IGTV Kini Mendukung Video Berformat Landscape

Saat IGTV diluncurkan tahun lalu, salah satu hal yang paling dibanggakan Instagram adalah sifat eksklusif platform tersebut untuk para pengguna smartphone. Hal itu ditunjukkan lewat format video vertikal alias portrait yang didukung IGTV, dan Instagram yakin betul ini merupakan cara paling alami mengonsumsi konten di smartphone.

Namun pada prakteknya, masih banyak kreator yang kurang sreg dengan format vertikal dan memilih mengunggah kontennya ke IGTV dalam format landscape. Alhasil, pengalaman yang didapat para penonton jadi kurang maksimal akibat garis hitam besar di bagian atas dan bawah video.

Beruntung ke depannya tidak harus seperti itu, sebab Instagram baru saja mengumumkan bahwa IGTV kini telah mendukung format landscape. Keputusan ini didasari oleh perbincangan mereka dengan para penonton maupun kreator yang ingin lebih bebas dalam berekspresi.

Instagram pun menyamakan perubahan keputusan ini seperti ketika mereka menghadirkan dukungan format selain square pada platform-nya di tahun 2015. Idealisme itu boleh, tapi ketika praktek di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda, beradaptasi merupakan langkah yang lebih bijak.

Kira-kira seperti itu visi yang dipegang teguh oleh Instagram. Mereka bilang bahwa ini baru permulaan, dan mereka berkomitmen untuk terus berevolusi demi pertumbuhan IGTV sekaligus membuka peluang buat para kreator untuk memperoleh penghasilan lewat platform ini.

Sumber: Instagram.

Sistem Ranking Video Facebook Bakal Lebih Prioritaskan Konten yang Bersifat Orisinal

Sebagai sebuah platform video, Facebook memang belum sebesar YouTube, tapi itu tidak mencegah sejumlah kreator mendedikasikan seluruh karyanya buat para pengguna Facebook. Sebaliknya, Facebook juga ingin lebih memanjakan para kreator yang sudah memilih platform-nya dalam berkarya.

Mereka baru saja mengumumkan pembaruan yang bakal diterapkan pada sistem ranking video-video yang tersebar di Facebook. Secara garis besar, Facebook ingin lebih memprioritaskan video-video yang bersifat orisinal, bukan yang sebatas diedit ulang dan ditambahi caption begitu saja.

Singkat cerita, Facebook bakal lebih membatasi ‘pergerakan’ video-video yang tidak orisinal ini. Harapannya tentu saja adalah supaya penonton dapat lebih mudah menemukan konten dari kreator yang benar-benar berdedikasi dalam berkarya.

Dalam beberapa bulan ke depan, sistem ranking video di Facebook bakal lebih mengistimewakan video-video yang tak sekadar banyak dicari, tapi juga mampu membuat kita menontonnya berulang-ulang dari waktu ke waktu.

Perlakuan yang sama juga bakal diterapkan untuk video-video yang berhasil menarik perhatian menonton lebih dari satu menit, khususnya untuk video yang durasinya melebihi angka tiga menit. Intinya, kalau suatu video terbukti mampu membuat penontonnya merasa engaged, maka video itu bakal lebih sering muncul di News Feed, Facebook Watch maupun algoritma rekomendasi “More Videos”.

Selain membenahi sistem ranking, Facebook juga menjabarkan secara detail pedoman buat kreator video di platform-nya, termasuk untuk aspek monetisasinya.

Sumber: Facebook via Engadget.

Twitter Hadirkan Opsi Retweet Menggunakan Foto, Video dan GIF

Terlepas dari segala keterbatasannya, Twitter masih merupakan satu dari segelintir media sosial yang bisa bertahan lebih dari sepuluh tahun. Meski cukup sering dibandingkan dengan Facebook, Twitter sebenarnya harus diperlakukan secara berbeda mengingat secara konten ia lebih banyak melibatkan teks ketimbang media.

Namun seiring waktu Twitter juga terus menambahkan jenis media yang dapat dimain-mainkan oleh penggunanya. Yang terbaru, media seperti foto, video maupun GIF kini bahkan dapat dibubuhkan ke Retweet.

Sebelum ini, sebuah Retweet hanya bisa diisi dengan teks, namun rupanya cukup banyak pengguna yang mendambakan opsi untuk berkomentar menggunakan gambar atau GIF, hingga akhirnya Twitter pun mengabulkannya. Meski kesannya sepele, fitur baru ini tentunya bakal berdampak pada timeline yang lebih berwarna.

Juga menarik adalah tantangan yang dijumpai tim desain Twitter selama menggodok fitur ini. Mereka harus merancang layout baru supaya Retweet yang berisikan dua media tidak jadi membingungkan (mana media dari Tweet asli, mana yang ditambahkan pada Retweet?)

Solusi yang mereka terapkan adalah dengan prinsip hirarki; media yang ditambahkan di Retweet tampil lebih dulu dan lebih besar, diikuti oleh Tweet asli beserta medianya di bawah dalam ukuran yang lebih kecil. Sekali lagi, meski sepele, ternyata dibutuhkan proses yang cukup panjang agar benar-benar matang.

Kehadiran fitur ini juga menjadi bukti bahwa Twitter mau mendengarkan permintaan para penggunanya. Di samping Retweet menggunakan media, mungkin yang lebih banyak di-request adalah tombol edit. Kita lihat saja apakah Twitter ke depannya sanggup mewujudkan permintaan klasik tersebut.

Sumber: TechCrunch.

Aplikasi Titipku Didesain untuk Libatkan Masyarakat Bantu UKM “Go-Digital”

Penetrasi internet dan ponsel pintar membuat Indonesia menjadi pangsa pasar digital yang sangat menjanjikan. Ini menjadi kesempatan emas bagi para pebisnis untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Sayangnya kesempatan ini tidak serta merta bisa dinikmati oleh semua pemilik bisnis, khususnya para UKM yang belum memiliki literasi digital tinggi — mereka belum paham bagaimana konsep marketplace bekerja, pemasaran melalui layanan on-demand dan lainnya.

Melihat kondisi tersebut, Titipku hadir membawa misi untuk membantu UKM melakukan digitalisasi. Caranya menarik, yakni dengan melibatkan masyarakat berkontribusi langsung membantu UKM di sekitarnya. Aplikasi Titipku didesain layaknya media sosial, setiap pengguna dapat mengunggah informasi mengenai UKM yang telah ditemui. Setiap konten yang diunggah akan dikurasi dan diverifikasi.

Konten tersebut ditampilkan pada fitur Jelajah di aplikasi. Umumnya berisi foto dan cerita mengenai pedagang kecil atau UKM yang disorot. Tidak hanya itu, para pengunggah konten juga bisa membuatkan toko online di platform Titipku dan memberikan jasa titip (jatip). Sehingga pengguna lain bisa membeli barang yang disediakan UKM tadi. Proses transaksi difasilitasi melalui aplikasi Titipku.

“Misalnya di sekitar rumah ada seorang pedagang jajanan, pengguna Titipku bisa mengunggah profil dan cerita mengenai pedagang tersebut dan bertindak sebagai jatiper (orang yang dititipi untuk membelikan). Pengguna lain bisa menikmati cerita tersebut dan turut berpartisipasi membeli dagangan yang dimiliki. Kurang lebih seperti itu gambaran sederhana bagaimana Titipku membantu UKM di daerah-daerah yang belum tersentuh layanan online,” ujar Founder & CEO Titipku Henri Suhardja saat ditemui di sela-sela acara Australia Awards Startup Ecosystem 2019.

Aplikasi Titipku
Tim pengembang layanan Titipku / Titipku

Mekanisme bagi hasil ke pengguna

Henri turut menjelaskan mengenai nilai bagi hasil yang diberikan kepada pengguna untuk setiap transaksi yang terjadi melalui Titipku. Komisi yang diberikan kepada jatiper diambil dari biaya kirim ke tempat tujuan, sehingga UKM mendapatkan nominal penuh atas pembelian barang yang dilakukan. Titipku turut menyediakan rekening bersama untuk memastikan proses transaksi berjalan dengan baik.

Tidak hanya itu, untuk setiap transaksi yang berhasil diciptakan di aplikasi Titipku, pengguna akan mendapatkan voucher kepemilikan saham perusahaan Titipku (PT Terang Bagi Bangsa). Salah satu target Titipku adalah membawa perusahaan IPO. Konsep ini dinilai dapat meningkatkan rasa memiliki bagi para pengguna, sehingga dapat bersama-sama mewujudkan visi misi yang telah ditentukan.

“Kami sudah mendapatkan pendanaan awal dari angel investor. Belum ada rencana fundraising, pengennya bisa IPO,” ujar Henri.

Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 800 pengguna yang telah berkontribusi untuk membantu 6.000 UKM untuk go-digital. Aplikasi yang sudah diluncurkan juga telah diunduh lebih dari 15 ribu kali. Adapun kategori UKM yang sudah ada saat ini meliputi pengrajin, penjual makanan/minuman, pedagang sembako, pedagang produk fesyen, dan lain-lain.

Application Information Will Show Up Here

Netzme “Grand Launching” in Pekalongan, Soon to IPO

The social media-based payment app Netzme has just held a grand launching on March 2nd, 2019 in Pekalongan, Central Java. Unlike any other fintech payment, Netzme feature and capability was designed to facilitate SMEs and creative workers in monetization.

Post the launching, some things will be implemented, one is to initiate public offering (IPO). Netzme is planned to enter the stock market in mid-2019. Since March last year, Netzme has listed as fintech organizers in Bank Indonesia.

User’s feature updates

Along with user’s growth (currently said to reach 2 million), Netzme keep making new features. One leading feature is Truquiz, it allows users to make quiz to be followed by Trufans (nickname for the followers on Netzme) by giving Trulikes (the likes given for the posts with cash nominal). The prize collected from users and distributed for them automatically.

The social media approach is still the main service. What makes it different with others is, Trufans can appreciate a post with Trulikes, in addition, content creator also get additional cash from their Trufans. Currently, Netzme comes from various classes, from entrepreneurs, content creator, artist, musician, and common citizens.

While the previous features getting improved, such as cross-account transfer through chatting, cash transfer to bank account, PPOB voucher transaction, cash register, and QR-Code payment feature for Sellers/SMEs. As its mission to provide financial inclusion in rural, Netzme intensified content strategy and community events.

Content strategy is getting realized by launching web series video in YouTube called “Kolaborasa”. While the community events getting intensified through user acquisition, i.e. by building Kampung Digital Netzme or SME’s festival – some are held in West Java.

Why Pekalongan city?

Netzme team and brand ambassador in Funtastic Fest 2019 / Netzme
Netzme team and brand ambassador in Funtastic Fest 2019 / Netzme

Pekalongan is known as Batik City, it’s internationally recognized. The identity goes along with Netzme’s effort as a local creation financial app. In addition, Pekalongan also considered suitable with Netzme target market that focuses on SMEs, particularly beginners in entrepreneurship, those people with no information of conventional financial service, workers, and creative community.

Netzme’s CEO, Vicky G. Saputra said in his speech, “Collaboration in this series of events is expected to help SMEs business development, creative workers, and various community classes, also better financial inclusion around Pekalongan City with the latest technology.”

The main title is “Funtastic Fest Pekalongan 2019”, it was held along to celebrate Pekalongan City 113th Anniversary. Aside from its launching, there’s also Funtastic Run (5K and 10K distance run), artist performances, and local SMEs fest.

“In this Funtastic Fest Pekalongan 2019 moment, Netzme as 100% loca lcreativity-based payment app can reach more people in rural area and become the best fintech app for SMEs and creative workers in Indonesia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Netzme “Grand Launching” di Pekalongan, Segerakan IPO Tahun Ini

Aplikasi pembayaran berbasis media sosial Netzme baru saja melakukan grand launching, tepatnya di tanggal 2 Maret 2019 bertempat di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Berbeda dengan layanan fintech payement yang ada sebelumnya, fitur dan kapabilitas yang dimiliki Netzme sengaja didesain untuk memfasilitasi UKM dan pekerja kreatif dalam melakukan monetisasi.

Pasca peluncuran ini banyak hal yang akan direalisasikan oleh perusahaan, salah satunya melakukan penawaran publik (IPO). Direncanakan Netzme akan melantai di pasar modal pada pertengahan tahun 2019. Sejak Maret tahun lalu, Netzme sudah terdaftar sebagai penyelenggara teknologi finansial di Bank Indonesia.

Pembaruan fitur untuk pengguna

Seiring dengan pertumbuhan jumlah pengguna (saat ini diklaim sudah mencapai 2 juta), Netzme terus melakukan penambahan fitur. Salah satu yang kini menjadi andalan adalah Truquiz, memungkinkan pengguna membuat kuis yang dapat diikuti oleh para Trufans (sebutan untuk “follower” di aplikasi Netzme) dengan memberikan Trulikes (sebutan untuk “like” postingan yang menyertakan nominal uang). Hadiah dihimpun dari pengguna dan didistribusikan untuk pengguna secara otomatis.

Pendekatan media sosial juga masih menjadi layanan utama. Di sini yang membedakan dengan media sosial lainnya, Trufans bisa mengapresiasi sebuah postingan dengan Trulikes, sehingga tidak sekadar mendapatkan like, pembuat konten turut mendapatkan nominal uang yang diberikan para penggemarnya. Saat ini pengguna Netzme datang dari berbagai kalangan, mulai dari pengusaha, pembuat konten, artis, musisi, hingga masyarakat pada umumnya.

Sementara fitur yang ada sebelumnya juga makin diperkuat, seperti transfer antar akun melalui laman chatting, mengirim uang ke rekening bank, jual-beli voucher PPOB, kasir (cash register) hingga fitur pembayaran QR code untuk pedagang/UKM. Miliki misi untuk hadirkan inlkusi keuangan di daerah rural, Netzme galakkan strategi konten dan acara-acara komunitas.

Strategi konten direalisasikan dengan peluncuran video web series di YouTube berjudul “Kolaborasa”. Sementara kegiatan komunitas gecar dilakukan dengan menggandeng pengguna, misalnya dengan mendirikan Kampung Digital Netzme atau festival UKM — beberapa kali telah dilakukan di wilayah Jawa Barat.

Pemilihan Kota Pekalongan

Netzme
Tim dan brand ambassador Netzme dalam acara Funtastic Fest 2019 / Netzme

Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik, sudah diakui secara internasional. Identitas tersebut sejalan dengan semangat Netzme sebagai aplikasi keuangan karya anak bangsa. Selain itu Kota Pekalongan juga dinilai sesuai dengan target pasar Netzme yang memfokuskan pada pelaku UKM, terutama pemula di dunia usaha, masyarakat yang belum terjangkau layanan keuangan konvensional, pekerja dan komunitas kreatif.

Dalam sambutannya CEO Netzme Vicky G. Saputra mengatakan, “Kolaborasi dalam rangkaian acara peluncuran ini diharapkan dapat membantu pengembangan kegiatan usaha UKM, pekerja kreatif dan berbagai kalangan komunitas serta inklusi keuangan yang lebih baik di Kota Pekalongan dan sekitarnya dengan teknologi terkini.”

Rangkaian acara peluncuran tersebut bertajuk “Funtactic Fest Pekalongan 2019”, diadakan bebarengan untuk menyambut Hari Jadi Kota Pekalongan yang ke-113. Selain peluncuran Netzme, ada acara lain seperti Funtastic Run (lari dengan jarak 5K dan 10K), hiburan artis ibukota, hingga festival UKM setempat.

“Dengan momentum Funtastic Fest Pekalongan 2019, diharapkan Netzme sebagai aplikasi pembayaran berbasis kreativitas 100% karya anak bangsa dapat lebih menjangkau masyarakat di seluruh pelosok Indonesia dan menjadi aplikasi teknologi finansial (fintech) terbaik untuk kalangan UMKM dan pekerja kreatif di Indonesia,” ujar Vicky.

Application Information Will Show Up Here

Facebook Uji Fitur untuk Menghapus Komentar yang Mengandung Frasa-Frasa Abusive dan Spam

Facebook dikabarkan sedang menguji fitur untuk meminimalkan masalah yang muncul akibat komentar negatif maupun spam. Kabar ini didapat pertama kali melalui seorang pengguna Twitter bernama Jane Manchun Wong, yang mengunggah screenshot yang menampilkan fitur baru tersebut.

Dari gambar itu bisa kita lihat ada opsi baru di sebelah kanan berlabel “Ban these Words”, kemudian di bawahnya ada dua frasa yang umum kita jumpai pada komentar spam. Berdasarkan penjelasannya, komentar yang mengandung frasa-frasa tersebut bakal dihapus dari timeline sang pembuat post.

Fitur ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai versi lebih otomatis dari fungsi untuk menyembunyikan atau menghapus komentar yang sudah ada sejak lama. Kalau hanya satu atau dua komentar memang bisa kita hapus dengan mudah, tapi kalau jumlahnya sudah mencapai puluhan atau bahkan ratusan, lebih baik prosesnya diautomasi saja.

Juga penting adalah fakta bahwa sang pembuat komentar tidak akan menyadari bahwa komentarnya telah dihapus. Ini diharapkan bisa mencegahnya memberi komentar serupa menggunakan akun lain.

Sayang sejauh ini belum ada keterangan sama sekali dari Facebook terkait apakah mereka bakal merealisasikannya untuk semua pengguna atau tidak. Kalau iya, semestinya fitur ini juga bisa dimanfaatkan oleh admin suatu Facebook Page, mengingat Page sering kali menjadi target utama para spammer.

Sumber: SlashGear.

Fitur Watch Party Kini Bisa Dinikmati Lewat Facebook Page Maupun Profil Pengguna

Semenjak Facebook meluncurkan fitur Watch Party pada bulan Juli lalu, total sudah ada lebih dari 12 juta sesi nobar virtual yang berlangsung. Angka tersebut cukup mengesankan, mengingat hingga kemarin Watch Party hanya bisa diakses lewat Facebook Group.

Namun pada saat peluncurannya, Facebook juga menyinggung rencananya untuk menghadirkan Watch Party pada Facebook Page. Rencana tersebut akhirnya terwujud, malahan bukan hanya di Page saja, tapi juga melalui profil individu para pengguna Facebook.

Singkat cerita, Anda sekarang tidak perlu tergabung dengan grup tertentu hanya untuk menonton video bersama orang-orang yang Anda kenal di Facebook. Namun untuk Group dan Page, ada sejumlah fitur baru yang sedang diuji Facebook.

Yang pertama adalah kemampuan untuk menjadwalkan sesi Watch Party, sehingga penonton yang tertarik bisa mengatur waktunya agar tidak ketinggalan. Kedua, komentar dalam suatu sesi Watch Party kini disajikan dalam format thread agar lebih rapi dan mudah terbaca.

Ketiga, ada fitur live comment, yang berarti penggagas sesi Watch Party bisa berperan sebagai seorang komentator selagi menonton video bersama rekan-rekannya. Sekali lagi semuanya terasa seperti sesi nobar sesungguhnya, tapi lewat dunia maya.

Sesudah Page dan profil, apakah masih ada tempat lain yang bisa dijejali fitur Watch Party? Ada. Baru sekitar dua minggu lalu, TechCrunch melaporkan bahwa Facebook tengah menguji secara internal fitur serupa untuk platform Messenger. Realisasinya mungkin hanya tinggal menunggu waktu beserta respon pengguna terhadap Watch Party yang kini lebih mudah diakses.

Sumber: Engadget.

Antusiasme Konsumen E-commerce Selama Promo Belanja Akhir Tahun di Media Sosial

Tentu kita ingat, ketika menjelang hari raya atau libur akhir tahun, supermarket di berbagai kota sibuk mengadakan promo besar-besaran. Mengundang riuh konsumen dengan penawaran diskon hingga produk spesial. Dinilai efektif, strategi tersebut kini turut diaplikasikan oleh peritel online di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Terlebih menjelang akhir tahun, ragam acara pesta belanja diadakan, mulai dari Singles’ Day 11.11 hingga Harbolnas 12.12.

Untuk melihat penilaian konsumen e-commerce dalam menanggapi momen-momen belanja online, firma riset Meltwater mencoba menganalisis sentimen masyarakat di media sosial. Periset menarik jutaan data relevan yang membahas tentang pesta belanja di Twitter, Facebook, YouTube, Instagram, blog dan forum online. Penelitian ini dilakukan di Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia di jenjang waktu 11 Oktober 2017 – 25 Januari 2018.

Pesta akhir tahun menjadi puncak

Berdasarkan impresi yang ditangkap, orang cenderung paling banyak memperbincangkan tentang promo dan pesta belanja menjelang akhir tahun (54,6%), khususnya di momen liburan Natal dan tahun baru. Persentase tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan dua momen belanja lain yang jatuh di bulan November –yakni Black Friday (22,5%) dan Singles’ Day (20,9%). Riset turut mencatat gairah pesta belanjanya sendiri sudah mulai memanas semenjak awal bulan Oktober.

Data Promo Akhir Tahun E-commerce
Tema promo akhir tahun yang paling diminati / Meltwater

Dari empat negara yang menjadi fokus penelitian, Indonesia mencorong volume percakapan tertinggi mengenai ketiga momen pesta belanja tersebut di atas. Persentasenya keterlibatannya mencapai 57%. Sementara Filipina menyumbangkan 30%, Malaysia 12%, dan Singapura 1%. Ada banyak faktor yang membuat Indonesia berada di peringkat atas. Pertama, peningkatan penetrasi internet dan ponsel pintar di kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Kedua terkait makin matangnya ekosistem e-commerce di Indonesia, khususnya dalam sistem pembayaran. Kemudahan transaksi dinilai memberikan dorongan yang kuat. Temuan ini sekaligus mengonfirmasi bahwa Indonesia memang menjadi pangsa pasar terbesar untuk layanan e-commerce di Asia Tenggara dengan berbagai karakteristiknya.

Layanan e-commerce yang paling banyak diperbincangkan

Laporan tersebut turut merilis platform yang paling banyak dibincangkan dalam momen belanja tahun lalu tersebut. Shopee berada di peringkat pertama di Indonesia dengan 40%, disusul Tokopedia 26% dan Lazada 21%. Sebagai pemain yang cukup baru, Shopee menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi. Riset lain yang dirilis MarkPlus beberapa waktu lalu juga menempatkan Shopee di peringkat pertama, disusul Tokopedia.

Data Promo Akhir Tahun E-commerce
Layanan e-commerce yang paling banyak diperbincangkan / Meltwater

Secara lebih detail, di periode promo tersebut Shopee Indonesia mengadakan serangkaian kampanye pemasaran di media sosial. Postingan promo pertama diunggah pada 9 Oktober 2017 pukul 20.18 WIB dengan dibumbui tagar tertentu. Konten tersebut berhasil mendapatkan 5,7 ribu like, 747 share, dan 60 ribu komentar. Selama periode promo, Shopee sekurangnya membelanjakan $247,538 per minggu untuk iklan di media sosial.

Rata-rata impresi terbaik di media sosial Shopee selama masa tersebut didapat pada postingan di hari Senin setelah jam kerja. Beberapa tipe konten populer seperti video pendek dan gambar atau tulisan berbau motivasi.

Di Singapura, layanan Amazon adalah paling banyak diperbincangkan. Di Filipina dan Malaysia, layanan e-commerce paling populer adalah Lazada.

Warph Berharap Bisa Gantikan Peran Path yang Sudah Ditutup

Path resmi mundur dari kancah persaingan media sosial. Namun kepergian Path justru dilihat sebagai peluang oleh Abdur Rabbi Arrasul Sayaf. Pria yang akrab di sapa Aif tersebut berinisiatif mengembangkan Warph, aplikasi media sosial yang didesain mirip dengan Path. Sebelumnya ia pernah mengembangkan Cupslice, sebuah aplikasi fotografi.

“Sejak mengembangkan Cupslice sebenarnya ide awal kita sudah mengarah ke media sosial. Ingin membuat media sosial yang bisa bersaing dengan pemain lokal maupun global. Path sudah resmi meninggalkan pasar, cukup banyak user yang merasa kehilangan, kita melihat ini sebagai peluang. Kita ingin user tidak merasa asing dengan aplikasi Warph, makanya dibuat secara user experience mirip dengan Path,” terang Aif.

Dari segi tampilan, Warph didesain menyerupai Path, lengkap dengan dominasi warna merah di aplikasinya. Warph pun dilengkapi dengan fitur-fitur standar khas aplikasi media sosial, mulai dari lini masa postingan teman, menu pencarian, dan lain-lain.

Keputusan Aif mengembangkan aplikasi yang berperan sebagai substitusi Path di pasar bukan tanpa alasan. Ia dan tim sudah melakukan survei, hasilnya banyak masyarakat yang masih menginginkan media sosial yang bersifat personal dan hanya mencakup lingkaran pertemanan terdekat.

“Setelah kita lakukan beberapa survei dan riset hasilnya sebagian besar masyarakat masih menginginkan media sosial yang bersifat lebih personal dan hanya berbagi dengan circle terdekatnya. Selain itu social media besar yang sudah ada sekarang lebih condong ke arah media, dengan didominasi konten citizen journalism dan sedikit demi sedikit konsep social-nya mulai terkikis. Sehingga saya yakin Warph akan menjadi eksklusif,” jelas Aif.

Warph masih berada di tahap awal. Fitur-fiturnya belum sebanyak Path versi terakhir. Saat ini Warph masih di dalam tahap beta, rencananya akan diluncurkan secara resmi pada akhir tahun berbarengan dengan peluncuran aplikasi iOS mereka.

Application Information Will Show Up Here