Lakukan Restrukturisasi Dana Investasi, Aryo Ariotedjo Perkenalkan “Absolute Confidence”

Pengalaman sebagai investor sejak tahun 2013 memberikan inspirasi bagi Aryo Ariotedjo untuk menghadirkan sebuah pilihan pembiayaan baru ke bisnis di Indonesia. Mengusung nama Absolute Confidence, Aryo (sebagai Managing Partner) dan partner ingin memberikan pilihan baru ke bisnis tradisional untuk mengadopsi mindset  startup.

Kepada DailySocial, Aryo menegaskan, Absolute Confidence ingin fokus berinvestasi ke bisnis atau perusahaan yang memiliki pondasi kuat dari sisi cashflow dengan model bisnis yang scalable dan replicable. Ia menegaskan bisnis tersebut tidak harus memiliki latar belakang atau didukung teknologi terkini.

“Di Indonesia memang mimpinya adalah startup yang memiliki teknologi terkini, namun faktanya masih banyak bisnis di Indonesia yang masih tradisional. Dengan dukungan dan pemikiran ala startup, kami melihat [Absolute Confidence] bisa membantu bisnis untuk berkembang,” kata Aryo.

Aryo menyontohkan perkembangan Kopi Kenangan mengadopsi teknologi ke dalam bisnis yang selama ini berjalan secara tradisional. Menyematkan teknologi ke model bisnis yang sudah sangat umum dipercaya bisa meningkatkan value atau nilai dari bisnis tersebut.

Rencana investasi perusahaan

Meskipun saat ini sebagian besar tim, kantor, dan infrastruktur masih memanfaatkan entitas Grupara Ventures, Aryo menyebut dana yang dikelola menggunakan branding Absolute Confidence. Untuk melancarkan investasi ini, Aryo berencana melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat.

Secara khusus Aryo menyebutkan proses “peleburan” Grupara ke Absolute Confidence sebagai restrukturisasi, bukan rebranding atau merger.

Beberapa bisnis dan kreator yang sudah didanai Absolute Confidence tahun ini adalah platform produk grosir Dagangan, kreator podcast Podkesmas Asia Network / Podkesmas, dan restoran Wanfan.

“Bisa dibilang kita sedang melakukan restrukrurisasi dengan nama baru yang lebih segar yaitu Absolute Confidence. Ke depannya kita ingin fokus kepada bisnis F&B atau bisnis lain yang profitable,” kata Aryo.

Perjalanan Aryo di bidang teknologi dimulai tahun 2010 silam dia bersama beberapa rekannya memulai bisnis di bidang pembayaran digital. Melalui Grupara Ventures, Aryo telah berinvestasi ke beberapa startup, termasuk  Fabelio, Wellspace, Andalin, Maskoolin, dan Seekmi.

Survei APJII: Penetrasi Internet di Indonesia Capai 73,7 Persen

Survei terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan jumlah pengguna internet di Tanah Air kembali naik. Selain kehadiran infrastruktur broadband yang makin merata, faktor pandemi yang mengharuskan orang-orang berkegiatan di rumah turut berkontribusi pada meningkatnya penetrasi internet.

Survei APJII untuk 2019 hingga kuartal kedua 2020 menemukan jumlah pengguna internet mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total populasi di Indonesia. Angka penetrasi itu naik 8,9% dibanding jumlah pengguna sebelumnya. Kendati begitu, tingkat pertumbuhan 2019 – Q2 2020 ini masih lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan pada 2018 yang mencapai 10,12 persen.

“Jika dibandingkan dengan riset pada 2018, kenaikan dari tahun sebelumnya adalah 10,12 persen atau 27,9 juta jiwa. Artinya tahun ini agak menurun secara absolut,” jelas Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi.

Pulau Jawa masih menjadi kontributor terbesar pengguna internet di Indonesia dengan 55,7 persen. Sumatera berada di posisi kedua dengan sumbangan 21,6 persen. Sulawesi (7%), Kalimantan (6,3%), Bali & Nusa Tenggara (5,2%), dan Maluku & Papua (3%) menyusul di belakang.

Internet rumah masih rendah

Salah satu temuan yang jadi sorotan dalam survei APJII kali ini adalah penggunaan ponsel cerdas untuk berinternet yang makin kuat. Survei memperoleh 73,2% responden sudah tidak menggunakan komputer pribadi (PC) untuk berselancar internet.

Sementara itu, mereka yang menggunakan laptop untuk berinternet hanya 15,4% saja. Kedua perangkat tadi kalah jauh dari smartphone yang digunakan oleh 95,4% responden.

Penggunaan smartphone yang dominan itu tentu berpengaruh pada jenis koneksi yang dipakai untuk berinternet. Itu sebabnya paket data dari operator seluler menjadi pilihan utama bagi 97,1% responden untuk terhubung ke internet. Dari survei diketahui hanya 14,5% responden pengguna internet yang berlangganan internet tetap di rumah.

“Sebanyak 97,1% mengakses internet dengan membeli paket data dari operator seluler. Ini tantangan bagi kita semua untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband ke depan. Untuk itu, APJII siap bekerja sama dengan para pihak terkait,” ucap Ketua Umum APJII Jamalul Izza.

Survei juga mendalami efek pandemi terhadap gaya hidup berinternet responden. APJII menemukan ada sedikit pergeseran konsumsi konten hiburan internet di masa pandemi ini. Jamal menyebut menonton streaming video (49,3%), game online (16,5%), streaming musik (15,3%) sebagai kegiatan paling banyak dilakukan para responden.

“Sebanyak 61 persen responden sering mengakses YouTube untuk menonton konten film, musik, dan olahraga,” ujar Jamal.

Survei APJII 2019 – Q2 2020 ini digelar pada 2 – 25 Juni 2020. Biasanya survei digelar tiap awal tahun untuk menghitung penetrasi internet di tahun sebelumnya. Namun wabah Covid-19 memaksa APJII mengundur aktivitasnya hingga tengah tahun.

Metode survei menggunakan probability sampling, multistage random sampling, dan varian area random sampling. Adapun jumlah sampel yang mereka gunakan mencapai 7.000 responden di semua provinsi Indonesia dengan margin of error 1,27% dan level of confidence 95%.

“Karena itu wawancara dengan bantuan kuesioner dilakukan di kuartal II, pada 2-25 Juni, sehingga hasil survei ini dapat menggambarkan pengguna intenet di pertengahan 2020,” pungkas Jamal.

Portal Properti 99.co Akuisisi Platform Jual Beli dan Penyedia Data Properti di Singapura

99 Group, induk 99.co Singapura dan Indonesia, serta sejumlah portal properti di Asia Tenggara, mengumumkan akuisisi terhadap platform properti dan penyedia data real estate Singapore Real Estate Exchange (SRX) dengan nominal dirahasikan. Akuisisi ini diklaim menjadikan 99 Group sebagai pemimpin pasar properti di Singapura dalam kurun waktu 18 bulan.

Perjanjian jual beli telah diselesaikan pada 7 November 2020. 99 Group akan mengakuisisi semua saham SRX melalui Streetsine Singapore Pte Ltd. Transaksi diharapkan selesai pada awal kuartal pertama tahun tahun depan. Seluruh karyawan SRX akan bergabung bersama 99 Group, migrasi akan dimulai dalam beberapa pekan mendatang.

Bergabungnya SRX di bawah payung yang sama dengan 99.co dan iproperty.com.sg, kian menambah kekuatan dari segi kumpulan listing, informasi, dan berbagai perangkat untuk mendukung induk dalam memberikan nilai tambah dan layanan kompetitif kepada konsumen dan profesional real estate di Singapura.

Bagi bisnisnya di Indonesia, akuisisi ini juga membawa dampak positif pada masa mendatang untuk para pengembang, agen, hingga pencari properti. Di sini, pasca akuisisi UrbanIndo, 99.co membentuk perusahaan patungan bersama Real Estate Australia (REA). Dua situs properti milik REA, yakni iproperty.com.sg dan Rumah123.com, dikelola 99.co untuk memenangkan pasar Asia Tenggara.

CEO 99 Group Darius Cheung mengatakan kemampuan analisis data SRX sangat cocok untuk platform 99 Group yang saat ini sangat mengedepankan kualitas listing dan konten untuk para pengguna. Ia optimis, teknologi eksklusif dan terbaik di kelasnya, SRX dapat meningkatkan kemampuan 99 Group untuk meluncurkan inovasi yang berbeda.

“Data properti yang andal adalah hal yang sangat penting. Pasalnya, pencarian properti terus bergeser ke ranah online, meskipun kegiatan visit atau open house secara langsung telah kembali diizinkan. Ini menunjukkan suda ada perubahan dalam perilaku konsumen. Industri real estate tentu perlu melakukan digitalisasi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berkembang,” tuturnya dalam keterangan resmi, Selasa (10/11).

SRX didirikan pada 2009, dengan cepat mereka memproklamirkan dirinya sebagai penyedia data properti komprehensif di Singapura. Salah satunya inovasinya adalah algoritma AI X-Value, yang memberikan prediksi nilai dari sebuah properti secara akurat dan instan. Perangkat ini akrab di telinga agen properti dan konsumen.

Produk mereka lainnya adalah Analyzer dan Home Report juga dianggap sangat diperlukan dalam industri real estate saat ini.

Inovasi teknologi di tengah pandemi

Masih berkaitan dengan perubahan perilaku konsumen selama pandemi, Darius menuturkan pihaknya menjawabnya dengan mengembangkan teknologi yang telah disesuaikan dengan kebiasaan baru. Salah satu di antaranya adalah opsi meninjau properti idaman secara virtual dan menggunakan video.

Di samping itu, perusahaan menyelenggarakan Singapore Property Show pada bulan lalu. Pameran properti ini diselenggarakan secara online dan memiliki layanan yang memungkinkan masyarakat seolah tengah berada di unit contoh dari 18 proyek properti partisipan secara langsung. Dilengkapi pula dengan narasi untuk menambah pengalaman konsumen.

 

Dalam menjawab gencarnya transformasi digital dalam proses jual beli properti. Perusahaan telah mengumumkan pada September lalu mengenai rencana merekrut 100 staf teknologi selama setahun mendatang untuk mengembangkan tim produk dan tekniknya.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Umumkan Perolehan Pendanaan Seri B 1,4 Triliun Rupiah yang Dipimpin Grab

Platform uang elektronik LinkAja mengumumkan perolehan pendanaan Seri B dengan nilai sekitar $100 juta (1,4 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Grab. Di putaran juga berpartisipasi investor terdahulu, yaitu Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital. Tidak disebutkan berapa valuasi LinkAja saat ini. Pendanaan ini adalah yang pertama untuk LinkAja dari perusahaan di luar BUMN.

Pendanaan ini sepenuhnya akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi pertumbuhan LinkAja menjadi pemimpin teknologi finansial nasional yang berfokus pada konsumen kelas menengah dan UMKM di Indonesia.

Investasi strategis dari Grab meliputi berbagai sinergi dan potensi kolaborasi yang luas bagi kedua belah pihak. Sinergi dan kolaborasi baik dalam hal akses ekosistem maupun teknologi ini akan mempercepat inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja menuturkan pihaknya antusias atas bergabungnya Grab sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan. Ia yakin kerja sama strategis yang didukung oleh investasi dan kekuatan teknologi Grab ini akan memperkuat layanan LinkAja dalam menghadirkan solusi yang efektif untuk memberikan akses keuangan dan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.

“Kami juga sangat berterima kasih atas kepercayaan dan dukungan dari seluruh pemegang saham dan Kementerian BUMN. Investasi tahapan Seri B dari Grab, Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital ini merupakan wujud kepercayaan atas model bisnis dan pencapaian awal yang telah diraih LinkAja dalam satu sejak berdirinya,” ujarnya, Selasa (10/11).

Managing Director of Grab Indonesia Neneng Goenadi menambahkan perusahaan memilih untuk berinvestasi di LinkAja karena secara bersama kedua perusahaan dapat mengakselerasi tujuan dalam mempercepat inklusi finansial di Indonesia.

“Kolaborasi strategis antara LinkAja dan ekosistem digital kami di dalamnya termasuk OVO dan Tokopedia memungkinkan kami untuk menyediakan beragam layanan cashless bagi semua lapisan masyarakat Indonesia dengan aman, nyaman, dan mudah diakses,” kata Neneng.

Sebelumnya, pada November tahun lalu LinkAja telah tersedia sebagai salah satu opsi pembayaran di aplikasi Grab dan juga kompetitornya Gojek.

Capaian LinkAja sepanjang 2020

Haryati melanjutkan keberhasilan penggalangan investasi di tengah pandemi ini merupakan bukti kepercayaan investor terhadap bisnis LinkAja yang ditopang oleh banyak keunggulan.

Dari sisi pemegang saham dari jajaran BUMN; model bisnis unik hasil kemitraan strategis dengan BUMN, pemerintah lokal, pusat, maupun swasta, yang datang dari multi industri; basis pengetahuan hiperlokal dan jaringan distribusi dengan cakupan luas di kota-kota lapis dua dan tiga, ditambah lebih dari 1 juta titik penerimaan cash in/cash out.

“Produk inovatif dengan merek kuat yang dengan cepat berkembang menjadi platform fintech lokal yang ikonik, dan penyedia kebutuhan sehari-hari dengan metode pembayaran yang dapat diterima di ribuan mrechant, dengan beragam e-commerce, dan berbagai alat transportasi.”

LinkAja diklaim mampu meningkatkan nilai transaksi bruto (GTV) dan jumlah transaksi di kuartal tiga tahun ini sebesar 3 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Disebutkan LinkAja kini memiliki 58 juta pengguna terdaftar dengan lebih dari 80% di antaranya berasal dari kota lapis dua dan tiga. Pada April kemarin, perusahaan meresmikan layanan syariah dan telah mendapat izin sertifikasi Kesesuaian Syariah dari DSN MUI dan Bank Indonesia. Layanan Syariah ini diklaim memiliki lebih dari satu juta pengguna, sejak enam bulan diluncurkan.

Application Information Will Show Up Here

Jumlah Pengguna Naik, Flip Fokus Perbanyak Mitra Perbankan

Flip mengumumkan Bank DBS sebagai mitra transfer bank terbaru untuk mengakomodasi lebih banyak penggunanya yang ingin transfer gratis antar bank. Selain DBS, sejauh ada 15 bank lainnya yang telah lebih dahulu bekerja sama dengan Flip.

Dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan teknologi untuk memfasilitas mereka dalam melakukan transaksi keuangan secara online. Di Flip, layanan transfer gratis antar banknya mengalami kenaikan pengguna hampir 100% atau dua kali lipat selama pandemi, dibandingkan sebelum terjadi pandemi.

“Sebelumnya lebih banyak didominasi penggunaan ATM. Selain itu, pandemi juga membuat banyak orang memperketat pengeluaran mereka, sehingga layanan transfer antar bank gratis yang ditawarkan Flip bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengeluaran,” tuturnya, pekan lalu (5/11).

Dalam menjawab peningkatan permintaan ini, Flip menggaet Bank DBS sebagai mitra bank yang terbaru buat melayani nasabah individu dan bisnis di Flip. Dengan memanfaatkan API bernama DBS RAPID, memungkinkan Flip dapat menjalankan proses transfer antar bank dengan lancar dan tanpa hambatan.

DBS RAPID mengintegrasikan pemrosesan secara real time terkait pembayaran, dan mempermudah transaksi bisnis di ekosistem DBS. Pemenuhan transaksi real time tidak hanya meningkatkan efisiensi untuk nasabah korporasi Bank DBS dan penghematan biaya, tapi juga memberikan pengalaman dan menempatkan nasabah korporasinya sebagai pemimpin pasar di industrinya.

“Kami selalu berupaya untuk membantu nasabah korporasi kami dalam melakukan bisnisnya, salah satunya Flip. DBS RAPID memungkinkan koneksi langsung antara sistem Flip dengan DBS, sehingga Flip dapat memberikan instruksi untuk transaksi langsung dari sistem tanpa harus login ke portal internet banking,” tambah Head of Sales Global Transaction Services Bank DBS Indonesia Husin Hartono.

Secara global, rekam jejak DBS RAPID sudah digunakan untuk lebih dari 200 contoh kasus. Transfer dana lebih lancar dan cepat adalah salah satunya, lebih dari 6 ribu integrasi dengan berbagai mitra untuk pengumpulan pembayaran instan.

Secara terpisah, kepada DailySocial, Marketing & Communication Manager Flip Asriana Septari tidak merinci bagaimana bentuk kerja sama antara kedua perusahaan, termasuk dengan mitra bank lainnya yang sudah terkoneksi, mengingat Flip tidak membebankan biaya administrasi untuk nasabah individu dengan nominal transfer di bawah Rp5 juta dalam sehari.

Ia hanya menyebutkan, perusahaan senantiasa memprioritaskan kenyamanan pengguna dan menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak yang dapat membantu proses transaksi di Flip menjadi lebih baik. “Flip merupakan salah satu perusahaan yang mengkoneksikan sistemnya dengan sistem API Bank DBS Indonesia.”

Setelah Bank DBS, penambahan mitra bank yang lain akan terus dilakukan melihat kebutuhan para pengguna Flip. Untuk rencana lainnya seperti pertimbangan mengajukan lisensi uang elektronik juga DailySocial tanyakan.

Astari hanya menerangkan perusahaan senantiasa berusaha mengembangkan layanan dan proses transaksi yang seamless karena itu menjadi prioritasnya. “Saat ini kami selalu menjajaki berbagai kemungkinan yang ada untuk dapat mencapai hal tersebut,” pungkasnya.

Flip menggunakan kode unik yang harus dimasukkan pengguna saat transfer ke rekening tujuan. Setelah transfer berhasil, kode tersebut masuk ke saldo e-wallet Flip pengguna yang dapat digunakan untuk berbelanja produk digital, seperti isi paket data, beli pulsa, token listrik, atau ditarik lagi ke rekening.

Sejauh ini, saldo e-wallet dapat diisi ulang tapi penggunaannya terbatas untuk kegiatan di atas saja.

Application Information Will Show Up Here

Lewat Akuisisinya Terhadap Promogo, Gojek Luncurkan Layanan Iklan GoScreen

Setelah diakuisisi tahun 2018 lalu oleh Gojek, startup pemasang iklan kendaraan Promogo memperkenalkan produk terbarunya yang merupakan integrasi dengan ekosistem di Gojek yaitu “GoScreen”. Direktur Promogo Kiranjeet Purba mengungkapkan, melalui GoScreen yang menggunakan konsep Digital Out Of Home (OOH) diharapkan bisa dimanfaatkan oleh brand besar hingga pelaku UKM dan merchant Gojek untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

Memanfaatkan mitra pengemudi Gojek, nantinya iklan OOH ini akan dihadirkan oleh GoScreen dengan beberapa fitur unggulan. Di antaranya adalah teknologi iklan terprogram (programmatic ads) untuk personalisasi konten sesuai waktu dan lokasi audiens, pengukuran impresi secara real-time, memanfaatkan armada roda dua Gojek yang memiliki mobilitas tinggi.

“Bukan hanya memberikan produk yang bermanfaat untuk semua, melalui GoScreen kami juga ingin memberikan penghasilan tambahan kepada mitra pengemudi Gojek hingga 20% dari pendapatan normalnya,” kata Kiranjeet.

Memanfaatkan data yang terkumpul dari tiga aplikasi utama di ekosistem Gojek, yaitu aplikasi untuk konsumen, merchant dan mitra pengemudi; diharapkan bisa memberikan data yang relevan yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh brand hingga UKM yang ingin memasarkan produk mereka. Bukan hanya untuk awareness, melalui GoScreen diharapkan bisa menjadi channel pemasaran baru brand dan UKM.

“Saat ini GoScreen masih terbatas di wilayah Jakarta saja. Namun kami memiliki target teknologi ini bisa dinikmati oleh mereka di kota tier 2 hingga 3 juga. Targetnya ada 20 ribu screen di Indonesia melalui GoScreen hingga akhir tahun 2021 mendatang,” kata Kiranjeet.

Disinggung apakah layanan GO-ICE dan GO-VEND yang diluncurkan oleh Promogo tahun 2018 lalu masih berjalan, Kiranjeet menyebutkan kedua layanan tersebut tidak aktif lagi, dan saat ini Promogo fokus kepada GoScreen.

Di pasaran sudah ada beberapa platform serupa yang menawarkan teknologi OOH untuk brand, di antaranya adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan StickEarn. GoScreen baru akan resmi dikomersialisasikan pada bulan Januari 2021 mendatang.

Kegiatan pemasaran OOH saat pandemi

Meskipun kondisi pandemi, namun menurut Kiranjeet tidak menurunkan minat brand untuk melancarkan kegiatan pemasaran secara offline. Inovasi terbaru dari Promogo ini diklaim mendapat antusiasme tinggi dari pengiklan, mengingat inovasi ini termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

“Saat pandemi ini justru mendorong kami dari Promogo dan Gojek untuk menciptakan solusi baru yang bisa dimanfaatkan mitra pengemudi untuk menambah penghasilan. Harapannya GoScreen bisa memberikan social impact yang membantu bukan hanya mitra tapi merchant mempromosikan bisnis,” kata Kiranjeet.

GoScreen dilengkapi kamera serta teknologi berbasis suar (beacon technology) untuk menghitung tingkat impresi iklan, sehingga brand bisa secara transparan memantau tingkat eksposur, jumlah kendaraan yang aktif maupun jarak tempuh yang dicapai oleh para mitra. Solusi teknologi periklanan inovatif GoScreen ini juga telah mendapatkan sertifikasi Open Measurement SDK (OM SDK) dari lembaga internasional IAB Tech Lab (Interactive Advertising Bureau Tech Lab).

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data, dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real-time, serta memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Kiranjeet.

Efektivitas GoScreen telah dirasakan oleh Publicis Media, salah satu mitra bisnis pertama yang telah merasakan GoScreen dalam fase uji coba selama dua bulan di Jabodetabek, saat mempromosikan Disney+ Hostar di Indonesia.

“Hasilnya, lebih dari empat juta tayangan dengan 40% Share of Voice, menjangkau lebih dari 850 ribu orang melalui 2 ribu jam pemutaran iklan dengan waktu dan lokasi yang tepat sebagai kuncinya,” kata General Manager Publicis Media Saravanan Mudaliar.

Application Information Will Show Up Here

Setelah BRI, Giliran BRI Agro Masuk sebagai “Lender Institusi” di Modal Rakyat

Setelah BRI, kini BRI Agro masuk ke dalam jajaran lender institusi di Modal Rakyat dengan komitmen awal pembiayaan sebesar Rp50 miliar. Bagi BRI Agro, langkah strategis ini menjadi cara diversifikasi pembiayaan untuk mendukung UKM dari berbagai sektor bisnis.

Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang menerangkan, inisiatif yang sudah dijalankan perusahaan pada tahun ini menunjukkan hasil yang positif. Oleh karena itu, akan terus diperluas jangkauannya dengan beberapa fintech lainnya, termasuk Modal Rakyat.

“Sejalan dengan strategi perusahaan untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka cross selling produk-produk BRI Agro, maka kami memilih fintech/p2p lending untuk mengembangkan bisnis selagi kami mempersiapkan model bisnis baru untuk menjadi digital attacker sesuai dengan aspirasi BRI Group,” ungkap dia dalam keterangan resmi, kemarin (5/11).

CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik menambahkan, dukungan BRI Agro ini membuat mereka semakin mantap dan yakin pada model bisnisnya sebagai agregator modal kerja untuk para UKM yang membutuhkan.

“Bersama dengan dukungan bank sebagai institusi keuangan yang lebih dewasa, niscaya mimpi Modal Rakyat membantu terwujudnya inklusi keuangan di Indonesia yang semakin cepat tercapai,” ucapnya.

Pembiayaan yang diberikan BRI Agro akan diarahkan untuk membiayai pelaku UKM yang terdaftar di Modal Rakyat dengan nilai maksimal Rp2 miliar per pinjaman. Sektor bisnis tidak terbatas disalurkan ke agrikultur saja, namun juga bisa ke sektor lain seperti logistik, konstruksi, kesehatan, dan teknologi.

Sejak berdiri pada 2018, Modal Rakyat telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp640 miliar kepada lebih dari 20 ribu pelaku UKM di seluruh Indonesia. Sektor dengan pembiayaan terbesar datang dari IT (47%) dan perdagangan (29%).

Pembiayaan ini dilakukan secara gotong royong, memadukan pendana dari individu dan institusi. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 45 ribu pendana individu dan sembilan pendana institusi di Modal Rakyat.

Bagian dari sinergi

Masuknya BRI dan BRI Agro, sebenarnya adalah lanjutan dari hasil investasi yang dilakukan oleh BRI Ventures ke Payfazz beberapa waktu lalu. Dikonfirmasi oleh pihak BRI Ventures, unit CVC tersebut hanya masuk ke dalam holding Fazz Financial. Sehingga kemitraan di bawahnya dijalankan di bawah holding.

Fazz Financial adalah perusahaan holding yang menaungi Payfazz dan perusahaan lainnya, termasuk Modal Rakyat, mengingat masing-masing pimpinan saling-silang menjadi komisaris.

Payfazz yang digawangi oleh Hendra Kwik, juga menjabat sebagai komsiaris di Modal Rakyat, perusahaan yang dipimpin oleh saudaranya Hendoko Kwik. Hendoko juga menjadi komisaris di Verihubs, startup e-KYC.

Pun Payfazz juga kini memiliki portofolio sendiri yang ia investasi sendiri untuk startup pencatat utang Credibook pada awal tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Memaknai Momentum Bonus Demografi dan Merintis Startup

Edisi #SelasaStartup kali ini cukup spesial karena sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda. Tema yang diangkat adalah ”Muda Berinovasi: Start Your Startup Now” dengan mengundang Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro sebagai keynote speaker.

Lalu, Staf Khusus Menristek/Ka. BRIN Bidang Jejaring Startup Adrian A. Gunadi, CEO Kiddo.id Analia Tan, CEO & Co-Founder Mycotech Adi Reza Nugroho, Co-Founder Riliv Audrey Maximillian Herli, Co-Founder & COO Kata.ai Wahyu Wrehasnaya, dan Partner East Ventures Melissa Irene.

Berkaitan dengan tema besar, Bambang menuturkan bahwa bonus demografi yang sedang terjadi di Indonesia harus dimaknai sebagai kesempatan emas untuk membuat ekonomi Indonesia lebih maju dengan berinovasi memanfaatkan teknologi digital. Kesempatan ini tidak datang dua kali karena pada 2045 mendatang bonus demografi ini akan selesai dan beralih ke usia lanjut.

Ia mendorong kaum muda yang ada sekarang ini untuk menjadi pengusaha, sebab semakin banyak pengusaha maka berdampak pada produktifnya ekonomi suatu negara.

“Tapi ini jadi asumsi saja, kalau [bonus demografi] tidak bisa di-manage dengan baik, justru jadi beban demografi. Agar tidak terjadi itu, harus diarahkan dengan melahirkan startup berbasis teknologi yang bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan,” tuturnya.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro / Kemenristek/BRIN
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro / Kemenristek/BRIN

Tips dari founder startup dan investor

Untuk mendorong lebih banyak startup, DailySocial juga meminta perspektif dari para founder startup dalam sesi diskusi panel. Audrey misalnya, ia mendorong kepada anak muda untuk jangan pernah takut memulai suatu inisiatif baru. Pun ketika menemukan suatu ide baru, jangan berpikir bahwa ide tersebut hanya ada satu-satunya di dunia.

Ide tersebut sebaiknya jangan disimpan, justru dibagikan ke orang lain agar berkembang dan segera terealisasi jadi bisnis nyata. “Kalau disimpan saja ide tidak akan bisa berkembang, dari ide nanti bisa jadi solusi,” kata dia.

Sementara itu, dari sisi Analia menambahkan sebaiknya memulai ide itu dari apa yang kita suka agar lebih mudah menemukan masalah. Ia mencontohkan saat merintis Kiddo, pada dasarnya ia menyukai edukasi untuk anak. Lalu ia mengobrol dengan teman-temannya yang sudah memiliki anak.

Ternyata, akar masalahnya adalah orang tua sulit menemukan aktivitas yang bagus untuk anaknya. Dari sisi pelaku usaha, proses bisnisnya juga tergolong masih konvensional untuk proses administrasinya. Kesempatan tersebut akhirnya diambil Kiddo dengan menempatkan dirinya sebagai platform marketplace untuk aktivitas anak.

“Banyak teman-teman yang dukung dan jaringan semakin terbuka akhirnya menginspirasi ide untuk merintis Kiddo,” imbuh Analia.

Dari sisi investor, Melissa menambahkan bahwa tiap investor punya taste masing-masing dalam berinvestasi, entah berbasis teknologi ataupun tidak sebab semua punya porsi masing-masing. Yang terpenting adalah inovasi yang diciptakan anak muda harus menyelesaikan masalah yang ada.

“Teknologi hanyalah alat agar tujuan penyelesaian dari masalah yang disasar dalam lebih cepat selesai dan dapat di-scale up. Jangan sampai salah persepsikan karena dasar-dasar tersebut dipakai untuk tolak ukur oleh investor analisa,” katanya.

Pertimbangan investor saat mereka tertarik investasi sebenarnya melihat banyak hal. Misalnya, apakah startup tersebut memang layak untuk diinvestasi oleh VC, bagaimana pangsa pasarnya, dari sisi kompetisi seperti apa apakah pasarnya sudah saturated atau belum, dan masih banyak lagi.

Bantuan dari pemerintah

Adrian melanjutkan dalam mendukung terciptanya lebih banyak startup berkualitas, Kemeristek/BRIN melanjutkan program tahunannya yang bernama Startup Inovasi Indonesia. Menurutnya program ini selaras dengan fokus pemerintah yang ingin memajukan ekonomi digital, strategi seperti ini sudah dijalankan oleh negara maju semisal Singapura dan Amerika Serikat. Itulah mengapa startup di kedua negara tersebut berkembang pesat.

“Program ini enggak cuma bicara untuk kota besar saja, tapi bagaimana inovasi bisa lebih menyeluruh di seluruh Indonesia karena masing-masing ada potensi yang luar biasa,” kata Adrian.

Program ini membuat tiga jenis pendanaan berdasarkan skala startup tersebut, mulai dari pra-startup dengan dana hibah maksimal Rp250 juta, startup dengan dana hibah hingga Rp500 juta, dan yang tertinggi yakni scale-up dengan dana hibah hingga Rp1 miliar.

Pada Maret kemarin sudah dilaksanakan tahap pengusulan proposal untuk masing-masing jenis pendanaan. Adapun saat ini sedang memasuki proses evaluasi dan dilanjutkan dengan seleksi presentasi. Pada tahap akhir, tepatnya pada Desember mendatang akan dilaksanakan workshop untuk penelaahan anggaran dan rencana aksi.

“Fokus bidang startup tahun ini adalah transportasi, kemaritiman, kesehatan, multi-disiplin dan lintas sektoral, pangan, rekayasa keteknikan, pertahanan keamanan, dan energi,” tutup Adrian.

Mendiskusi Strategi Keberlangsungan Bisnis Bersama Pelaku Startup dan Pemodal Ventura

Banyak tantangan yang dihadapi startup saat pandemi, mulai dari menurunnya jumlah klien hingga pemasukan bisnis yang tersendat. Meskipun tantangan terberat dirasakan benar oleh startup di masa awal pandemi, namun dalam beberapa bulan terakhir, situasi diklaim sudah jauh lebih baik dan berangsur-angsur pulih kembali.

Dalam webinar yang diinisiasi oleh Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO), tiga penggiat startup yang diwakilkan oleh Co-Founder & CEO Cashlez Tee Teddy Setiawan, Founder ProSehat & Chairman Healthtech.id Gregorius Bimantoro, dan CMO SiCepat Wiwin Dewi Herawati, berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana cara tepat menyiasati tantangan bisnis saat pandemi.

Menyiasati langkah yang tepat

Ada beberapa catatan menarik yang kemudian disampaikan oleh perwakilan komunitas startup saat sesi webinar. Meskipun tidak dapat dimungkiri penurunan pendapatan sempat terjadi, namun melihat perubahan pola konsumen saat pandemi yang memanfaatkan sepenuhnya layanan digital, kemudian menjadi fokus utama dari startup seperti SiCepat dan Cashlez.

Sebagai layanan finansial berbasis teknologi, Cashlez memiliki jumlah merchant yang cukup beragam, dari layanan entertainment hingga p2p lending. Meskipun mengakui untuk beberapa layanan sempat mengalami penurunan secara drastis, namun di sisi lain layanan yang kemudian dimanfaatkan oleh platform e-commerce justru mengalami peningkatan.

“Di kuartal ketiga dan memasuki keempat kami melihat adanya peningkatan dari bisnis Cashlez. Momentum ini kemudian menjadi baik bagi kami untuk bisa fokus meng-capture target pasar yang ada,” kata Teddy.

Sementara itu, bagi layanan logistik yang dihadrikan oleh SiCepat, pandemi justru memberikan kesempatan yang lebih baik bagi perusahaan untuk merangkul lebih banyak pelanggan. Tidak hanya fokus kepada pemgiriman barang dalam volume dan kapasitas yang besar, namun SiCepat juga menawarkan pilihan pengiriman barang berharga dengan volume dan ukuran yang lebih kecil.

“Saat ini kami tengah berada pada masa-masa survive” saat awal pandemi kami sempat mengalami penurunan hingga 30% lebih untuk logistik darat dan udara hampir 80%,” kata Wiwin.

Dengan menerapkan diversifikasi, SiCepat mengklaim mampu untuk menjalankan bisnis dan tentunya bisa tetap bertahan saat pandemi hingga memasuki kondisi new normal.

Salah satu layanan yang kemudian menjadi primadona saat pandemi adalah layanan healthtech. Bukan hanya mampu mengakselerasi layanan konsultasi dokter secara online, dengan berbagai produk yang makin bervarias seperti menyematkan teknologi artificial intelligence hingga genetics, kini platform healthtech semakin banyak jumlah pemainnya.

“Selama pandemi layanan yang menyasar kepada segmen B2B memang mengalami penurunan. Namun di sisi lain untuk layanan yang menyasar B2C justru mengalami peningkatan. Meskipun belum maksimal namun dari pemain healthtech sendiri memang masih memiliki keterbatasan untuk menghadirkan layanan yang lebih menyeluruh karena adanya peraturan dan regulasi yang ditetapkan,” kata Gregorius.

Kinerja PMV selama pandemi

Meskipun ada beberapa perusahaan modal ventura (PMV) yang melakukan penundaan investasi ke startup selama pandemi, namun tidak menjadikan beberapa kegiatan penggalangan dana menurun jumlahnya. Amvesiondo mencatat ada 52 transaksi pendanaan yang dilakukan oleh PMV untuk startup, dengan jumlah pendanaan mencapai $1,9 miliar.

Hal tersebut bukan hanya memperlihatkan kepercayaan dari pihak investor kepada startup, namun juga kolaborasi yang senantiasa berjalan antara PMV dan startup di masa-masa krisis ini menandakan optimisme dan kepercayaan PMV terhadap potensi pertumbuhan pelaku startup nasional.

AMVESINDO memandang, para perusahaan tersebut mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengubah lanskap industri (new normal), memberikan nilai tambah, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan dan konsumen.

“Pandemi bukan berarti startup harus berdiam diri, kondisi seperti ini justru menjadi momentum bagi startup untuk memaksimalkan upaya mereka untuk menjalankan bisnis agar bisa bertahan,” kata Anggota Dewan Kehormatan AMVESINDO Nicko Widjaja.

Nicko juga menambahkan, mewakili BRI Ventures hingga saat ini telah berinvestasi kepada 8 startup. BRI Ventures juga telah meluncurkan kelolaan baru bernama “Dana Ventura Sembrani Nusantara”. Fund tersebut menjadi kendaraan baru bagi BRI Ventures untuk mendanai startup early stage yang bermain di segmen non-fintech, seperti pendidikan, agro-maritim, ritel, transportasi, dan kesehatan.

Sementara itu menurut Sekjen AMVESINDO Eddi Danusaputro, tidak hanya fokus berinvestasi kepada startup baru, PMV juga harus tetap memperhatikan existing portofolio mereka. Meskipun tidak semuanya berniat untuk melakukan penggalangan dana saat ini, namun perlu juga diberikan dukungan yang relevan, memanfaatkan ekosistem yang ada.

“Saya juga melihat saat pandemi ada beberapa sektor yang menarik untuk dijajaki dan tentunya bermanfaat bukan hanya untuk PMV tapi juga masyarakat umum. Yaitu sektor agritech, mereka yang menyasar pertanian dan hal terkait lainnya menjadi perhatian bagi kami di MCI.” kata Eddi.

Startup turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional lewat kolaborasi dengan program pemerintah, seperti layanan startup agritech yang membantu menyalurkan pembiayaan dari pemerintah untuk petani, dan kolaborasi antar startup penyedia digital signature dan digital identity dengan lembaga perbankan untuk kemudahan proses restrukturisasi kredit.

“Untuk itu ke depannya perlu adanya peraturan dan regulasi yang mendukung bisnis startup terutama dari regulator,” kata Bendahara AMVESINDO Edward Ismawan Chamdani.

Survei Ipsos Soroti Tingkat Kepuasan Pengguna Terhadap Layanan Dompet Digital di E-commerce

ShopeePay, uang elektronik milik Shopee, disebut sebagai e-wallet dengan penetrasi terbesar selama tiga bulan terakhir. Sebuah survei menyebutkan bahwa ShopeePay memiliki pengguna dengan tingkat kepuasan tertinggi.

Survei berjudul “Kepuasan, Persepsi, dan Loyalitas Pengguna Dompet Digital di Indonesia” ini dilakukan oleh Ipsos in Indonesia. Dalam survei ini, Ipsos mengukur beberapa hal mengenai penggunaan dompet elektronik di Indonesia mulai dari penetrasi, frekuensi penggunaan, kepuasan, serta pengalaman pengguna.

Ipsos melakukan survei secara daring sejak 16 Oktober sampai 23 Oktober 2020. Sampel yang mereka gunakan mencapai seribu responden dari seluruh Indonesia dengan batasan menggunakan layanan dompet elektronik dan belanja di e-commerce dalam dua tahun terakhir.

Managing Director Ipsos in Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, pihaknya melihat ada peningkatan penggunaan dompet elektronik secara signifikan di Indonesia sejak dua tahun terakhir. Peningkatan itu makin tinggi ketika pandemi Covid-19 melanda sehingga mengharuskan banyak orang beralih ke pembayaran non-tunai agar terhindar dari penularan virus. Ia menyebut setidaknya 44% penduduk Indonesia lebih sering memakai dompet elektronik selama pandemi.

“Berdasarkan hal tersebut, Ipsos in Indonesia berinisiatif untuk mengadakan survei lebih lanjut, untuk mengetahui merek dompet digital apa yang memiliki kepuasan, loyalitas, dan persepsi pengguna yang paling unggul,” jelas Soeprapto.

ShopeePay mendominasi

Survei Ipsos menemukan lima besar layanan e-wallet di Indonesia, yakni GoPay, Ovo, Dana, LinkAja, dan ShopeePay. Meski belum terlalu lama muncul, survei mendapati ShopeePay justru mendominasi di setiap aspek penggunaan dompet elektronik. Associate Project Director Ipsos in Indonesia Indah Tanip menjelaskan, dari aspek kepuasan terhadap merek e-wallet. ShopeePay menempati peringkat satu untuk kepuasan ini dengan skor 82%. Angka itu jauh melebihi pemain lain seperti Ovo (77%), Gopay (71%), Dana (69%), dan LinkAja (67%).

Menurut Indah ada beberapa faktor yang menyebabkan kepuasan pengguna ShopeePay lebih tinggi dari yang lain. Sejumlah faktor itu di antaranya adalah layanan yang mudah digunakan, mudah top up, waktu top up real time, dan banyaknya tawaran promosi saat menggunakannya.

“Terakhir ShopeePay ini selain bisa digunakan di toko online, mulai digunakan di banyak toko offline,” imbuh Indah.

Ipsos juga menyoroti aspek loyalitas pengguna dalam penggunaan dompet elektronik ini. Ipsos mengukur kesetiaan pelanggan ini memakai Net Promotor Score (NPS) guna memahami bagaimana loyalitas pengguna terhadap suatu merek dompet elektronik.

Country Service Line Leader Customer Experience, Channel Performance, and Observer Ipsos in Indonesia Andi Sukma, menjelaskan NPS ini bisa mengukur reaksi pengguna atas penggunaan layanan. Semakin puas dan setia pengguna, semakin besar kemungkinan mereka merekomendasikan produk tersebut ke orang lain. Sebaliknya, jika produk itu tidak memuaskan pengguna dan menimbulkan sentimen negatif, kecil kemungkinan produk itu akan direkomendasikan.

“Bayangkan ini terjadi di seorang yang tergolong influencer,” ucap Andi.

Dalam aspek ini, ShopeePay lagi-lagi unggul dibanding yang lain. Skor NPS ShopeePay berada di angka +42% dari 598 responden, Ovo +34% dari 684 responden, Gopay +28% dari 580 responden. Dana dan LinkAja menyusul di belakang.

“Semua pengguna sebenarnya setia dengan layanannya masing-masing. Akan tetapi ShopeePay punya skor NPS paling setia,” ujar Indah menambahkan.

Berkat pertumbuhan pesat Shopee

Melejitnya kepopuleran ShopeePay tentu saja tak lepas dari performa Shopee sebagai e-commerce. Bertahun-tahun bersaing ketat dengan pemain besar lain seperti Tokopedia dan Bukalapak, Shopee saat ini berhasil mengungguli kompetitornya itu.

Indah menjelaskan bahwa hal itu pula yang berhasil mengangkat ShopeePay dalam waktu singkat. Shopee memperoleh lisensi uang elektronik dari Bank Indonesia di akhir 2018. Layanan itu baru benar-benar optimal berjalan sepanjang tahun lalu.

Menurut Indah Shopee berhasil menggaet banyak pengguna karena bertebarnya harga promo yang hanya bisa digunakan dengan pembayaran ShopeePay. Contoh paling umum adalah gratis ongkir dengan ShopeePay. Selain itu Shopee juga dianggap cukup agresif dalam menggaet merchant offline agar memakai dompet elektronik mereka.

“Hal itu bisa meningkatkan trial rate, dari yang cuma coba-coba lalu malah ketagihan. Itu juga yang membuat mereka menjadi promoter,” terang Indah.

Survei Ipsos ini juga menyimpulkan bahwa ShopeePay adalah merek dompet elektronik dengan penetrasi penggunaan tertinggi selama tiga bulan terakhir dan paling sering digunakan pada Oktober lalu.

Application Information Will Show Up Here