membantu para profesional meningkatkan keahlian mereka,” kata Co-founder & CEO of Glints Oswald Yeo.

Selain fokus kepada Indonesia, Glints juga ingin memberdayakan pengembangan karier 120 juta profesional di Asia Tenggara dan untuk memecahkan krisis bakat regional, dengan membangun lebih banyak tim, fitur, dan solusi di Glints Talent Ecosystem. Mereka juga memiliki rencana untuk memperdalam jejak perusahaan di Singapura, Vietnam, dan Taiwan.

Putaran seri C mencakup partisipasi dari investor seperti Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital, Mindworks Ventures, Wavemaker Partners, serta angel investor meliputi Binny Bansal (co- pendiri Flipkart), dan Xiaoyin Zhang (Ex-Goldman Sachs TMT China Head & Partner yang membawa Tencent, Baidu, dan Alibaba go-publik).

“Dengan distribusi komersial dan pengalaman PERSOL Group di Asia dan  platform talenta Glints dengan teknologi terkemuka mereka, kami akan memberdayakan para profesional di Asia Tenggara dan membantu menyelesaikannya krisis bakat di Asia Tenggara,” kata CEO PERSOL Asia Pacific Takayuki Yamazaki.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Selama pandemi perusahaan mencatat terdapat penurunan langsung dalam aktivitas bisnis perekrutan lokal karena perusahaan membekukan/menunda sementara kegiatan perekrutan mereka. Namun di sisi lain, pandemi juga membantu mempercepat masa depan pekerjaan, termasuk tren remote working dan mendorong perubahan besar dalam rekrutmen karena perusahaan semakin terbiasa bekerja dengan tim yang terdistribusi.

“Selain itu banyak perusahaan Singapura dan regional kini lebih nyaman merekrut talenta Indonesia. Hal ini memungkinkan Glints untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang kuat meskipun pandemi.”

Pada tahun 2020, Glints berhasil menggandakan pendapatan tahunan. Dengan pandemi yang mempercepat masa depan pekerjaan dan masa depan perekrutan, hal tersebut dilihat sebagai peluang untuk mempertahankan tren pendapatan tahunan yang tumbuh pada persentase tiga digit setiap tahun selama 3 tahun terakhir.

“Pandemi telah mempercepat masa depan pekerjaan dan menyebabkan perubahan besar di pasar tenaga kerja,” kata Oswald.

Resmi meluncur di Indonesia awal tahun 2016 lalu, Glints saat ini telah memiliki sekitar 7000 daftar pekerjaan aktif per bulan dan 4 juta profesional yang telah mengunjungi platform setiap bulannya. Glints mencatat rata-rata klien mereka mampu melakukan proses perekrutan secara sukses dan lebih cepat dalam waktu 28 hari, dibandingkan dengan standar industri yaitu 40-50 hari dengan biaya rekrutmen hingga 40%-100% lebih murah dengan memanfaatkan platform mereka.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform job marketplace yang menawarkan layanan perekrutan dengan value added yang berbeda. Misalnya Kalibrr, sebagai perusahaan perekrutan asal Filipina yang sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2016. Mereka menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya. Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya yang dilakukan Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Umumkan Pendanaan Seri C+ dari MDI Ventures dan Sejumlah Investor

Alodokter mengumumkan telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor, di antaranya MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, dan Hera Capital. Tidak disebutkan detail nominal yang didapat. Ini merupakan perpanjangan dari putaran seri C yang telah diumumkan sejak Oktober 2019 (atau disebut seri C+). Kala itu, startup healthtech yang didirikan Nathanael Faibis dan Suci Arumsari tersebut berhasil bukukan dana $33 juta atau sekitar Rp468 miliar.

Platform Alodokter terdiri dari beberapa fitur. Mulai dari info dan forum tanya-jawab kesehatan, kanal pencarian dokter, chat dokter, asuransi kesehatan, dan layanan pembelian obat. Untuk asuransi, mereka bekerja sama dengan Sequis yang juga turut andil dalam investasi ini; sedangkan untuk fitur pembelian obat bekerja sama dengan Apotek Century dan Apotek Generik. Berbagai fitur tersebut bisa diakses lewat aplikasi mobile dan/atau situs web.

Dari rilis yang kami terima, perusahaan mengklaim telah menghubungkan lebih dari 30 dokter dan 1500 rumah sakit/klinik kesehatan di Indonesia. Sementara untuk aplikasi konsumer sudah diunduh lebih dari 5 juta pengguna. Ditinjau dari statistik penggunaan layanan, salah satunya Similarweb, Alodokter memang cenderung lebih unggul dibanding dengan beberapa pemain lainnya untuk akses ke situs maupun aplikasi.

Rivalnya, yakni Halodoc punya strategi lain, yaitu dengan integrasi. Salah satunya bekerja sama dengan Gojek untuk hadirkan layanan GoMed di aplikasi ride-hailing tersebut. Selain menyasar konsumer, Halodoc juga melayani konsumen bisnis. Kemudian, selain itu masih ada beberapa layanan lain yang terus kebut bisnis di tengah “momentum” pandemi, salah satunya Medigo.

Masuknya MDI ke jajaran shareholder akan membuka peluang kerja sama antara Alodokter dengan perusahaan di lingkup BUMN. Hal ini ditegaskan oleh CEO MDI Ventures Donald Widjaja, “Sebagai bagian dari CVC Telkom Group, MDI selalu melihat peran kami sebagai jembatan untuk membawa inovasi dari startup untuk bermitra dan tumbuh bersama Telkom.”

Di wawancara sebelumnya dengan Donald juga disampaikan, sampai saat ini MDI berhasil bukukan dana kelolaan hingga $790 juta (setara 11,6 triliun Rupiah) — menjadi dana kelolaan CVC terbesar, tak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. Salah satu implikasinya, MDI mengemban tugas untuk membawa kemitraan inovatif dari startup ke perusahaan BUMN lainnya.

“Pendanaan ini menyatukan misi layanan publik Telkom untuk masyarakat Indonesia dan pendekatan bisnis Alodokter untuk mendukung perawatan kesehatan umum. Dana akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan kami memenuhi harapan pengguna Indonesia dan meningkatkan platform kesehatan digital kami agar lebih kuat, mudah diakses, dan terjangkau,” ujar Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari.

Meninjau dari berbagai hasil riset, healthtech memang jadi salah satu model bisnis yang saat ini diperhatikan investor. Pandemi memberikan pertumbuhan eksponensial bagi layanan tersebut, tidak hanya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara — salah satunya divalidasi laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company dalam e-Conomy SEA 2020.

Healthtech in SEA

Beberapa layanan kesehatan digital telah tervalidasi, baik yang menyasar konsumer maupun bisnis. Di antaranya konsultasi daring (telemedicine), sistem informasi kesehatan, lokapasar kesehatan dan kebugaran, layanan pemasanan obat (e-pharmacy), hingga sistem pemesanan jadwal temu dokter.

Application Information Will Show Up Here

Investree Bukukan Dana 213 Miliar Rupiah dari Accial Capital, Pembuka Putaran Seri C2

Startup p2p lending Investree mengumumkan perolehan “debt funding” sebesar $15 juta (lebih dari Rp213 miliar) dari debt investor Accial Capital. Dikonfirmasi langsung kepada DailySocial, ini adalah bagian dari putaran seri C2 yang masih berlangsung.

Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menerangkan, pendanaan seri C2 diharapkan selesai pada kuartal pertama tahun depan. Dalam putaran ini, Investree menargetkan dapat mengantongi dana yang terdiri dari debt dan ekuitas.

“Kita kejar debt funding dulu sampai akhir tahun ini. Ada satu lagi yang sebentar lagi closed. [Putaran Seri C2] mungkin selesai Q1 2021,” terangnya, Jumat (13/11).

Sebelumnya, Seri C1 sudah diumumkan pada April 2020 dengan total perolehan $23,5 juta yang dipimpin oleh MUIP (anak usaha ventura dari Mitsubishi UFJ Financial Group) dan BRI Ventures. Investor lainnya yang berpartisipasi ada SBI Holdings dan 9F Fintech Holdings Group.

Adrian melanjutkan, hubungan perusahaan bersama Accial Capital sebenarnya dimulai sejak 2017 sebagai channeling. Kini, semakin diperkuat dengan pendanaan debt. Accial juga bergabung menjadi salah satu lender institusi di Investree. Selain Investree, Accial juga memberikan pendanaan debt kepada AwanTunai yang diumumkan pada Juli 2020.

“Awal kita start channeling [dengan Accial], sekarang diperdalam dengan debt funding karena selain Indonesia ada rencana untuk ke Filipina dan Thailand. Jadi funding ini untuk Investree Group, tidak hanya Investree Indonesia.”

Dalam keterangan resmi, dipaparkan Accial Capital pada 2017 bermitra untuk mendanai sub-segmen portofolio pinjaman UKM. Fasilitas kredit yang diberikan Accial Capital ini akan memberikan pembiayaan kepada lebih banyak UKM Indonesia melalui beragam portofolio pinjaman Investree, termasuk invoice financing, buyer financing, working capital term loan, dan online seller financing.

CIO Accial Capital Michael Shum menerangkan, Investree adalah investasi pertama perusahaan di Indonesia dan pihaknya terkesan dengan perkembangan dan kemajuan yang telah mereka buat sejak pertama kali di 2017.

“Sebagai pelopor dalam pembiayaan pinjaman dengan jaminan aset untuk perusahaan fintech lending di pasar-pasar berkembang, Accial Capital yang berasal dari Amerika Serikat menjadi pemberi pinjaman institusi asing pertama Investree 3 tahun lalu dan menegaskan kembali komitmennya terhadap pasar UKM di Indonesia.

Investree fokus pada pembiayaan rantai pasokan (supply chain financing) dan mulai mengubah konsepnya menjadi solusi digital bagi UKM tepat memasuki usianya yang kelima. Perusahaan mulai masuk ke ekosistem rekanan yang memiliki bidang usaha unik yang mampu membuka peluang lebih besar untu menyentuh lebih banyak target.

Salah satunya adalah perempuan yang memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan keluarga. Di sini, Investree menggandeng Gramindo Berkah Madani sebuah koperasi jasa unit simpan pinjam yang fokus pada pembiayaan super mikro.

Hingga September 2020, perusahaan telah memfasilitas pinjaman sebesar Rp7 triliun kepada 1.429 peminjam dan mencatat sekitar 120 pemberi pinjaman di platformnya.

Application Information Will Show Up Here

MDI Ventures Plants Another Seed for “E-commerce Enabler” Anchanto

MDI Ventures is involved in another investment for the e-commerce enabler Anchanto worth of USD12 million or equivalent with 178 billion Rupiah. Previously, the Telkom CVC had announced the lead and opening of series C funding for the Singapore based startup in mid-2018, pouring USD4 million in total.

The fresh money is actually still at the same stage, apart from MDI, Asendia also involved in this round. Asendia’s CEO, Marc Pontet and MDI Ventures’ CEO, Donald Wihardja will join Anchanto’s management.

To date, Anchanto has managed to raise SGD16.6 million or equivalent to 180 billion Rupiah in its series C; while the funding round is still rolling. Previously, Transcosmos Japan and Luxasia had also poured investment for Anchanto.

The additional capital raised will be used to strengthen R&D, also to launch new products and building data platforms. Expansion into new markets is also listed on the agenda.

In general note, Anchanto provides SaaS-based products to facilitate businesses in managing e-commerce operations. It includes warehouse and inventory management systems. The company currently operates in Singapore, India, Malaysia, the Philippines, Australia, South Korea, and Indonesia.

Based on internal data, the company has supported around 12 thousand businesses until the end of 2019, processing GMV of up to USD2.71 billion.

In Indonesia, there are some similar services developed by startups and regions. Some of those are Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, Perpule, IDMarco, and others.

Already gain profit

Vaibhav Dabhade selaku CEO dan Founder Anchanto / Anchanto
Anchanto’s CEO and Founder Vaibhav Dabhade / Anchanto

Anchanto’s Founder & CEO, Vaibhav Dabhade said that his company has now reached a profit point. This revenue was recorded from subscription services and gross margins that were considered high. The company is said to run quite efficiently because it does not buy inventory or operate a store/warehouse.

“Gaining profitability in the current difficult times is an extraordinary performance. I feel this is a significant achievement because we have managed to gather in the midst of the Covid-19 crisis. We are an efficient company,” he said.

Aside from that, Asendia’s involvement as a “cross-border” logistics company for e-commerce in Europe is also expected to be the opening door for Anchanto’s expansion into the European market.

“We are happy that Asendia can invest in Anchanto’s vision. Asendia’s services in Singapore have used Anchanto’s Wareo and SelluSeller platforms [..] We also see Asendia’s investment as our gateway to the European market,” Vaibhav said.

The cooperation model to be promoted is quite similar to its core commitment to MDI. Earlier, it is said that there was a possibility that the Anchanto service would be further integrated with DELON (Online Logistics Depo), a logistics fulfillment service offered by Telkom and POS Indonesia. In fact, DELON does run on Anchanto’s warehouse management platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian