Startup Agri-biotech Hyoshii Farm Umumkan Pendanaan Awal dari Konsorsium Angel Investor

Startup agri-biotech Hyoshii Farm mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari konsorsium angel investor dengan nominal dirahasiakan. Disampaikan dalam putaran ini terlibat sederet perusahaan swasta konglomerasi di berbagai industri, serta investasi mandiri tambahan dari para pendiri.

Didirikan sejak 2021 oleh William Rayawan, James Rayawan, dan Anthony Lee; Hyoshii Farm memiliki visi menjadi penghasil buah terbaik di Indonesia melalui kolaborasi dengan petani lokal, meningkatkan kualitas produksi lokal untuk bersaing dengan buah-buahan premium yang kebanyakan diimpor. Dengan teknologi, SDM, dan sumber daya yang tepat, startup ini ingin menjadi pionir perombakan kualitas dan pengalaman membeli buah-buahan lokal.

“Misi kami membawa kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia melalui buah-buahan lokal berkualitas tinggi. Dengan prioritas terhadap proses perkebunan yang baik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, kami berharap lebih banyak orang menikmati manfaat kesehatan dari hasil perkebunan segar dari negeri sendiri. Hyoshii Farm pun ingin menginspirasi dan memberdayakan generasi muda untuk bergabung bersama kami untuk menjawab tantangan dan mengambil peluang di dalam sektor agrikultur Indonesia,” ujar Co-Founder & CEO Hyoshii Farm James Rayawan.

Dimulai dari stroberi

Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm
Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm

Saat ini Hyoshii Farm menjual stroberi dan aneka produk turunannya. Selain di jual ke konsumen akhir melalui berbagai supermarket (Rach Market, Papaya, dan sebagainya), mereka turut menjual produk ke rekanan B2B. Di fase sekarang ini fokus utama distribusinya masih di area Jakarta, Bandung, dan Surabaya — dan terus diperlebar.

Terkait budidaya stroberi, Hyoshii Farm turut menggandeng sejumlah petani, salah satunya berbasis di Lembang, Jawa Barat. Salah satu varian yang dibudidayakan adalah stroberi bernama Hatsu Hana, diklaim memiliki kualitas premium, rasa manis, aroma kuat, dan terlihat berkilau kemerahan.

Kendati bukan komoditas buah endemik dari sini, sejumlah area perkebunan di Indonesia (khususnya di dataran tinggi) cukup cocok digunakan untuk pembibitan stroberi. Namun demikian, ada tantangan tersendiri dalam membudidayakan buah berkualitas. Penanaman yang asal-asalan berujung pada kualitas buah yang buruk — mulai dari bentuknya mungil, rasa asam, hingga warna kusam.

Diketahui pasar lokal memiliki ketertarikan cukup besar, dibuktikan dengan Indonesia sebagai negara pengimpor stroberi Korea ke-7 di dunia. Namun menurut data BPS, stroberi adalah buah yang paling sedikit diproduksi pada 2021, dengan total 9.860 ton, yang mana 6.458 ton datang dari Jawa Barat. Perbandingannya cukup jauh dengan produksi pisang yang berada pada 8,7 juta ton.

Rencana berikutnya

Dana segar yang didapatkan akan dimanfaatkan Hyoshii Farm utamanya untuk ekspansi fasilitas produksi, termasuk pembangunan rumah kaca yang canggih dan juga investasi lebih besar dalam upaya riset dan pengembangan. Dengan mengedepankan inovasi dan penanaman stroberi yang lebih ideal untuk iklim tropis secara produktif, Hyoshii berkomitmen untuk menyuburkan benih revolusi lanskap agrikultur Indonesia. Dana segar juga akan digunakan meningkatkan area produksi 3x lipat.

Turut disampaikan juga, selama tiga tahun awal beroperasi, startup ini mengklaim margin operasional yang sudah menguntungkan, dan perusahaan tidak akan mengalokasikan pendanaan awal untuk menanggung biaya operasional. Hyoshii telah mencatat kenaikan permintaan produk lebih dari 10x lipat dalam satu tahun terakhir, kendati buah-buah beri impor membanjiri pasar Indonesia.

Hyoshii juga mendirikan unit bisnis baru di tahun ini sebagai bagian dari langkah strategis lebih lanjut untuk menjawab pertumbuhan permintaan. Unit baru ini akan menjangkau pelanggan dan petani tertentu untuk menyalurkan bibit-bibit unggul, pupuk serta obat-obatan, pelatihan, dan distribusi hasil kualitas panen di bawah merek Hyoshii.

Akulaku Dikabarkan Dapat Fasilitas Debt Rp1,5 Triliun dari HSBC

Startup fintech lending Akulaku memperoleh fasilitas debt sebesar $100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) dari perbankan asal London, HSBC. Mengutip dari Reuters, CEO Akulaku William Li menyebutkan sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk melunasi utang.

Sepanjang 2022, anak usaha dari Alibaba ini sudah dua kali mendapatkan pendanaan debt. Pada Februari 2022, sebanyak $100 juta diperoleh dari bank asal Thailand, Siam Commercial Bank (SCB). Kemudian, pada Desember 2022, dapat tambahan $200 juta dari bank asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG).

Fasilitas debt ini dinilai penting untuk mengejar pertumbuhan perusahaan, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat mendapatkan pinjaman melalui layanan paylater maupun cashloan.

Setelah sebelumnya sempat mendapatkan pengawasan khusus, Akulaku kini tidak lagi mendapatkan pembatasan usaha oleh OJK efektif awal Maret 2024, alias hampir lima bulan setelah surat pembatasan turun di awal Oktober 2023.

Presiden Direktur Akulaku Finance Efrinal Sinaga mengatakan, transaksi Akulaku sempat turun hampir 30% selama periode tersebut. Agar tidak lagi tersandung di kolam yang sama, perusahaan berkomitmen untuk menjalankan bisnis operasional yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

“Tahun ini ada beberapa program marketing yang akan kami luncurkan seperti co-branding, thematic, juga  penambahan channel dan ekspansi coverage area [..] Sesuai rencana bisnis Akulaku Finance Indonesia juga akan meningkatkan pembiayaan di sektor produktif dan pengembangan area lain seperti pembiayaan otomotif,” ujarnya.

Di Indonesia, Grup Akulaku menjalankan tiga perusahaan, yakni Asetku (PT Pintar Inovasi Digital) yang fokus ke cashloan, Akulaku (PT Silvrr Indonesia) sebagai platform marketplace, dan Akulaku Finance (PT Akulaku Finance Indonesia) yang menjalankan bisnis paylater.

Tak hanya itu, Akulaku menjadi pemegang saham kendali Bank Neo Commerce dan merilis layanan OneAset sebagai layanan investasi untuk pengguna. Selain Indonesia, Akulaku telah beroperasi di Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Filipina, Akulaku juga mengoperasikan aplikasi bank digital bernama OwnBank.

Dalam situsnya, diklaim layanan Akulaku telah digunakan oleh lebih dari 8 juta pengguna aktif bulanan, 32 juta pengguna terdaftar, dan 295 juta transaksi terjadi di dalam platformnya.

Application Information Will Show Up Here

Fazz Dirikan Anak Usaha Multifinance “Fazz Finance”

Grup startup fintech Fazz mendirikan anak usaha di bidang pembiayaan PT Fazz Capital Finance. Pendirian ini telah mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diterbitkan pada 22 Februari 2024.

“Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47/POJK.05/2020 Tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan Syariah, PT Fazz Capital Finance diwajibkan untuk melakukan kegiatan usaha paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal izin usaha ditetapkan,” tulis OJK dikutip dari situs resminya, Kamis (21/3).

DailySocial.id berusaha menghubungi manajemen Fazz untuk dimintai keterangan, namun hingga berita ini diturunkan belum ada respons yang diberikan.

Bisa dikatakan, mendirikan perusahaan pembiayaan memberikan keleluasaan dalam menyalurkan pembiayaan karena limitnya yang lebih besar dari pemain lending, yakni maksimal Rp2 miliar untuk tiap pinjaman. Sementara itu, sumber dana dan struktur pembiayaannya juga berbeda. Perusahaan pembiayaan memiliki lebih banyak alternatif untuk mencari sumber dana, bisa melalui perbankan atau menerbitkan surat utang.

Langkah ini sebenarnya juga ditempuh oleh pemain startup lainnya yang mengakuisisi/mendirikan perusahaan pembiayaan. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Gojek (PT Multifinance Anak Bangsa),
  2. Traveloka (PT Caturnusa Sejahtera Finance),
  3. Shopee (PT Commerce Finance),
  4. Kredivo (PT Kredivo Finance Indonesia),
  5. Xendit (PT Globalindo Multi Finance),
  6. Akulaku (PT Akulaku Finance Indonesia),
  7. Atome (PT Atome Finance Indonesia),
  8. Modalku (PT Modalku Finansial Indonesia),
  9. Honest (PT Sahabat Finansial Keluarga),
  10. Moladin (PT Moladin Finance Indonesia),
  11. Carro (PT Sembrani Finance Indonesia).

Hampir keseluruhan kesepakatan di atas dilakukan dengan cara anorganik, yakni akuisisi perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

Fazz Finance dipimpin oleh Anton Tjen sebagai Direktur Utama, sebelumnya Anton menjabat sebagai Chief Sales Officer di Modal Rakyat, anak usaha Fazz di bidang p2p lending. Ia ditemani oleh dua direktur lainnya, yakni M. Noer Hidayat dan Riscky Aditya.

Mengutip dari situs Fazz Finance, perusahaan menyediakan beragam produk pembiayaan, seperti perusahaan pembiayaan pada umumnya, yakni produk investasi, modal kerja, dan multiguna. Masing-masing sediakan pilihan bunga, kisarannya mulai dari 14%, 18% sampai 30% per tahun.

Masuknya Fazz Finance, melengkapi anak usaha di bawah Fazz. Berikut rinciannya:

  1. Fazz Agen: aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata.
  2. Fazz Business (rebrand dari Xfers): menawarkan solusi fintech untuk bisnis, berupa akun multi-currency, kirim dan terima pembayaran, dan mengembangkan dana dengan akun tabungan.
  3. StraitsX: infrastruktur pembayaran untuk aset digital, menyediakan akses yang cepat dan aman ke pasar aset digital dan aplikasi keuangan terdesentralisasi melalui StraitsX API dan stablecoin untuk individu dan bisnis.
  4. Modal Rakyat: layanan p2p lending untuk UMKM.

NalaGenetics Kembangkan Tes DNA untuk Kesehatan dan Nutrisi Personal

Startup biotech NalaGenetics meluncurkan LifeReady, tes DNA untuk menganalisis profil lengkap pengguna dan menyediakan rangkaian solusi kesehatan yang lebih personal.

Menggunakan buccal swab, NalaGenetics mencocokkan jutaan DNA pengguna dengan pasangan gen-varian dalam database dan merangkum profil pengguna yang mencakup kondisi kebugaran, kesehatan kulit, alergi, hingga risiko kesehatan dalam laporan yang dirilis.

“Faktanya setiap orang di dunia memiliki set DNA yang berbeda. Dengan mengetahui DNA yang kita miliki, ini menjadi langkah pertama untuk mengetahui kondisi tubuh yang sebenarnya […] Kami menawarkan solusi kesehatan yang lebih akurat dan sesuai dengan DNA setiap orang, sehingga mereka pun bisa mencapai kesehatan tubuh yang optimal,” ucap Product Manager for NutriReady and LifeReady NalaGenetics Emilia Bewintara dalam keterangan resmi, Kamis (21/3).

Dia melanjutkan, dalam dunia medis faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia terbagi menjadi dua: genetik/keturunan atau lingkungan. Faktor genetik sering berperan sebagai pemicu internal, yang membuat seseorang lebih berisiko untuk terkena suatu penyakit dibandingkan orang dengan DNA yang berbeda. Menurut penelitian di America Serikat, 40% dari penyakit yang umum dijumpai di masyarakat disebabkan oleh komponen genetik.

Pemeriksaan genetik ini tidak berdiri sendiri, tetapi akan lebih bermanfaat ketika digabungkan dengan riwayat kesehatan, pemeriksaan komposisi tubuh, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan kesehatan lainnya. NalaGenetics juga menyediakan layanan lainnya yang dapat dikombinasikan dengan LifeReady, yakni NutriReady, sebuah tes DNA yang menganalisis metabolisme dan kebutuhan nutrisi, memungkinkan para pengguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kondisi kesehatan mereka.

Selain itu, terdapat program kesehatan NalaCare yang berfokus pada pembentukan kebiasaan sehat yang efektif. Program ini juga didukung oleh tenaga medis profesional, seperti dokter umum, dokter spesialis gizi klinik, hingga ahli gizi. Sehingga, hasil tes genetik yang dilakukan pengguna, tidak hanya sekedar laporan, tapi juga menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

Diharapkan kombinasi LifeReady, NutriReady dan NalaCare dapat mendorong para pengguna agar mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik.

Tes DNA LifeReady

Cara mengakses tes DNA ini cukup mudah. Pengguna dapat membelinya secara online di situs NalaGenetics. Lalu pengguna akan mendapatkan alat tes yang bisa dilakukan di rumah, mengambil sampel swab saliva.

Tim NalaGenetics akan mengambil sampel dari tempat pengguna untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Baik laporan LifeReady dan NutriReady, bakal tersedia di aplikasi NalaGenetics dalam kurun waktu 4-6 minggu.

Setelah menerima hasil tes, pengguna dapat mendaftar di NalaCare, yakni sebuah program kesehatan berkelanjutan untuk membantu pengguna mengintegrasikan hasil tes genetiknya, sekaligus mengatur serangkaian layanan kesehatan dengan penyedia fasilitas kesehatan berpengalaman yang sesuai dengan kebutuhannya.

Hasil dari tes DNA LifeReady terbagi menjadi beberapa panel utama, yakni:

  1. Panel alergi (mendeteksi alergen yang bisa memicu alergi bagi masing-masing orang);
  2. Panel kebugaran (tipe olahraga yang cocok dengan tubuh);
  3. Panel kesehatan kulit (tipe produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit); dan
  4. Panel produktivitas (cara mendapatkan kualitas tidur yang ideal).

Berkat program genome, kerja sama NalaGenetics dengan biobank, serta algoritma canggihnya, tingkat akurasi tes mencapai 99%.

Sementara untuk hasil tes DNA dari NutriReady, pengguna akan mendapatkan rekomendasi makanan yang dipersonalisasi berdasarkan hasil DNA, mencakup jenis-jenis makanan apa yang paling sesuai dengan kebutuhan tubuh pengguna, sekaligus rekomendasi makanan yang perlu dihindari karena berpotensi memicu intoleransi.

Co-founder dan CEO NalaGenetics Levana Laksmicitra Sani menyampaikan, tujuan utamanya adalah membentuk masa depan dunia kesehatan yang lebih menekankan pada upaya preventif. Setiap pengguna mengetahui kebutuhan diri dan tubuhnya masing-masing, dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit di kemudian hari.

“Dengan manajemen kesehatan proaktif, kita bisa bersama-sama mengurangi biaya pengobatan di masa depan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Kami percaya bahwa intervensi dini akan berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia dan Asia Tenggara,” imbuhnya.

Perjalanan NalaGenetics bermula dari pedalaman Papua pada tahun 2016. Levana dan tim pendiri bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk membagikan 1.000 alat tes DNA di lima desa. Hasilnya cukup mengejutkan, 20% dari pasien kusta ternyata memiliki gen yang membuat mereka rentan terhadap Dapson, obat anti kusta yang kerap dipakai. Berkat temuan ini, pasien bisa mendapatkan rangkaian perawatan yang lebih sesuai, sehingga mereka bisa sembuh dan terhindar dari efek samping obat.

Pengalaman ini mendorong Levana dan Astrid Irwanto, Alexander Lezhava, serta Jianjun Liu untuk bersama-sama mendirikan NalaGenetics dan memperluas jaringan koneksi dengan berbagai rumah sakit, tenaga medis, dan laboratorium di Jakarta dan Singapura. Diklaim saat ini, NalaGenetics telah menjangkau 12 negara di Asia Tenggara, bekerja sama dengan lebih dari 20 mitra lab, dan merilis lebih dari 40.000 laporan DNA.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Boyong Tim DycodeX ke Perusahaan untuk Perkuat Lini Pengembangan Produk [UPDATED]

eFishery mengumumkan telah melakukan acquihire terhadap tim dari startup IoT DycodeX. Founder Andri Yadi dan timnya kini akan bergabung ke eFishery di Divisi Produk AIoT & Cultivation Intelligence.

Divisi tersebut menjadi kunci di balik pengembangan produk eFeeder, inovasi pemberian pakan otomatis untuk budidaya ikan dan udang. Dengan memanfaatkan teknologi IoT, eFeeder telah membuktikan kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas pembudidaya serta petambak dan memungkinkan efisiensi penggunaan pakan hingga 30%, sambil memberikan wawasan berharga kepada pembudidaya dan petambak mengenai perencanaan pakan dan hasil panen.

Angkat Andri jadi VP

Andri Yadi juga diangkat menjadi VP Divisi Produk AIoT & Cultivation Intelligence di eFishery. Timnya akan ditempatkan sesuai dengan keahlian mereka dalam pengembangan perangkat keras IoT, firmware, kecerdasan buatan (AI), platform, dan aplikasi. Dalam struktur tim baru ini, ada rencana ambisius untuk mengembangkan produk AI & IoT dalam 2-3 tahun ke depan.

Rencana ini juga bertujuan untuk meluncurkan lebih dari 10 produk inovatif pada tahun 2024, termasuk perangkat IoT baru dan platformnya, produk berbasis GenAI, serta solusi kecerdasan aquaculture lainnya.

Keputusan strategis acquihiring ini bertujuan untuk memperkuat posisi eFishery di pasar, meningkatkan kemampuan perusahaan, dan mendorong pertumbuhan serta inovasi yang berkelanjutan

“Andri Yadi dan timnya dapat memperkuat dan mempercepat implementasi AI dan IoT dalam ekosistem eFishery, memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan di industri akuakultur melalui inovasi teknologi yang terus berkembang. Khususnya dalam bidang AI & IoT, kami berharap bahwa inovasi yang lahir dari kolaborasi ini dapat memberikan solusi yang tepat sasaran untuk keberlanjutan dan pertumbuhan industri akuakultur dan bisnis yang dihadapi oleh para pembudidaya dan petambak,” ujar Co-Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah.

Sekilas DycodeX

Andri Yadi dan tim sebelumnya fokus ke DycodeX, sebuah startup yang didirikan di Bandung sejak tahun 2015. Ada sejumlah produk yang dihasilkan, seperti SMARTernak, Smarterbike, DytraX, dan Smart Gallon — semua layanan ini memanfaatkan kapabilitas AI dan IoT untuk automasi. Jauh sebelum itu,  sejak 2007 Andri juga adalah Founder & CEO Dycode yang lebih fokus ke pengembangan aplikasi mobile.

Startup ini juga telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor dan angel dengan nilai tidak disebutkan. Terkhir mereka membukukan putaran seri A di tahun 2018.

“eFishery secara konsisten telah menemukan penerapan tepat guna untuk teknologi tersebut dalam bidang akuakultur. Saya yakin bahwa dengan bergabungnya kami ke eFishery, perusahaan akan lebih siap untuk pertumbuhan bisnis yang pesat, didukung oleh fondasi teknologi yang kuat. Dalam sinergi ini, baik AI maupun IoT, yang melebur menjadi AIoT, akan menjadi teknologi pendukung utama,” kata Andri Yadi.

Sejak menerima pendanaan seri D dan menjadi unicorn, eFishery terus bergerak lincak menggandakan pertumbuhannya. Akhir tahun lalu mereka juga sudah mantapkan ekspansinya ke India, dengan debut awal menjangkau 1000 hektar kolam dan 3000 metrik ton pakan.

Di Indonesia sendiri, eFishery mengklaim telah membantu lebih dari 200 ribu pembudidaya dan petambak. Adapun produk yang dimiliki juga semakin menyeluruh, mulai dari menyediakan akses terhadap pakan, pendanaan, hingga pasar untuk pembudidaya.

*Update: kami mengubah judul artikel, pihak eFishery mengatakan tidak mengakuisisi DycodeX secara perusahaan, hanya memboyong timnya

Application Information Will Show Up Here

OJK Gencar Dorong Penggunaan Tanda Tangan Elektronik untuk Keuangan Digital

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) gencar mendorong penggunaan tanda tangan elektronik untuk memastikan keamanan dan keabsahan transaksi digital di sektor jasa keuangan yang cenderung memiliki risiko penipuan tinggi.

Dalam keterangan resminya, Kepala Departemen Pengawas Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Keuangan Khusus OJK Ahmad Nasrullah mengungkap tengah mengajak diskusi dengan Kominfo untuk membahas lebih lanjut penerapan Pasal 17 Ayat 2a UU ITE 2024 yang memuat penerapan tanda tangan elektronik.

Perlu diketahui, UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) memuat sejumlah pasal baru yang mengatur penggunaan tanda tangan elektronik.

Pasal 17 Ayat 2a memuat transaksi elektronik yang memiliki risiko tinggi bagi para pihak menggunakan tanda tangan elektronik yang diamankan dengan sertifikat elektronik. Salah satu transaksi elektronik berisiko tinggi adalah transaksi keuangan secara digital.

“Selanjutnya, OJK akan menindaklanjuti khususnya pengaturan P2P Lending. Dengan demikian, berkaitan dengan proses bisnis BNPL (Buy Now Pay Later) atau transaksi keuangan digital lain yang dilakukan tanpa tatap muka termasuk dalam kategori transaksi elektronik berisiko tinggi yang wajib menggunakan tanda tangan digital tersertifikasi,” tuturnya dalam Seminar Nasional Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) di Bali awal Maret ini.

Berdasarkan temuan Kominfo, terdapat 486.000 laporan masyarakat terkait tindak pidana informasi dan transaksi elektronik selama 2017–2022. Jumlah tersebut didominasi oleh transaksi daring dengan 405.000 laporan.

Sementara, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan (LAPS SJK) menerima dan menangani 2.501 pengaduan pada 2023, juga didominasi laporan terkait penipuan.

Perkembangan ekosistem

Ekosistem penyedia tanda tangan elektronik tumbuh sejalan dengan berkembangnya layanan digital di Indonesia, dari layanan e-commerce, transportasi, hingga jasa keuangan. PrivyID adalah salah satu pemain awal yang menawarkan solusi tanda tangan digital.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id di 2016, Founder dan CEO PrivyID Marshal Pribadi mengungkap bahwa saat itu awareness dan edukasi masih menjadi ganjalan utama adopsi tanda tangan elektronik, khususnya bagi segmen perorangan.

Kini, tanda tangan elektronik tersertifikasi telah diakui kekuatan hukumnya seperti tanda tangan basah karena telah disertai jaminan keabsahan identitas dari para penandatangan dokumen elektronik

Salah satu kelebihannya adalah dapat direkam dan disimpan secara digital sehingga sulit untuk dipalsukan dan dimanipulasi untuk meminimalkan risiko pembuatan dokumen palsu. Tanda tangan elektronik juga punya tracking waktu pembubuhan akurat yang penting untuk proses transaksi, hukum, hingga investasi.

Beberapa penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) di Kominfo dan tercatat di OJK sebagai Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital klaster Regtech E-Sign adalah Privy, Tilaka, Xignature, dan Vida.

Tunjuk Country Manager Baru, Privy Perkuat Kehadirannya di Australia

Startup pengembang layanan tanda tangan dan identitas digital Privy memperkuat ekspansinya di Australia dengan menunjuk Rob Hotchin sebagai Country Manager. Pengalaman kuat Rob di bidang penjualan dan pengembangan bisnis selama 15 tahun diharapkan bisa mendukung target pertumbuhan perusahaan.

Penunjukan Rob, serta pertumbuhan timnya di kantor berbasis di Sydney, menegaskan dedikasi Privy untuk menghasilkan produk yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan unik individu dan bisnis Australia. Ekspansi ke Negeri Kanguru tersebut direalisasikan setelah Privy menutup putaran pendanaan seri C $48 juta yang dipimpin KKR akhir 2022 lalu.

Privy berhasil melebarkan sayapnya berkat kerja sama dengan Katalis, program bilateral antara Indonesia dan Australia yang mendukung perdagangan dan investasi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif. Katalis didirikan berdasarkan perjanjian perdagangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku sejak 5 Juli 2020.

“Rob memiliki keterampilan dan kemampuan untuk membangun hubungan yang luas dan tulus di Australia, dan mendukung visi kami untuk menjadi pemimpin global dalam bidang layanan identifikasi dan otorisasi elektronik,” ujar Co-Founder & CEO Privy Marshall Pribadi.

Marshall melanjutkan, “Selama delapan tahun terakhir, Privy telah mengembangkan keahliannya dalam membentuk dan meningkatkan lanskap identitas digital dan berinteraksi dengan pemerintah, bank, dan lembaga keuangan lainnya. Sekarang, Privy ingin membawa keahliannya ke pasar Australia.”

Pasar tanda tangan digital di Australia

Secara global, market size platform tanda tangan digital ditaksirkan mencapai $5,9 miliar di 2023 dan diprediksi akan mencapai sekitar $129,82 miliar pada 2032, dengan pertumbuhan CAGR sebesar 40,98%. Meningkatnya permintaan akan dokumen elektronik, regulasi pemerintah, dan kebutuhan akan tanda tangan elektronik yang aman dan sah secara hukum, menjadi faktor yang mendorong permintaan pasar.

Di Australia, Privy akan berhadapan dengan sejumlah pemain lokal dan internasional yang memberikan layanan serupa. Untuk pemain lokal salah satunya adalah Annature; sementara pemain internasional yang telah mulai membangun basis bisnis di sana juga ada DocuSign, HelloSign, PandaDoc, SignNow dan beberapa lainnya.

“Privy siap untuk mendefinisikan kembali kepercayaan digital dan membantu warga Australia untuk mendapatkan kembali kendali atas aset autentik mereka yang paling berharga, yaitu identitas mereka,” ujar Rob.

Ia melanjutkan, “Saat ini, warga Australia terpaksa menyerahkan identitas dan data pribadi mereka – baik itu untuk check-in di hotel, menyewa properti, atau alasan lainnya – dan mempercayakan bahwa itu akan aman. Dengan munculnya pelanggaran keamanan siber yang tampaknya tak ada habisnya, dan bocornya informasi pribadi ke dark web, warga Australia seharusnya bisa menuntut lebih banyak. Sekarang mereka bisa, dengan mengetahui bahwa Privy telah menyelesaikan tantangan-tantangan ini sebelumnya dan akan mencoba untuk menyelesaikannya lagi di Australia.”

Application Information Will Show Up Here

Empat Pengembang Game Indonesia Terpilih Ikuti Google Indie Games Accelerator

Empat game developer Indonesia akan mengikuti Indie Games Accelerator (IGA) 2024 selama sepuluh minggu. Algorocks, Dreams Studio, Lentera Nusantara, dan Own Games termasuk dari 24 game developer indie di Asia Pasifik yang telah diseleksi oleh Google.

Nantinya, IGA akan menghubungkan para peserta dengan 60 studio game indie dari seluruh dunia dengan berbagai produk Google (termasuk AI dan cloud) serta jaringan mentor global yang memiliki pengetahuan mendalam di industri ini. Adapun, genre game yang hadir pada program ini bervariasi, mulai dari teka-teki, RPG, hingga edukasi.

Indie Games Accelerator (IGA) adalah program dari Google Play yang dimulai pada 2018. Program ini bertujuan untuk membangun talenta di bidang game di kawasan Asia Pasifik.

Lulusan IGA 2022 asal Yogyakarta, Gambir Studio disebut telah meningkatkan pendapatannya sebesar 20% usai mendapat bimbingan dari para mentor. Selain itu, Niji Games yang lulus dari IGA 2018, mendapat kesepakatan dengan game publisher yang juga mentor di program IGA.

Niji Games mengembangkan game teka-teki 3D Umbra yang tercatat telah diunduh lebih dari 3 juta kali di dunia–juga memperoleh nominasi kategori “Game Terbaik” di International Mobile Gaming Awards (Asia Tenggara).

Industri game lokal

Indonesia adalah pasar mobile game terbesar ketiga dengan total unduhan di Google Play sebesar 3,37 miliar pada 2022. Para gamer Indonesia tercatat menghabiskan total sebesar $288 juta untuk belanja item di mobile game. Dalam riset Statista, total pasar gaming Indonesia diestimasi menembus $505,4 miliar, dan diproyeksi mencapai $649,8 miliar pada 2027 dengan CAGR berkisar 8,74%.

Terlepas dengan potensi ini, pasar game yang digarap game developer lokal masih perlu dibenahi. Pasalnya, saat ini pasar game dalam negeri dikuasai oleh game buatan asing. Selain itu, industri game dalam negeri masih belum dipandang sebagai bisnis yang serius. Belum lagi jumlah talentanya dan keterbatasan modal.

Kendati demikian, beberapa game developer lokal telah berhasil menembus pasar global, seperti Agate, Toge Productions, dan Mojiken Studio. Industri game developer lokal juga telah menarik minat pemodal ventura. Tercatat sejumlah game developer lokal yang mendapat pendanaan dari VC, seperti SoleLands dan Anantarupa.

Perluas Segmen Pasar, JULO Luncurkan Produk Pembiayaan Kesehatan

Startup fintech lending JULO meluncurkan fitur Biaya Kesehatan, layanan pembiayaan fasilitas kesehatan dengan opsi cicilan bulanan. Diklaim layanan teranyar ini menjadi yang pertama di Indonesia dan telah bisa digunakan di lebih dari 25 ribu fasilitas kesehatan di Indonesia.

Sejatinya ini adalah layanan kredit personal yang dapat dimanfaatkan nasabah untuk membayar tagihan rumah sakit, klinik, dokter gigi, apotek, sampai biaya pengecekan medis di laboratorium.

Ini adalah rangkaian produk tematik kedua setelah sebelumnya JULO menghadirkan fitur Biaya Pendidikan, layanan pembiayaan pendidikan yang mencakup lebih dari 250.000 institusi formal dan nonformal di Indonesia.

“Inovasi fitur Biaya Kesehatan ini menegaskan komitmen JULO di awal tahun 2024, untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat Indonesia dengan pemberdayaan lebih lanjut melalui inklusi finansial. Dengan demikian, JULO turut dapat berperan aktif dalam membantu pemerintah mencapai Indonesia Sehat, sasaran transformasi sosial dalam bidang kesehatan sebagai bagian dari Indonesia Emas 2045,” ungkap Co-Founder JULO Adrianus Hitijahubessy.

Menurut survei Global Health Service Monitor, 59% dari 278 juta penduduk Indonesia kesulitan mengakses layanan kesehatan karena biayanya yang tinggi. Di Indonesia, inflasi medis mencapai 13,6% per tahun, sekitar 4 kali lipat dari inflasi umum. Ini membuat lebih banyak orang rentan mengalami kesulitan keuangan saat sakit. Akibatnya, semakin sulit bagi mereka untuk pulih secara finansial dalam jangka panjang.

Head of Marketing JULO Mikhal Anindita mengatakan, “Biaya pengobatan sering kali bersifat darurat dan tidak bisa menunggu. Dengan ditambahnya fitur Biaya Kesehatan pada aplikasi JULO, pasien dapat menuntaskan pembayaran biaya kesehatan secara cepat saat dibutuhkan tanpa memberatkan cashflow […] Melihat bagaimana kesehatan merupakan suatu kebutuhan manusia yang paling mendasar, rilis fitur terbaru Biaya Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan akses kesehatan yang layak untuk masyarakat luas tanpa terkendala urusan finansial.”

Perkembangan bisnis JULO

Dalam statistik yang dipaparkan, aplikasi JULO telah diunduh lebih dari 10 juta pengguna. Sejauh ini perusahaan telah menyalurkan lebih dari 2 juta pinjaman dengan total Rp17 triliun. Kendati demikian, JULO masih memiliki PR untuk meningkatkan kualitas pinjaman — saat ini mereka memiliki skor TKB90: 95,14%, TKB60: 80,08%, TKB30: 75,33%, dan TKB0: 68,44%. Menurut statistik terbaru OJK, di 2023 rata-rata TKB90 fintech lending adalah 97,05%.

Sejak berdiri pada akhir 2016, JULO telah didukung sejumlah investor terkemuka. Awal tahun ini mereka mengumumkan pendanaan seri B seinilai $80 juta dari Credit Saison dengan kombinasi $30 juta ekuitas dan $50 juta fasilitas kredit.

Sebelumnya JULO mengumumkan secara resmi pendanaan seri A pada September 2019 sebesar $10 juta. Putaran itu dipimpin oleh Quona Capital, dengan partisipasi dari investor lain, seperti Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, dan Convergence Ventures (dulu belum merger menjadi AC Ventures).

Dengan produk awal berupa pembiayaan konsumer (termasuk paylater), kini diklaim 72% penggunaan kredit digital JULO ditujukan untuk keperluan produktif dan peningkatan kualitas hidup.

Lewat model bisnisnya, JULO mengumumkan perolehan pendapatan berulang tahunan (ARR) sebesar $120 juta (sekitar Rp1,8 triliun) dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 73% di 2023. Pihaknya juga melaporkan keuntungan operasionalnya telah mencapai titik impas.

Total penyaluran pinjaman JULO di sepanjang 2023 tercatat mencapai $454 juta atau tumbuh 50% (YoY). Sementara, total penyaluran pinjaman sejak beroperasi pada 2016 telah tembus angka $1 miliar. Adapun, tingkat retensi per cohort JULO sebesar 70% yang mana secara signifikan disebut telah berkontribusi terhadap penghematan biaya akuisisi peminjam dan peningkatan biaya operasional perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Platform Ride-Hailing inDrive Dapat Tambahan Pendanaan Rp2,3 Triliun

Platform ride-hailing inDrive kembali memperoleh tambahan pendanaan sebesar $150 juta (sekitar Rp2,3 triliun). Dengan pendanaan yang diterima tahun lalu, inDrive kini mengantongi total sebesar $300 juta dari General Catalyst. 

Melansir Tech Funding News, tambahan pendanaan ini menyusul realisasi pertumbuhan pendapatan bersih inDrive sebesar 54% pada 2023. Pencapaian ini disebut menunjukkan keberhasilan perusahaan bermarkas di California ini untuk berada di jalur pertumbuhan dan strategi keuangan yang tepat dalam mendorong operasional secara berkelanjutan.

Pendanaan baru ini akan digunakan untuk mengejar pertumbuhan bisnis tahun ini melalui pengembangan produk, perluasan layanan, dan ekspansi ke pasar baru.

“Dengan pendanaan ini, kami dapat melanjutkan pertumbuhan signifikan dan inovasi sambil menjaga posisi keuangan yang disiapkan untuk mendukung rencana ambisius kami tanpa perlu menambah risiko ke operasional perusahaan,” tutur CFO inDrive Dmitry Sedov.

inDrive, sebelumnya bernama inDriver, didirikan oleh Arsen Tomsky pada 2013. Pada Maret 2022, inDrive telah memiliki hub operasional regional di Amerika, Asia, Timur Tengah, Afrika  untuk mendukung ekspansi bisnisnya. inDrive kini telah beroperasi di 749 kota di 46 negara.

inDrive di Indonesia

Di Indonesia, inDrive bernaung di bawah PT Ind Mobitech Service, hadir di Jabodetabek pada 2021 dengan menawarkan perjalanan dalam kota, antarkota, pengiriman barang oleh kurir, hingga kargo.

Layanannya dirancang agar pengguna dapat menentukan sendiri tarifnya–konsep berbeda di mana pasar ride hailing online umumnya menetapkan tarif tetap. Pengguna tidak punya kontrol terhadap tarif perjalanan yang dibebankan. Konsep ini juga dipakai oleh Maxim, pesaingnya yang beroperasi di Indonesia.

Baik inDrive dan Maxim adalah penantang Grab dan Gojek yang saat ini masih menguasai pasar ride-hailing Indonesia. Mengutip initiation report yang diterbitkan Maybank Sekuritas Indonesia pada 2023, Gojek menguasai 52% pangsa ride-hailing tanah air, sedangkan Grab menguasai 48% pasar.

Proyeksi transportasi dan pengiriman makanan online Indonesia / Sumber: e-Conomy SEA 2023

Adapun, total GMV layanan transportasi dan pengiriman makanan berbasis online di Indonesia diestimasi mencapai $9 miliar dengan CAGR 13% (2023-2025).

Salah satu proposisi nilai inDrive adalah memungkinkan mitra pengemudi dan konsumen untuk melakukan kesepakatan harga (tawar-menawar). Selain itu mereka juga menyediakan moda transportasi untuk kebutuhan bepergian ke luar kota. Namun demikian, sejak tahun 2023 lalu Gojek juga mengadopsi kapabilitas fitur yang sama di beberapa kota. Pengguna sudah disuguhkan dengan fitur GoRide Nego, yang memungkinkan tawar-menawar antara pengemudi dan konsumen.

Application Information Will Show Up Here