Gojek Dikabarkan Segera Beli 5% Saham Blue Bird Senilai 420 Miliar Rupiah

Gojek dikabarkan segera akuisisi 5% kepemilikan saham PT Blue Bird Tbk (Blue Bird). Nilai yang akan dibayarkan sekitar $30 juta atau setara 420 miliar Rupiah, lebih tinggi jika melihat kapitalisasi pasar perusahaan pada penutupan bursa saham per hari Senin (16/12) lalu sekitar 6,8 triliun Rupiah.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh Bloomberg. Menurut sumber, kesepakatan ini dibangun berdasarkan kemitraan yang sudah ada sebelumnya, sejak tahun 2016. Diketahui bersama, saat ini layanan taksi Blue Bird bisa dipesan dengan aplikasi Gojek, melalu opsi Go-Blue Bird.

Aksi perusahaan ini diyakini sejalan dengan strategi bisnis untuk terus memimpin pasar di tengah persaingan ketat bersama rivalnya Grab. Kemitraan strategis dengan perusahaan transportasi lokal turut diterapkan Gojek di Singapura. November 2019 lalu mereka umumkan kerja sama strategis dengan Trans-Cab Services, untuk mengakomodasi pemesanan lebih dari 3000 armada taksi melalui aplikasi. Layanan ini dijanjikan mulai efektif per Desember 2019.

Di lain sisi, saat ini Gojek masih terus membuka peluang partisipan baru dalam putaran pendanaan seri F. Dengan target perolehan $3 miliar, dikabarkan saat ini sudah capai $2 miliar, dan akan ditutup pada Januari 2020. Turut disampaikan oleh Komisaris Gojek Boy Thohir rencana perusahaan melakukan IPO.

Berambisi menjadi super app, Gojek terus kembangkan sayap layanannya. Termasuk dengan melakukan akuisisi ke sejumlah startup digital. Yang terbaru layanan point of sales Moka, tengah dalam tahap finalisasi akuisisi senilai 1,6 triliun Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Ovo Perluas Produk Pembiayaan “DanaTara” untuk Merchant Offline

Ovo meresmikan perluasan penggunaan produk pembiayaan DanaTara untuk merchant offline, setelah diperkenalkan ke publik sejak September 2019. Sebelumnya produk ini tersedia untuk merchant online yang bergabung dalam platform e-commerce seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, dan Bukalapak.

Presiden Direktur Ovo Karaniya Dharmasaputra mengatakan, DanaTara adalah solusi pengembangan usaha, pengelolaan arus kas, dan tambahan modal usaha bagi pelaku UKM di Indonesia. Produk ini memberikan akses pembiayaan sampai Rp500 juta dengan status pengajuan yang diproses dalam 2-5 hari kerja dan tenor sampai 12 bulan.

“Solusi ini mendukung kebutuhan UKM untuk memperoleh pembiayaan modal usaha dengan cara yang jauh lebih mudah dan sederhana,” terang Karaniya dalam keterangan resmi.

Karaniya menjelaskan produk DanaTara akan diarahkan untuk menyasar 450 ribu merchant offline yang telah tergabung dalam ekosistem Ovo. Juga potensi usaha offline lainnya yang belum dijamah perusahaan.

Mengutip dari data BPS, kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia mencapai 60%, serta menyerap 97,22% tenaga kerja nasional. Namun, kurang dari 15% dari mereka memiliki akses terhadap produk pembiayaan. Rendahnya penetrasi pembiayaan dipengaruhi oleh keterbatasan akses terhadap layanan keuangan serta literasi keuangan yang belum merata.

Meningkatnya adopsi pembayaran digital menjadi prospek pasar yang sepatutnya dapat menjadi momentum pendorong tumbuhnya UKM nasional. Menurut data Bank Indonesia, transaksi uang elektronik hingga September 2019 meningkat hingga 268%.

“Saat ini Ovo sedang melaksanakan implementasi QRIS sesuai arahan Bank Indonesia dan kami percaya bahwa inovasi sistem pembayaran merupakan langkah awal pemanfaatan teknologi bagi perkembangan UKM.”

Sebagai catatan, DanaTara adalah produk turunan yang dirilis Ovo bersama Taralite. Selain itu, terdapat produk Ovo Talangan Siaga yang merupakan pinjaman jangka pendek khusus untuk mitra pengemudi GrabCar apabila ada keperluan mendadak operasional sehari-harinya.

Nominal pinjamannya mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta dengan pilihan tenor 15 atau 30 hari. Biaya keterlambatan per harinya dikenakan Rp2.500.

Application Information Will Show Up Here

Grab Segera Uji Coba Kendaraan Listrik di Jabodetabek Awal Tahun 2020

Grab mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek, yang merupakan bagian dari roadmap kendaraan listrik (EV Ecosystem Roadmap) demi mempercepat adopsi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Dalam peluncuran ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan; Menristek dan Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro; perwakilan dari lintas kementerian, dan mitra produsen.

Di dalam roadmap, Grab akan memanfaatkan kemitraan dengan salah satu investornya Hyundai sebagai produsen mobil lewat entitas lokal Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Astra Honda Motor (AHM), dan Gesits untuk roda empat. Kendaraan akan mengaspal pada awal tahun depan.

Mobil listrik yang diboyong adalah Hyundai Ioniq Electric dengan kapasitas baterai 38 kwh, mampu menempuh perjalanan 380 kilometer sekali charge cukup untuk mengelilingi Jabodetabek. Produk ini sudah didesain khusus untuk kondisi di Indonesia.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, mobil listrik ini dinamai Grab Car EV dan memiliki status ASK (angkutan sewa khusus) taksi online berpelat hitam. Ia dapat dipesan dalam aplikasi Grab. Ketersediaannya terbatas di dekat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah tersedia.

“Jenis mobil yang disediakan Hyundai adalah tipe baru khusus untuk Indonesia. Dari sini kita bisa address masalah dengan leapfrog teknologi yang lebih maju untuk Indonesia. Masalah utama di Jakarta adalah polusi yang cukup tinggi. Langkah hijau dari Grab adalah bantu menghasilkan udara yang lebih baik,” katanya, Jumat (13/12).

Sementara untuk roda dua, ketersediaannya akan secara acak, lebih mudah didapat pengguna. Adapun jumlah unit yang tersedia untuk tahap awal sebanyak 20 unit mobil Hyundai, dan 20 unit motor listrik AHM dan Gesits.

Unit motor yang dipakai Grab dari AHM adalah PCX Electric, mampu menggerakkan motor sejauh 69 km bertenaga dua unit baterai portabel yang disebut Honda Mobile Power Pack. Sementara Gesits adalah produsen motor listrik lokal yang baru mengaspal di Indonesia.

Executive Director Grab Indonesia Ongky Kurniawan menjelaskan, mengingat ini adalah uji coba maka Grab akan menguji kelayakan motor EV di seluruh perjalanan Grab, termasuk untuk pengiriman makanan dan barang. Tujuannya untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya untuk memetakan kembali model bisnisnya, bentuk kerja sama dengan mitra pengemudi, dan sebagainya.

“Selain itu, kita ingin tahu buat charging station-nya di mana saja titik yang optimalnya. Dari dua merek motor yang kita pakai, ingin tahu juga ketahanannya sejauh apa, kan keduanya dibuat berasal dari negara yang berbeda, satu asli Indonesia,” tambah Ongki.

Dia juga memastikan kendaraan listrik ini akan dikendarai oleh mitra pengemudi. Hanya saja, belum ditentukan skema kemitraannya seperti apa. Bila melihat dari model bisnis di Singapura, dilakukan dengan skema menyewa harian.

“Belum tentu skema leasing harian bisa dilakukan di sini, apakah harus investasi awal seperti yang sekarang atau tidak. Final model bisnisnya belum kita putuskan.”

Bangun ekosistem kendaraan listrik

Ridzki menjelaskan dalam membangun ekosistem baru, Grab tidak menjalankan sepenuhnya sendirian, butuh kolaborasi dengan berbagai pihak. Oleh karenanya, perusahaan menggaet banyak perusahaan pelat merah di Indonesia, salah satunya PLN untuk menyediakan SPKLU.

Di Singapura, Grab memiliki 200 unit mobil Hyundai tipe KONA sejak awal tahun ini. Perusahaan juga bermitra dengan perusahaan listrik SP Group untuk menggunakan jaringan pengisian EV publik bagi armada Grab EV.

Dalam rangka mempercepat implementasi Peraturan Presiden No.55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle), PLN menggandeng 20 mitra strategis.

Selain Grab, PLN bermitra dengan Gojek, BlueBird, Transjakarta, Mobil Anak Bangsa, Build Your Dream (BYD) sebagai penyedia transportasinya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, Hyundai sudah menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia dengan bangun pabrik khusus mobil listrik.

Groundbreaking akan dimulai sekitar Maret-April tahun depan. Ini akan bantu Indonesia dalam meningkatkan value dalam negeri, selama ini kita selalu ekspor raw material,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

VeriJelas Bermitra dengan Dukcapil, Jadi Platform Bersama Penyelenggara e-KYC untuk Akses Data NIK dan Foto KTP

Melalui peresmian kerja sama dengan Ditjen Dukcapil Kemendagri, VeriJelas ditunjuk sebagai penyelenggara platform bersama pertama untuk proses e-KYC (Electronic Know Your Customer). Termasuk di dalamnya memanfaatkan data NIK KTP Elektronik dan foto wajah.

Penandatanganan kerja sama antara Dukcapil dan PT Jelas Karya Wasantara (VeriJelas) dilakukan hari ini (13/12) di Jakarta. Dihadiri Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh dan Dirut VeriJelas Alwin Jabarti Kiemas.

“Hak akses NIK dan foto wajah dari Dukcapil akan mempermudah dan mempercepat proses e-KYC, validasi, dan verifikasi biometrik secara digital dalam waktu kurang dari 1 menit,” ujar Alwin.

Saat ini platform VeriJelas tengah disiapkan untuk segera diluncurkan secara publik. Nantinya layanan e-KYC yang disajikan memungkinkan bisnis tidak lagi melakukan verifikasi data secara manual, termasuk dalam hal pengisian formulir identitas, pencocokan KTP, dan sebagainya. Biasanya proses ini dilakukan secara tatap muka dan/atau pengguna harus mengunggah foto KTP dan selfie bersama KTP pada saat pendaftaran.

Kolaborasi ini dilakukan sejalan dengan kebijakan pemerintah lewat POJK No. 12-POJK.01-2017 yang mengatur mengenai penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme di sektor jasa keuangan. Fintech diwajibkan menerapkan customer due diligence dan enhance due diligence (atau proses e-KYC) untuk memastikan semua penggunanya memenuhi regulasi.

Pengamat keamanan siber waswas

Dalam wawancaranya dengan Cyberthreat.id, pengamat keamanan siber Ardi Suteja mengaku kaget mendengar adanya kerja sama ini. Ada beberapa poin yang menjadi sorotan. Pertama, karena melibatkan data milik publik alangkah baiknya Dukcapil terlebih dulu mendengar pendapat publik sebelum memutuskan hal-hal strategis seperti itu.

Kedua, Ardi menyinggung kasus sebelumnya yang melibatkan Biomorf, perusahaan penyedia teknologi untuk proyek KTP elektronik yang merugikan negara hingga 2,3 triliun Rupiah. Ia khawatir kerja sama ini akan mengulangi kegagalan dan terjadi ancaman terhadap keamanan siber jika data bocor. Ardi turut menyampaikan tentang UU Dukcapil yang dinilai sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.

Kekhawatiran pengamat cukup beralasan. Kami sendiri memang kurang familiar dengan nama VeriJelas – mungkin ini adalah perusahaan yang masih sangat baru. Dalam rilis yang diedarkan juga tidak ada detail mengenai perusahaan. Saat kami akses situsnya, juga terlihat belum sepenuhnya siap. Kami sudah mencoba menghubungi pihak terkait untuk melakukan wawancara, namun belum mendapatkan respons.

VeriJelas
Tampilan situs VeriJelas

Solusi e-KYC sendiri mulai akrab di tengah perkembangan startup digital di Indonesia. Manfaatnya bermacam-macam, sebagai contoh yang dirasakan Bank Permata. Mereka implementasi penuh e-KYC untuk melayani pembukaan rekening baru melalui aplikasi.

Inovasi di bidang KYC juga dikebut beberapa pemain, salah satunya Veiris. Mereka mencoba memanfaatkan kapabilitas blockchain untuk hadirkan model pengenalan pengguna yang lebih efisien.

Startup lain yang bekerja sama dengan Dukcapil untuk sistem verifikasi data adalah PrivyID. Mereka memperoleh hak akses terhadap data kependudukan, meliputi nomor induk kependudukan (NIK) dan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP).

Travelio Umumkan Partisipasi Samsung Venture dalam Putaran Pendanaan Seri B

Startup proptech Travelio hari ini (12/12) mengumumkan partisipan baru dalam putaran pendanaan seri B mereka. Kali ini yang bergabung adalah Samsung Venture Investment Corporation. Artinya sudah ada dua investor baru terlibat dalam investasi – sebelumnya ada juga Pavilion Capital.

Pada pengumuman pertama pendanaan seri B pertengahan November 2019, Travelio mendapatkan suntikan modal senilai 253,6 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Pavilion Capital dan Gobi Partners. Selain Gobi, investor di babak sebelumnya yang turut terlibat adalah Vynn Capital, Insignia Ventures Partners, IndoGen Capital, dan PT Surya Semesta Internusa Tbk.

Di Indonesia, Travelio adalah portofolio kedua Samsung Venture. Sebelumnya mereka terlibat dalam pendanaan seri E Gojek di tahun 2018 lalu.

Bersamaan dengan ini, pihak Samsung Venture juga mengatakan akan bermanuver lebih agresif untuk berinvestasi ke startup Asia Tenggara di tahun mendatang.

“Kami sangat beruntung mendapati Samsung sebagai salah satu pemegang saham. Rekam jejak dan keahlian mereka akan membantu mengarahkan kami menjadi perusahaan yang diakui secara global dan memiliki reputasi baik,” sambut Co-Founder & CEO Travelio Hendry Rusli.

Turut disampaikan, tambahan investasi dari Samsung Venture akan difokuskan untuk mempercepat target pertumbuhan perusahaan di tahun 2020. Termasuk dengan memperluas integrasi dan kemitraan dengan jaringan konglomerat, teknologi, dan ekosistem elektronik yang dimiliki Samsung.

Application Information Will Show Up Here

BRI Buat “Ceria”, Aplikasi Khusus Layani Kartu Kredit Virtual

BRI merilis aplikasi BRI Ceria, layanan paylater atau kartu kredit virtual untuk menyasar debitur yang underbanked. Aplikasi sudah dapat diunduh, namun baru tersedia versi Android.

Dalam penjelasannya, BRI Ceria memberikan pinjaman mulai dari Rp500 ribu sampai Rp20 juta dan tenor 1-12 bulan. Bunga per bulannya 1,42% atau 17,04% dalam setahun. Bila terlambat membayar, nasabah akan dikenakan tambahan 3% dari jumlah tagihan atau maksimal Rp150 ribu.

Fasilitas tersebut hanya diberikan untuk nasabah BRI. Hal ini sebagai strategi BRI dalam melakukan credit scoring dan mencegah wanprestasi.

Prosedur lainnya yang harus dipenuhi nasabah adalah berusia 21-50 tahun, minimal penghasilan Rp3 juta, dan memiliki NPWP.

Pihak BRI mengklaim bila seluruh data sudah diserahkan, proses verifikasi hanya memakan waktu 30 menit. Bila disetujui, limit kredit dapat digunakan untuk berbelanja di merchant online. Konsep ini sama dengan produk sejenis yang dikeluarkan Kredivo dan Akulaku.

Untuk tahap awal, BRI Ceria sudah dapat digunakan berbelanja di Tokopedia, pembelian tiket penerbangan di situs Panorama JTB, dan e-commerce produk elektronik Dinomarket.

Dikutip dari Kontan, Direktur Digital, TI, dan Operasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, Ceria adalah paylater dari BRI dengan limit pinjaman maksimal Rp20 juta untuk nasabah ultra mikro.

“Produk baru Ceria sebentar lagi keluar, paylater-nya BRI yang Rp20 juta ke bawah untuk ultra mikro,” katanya.

Sebelumnya, strategi bisnis serupa juga telah dilakukan BRI melalui anak usahanya, BRI Agro, dengan aplikasi Pinang.

Pengembangan BRIBOX

Tahun depan perseroan akan melanjutkan inisiasi digital melalui BRIBOX, yakni modernisasi infrastruktur jaringan unit kerja seluruh Indonesia, modernisasi data center berbasis cloud, dan implementasi modernisasi core banking.

Inisiasi tersebut akan menyerap anggaran terbesar untuk belanja modal BRI terkait TI. Indra menjelaskan, tahun depan bank menyiapkan anggaran Rp4,2 triliun, naik 13,5% dibandingkan anggaran tahun ini.

“Efek modernisasi utamanya kesiapan menghadapi pertumbuhan dan inovasi layanan digital yang fleksibel, terukur, secured serta reliable.”

Transaksi digital kini mendominasi keseluruhan total transaksi di BRI. Sekitar 80% datang dari non-branch. Alhasil perseroan berencana untuk mengalihkan peran pegawai di cabang menjadi pendamping dan penyuluh nasabah.

“Pengurangan branch adalah konsekuensi yang normal, namun perannya pun nanti akan dipikirkan ulang. Peran teller yang sekarang di-repurpose karena ke depan akan banyak self service dan assisted,” pungkas Indra.

Application Information Will Show Up Here

Ninja Xpress akan Luncurkan Program Pembiayaan UKM di Tahun 2020

Setelah sukses mengakuisisi 80% pengguna dari kalangan UKM, tahun 2020 mendatang Ninja Xpress masih memfokuskan core business mereka untuk melayani segmentasi pasar tersebut. Sebagai backbone dari perusahaan, Ninja Xpress melihat potensi UKM untuk bisa berkembang memanfaatkan teknologi, layanan, hingga bimbingan dari tim Ninja Xpress.

Menurut Country Head Ninja Xpress Indonesia Eric Saputra, saat ini sudah ada 10 ribu mitra bisnis UKM yang menggunakan layanannya. Sebanyak 2500 di antaranya telah mengikuti seminar pelatihan yang digelar.

“Bukan hanya membantu mereka melancarkan kegiatan pengiriman, kami juga ingin membantu UKM untuk meningkatkan bisnis melalui teknologi hingga pelatihan yang kami adakan. Harapannya jika mereka tumbuh secara positif bisnis mereka, akan berpengaruh kepada bisnis kami sendiri,” kata Eric.

Saat ini Ninja Xpress telah melayani pelanggan di seluruh Indonesia dengan 400 warehouse. Secara regional, Indonesia merupakan pasar terbesar bagi perusahaan, dibandingkan negara lainnya seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand. .

“Sebagai platform social commerce, kami ingin membantu semua UKM memasarkan bisnis mereka di seluruh Indonesia. Dan jika memiliki produk yang bagus kami bisa membantu mereka memasarkan bisnis ke pasar regional,” kata Eric.

Rencana pembiayaan UKM binaan Ninja Academy

Saat ini Ninja Xpress telah memiliki program Ninja Academy, ditujukan untuk membantu UKM mengadopsi layanan digital untuk bisnis mereka. Termasuk membantu memasarkan secara regional untuk produk/layanan potensial. Meskipun belum banyak jumlahnya, namun Eric menyebutkan saat ini produk busana muslim asal Indonesia sudah menjadi favorit di pasar Singapura dan Malaysia.

“Ke depannya kita juga akan meluncurkan pembiayaan untuk UKM yang tergabung dalam Ninja Academy. Harapannya bisa memperlancar cash flow mereka memanfaatkan pembiayaan yang disediakan oleh mitra kami,” kata Eric.

Disinggung siapa mitra dari layanan fintech atau institusi keuangan yang bakal bergabung, Eric enggan untuk menyebutkan lebih lanjut. Rencananya layanan tersebut akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun 2020 mendatang.

“Untuk pembiayaan sendiri sebelumnya sudah kami hadirkan dalam COD (Cash on Delivery) Advance, yang sudah digunakan oleh mitra UKM. Sebagai platform yang dikenal sebagai penyedia layanan COD favorit, kami menyadari pentingnya layanan ini dan diharapkan bisa memudahkan mitra UKM menjalankan operasional bisnisnya,” kata Eric.

Hingga saat ini pembayaran COD masih menjadi favorit pelanggan dan mitra UKM yang bergabung. Kemudahan serta fleksibilitas yang ditawarkan melalui pembayaran ini diklaim menjadi alasan mengapa COD masih menjadi pembayaran favorit.

“Kita tidak memiliki rencana untuk menghadirkan pembayaran melalui dompet digital. Karena kami melihat belum banyak penawaran atau kemudahan yang diberikan kepada penyedia layanan dompet digital kepada mitra UKM yang kami sasar yaitu social commerce,” kata Eric.

Target tahun 2020

Saat ini Ninja Xpress termasuk dalam top 3 perusahaan jasa layanan pengiriman di Indonesia. Sementara itu hingga tahun 2018 volume paket yang dikirimkan sudah mencapai 55 juta paket. Disinggung apakah Ninja Xpress memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan seri D tahun depan, Eric juga enggan untuk mengungkapkan lebih lanjut.

Tahun 2020 terdapat tiga fokus yang ingin dicapai perusahaan. Di antaranya meningkatkan core operation dan operation excellence, meningkatkan skill dan talenta dari pegawai, serta mengembangkan teknologi. Ninja Xpress juga ingin menambah kemitraan dengan pihak terkait, seperti layanan e-commerce, perusahaan penerbangan, hingga startup teknologi.

Sebelumnya Ninja Xpress juga telah menjalin kemitraan strategis secara eksklusif dengan Grab melalui Grab Express yang dimulai pada bulan April 2019. Kemitraan ini bertujuan untuk dapat melayani kebutuhan pelaku UKM dan pelanggan, dengan memberikan layanan pengiriman dalam dan luar kota yang terintegrasi dalam satu atap.

Di bulan Juni 2019, Ninja Xpress melengkapi fasilitasnya dengan membangun gudang terbesar di Cakung, Jakarta Timur yang luasnya setara dengan 8 kali ukuran kolam renang berstandar olimpiade.

“Pencapaian kami selama 4 tahun kebelakang ini adalah hasil dari konsistensi dan obsesi kami untuk terus bertumbuh bersama para pelaku UKM di Indonesia. Kehadiran kami disini lebih dari sekedar penyedia layanan pengiriman, kami berkembang dan berinovasi untuk memberikan nilai tambah melalui ekosistem yang mempermudah para pelaku UKM untuk terus mengembangkan usaha mereka,” tutup Eric.

Application Information Will Show Up Here

Anjelo Perkenalkan Diri sebagai Platform Agregator Logistik

Anjelo hadir sebagai startup agregator logistik di tengah perkembangan pesat layanan e-commerce di Indonesia. Platform yang dikembangkan memberikan kemudahan kepada pengguna untuk membandingkan harga, durasi pengiriman, serta memesan jasa pengambilan paket.

Jenis layanan logistik yang ditawarkan meliputi last mile delivery, kargo via udara maupun laut, layanan kepabeanan, hingga pergudangan.

“Kami melihat saat ini para pelaku bisnis maupun masyarakat memiliki banyak sekali pilihan jasa pengiriman tetapi, mereka tidak tahu apakah pilihan tersebut sudah tepat atau belum. Karena untuk bisa membandingkan beberapa jasa pengiriman memakan banyak waktu. Dengan adanya Anjelo mereka bisa membandingkan harga maupun durasi waktu dari beberapa jasa pengiriman dengan sekaligus dan hanya dalam satu platform,” jelas Co-Founder Anjelo Oky Kurniawan.

Untuk penggunaan, konsumen cukup mendaftar dan memesan kurir logistik yang sesuai melalui situs. Saat ini belum tersedia aplikasi untuk Android maupun iOS, kendati akan diluncurkan di waktu mendatang. Selanjutnya proses penjemputan barang akan dilakukan oleh mitra logistik yang sudah dipilih pengguna. Kiriman dapat dilacak melalui laman Anjelo.

Oky menambahkan, startup besutannya ini juga memberikan berbagai macam pilihan layanan logistik sehingga dapat menjangkau segmen business to business (B2B) maupun customer to customer (C2C). Anjelo dengan fitur yang dimilikinya berharap bisa memberikan efisiensi waktu dan menekan biaya operasional melalui pemilihan jasa logistik yang tepat.

Sebelumnya juga sudah ada beberapa startup serupa. Salah satunya Shipper. Pasca lulus dari program akselerasi Y Combinator mereka bukukan pendanaan tahap awal hingga 70,3 miliar Rupiah.

Dengan model yang lebih terintegrasi dengan platformnya, Bukalapak juga luncurkan BukaSend. Mengagregasi layanan dari mitra logistik yang telah tergabung ke perusahaan untuk memudahkan konsumen melakukan pengiriman dan pemesanan kurir.

Memahami Peluang Pekerjaan “On-Demand” di Era “Gig Economy”

Perkembangan teknologi memunculkan sejumlah fenomena baru, mulai dari perubahan perilaku konsumen, model bisnis, hingga bagaimana sebuah produk dan layanan dipasarkan.

Hal-hal di atas turut memicu istilah baru, yaitu gig economy, yang merujuk pada sebuah tren pergeseran di mana perusahaan lebih memilih memperkerjakan pekerja lepas daripada pekerja tetap.

Bagaimana gig economy dan pekerjaan on-demand saling berkaitan satu sama lain? Dan bagaimana teknologi dapat berperan di era gig economy?

Selengkapnya, simak pembahasan menarik dari Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso di sesi #SelasaStartup berikut ini.

Menciptakan peluang baru di era gig economy

Tanpa kita sadari, sebetulnya kita sudah hidup di era gig economy. Gambarannya, jasa transportasi, makanan dan minuman, tiket perjalanan, hingga berbelanja yang selama ini kita pesan melalui aplikasi adalah penanda bahwa teknologi telah menjadi bagian dari keseharian.

Dengan memahami gig economy, Kurniawan melihat permintaan perusahaan untuk memperkerjakan pekerja lepas semakin besar yang juga diikuti tingginya tren pekerja kekinian karena perkembangan teknologi.

“Justru fenomena ini dapat melahirkan bisnis baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya,” ungkapnya.

Kurniawan mencontohkan bagaimana ia mengembangkan platform pencarian kerja on-demand lewat nama Job2Go. Platform semacam ini dapat menghubungkan perusahaan dengan pencari kerja. Lebih lagi, platform ini dapat meningkatkan kualitas hidup para pekerja.

Di sisi lain, platform pencarian kerja on-demand dapat mengatasi salah satu masalah terbesar di Indonesia, yakni sulitnya mencari kerja yang menyebabkan angka pengangguran masih tinggi.

Menurut kalkulasinya, tercatat ada 100,4 juta orang di Indonesia yang memiliki bayaran atau gaji di bawah standar minimum. Angka tersebut dapat menjadi peluang bagus untuk melahirkan bisnis baru.

Pekerjaan on-demand jadi masa depan milenial

Mengutip ucapan mantan Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri, Kurniawan menyebut bahwa masa depan para pekerja milenial adalah “working without jobs”.

Pekerjaan on-demand akan banyak dicari seiring berkembangnya tren pekerja kekinian. Dari sisi pekerja, ungkap Kurniawan, sebanyak 60 persen menyukai pekerjaan yang fleksibel dan 43 persen mencari pekerjaan yang bervariasi.

Sementara dari sisi perusahaan, sebanyak 40 persen berupaya untuk meningkatkan kepuasan karyawan dan produktivitas dan sebanyak 37 persen menyasar pekerja freelance.

“Pekerja part time itu sekarang sudah menjadi sesuatu yang penting bagi perusahaan karena save money dan efisien. Di sisi lain, fleksibilitas dan keinginan mencari tambahan uang kini menjadi pilihan penting bagi sejumlah orang,” ujarnya.

Menurutnya, bagi negara-negara maju, tren gig economy sangat berkembang karena orang-orangnya memerlukan tambahan pendapatan. Ini yang menjadi  benang merah dari gig economy dengan meningkatnya pekerjaan on-demand.

Teknologi menjadi kunci

Teknologi tetap berperan penting di pada platform gig economy. Dalam menghubungkan perusahaan dengan pencari pekerjaan, teknologi dibutuhkan untuk meminimalisasi gap antara supply dan demand.

Job2Go mengandalkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam mempertemukan perusahaan dengan para pencari kerja.

Data intelligence dapat membantu menyajikan pekerjaan yang tepat. Proses menjadi cepat dan akurat, baik bagi pencari dan pemberi kerja. Yang terpenting adalah teknologi membuat akurasi semakin baik lagi,” paparnya.

Kevin Aluwi dan Ryu Suliawan Ikut Pendanaan Seri A untuk Startup India m.Paani

Dua petinggi Gojek, Co-Founder dan Co-CEO Gojek Kevin Aluwi dan Head of Merchant Gojek Ryu Suliawan, terlibat dalam pendanaan Seri A sebesar $5,5 juta (sekitar 77 miliar Rupiah) untuk platform digitalisasi peritel India m.Paani.

Turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini VC asal Turki AC Ventures, Henkel, Candy Ventures, Suvir Varma (Bain & Company), Chiratae Ventures, dan Blume Ventures.

Dikutip dari ETtech.com, pendanaan akan dipakai untuk pengembangan produk, mengejar pertumbuhan, dan ekspansi wilayah baru.

Kevin Aluwi mengatakan, m.Paani memiliki pemahaman yang mendalam tentang peritel lokal, tercermin dari produk dan strategi mereka untuk menyelesaikan masalah dan aspirasi penggunanya. Menurutnya, model bisnis m.Paani dapat diberdayakan untuk peritel lokal di luar India, terutama di negara berkembang di mana toko-toko kecil masih mendominasi pola konsumsi.

“Kami juga melihat potensi besar bagi mereka untuk memberdayakan peritel lokal di luar India,” terangnya.

m.Paani didirikan lima tahun lalu di Mumbai oleh Akanksha Hazari. Startup ini bergerak di analitik data dan pemasaran yang memungkinkan pengecer lokal untuk go-online, mendigitalkan hubungan dengan konsumen mereka, mengakses data dan insight bisnis, dan mengelola operasi bisnis secara lebih efektif.

“m.Paani menjembatani kesenjangan teknologi untuk memastikan bahwa pengecer lokal kami tidak hanya bertahan tetapi berkembang di India 2.0. Masa depan ritel India harus dikuasai pemain lokal,” katanya.

Tim m.Paani / Inc42
Tim m.Paani / Inc42

Di India, terdapat lebih dari 10 juta toko kelontong (disebut Kirana) berkontribusi lebih dari 85% dari barang-barang konsumen. Sisanya datang dari ritel modern dan online yang bersama-sama menyumbang 10-15%.

Sebagian besar pengguna korporat m.Paani, termasuk Hindustan Unilever, telah menghasilkan permintaan melalui pemasaran berbasis data dan menghubungkan pembeli ke toko menggunakan aplikasi peritel.

Dari hasil riset mereka, sekitar 86% masyarakat India berbelanja melalui Kirana yang hanya berjarak 3-4 km dari rumah. Konsep bisnis m.Paani disebutkan berhasil membuktikan ada monetisasi melalui pelanggan pengecer, memberikan pertumbuhan bisnis lebih dari 25% kepada mitra ritel yang terlibat.

Saat ini, m.Paani memiliki lebih dari 50.000 pengecer dan tujuh juta konsumen di platformnya.

Model bisnis serupa m.Paani juga mulai digarap pemain lokal. Sebut saja Wahyoo, GrabKios, Warung Pintar. Bahkan Bukalapak dan Tokopedia juga sudah terjun ke segmen yang sama. Keterlibatan Gojek, bila membawa m.Paani ke Indonesia, akan meramaikan peta persaingan di vertikal ini.