IndiHome Dilebur ke Telkomsel, Valuasinya Tembus Rp58 Triliun

IndiHome, unit bisnis milik PT Telkom Indonesia Tbk (IDX: TLKM), siap dilebur ke PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) melalui penandatanganan Perjanjian Pemisahan Bersyarat (Conditional Spin-Off Agreement) pada 6 April 2023. Telkom akan menggabungkan layanan fixed broadband dan mobile broadband (selular) ke dalam satu entitas bisnis.

Aksi penggabungan IndiHome mencakup layanan internet, voice bundling (termasuk voice only dengan akses homewifi), IPTV, OTT, layanan digital, beserta seluruh pelanggannya ke Telkomsel.

“Berdasarkan Perjanjian Pemisahan Bersyarat, nilai dari segmen usaha IndiHome yang akan dipisahkan adalah sebesar Rp58,2 triliun,” demikian disampaikan VP Investor Relations Telkom Edwin Sebayang dalam keterbukaan informasi di BEI, Kamis (6/3).

Sebagai bagian dari rencana pemisahan ini, Telkom dan Telkomsel menandatangani perjanjian komersial Wholesale Agreement terkait penyediaan infrastruktur, layanan fixed broadband core, dan layanan IT system. Adapun, aksi korporasi ini telah mengantongi persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) baik Telkom dan Telkomsel.

Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (Singtel) juga akan menambah kepemilikan sahamnya di Telkomsel sekitar 0,5 poin menjadi 30,1% dengan membayar Rp2,7 triliun. Menurut laporan Reuters, transaksi tersebut ditargetkan rampung kuartal III 2023. Saat ini, IndiHome menguasai 75,2% pangsa pasar broadband di Indonesia.

“Pelepasan unit bisnis ini dilakukan untuk mempertahankan daya saing dan keunggulan Telkom dalam menghadapi persaingan usaha di sektor telekomunikasi Indonesia. Demikian juga untuk mengakselerasi proses pemerataan layanan broadband,” tambah Edwin.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id tahun lalu, Direktur Digital Business Telkom M. Fajrin Rasyid sebelumnya mengaku tidak tahu mengenai rencana penggabungan tersebut mengingat IndiHome berada di Direktorat Consumer, berbeda dengan Divisinya.

“Namun, the digital strategy will follow the business. Yang pasti, salah satu premisnya adalah kolaborasi produk IndiHome dan Telkomsel akan lebih baik dengan penggabungan ini,” ungkap Fajrin.

Berdasarkan kinerja Telkom per 31 Desember 2022, pengguna Telkomsel tercatat sebesar 156,8 juta pelanggan, sedangkan pengguna IndiHome berkisar 9,2 juta pelanggan.

Skalabilitas Jadi Kunci Pertumbuhan Startup D2C

Ada sejumlah alasan venture capital (VC) banyak berinvestasi di bisnis direct-to-consumer (D2C) Indonesia. Dua faktor di antaranya adalah dukungan ekosistem digital dan efisiensi biaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan memangkas sekian lapis rantai pasok.

D2C memungkinkan penjualan produk tanpa perantara dibandingkan rantai proses tradisional yang memakai jaringan reseller, minimarket, dan supermarket. Model bisnis D2C menjangkau konsumen dan memasarkan produknya lewat kanal digital, seperti media sosial, marketplace, dan website.

Beberapa merek lokal besar yang telah mengantongi investasi dari VC adalah Kopi Kenangan dengan perolehan $109 juta pada 2020, dan Hypefast yang mendapat kucuran $14 juta di 2021.

Tercatat ada lebih dari 40 merek D2C Indonesia dengan mayoritas dari segmen F&B, fashion, dan beauty. Beberapa di antaranya sudah memiliki basis komunitas pembeli yang kuat dan bahkan sudah masuk ke ranah mass retail.

Tesis VC

Menurut VP of Investment East Ventures Stacy Oentoro, startup D2C lebih adaptif dalam mempercepat masuk ke pasar dan membangun hubungan dengan konsumen dibandingkan merek besar yang harus melalui rantai proses berlapis. Untuk mendorong keberlanjutan, startup D2C juga perlu mengenal konsumen dan perjalanan pembeliannya sehingga memahami apa yang mereka cari.

“Semakin melekatnya penggunaan digital akan berdampak signifikan pada nilai brand dari barang tersebut. Populasi Indonesia cenderung muda sehingga segmen digital native juga lebih mudah menerima layanan online, inovasi, dan potensi-potensi D2C,” tuturnya.

Rata-rata pemain D2C memanfaatkan online presence untuk memperkenalkan dan mempromosikan produknya ke khalayak. Selain dapat berinteraksi langsung dengan komunitas pembeli, startup D2C dapat memotong komponen biaya dengan memasarkan produk di kanal digital, seperti di Tokopedia dan Shopee yang merupakan marketplace dengan ekosistem pembayaran dan logistik lengkap.

Meski bermain di sektor retail, pelaku D2C tetap dapat memanfaatkan teknologi yang memungkinkan mereka memahami perilaku konsumen dan mengembangkan produk berdasarkan preferensi konsumen yang lebih terpersonalisasi.

Startup D2C Indonesia / Sumber: Startup Report 2021 & Q1’22 oleh DSInnovate

Kejayaan D2C di Indonesia tak lepas dari tren perilaku konsumen Gen Z dan milenial. Riset Capgemini menyebut, Gen Z (68%) dan milenial (58%) suka memesan produk langsung dari si pemilik merek dalam enam bulan terakhir. Sementara, hampir dua pertiganya (60%) lebih memilih membeli langsung daripada beli di gerai ritel tradisional.

Diperkuat lagi, banyak orang Indonesia senang berbelanja online. Di sepanjang 2022, sebanyak 178,9 juta orang Indonesia tercatat bertransaksi online. Mengacu riset We Are Social, total nilai belanja online Indonesia di 2022 diestimasi menembus Rp851 triliun.

Skalabilitas, kunci sekaligus tantangan

Sementara, Creative Gorilla Capital (CGC) yang berfokus pada consumer juga menilai sektor e-commerce Indonesia sudah memasuki fase matang sehingga rantai pasok menjadi lebih efisien. Kendati begitu, sektor D2C tetap membutuhkan pendekatan berbasis omnichannel agar tidak terlalu mengandalkan pemasaran lewat e-commerce dan mengombinasikannya dengan kanal tradisional/modern.

Tampaknya, hal ini sudah dilakukan oleh sejumlah startup D2C di sejumlah wilayah operasionalnya. Saturdays, misalnya, bahkan sejak awal memperkuat konsep omnichannel untuk memberikan seamless experience dengan membangun gerai berkonsep lifestyle. Lainnya sudah merambah ke jaringan ritel besar. Kopi Kenangan memasarkan produk kopi botolan di gerai Alfamart dan Indomaret, sedangkan Somethinc masuk lewat in-store di sejumlah pusat perbelanjaan.

Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Liman menambahkan, investasi di D2C tak sekadar hanya mengacu pada aspek pertumbuhan pendapatan. Seiring berjalannya waktu, investor perlu memahami aspek lain, seperti perubahan perilaku pasar dan skalabilitas.

Sumber: Diolah oleh DailySocial

Ketika sudah mengantongi product-market fit, di titik mana startup D2C harus meningkatkan skalanya? Apakah ekspansi vertikal atau masuk ke supply chain? Ia menilai ada risiko operasional yang lebih tinggi yang perlu dipahami startup D2C dibandingkan startup yang operasionalnya dikelola penuh oleh pihak ketiga.

“Tantangan D2C ini hari ini adalah scalability karena scaling D2C and scaling platform are two different things. Di D2C, misalnya scaling di kebutuhan inventori, artinya harus memikirkan biaya logistik. Nah, jika sudah masuk supply chain, seperti supermarket dan general trade, apa yang perlu disiapkan?Ini sesuatu yang mungkin tidak dipikirkan tech startup.  Kunci scalability D2C adalah bagaimana bisa masuk ke mass retail. Kalau tidak, bagaimana bisa coba potensi spend yang lebih besar?” jelasnya.

Ia menambahkan, investor juga perlu memahami bahwa mematok valuasi startup teknologi dan D2C akan berbeda. Metrik startup D2C dilihat dari EBITDA atau net profit margin, bukan dengan GMV. Startup D2C atau retail yang dapat menghasilkan real revenue bisa mendapatkan investasi yang lebih baik di masa sekarang.

Honest Resmi Luncurkan Kartu Kredit Tanpa Nomor

Usai mengantongi persetujuan regulator pada Februari 2023, PT Honest Financial Technologies resmi memperkenalkan produk Honest Card yang diklaim sebagai kartu kredit tanpa nomor (numberless) pertama di Indonesia.

Saat ini, Honest memiliki lisensi penyelenggara jasa pembayaran dari Bank Indonesia (BI). Selain itu, Honest juga terdaftar sebagai perusahaan pembiayaan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur Utama Honest Dharu Estiningrum mengungkap konsep kartu kredit numberless memberikan proposisi nilai berbeda dibandingkan kartu kredit pada umumnya karena faktor keamanan. Di samping itu, produk ini diharapkan dapat mendorong inklusi keuangan di Indonesia.

“Honest berupaya memberikan kendali penuh dan customer journey yang berbeda kepada pengguna. Dengan kartu tanpa nomor, mereka dapat menekan risiko data (nomor kartu dan CCV) miliknya tersebar ke pihak lain,” tuturnya ditemui di acara peluncuran Honest Card di Jakarta, Rabu (5/4).

Honest Card memungkinkan pengguna bertransaksi lewat aplikasi dan kartu fisik. Nomor kartu dapat dilihat di aplikasi dan hanya dapat diakses oleh pengguna. Honest Card juga diklaim sebagai kartu pertama di Indonesia yang dapat dipakai bertransaksi dengan fitur “Tap for Pay” berbasis teknologi NFC.

Adapun, e-KYC diproses secara instan dalam 10 menit. Sementara, limit yang tersedia minimal Rp1 juta dan maksimal Rp100 juta. “Kami tidak ada kantor cabang, tidak ada sales yang menawarkan kartu, semua prosesnya full digital. Kartu fisik juga dikirimkan langsung ke pengguna,” tambahnya.

Saat ini, aplikasi Honest baru tersedia untuk pengguna Android. Berdasarkan pantauan DailySocial.id, aplikasi Honest sudah diunduh lebih dari 5.000 kali di Google Play Store dengan rating 3.9. Honest Card dapat digunakan untuk bertransaksi di seluruh negara yang menerima jaringan Mastercard.

Dharu bilang, tidak ada fee lain yang dibebankan kepada pengguna, hanya bunga (kisaran 1,75% per bulan) dan biaya administrasi (bergantung penggunaan, maksimum Rp150.000). Sambil melihat traksi pasar, pihaknya menyebut tengah menyiapkan produk pembiayaan lain ke depannya.

Sekadar informasi, PT Honest Financial Technologies merupakan hasil rebranding dari PT Sahabat Finansial Keluarga (SFK), perusahaan pembiayaan milik PermataBank. Perubahan nama tersebut menyusul akuisisi mayoritas sahamnya oleh perusahaan asal Singapura, yakni Honest Financial Technologies International Pte Ltd (Honest Bank).

Didirikan oleh Peter Panas dan Will Ongkowidjaja di 2019, Honest Bank diketahui telah mendapat kucuran investasi dari sejumlah investor, termasuk Insignia, Global Founder Capital, dan Alpha JWC Ventures.

Menurut data BI per Juni 2022, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mencapai 16,58 juta unit, atau meningkat 0,84% dari periode sama tahun lalu yang sebesar 16,56 juta kartu. Tercatat saat itu terdapat sebanyak 27 perusahaan penyelenggara kartu kredit di Indonesia, terdiri dari 22 bank umum, satu bank syariah, dan empat lembaga non-bank.

Sinar Mas Berinvestasi ke 01Fintech untuk Dongkrak Kapabilitas Fintech Grup Perusahaan

Sinar Mas Group melalui anak usahanya, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (IDX: SMMA) atau Sinar Mas Financial Services mengumumkan investasi dan kemitraan strategis  dengan 01Fintech, yakni sebuah private equity (PE) yang fokus pada sektor fintech di kawasan Asia Tenggara. Tidak disebutkan secara mendetail terkait investasi yang diberikan.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Sinar Mas Financial Services akan memanfaatkan berbagai keahlian 01Fintech untuk mentransformasi visi perusahaan di sektor fintech. Di antaranya memperdalam pemahaman pasar, keahlian teknis dan operasional, serta pengalaman dalam membangun unicorn.

Ini juga merupakan kerja sama terbaru dari sejumlah kemitraan strategis yang diumumkan perusahaan untuk mendongkrak kapabilitas fintech di Sinar Mas Group.

SMMA adalah anak usaha konglomerasi Sinar Mas Group yang memiliki portofolio layanan keuangan dan teknologi yang luas pada lebih dari 25 juta pengguna harian, mulai dari asuransi, sekuritas, perbankan, capital market, web3, hingga fintech.

President Commissioner SMMA Indra Widjaja mengungkapkan, “01Fintech punya rekam jejak yang terbukti dapat mengidentifikasi dan membina fintech potensial di Asia Tenggara. Kami yakin keahlian dan pendampingan 01Fintech akan berperan penting membangun ekosistem fintech untuk menciptakan kolaborasi yang seamless dan mengonsolidasikan sumber daya yang lebih baik. Kami antusias kemitraan ini membawa perubahan positif dalam industri dan ekosistem digital Indonesia yang lebih luas.”

01Fintech didirikan  Founder & Managing Partner Kenny Man yang didukung dengan pengalaman kuat membangun fintech mencapai status unicorn di kawasan tersebut, serta perannya sebagai advisor.

“Kami berkomitmen membantu SMMA mencapai tujuan transformasi digitalnya dan membawa sinergi lebih besar ke Sinar Mas Group. Tugas kami dalam membina fintech potensial akan terus berlanjut, terutama dengan investasi tambahan dari SMMA. Kami harap kemitraan ini mendorong pertumbuhan fintech di Indonesia dan menjadi gelombang baru solusi keuangan inovatif yang akan mengubah industri ini,” kata Man.

01Fintech mengklaim punya posisi berbeda dibandingkan PE lainnya yang disebut hanya memberikan investasi kepada startup di growth stage. Pihaknya menyebut memiliki jaringan LP global, terdiri dari CEO fintech terkemuka, pemilik usaha keluarga, hingga konglomerasi di Asia Pasifik, termasuk melakukan pendampingan strategis secara rutin, baik operasional, dan teknis kepada mitra portofolionya.

Kendaraan investasi

Sinar Mas telah memiliki sejumlah kendaraan investasi dengan ragam fokus berbeda. Salah satunya adalah Living Lab Ventures, perusahaan investasi yang punya target membangun ekosistem digital di bidang properti. Ada juga Sinar Mas Digital Ventures yang fokus memberikan pendanaan ke startup digital di berbagai area.

Sebelumnya, Sinar Mas juga telah mengumumkan Urban Gateway Fund, melibatkan sejumlah mitra pemodal ventura strategis termasuk East Ventures dan Prasetia Dwidharma, yang fokus pada startup tahap awal di bidang pengembangan tata kota.

Sementara di sektor fintech, Sinar Mas melalui SMMA juga menanamkan modalnya di platform pembayaran DANA.

Swap Energi Dikabarkan Dapat Tambahan Pendanaan Pra-Seri A

Pengembang baterai motor listrik Swap Energi Indonesia dilaporkan memperoleh pendanaan pra-seri A dari Ondine Capital. Ini melanjutkan perolehan sebelumnya yang didukung investor seperti Kejora-SBI Orbit, Baramulti Group, New Energy Nexus Indonesia, dan sejumlah investor lainnya.

Berdasarkan data yang diinput ke regulator, sejauh ini dana yang terkumpul untuk Swap Energi mencapai $7,25 juta atau sekitar 108,6 miliar Rupiah. Debut pendanaan putaran ini diumumkan Swap dengan nominal yang dirahasiakan pada Maret 2022 lalu.

Swap Energi Indonesia merupakan perusahaan teknologi yang mengembangkan baterai motor listrik dengan sistem tukar. Saat ini, mereka punya lebih dari 800 stasiun pertukaran baterai (Swap Station), sebanyak 529 ada di kawasan Jabodetabek. Swap juga telah menggandeng Lazada Logistics, Pos Indonesia, Alfamart, hingga Circle K untuk memperluas ekosistem pertukaran baterai.

Percepatan bisnis Swap di tengah momentum yang tepat. Seperti diketahui, pemerintah terus menggenjot konversi ke sepeda motor listrik dengan target penggunaan 13 juta unit pada 2030. Untuk berkontribusi terhadap percepatan itu, Swap memanfaatkan teknologi IoT untuk menghubungkan motor listrik dengan baterai dan Swap Station. Pengguna motor listrik dapat memantau status sepeda motor listrik, melakukan top-up kilometer, hingga mematikan kendaraan jarak jauh melalui aplikasi Swap. Diketahui

Sebelumnya, Co-Founder & CEO SWAP Energy Irwan Tjahaja sempat mengungkap upayanya untuk mengembangkan ekosistem Swap dan keseluruhan asetnya, mulai dari baterai, Swap Station, dan aplikasi Swap. “Dengan begitu, merek motor listrik lainnya dapat segera menggunakan infrastruktur kami. Saat ini pun kami sedang berdiskusi dengan beberapa merek motor listrik lainnya untuk mengadopsi ekosistem Swap.”

Pihaknya menyebut infrastruktur, pengalaman berkendara, dan aftersales service menjadi prioritas utama dalam mengembangkan ekosistem. Ketiga elemen itu diklaim telah diuji coba dan berhasil pada Smoot yang merupakan merek motor listrik pertama di Indonesia dengan sistem tukar baterai dari Swap.

Perusahaan teknologi yang masuk ke segmen kendaraan listrik mengambil dua jenis pendekatan. Pertama, mereka mendesain dan memproduksi kendaraan listrik konsumer dengan sistem penjualan beli-putus dan berlangganan. Sejumlah pemain dengan model bisnis tersebut antara lain Charged, Alva One, ION Mobility, dan Electrum. Ketiga perusahaan tersebut telah mendapatkan dukungan investor, Electrum sendiri turut didukung ekosistem GoTo.

Sementara pendekatan kedua, fokus pada komponen paling esensial dalam kendaraan listrik, yakni baterai. Selain Swap, ada juga Gogoro yang masuk ke Indonesia lewat dukungan investasi Gojek.

Lummo Dikabarkan PHK Mayoritas Karyawan

Lummo, startup penyedia SaaS untuk penghubung bisnis, dilaporkan melakukan aksi PHK dengan skala besar bulan ini. Disebutkan ada potensi 99-100% karyawan dirumahkan. Meskipun demikian, entitas bisnis tetap beroperasi dan tidak dalam kondisi pailit.

Strategi serupa pernah dilakukan startup quick commerce Bananas tahun lalu yang mengubah bisnis perusahaan dengan nama baru tapi dengan entitas legal dan para investor yang sama.

Menurut info yang kami terima, ada potensi perubahan bisnis / pivot yang dilakukan startup yang memperoleh pendanaan total sekitar $149 juta (lebih dari 2,2 triliun Rupiah), termasuk VC yang didukung Pendiri Amazon Jeff Bezos di putaran pendanaan Seri C.

DailySocial.id telah mencoba menghubungi pihak perusahaan, tapi mereka menolak memberikan pernyataan resmi.

Berdasarkan pantauan terakhir di LinkedIn, sejumlah karyawan Lummo telah menampilkan status #OpentoWork di laman profilnya. Sebelumnya, Lummo sempat memangkas 100 karyawan pada akhir Juni 2022 dan menghentikan ekspansi layanan LummoShop.

Pada awal 2020, Lummo yang sebelumnya bernama BukuKas, telah melakukan rebranding TOKKO yang berada di bawah BukuKas, dan juga ikut di-rebranding menjadi LummoSHOP. Pihaknya berujar, perubahan nama ini menandai ambisi Lummo untuk menjadi top of mind solusi UMKM. Nama BukuKas dinilai kurang mengaspirasi visi perusahaan untuk menjangkau lebih banyak segmen UMKM.

PHK Startup

Aksi PHK masih terus berlanjut di awal 2023. Berdasarkan catatan kami, terdapat sembilan startup di Tanah Air yang melakukan perampingan organisasi di sepanjang kuartal I 2023, termasuk GoTo, Zenius, dan Shopee Indonesia.

Startup Jumlah Karyawan Terdampak Bulan
Segari 24%  Jan 2023
OLX Autos 300 orang Jan 2023
Moladin 360 orang Feb 2023
Zenius N/A Feb 2023
Fazz Financial N/A Maret 2023
Shopee Indonesia 500 orang Maret 2023
GoTo 600 orang Maret 2023
Shox Rumahan 100% Maret 2023
Lummo N/A Maret 2023

Sumber: Diolah oleh DailySocial.id

Sementara, Startup Report 2022 melaporkan ada sebanyak 20 startup Indonesia yang melakukan layoff. Beberapa di antaranya pivot ke bisnis baru. Startup quick commerce Bananas adalah salah satunya yang mengaku gagal dalam menemukan unit ekonomi yang cocok.

Sumber: Startup Report 2022

Langkah efisiensi yang ditempuh startup tak lepas dari faktor ketidakpastian ekonomi di tengah krisis global. Pelaku startup merestrukturisasi bisnisnya untuk mengantisipasi sulitnya mendapatkan dana baru untuk operasional.

Application Information Will Show Up Here

Social Bread Peroleh Pendanaan 6 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Social Bread, marketplace untuk digital marketing, memperoleh pendanaan sebesar $400 ribu atau sekitar 6 miliar Rupiah yang dipimpin oleh East Ventures dan partisipasi dari Living Lab Ventures. Menyusul perolehan dana segar ini, Social Bread resmi meluncurkan layanannya.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Social Bread akan memanfaatkan pendanaan tersebut untuk mengembangkan platform teknologi yang dapat memberdayakan ekosistem merchant dan mendukung pelaku UKM. Pihaknya juga telah meluncurkan fitur live shopping agar dapat mendongkrak penjualan merchant hingga sepuluh kali lipat dalam kurun satu tahun.

“Kami percaya Social Bread merupakan game changer dalam menyetarakan para UKM, khususnya dengan memanfaatkan media sosial untuk menjangkau para pelanggan. Dengan pengalaman tim yang luas di industri digital, kami memberikan solusi end-to-end untuk para pemilik bisnis dengan harga yang kompetitif,” kata Co-Founder dan CEO Social Bread Edho Zell pada acara peluncurannya di Social Bread Hub, Tangerang.

Pendanaan ini disebut menjadi bukti kuat terhadap misi Social Bread untuk membawa kemajuan dan dampak ke para pelaku bisnis dan konten kreator dengan memaksimalkan digital marketing dan media sosial.

“Dengan besarnya potensi ekonomi digital, Social Bread tidak hanya menjembatani UKM dan konten kreator, tetapi juga membantu UKM, salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia, untuk mengembangkan bisnisnya. Kami berharap untuk terus merasakan keseruan dan dampak positif yang akan dihadirkan oleh Edho dan tim,” kata Melisa Irene, Partner East Ventures.

Social Bread didirikan oleh Edho Zell (CEO), Lydia Susanti (Chief Operating Officer), Ester Jeanette (Chief Marketing Officer), dan Messiah Richardo (Chief Technology Officer) pada 2020. Berbekal pengalaman serupa di bidang pemasaran digital dan media sosial, para pendiri melihat potensi besar media sosial dalam memengaruhi keputusan pembelian pelanggan, terutama karena media sosial kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kebanyakan orang.

Sejak 2020, Social Bread mengklaim telah mendukung lebih dari 500 UKM dari Jabodetabek, Surabaya, dan kota-kota lainnya di Indonesia dalam mendorong pertumbuhan penjualan mereka melalui penggunaan media sosial. Social Bread telah mengelola lebih dari 5.000 mitra kreator terdaftar.

Layanan Social Bread

Lebih lanjut, pihaknya menuturkan bahwa banyak pebisnis dan UKM kesulitan memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan bisnis mereka karena keterbatasan sumber daya, keahlian, dan keterampilan untuk mengelola akun media sosial. Di samping itu, tidak semua UKM tim khusus atau mampu memekerjakan agensi digital karena butuh modal besar.

“UKM telah menjadi landasan pertumbuhan dari setiap negara maju, dan kita perlu memberdayakan UKM untuk mencapai ‘Indonesia Emas 2045’. Kami akan membangun platform teknologi yang berbeda untuk memungkinkan UKM tumbuh dan berkembang secara organik,” kata Herman Widjaja, Commissioner Social Bread.

Untuk mengatasi dua masalah di atas, Social Bread mengembangkan platform yang mempertemukan UKM dengan konten kreator dan influencer lokal. Social Bread akan menganalisis dan memahami tujuan atau kebutuhan UKM sehingga memungkinkan mereka untuk memberikan rekomendasi berdasarkan kategori industri, jenis platform, konten yang sesuai dengan audiens yang ditargetkan, dan jumlah konten kreator atau pengikut.

Setelah itu, UKM akan dihubungkan dengan konten kreator (disebut mitra kreator) di Social Bread. Mitra kreator tidak hanya memproduksi konten berdasarkan arahan yang telah disepakati, tetapi juga akan menjadi pihak yang mengelola akun media sosial para UKM. Dengan begitu, pelaku usaha dapat lebih fokus dalam menjalankan bisnis mereka sembari membiarkan konten kreator memaksimalkan potensi akun media sosial.

Selain itu, Social Bread juga telah merilis fitur live shopping yang kini tengah berkembang pesat di Indonesia, terutama bagi pelaku UMKM. Melalui fitur “Live Shopping,” Social Bread berupaya memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dan menghubungkan live streamer untuk mengelola live shopping mereka.

Hal ini diperkuat dari laporan Cube Asia di 2022 yang menyebutkan Indonesia sebagai pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara dengan estimasi nilai Gross Merchandise Value (GMV) masing-masing sebesar hampir $5 miliar dan $2 miliar. 

Menurut CEO and Head of Data Cube Asia Sarabjit Singh, besarnya angka transaksi live shopping tersebut turut didorong engagement pengguna media sosial di Asia Tenggara yang termasuk tertinggi di dunia. Sebanyak 90% pengguna internet di Asia Tenggara terhubung di Facebook, Instagram, WhatsApp, dan TikTok.

Startup Social Commerce “Shox” Resmi Tutup dan PHK Seluruh Karyawan [Updated]

Startup social commerce Shox Rumahan resmi menutup operasional dan melakukan PHK kepada seluruh karyawannya per 25 Februari 2023. Berdasarkan informasi yang dilaporkan oleh Tech in Asia, Chief Commercial Officer Shox Mari Octavyani Manao hanya menyatakan alasan “merugi” tanpa penjelasan lebih lanjut.

Sebagai informasi, Shox beroperasi dengan entitas legal PT. Soyaka Cerdas Kaya sejak 2019. Shox didirikan oleh Sonat Yalcinkaya (Kaya) dan Mari Octavyani Manao atau Vyani. Adapun, Vyani adalah Co-founder Pakde, startup logistik yang dicaplok oleh Shipper pada 2020.

Sebelumnya, salah satu karyawan Shox mencuit di Twitter bahwa aksi PHK menyeluruh ini dilakukan secara sepihak, dan dikarenakan alasan pailit. “PHK terjadi sepihak dan alasannya berubah-ubah. Awalnya, [kami] dipecat karena pailit, dan sebulan kemudian surat PHK diganti menjadi efisiensi karena rugi selama dua tahun,” tutur akun @prabu_yudianto di laman Twitter-nya.

Ia menambahkan, kedua alasan yang disampaikan C-level Shox, tidak disertai dengan bukti sehingga selama sebulan para karyawan merasa terombang-ambing tanpa kejelasan.

Lebih lanjut, jelas Prabu, Shox mengumumkan PHK sebanyak empat kali sejak Januari hingga 25 Februari 2023. “Puncaknya pada 25 Februari, C-level mengadakan townhall dan menyatakan semua karyawan di-PHK dengan alasan pailit. Tidak ada bukti bahwa perusahaan pailit. Hanya pernyataan sepihak perusahaan, tanpa ada kejelasan tentang skema pemecatan dan pesangon.”

Selain itu, para karyawan terdampak sempat duduk bersama dengan Co-founder Shox Vyani Manao pada 17 Maret 2023 untuk membahas perihal ketidakjelasan pesangon dan gaji. Namun, tidak ada titik temu yang jelas karena karyawan hanya dijanjikan terbit SPHK pada 23 Maret.

Sempat kantongi pendanaan

Shox belum genap setahun usai memperoleh pendanaan seri A sebesar $5,5 juta (sekitar Rp79 miliar) pada April 2022. Pendanaan ini disuntik oleh Ephesus United, AC Ventures, Teja Ventures, SGInnovate, Partech, dan sejumlah investor lainnya.

Shox adalah aplikasi pemenuhan kebutuhan rumah, mulai dari perlengkapan dapur hingga alat elektronik. Dengan menggunakan konsep social commerce, layanan Shox memungkinkan pengguna mendapat penghasilan lewat program kemitraan/komunitas. Di dalam aplikasinya juga tersedia fitur arisan. Pantauan terakhir, aplikasi Shox Rumahan diunduh puluhan ribu di Google Play Store.

Di sepanjang 2022, DailySocial.id melihat sejumlah startup di sektor turunan e-commerce terpaksa pivot lantaran tidak menemukan unit economic ideal untuk mencapai keberlanjutan. Beberapa di antaranya adalah Bananas (tutup dan pivot ke bisnis baru), Radius (pivot ke social commerce dan rebranding menjadi Bakool), dan Brambang (tutup dan pivot ke marketplace produk elektronik)

Startup Report 2022 Soroti Perlambatan Investasi, PHK, hingga Potensi Sektor Hijau

DSInnovate kembali menerbitkan laporan tahunan Startup Report 2022 dengan tajuk “Toward More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia”. Laporan ini menyoroti sejumlah peristiwa penting yang mewarnai dinamika industri startup Indonesia di sepanjang 2022. Salah satunya adalah langkah efisiensi industri startup di mana sebanyak 20 startup tercatat melakukan layoff tahun lalu. Berikut rangkumannya:

Gejolak industri hingga tren pendanaan

Menurut laporan AsianNikkei, transaksi pendanaan di Asia Tenggara melambat di 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dipicu oleh situasi geopolitik yang berdampak terhadap investasi di kawasan ini.

Situasi perekonomian yang tidak menentu menyulitkan founder startup untuk mencari modal dalam mengembangkan bisnisnya, tidak seperti di 2021 di mana total nilai pendanaan meroket menjadi $25,75 miliar.

Berdasarkan laporan ini, total sebanyak $4,2 miliar dari 260 transaksi pendanaan mengalir ke industri startup Indonesia di sepanjang 2022. Jumlah tersebut turun dari tahun sebelumnya yang $6,9 miliar meski jumlah transaksinya lebih rendah sebanyak 214.

Sumber: Startup Report 2022

Dirinci berdasarkan akumulasi nilai, fintech menjadi sektor dengan pendanaan terbesar, yakni $1,71 miliar, diikuti OTA (Traveloka) sebesar $300 juta, dan agritech $229,9 juta. Dari sisi jumlah transaksi pendanaan, sektor fintech tetap mendominasi dengan 29 transaksi, diikuti agritech (15), dan social commerce (11).

Laporan ini juga menemukan sebanyak 34 aksi merger and acquisition (M&A) atau naik dua kali lipat dari 2021. M&A terbanyak berasal dari sektor fintech, beberapa di antaranya adalah (1) Xendit dan Bank Sahabat Sampoerna, (2) Komunal dan BPR (Kediri), (3) FinAccel Teknologi dan Bank Bisnis Internasional.

Terlepas dari itu, e-Conomy SEA oleh Google, Bain & Company, dan Temasek pada 2022 justru menunjukkan tren positif di mana ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai $77 miliar di 2022, dan mencapai $130 miliar di 2025.

“Saat ini, kita berada di tengah siklus ekonomi global baru yang mengharuskan kita untuk melakukan penyesuaian pada manajemen risiko, valuasi exit, dan capital deployment. Namun, perekonomian Indonesia yang resilien dan fundamental yang kuat justru membawa kita ke lintasan pertumbuhan tinggi, dan kita bersemangat untuk menjadi bagian dari itu,” tutur Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Tren 2023

Laporan ini turut menampilkan proyeksi tren di sepanjang 2023 pada tiga sektor terpilih, yakni green tech, healthtech, dan embedded finance.

1. Green Tech

DSInnovate melihat ada pertumbuhan signifikan pada pelaku startup hijau di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission di 2060, pemerintah tengah mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong pengembangan inovasi di sektor hijau dan berkelanjutan.

Berdasarkan data yang dihimpun, terdapat 39 startup yang berasal dari empat kategori besar antara lain food/trash/waste management, carbon print/credit, electric vehicle, dan new energy. Selain itu, DSInnovate melihat tren sektor hijau di Tanah Air terefleksi dari meningkatkan investasi VC ke startup di sektor terkait. Tercatat sebanyak 15 transaksi pendanaan diumumkan di 2022, bertambah dari 5 transaksi di 2021, dan 2 transaksi di 2020.

Menurut riset Southeast Asia’s Green Economy 2022 oleh Temasek and Bain & Company, saat ini investasi yang mengalir ke sektor hijau Indonesia masih didorong oleh korporasi. Paling banyak investasi dikucurkan korporasi untuk pengembangan energi terbarukan (EBT), sedangkan PE/VC paling banyak mengucurkan pendanaan ke sektor mobility, solar, dan sustanaibaility.

“Menurut pengalaman saya sebagai angel investor di area ini, sulit bagi investor untuk terlibat dalam pendanaan terlepas dari modal besar yang diperlukan startup untuk mengembangkan inovasi dan meningkatkan skala bisnis mereka. Startup di sektor hijau biasanya butuh waktu lama untuk return dibandingkan startup teknologi lain. Ketidakpastian kebijakan dan regulasi memengaruhi pengembangan inovasi hijau bagi startup tahap awal. Bahkan sulit bagi VC untuk memprediksi return investasi secara akurat,” tutur Co-Founder dan Managing Partner Jawara Ventures Alfred Boediman.

2. Embedded finance

Sektor fintech Indonesia terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dan telah berada di maturity level yang tinggi. Potensinya pun masih besar mengingat populasi unbanked dan underbanked di Indonesia masih sangat besar, dengan total akumulasi 90 juta dari kedua segmen tersebut.

Dalam laporan ini, DSInnovate mengamati perkembangan teknologi di bidang keuangan tak lagi berpusat pada sektor pembayaran digital. Setelah era open finance dan open banking (meski terbilang masih relatif baru), kini tren embedded finance mulai berkembang di Indonesia.

Sumber: Startup Report 2022

Embedded finance memungkinkan perusahaan non-keuangan untuk mengintegrasikan layanan keuangan mereka tanpa perlu membangun infrastruktur dari awal atau mengajukan lisensi layanan terkait. Embedded finance memampukan setiap bisnis untuk mengelola dan menawarkan layanan keuangan, mulai dari pembayaran, debit, asuransi, hingga investasi, ke dalam layanan intinya.

Saat ini, ada enam startup indonesia yang tercatat mengembangkan layanan open finance dan embedded finance, seperti Ayoconnect dan Digiasia Bios.

3. Healthtech

Pandemi Covid-19 telah membuat industri kesehatan berada dalam sorotan utama selama tiga tahun terakhir. Krisis kesehatan dunia ini telah membuka mata Indonesia tentang peran digitalisasi terhadap perbaikan industri kesehatan.

Permasalahan usang, seperti biaya berobat yang mahal dan tidak meratanya fasilitas kesehatan, berupaya diatasi dengan berbagai inovasi kesehatan. Di 2020, Kementerian Kesehatan mencatat rasio dokter hanya 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur rumah sakit sekitar 1,2 per 1,000 populasi.

Dalam dua tahun terakhir, industri healthtech tercatat memperoleh investasi sebesar $107,9 juta dari total akumulasi $231,7 juta pendanaan yang didapat selama delapan tahun terakhir di sektor ini.

Dalam laporan ini, DSInnovate menyoroti bagaimana Kementerian Kesehatan mengambil langkah progresif dengan menerbitkan peta jalan transformasi kesehatan 2020-2024, menunjukkan dukungan pemerintah untuk merevolusi industri kesehatan Tanah Air dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Platform Satu Sehat, bagian utama dari transformasi ini, akan menghubungkan seluruh data layanan kesehatan dari hulu ke hilir. Pemerintah juga menerbitkan kebijakan yang akan memudahkan proses pertukaran data kesehatan dan pengembangan teknologi di bidang kesehatan.

Selengkapnya, unduh Startup Report 2022 di sini.