Haus! Rampungkan Pendanaan Baru di 2023, Siap Ekspansi 1.300 Toko

Setelah mengantongi putaran seri B1 pada Juni 2022, startup F&B di segmen new tea & bobba Haus! akan merampungkan pendanaan seri B2 pada awal 2023. Sebelumnya Haus! telah mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp30 miliar dari BRI Ventures melalui Dana Sembrani Nusantara.

Kepada DailySocial, CEO Haus! Gufron Syarif mengungkapkan dana segar tersebut akan digunakan untuk eskpansi di Indonesia. Saat ini, Haus! telah memiliki sekitar 229 toko, dan akan menambah sekitar 1.300 toko baru.

“Kami sedang finalisasi penggalangan dana tahapan B2 yang sudah kami jajaki sejak bulan Oktober dan November tahun ini. Harapannya, kami bisa closing putaran pendanaan ini di kuartal I 2023,” katanya.

Tahun depan, Haus! juga berencana meluncurkan aplikasi dan memperluas produk melalui sister brand Hot Oppa yang telah dirilis pada November lalu. Varian produk makanan ke depannya akan menjadi fokus perusahaan untuk meningkatkan growth store dan vertikal penjualan.

Goal kami ke depan adalah menjadi F&B Holding. Berbeda dengan brand lainnya, kami akan fokus pada pasar menengah ke bawah. Dilihat dari model bisnis yang kami terapkan, perhitungannya saat ini adalah setiap square meter ruko yang kami sewa, harus dioptimasi revenue-nya,” tambahnya.

Selama pandemi, perusahaan mengklaim mengalami pertumbuhan yang positif. Salah satu alasan mereka tidak terpengaruh terhadap aturan PSBB adalah, gerai Haus! berlokasi di kawasan perumahan, bukan di dalam mal yang terkena imbas cukup besar saat pandemi.

Meluncurkan aplikasi

Untuk memperluas ekosistemnya, Haus! akan meluncurkan aplikasi di kuartal pertama 2023. Perusahaan memutuskan untuk menggunakan aplikasi karena ingin memahami kebiasaan dan loyalty pelanggan. Secara bertahap, aplikasi akan diluncurkan dengan fokus awal pada pick-up dan delivery, menyusul nanti pada fitur loyalty dan tambahan fitur lain.

Meskipun saat ini Haus! banyak mengandalkan pemesanan dan pengantaran dari agregator pihak ketiga, sejak September hingga sekarang ada pegeseran kebiasaan pelanggan Haus! yang melakukan pembelian secara offline.

“Hal ini berhubungan dengan financial health dari kebanyakan agregator pihak ketiga, yang mulai mengurangi cash burning dan subsidi. Akhirnya subsidi ongkir berkurang demikian juga dengan subsidi diskon. Saat ini kami mencatat porsinya sudah 50-50 antara pembelian offline dan online,” kata Gufron.

Dengan aplikasi sendiri, Haus! berharap bisa mendapatkan sekitar 25% dari 50% pelanggan online yang sudah ada saat ini. Disinggung apakah ke depannya akan lebih banyak pelanggan yang melakukan pembelian dengan opsi pick-up atau offline, Gufron menyebutkan akan tetap ada pelanggan yang memilih untuk melakukan pembelian secara online, tetapi pilihan pick-up dan langsung ke konter diperkirakan juga makin meningkat.

Saat ini perusahaan mengklaim telah profitable meski jumlahnya belum terlalu mature dibandingkan dengan brand yang sudah lebih dulu menjalankan bisnis. Sejak awal berdiri sebagai startup food tech, Haus! akan tetap fokus kepada profitabilitas dan memanfaatkan tren dari coffee chain hingga new tea & bobba.

“Secara kategori new tea & bobba secara global sedang meningkat. CAGR telah berjumlah hingga dua digit setiap tahunnya. Dan Indonesia baru hadir tahun 2010 lalu, tetapi saat ini mulai bergeser dari tren menjadi kebiasaan dan ke depannya akan menjadi kultur.” Tutup Gufron.

ALAMI Kantongi Pendanaan dari ParagonCorp

Setelah mengantongi pendanaan pra-seri B yang dipimpin East Ventures pada Oktober lalu, platform p2p lending syariah ALAMI kembali mendapatkan investasi. Kali ini dari Paragon Beneva Investama, yang merupakan sebuah perusahaan investasi di bawah ParagonCorp. Tidak disebutkan nilai investasi yang diberikan.

Seperti diketahui, ParagonCorp merupakan perusahaan yang memiliki brand kosmetik popular di Indonesia yaitu Wardah.

Melalui pendanaan ini, ALAMI  akan memanfaatkan dana segar untuk membangun produk teknologi finansial inovatif dan memperluas akses pembiayaan syariah yang beretika, adil, transparan, dan berkelanjutan.

Co-Founder & CEO ALAMI Dima Djani, investasi tersebut membantu perusahaan menjangkau lebih banyak UMKM untuk mengakses pembiayaan berbasis syariah. Hal itu menyusul dengan peluncuran Bank Hijra awal bulan Desember ini, yang akan mampu melayani ratusan juta umat Islam Indonesia.

“Kami yakin potensi industri halal akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan yang signifikan adopsi dari sektor keuangan syariah di Indonesia dan dunia. Ini terlihat dari statistik konsumsi produk halal oleh 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia mencapai $2 triliun, dan pertumbuhan aset keuangan syariah sebesar 7,8%, setara dengan $3,6 triliun pada tahun 2021.”

Sementara itu menurut President Director Paragon Beneva Investama Sari Chairunnisa, sinergi ini dapat mendukung Indonesia menjadi pusat industri halal dunia, ekonomi riil dan sektor keuangan bersama menggerakkan ekonomi syariah.

“Dengan dana investasi tersebut, ALAMI optimis mampu menciptakan teknologi keuangan berbasis syariah kelas dunia, menjangkau komunitas muslim dan masyarakat luas, melalui platform digital yang memenuhi kebutuhan layanan keuangan mereka dan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.”

Pertumbuhan positif ALAMI

Perusahaan mencatat hingga saat ini telah menyalurkan Rp3,8 triliun kepada lebih dari 10.000 Proyek UMKM dengan dukungan dari 111.000 penyandang dana.

ALAMI memiliki beberapa produk pembiayaan, di antaranya Account Receivable (AR) Financing, Account Payable (AP) Financing, dan Ecosystem Financing.

Ekosistem ALAMI mencakup 482 kota dan kabupaten di 34 provinsi Indonesia, baik dari segi pemberi dana maupun penerima manfaat melalui proyek komersial dan sosial yang sedang berlangsung.

Tim ALAMI kini mencapai lebih dari 484 orang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, juga di luar negeri, seperti Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat yang seluruhnya berkebangsaan Indonesia. Pada awal berdiri tim ALAMI diisi oleh 38 orang.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Ituloh Jembatani Kebutuhan Brand dengan Kreator, Kedepankan Konsep Review Jujur

Ekosistem kreator di Indonesia berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya pengguna media sosial. Ditambah, bisnis yang makin memperhitungkan platform komunikasi tersebut sebagai kanal untuk terhubung dengan pelanggan. Namun hingga kini masih banyak di antara kreator pemula yang memerlukan inspirasi, bimbingan, dan dukungan dari komunitas yang belum tersedia di platform lain.

Di sisi lain, pengguna media sosial saat ini sudah mulai jenuh dengan konten yang terkesan terlalu “hard-selling” dan kurang jujur dari mereka influencer berbayar, dan mulai mencari konten yang relevan, terpercaya dan organik dari pengguna biasa. Melihat peluang tersebut, “Ituloh” hadir menawarkan konsep serupa dengan layanan e-commerce enabler yang menjalin kerja sama dengan brand dan kreator untuk mempromosikan produk lewat video review jujur.

“Kami melihat bahwa walaupun penetrasi e-commerce tengah meningkat di Indonesia, pengalaman konsumen dalam menemukan informasi produk dan berbelanja online belum maksimal. Mayoritas konsumen cenderung mengandalkan rekomendasi produk dari teman dan keluarga, atau mulut ke mulut. Karena itu, kami ingin mendigitalkan pengalaman ini melalui Ituloh, aplikasi yang membuka akses bagi semua orang untuk menunjukkan hal-hal yang sesuai minat mereka, dari produk Korea kekinian sampai hotel treehouse di Bali,” ujar Co-founder & CEO Ituloh Christine Suwendy.

Dari hasil produk review tersebut nantinya kreator akan mendapat komisi untuk setiap penjualan yang didapatkan brand, melalui engagement atau dalam bentuk conversion yang dihasilkan. Brand juga bisa mengakses layanan marketing dari platform Ituloh untuk menjangkau target pengguna dan kreator dari komunitas untuk me-review dan mempromosikan produk atau jasa mereka secara organik.

Secara konten, aplikasi Ituloh mengedepankan video informatif dan review produk/jasa yang jujur dari pengguna organik. Semua pengguna baik kreator pemula atau profesional, mempunyai kesempatan untuk melakukan monetisasi konten mereka.

“Ituloh memiliki posisi yang strategis dibandingkan platform media sosial di pasaran, yang telah tersaturasi dengan konten berbayar. Dengan demikian, konsumen Indonesia tidak perlu lagi berpindah aplikasi antara mencari informasi produk dan review pemakaian produk di media sosial,” ujar Christine.

Selain Ituloh, sudah ada beberapa platform yang menyediakan wadah untuk content creator, influencer, dan brand untuk memanfaatkan kegiatan pemasaran dengan konsep serupa dan kesempatan melakukan monetisasi secara mandiri. Mulai dari platform seperti PartipostTipTip dan BintanGO.

Komunitas dan pengguna

Mengklaim sebagai platform lokal pertama yang mendigitalisasi cara untuk
menemukan rekomendasi produk berkualitas, Ituloh mentransformasi word-of-mouth dalam model short video. Aplikasi Ituloh memberi konsumen kesempatan untuk berbagi rekomendasi jujur tentang jasa, tempat ataupun produk yang mereka suka.

Dapat diunduh di Google Playstore dan Apple App Store, saat ini aplikasi Ituloh telah memiliki lebih dari 100.000 pengguna dan bekerja sama dengan lebih dari 10.000 kreator, mulai dari skala nano sampai mega.

Ituloh juga memiliki fitur komunitas, semua pengguna dapat membuat atau bergabung di komunitas sesuai dengan interest atau hobi mereka, sehingga memudahkan proses pencarian konten yang lebih relevan dan menyediakan wadah bagi pengguna untuk bertemu dengan pengguna dan kreator lainnya.

Dari produk link, konsumen bisa menggunakan situs atau marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Saat ini di semua feed atau konten video yang diunggah oleh semua pengguna, dapat menyertakan link ke situs produk atau jasa dari Tokopedia, Shopee, hingga Instagram.

Ke depannya perusahaan memiliki rencana untuk mengembangkan integrasi dan proses tracking user journey dari saat mereka melihat video di Ituloh sampai saat check-out di beberapa layanan e-commerce.

“Selain itu, kami juga berencana membangun integrasi dengan marketplace dan channel penjualan produk yang sedang trending dan disukai oleh pengguna, berdasarkan analitik dari engagement pengguna dan komunitas di aplikasi Ituloh,” ujar Co-founder Ituloh Riswanto.

Target perusahaan tahun 2023

Sejak tahun 2021, Ituloh sudah mendapatkan pendanaan pre-seed dari beberapa VC terkemuka seperti East Ventures, Antler, IWEF, dan Goodwater Capital senilai lebih dari SGD$1 Juta atau setara 11,5 miliar Rupiah. Tahun 2023 mendatang perusahaan memiliki target untuk megoptmalkan proses kolaborasi antara brand dan kreator

Tahun 2023 nanti Ituloh juga akan fokus untuk mengakuisisi dan mengedukasi pengguna tentang visi dan misi perusahaan. Ituloh juga akan menghubungkan kreator dengan lebih banyak mitra brands, sekaligus berencana mengembangkan fitur-fitur yang menarik, baik dari sisi tampilan UI/UX ataupun fitur monetisasi untuk kreator.

Application Information Will Show Up Here

Sukses Rangkul 80 Ribu Mitra Agen Asuransi di Indonesia, Fuse Replikasi Model Ini di Vietnam

Sebagai platform insurtech yang memberdayakan agen asuransi dengan platform digital, saat ini Fuse mengklaim terus mengalami pertumbuhan bisnis  positif. Meskipun menyadari masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, namun banyak peluang bagi insurtech untuk menggarap sektor ini dengan layanan yang beragam.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Fuse Andy Yeung mengungkapkan, hingga saat ini dan tahun 2023 mendatang, fokus perusahaan terus berupaya  memperkuat posisi sebagai insurtech terbesar di Indonesia.

“Kami terus berupaya memanfaatkan berbagai aspek untuk meningkatkan daya saing digital di tanah air. Beberapa caranya dengan mengoptimalkan sistem digital, proses dan saluran distribusi Fuse, serta membangun kepercayaan pelanggan terhadap ekosistem asuransi.”

Setelah meluncurkan Fuse Pro beberapa waktu lalu, mereka melihat partner/agen/broker masih punya peran penting dalam rantai nilai penjualan asuransi. Di masa mendatang peran tersebut tidak akan didisrupsi oleh teknologi. Melalui Fuse Pro diharapkan bisa membantu dan mendukung para mitra bisa melakukan transaksi asuransi secara online, serta meningkatkan keterampilan digital mereka.

Saat ini Fuse memiliki lebih dari 80 ribu partner/agen/broker terdaftar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Fuse juga menggenjot strategi kemitraan. Salah satunya bersama Tokopedia untuk pemenuhan kebutuhan asuransi umum bagi pengguna.

Platform insurtech ini didirikan sejak 2017 oleh Andy Yeung dan Ivan Sunandar. Mereka mengklaim sebagai aplikasi pionir yang berfokus pada model keagenan. Hal ini dinilai relevan dengan kondisi di Indonesia, sebanyak 97% dari populasi masih berstatus underinsured dikarenakan kurang percaya dengan sistem perasuransian yang ada saat ini.

Selain Fuse yang mengandalkan layanan keagenan, insurtech lainnya yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, PasarPolis melalui PasarPolis Mitra dan Qoala dengan Mitra Qoala Plus. Hanya saja, keduanya fokus dari ritel dulu baru ke bisnis, sementara Fuse sebaliknya.

Pertumbuhan positif di Vietnam

Tahun 2021 lalu Fuse telah merampungkan pendanaan seri B. Tidak disampaikan nominal investasi yang didapat. Adapun putaran ini dipimpin oleh GGV Capital dengan keterlibatan investor sebelumnya, termasuk East Ventures Growth, SMDV, Golden Gate Ventures, Heyokha Brothers, Emtek, dan sejumlah investor yang tidak disebut identitasnya.

Fuse berada di posisi yang tepat saat ini untuk memasuki pasar asuransi yang masih underpenetrated atau belum terlayani. Dengan menggunakan platform teknologi Fuse yang unik, yaitu menggabungkan berbagai model distribusi, menyesuaikan dengan berbagai cara-cara konsumen untuk membeli asuransi.

“Kesuksesan di Indonesia akan kami replikasikan ke banyak negara di Asia Tenggara, karena kami berharap kehadiran Fuse bisa membuat semakin banyak orang di Asia Tenggara mendapatkan perlindungan asuransi.”

Terkait dengan pertumbuhan bisnisnya di negara lain seperti Vietnam, tercatat bahwa saat ini Fuse telah menerbitkan lebih dari 5 juta polis di negeri naga biru tersebut sejak resmi hadir tahun lalu.

Di sana Fuse menawarkan produk asuransi mikro melalui kanal e-commerce dengan harga yang terjangkau bagi semua kalangan. Lantas baru- baru ini, Fuse mereplikasi model Business to Agent/Broker to Customer–yang terbukti sukses dikembangkan di pasar Indonesia–ke negara Vietnam.

Menurut data laporan e-Conomy SEA 2022 yang dipublikasikan oleh Google, Temasek dan Bain & Company. Pertumbuhan ekonomi digital Vietnam diproyeksikan akan cemerlang pada tahun 2025. Vietnam diprediksi mencapai GMV sebesar $ 23 miliar di akhir tahun 2022 dan  US$ 49 miliar di tahun 2025.

Industri asuransi umum di Vietnam juga diprediksi akan tumbuh 2 karena didukung oleh pemulihan ekonomi yang kuat, peningkatan frekuensi bencana alam, dan pertumbuhan asuransi wajib.

“Kami sangat meyakini bahwa transformasi asuransi digital dapat membantu lebih banyak orang mendapatkan proteksi asuransi, dan semoga tingkat penetrasi asuransi dapat meningkat secara substansial di tahun-tahun mendatang di Indonesia, Vietnam dan Asia Tenggara,” kata Andy.

Application Information Will Show Up Here

Beratnya Persaingan Bisnis E-commerce di Indonesia, JD.id Rumahkan 200 Pegawai

JD.id, melakukan layoff kepada 30% pegawai mereka atau sekitar 200 karyawan. Kepada DailySocial.id perwakilan perusahaan menyampaikan, langkah adaptasi perlu diambil  untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang  cepat belakangan ini.

Pada bulan Juni 2022 lalu, JD.id juga telah merumahkan puluhan pegawai mereka. Pihak perusahaan mengatakan, hal ini disebabkan karena restrukturisasi SDM perusahaan yang dilakukan untuk menjaga daya saing.

Sebelumnya juga tersiar kabar terkait kurang bagusnya performa bisnis JD.id. Mengutip DealStreetAsia, JD memiliki rencana exit dari Indonesia dan Thailand pada Q1 2023 mendatang — pihak perusahaan belum memberikan konfirmasi resmi terkait rumor ini. Persaingan yang sangat ketat di Asia Tenggara dengan pemain e-commerce lainnya, menjadi salah satu alasan mengapa JD akhirnya memutuskan untuk keluar dari pasar tersebut.

Selanjutnya JD.id juga berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada karyawan  terdampak dengan tetap memberikan manfaat asuransi serta memberikan dukungan berupa talent promoting, serta hak-hak lain yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Dari pantauan kami, saat ini masih ada beberapa pegawai yang masih bekerja dan menunggu kabar dan kejelasan posisi mereka ke depannya terkait dengan keputusan PHK.

Terapkan konsep O2O

Resmi meluncur di Indonesia tahun 2016 lalu, PT Jingdong Indonesia Pertama (JD.id), anak perusahaan e-commerce patungan dari JD.com (Tiongkok) telah melancarkan berbagai langkah strategis untuk menargetkan pengguna di Indonesia. Mulai dari mendirikan gudang, pop up store, hingga virtual store.

Tahun 2020 lalu JD.id juga telah memiliki valuasi perusahaan sudah melebihi $1 miliar dan menyandang status unicorn. Sebelumnya pada tahun 2019, Selain mengumumkan secara resmi perolehan fase pertama pendanaan seri F, Gojek turut mengumumkan kelanjutan kemitraan strategis bersama JD.com di Indonesia. Disebutkan realisasi kerja sama tersebut dalam bentuk joint venture pada JD.id dan J-Express (JX).

JD.id juga telah memiliki dua gerai flagship untuk elektronik (Electronic Store) dan minimarket (JD HUB) yang tersebar di Jabodetabek. Untuk JD.id Electronic Store ada lima gerai yang sudah beroperasi, dengan yang lokasi terbaru di AEON Mall Sentul City, Bogor. Sementara JD HUB, kini sudah hadir di tiga lokasi, dengan lokasi teranyar di The Elements Apartment Kuningan, Jakarta.

Head of Offline Business JD.id Evyette Tung menjelaskan, masuknya JD.id ke gerai offline mengombinasikan strategi O2O yang ditujukan untuk meningkatkan penjualan bisnis offline melalui kehadiran platform online, serta meningkatkan lalu lintas bisnis offline melalui konversi ke titik pick-up platform online.

Application Information Will Show Up Here

Pertahankan Bisnis, Glints Lakukan PHK Pegawai dan Potong Gaji Para Pendiri

Dalam pernyataan yang dirilis, Co-founder & CEO Glints Oswald Yeo mengungkapkan, perusahaan telah melakukan layoff kepada sejumlah pegawai mereka. Dilansir dari TechinAsia ada sekitar 18% yang terkena layoff dari sekitar 1100 pegawai. Artinya ada sekitar 198 pegawai yang terkena PHK,

Oswald menegaskan dirinya serta jajaran manjemen lainnya seperti Ying Cong, Yong Jie, dan Steve Sutanto bertanggung jawab atas keputusan yang diambil oleh perusahaan.

“Keputusan ini sangat sulit bagi perusahaan yang misinya adalah membantu orang mewujudkan potensi mereka secara penuh. Kami memahami bahwa akan lebih sulit lagi bagi mereka yang terkena dampak.”

Dengan alasan  mempertahankan bisnis, Glints memutuskan untuk melakukan langkah-langkah penghematan biaya di seluruh bisnis. Ini termasuk membekukan perekrutan, mengurangi tunjangan dan pengeluaran, serta melakukan pemotongan gaji sukarela untuk tim manajemen, termasuk para pendiri.

Oswald juga menambahkan, dalam waktu 6 bulan terakhir pasar banyak mengalami perubahan. Banyak bisnis yang mengalami kesulitan dengan ketidakpastian yang terjadi. Tercatat konsumen lebih sedikit melakukan pembelian, dan bisnis yang melayani konsumen ini juga terpengaruh.

“Seperti yang dapat Anda bayangkan, hal ini berdampak langsung pada bisnis kami dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan bisnis kami secara keseluruhan dalam jangka pendek.”

Ditambahkan olehnya, ke depannya perusahaan tidak bisa memprediksi seperti apa pertumbuhan pasar, apakah akan makin melambat dan bagaimana efeknya kepada perusahaan. Di sisi lain perusahaan juga melihat akan semakin sedikit jumlah perekrutan di beberapa perusahaan secara global dalam beberapa waktu ke depan.

Untuk pegawai yang terkena PHK akan diberikan tunjangan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di masing-masing negara. Misalnya, di Indonesia, seorang pegawai dengan masa kerja 15 bulan akan menerima gaji sekitar 3,5 bulan.

Bagi mereka yang telah bekerja dengan kurang dari satu tahun, akan diberikan gaji setidaknya 2 bulan dan membulatkan selisihnya bila diperlukan.

DailySocial.id mencoba untuk mendapatkan informasi tambahan dari pihak Glints Indonesia, namun mereka enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut berapa jumlah pegawai di Indonesia yang terdampak dan apa rencana Glints Indonesia ke depannya pasca PHK pegawai mereka.

Pencapaian positif perusahaan

Didirikan di Singapura pada tahun 2015, Glints saat ini telah memberdayakan lebih dari 6 juta talenta dan membantu 50 ribu perusahaan. Saat ini mereka telah beroperasi di 6 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Taiwan.

Perusahaan juga telah merampungkan pendanaan Seri D senilai $50 juta atau setara 742 miliar Rupiah. DCM Ventures, Lavender Hill Capital, dan investor sebelumnya PERSOL Holdings memimpin putaran investasi ini. Sejumlah investor juga mendukung pendanaan ini, di antaranya Endeavor Catalyst dan investor sebelumnya termasuk Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital dan Binny Bansal, salah satu pendiri Flipkart.

Secara terpisah Co-Founder & Country Manager Glints Steve Sutanto mengatakan, di Indonesia basis pertumbuhan pemberi kerja mencapai 4x yoy. Saat ini Glints telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan seperti IKEA, Kawan Lama Group, BCA Digital, dan lainnya. Di sisi talenta aktif di platform, Glints juga melihat peningkatan 2x yoy dengan total 2,3 juta profesional muda terdaftar.

“Kami ingin terus mengembangkan basis pemberi kerja dan talenta di Indonesia. Untuk para profesional, kami terus berinovasi dan menyediakan alat dan sumber daya saat mereka tumbuh dalam karier mereka. Ini termasuk perluasan mentor, kursus peningkatan keterampilan, dan anggota komunitas,” imbuh Steve.

Application Information Will Show Up Here

Indonesia Investment Authority Siapkan Dana Investasi untuk Sektor Berdampak

Bertujuan  menjajaki peluang investasi guna mendorong transisi energi
hijau dan mendukung pembangunan sosial yang inklusif di tanah air, Indonesia Investment Authority (INA) menandatangani Kesepakatan Kerangka Kerja Investasi dengan Investment Fund for Developing Countries (IFU) dari Kerajaan Denmark.

Kesepakatan ini mencakup prospek investasi bersama dalam energi terbarukan, air, pengelolaan limbah, dan ekonomi sirkular lainnya. Total target investasi kedua pihak direncanakan bernilai hingga $500 juta.

Selanjutnya IFU dan INA berambisi untuk menawarkan modal bagi proyek-proyek “hijau” dan berkelanjutan, dengan kontribusi masing-masing sekitar $100 juta. Dengan kekuatan yang dimiliki, kedua pihak akan bersama-sama mencari co-investor potensial lainnya untuk turut berkontribusi dalam memenuhi selisih total target investasi tersebut di atas.

“Kesepakatan hari ini menandai langkah positif dalam mendukung komitmen Indonesia dalam memenuhi target netral karbon 2060. Kami optimis kesepakatan ini tidak hanya akan memberikan keuntungan yang optimal dengan risiko yang sesuai bagi pihak-pihak yang terlibat, tetapi juga dapat mendukung dan mendorong pertumbuhan yang inklusif bagi Indonesia dalam jangka panjang,” kata Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah.

Fokus kepada lingkungan sosial dan ESG

Ini juga menandai kesepakatan investasi pertama antara INA dan entitas Skandinavia yang terkenal memiliki standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) tinggi. IFU dengan rekam jejaknya yang telah terbukti dalam rantai nilai energi terbarukan, dapat menjadi mitra yang kuat bagi Indonesia dalam hal transisi energi hijau.

Lebih lanjut lagi, kesepakatan ini sejalan dengan komitmen INA untuk menarik dan bermitra dengan investor global guna mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini  menunjukan kepercayaan dan optimisme kepada INA dan Indonesia, tidak hanya dalam mempromosikan investasi hijau, tetapi juga dalam hal mengimplementasikan aspek operasionalisasi dan tata kelola dengan standar kelas dunia.

“Kemitraan dengan INA menyediakan platform yang ideal untuk membantu perusahaan swasta terlibat dalam menciptakan ekonomi Indonesia yang lebih “hijau” dan memungkinkan investor swasta untuk meningkatkan investasinya dengan keuntungan ganda –bisnis yang tetap menguntungkan sambil mengurangi emisi gas rumah kaca. Kami berharap kerja sama dengan INA dan Indonesia akan membawa banyak manfaat,” kata CEO IFU Torben Huss.

Tercatat hingga saat ini IFU telah berinvestasi bersama pada lebih dari 1.300 perusahaan di lebih dari 100 negara berkembang dan pasar negara berkembang. Investasi yang telah ditandatangani bernilai total EUR 31 miliar, dengan IFU telah menyumbang EUR 3,4 miliar. Modal yang dikelola adalah EUR 1,7 miliar.

Paper.id Dikabarkan Mendapat Pendanaan Seri B Dipimpin Go-Ventures

Paper.id dikabarkan telah merampungkan penggalangan dana lanjutan di putaran seri B. Menurut data yang telah disubmisi ke regulator, putaran ini dipimpin oleh Go-Ventures dan didukung sejumlah investor seperti BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Investasi yang diperoleh diperkirakan sekitar $12 juta atau sekitar 187 miliar Rupiah. Kami sudah mencoba melakukan konfirmasi ke tim terkait untuk meminta pernyataan.

Pertengahan tahun lalu perusahaan sempat memberikan informasi kepada DailySocial.id bahwa mereka tengah melakukan penggalangan dana Seri B. Co-Founder & CEO Paper.id Jeremy Limman menyebutkan, saat itu perusahaan dalam proses finalisasi dan rencananya dana segar tersebut digunakan untuk mendukung perkembangan produk yang sudah terbukti berkembang pesat selama pandemi ini.

Pendanaan terakhir yang diterima oleh Paper.id adalah tahun 2019 lalu untuk tahapan seri A dari perusahaan fintech Modalku dan Golden Gate Ventures. Awal tahun 2018 mereka juga telah mengantongi pendanaan awal dari Golden Gate Ventures.

Perluas layanan dan kemitraan

Sejak awal pandemi Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama di tahun lalu. ​

Saat ini Paper.id memiliki 300 ribu pengguna dan tersebar di lebih dari 300 kota dan kabupaten di Indonesia.

Didirikan pada akhir 2016, Paper.id dapat diintegrasikan dengan sistem ERP perusahaan besar lewat API atau menjadi solusi end-to-end bagi UMKM sehingga menghubungkan dan mendigitalisasikan seluruh proses supply chain.

Paper.id menyediakan berbagai fitur untuk mendukung digitalisasi invoice, pembayaran bisnis dengan berbagai metode salah satunya dengan kartu kredit, penagihan dan pencatatan bisnis dalam satu platform dengan model freemium.

Perusahaan juga telah meluncurkan produk paylater atau Buy Now, Pay Later (BNPL) B2B. Bagi buyer, mereka bisa mendapatkan manfaat berupa perpanjangan tempo. Supplier juga bisa merasakan manfaat lainnya dari produk ini melalui fitur baru bernama “Get Paid Faster”.

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox PHK 5% Karyawan untuk Fokus pada Keberlanjutan Bisnis

Sayurbox, salah satu startup online grocery yang mengalami pertumbuhan signifikan selama pandemi, mengumumkan layoff terhadap 5% karyawannya. Dilansir dari IDN Times, Pemutusan Hubungan Karyawan (PHK) ini dilakukan untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis perusahaan.

“Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi para konsumen, mitra pengemudi, ribuan petani, dan produsen lokal yang bekerjas ama dengan kami, dan supaya bisnis bisa sustainable dalam jangka panjang,” ujar Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti.

Sayurbox akan memberikan paket kompensasi bagi karyawan yang terdampak PHK sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pihaknya juga akan memberikan program pendampingan agar karyawan yang terkena PHK bisa mendapat kesempatan mencari pekerjaan baru.

Salah satunya adalah memberikan akses ke perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Sayurbox membuka akses ke Sayur Alumni Support di mana karyawan terdampak dapat menaruh CV mereka yang nantinya akan didistribusikan ke investor, partner, dan recruitment agency.

Sayurbox sebelumnya mengatakan telah mengalami pertumbuhan eksponensial melalui penambahan produk, ekspansi cakupan wilayah dari Jabodetabek ke Surabaya dan Bali, serta membangun jaringan gudang mikro untuk layanan cepat (quick commerce) Sayurbox dan SayurKilat.

Investasi Sayurbox

Dalam dua tahun terakhir, Sayurbox telah banyak memperoleh pendanaan dari berbagai investor. Pada April 2021, Sayurbox menerima pendanaan seri B dipimpin oleh Astra Digital, bagian dari Astra International. Didukung sejumlah investor seperti Syngenta Group Ventures, Global Brain Corporation, Ondine Capital, Strategic Year Holdings Ltd., dan beberapa nama lainnya.

Kemudian, Sayurbox kembali menandatangani perjanjian investasi dengan PT Metrodata Electronics Tbk (IDX: MTDL) pada September 2021. Metrodata akan memberikan pendanaan senilai $500 ribu atau Rp7 miliar yang merupakan investasi pendahuluan pada tahap Bridge Round di Sayurbox. Melalui perjanjian ini, perusahaan dalam kurun waktu tertentu akan mendapat kepemilikan saham Sayurbox sesuai persentase saham didasarkan pada perhitungan yang diatur.

Pada awal 2022, Sayurbox mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai $120 juta atau setara Rp1,7 triliun. Putaran investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC). Investor sebelumnya turut terlibat, di antaranya Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan seri C didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Astra. Perolehan ini disebut mengokohkan Sayurbox di jajaran centaur lokal dengan estimasi valuasi $200 juta-$400 juta saat itu.

Jatuh-bangun online grocery

Layanan online grocery telah menjadi salah satu sektor yang diuntungkan dari pandemi COVID-19. Selama masa pembatasan sosial, layanan online grocery banyak dimanfaatkan konsumen untuk membeli kebutuhan sehari-sehari.

Namun, popularitas online grocery tampaknya mulai menurun sejalan dengan kembalinya aktivitas masyarakat ke luar rumah sejak tahun lalu. Banyak konsumen yang kembali berbelanja normal di toko fisik atau pasar tradisional alih-alih tetap memanfaatkan online grocery.

Di sepanjang 2022, DailySocial mencatat sejumlah pemain yang menawarkan online grocery atau quick commerce terpaksa menyerah dan harus menghentikan operasionalnya. Beberapa di antaranya adalah Brambang yang kini beralih menjadi online marketplace untuk elektronik, layanan Traveloka Mart milik Traveloka, dan Bananas.

Sebelumnya, HappyFresh juga telah melakukan PHK kepada pegawainya. Hal tersebut terpaksa dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan restrukturisasi bisnis guna menyusun strategi bisnis berkelanjutan.

Adapun, Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) mengungkap bahwa kontribusi penjualan dari transaksi online baru mencapai 5%-6% dari total penjualan di sektor ritel di 2021. Memperlihatkan bahwa sektor niche seperti online grocery atau quick commerce masih sangat kecil, terlebih operasionalnya banyak berpusat di kota-kota besar.

Mereka juga harus bersaing dengan pemain yang didukung dengan ekosistem supply chain dan infrastruktur logistik yang kuat dalam memenuhi permintaan, seperti GoMart (GoTo), AlloFresh (CT Corp), dan Blibli Mart (Blibli). Belum lagi ketatnya persaingan pada harga.

Application Information Will Show Up Here

Pengembangan WhatsApp Bisnis Jadi Fokus Meta Indonesia di 2023

Setelah melakukan perubahan nama bulan Oktober 2021 lalu, Facebook yang kini dikenal sebagai Meta memiliki sejumlah fokus bisnis yang akan digencarkan pada 2023 mendatang, termasuk untuk unitnya di Indonesia.

Tiga fokus Meta untuk Indonesia adalah membantu pelaku bisnis melalui  teknologi digital, mendukung akselerasi digital melalui serangkaian kemitraan dan program, serta mendorong tren/inspirasi bagi kreator dan komunitas yang menggunakan platform miliknya.

WhatsApp untuk Bisnis

Meta melihat di tahun 2023 aktivitas bisnis di ranah online akan semakin erat dengan penggunaan layanan business messaging, terutama melalui layanan WhatsApp yang begitu populer di Indonesia. Studi yang diluncurkan oleh Kantar di tahun 2022 menunjukkan, 7 dari 10 orang di Indonesia lebih suka menggunakan layanan business messaging untuk terhubung dengan mitra dan pelanggan, daripada melalui telepon atau email.

Terlebih Meta juga telah meluncurkan fitur Communities di WhatsApp yang memungkinkan orang untuk terhubung dengan berbagai macam komunitas. Fitur ini baru diluncurkan, dan secara gradual akan ada di seluruh aplikasi WhatsApp bagi pengguna di Indonesia.

Tercatat saat ini lebih dari 1 miliar pengguna terhubung dengan akun bisnis  setiap minggu. Pada business messaging, percakapan dengan format 1:1 membentuk interaksi yang bermakna dengan pelanggan. Pasca-pandemi, hampir separuh konsumen Indonesia lebih sering melakukan obrolan dengan akun bisnis. 40% responden meningkatkan penggunaan perpesanan bisnis.

Sementara itu Komunikasi bisnis melalui perpesanan kini menjadi bagian dari perilaku konsumen. 1 dari 2 konsumen Indonesia menggunakan business messaging setiap 3 minggu sekali. Fitur tersebut juga digunakan oleh semua kategori umur, khususnya milenial gan Gen Z.

Sebelumnya WhatsApp juga telah menunjuk Calvin Kizana sebagai Head of WhatsApp Indonesia. Disinggung apa rencana Meta untuk WhatsApp ke depannya, Industry Head Meta Indonesia Aldo Rambie mengungkapkan, WhatsApp sendiri memiliki ekosistem yang menyeluruh, mulai dari consumer apps hingga business platform.

“Konteksnya tetap membangun one-on-one conversation yaitu memberikan fitur yang memudahkan conversation antara person-to-person. Untuk small bisnis bisa memudahkan mereka menggunakan WhatsApp. Dengan tujuan yaitu agar bisnis bisa menjangkau pelanggan dengan skala yang lebih besar. Tahun depan akan kita jelaskan lebih detail lagi.”

Menurut laporan yang dirilis Business of Apps, Indonesia adalah negara terbesar ketiga di dunia untuk jumlah pengguna WhatsApp di dunia, setelah India dan Brazil. Diperkirakan pada tahun 2021 adalah 112 juta pengguna WhatsApp di Indonesia, atau hampir separuh populasi.

Pengembangan metaverse di Indonesia

Disinggung seperti apa perkembangan metaverse di Indonesia yang telah dikembangkan oleh Meta menggunakan headset virtual reality, menurut Kepala Kebijakan Publik Meta  Indonesia Noudhy Valdryno, perkembangan metaverse dilakukan secara berkala. Jadi bukan berarti secara langsung diimplementasikan di semua negara.

“Jadi apa yang kita lakukan di Indonesia saat ini adalah membangun ekosistemnya dulu. Tentunya metaverse ini bukan hanya teknologi AR/VR saja, namun juga banyak hal yang harus kita bangun. Contohnya ekosistem tapi juga ada infrastruktur hingga talenta.”

Ditambahkan olehnya secara pribadi dirinya juga berharap suatu saat Indonesia bisa mendapatkan akses teknologi metaverse yang dikembangkan oleh Meta. Namun saat ini fokus Meta Indonesia adalah mempersiapkan dulu ekosistemnya. Diharapkan Indonesia bisa menjadi salah satu negara kunci di era metaverse.

Dalam kesempatan tersebut juga dibahas studi yang dilakukan oleh Instagram bersama dengan Populix merilis laporan “Yang dicintai Gen Z Indonesia di Instagram” untuk pertama kalinya. Laporan ini menunjukkan, kelompok Gen-Z ternyata tidak hanya kelompok yang menikmati konten hiburan, namun mereka juga cenderung ingin lebih terhubung dengan orang-orang yang ada di dalam lingkaran pertemanan mereka.

Salah satu temuan menarik di Indonesia adalah bagaimana kelompok Gen-Z di Instagram menjadikan tren hashtag #PesonaIndonesia dan #Kuliner sebagai top hashtag di tahun 2022 dengan masing-masing masing-masing 37% dan 40% Gen-Z menggunakan dua hashtag ini. #PesonaIndonesia dan #kuliner akan terus menjadi tren di tahun 2023.

Juga terungkap dalam laporan tersebut tren yang dinanti oleh Gen-Z di Instagram. Di antaranya adalah implementasi metaverse dan elemen-elemen web3, seperti avatar, AR dan VR, hingga NFT. Tercatat sekitar 65% Gen-Z di Indonesia ingin melihat lebih banyak lagi fitur VR di Instagram.

Bulan September tahun ini, Meta meluncurkan Akademi Pembelajaran Virtual, sebuah program pelatihan untuk kreator-kreator Spark AR di seluruh Indonesia dari berbagai latar belakang dan tingkatan yang bertujuan memberikan mereka kemampuan dari tingkat dasar hingga lanjut, untuk menciptakan pengalaman Augmented Reality (AR) yang menarik dan membawa dampak ekonomi.

“Akademi Pembelajaran Virtual merupakan upaya kami untuk mendukung anak-anak muda di Indonesia yang tertarik belajar Spark AR dan menjadi kreator-kreator masa depan sebagai tulang punggung dari masa depan metaverse dan evolusi teknologi secara umum,” ujar Noudhy.