Di Paruh Pertama 2019, Indonesia Dominasi Pendanaan Startup di Asia Tenggara

Perusahaan modal ventura berbasis di Singapura, Cento Ventures, baru-baru ini merilis laporan bertajuk “Southeast Asia Tech Investment – H1 2019”. Secara umum publikasi tersebut mencatat dan mengamati tren pendanaan startup selama paruh pertama tahun 2019. Nilai totalnya mendekati $6 miliar, angka tersebut relatif lebih kecil jika dibandingkan perolehan di periode sama pada tahun 2018 yang mencapai lebih dari $8 miliar.

Pendanaan Startup Asia Tenggara 2019
Jumlah transaksi dan nilai pendanaan startup di Asia Tenggara / Cento Ventures

Dari catatan DailySocial dalam “Startup Report 2018“, di luar unicorn EV Hive (sekarang namanya jadi CoHive) menjadi penerima pendanaan terbesar di paruh pertama 2018, dengan nilai mencapai $20 juta –beberapa startup tidak menyebutkan nominal pendanaan yang diterima. Sociolla mendapatkan $12 miliar dan Carmudi $10 juta.

Untuk lanskap pendanaan masih didominasi oleh startup multi-sektor, dengan total nilai $2,3 miliar. Gojek, Grab, Traveloka dll masuk ketegori ini; karena tidak hanya sekadar memberikan layanan ride-hailing atau OTA saja, mereka juga sudah mengakomodasi kebutuhan lain seperti pembayaran, hiburan dan sebagainya. Untuk sub-sektor tunggal, travel masih mendominasi dengan nilai pendanaan mencapai $454 juta. Mengenai ketertarikan investor terhadap sektor travel, senada hasil riset Google-Temasek.

Indonesia mendapatkan porsi yang cukup besar

Tahapan pendanaan pre seri A –termasuk di dalamnya seed funding–masih mendominasi, dengan total 176 transaksi. Dilanjutkan seri A sebanyak 86 transaksi, seri B 25 transaksi dan seri C 25 transaksi. Di sisi nominal, 254 transaksi bernilai di bawah $0,5 juta. Dilanjutkan 164 transaksi antara $0,5-$2juta. Sementara pendanaan dengan nilai di atas $50 juta ada 14 transaksi.

Untuk Indonesia sendiri, dari sisi jumlah transaksi menempati posisi kedua terbanyak (26%) setelah Singapura (36%). Sementara untuk nominal investasi, tercatat Indonesia menempati posisi pertama, menyumbang 48% dari total nilai pendanaan.

Investasi Startup Asia Tenggara 2019
Sebaran investasi berdasarkan negara di Asia Tenggara / Cento Ventures

Riset juga mengkategorikan startup-startup bervaluasi besar. Untuk pemain lokal, Indonesia masih memimpin dengan jumlah terbanyak. Beberapa pemain seperti Modalku, PayFazz, hingga WarungPintar juga sudah dimasukkan pada kategori startup dengan valuasi seputar $100 juta –sering disebut dengan istilah “centaur”.

Startup Valuasi Terbesar
Startup dengan valuasi terbesar / Cento Ventures

Dalam risetnya, DailySocial juga telah mencatat daftar startup dengan valuasi terbesar per 2018. Gojek masih memimpin kala itu dengan prakiraan valuasi senilai $9,5 miliar, disusul Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, Ovo dan lain-lain.

Startup Unicorn Indonesia
Startup centaur dan unicorn di Indonesia / DailySocial

CIMB Niaga dan Genesis Bangun “Venture Debt” untuk Startup Indonesia, Siapkan Dana 300 Miliar Rupiah

Bank CIMB Niaga dan Genesis Alternative Ventures mendirikan venture debt (pinjaman ventura) khusus untuk membiayai startup di Indonesia dengan menyiapkan dana awal sebesar 300 miliar Rupiah. Startup yang disasar bergerak di bidang fesyen dan ritel, manufaktur, F&B, properti, kesehatan, keamanan digital, dan bisnis transportasi.

Dalam pernyataan resmi, Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan menjelaskan, sinergi dengan Genesis diharapkan dapat memperkuat peran perusahaan dalam pengembangan ekosistem startup di Indonesia. Terlebih lagi, langkah yang diambil perusahaan ini tergolong unik karena pertama kalinya memilih ambil strategi dengan venture debt.

“Ekonomi digital Indonesia yang berkembang pesat telah menjadikannya salah satu hotspot teknologi di kawasan ini. Kami yakin banyak pengusaha akan melihat produk dan layanan ini sebagai alat integral untuk menciptakan pertumbuhan,” terangnya.

Kebanyakan VC memilih untuk membiayai startup dalam bentuk suntikan ekuitas (penyertaan saham). Makanya konsep ini lebih umum di Indonesia. Founder menerbitkan saham baru (rights issue) yang dibeli langsung oleh VC. Kurang lebih seperti pelaksanaan IPO, namun tertutup. Ada juga memakai skema obligasi konversi (convertible loans), namun kurang populer.

Tigor menjelaskan skema pembiayaan ini dapat menjadi alternatif bagi perusahaan startup yang kekurangan arus kas dan tidak dapat memenuhi kriteria tradisional pinjaman perbankan. Bagi modal ventura, hal ini sekaligus mengisi ruang yang selama ini tidak terlayani oleh perbankan.

Dikutip dari Bisnis, Tigor menambahkan keputusan perusahaan untuk mengambil langkah ini lantaran startup ada yang butuh equity funding dan saatnya butuh kredit. Di satu sisi, bank dengan rambu-rambu yang harus dipenuhi, bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan skema ini.

Terlebih, Genesis memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk pembiayaan skema pinjaman di Singapura, akhirnya membuat CIMB Niaga cukup percaya diri untuk menerapkannya di Indonesia.

Tigor menjelaskan pembiayaan ventura ini serupa dengan kredit. Sehingga ada tenor dan bunga, namun bakal disesuaikan dengan kriteria debitur.

Perusahaan juga memperhatikan rekam jejak startup untuk mitigasi risiko kredit bermasalah. Sebab umumnya, startup yang bergerak di teknologi ini identik dengan strategi ‘bakar uang.’

“Ini yang kami lihat juga perusahaan yang sudah siap dari sisi manajemen, suplai, permintaan, tapi sulit tumbuh karena keterbatasan dana,” jelasnya.

Dia berharap skema ini dapat dimanfaatkan untuk perusahaan berusia muda yang berhasil memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan perlu memperpanjang ladasan kasnya guna mencapai tahap pertumbuhan berikutnya.

DailySocial belum mendapat respons tambahan dari pihak CIMB Niaga terkait alasan lebih dalam mengapa mengambil skema pembiayaan ini, juga rencana ke depannya.

Di Singapura, Genesis telah membiayai tiga startup dengan skema venture debt. Di antaranya Horangi Cyber Security, Grain, dan co-working space GoWork. Mengutip dari DealStreet Asia, Genesis memiliki delapan startup baru untuk dibiayai dalam pipeline-nya.

Modal ventura lainnya di Asia Tenggara dengan konsep yang sama juga dilakukan oleh InnoVen Capital. Perusahaan tersebut mengklaim telah menyalurkan kredit hingga US$500 juta untuk lebih dari 200 startup.

Laporan DailySocial: Startup Report 2018

Dinamika startup digital Indonesia sangat menarik diikuti. Pasalnya saat ini berbagai layanan yang dihasilkan startup sudah menjadi bagian dari keseharian kiat. Sebut saja aplikasi untuk memesan jasa transportasi, layanan jual-beli, pendidikan, finansial hingga hiburan; semua diakomodasi dengan baik oleh para pemain startup.

Sebagai media yang berkonsentrasi meliput perkembangan startup Indonesia, DailySocial merilis laporan riset bertajuk “Startup Report 2018”, merangkum berbagai hal yang terjadi dalam ekosistem kewirausahaan digital selama setahun terakhir.


Tidak hanya sekadar berbincang tentang para unicorn, laporan ini turut membahas banyak hal lain, di antaranya:

  1. Tren startup di tahun 2018, mengenai kategori apa saja yang paling diminati oleh para pendatang baru.
  2. Catatan pendanaan startup digital sepanjang tahun 2018, mulai dari pendanaan awal hingga tahap lanjutan.
  3. Strategi “exit” melalui IPO atau kegiatan akuisisi & penggabungan perusahaan yang melibatkan startup lokal.
  4. Analisis mengenai isu dan kesempatan yang dapat disiasati untuk ekosistem digital yang lebih berkembang.

Selain empat poin di atas, dibahas juga mengenai kondisi ekonomi digital Indonesia saat ini sebagai bagian dari pangsa pasar utama startup. Selengkapnya unduh gratis Startup Report 2018.

Melihat Tren Kemunculan Startup Baru di Tahun 2018

Selain putaran pendanaan startup, hal lain yang tak kalah menarik diikuti dalam ekosistem ialah tentang hadirnya para pemain baru. Memiliki startup yang berkembang menjadi cita-cita banyak orang – khususnya para generasi muda. Tak ayal jika program pra-startup, inkubator, hingga kompetisi selalu ramai diikuti.

Tahun ini, DailySocial sedikitnya berhasil meliput dan memberitakan 142 startup lokal baru. Jumlah startup baru yang tidak terliput diperkirakan masih banyak lagi – karena faktor kematangan produk atau publikasi yang kurang. Dari jumlah startup yang pernah masuk ke dapur redaksi, kami coba ulas kembali untuk memahami tren pertumbuhan startup Indonesia tahun ini.

Ada 16 startup baru di bidang SaaS yang meluncur tahun ini. Jenisnya beragam, mulai dari Nusatalent yang menggarap layanan sumber daya manusia, hingga Monika yang membantu UKM manajemen dokumen administrasi. Sementara peringkat kedua yang paling banyak diminati adalah fintech, di catatan kami ada 13 startup baru di sektor tersebut. Dari 13 startup, 7 di antaranya menyajikan layanan berbasis  peer-to-peer.

Padahal sektor fintech dikenal dengan regulasinya yang sangat ketat. Faktanya beberapa pemain baru sudah mulai berizin (atau setidaknya terdaftar) regulator. Sebut saja layanan p2p lending Modal Rakyat atau layanan payment Netzme. Keberhasilan startup besar menggarap pangsa pasar finansial tampaknya memberikan inspirasi kuat kepada pemain baru untuk turut terlibat.

Startup Baru 2018
Startup baru di Indonesia berdasarkan kategori layanan

Layanan pendidikan (edutech) turut masih mendapatkan minat yang tinggi. Tahun ini ada 12 startup edutech baru yang hadir dan berhasil kami liput. Platform yang dikembangkan mulai beragam, mulai berbentuk marketplace pendidikan, layanan kursus, hingga pengembang konten pembelajaran digital.

OTA menempati peringkat berikutnya dengan 11 startup baru yang hadir tahun ini – menjajakan berbagai keperluan perjalanan dan wisata.

Jika dilihat secara menyeluruh, pertumbuhan startup baru cukup mengesankan. Hampir di setiap sektor ada perwakilannya. Startup dengan teknologi baru seperti artificial intelligence atau blockchain pun turut lahir mewarnai ekosistem digital nasional.

Startup baru tidak selalu identik dengan orang-orang baru. Beberapa justru dibuat oleh tokoh lama yang sudah malang-melintang di industri digital. Misalnya Adsvokat, startup adtech ini diinisiasi oleh Daniel Tumiwa – sebelumnya ia dikenal sebagai CEO OLX Indonesia. Ada juga Parentstory, sebuah startup di bidang gaya hidup yang diinisiasi atas kerja samanya dengan platform marketplace pernikahan Bridestory.

Catatan Pendanaan Startup Sepanjang Tahun 2018

Tahun 2018 segera usai, ada beberapa capaian bisnis startup yang kami catat satu tahun terakhir. Salah satu yang paling menarik ialah soal pendanaan. Dari transaksi yang dipublikasikan –dan di luar startup unicorn—setidaknya ada 51 pendanaan yang berhasil dibukukan oleh startup dari berbagai sektor. Berdasarkan nilainya, pendanaan tertinggi (di luar unicorn) mencapai 1 triliun Rupiah, dengan rata-rata perolehan terbanyak berkisar 100-400 miliar Rupiah.

Sementara itu, jika ditinjau dari tahapan pendanaan, tahap awal yang paling banyak tahun ini dengan 20 transaksi yang berhasil dibukukan. Disusul oleh pendanaan seri A sebanyak 14 transaksi dan pendanaan seri B sebanyak 11 transaksi.

Pendanaan Startup
Pendanaan startup berdasarkan tahapannya / DailySocial

Pendanaan tahap awal menjadi cukup banyak, hal tersebut turut memvalidasi masih suburnya tren startup baru yang mencoba hadir di lanskap bisnis digital tanah air. Di samping itu munculnya berbagai kegiatan inkubator dan akselerator pada umumnya juga mendukung startup dengan mengucurkan pendanaan tahap awal.

Di luar unicorn, pendanaan capai 4 triliun Rupiah

Di catatan kami, ada 20 transaksi pendanaan yang menyebutkan nominal yang didapat. Jika dijumlahkan, totalnya mencapai 4,1 trilun Rupiah. Angkanya harusnya lebih tinggi –diproyeksikan mencapai 3-5 kali lipat—pasalnya ada 7 pendanaan seri A, 6 pendanaan seri B dan belasan pendanaan awal yang tidak menyebutkan nominal.

Berdasarkan kategori atau sektor bisnis startup, tahun ini pendanaan yang mengucur cukup merata. E-commerce dan fintech menjadi yang paling banyak mendapatkan porsi pendanaan. Sementara tahun ini yang menghilang adalah sektor edutech – ada satu transaksi penambahan modal dari Ruangguru, namun berbentuk pemberian hibah dalam kegiatan sosial.

Pendanaan Startup
Pendanaan startup berdasarkan kategori bisnis / DailySocial

Beberapa sektor lain kian terlihat, misalnya pengembang AI. Tahun ini ada 3 startup AI yang mendapatkan pendanaan. Yang paling baru diberikan oleh Kaskus kepada Prosa.ai. Sektor lain yang mulai ramai adalah new retail, mereka mencoba menyajikan terobosan baru dalam konsep ritel. Salah satu yang mendapatkan dua pendanaan sekaligus di tahun ini adalah Warung Pintar, dalam pendanaan awal dan lanjutan.

Unicorn masih terus menambah pendanaan

Pada laporan ini kami memisahkan pendanaan startup unicorn. Ada dua alasan, pertama nilainya telah mendominasi distribusi pendanaan startup di Indonesia. Kedua, transaksi pendanaan startup unicorn cukup intens – bisa dibilang untuk saat ini sepanjang waktu terus menggalang pendanaan. Kabar terbaru, beberapa unicorn tengah merampungkan pendanaan baru untuk meningkatkan valuasi.

Dimulai dari Gojek, kabar teranyar mereka tengah merampungkan proses pendanaan teranyar dari investor terdahulunya. Google, JD.com, dan Tencent telah berkomitmen untuk menggandakan investasinya, membawa Gojek pada valuasi $9 miliar (setara 137 triliun Rupiah). Pendanaan tersebut terus dikejar untuk mendukung ekspansi Gojek di Asia Tenggara.

Tokopedia baru saja meraih pendanaan baru menjelang akhir tahun ini, nilainya $1,1 miliar (setara 16 triliun Rupiah). Softbank  dan Alibaba secara bersama menjadi pemegang saham mayoritas dan menjadi pemimpin dalam pendanaan baru ini. Perolehan tersebut membawa Tokopedia pada nilai valuasi mencapai $7 miliar (setara dengan 102 triliun Rupiah).

Valuasi Startup Unicorn Indonesia
Valuasi startup unicorn di Indonesia / DailySocial

Awal Oktober lalu raksasa OTA lokal Traveloka juga dikabarkan tengah mengumpulkan pendanaan baru hingga $400 juta (setara dengan 6 triliun Rupiah). Angka tersebut akan meningkatkan nilai pendanaan yang didapat sebelumnya dari beberapa investor termasuk Expedia, yakni senilai $2 miliar. Selain percepatan ekspansi, penambahan modal dibutuhkan untuk mematangkan layanan sekunder yang saat ini banyak dirilis Traveloka.

Sementara unicorn lainnya yakni Bukalapak tahun ini sama sekali tidak memberitakan seputar pendanaan baru. Tahu lalu capaian valuasi Bukalapak melebihi $1 miliar dengan kepemilikan saham mayoritas dari investor lokal.

“Database Startup Indonesia” Diresmikan, Siap Jadi Acuan Pengembangan Industri Digital

Indonesia saat ini tengah menikmati pertumbuhan industri digital yang ditandai dari menggeliatnya industri startup. Kini Indonesia tercatat telah memiliki empat startup berstatus unicorn, terbanyak kedua setelah Singapura di kawasan Asia Tenggara.

Sesuai visi Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia, tak cukup hanya mengandalkan sejumlah inisiatif dari para pemangku kepentingan (stakeholder). Ada hal lain yang dapat mendukung hal tersebut, yakni melalui kehadiran database startup yang komprehensif.

Untuk itu, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) didukung Badan Ekonomi Kreatif RI (BEKRAF) meluncurkan Database Startup Indonesia 2018 yang akan menjadi acuan pengembangan industri digital Tanah Air. Peluncuran ini sekaligus dalam rangka perhelatan World Conference on Creative Economy di Nusa Dua, Bali.

Deputi BEKRAF Hari S Sungkari menyebutkan, Database Startup Indonesia 2018 akan memetakan ragam informasi berkaitan dengan kondisi startup. Dalam hal ini, Database Startup Indonesia dapat membantu berbagai pihak, termasuk pemerintah, dalam menentukan kebijakan dan program agar lebih optimal.

Sementara Ketua Umum MIKTI Joddy Hernady menyebutkan, pengumpulan informasi dan proses verifikasi dilakukan seluruhnya oleh tim MIKTI. Verifikasi ini dilakukan untuk memastikan data tersebut valid. Setidaknya hingga saat ini, menurut Joddy, sudah ada 960 startup yang datanya telah dikumpulkan dan diverifikasi.

“Saat ini belum ada acuan [data startup] yang kredibel. Kalaupun ada, itu tidak valid. Nah yang kami lakukan adalah verifikasi seperti mengecek website dan menelepon [pemiliknya], apa masih ada atau tidak. Dengan begini, data menjadi lebih akurat,” tutur Joddy ditemui DailySocial di Nusa Dua, Bali.

Menurut Joddy, Database Startup Indonesia nantinya dapat diakses oleh publik. Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan platform sebagai akses yang diperkirakan meluncur pada 10 Desember mendatang.

Perumusan kebijakan dan program lebih optimal

Database Startup Indonesia akan menampilkan ragam informasi kredibel dan valid mengenai startup, mulai dari profil perusahaan, hingga pendanaan yang diterima. Joddy menyebut data tersebut akan sangat berguna bagi para stakeholder dalam merumuskan kebijakan dan program.

“Misalnya, saat ini startup paling banyak di sektor e-commerce. Nah, kami justru bisa dorong ke sektor lain yang lebih prospek, berapa pendanaan yang diperlukan. Kan e-commerce sudah banyak,” tuturnya.

Dari data terverifikasi MIKTI yang diterima DailySocial, hingga saat ini sektor e-commerce mendominasi jumlah startup di Indonesia sebanyak 353 (36,84%), diikuti 53 startup fintech (5,52%), 21 startup game (2,19%), dan 535 startup di bidang lain (55,67%).

Data lainnya mencatat sudah ada 530 startup (55,15%) yang menjadi PT, namun ada 66 startup (6,87%) masih berbadan usaha CV, 92 startup (9,57%) belum berbadan usaha, dan sisanya 272 startup (28,41%) belum diketahui badan usahanya.

Selain itu, lanjut Joddy, data ini dapat menarik lebih banyak investor untuk menyuntik modalnya di sini. Pihaknya juga berencana untuk menampilkan data penjualan startup yang selama ini masih bersifat tertutup untuk publik.

“Data penjualan kan penting sekali ya, tapi startup memang belum mau publikasi itu. Kami akan coba encourage mereka secara bertahap agar mau [menampilkan data penjualannya].”

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 1: Persiapan

Mengikuti program inkubator atau akselerator menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan startup untuk memantapkan bisnisnya. Program inkubator umumnya diikuti oleh startup di tahap awal (early-stage). Biasanya mereka masih butuh memvalidasi relevansi ide/produk dengan pangsa pasar. Sedangkan program akselerator diikuti oleh startup yang beranjak ke tahap lanjut (growth). Di tahap ini yang mereka lakukan ialah mengembangkan proses bisnis –melalui monetisasi atau pendanaan lanjutan.

Di Indonesia sudah cukup banyak program inkubator atau akselerator yang diselenggarakan untuk startup. Kebanyakan program tersebut terafiliasi langsung dengan pemodal ventura, sebagai unit yang membantu startup dalam urusan pendanaan. Masing-masing program juga biasanya memiliki spesialisasi sendiri, terkait dengan lanskap bisnis atau tahapan startup yang dibina. Masing-masing program juga memiliki program unggulan dan penawaran khusus kepada startup yang tergabung di dalamnya.

Namun sebelum memutuskan untuk mengikuti dan memilih program inkubator atau akselerator, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh founder.

Siapkan mentalitas belajar

Founder startup tahap awal lahir dengan idealismenya. Membawa asumsi tentang kesempurnaan ide bisnis yang dibawa. Isunya di program inkubator ide tersebut akan diuji ulang dengan berbagai metodologi untuk memastikan ketika dijalankan ada konsumen yang tertarik menggunakan. Pemikiran terbuka (open-minded) perlu menjadi bekal seorang founder ketika menginjak pintu inkubasi.  Di program inkubasi atau akselerasi, biasanya dihadirkan mentor dari kalangan pakar, komunitas, hingga investor.

Fokuskan pikiran untuk belajar dari mereka, bersama-sama mereka melakukan validasi dan pematangan konsep produk/model bisnis. Di program ini bahkan founder perlu meluangkan waktu penuh untuk belajar. Karena selain belajar, dalam keigiatan inkubasi biasanya founder juga diberi kesempatan untuk mebangun mitra stratgeis dan orang-orang yang akan mendukung bisnis secara langsung, misalnya untuk menjadi advisor.

Sempurnakan pitch deck startup

Banyak program inkubator dan akselerator melakukan seleksi awal startup berdasarkan kecakapan pitch deck yang dibuat. Tujuan utama dari sebuah pitch-deck ialah memberikan gambaran besar tentang startup, produk, dan model bisnis yang dikembangkan. Di tahap selanjutnya, pitch-deck harus dipresentasikan, menjelaskan lebih detail tentang poin-poin yang ingin dicapai oleh founder. Tidak ada cara lain untuk menyempurnakan pitch-deck dan cara penyampaiannya selain berlatih.

pitch-deck startup
Poin-poin dalam sebuah pitch-deck

Saat membuat pitch-deck, founder perlu menanamkan pola pikir bahwa dirinya sedang meyakinkan orang lain tentang konsep bisnis yang akan benar-benar memberikan keuntungan besar. Saat presentasi, founder harus memberikan energi optimis tentang visi keberhasilan bisnis. Tunjukan bahwa dengan startup berafiliasi dengan program inkubator/akselerator akan mempercepat mencapai garis sukses tersebut.

Temukan kecocokan program

Sebelum menentukan untuk mengikuti program inkubator/akselerator yang mana, founder harus terlebih dulu melakukan riset. Ada beberapa hal yang wajib dipertimbangkan. Selain pertimbangan teknis terkait bidang startup yang dibina, terdapat pertimbangan lain cukup normatif, misalnya dengan melihat benefit apa yang mereka tawarkan? Siapa saja startup sukses yang berhasil dibina? Adakah startup yang gagal, dan apa yang terjadi dengan mereka? Informasi ini tidak bisa hanya ditemukan melalui laman web, melainkan harus berinteraksi langsung dengan penyelenggara program ataupun startup yang pernah terlibat.

Tunjukkan komitmen

Penyelenggara program inkubator atau akselerator berinvestasi pada founder/tim startup, berterima kasihlah dengan menunjukkan komitmen untuk fokus pada hasil keberhasilan. Komitmen tersebut dapat ditunjukkan oleh founder dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada tim untuk dapat bekerja lebih maksimal. Karena dedikasi orang-orang di dalam tim startup tersebut yang akan berkorelasi langsung pada kesuksesan startup.


Tulisan ini diambil dari beberapa nasihat founder startup yang pernah mengikuti program inkubator/akselerator.

Pertumbuhan Startup Baru Melambat, Kesempatan Startup Tahap Awal untuk Berkembang

Sekitar 5-6 tahun lalu, istilah “startup” mulai banyak diperbincangkan. Di kalangan muda, istilah tersebut menjadi lebih populer ketimbang “entrepreneur“. Banyak sekali orang yang antusias dengan dunia startup dan berkeinginan mendirikan startup-nya sendiri, karena terinspirasi pemain yang telah berhasil menoreh sukses.

Istilah startup sendiri muncul ketika teknologi mulai mengambil peran penting dalam sebuah sistem bisnis. Kendati tidak serta-merta, startup banyak merujuk pada bisnis digital yang berupaya menciptakan disrupsi dengan menyuguhkan solusi penyelesaian masalah yang lebih efektif. Lantas, sudah sampai mana perkembangannya sampai saat ini?

DailySocial mencoba menggali insight dari salah satu investor yang cukup berpengalaman dalam bisnis startup, Kevin Darmawan. Ia adalah Founder & Managing Partner Coffee Ventures, spesialisasinya pada early stage startup. Mengawali perbincangan, Kevin menyampaikan pendapatnya bahwa gerakan yang cenderung melambat di lanskap startup saat ini merupakan proses yang sangat wajar.

“Kesuksesan startup yang ada kala itu cukup membuka mata banyak orang. Semua menjadi berpikir membuat perusahaan menggunakan teknologi menjadi solusi keren. Maka banyak orang dengan berbagai latar belakang mencoba masuk ke sana, dengan kapasitas yang belum mumpuni. Sekarang kondisinya berbeda, orang jadi lebih tahu tentang model bisnis dan kondisi yang sebenarnya. Jika diibaratkan perang, sekarang senjatanya jauh lebih siap,” ujar Kevin menerangkan mengapa hype startup terlihat lebih turun dibandingkan awal tren tersebut muncul.

Kevin menjelaskan, perubahan tersebut juga terjadi di kalangan investor. Di awal mungkin banyak investor yang berpikir, investasi di startup nilai dan perputarannya uang kecil. Namun dua tahun terakhir anggapan tersebut cukup terpatahkan, pasalnya investasi di startup juga mampu menghasilkan Return of Investment (ROI) besar. Di Indonesia sendiri investor dari berbagai tempat mulai hadir. Startup mulai diinvestasi dengan nilai yang besar dan dampak yang paling terasa adalah dinamika pasar yang cukup tergoncang.

Terkait melambatnya pertumbuhan startup yang mungkin mulai dirasakan dari dua tahun terakhir Kevin justru beranggapan bahwa itu adalah sebuah proses “seleksi alam” yang baik. Dari sana akan terlihat mana startup yang mau belajar memperbaiki diri dan mana juga yang bisa bertahan dengan persaingan yang semakin ketat.

Proses yang seharusnya di tahap awal

Menurut Kevin, proses eksperimen di startup adalah hal yang tidak bisa dihindari. Misalnya ide awal A harus berubah ke ide B sebagai hasil pivot setelah diuji coba ke konsumen. Yang perlu diperhatikan adalah proses eksperimen tersebut juga harus efektif. Founder harus jeli, bagaimana membuat proses tersebut menjadi lebih cepat dan semurah mungkin.

Ketika harus gagal, setidaknya masih ada energi tersisa untuk memperbaiki diri. Faktanya kebanyakan pelaku startup yang sudah sukses melalui fase awalnya dengan proses eksperimen yang tidak sedikit.

Ada dua permasalahan utama yang sering ditemui pada pemikiran founder di startup tahap awal oleh Kevin. Pertama ialah seputar ide dan asumsinya. Kebanyakan founder berpikir, bahwa ide yang ia temukan terkait permasalahan tertentu memiliki market size yang besar. Kadang mereka lupa untuk memvalidasi melalui riset yang lebih mendalam. Ketika waktu, investasi, dan tenaga sudah terserap banyak, mereka baru menyadari bahwa pasar tidak menginginkan solusi yang ditawarkan.

Yang kedua adalah soal SDM. Hal ini masih berkaitan dengan permasalahan pertama—bahwa kebanyakan dari founder memiliki mindset semua harus cepat. Yang disebut eksperimen, menurut Kevin, harus dilalui dengan sabar, karena yang sebenarnya dipelajari founder dari proses tersebut adalah “detail”.

“Semua pikirannya mau growth hack, growth hack, dan growth hack. Tapi namanya eksperimen harus sabar mempelajari setiap detail, karena dalam startup masing-masing ada ilmunya yang harus dipelajari satu-satu, dari buat produk sampai pemasaran. Harus mendalami eksperimen,” lanjut Kevin.

Banyak masalah yang bisa digali sebagai sumber ide

Salah satu keuntungan tinggal di Indonesia adalah bisa ditemukan banyak permasalahan yang unik. Bahkan tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kevin mencontohkan kebutuhan di Jakarta saja juga berbeda-beda. Katakanlah antara Jakarta Selatan dan Jakarta Utara, dengan pangsa pasar yang heterogen seperti ini, idealnya inovasi bisa ditempatkan secara lebih tepat.

Hal ini menjadi kesempatan besar, karena pada hakikatnya startup di tahap awal fokusnya memang harus pada penyelesaian masalah. Namun demikian ada hal yang sering disepelekan, yakni untuk fokus pada satu titik ide yang sudah tervalidasi di awal.

“Kalau startup identik dengan tim yang masih kecil, dana terbatas, waktu terbatas, sumber daya terbatas, oleh karena itu mereka harus fokus. Jika mereka tidak fokus –misalnya mencoba menyelesaikan dua atau tiga masalah—maka mereka akan selalu mencoba untuk memecahkan semua masalah, ujung-ujungnya malah jadi nothing,” imbuh Kevin.

Startup perlu menemukan spesialisasinya. Di fase awal ini kepercayaan menjadi penting. Kepercayaan tersebut yang akan membentuk brand image startup itu sendiri. Pun ketika melakukan pitching, yang disuguhkan pertama adalah apa yang mau diselesaikan, bukan medium teknologi yang akan disuguhkan sebagai produk.

“Analoginya seperti ini tentang fokus. Katakanlah kita punya bensin satu liter, tapi kita tidak tahu mau ke mana kita pergi, maka kita tidak akan sampai ke mana-mana. Beda saat kita memutuskan untuk mencari jalan terdekat mencari pom bensin, di sana kita bisa mengisi lebih banyak dan bisa pergi lebih jauh. Startup juga seperti itu, keterbatasan di awal harus dimaksimalkan seefektif mungkin,” ujar Kevin.


Prayogo Ryza terlibat dalam kegiatan wawancara tulisan ini.

Layanan E-Commerce DuniaHalal Resmi Meluncur, Sajikan Produk Bersertifikat Halal MUI

DuniaHalal, layanan e-commerce khusus menjual produk bersertifikat halal MUI, mengumumkan peresmian situsnya ke publik, kemarin (6/9). Dalam kesempatan tersebut, pihak DuniaHalal mengungkapkan target yang cukup ambisius untuk dicapai pada setahun mendatang. Mereka ingin mengejar nilai transaksi sebesar Rp1 triliun dengan memiliki 100 ribu produk.

DuniaHalal adalah situs yang menyediakan berbagai produk bersertifikat halal berdiri sejak awal tahun ini. Produk yang dihadirkan, mulai dari fesyen, makanan, minuman, herbal, elektronik, lukisan, hingga otomotif. Selain itu menyediakan layanan berupa paket perjalanan umrah, wisata halal, dan haji.

Terkait target yang ambisius tersebut, secara terpisah kepada DailySocial, Presiden Direktur DuniaHalal Ndang Sutisna tidak menjelaskan secara spesifik hal-hal apa saja yang akan dilakukan. Yang pasti, dia akan memperbanyak jumlah reseller untuk mendongkrak penjualan, sebagai salah satu strategi besarnya.

Selain itu, dia mengungkapkan pihaknya memiliki patokan yang diambil dari bisnis offline serupa yang dilakukan rekan terdahulunya, dia mampu mencetak transaksi pada tahun pertama senilai Rp10 triliun. Apabila model bisnis tersebut dibelokkan ke online, setidaknya dalam setahun, asumsi kue yang bisa diambil minimal 10% dari total atau senilai Rp1 triliun.

“Itu [bisnis rekan saya] yang menjadi benchmark. Dengan bisnis yang sama namun dengan online, tentunya akan permudah orang-orang untuk bertransaksi. Di samping itu, kami juga perbesar seller. Ada strategi lainnya yang siap kami dan rekan-rekan bisnis lakukan untuk capai target tersebut,” ungkap Ndang.

Diferensiasi bisnis dengan kompetitor

Ndang menjelaskan yang membedakan DuniaHalal dengan pemain sejenis, terletak dari hadirnya beragam produk halal yang disajikan. Berbeda dengan lainnya yang kebanyakan lebih mengedepankan layanan berbau halal. Pihaknya juga mendorong pengusaha UKM untuk bergabung dengan memberikan berbagai edukasi, seperti cara menjual barang, pengemasan, hingga pendampingan saat mengajukan label halal MUI.

“Kalau brand halal itu sudah biasa dan ada banyak, sedangkan produk UKM berlabel halal masih sedikit. Makanya kami mau bina mereka agar produk halalnya semakin variatif.”

Dia juga menekankan dalam DuniaHalal juga menjaga ekosistem halal, tidak hanya dengan mensyarakat pencantuman label halal saja tapi juga di sistem pembayaran. DuniaHalal tidak menyediakan opsi pembayaran dengan metode kartu kredit, mengingat terdapat unsur riba. Untuk mengantisipasinya, dalam waktu dekat DuniaHalal akan menghadirkan fasilitas kredit tanpa bunga.

“Kami masih develelop, mungkin dalam beberapa bulan lagi akan segera hadir.”

Ndang mengaku, saat ini DuniaHalal masih menggunakan dana sendiri untuk operasionalnya. DuniaHalal kini memiliki 30 ribu SKU dengan porsi sekitar 40% diantaranya adalah produk dari mitra UKM.

DuniaHalal sudah dapat diakses melalui situs desktop maupun mobile, dapat diunduh pula versi aplikasinya namun untuk sementara baru tersedia untuk pengguna Android.

Application Information Will Show Up Here