Langkah Reynazran Royono Membangun Startup “Fita” Lepas dari Bayangan Telkomsel

Telkomsel resmi meluncurkan platform digital terbaru Fita yang bermain di segmen prevented healthcare. Sebelumnya, aplikasi Fita sudah lebih dulu hadir di Google Play Store dan Apps Store pada pertengahan tahun ini.

Salah satu yang menarik, pada acara peluncuran virtual beberapa waktu lalu, Telkomsel sekaligus memperkenalkan Reynazran Royono sebagai CEO Fita. Pria yang karib disapa Rey ini dikenal sebagai Founder & CEO Snapcart, startup yang menawarkan layanan loyalty.

Dalam wawancara khusus oleh DailySocial.id, Rey mengaku bahwa ia kini telah bekerja sepenuhnya di Fita. “Karena saya founder, tentu saja [nama saya] akan tetap ada di board Snapcart. Namun, [peran saya] hanya key decision-making, tetapi bukan operasional yang mana itu dipegang C-level,” ungkapnya.

Menurut Rey, saat itu Snapcart sempat berencana masuk ke ranah healthtech mengingat vertikal ini mengecap pertumbuhan signifikan di masa Covid-19. Terutama di segmen prevented healthcare yang disebut tumbuh dua kali lipat. Di samping itu, ia melihat supply dan demand di segmen ini belum saling terpenuhi.

Di saat bersamaan, kala itu Telkomsel juga punya rencana serupa untuk masuk ke prevented healthcare melalui Fita, dan Rey mengaku tertarik dengan rencana pengembangannya. Namun, situasi ini dinilai berpotensi menjadi distraksi bagi Snapcart yang ingin masuk ke healthtech. Maka itu, ia memutuskan meninggalkan posisinya sebagai CEO Snapcart.

Gaya startup dan ekosistem

Ada beberapa alasan menarik yang mendorong Rey untuk berlabuh ke Fita. Pertama, Telkomsel memiliki basis pengguna dan ekosistem layanan yang dapat membantunya mengembangkan Fita. Sebagai entrepreneur yang telah malang melintang di ekosistem digital  leverage tersebut sangat signifikan mengingat user base adalah salah satu metrik yang sulit di-scale di startup.

Kedua, Telkomsel disebut memberikan independensi yang besar kepada Rey dan timnya untuk mengembangkan Fita. Menurut Rey, Fita berdiri dengan menggunakan pendekatan ala startup. Secara organisasi, tim Fita yang berjumlah 40 orang itu sepenuhnya berasal dari pro hire. Telkomsel hanya menyertakan satu orang di dalamnya untuk membantu pengembangan dan sinergi Fita.

Selain itu, Telkomsel memberikan keleluasaan pada Fita untuk mengamalkan growth mentality yang lekat pada kultur startup. Hal-hal tersebut dinilai dapat membantunya untuk bereksperimen di Fita, serta leluasa menyalurkan kemampuan dan pengalamannya sebagai entreprenuer.

“Bagi saya, keberhasilan startup didorong oleh tiga hal, yaitu product market-fit, company culture, eksperimentasi dan riset tersendiri, branding, hingga user acquisition. So far, Telkomsel memiliki ketiganya dan tidak ada influence dari sisi korporasi. Agenda ini tidak mungkin di-push dari Telkomsel mengingat mereka tidak punya core di situ [healthtech],” tuturnya.

Rey mengambil contoh pada strategi branding. Menurutnya, branding yang dilakukan Telkomsel bakal menghasilkan emotional selling ketimbang jika dilakukan Fita sendiri yang menurutnya bisa lekat dengan nilai functionality. Inilah salah satu agenda besar yang ingin dicapai Fita.

Rencana jangka panjang Fita

Sejak dikembangkan tahun lalu, Fita disebut telah mencapai product market-fit. Menurut data perusahaan, Fita telah diunduh sebanyak 350 ribu kali di perangkat Android dan iOS. Kemudian, Fita juga menempati peringkat pertama kategori Fitness and Health di Google Play Store Indonesia. Menurut Rey, mengingat 94% pasar Indonesia didominasi perangkat Android, pencapaian ini menjadi signifikan, dan sekaligus membuktikan produknya diterima pasar.

Ia melihat tantangan mengembangkan produk wellness masih besar. Pasalnya, pasar healthtech Indonesia saat ini 70% masih didominasi layanan telemedicine yang akselerasinya meningkat pesat tahun lalu. Pasar wellness mulai memperlihatkan tren pertumbuhan mengingat banyak masyarakat Indonesia kini mulai memperhatikan kesehatan di era Covid-19.

Untuk itu, Rey tengah mendorong awareness Fita agar melekat sebagai produk wellness di Indonesia. Ia juga akan fokus untuk mendorong value proposition produk dan target pasar berdasarkan riset yang telah dilakukannya selama 1,5 tahun terakhir.

Pertama, Fita akan memperkuat lokalisasi konten yang dekat dengan persona orang Indonesia. Konten ini bisa berupa kegiatan olahraga, meal plan, atau community. Selain itu, ia juga akan menggarap sistem reward yang dapat diperoleh dari berbagai konten Fita. Ia berharap konsep reward ini dapat membantu membentuk kebiasaan hidup sehat orang Indonesia.

“Di sini prevented healthcare masih sangat diabaikan. Makanya, kami banyak melakukan partnership untuk menggerakkan wellness di Indonesia. Sembari mencari opportunity untuk monetisasi, kami ingin menciptakan high performance growth startup, tapi tetap sustainable,” ujar Rey.

Sumber: Telkomsel Fita
Sumber: Telkomsel Fita

Terakhir, Fita akan melakukan enhance pada fitur existing untuk meningkatkan pengalaman penggunaan. Ambil contoh, mengetahui jumlah nutrisi dan kalori pada makanan dengan teknologi AI. Contoh lainnya, pemanfaatan AI untuk mengetahui apakah gerakan olahraga yang dilakukan sudah benar.

“Kami menargetkan bisa capai satu juta pengguna dengan menambah sepuluh coach dari posisi 40 coach saat ini. Dalam jangka pendek, kami berharap bisa capture 1%-2% pangsa pasar pada 2-3 tahun ke depan. Kami ingin bereksperimen dulu, jangan sampai langsung monetisasi dengan model berbayar,” tambahnya.

Kesempatan mencari investor

Selama ini, salah satu tantangan operator seluler dalam mengembangkan produk digital adalah mencapai Return of Investment (ROI). Hal ini mengingat industri telekomunikasi merupakan salah satu sektor yang padat investasi sehingga ROI menjadi krusial.

Hal ini turut disoroti pula oleh Rey. Menurutnya, Telkomsel tidak melihat hal tersebut sebagai metrik utama pada pengembangan Fita. Sejak awal Telkomsel telah memberikan komitmen kepada Fita untuk berkembang sebagai startup. “When it comes to metrik yang terukur, kami tidak menggunakan pendapatan, tetapi user base, terutama untuk tiga tahun pertama,” tambahnya.

Lebih lanjut, Rey juga menyebut ia tidak menutup kemungkinan untuk mencari investor di luar lingkup Telkomsel maupun Telkom Group, atau bahkan lepas menjadi entitas terpisah seperti halnya LinkAja (sebelumnya T-cash).

“Ada fasenya untuk ke sana jika melihat pengalaman Telkomsel terdahulu. Saya rasa ini masuk ke plan Kuncie dan Fita. Namun perlu diketahui bahwa saat ini kami belum bisa bicara soal itu mengingat Fita masih dalam struktur Telkomsel, dan terlepas dari pendekatannya sebagai startup.”

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Dash Sports Jembatani Pengguna dengan Kegiatan dan Pusat Olahraga

Besarnya minat masyarakat saat ini untuk melakukan olahraga rekreasi ternyata belum didukung dengan platform online yang relevan. Misalnya acara olahraga atau kegiatan rutin klub olahraga. Melihat peluang tersebut, Dash Sports yang didirikan pada tahun 2020 lalu, hadir menjadi platform digital yang menghubungkan penggemar, klub, komunitas, dan kegiatan olahraga di satu wadah.

Kepada DailySocial.id, Founder Dash Sports Alit Aryaguna mengungkapkan, melalui aplikasinya diharapkan bisa mengubah kebiasaan konvensional pemilik klub olahraga untuk mengelola kegiatan dan anggotanya. Dirinya melihat selama ini semua proses masih dilakukan secara manual.

“Melihat tren di era digital ini, saya terinspirasi untuk menciptakan sebuah aplikasi olahraga yang memberi kemudahan bagi penggunanya. Dari mulai pendaftaran, jadwal latihan, jadwal acara, pemesanan, pembayaran, semua hanya dengan sekali klik. Bisa dibilang aplikasi Dash Sports ini merupakan platform digital sports hub pertama di Indonesia, all in one.”

Secara khusus Dash Sports memiliki dua fitur unggulan, yaitu Joint Event dan Booking Kelas. Dash Sports juga menyediakan pilihan pembayaran secara online yang sudah terintegrasi dalam aplikasi. Pengguna dapat mengakses informasi seputar sesi latihan cabang olahraga untuk dewasa maupun anak-anak yang disediakan. Informasi yang bisa didapat dalam aplikasi ini mencakup jenis olahraga, pelatih, harga, jadwal, lokasi, dan durasi latihan.

Pengguna juga dapat mengundang teman, kenalan atau pengguna lain untuk bergabung ke sesi latihan dan kegiatan olahraga yang sudah dipilih. Dash Sports yang hadir saat ini merupakan versi pertama dan dapat diunduh di Google Play Store untuk perangkat Android, dan akan segera tersedia di App Store.

Turut targetkan segmen B2B

Menargetkan segmen B2B, saat ini Dash Sports telah bermitra dengan beberapa klub olahraga. Selain itu, dalam waktu dekat mereka juga akan menjadi mitra penyelenggara acara olahraga, untuk mengelola proses pendaftaran hingga pembayaran di platform.

“Akhir tahun ini kita ingin gerak cepat melakukan scale up bisnis dengan melakukan kegiatan olahraga. Di sisi lain kami juga terus melakukan edukasi kepada pemilik klub olahraga untuk menggunakan platform,” kata Alit

Karena masih baru meluncur dan sedang dalam proses Minimum Viable Product (MVP), perusahaan belum melakukan kegiatan monetisasi dan semua fitur bisa dinikmati secara gratis. Nantinya jika umpan balik dan data yang terkumpul dari versi pertama ini telah didapatkan, akan ditambahkan beberapa fitur baru dan melancarkan rencana monetisasi Dash Sports di versi aplikasi lanjutan.

Selain Dash Sport, di Indonesia sudah ada beberapa aplikasi yang menyediakan layanan serupa, dengan proposisi nilai masing-masing. Misalnya aplikasi STRONGBEE, pada pertegahan 2020 lalumereka telah menggaet 200 fasilitas olahraga dan 300 pelatih profesional. Layanan STRONGBEE juga memudahkan pencarian dan pemesanan fasilitas olahraga.

Layanan yang lebih spesifik ada AYO Indonesia, menyediakan platform sparring sepakbola dan futsal untuk tim amatir. Selain itu di kancah wellness ada beberapa aplikasi lain, misalnya Doogether yang juga telah terintegrasi dengan ekosistem Gojek melalui GoFitness.

Menurut data yang dihimpun Grand View Research, secara global aplikasi fitnes dan olahraga berhasil membukukan nilai pasar hinga $4,4 miliar pada 2020, diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR 21,6% di rentang 2021-2028. Pandemi juga memunculkan tren baru, seperti layanan olahraga yang dilakukan secara virtual — faktanya menurut data World Economic Forum pada September 2020, unduhan aplikasi fitnes dan kesehatan meningkat 46% sepanjang pandemi.

Didukung CEO Investree

Berbeda dengan platform lifestyle dan wellness lainnya yang hanya fokus kepada beberapa jenis olahraga dan bermitra hanya dengan pemilik studio saja, Dash Sports mengklaim sebagai platform pertama yang mampu mengakomodasi varian cabang olahraga. Tidak hanya cabang olahraga lari saja, tapi sudah ada renang, sepeda, dan mat pilates. Untuk ke depannya Dash Sports akan terus bertumbuh dan menambah cabang olahraga lain.

Selain menyediakan layanan pusat olahraga di Jakarta, Dash Sports juga melebarkan sayapnya dengan membuka cabang olahraga lari di Bandung dengan konsep yang sama. Dash Sports juga mendirikan Dash Kids, sebuah program yang diperuntukkan bagi anak berusia 4 hingga 15 tahun. Dash Kids mencakup cabang olahraga lari dan renang dengan program latihan yang dibuat khusus untuk mengembangkan keahlian olahraga masing-masing anak oleh pelatih bersertifikat.

Untuk mempercepat pertumbuhan, Dash Sports juga telah mendapatkan dukungan pendanaan awal dari Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi. Bukan hanya sebagai investor, Adrian yang juga merupakan teman lama dari Alit pendiri dari Dash Sports, juga bertugas sebagai advisor di Dash Sports.

“Di lihat dari sisi teknologi, aplikasi ini sangat unik karena saya belum pernah melihat ada aplikasi olahraga yang sangat terintegrasi untuk memenuhi semua kebutuhan olahraga kita. Terlebih nantinya jika acara olahraga sudah berjalan lagi tentunya akan bekerja sama dengan Dash jadi untuk pendaftaran dan pembelian tiket bisa melalui Dash Sports App. Jadi aplikasi ini hadir sebagai solusi bagi kebutuhan dan keinginan penggemar olahraga,” kata Adrian.

Melihat besarnya potensi untuk mengembangkan vertikal bisnis, ke depannya Dash Sports juga memiliki rencana dengan menjalin kolaborasi dengan platform seperti Traveloka dan Tiket. Memanfaatkan fitur Atraksi dalam platform mereka, diharapkan Dash Sports bisa menjadi mitra strategis.

“Antusias melakukan aktivitas olahraga rekreasi cukup besar minatnya saat ini di kalangan masyarakat Indonesia. Bukan cuma event olahraga saja tapi turunannya, mulai dari makanan, pakaian dan sepatu olahraga hingga produk pendukung lainnya,” kata Alit.

Application Information Will Show Up Here

Jajaki Sektor Wellness, Indosat Ooredoo Luncurkan Aplikasi IMove

Perusahaan telekomunikasi Indosat Ooredoo meluncurkan inisiatif barunya IMove, sebuah platform yang menawarkan pengalaman gaya hidup sehat dengan konsep gamifikasi yang berhadiah. Peluncuran ini juga sebagai upaya Indosat Ooredoo untuk mendukung Pemerintah mewujudkan Indonesia Sehat 2025.

Menurut data WHO, jumlah orang dewasa yang kelebihan berat badan di Indonesia telah meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Obesitas pada anak juga meningkat, dengan satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, menurut Survei Riset Kesehatan Dasar nasional 2018.

Dalam laporan ini, aktivitas fisik yang rendah juga disebut sebagai faktor utama keempat penyebab kematian. Kehidupan di kota besar menjadi salah satu yang mempengaruhi gaya hidup tidak sehat dengan akses yang relatif mudah untuk makanan olahan serta kurangnya pergerakan melalui penggunaan transportasi bermotor dan peningkatan penggunaan layar untuk bekerja, pendidikan dan rekreasi.

IMove menawarkan pendekatan holistik untuk kesehatan yang optimal, dengan fokus pada gerakan, nutrisi, dan kesehatan emosional. Pengguna dapat mengikuti berbagai tantangan gamifikasi untuk berolahraga lebih banyak, menurunkan berat badan, makan lebih sehat, dan menjadi pribadi yang lebih sehat.

SVP-Head of Digital Services Indosat Ooredoo, Sudheer Chawla mengatakan, “Melakukan gaya hidup sehat sangat penting, terutama di masa pandemi ini. Oleh karena itu, kami meluncurkan IMove untuk mendorong masyarakat menjalani gaya hidup yang lebih sehat dengan konsep gamifikasi. Melalui IMove, kami menawarkan platform goal-setting, habit tracker, dan komunitas online, membantu pengguna mencapai tujuan individu mereka, tetap berkomitmen, dan mendapatkan hadiah. Kami berharap pelanggan kami akan memilih IMove sebagai pilihan pertama mereka untuk menerapkan gaya hidup sehat dan lebih aktif.”

Platform ini memiliki tiga fitur utama: Coaches, Social Wall, dan Rewards. Dalam fitur Coaches, pengguna dapat menikmati berbagai wawasan informatif, seperti rencana dan resep makan, rutinitas dan latihan kebugaran, serta tips gaya hidup sehat dari para pelatih profesional bersertifikat. Melalui Social Wall, pengguna dapat berbagi kemajuan mereka untuk saling mendukung dan berinteraksi. Sementara itu, pengguna dapat mengumpulkan trofi untuk setiap kegiatan dan melakukan redeem di store dengan fitur Rewards.

Selain itu, terdapat fitur Tantangan Leaderboard of Step, pengguna IMove dapat membandingkan kemajuan mereka dengan peserta lain. Platform ini menawarkan tantangan gratis hingga pro dengan berlangganan mulai dari Rp1.000/hari. Aplikasi ini telah tersedia di Google Play Store dan App Store.

Platform wellness di Indonesia

Pandemi Covid-19 ini menyerang satu hal yang terkadang tidak dianggap serius oleh sejumlah orang, yaitu kesehatan tubuh. Banyak orang yang kini lebih peduli dengan kesehatan mereka dan mulai mau menyisihkan uang demi menjaga kebugaran. Namun, pembatasan interaksi fisik memaksa mereka untuk menjalankan workout atau olahraga di rumah. Hal ini membuka peluang bagi pasar wellness di tanah air.

Dalam Laporan DSResearch bersama FITCO yang bertajuk “Pemahaman Pasar Wellness di Indonesia”, pangsa pasar industri wellness terbilang sangat menjanjikan. Hasil riset Global Wellness Institute (GWI) di tahun 2017 memprediksi industri ini bernilai $4,2 triliun secara global dengan pertumbuhan mencapai 6,4% per tahun.

Di Indonesia sendiri, beberapa platform yang fokus untuk menyediakan solusi gaya hidup sehat termasuk Doogether dan FITCO. Selain solusi kebugaran, untuk menguatkan posisi sebagai wellness tech startup dengan ekosistem yang holistik, FITCO juga mengembangkan beberapa subvertikal bisnis, seperti makanan sehat dan marketplace untuk alat olahraga.

Dalam kaitannya dengan perusahaan telekomunikasi, IMove bukan satu-satunya inisiatif kesehatan sosial yang didukung oleh operator telekomunikasi. Sebelumnya, Telkomsel juga telah lebih dulu menjajaki ranah layanan kesehatan digital dengan aplikasi Fita. Belum banyak eksplorasi yang dilakukan dalam platform ini, baru tersedia program olahraga, tutorial olahraga, serta tutorial resep makanan sehat.

Application Information Will Show Up Here

Platform Konsultasi Gizi Sirka.io Segera Rampungkan Penggalangan Dana Lanjutan

Tercatat saat ini 1 dari 3 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dengan Body Mass Index (BMI) di atas 25. Meskipun BMI bukan satu-satunya referensi ukuran, namun biasanya dari hasil tersebut akan ada ada relasi dengan penyakit kronis terutama untuk jangka panjang.

Berangkat dari pengalaman pribadi kedua pendirinya yaitu Rifanditto Adhikara dan Vincentius Dito Krista Holanda saat harus berhadapan dengan persoalan penyakit kronis yang dimiliki oleh orang tua mereka, platform kesehatan Sirka.io diluncurkan. Layanan tersebut berfungsi untuk memonitor dan mencegah penyakit melalui program konsultasi terpadu dengan ahli gizi secara online.

Kepada DailySocial.id, Rifanditto selaku CEO mengungkapkan, melalui platform Sirka.io diharapkan bisa mendemokratisasi layanan konsultasi ahli gizi dan nutrisi yang berkualitas secara online fokus kepada chronic prevention program.

“Saat ini sudah banyak layanan yang menawarkan konsultasi program diet atau rekomendasi nutrisi yang tepat untuk mereka yang memiliki penyakit seperti hipertensi hingga diabetes secara offline. Melalui Sirka.io kami ingin menjembatani kebutuhan orang banyak terhadap masalah tersebut secara online sekaligus membantu ahli nutrisi dan ahli gizi di Indonesia untuk mendapatkan jenjang karier yang lebih baik.”

Sejak diluncurkan bulan April tahun ini, Sirka.io telah memiliki pertumbuhan pengguna hingga 60% setiap bulannya. Layanan tersebut sudah bisa diakses melalui perangkat Android dan segera menyusul di sistem operasi iOS dalam waktu dekat. Mereka juga telah melayani di 32 kota dengan jumlah ahli gizi dan nutrisi yang dimiliki sekitar 10 orang.

Untuk menyelaraskan misi dan visi perusahaan, Sirka.io tidak merekrut mitra, namun langsung mempekerjakan ahli gizi dan nutrisi menjadi pegawai. Cara seperti itu menurut mereka lebih efisien bagi perusahaan untuk saat ini dan ke depannya.

“Agar hasil program bisa lebih efektif kami menerapkan pilihan subscription kepada pengguna. Dengan demikian konsultasi dan program bisa dilakukan secara bertahap hingga mendapatkan hasil yang sesuai,” kata Rifanditto.

Terkait dengan program yang paling banyak dipilih oleh pengguna yaitu program weight loss dan wellness, yaitu program yang memberikan mereka rekomendasi makanan yang ideal berdasarkan ahli gizi dan nutrisi. Untuk kegiatan pemasaran, Sirka.io memanfaatkan jaringan ahli gizi dan nutrisi yang telah bergabung untuk melakukan kegiatan pemasaran. Fokus perusahaan saat adalah lebih kepada nutrisi dan membangun brand.

Segera rampungkan penggalangan dana lanjutan

Setelah mengantongi pendanaan tahap awal dari Sequoia Capital, Y Combinator, dan mantan partner Sequoia Tim Lee awal bulan September tahun ini, saat ini Sirka.io sedang dalam proses merampungkan penggalangan dana baru yang rencananya akan diumumkan awal tahun 2022 mendatang.

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun teknologi dan merekrut tim engineer, membuat perusahaan membutuhkan dana segar untuk mempercepat pertumbuhan. Pendanaan yang telah diterima sebelumnya, kebanyakan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk, merekrut tim engineer dan sisanya untuk kegiatan pemasaran.

“Sebagai pemain baru kami belum ingin melakukan kegiatan pemasaran secara masif. Fokus kami saat ini adalah mengembangkan teknologi yang tujuannya untuk mempermudah pengguna mengakses layanan kami,” kata Rifanditto.

Startup yang merupakan lulusan program Y Combinator ini juga ingin menghadirkan konten yang relevan kepada pengguna dalam aplikasi. Dengan demikian bukan hanya mendapatkan informasi dari ahli gizi saja pengguna juga bisa mendapatkan informasi seputar gizi dan kesehatan dari konten yang dibuat sendiri oleh tim Sirka.io.

Disinggung siapa kompetitor Sirka.io saat ini, diungkapkan oleh Rifanditto hingga saat ini belum ada pemain lokal hingga asing yang tampil unggul menawarkan layanan seperti Sirka.io di Indonesia. Namun demikian saat ini sudah mulai ada pemain lokal yang menawarkan layanan hampir serupa dengan Sirka.io, demikian juga pemain asing dari India yang berencana untuk masuk ke pasar Indonesia dalam waktu dekat.

“Target Sirka.io selanjutnya adalah selain menambah jumlah pengguna, kami juga ingin terus menghadirkan fitur baru yang bisa bermanfaat untuk pengguna Sirka.io,” kata Rifanditto.

Application Information Will Show Up Here

Base Segera Rambah Kategori Produk Baru Setelah Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A

Startup direct-to-consumer (DTC) “Base” akan segera melebarkan sayap ke kategori baru untuk melengkapi kebutuhan skincare dan wellness untuk konsumen, setelah mengantongi pendanaan pra-seri A. Putaran tersebut dipimpin oleh Skystar Capital dengan partisipasi dari East Ventures dan Antler, yang merupakan investor sebelumnya.

Tidak disebutkan nominal yang didapat, sejumlah jajaran investor baru turut berpartisipasi, di antaranya iSeed Southeast Asia, Pegasus Tech Ventures, XA Network, serta angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & Chief Product Officer Base Ratih Permata Sari mengatakan, perusahaan juga akan menggunakan dana segar tersebut untuk mempercepat upaya pertumbuhan dengan fokus utama untuk mendapatkan lebih banyak konsumen di kota-kota regional Indonesia lainnya.

“Saat ini, kami sedang dalam tahap pemetaan dan eksplorasi lebih lanjut dengan beberapa perusahaan portfolio jaringan investor kami untuk upaya sinergi pertumbuhan Base dalam lingkup supply chain dan juga distribusi,” kata dia.

Base diluncurkan pada Januari 2020 dikenal sebagai brand skincare yang menawarkan personalisasi rekomendasi perawatan kulit dengan teknologi eksklusif, yaitu Smart Skin Test. Base menggunakan berbahan dasar berkualitas, vegan, organik, dan halal, untuk pembersih wajah hingga sunscreen yang dapat digunakan generasi muda sebagai target konsumennya.

Ratih melanjutkan, Base ingin menjadi perusahaan tech-beauty yang relevan untuk generasi muda. Oleh karenanya, perusahaan terus mendengarkan dan memperbarui pengalaman digital dan kualitas produk fisik agar dapat terikat erat dengan konsumen.

“Alur distribusi utama Base adalah melalui jalur pemasaran online dan kondisi pandemi membantu kami mempercepat laju adopsi pembelian produk Base karena semakin banyak jumlah konsumen yang berbelanja melalui handphone mereka,” tambah dia.

Produk Base / Base

Dalam keterangan resmi, Partner dari Skystar Capital Geraldine Oetama mengatakan keinginannya untuk dapat memperluas jangkauan Base di Indonesia. Menurutnya, skincare adalah segmen pasar yang berkembang pesat dan Base telah memecahkan masalah umum dalam menemukan produk yang sesuai dengan beragam jenis kulit, goals, dan gaya hidup.

“Base menggunakan teknologi dan data untuk memberikan skincare personalisasi yang efektif, bebas dari parabens, dan juga vegan. Meningkatnya permintaan akan skincare, ditambah dengan pendekatan teknologi dan personalisasi Base yang unik, membuat kami sangat bersemangat untuk membawa Base ke tahap selanjutnya,” terang Geraldine.

Co-founder & CEO Base Yaumi Fauziah Sugiharta menambahkan, “Kami sangat bersemangat untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang dengan partner investor yang sudah bergabung dengan Base sejak tahap awal, dan memulai kemitraan strategis dengan investor baru untuk memperkuat posisi perusahaan dalam mengembangkan industri kecantikan di Indonesia.”

Dalam kesempatan yang sama, Base menyambut Cissylia Stefani-van Leeuwen sebagai Brand Director perusahaan dalam upaya masuk ke fase pertumbuhan selanjutnya. Sebelumnya, ia memegang peran sebagai VP Brand di perusahaan teknologi raksasa lokal seperti Gojek & Tokopedia. Berbekal pemahaman mengenai teknologi serta pengalaman konsumen yang inovatif, Base menciptakan gebrakan segar untuk kategori kecantikan yang ramai.

Potensi bisnis industri kecantikan

Yaumi melanjutkan, selama pandemi pendapatan tahunan Base tumbuh lebih dari 24 kali lipat yang didorong dengan langkah afiliasi komunitas. Konsumen Base telah membantu penjualan melalui komisi dan melakukan langkah co-creation dengan komunitas, seperti meluncurkan beberapa kemasan limited-edition yang dirancang oleh konsumen dan ilustrator muda ternama lokal.

“Berkat hubungan langsung yang kami miliki dengan konsumen kami, Base menjadi ruang aman bagi para konsumen untuk dapat merasa lebih nyaman dengan kulit masing-masing. Kami menjunjung tinggi keberagaman dan menawarkan produk yang fleksibel, terlepas dari jenis gender, seperti sunscreen yang dapat digunakan oleh siapa saja.”

Penelitian Euromonitor menunjukkan bahwa industri kecantikan tetap tangguh menghadapi pandemi dibandingkan dengan industri lain yang terkena dampaknya. Pasar kecantikan di Indonesia diprediksikan akan mencapai $10 miliar pada 2025, utamanya didorong oleh kategori perawatan diri (perawatan rambut, perawatan tubuh) dan skincare, dengan tingkat pertumbuhan tahunan yang pesat sebesar 6%.

Apa yang dipaparkan Euromonitor, tercermin dengan baik di Indonesia. Yaumi turut memantau bahwa selama pandemi ini, semakin banyak brand kecantikan indie lokal yang bermunculan. Ia menilai kondisi tersebut sangat positif karena memperlihatkan bahwa adanya potensi adanya potensi yang sangat besar dan juga antusiasme dari potensial konsumen yang mulai beralih untuk menggunakan produk lokal.

Meski persaingan mulai ketat, kue bisnis kecantikan ini masih begitu besar karena keberagaman profil konsumen yang membutuhkan opsi jenis produk, misalnya dari harga ataupun usia pengguna dari konsumen. “Dalam hal ini, Base merasa bangga dapat turut serta untuk menjadi salah satu pemain lokal yang dapat menggerakkan ekonomi Indonesia melalui industri kecantikan yang berfokus untuk melayani konsumen Gen-Z dan Millennial,” tutupnya.

Fits.id Masuk ke Segmen B2B Lewat Aplikasi BeneFits

Meningkatnya kesadaran untuk mengonsumsi makanan, minuman, hingga suplemen sehat saat pandemi menghadirkan peluang tersendiri bagi platform wellness-commerce Fits.id. Meluncur sejak tahun 2019 lalu, mereka mengklaim telah memiliki ribuan pengguna dan ratusan mitra yang tersebar di berbagai kota.

Untuk meningkatkan penetrasi bisnisnya, Fits.id juga membuka peluang kolaborasi dengan mitra UMKM dan brand yang memiliki tujuan yang sama untuk membangun masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.

Dari data yang disampaikan, selama masa pandemi ini terdapat peningkatan dalam beberapa produk. Perusahaan mencatat produk dan layanan yang paling banyak diminati hingga saat ini adalah produk makanan sehat dan perlengkapan medis.

“Masyarakat sudah mulai aware dengan asupan makanan yang mereka konsumsi dan juga kebutuhan medis yang tengah meningkat di masa pandemi ini. Produk seperti Covid-19 screening, paket layanan isoman, health talks, online sport, dan lainnya menjadi pilihan,” kata CEO Fits.id Pondra Nala Permana.

Tahun ini ada sejumlah rencana yang ingin dilancarkan, fokusnya untuk memperkuat keberadaan Fits.id di Indonesia melalui pencapaian total jumlah pengguna, revenue dan market share di wellness industry. Jika hal tersebut telah tercapai, akan dilanjutkan dengan penggalangan dana ke investor.

Rencana lainnya adalah melakukan penetrasi dan edukasi kegunaan aplikasi BeneFits yang baru saja diluncurkan ke target pasar seperti UMKM dan korporasi, sehingga penggunaan platform ini bisa lebih dikenal masyarakat luas.

Bersama Ocktolife luncurkan aplikasi BeneFits

Aplikasi BeneFits
Tampilan aplikasi BeneFits

Bertujuan untuk mengembangkan inovasi baru, Fits.id yang juga merupakan anak perusahaan salah satu pialang asuransi di Indonesia “INTEGRA”, menggandeng Ocktolife meluncurkan aplikasi BeneFits. Aplikasi BeneFits nantinya menyediakan produk dan layanan kesehatan yang komprehensif seperti makanan sehat, produk olahraga, suplemen, asuransi, pemeriksaan kesehatan, dan masih banyak lagi.

Kemitraan strategis ini penting bagi Ocktolife sebagai upaya mereka untuk memasuki pasar Asia Tenggara yang dimulai dari Indonesia, banyak masyarakat yang belum memiliki asuransi. Ocktolife adalah perusahaan teknologi perawatan kesehatan prediktif (healthtech) yang berbasis di Singapura.

Aplikasi BeneFits memungkinkan perusahaan hingga startup untuk melibatkan dan mempertahankan tenaga kerja milenial mereka dengan menawarkan produk kesehatan holistik yang disesuaikan dengan masing-masing karyawan. Karyawan dapat menggunakan aplikasi BeneFits untuk menyesuaikan atau mempersonalisasi asuransi kumpulan mereka.

“Dengan pengalaman dan kemampuan Ocktolife di bidang healthtech, kami yakin kerja sama ini akan berjalan dengan baik. Platform yang dibangun menawarkan rangkaian manfaat dan penghargaan kesehatan/kebugaran yang komprehensif kepada karyawan. Berdasarkan proposisi unik tersebut kami siap melakukan penetrasi pasar UMKM dan perusahaan besar di Indonesia,” kata Pondra.

Dalam sebuah penelitian yang diluncurkan oleh Mercer terungkap, di Indonesia, 49% perusahaan berencana untuk menawarkan akses kesehatan yang lebih besar secara remote, dibandingkan dengan hanya 36% dari rekan-rekan global mereka. Pemberian perawatan digital akan menjadi inti dari program untuk melibatkan kembali karyawan dalam kesejahteraan jangka panjang mereka.

Dalam laporan tersebut juga terungkap 49% ingin memungkinkan pemeriksaan kesehatan digital untuk mempromosikan tujuan kesehatan dan 40% menambahkan benefit untuk mengatasi masalah kesehatan mental atau emosional.

Selain itu, sekitar 82% organisasi sudah menggunakan atau berencana untuk meningkatkan analitik kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Perusahaan juga mulai menyadari bahwa kesejahteraan finansial penting bagi karyawan mereka dengan4 dari 10 orang ingin meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan finansial karyawan melalui analitik.

Rey Assurance Hadirkan Layanan Insurtech yang Terintegrasi dengan Wellness

Platform insurtech Rey Assurance mendapatkan pendanaan pre-seed sebesar $1 juta atau 14,2 miliar Rupiah dari Trans-Pacific Technology Fund. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengoptimalkan produk dan layanan yang dijajakan.

Sebagaimana dilaporkan Techcrunch, mereka mengklaim sebagai platform penyedia asuransi jiwa dan kesehatan pertama yang terintegrasi dengan ekosistem kesehatan dan wellness. Beberapa layanannya antara lain pemeriksaan gejala mandiri, telekonsultasi, pemesanan dan pengiriman obat, serta fitur kebugaran.

Beberapa keunggulan yang ditawarkan adalah Rey bermitra perusahaan asuransi untuk membuat polis kepemilikan alih-alih melakukan underwriting sendiri. Rey juga menawarkan proses onboarding cepat yang dapat dilakukan sepenuhnya melalui online dalam kurun waktu 5 menit. Demikian juga dengan penanganan klaim.

Rey Assurance didirikan oleh Evan Tanotogono dan Bobby Siagian. Evan yang kini menjabat sebagai CEO sebelumnya berkarir di Sequis Life dan Tokopedia. Sementara Bobby yang menduduki posisi CTO juga pernah bekerja di Tokopedia, Mbiz, dan Bizzy.

Pendekatan baru dengan model langganan

Dihubungi secara terpisah, Co-founder & CEO Rey Assurance Evan Tanotogono mengatakan, pihaknya berupaya menyederhanakan produk asuransi yang selama ini ada di pasaran dengan pendekatan baru, yakni model berlangganan (subscription). Menurutnya, isu-isu pelik di industri asuransi sudah mengakar, terlebih penetrasinya masih rendah dan sulit tumbuh signifikan.

Maka itu, model berlangganan diyakini dapat mengubah mindset masyarakat dalam membeli produk asuransi. Mindset yang ingin diciptakan adalah membeli sebuah produk sebagai bagian dari ekosistem besar di mana Rey memiliki akses ke ekosistem tersebut.

“Yang kami lakukan sebetulnya mengubah konsep dari ‘product that is just a policy‘ menjadi ‘product that takes care of you‘. Kami pikir perlu melakukan pendekatan berbeda, dan orang tidak mungkin memiliki ekspektasi hasil berbeda kalau hanya melakukan hal yang sama,” ujar Evan kepada DailySocial.id.

Menurutnya, dengan mengintegrasikan ke layanan kesehatan dan wellness, masyarakat seharusnya tidak perlu berpikir bahwa asuransi menjadi “produk yang jangan sampai dipakai” melainkan sebagai sebuah perjalanan transformasi menjadi manusia yang lebih baik.

Saat ini, Rey baru menawarkan tiga opsi langganan, yaitu di harga Rp69 ribu/bulan, Rp89 ribu/bulan, dan Rp99 ribu/bulan yang di dalamnya sudah termasuk bundle layanan rawat jalan, telekonsultasi, pengecekan gejala, dan asuransi.

Mengingat timnya masih mengembangkan produk secara minimum viable product (MVP), Evan menyebut saat ini baru tersedia tiga layanan di aplikasi Rey, yakni Cek Gejala, Chat Dokter, dam Pesan Obat. Sementara, pembelian asuransi baru tersedia di platform web.

“Produk asuransi kami sudah punya dua mitra saat ini yang pakai existing produk untuk MVP. Meanwhile we are designing our own proprietary designs soon,” tambahnya.

Penetrasi asuransi dan kebangkitan insurtech

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat adanya tren pertumbuhan positif pada kinerja industri asuransi di situasi pandemi Covid-19 ini. Mengutip Bisnis.com, penetrasi asuransi di Indonesia pada semester I 2021 memang masih relatif stagnan, akan tetapi meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Pada 2019, penetrasi asuransi tercatat hanya 2,81%, lalu naik menjadi 2,92% di 2020. Kemudian, angka tersebut tumbuh menjadi 3,11% pada Juni 2021 yang menunjukkan sinyal pertumbuhan positif bagi industri asuransi Indonesia.

Berdasarkan Insurtech Ecosystem in Indonesia Report oleh DSInnovate, penetrasi asuransi dinilai masih sangat rendah akibat kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk asuransi beserta manfaatnya. Maka itu, kolaborasi asuransi dan teknologi dinilai dapat meningkatkan awareness dan membuka akses produk di kalangan masyarakat.

Elemen kunci pada adopsi insurtech / DSResearch
Elemen kunci pada adopsi insurtech / DSInnovate

Dari sisi bisnis, platform digital juga dibutuhkan untuk menjembatani kegiatan distribusi guna mengurangi biaya operasional di lapangan melalui sinergi antara perusahaan asuransi, insurtech, dan platform digital.

Application Information Will Show Up Here

Edu-Wellness Startup “Mindtera” Secures Seed Funding from East Ventures

Educational platform for self-development (edu-wellness) Mindtera has announced seed funding with undisclosed amount led by East Ventures. Silicon Valley-based Hustle Fund, Henry Hendrawan, and several angel investors in the tech industry participated in this round.

The fresh funds will be used to accelerate its mission in helping people live their best lives, by providing access to a curriculum for self-development learning across a wide range of lives.

“This latest funding will be used to strengthen product and technology teams, launch more exciting features, increase brand awareness, and build capacity in response to market needs. We welcome passionate talent to join us on this journey,” Mindtera‘s Co-founder & CMO Bayu Bhaskoro said in an official statement, Monday (23/8).

The concept

This startup’s other founder is Tita Ardiati. She is a licensed life coach who has spent more than 500 hours with 100 clients and is a senior statistician with experience working at multinational research institutions, such as YouGov and Nielsen. Meanwhile, Bayu has experience as a senior creative professional with various achievements.

Mindtera’s Co-Founder & CEO, Tita Ardiati said, this platform was established to provide education and training on emotional, social and physical intelligence in digital format for individuals and companies. Mindtera’s multiple intelligence curriculum has been scientifically and clinically validated by life coaches, educators, and clinical psychologists.

In addition, this learning platform will also build a community as a daily support system for its users. “Mindtera aims to overcome this imbalance by designing and building educational products containing multiple intelligences (multi-intelligence approach),” she explained.

She also mentioned, “[..] We provide content that opens up insights about multiple intelligences to more individuals and companies. Through Mindtera, look forward to accessibility, relevance and community in a digital format that will help increase your potential.”

According to the Harvard Business Review (HBR), emotional intelligence (EQ) is twice as important as any other skill for achieving personal growth and well-being, whether at home or at work. Generally, in schools, even edtech, focus on technical and academic abilities.

Nowadays, it’s almost hard to find solutions to improve an individual’s EQ in a structured way to better navigate life. Especially amidst the pandemic, EQ has become an important aspect to help people adapt to unprecedented changes and uncertainties.

East Ventures’ partner, Melisa Irene said, “[..] We believe Mindtera will pave the way for changing people’s understanding of intelligence as a whole, equipping people with the right curriculum and services to achieve life satisfaction.”

Wellness market share

Indonesia’s market share for fitness and wellness industry has grown significantly over the past few years. Euromonitor International’s data shows that Indonesia’s health and wellness food and beverage market has grown 51% in five years and become the current $9 billion industry.

Meanwhile, according to a report from the International Association of Health Clubs, Rackets and Sports, the country’s fitness industry grew by 45% in three years to $271 million in 2017. In Indonesia, wellness players serve across multiple verticals. It includes Fit Company, DOOgether, Jovee, YouVit, ClassPass, R Fitness, and many more.

Source: Euromonitor

The lucrative potential for economic value has made several digital innovators jump into this area. Carrying the concept of an educational application that focuses more on fitness and physical health activities, Telkomsel released the “Fita” application this year. To date, the app is still in its early access phase. It offers several products, from 1-on-1 tutoring services with professional trainers, on-demand workout videos, exercise programs, tips and nutritious food recipes.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Edu-Wellness “Mindtera” Tutup Pendanaan Tahap Awal dari East Ventures

Platform edukasi pengembangan diri (edu-wellness) Mindtera mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nilai dirahasiakan yang dipimpin East Ventures. Hustle Fund yang berbasis di Silicon Valley, Henry Hendrawan, dan beberapa angel investor di industri teknologi turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Dana segar ini akan digunakan perusahaan untuk mempercepat misinya dalam membantu orang menjalani kehidupan terbaiknya, dengan menyediakan akses kurikulum pembelajaran pengembangan diri di berbagai kehidupan.

“Pendanaan baru ini akan digunakan untuk memperkuat tim produk dan teknologi, meluncurkan lebih banyak fitur menarik, meningkatkan brand awareness, dan membangun kapasitas dalam menanggapi kebutuhan pasar. Kami menyambut talenta yang bersemangat untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan ini,” kata Co-founder & CMO Mindtera Bayu Bhaskoro dalam keterangan resmi, Senin (23/8).

Konsep layanan

Selain Bayu, startup ini turut didirikan oleh Tita Ardiati. Tita adalah life coach berlisensi yang telah menghabiskan lebih dari 500 jam dengan 100 klien dan ahli statistik senior dengan pengalaman kerja di lembaga penelitian multinasional, seperti YouGov dan Nielsen. Sementara, Bayu memiliki pengalaman sebagai senior kreatif profesional yang telah memenangkan berbagai penghargaan.

Co-Founder & CEO Mindtera Tita Ardiati menjelaskan, platform ini didirikan untuk memberikan edukasi dan pelatihan kecerdasan emosional, sosial dan fisik dalam format digital untuk individu dan perusahaan. Kurikulum kecerdasan majemuk Mindtera telah divalidasi secara ilmiah dan klinis oleh para life coach, edukator, dan psikolog klinis.

Selain itu, platform pembelajaran ini juga akan membangun komunitas sebagai support system harian bagi penggunanya. “Mindtera bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ini dengan merancang dan membangun produk edukasi bermuatan kecerdasan majemuk (multi-intelligence approach),” terangnya.

Dia melanjutkan, “[..] Kami menyediakan konten yang membuka wawasan tentang kecerdasan majemuk ke lebih banyak individu dan perusahaan. Melalui Mindtera, nantikan aksesibilitas, relevansi, dan komunitas dalam format digital yang akan membantu meningkatkan potensi diri.”

Menurut Harvard Business Review (HBR), kecerdasan emosional (EQ) dua kali lebih penting daripada keterampilan lain untuk mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan pribadi, baik di rumah atau di tempat kerja. Umumnya, di sekolah, bahkan edtech, berfokus pada kemampuan teknis dan akademis.

Namun, solusi untuk meningkatkan EQ individu secara terstruktur dalam menavigasi kehidupan dengan lebih baik hampir sulit ditemukan pada saat ini. Khusus di tengah pandemi ini, EQ menjadi aspek penting untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, “[..] Kami percaya Mindtera akan membuka jalan untuk mengubah pemahaman masyarakat tentang kecerdasan secara keseluruhan, membekali masyarakat dengan kurikulum dan layanan yang tepat sehingga mereka dapat mencapai kepuasan hidup.”

Pangsa pasar wellness

Pangsa pasar industri fitness dan wellness Indonesia telah tumbuh secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. Data dari Euromonitor International menunjukkan bahwa pasar makanan dan minuman kesehatan dan kebugaran Indonesia telah tumbuh 51% dalam lima tahun menjadi industri senilai $9 miliar saat ini.

Sementara itu, menurut laporan dari Asosiasi Internasional Klub Kesehatan, Raket dan Olahraga, industri kebugaran negara itu tumbuh sebesar 45% dalam tiga tahun menjadi $271 juta pada tahun 2017. Di Indonesia, pemain wellness tersebar di berbagai vertikal. Di antaranya Fit Company, DOOgether, Jovee, YouVit, ClassPass, R Fitness, dan masih banyak lagi.

Sumber: Euromonitor

Potensi nilai ekonomi yang menggiurkan membuat beberapa inovator digital terjun ke ranah tersebut. Mengusung konsep aplikasi edukasi yang lebih fokus ke kegiatan kebugaran dan kesehatan fisik, Telkomsel tahun ini juga merilis aplikasi “Fita”. Sampai saat ini aplikasi tersebut masih di fase early access. Di dalamnya menawarkan beberapa produk, mulai dari layanan bimbingan 1-on-1 dengan pelatih profesional, video latihan on-demand, program olahraga, tips dan resep makanan bergizi.

Doogether Secures Pre Series A Funding, to Release a New Feature

Doogether, a startup engaged in the wellness segment, announced the pre-series A funding with an undisclosed value from Asiantrust Capital, Prasetia Dwidharma, Alexander Rusli, and others. The fresh money will be used for the development of optimization, innovation and improvement of products and services.

Prasetia Dwidharma was Doogether’s previous investor involved in the seed round in April 2019. Also, Alexander Rusli entered in the following round. The seed round was led by Gobi Agung, with participation of Everhaus, Prasetia, and Cana Asia.

In an official statement, Doogether’s Co-Founder & CEO Fauzan Gani expressed his gratitude to the ranks of investors who participated in this round. “The series of funding received by Doogether will be used for optimization, innovation and improvement of products and services offered by the company or its applications,” he said, Tuesday (27/4).

Doogether is a startup vertical with blessing in disguise due to pandemic. Since the WFH policy, Doogether has released a live streaming online sports class, Doolive in April 2020. Active users grew by 77 times from early 2020 to Q1 2021. The service has held more than 80 thousand hours of sports class sessions.

“I applaud the Doogether team for using an opportunity during this pandemic and quickly adjusting its business model. It is not easy to see an opportunity in this difficult time, but Doogether managed to do it,” Alexander Rusli added as now serving as Advisor at Doogether  .

Doolive / Doogether

In order to maintain this performance, the company plans to held virtual sports activities together on a regular basis to encourage people to stay active. Doolive is also available for free containing dozens of sports training videos.

Since 2016, Doogether has operated two main products, Doofit for sports classes, and Doofood for healthy catering in collaboration with dozens of vendors and in accordance with users’ personal health goals.

Currently, the company has collaborated with more than 350 sports studios, trainers, located in Greater Jakarta, Bandung and Bali. There are more than 30 thousand sports classes, such as zumba, boxing, barre, yoga, bootcamp, wall climbing, ice skating, and others.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here