Tahun Ini Go-Jek Berencana Lipatgandakan Jumlah Engineer India

Agar bisnis Go-Jek makin mulus, perusahaan berencana untuk melipatgandakan jumlah engineer dari India menjadi lebih dari 200 orang. Saat ini engineer-nya di sana berjumlah 100 orang, hasil akuisisi terhadap 4 startup sepanjang tahun 2016. Angka tersebut bakal jadi jumlah engineer terbanyak yang dimiliki Go-Jek, dibandingkan di Indonesia (100 orang) dan Singapura (10 orang).

Go-Jek juga berencana untuk kembali melanjutkan aksi acquihire startup asal India, setelah sukses melakukan hal serupa pada Pianta, C42 Engineering, CodeIgnition, dan LeftShift tahun lalu.

CEO dan Founder Go-Jek Nadiem Makariem mengatakan rencana tersebut menjadi langkah Go-Jek yang ingin memperkuat layanan fintech Go-Pay serta jasa kurir makanan dan parsel. Sejak GoPay diluncurkan, transaksi yang menggunakan Go-Pay mendominasi lebih dari 50% dari total transaksi yang masuk ke perusahaan.

“Kami tidak pernah melihat adopsi Go-Pay yang begitu cepat di masyarakat,” ucap Nadiem seperti dikutip dari Bloomberg.

Dia melihat pembayaran digital jadi kunci utama Go-Jek memenangkan kompetisi dan membangun bisnis yang berpotensi menguntungkan. Go-Pay yang terintegrasi dengan aplikasi Go-Jek dapat menyimpan uang pengguna di ponsel mereka. Pengguna dapat top up dana lewat transfer dari rekening bank atau ATM.

Bila pengguna tidak memiliki rekening bank, mereka dapat top up secara offline dari pengemudi Go-Jek. Go-Pay bisa digunakan untuk seluruh transaksi dari layanan yang tersedia di Go-Jek. Rencananya perusahaan akan membuka layanan ini untuk merchant yang sudah bekerja sama dengan GoJek tahun ini.

Perkembangan Go-Pay

Masifnya tingkat penggunaan Go-Pay oleh pengguna Go-Jek didorong berbagai promo, seperti diskon 50% untuk setiap pengguna menggunakan jasa Go-Ride atau jasa lainnya. Selain diskon, kini Go-Pay akan terus memperkenalkan use-case baru di dalam ekosistem Go-Jek, salah satunya yang terkini adalah meluncurkan fitur Go-Points.

Fitur ini adalah bentuk apresiasi Go-Jek terhadap pengguna yang setia memanfaatkan berbagai layanan yang ditawarkan perusahaan. “Melalui fitur ini, pelanggan dapat memperoleh poin loyalti dari setiap transaksi layanan yang dibayar menggunakan Go-Pay. Pengguna yang menukarkan poin tersebut akan mendapat reward menarik,” terang Head of Go-Pay Filman Ferdian kepada DailySocial.

Meski demikian, pihaknya enggan membeberkan lebih detil pencapaian dari Go-Pay terkini. Dia hanya mengungkapkan penggunaan Go-Pay terus tumbuh dengan sangat pesat baik dalam hal top up, transaksi, maupun pengguna. Perusahaan akan terus membuat proses isi ulang dana Go-Pay semudah mungkin.

“Kami tidak bisa memberikan informasi terkait penggunaan Go-Pay, akan tetapi yang dapat kami sampaikan adalah Go-Pay meningkatkan loyalitas pengguna Go-Jek itu sendiri. Pelanggan yang menggunakan Go-Pay lebih sering menggunakan jasa Go-Jek dibandingkan pelanggan yang belum menggunakan Go-Pay,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Lima Strategi Pemasaran Bisnis yang Sesuai untuk Kalangan Millennial

Bertambahnya usia manusia turut mempengaruhi terjadinya pergeseran rentang usia konsumen. Kini mereka didominasi kalangan millennial. Nilai ekonomis dari daya beli yang ditimbulkan oleh kalangan tersebut diprediksi hampir mencapai US$500 miliar dan dianggap mampu mendorong pertumbuhan bisnis dari suatu perusahaan.

Besarnya angka tersebut, sangat wajar jika saat ini makin banyak produk-produk yang sengaja diciptakan untuk menyasar segmen millennial. Untuk itu, perusahaan harus sesuaikan antara produk yang diciptakan dengan strategi pemasarannya. Artikel berikut akan membahas apa saja strategi pemasaran yang sesuai untuk kalangan millennial:

1. Buat konten yang mobile-oriented

Millennial itu sangat lekat dengan smartphone mereka. Hampir 90% kalangan millennial mengaku tidak pernah meninggalkan smartphone keluar dari jangkauan mereka dan sebanyak 78% mengaku hal yang pertama kali dilakukan saat bangun tidur adalah memeriksa notifikasi di smartphone.

Untuk memenangkan hati mereka, Anda bisa membuat suatu konten yang bisa diakses dengan mudah lewat smartphone. Langkah pertama untuk mobile marketing yang tepat adalah menciptakan konten yang bisa mendorong konsumesi lewat smartphone.

Dari studi yang dilakukan Mitek, dari 1.019 responden antara usia 18-34 tahun, ditemukan bahwa kebanyakan millennial menyukai swafoto (selfie). Hampir 90% di antara mereka mengambil swafoto pada setiap harinya atau setiap minggunya.

2. Tahu kunci yang “menggelitik” millennial

Ada suatu cerita di Los Angeles yang mengungkapkan bahwa millennial lebih memilih untuk menghabiskan waktunya demi mendapatkan pengalaman daripada sesuatu yang sifatnya material. Berbeda dengan tipe orang tua mereka yang lebih gemar mengoleksi jam tangan mewah atau mobil yang fancy, millennial lebih suka memamerkan lokasi pariwisata yang mengesankan dan memotret makanan di restoran high-end dicampur dengan swafoto.

Hal ini sangat penting untuk diketahui bagi perusahaan, terutama yang memiliki produk dikhususkan untuk millennial. Strategi pemasaran yang mungkin cocok adalah sesuatu yang berhubungan swafoto dan lebih memprioritaskan sisi experience bisa diterapkan.

3. Mengadopsi platform pembayaran terbaru

Millennial cenderung lebih memilih sesuatu yang mudah dan fleksibel. Artinya, Anda tidak bisa lagi menggunakan cara tradisional untuk mengakomodir sistem pembayaran. Pertumbuhan pekerja dari kalangan millennial yang cukup pesat menjadi sinyal bahwa bisnis harus beradaptasi dengan profesi millennial. Mereka rata-rata bekerja sebagai freelancer.

4. Melibatkan influencer

Melibatkan influencer dalam kegiatan pemasaran sangat cocok untuk diterapkan demi menggaet kalangan millennial. Pasalnya, mereka sangat mudah terpengaruh dari media sosial dan kebanyakan influencer berasal dari millennial. Kepribadian seleb Snapchat dan Instagram sangat mudah menarik hati para millennial.

Dengan menghubungkan influencer dengan produk Anda memberi dampak positif bagi bisnis karena semakin mendekatkan ke konsumen millennial. Terlebih, sekitar 28% millennial yang berusia sedikit lebih muda dan 23% millennial yang agak tua mengatakan mereka tidak akan menggunakan suatu produk yang tidak direkomendasikan oleh anggota keluarga, teman, dan orang lain.

5. Bersikap apa adanya

Millennial itu sangat menghargai pemasaran yang asli dan otentik. Mereka lebih menyukai foto yang natural dengan bahasa marketing yang tidak berlebihan. Pemasaran yang terlalu “berlebihan” justru akan membuat mereka jadi enggan untuk menyukai produk Anda.

Dalam media sosial, orang akan lebih mudah menerima siapapun mereka, bukan berekspektasi seperti apa sosok yang diharapkan orang-orang. Strategi pemasaran lainnya yang cocok adalah storytelling. Pendekatan ini telah terbukti mampu membangun kepercayaan produk dan loyalitas konsumen millennial.

MDI Ventures Lirik Investasi di Bidang Sekuriti Siber dan IoT

MDI Ventures, corporate venture capital dari Telkom, mengungkapan pihaknya sedang melirik investasi di perusahaan bidang sekuriti siber (cyber security) dan Internet of Things (IoT) pada tahun ini. Investasi tersebut merupakan bidang baru yang belum pernah dimasuki perusahaan sejak pertama kali luncurkan pada Februari 2016.

Fokus investasi perusahaan ini, sejalan dengan rencana kerja MDI Ventures yang ingin memfokuskan investasi di perusahaan digital terkemuka dan high-target dengan vertikal bisnis bergerak di pengadaan solusi untuk perusahaan, pemerintah, dan UKM, keamanan siber, internet mobile, dan IoT.

“Kami melirik perusahaan di bidang cyber security dan IoT. Untuk market Indonesia, kedua vertikal ini hampir sepenuhnya di-drive oleh demand dari sisi B2B (serta B2G). Oleh karena itu, butuh strategic investor yang bisa membantu startup untuk membangun bisnis dengan perusahaan besar (BUMN dan swasta) dan pemerintah,” terang CEO MDI Ventures Nicko Widjaja kepada DailySocial.

Tak hanya mengincar di dua sektor tersebut, perusahaan juga akan lebih agresif menghasilkan synergy value dari kolaborasi startup dengan Telkom, tidak hanya semata-mata agresif dari jumlah perusahaan yang akan diinvestasikan saja.

Menurut Nicko, hal itu akan diwujudkan dengan dua langkah. Pertama, untuk investasi langsung dari growth fund perusahaan, jumlah perusahaan baru yang akan mendapat dana investasi kurang lebih sama dengan tahun lalu. Namun dengan rata-rata nilai investasi yang lebih besar dan preferensi terhadap stage yang lebih matang.

Kedua, perusahaan juga akan lebih agresif di pendanaan tahap awal (seed) melalui follow on funding ke startup yang berpartisipasi di Indigo Accelerator.

Sebagai gambaran, ada 11 perusahaan yang mendapat kucuran dana segar dari MDI Ventures pada tahun lalu. Sembilan di antaranya adalah Geniee (Jepang), mClinica (Filipina), NComputing (Amerika Serikat), aCommerce (Thailand), Ematic (Singapura), RedDot Payment (Singapura), Adskom, Kata.ai, Goers (ketiganya dari Indonesia).

Sebelumnya, Nicko sempat mengungkapkan rencananya untuk berinvestasi di perusahaan “space tech” dari Amerika Serikat. Dari pemberitaan terakhir, nama perusahaan akan diungkapkan pada awal Desember tahun lalu.

“Kami akan menutup kesepakatan [investasi] dengan satu perusahaan space tech dari Amerika Serikat. Kami akan menjadi investor Indonesia pertama yang percaya bahwa era space tech akan datang ke sini. Perusahaan ini didirikan oleh mantan insinyur SpaceX,” katanya.

Pihaknya percaya dengan investasi ke sektor tersebut, sejalan dengan semakin banyaknya orang Indonesia yang sudah terhubung secara online sehingga kebutuhan coverage internet yang akan semakin luas dan cepat dalam beberapa tahun mendatang.

“Permintaan untuk terus terhubung dan cepat akan menjadi the biggest thing bersamaan dengan memasuki era digital. Di AS, pertumbuhan sektor ini telah berkembang lebih dari 40% per tahunnya.”

Tantangan VC di 2017

Menurut Nicko, pihaknya melihat iklim perekonomian tahun akan lebih membaik. Faktornya dari aspek pertumbuhan ekonomi makro naik menjadi 5,1% akibat impilkasi dari daya beli konsumen dan perusahaan yang meningkat.

Sementara dari sisi perilaku, konsumen dan bisnis di Indonesia sudah semakin terbuka dengan penggunaan teknologi. Di sisi lain, investor akan tetap berhati-hati untuk investasi perusahaan dengan business model yang mengandalkan “bakar uang” dengan unit economics yang buruk.

“Maka dari itu, tantangan untuk startup adalah mencari cara kreatif untuk tidak missing the boat dalam meraih peluang bisnis yang ada selagi dana fundraising yang ada masih terbatas.”

Dia menambahkan tantangan dan peluang untuk VC pada umumnya, terutama dengan fund yang sudah lama aktif, adalah permasalahan likuiditas. Dengan semakin agresifnya korporasi (baik asing maupun lokal) untuk ekspansi melalui akuisisi, investor harus semakin pro-aktif dalam menjalankan fungsi sebagai jembatan antara startup dan potential acquirers.

“Tanpa clear path to liquidity, sebuah VC akan semakin sulit untuk mencari LP untuk fundraising round selanjutnya,” pungkas Nicko.

Kiat Ralali Perkuat Pangsa Pasar di Segmen B2B Tanah Air

Hampir tiga tahun berdiri, layanan e-commerce B2B Ralali mengumumkan pencapaian bisnis yang positif baik dari nilai transaksi, pembeli, dan repeat buyer rate. Agar bisnis semakin mulus, Ralali memiliki sejumlah kiat yang akan dilakukan perusahaan sepanjang tahun ini, seperti menambah produk consumer goods, khususnya produk kecantikan dan alat kesehatan, serta merangkul pengusaha lokal lewat jaringan komunitas Tribes.id di berbagai kota besar.

Dari segi pencapaian bisnis di tahun lalu, pihak Ralali mengungkapkan nilai transaksi naik 21 kali dibandingkan awal 2015 dan jumlah pembeli naik lebih dari 78 kali. Perusahaan juga mendapat kepercayaan dari ribuan pembeli aktif yang secara berkala melakukan transaksi di Ralali, sehingga repeat buyer rate naik lebih dari 40%. Sayangnya, Ralali enggan membeberkan angka lebih detilnya.

“Seiring dengan sosialisasi yang kami lakukan seperti pameran, edukasi di lingkungan pendidikan, dan pendekatan dengan komunitas binsis lokal, jadi salah satu faktor yang memicu pertumbuhan bisnis di Ralali. Kami sangat berterima kasih atas kerja sama yang baik dengan rekan pembeli maupun penjual,” terang Co-Founder & CEO Ralali Joseph Aditya kepada DailySocial.

Selain itu, menurut Joseph, ada faktor internal dan ekternal yang turut mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan. Dari internal, Ralali terus melakukan evaluasi terhadap performa platform dan terus mendengarkan kebutuhan dari pengguna, baik penjual maupun pembeli.

Berangkat dari situ, muncul beberapa kerja sama dan fitur baru di Ralali. Salah satunya post buying request. Fitur ini diklaim mendapat tanggapan yang cukup baik dari pengguna. Cara kerjanya calon pembeli dapat menginformasikan apabila produk yang mereka maksud tidak ada di website. Setelah itu tim akan berusaha mencari produk yang dimaksud lewat kolega Ralali yang ada di seluruh Indonesia dan Tiongkok.

Sementara dari eksternal, Ralali melihat demand market untuk beralih dari proses pengadaan tradisional menuju berbasis teknologi sangat tinggi. “Dan pencapaian kami di tahun lalu tidak bisa lepas dari kepercayaan yang diberikan merchant/seller kami.”

Adapun produk yang menjadi favorit pengguna, masih dalam kategori Maintenance, Repair & Operation (MRO), industrial supplies, dan consumer goods. Tahun ini, perusahaan akan menambah produk kecantikan dan alat kesehatan dalam katalognya.

Fokus bantu pengusaha lewat kanal Tribes

Tahun ini Ralali akan terus fokus membantu pengusaha lokal lewat komunitas bisnis yang dibangun perusahaan yaitu kanal Tribes.id untuk pengembangan bisnis UKM di Indonesia.

Menurut Joseph, saat ini komunitas Tribes sudah masuk ke tiga kota besar dan rencananya tahun ini akan merambah ke 15 kota besar lainnya di Indonesia. Pihaknya yakin setiap pengusaha membutuhkan partner bisnis yang tepat dan hal tersebut nantinya dapat ditemui di komunitas bisnis Tribes.

“Apabila mereka mendapatkan kesuksesan dan pertumbuhan yang cukup baik, tentunya juga berimbas pada pertumbuhan Ralali ke depannya.”

Strategi tersebut sekaligus menjadi jawaban Ralali dalam menghadapi persaingan bisnis B2B e-commerce yang bakal semakin menantang. Kompetitor Ralali di segmen ini antara lain Bizzy, MBiz, dan Bhinneka Bisnis.

“Aspek positifnya, market size dari B2B e-commerce sangat besar, sehingga tahun ini kami tetap fokus ke pelanggan, menambah calon perusahaan dan UKM baru sebagai pengguna platform Ralali dengan memperkenalkan digital B2B e-commerce sebagai model bisnis baru di Indonesia,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Lima Jenis Prestasi yang Perlu Dicapai Startup di Tahun Pertama

Memulai bisnis sendiri adalah suatu hal yang menarik dan luar biasa. Anda memiliki sebuah ide yang akan membuat perubahan bagi konsumen menjadi jauh lebih baik. Akan tetapi, Anda memiliki segudang pekerjaan rumah yang belum terselesaikan demi mencapai tujuan akhir tersebut.

Dengan membuat sejumlah target prestasi (milestone) yang akan menjadi unik untuk startup Anda dapat membantu menggiring sesuai gol yang Anda harapkan. Pada dasarnya, ada lima jenis prestasi yang perlu dicapai: bisnis, produk, konsumen, pemasaran, dan pribadi. Artikel berikut akan lebih detil menjelaskannya:

Bisnis

Bisnis akan mengatur fondasi dasar bagi segala sesuatu yang Anda lakukan baik pada hari itu dan di masa mendatang. Contoh berikut ini adalah salah satu tugas yang tidak bisa ditunda: membuat badan hukum perusahaan, rekening perusahaan, mendaftar sofware akuntansi, membuat situs, pitch deck, merekrut orang, dan lainnya.

Pitch deck memberikan gambaran singkat dari bisnis Anda untuk dipergunakan saat presentasi di berbagai kesempatan, bertemu mitra bisnis, atau saat merekrut orang baru demi meyakinkan mereka untuk bergabung dengan tim Anda.

Produk

Tanpa produk, Anda tidak akan dapat bekerja menggaet konsumen baru, lebih parahnya tidak ada perputaran uang. Karena tanpa perputaran uang, bisnis Anda akan sangat tipis kemungkinannya untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Artinya, memiliki produk yang tepat di tahun pertama memulai startup sangat penting demi menjamin keberlangsungan bisnis Anda.

Setiap kali Anda konsisten menemukan produk baru untuk startup Anda, bisa dikatakan Anda sudah melangkah lebih dekat membuat impian jadi kenyataan. Salah satu contoh pekerjaan dalam menciptakan produk, mulai dari membuat produk prototipe, versi de-bug prototipe, meluncurkan MVP, merilis versi beta privat, beta publik, meluncurkan versi resmi, hingga mengumpulkan masukan dari konsumen tentang produk Anda.

Meninjau semua masukan dari orang lain, dapat membantu Anda dalam menyesuaikan produk yang sesuai kebutuhan masyarakat. Hal ini akan membantu Anda jadi sedikit lebih tenang saat meluncurkan produk, tidak lagi fokus pada bug yang belum terselesaikan.

Konsumen

Setelah produk Anda diluncurkan, Anda sudah siap mengalami saat yang paling menarik dalam hidup, yakni menerima pembayaran dari konsumen pertama Anda. Pengalaman ini tidak akan pernah Anda lupakan.

Ketika Anda mulai menghasilkan transaksi, Anda harus fokus pada pencapaian prestasi seperti, menetapkan validasi pasar, berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang baik, fokus pada pertumbuhan bisnis harian dan bulanan agar Anda dapat membuat proyeksi tren bisnis pada tahun mendatang akan seperti apa.

Pendiri Zemanta Bostjan Spetic bilang mendapat angka penjualan sebesar US$ 1 juta per tahun membuktikan bahwa ada pasar untuk bisnis Anda, sementara US$10 juta membuktikan Anda mampu scale up bisnis, dan US$25 juta menunjukkan bahwa pasar Anda sangat besar.

Sebaiknya Anda jangan terlalu fokus mendapatkan uang US$25 juta terlebih dahulu di tahun pertama. Fokuslah pada penjualan pertama.

Pemasaran

Untuk meraih prestasi di bidang ini, Anda perlu menjalankan sejumlah rencana pemasaran yang cerdas, seperti membuat studi strategi pemasaran startup, membuat daftar email untuk konsumen yang tertarik, mengembangkan kemitraan dengan brand lain, menunjukkan tren pertumbuhan. Pada intinya, rencana bisnis pemasaran harus membantu Anda mengembangkan basis pelanggan.

Pribadi

Terakhir, Anda membuat prestasi untuk diri sendiri sekaligus menilai kemampuan diri sebagai founder. Caranya, dengan mencari mentor yang berpengalaman, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, belajar mengelola tim, rajin menabung, mengembangkan kemampuan berbicara di tempat umum, dan membuat jaringan profesional.

Tugas Anda sebagai founder akan berubah dari waktu ke waktu. Anda tidak akan lagi melakukan semua hal sendirian. Transisi dari perintis jadi pemimpin adalah proses yang sangat penting karena Anda tidak bisa menjadi orang yang ahli di segala bidang.

Selain itu, tuntutan waktu juga akan meningkat apalagi jika Anda adalah satu-satunya pembuat keputusan bisnis, memungkingkan terjadinya stres. Oleh karena itu, Anda perlu pahami cara merekrut talenta yang tepat agar dapat membantu bisnis jadi lebih cepat tumbuh.

Luangkan waktu untuk melakukan review

Ketika Anda mulai melepas satu persatu tugas Anda dan meraih beberapa prestasi, pastikan untuk melakukan review. Sebab proses peluncuran startup dan memimpin perusahaan menuju kesuksesan butuh stamina yang kuat. Andaikan seperti sedang lari marathon, bukan sprint.

Akan ada masanya Anda merasa tidak termotivasi, tertekan, dan tidak yakin apakah harus dilanjutkan. Saat masa itu tiba, jawaban dari pertanyaan “Mengapa saya melakukan ini?” menjadi sangat krusial.

Strategi Bridestory Kuasai Pangsa Pasar “Online Wedding Marketplace” di Asia Tenggara

Pasca ekspansi ke Singapura dan Filipina, online wedding marketplace lokal Bridestory mengungkapkan akan terus melakukan inovasi bisnis agar dapat mengkukuhkan targetnya sebagai wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara. Untuk mewujudkannya Bridestory akan menggelar signature event pada awal Juli 2017.

Pihak Bridestory memastikan acara ini akan menjadi pameran pernikahan terbesar di Asia Tenggara yang diikuti oleh vendor berasal lebih dari lima negara. Acara tersebut akan berlangsung selama empat hari. Calon pengantin akan bertemu secara langsung dengan lebih dari 800 vendor pernikahan dari 20 kategori yang berbeda.

“Kami ingin terus membantu mewujudkan lebih banyak lagi pernikahan impian para calon pengantin serta memperkuat posisi sebagai online wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara,” terang Country Director Bridestory Indonesia Andhira Rachmawati kepada DailySocial.

Kegiatan ini sekaligus menjadi upaya Bridestory memperdalam penetrasi pasar di Asia Tenggara. Ada sejumlah tantangan yang kerap dihadapi Bridestory, salah satunya perbedaan budaya yang turut mempengaruhi tren pernikahan di setiap negara.

Untuk dapat beradaptasi dengan perbedaan tersebut, Bridestory melakukan lokalisasi dan survei terhadap para pengguna platform di setiap negara.

“Dengan demikian, Bridestory dapat mempelajari dan mengetahui tren pernikahan terkini untuk dapat membantu para calon pengantin dalam mempersiapkan pernikahan dan para vendor dalam mengembangkan bisnis mereka ke depannya.”

Dari data terakhir, Bridestory berhasil menghimpun lima juta calon pengantin yang menggunakan layanan ini di 2015. Pada tahun yang sama, situs Bridestory dikunjungi sekitar 500 ribu calon pengantin setiap bulannya. Terdapat 15 ribu wedding vendor lebih dari 50 negara yang sudah bergabung dalam platform tersebut.

Untuk meningkatkan jangkauan bisnisnya, Bridestory mengeluarkan dua aplikasi yakni Bridestory dan Bridestory Pro. Perbedaannya, aplikasi Bridestory diperuntukkan untuk calon pengantin, sementara Bridestory Pro untuk vendor pernikahan mengatur profil dan korespondensi dengan calon pengantin.

Pisah kongsi dengan Mediacorp

Menjelang akhir tahun lalu, Bridestory mengumumkan perpisahan kerja sama dengan majalah Style Weddings dari perusahaan media asal Singapura, Mediacorp. Perpisahan bisnis ini menjadi babak baru bagi Bridestory untuk mencapai target yang belum sempat terwujud sebelumnya di Singapura.

Menurut Andhira, pasca pisah kongsi Bridestory akan tetap fokus untuk meluncurkan inovasi pada produk yang akan membantu perencanaan pernikahan untuk para calon pengantin di Singapura.

Salah satunya dengan meluncurkan produk baru HILDA, sebuah online wedding consultant yang dapat membantu para calon pengantin dalam perencanaan pernikahan mereka dan mendapatkan penawaran terbaik dari vendor-vendor Bridestory di Singapura.

“Dalam waktu dekat layanan ini akan segera diluncurkan,” ucapnya.

Kerja sama antara Bridestory dengan Mediacorp sendiri sempat terjalin sejak Juli 2015. Kerja sama tersebut memungkinkan kedua belah pihak menyatukan sumber dayanya dengan menghasilkan konten inspirasi pernikahan lewat portal Bridestory.com.sg.

Tidak dijelaskan mengapa kedua perusahaan ini akhirnya memutuskan kerja sama bisnisnya. Dikutip dari Channel News Asia, dijelaskan mereka sepakat untuk berpisah untuk mengejar tujuan komersial masing-masing.

“Dengan keputusan ini, kedua perusahaan akan lebih bebas untuk mengejar strategi bisnis masing-masing. Majalah Style Weddings akan terus meningkatkan bisnis lewat situs stylextyle. Kami juga akan scaling up bisnis di acara offline mega wedding show di Maret 2017. Dengan fokus baru pada 360 solutioning, kami memiliki kemungkinan besar untuk berkembang secara digital, baik di acara offline juga TV,” terang Head of Women, Men, dan Parenting Mediacorp Jessie Sng.

CEO Bridestory Kevin Mintaraga menambahkan, “Menjadi kehormatan bagi kami bisa bekerja sama dengan Mediacorp, keputusan ini menjadi babak baru bagi Bridestory menjadi platform dengan layanan terpadu untuk vendor pernikahan di Singapura.”

Empat Kesalahan Strategi Akibat Mispersepsi Istilah “Digital Disruption”

“Era digital sudah datang dan bergerak cepat”; “Tidak ada industri yang kebal terhadap gangguan digital”; “Satu hal yang pasti dari transformasi digital adalah ada perubahan besar bagi perusahaan dari semua sisi”; “Era digital akan mengganggu industri Anda.”

Pernyataan di atas acap kali menghiasi judul berita di berbagai media dan buku bisnis, bahwa digital akan mengganggu bisnis sekaligus hidup Anda. Mengenai hal tersebut, seorang profesor dari London Business School, Freek Vermeulen, mengatakan dirinya tidak sepenuhnya setuju.

Menurutnya, sangat naif untuk mengganggap tidak ada bisnis yang perlu berubah, meski ada beberapa pihak yang berkeyakinan perubahan akibat teknologi bakal terjadi, seperti diucapkan oleh pembicara konferensi, guru, dan konsultan. Vermeulen menganggap mereka keliru dalam menerjemahkan istilah ‘digital disruption’.

Dalam kebanyakan “bisnis normal,” dampak dari digital akan berbeda dibandingkan perusahaan digital raksasa seperti Amazon, Google, dan Facebook. Berikut ini menurut Vermeulen empat kesalahan strategi yang harus di waspadai dari mispersepsi istilah ‘digital disruption’:

1. Efek jaringan, pemenang tidak selalu menang dari segala sisi

Kesalahpahaman umum yang terus terjadi dalam dunia digital adalah pemahaman mengenai konsep “the winner takes all.” Banyak model bisnis yang secara ekstensif menggunakan teknologi digital dalam semua jenis jaringan yang dimiliki. Artinya, lebih banyak pengguna dan penyedia konten yang mendaftar di tempat Anda, semakin baik kerja dari model bisnis tersebut.

Ketika orang berduyun-duyun mendaftarkan diri ke Facebook, ini terjadi karena sebagian besar keluarganya sudah melakukan hal yang sama sebelumnya. Dengan demikian memungkinkan Facebook dapat menghimpun banyak data tentang diri Anda, bertujuan untuk menarik pengiklan.

Efek dari jaringan ini, kemudian beralih jadi “the winner takes all properties” bahwa jaringan terbesar akan menang, mengalahkan kompetitornya seperti MySpace dan Google+.

Akan tetapi, jaringan yang besar juga tidak selalu menjamin eksklusif. Saat Anda memesan taksi online di Singapura, paling tidak setiap pengemudi memiliki dua ponsel dengan berbeda jaringan data. Dia akan memilih pemesanan dari aplikasi mana yang paling cepat datang dan akan mematikan ponsel satunya lagi ketika sudah dapat pesanan.

Konsep “the winner takes all” tidak selalu pasti mengarah hanya ke pemenang saja agar dapat menguasai semua pasar. Kadang benar kadang tidak, tapi yang pasti setidaknya ada beberapa jaringan dengan spesifik pasar yang lebih mudah mempertahankan konsumennya.

2. Komplementer bukanlah substitusi

Kesalahpahaman kedua adalah teknologi baru pasti akan menggantikan teknologi lama karena sudah usang. Meski sudah ada fakta terjadi di lapangan mengenai pergantian dari mesin faks menjadi email, disket menggantikan flashdisk, dan Encyclopaedia Britannica menggantikan Wikipedia.

Namun, konsep pemikiran ini tidak berlaku bagi dunia industri terhadap digital. Digital selalu akan menawarkan suatu hal yang bersifat komplementer, bukan sebagai substitusi.

Vermeulen bilang, coba Anda bandingkan penggunaan teknologi di dunia pendidikan. Banyak pihak yang mengklaim pembelajaran secara online akan membuat kuliah tatap muka jadi usang, bahwa perguruan tinggi fisik akan digeser oleh universitas online.

Model bisnis dan keunggulan kompetitif adalah sistem yang kompleks. Ada beberapa elemen yang nyata dan tidak nyata, dapat berinteraksi dengan satu sama lain. Artinya, butuh kombinasi yang bisa membuat kedua hal jadi bekerja. Unsur digital hanya akan menambahkan satu faktor baru ke dalam campuran atau mengganti satu elemen, tidak mengganti semuanya.

Berarti, di dunia bisnis manapun, teknologi digital akan melengkapi dan menambahkan kemampuan dari suatu unsur yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu, ketika membuat strategi harus fokus pada identifikasi unsur komplementer, bukan berasumsi.

3. Letak geografis masih berpengaruh

Kesalahpahaman umum yang ketiga adalah asumsi mengenai teknologi digital telah menghilangkan relevansi karena secara geografis kini semua orang bisa berkomunikasi secara instan di mana saja di seluruh dunia. Vermeulen berpendapat, kedekatan itu masih penting namun banyak yang tidak menyadarinya karena sekarang orang jadi meremehkan nilai dari berkomunikasi tatap muka.

Dalam dunia konsultasi bisnis, misalnya McKinsey. Bisnis mereka tergolong cukup stabil dan homogen selama beberapa dekade, mencocokkan konsultan dengan klien. Kini di dunia digital, sudah ada platform bisnis konsultan online. Hanya saja, masih belum dapat traksi yang memuaskan karena mereka meremehkan unsur terpenting, yakni komunikasi tatap muka.

Padahal dalam dunia konsultasi, perlu kemampuan untuk membaca emosi klien, niat, dan kepribadian diri. Tujuannya bukan hanya untuk mengukur bagaimana konsultan bekerja dengan klien, tapi juga untuk mencari kecocokan.

Salah satu contoh perusahaan konsultan yang sukses mengadopsi teknologi digital dengan tepat adalah Eden McCallum. Mereka mengembangkan modal bisnis berdasarkan konsultan freelance, tidak mengandalkan big data. Mereka memutuskan untuk tidak terlalu bergantung pada digital, dengan tetap berinvestasi di sekolah konsultan ternama.

Eden McCallum menunjukkan tidak semua gangguan harus digitalisasikan. Teknologi digital lebih memungkinkan untuk membuat kemajuan dalam industri dan bagian dari rantai industri, di mana interaksi tatap muka kurang relevan.

4. Digital tidak harus selalu diadopsi dengan cepat

Salah satu karakteristik dari era digital adalah orang-orang terus mengatakan perubahan yang cepat. Karena dunia berubah begitu cepat, perusahaan juga harus cepat berubah. Pernyataan ini menurut Vermeulen cukup meragukan.

Menurut dia, dalam mengadopsi teknologi digital terkadang lebih baik untuk menghadapi perubahan secara kontekstual dan berubah secara perlahan-lahan. Jika perusahaan Anda berada di lingkungan yang mudah menerima teknologi baru namun cepat berlalu, sebaiknya Anda perlu memperlambat dan lebih selektif. Mengingat selalu terjadinya ketidakpastian di pasar dan mengurangi potensi terjadinya bumerang saat mengadopsi teknologi digital yang baru.

Pada akhirnya, digital mengubah ‘nature‘ keunggulan kompetitif di berbagai lini bisnis. Namun perubahan tidak akan seragam di semua industri. Teknologi digital jadi faktor yang paling mempengaruhi pendekatan bisnis yang berbeda, namun jangan sampai digital jadi bumerang bagi bisnis Anda di masa mendatang.

Pencapaian Telunjuk dan Targetnya di 2017

PT Telunjuk Komputasi Indonesia (Telunjuk), penyedia layanan rekomendasi dan perbandingan harga belanja online, mengungkapkan sejumlah target dan fokus yang akan dikejar pada tahun ini, mulai dari meningkatkan conversion rate, menambah pengguna, dan mendorong pengunjung Telunjuk sampai ke toko online untuk melakukan pembelian barang.

Sebagai gambaran, tahun lalu tingkat conversion rate Telunjuk naik lebih dari 60%. Pengunjung dapat menemukan produk yang mereka cari dalam bentuk melakukan klik ke produk dan mendarat ke toko online.

Dikutip dari Kontan, rata-rata ada sekitar sembilan juta kunjungan per bulan di Telunjuk. Dari jumlah itu, sekitar 40%-50% akan mengklik produk sehingga langsung terhubung kepada toko online mitra Telunjuk. Jumlah pengunjung yang sudah meneruskan ke toko online dan melanjutkan ke tahap pembelian baru sekitar 1%-2%.

Pencapaian tersebut dianggap sudah terbilang bagus. Pasalnya, sebagai perbandingan untuk belanja online via Google Adwords untuk mencapai angka 1% terbilang berat.

Data terakhir menyebut sudah ada sekitar 50 pemain e-commerce yang sudah bergabung di Telunjuk. Dari jumlah tersebut, total produk yang ditawarkan lebih dari 20 juta jenis.

Tahun ini pihak Telunjuk mengungkapkan target angka untuk conversion rate tidak akan jauh berbeda dengan pencapaiannya di tahun lalu. Justru, pihaknya kini lebih fokus mengejar berapa banyak dari pengunjung yang sampai ke toko online untuk melakukan pembelian.

Hal ini tak hanya butuh kesiapan dari penyedia Telunjuk tapi juga sangat bergantung pada kesiapan toko online untuk membuat ekosistem berbelanja yang memudahkan calon pembeli melakukan pembelian (user experience/UX).

Untuk itu Telunjuk akan lebih mempererat kerja sama dengan toko online yang sudah bermitra dengan perusahaan.

Telunjuk juga menargetkan pertumbuhan pengguna dapat meningkat jadi empat kali lipat. Jumlah tersebut diklaim mencakup 80% dari seluruh toko online yang sudah menjadi mitra perusahaan.

“Caranya bagaimana? Rencananya akan terlihat dari satu atau dua bulan ke depan, mohon doanya,” ucap CEO dan Co-founder Telunjuk Redya Febriyanto kepada DailySocial.

Persaingan pemain price comparison makin ramai

Redya mengatakan saat ini industri yang bergerak di pembanding harga semakin ramai dan seru. Ada belasan pemain, baik besar dan kecil, di market yang dimonitor oleh Telunjuk. Persaingan ini justru memberi energi bagi Telunjuk agar semakin bersemangat bahwa hal ini menjadi sinyal ada kebutuhan dari industri.

Pemain serupa Telunjuk dan sudah berafiliasi dengan pemain e-commerce di Indonesia di antaranya PriceArea, Hargamurah, PricePanda, Pricebook, iPrice, dan Priceza.

Pihaknya ingin menjadikan Telunjuk bukan sekedar penyedia layanan pembanding harga saja, menjadi tempat rekomendasi belanja. Makanya sejak awal nama brand Telunjuk sudah diarahkan agar tidak mengandung term harga atau yang sejenis.

Dalam riset internal yang dilakukan Telunjuk menunjkkan bahwa hanya sekitar 15% pembeli online yang sudah menyadari adanya price comparison atau yang sejenis, mengindikasikan ternyata market masih terbuka sangat lebar.

“Jadi di tahun ini, kita akan melihat persaingan antar price comparison justru akan membawa industri ini ke level yang lebih tinggi lagi,” pungkasnya.

OJK Konfirmasi BukaReksa Tidak Salahi Aturan (UPDATED)

Teknologi yang tidak mengenai batasan wilayah membuatnya jadi abu-abu saat menentukan apakah aturan mainnya sesuai dengan regulasi yang berlaku. Dibandingkan industri lainnya, industri finansial termasuk yang paling ketat aturannya. Terkait hal ini, DailySocial berusaha memastikan kerja sama antara Bukalapak dan Bareksa dalam meluncurkan BukaReksa. Apakah langkah ini menyalahi Bareksa sebagai pemegang lisensi APRD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) dan Bukalapak sebagai pihak penjual efek reksa dana? Jawabannya ternyata tidak.

Hal ini diungkapkan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida. Dia mengatakan POJK Nomor 39/POJK.04/2014, tepatnya di Pasal 33, menyebutkan dalam melakukan penjualan efek reksa dana, agen APRD dapat membuka gerai penjualan dengan cara melakukan kerja sama dengan pihak lain yang memiliki jaringan lebih luas dalam kegiatan usahanya.

“APRD bisa bekerja sama dengan gerai-gerai untuk memperpanjang tangannya. Untuk [Bareksa dan Bukalapak] ada aturan yang memperbolehkan gerai-gerai itu jadi penjual. Tapi kontrak dan tanggung jawab terhadap penjualan itu tetap di APRD,” terang Nurhaida kepada DailySocial.

Pernyataan Nurhaida sejalan dengan jawaban perwakilan Bukalapak dan Bareksa. Pihak Bukalapak memastikan perusahaan adalah mitra Bareksa yang memiliki lisensi APRD resmi dari OJK. Produk BukaReksa yang menjual reksa dana ke publik adalah produk investasi yang diatur dan diawasi oleh OJK.

“Bukalapak sebagai salah satu perusahaan terdepan, sangat patuh terhadap aturan dan hukum yang berlaku. Kami menjunjung tinggi peraturan yang ada,” ungkap pihak Bukalapak dalam pernyataan resminya.

Bareksa juga mengeluarkan suaranya. Co-founder dan Chairman Bareksa Karaniya Dharmasaputra kepada DailySocial memastikan BukaReksa tidak menyalahi aturan yang diberlakukan oleh OJK. Platform BukaReksa tetap terhubung dengan engine Bareksa untuk proses know your customer (KYC) nasabah sebelum membeli produk reksa dana.

“Ini tidak melanggar aturan, kami sudah lapor ke OJK. Mereka dukung karena ini ‘kan bagian dari edukasi dan perluasan jalur pemasaran. Kami memang lebih memilih kolaborasi dengan perusahaan teknologi agar lebih pas dan cepat,” terangnya.

Karaniya menjelaskan BukaReksa adalah hasil kerja sama antara Bukalapak dan Bareksa dengan menunjuk CIMB Principal Asset Management untuk membuat produk Reksa Dana CIMB-Principal Bukareksa Pasar Uang.

BukaReksa dikhususkan untuk menyasar semua pengguna Bukalapak, baik itu pembeli maupun merchant yang sudah memiliki akun di Bukalapak dan saldo di BukaDompet.

“Ide awalnya ingin buat produk khusus untuk kerja sama dengan Bukalapak. Sebab, untuk jadi nasabah reksa dana butuh proses 2-3 hari karena ada proses di bank kustodian. Untuk layani nasabah Bukalapak yang merupakan merchant kan mereka butuh likuiditas, jadi kita bikin produk khusus dengan CIMB sehingga kita targetkan prosesnya jadi lebih cepat maksimal satu hari setelah transaksi.”

Nantinya, BukaReksa akan tersedia di berbagai platform yang dimiliki Bukalapak mulai dari situs website, aplikasi, hingga situs mobile. Dalam dashboard pengguna Bukalapak, akan ada button untuk investasi reksa dana di BukaReksa.

“Sekarang sudah final testing, semoga bisa luncur beberapa minggu ke depan.”

Sebelumnya, Bareksa juga sudah meresmikan kerja samanya dengan DOKU untuk menjual produk reksa dana kepada pengguna DOKU yang jumlahnya diklaim mencapai 1,3 juta orang.

Baik kerja sama antara Bareksa dengan Bukalapak maupun DOKU sasarannya sama, yakni pengguna masing-masing platform tersebut, termasuk merchant penjual di Bukalapak.

Adapun jumlah nasabah Bareksa kini sudah mendekati angka 7 ribu orang sejak pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 silam. Total dana yang diinvestasikan lewat platform Bareksa sudah lebih dari Rp 80 miliar.

Sepanjang tahun ini, Bareksa akan kembali menggelar kerja sama lainnya dengan layanan e-commerce dan fintech.

“Namanya belum bisa kami disclose,” ujar Karaniya.

Terinspirasi dari Yuebao

Karaniya mengungkapkan kerja sama ini terjalin akibat terinspirasi dari Yuebao, sebuah produk reksa dana yang dikelola produk keuangan Alibaba, Alipay, yang diluncurkan sejak Juni 2013 silam.

Pada saat itu nilai imbal hasil (yield) yang ditawarkan Yuebao kepada nasabahnya mencapai 4%. Bahkan, angkanya pernah menembus hingga 6,76% per tahun pada awal 2014. Nasabah Yuebao hingga kini diklaim sebagai salah satu terbesar di dunia dengan total 260 juta nasabah.

“Kami terinspirasinya dari sana [Yuebao]. Bahkan, sekarang dia sudah bisa jadi perusahaan manajemen investasi. Insya Allah ke depannya [BukaReksa] bisa mengarah ke sana.”

Yang terpenting, sambungnya, hadirnya BukaReksa bisa menjadi lahan edukasi untuk merchant Bukalapak agar dapat beralih menggunakan reksa dana sebagai lahan investasi jangka pendek, ketimbang menyimpan uangnya di tabungan sederhana di bank.

POJK Fintech Lending Terbit, OJK Persiapkan 14 Surat Edaran

Penghujung tahun 2016 lalu, OJK diam-diam menerbitkan Peraturan OJK (POJK) nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Beleid ini ditandatangani Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad pada 28 Desember 2016.

Secara isi, tidak begitu banyak perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan isi draft yang sebelumnya diumumkan OJK. Misalnya, dalam Pasal 3 pihak asing dapat bertindak sebagai penyelenggara jasa fintech lending berbentuk warga negara asing dan/atau badan hukum asing maksimal 85%.

[Baca juga: Perjalanan Panjang Rancangan POJK tentang Fintech Lending]

Pasal 4 penyelenggara harus berbentuk PT atau koperasi dengan modal disetor saat pendaftaran sebesar Rp 1 miliar, kemudian saat mengajukan izin lisensi harus memenuhi nominalnya jadi Rp 2,5 miliar.

Kemudian di pasal 24 penyelenggara wajib menggunakan escrow account dan virtual account bagi setiap pemberi pinjaman dan penerima pinjaman harus melakukan pelunasan pembayaran melalui escrow account penyelenggara untuk diteruskan ke virtual account pemberi pinjaman.

Beleid ini juga mengatur penetapan besaran tingkat bunga pinjaman. Penyelenggara memberikan masukan atas suku bunga yang ditawarkan oleh pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dengan mempertimbangkan kewajaran dan perkembangan perekonomian nasional (Pasal 17).

Kemudian di pasal 19 ayat (5c), disebutkan besaran bunga pinjaman sebelumnya sudah harus disepakati antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman.

Yang terbaru, misalnya OJK menetapkan penyelenggara wajib memenuhi ketentuan batas maksimum total pemberian pinjaman dana kepada setiap penerima pinjaman sebesar Rp 2 miliar (Pasal 6). Akan tetapi, OJK dapat melakukan peninjauan kembali atas batas maksimum total tersebut.

OJK siap menerbitkan 14 surat edaran

Dalam beleid ini, tepatnya di Pasal 51 disebutkan bahwa ada sekitar 14 aturan turunan yang berbentuk surat edaran (SE) yang bakal diterbitkan OJK pasca POJK ini diresmikan. Mulai dari perubahan batas maksimum total pemberian pinjaman dana, tata cara pemberian pinjaman, kerja sama antara penyelenggara dengan penyelenggara layanan pendukung lainnya berbasis teknologi informasi, hingga tata cara penggunaan tanda tangan elektronik.

Hendrikus Passagi, Peneliti Eksekutif Senior Departemen Kebijakan Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan diskusi mengenai SE tersebut akan dimulai secara internal OJK mulai bulan Januari ini. Bisa jadi, OJK akan mengeluarkan 14 SE tersebut secara sekaligus atau satu SE bisa mencakup 14 aturan tersebut.

“SE langsung dibuat serempak, ada sekitar 14 SE. Itu mudah membuatnya, sebab prinsip utama sudah diatur di POJK Fintech Lending. Mulai bulan ini [Januari] pembicaraan akan didiskusikan dalam internal OJK,” ucapnya saat dihubungi DailySocial, Selasa (3/1).