Melalui Sistem Gamifikasi, Aplikasi Feet’s Ingin Bantu Perusahaan Tingkatkan Produktivitas Karyawan

Peluang bisa ditemukan dari mana saja. Feet’s, sebuah startup asal Malaysia, melihat peluang itu dari aktivitas sehari-hari para karyawan perusahaan.

Beroperasi di Indonesia sejak April 2019, Feet’s baru saja meluncurkan aplikasinya pada Selasa (29/10). Aplikasi Feet’s ini bertujuan membantu perusahaan mengelola keterlibatan karyawan melalui pendekatan gamifikasi.

Head of Project Feet’s William Loh menyebut produk mereka bergerak dari premis bahwa kondisi karyawan dapat menentukan tingkat produktivitas. Dengan demikian, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan menyenangkan jadi hal wajib untuk menyokong kondisi karyawan. Dia juga mengatakan kerap kali ada jarak antara pekerja dengan atasan.

Hal tersebut turut dikemukakan dalam laporan bertajuk “Global Employee Engagement Trends 2018” bahwa hanya 65 persen karyawan di perusahaan Asia Pasifik yang merasa terlibat mendalam dengan perusahaan.

“Kami sangat senang dapat memperkenalkan Feet’s di Indonesia guna membantu perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan mereka, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, menyenangkan, sehat, dan produktif,” ujar William dalam peluncuran Feet’s.

Aplikasi Feet’s memiliki 5 fitur utama. Salah dua di antaranya adalah T’ing yang merupakan kotak saran dan Makan Buddy berfungsi mempertemukan sesama karyawan yang hendak istirahat makan siang.

Melalui sistem gamifikasi, Feet’s memberi poin atas setiap aktivitas karyawan melalui aplikasi ini. Semakin tinggi poin yang terkumpul, semakin besar pula kesempatan seorang karyawan memenangi suatu hadiah berupa potongan harga berbagai macam produk.

Alasan ekspansi ke Indonesia

Dengan 136,18 juta angkatan kerja, Indonesia jelas pasar yang menggiurkan bagi platform seperti Feet’s ini. Termasuk populasi angkatan milenial yang mencapai 39 persen dari total angkatan kerja tadi.

“Memang milenial ini lebih aktif dalam menggunakan mobile, tapi kami fokus ke semua lapisan [usia], tidak hanya milenial saja,” kata Managing Director Feet’s Ellyana Rosaline.

Setelah beberapa bulan beroperasi, Feet’s mengklaim sudah menggaet tiga perusahaan sebagai pelanggan mereka dengan total pengguna sekitar 5000 orang. Salah satu perusahaan yang sudah berlangganan jasa Feet’s adalah Perusahaan Gas Negara (PGN).

Monetisasi bisnis

Menurut Ellyana, arus pendapatan Feet’s hanya terjadi lewat biaya berlangganan. Perusahaan mana pun yang hendak memakai jasa Feet’s akan dikenakan biaya Rp18.000/bulan/orang. Lebih dari itu pihaknya mengaku belum punya cara monetisasi lain.

“Belum ada biaya lain lagi karena itu sudah bundle,” ucap Ellyana singkat.

Dari segi pendanaan, Ellyana menyampaikan pihaknya masih berstatus bootstrap. Kendati begitu, Feet’s berencana melakukan IPO pada tahun depan. Mereka yakin dalam satu tahun ini dapat menggaet lebih banyak perusahaan terutama dari kalangan pemerintah dan konglomerasi.

“Kita approach banyak sekali perusahaan-perusahaan di Indonesia yang butuh engagement mengingat banyaknya milenial di angkatan kerja,” pungkas Ellyana.

Application Information Will Show Up Here

Crewdible Umumkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 21 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform micro-warehousing untuk pedagang online Crewdible hari ini (29/10) mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A senilai $1,5 juta atau setara dengan 21 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Global Founders Capital.

Perolehan ini melanjutkan pendanaan awal yang didapat dari sejumlah angel investor pada September 2018 lalu. Dana modal tambahan ini akan dimanfaatkan untuk memperluas kehadiran layanan di berbagai kota di Indonesia. Selain itu juga meningkatkan kapabilitas sistem untuk memenuhi kebutuhan pasar.

“Kami percaya bahwa Crewdible dapat mempermudah pedagang online dalam melakukan manajemen persediaan, pengemasan, dan logistik; sehingga dapat membantu mereka mengembangkan bisnis tanpa harus berurusan dengan hal-hal ribet yang menghambat laju bisnis,” jelas Partner dari Global Founders Capital Indonesia Melvin Hade.

Crewdible dimulai dari solusi logistik untuk membantu pedagang online dalam mengirimkan barang. Seiring meningkatnya pengguna, platform berevolusi menjadi jaringan pergudangan mikro memanfaatkan ruang kosong seperti rumah, ruko, perkantoran, dan lainnya untuk fulfillment untuk pesanan di e-commerce.

“Dengan sistem yang mumpuni, kami berharap dapat membantu pedagang online dalam perjalanan bisnisnya mulai dari 20 transaksi sampai 100 ribu transaksi per bulannya,” tutur Co-Founder & CTO Crewdible Sony Gultom.

Application Information Will Show Up Here

Paper.id Dapatkan Pendanaan Seri A dari Golden Gate Ventures dan Modalku

Paper.id sebagai startup pengembang SaaS untuk penagihan atau invoicing, hari ini (29/10) mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan detail nilainya, namun dikatakan mencapai puluhan miliar Rupiah. Dana investasi baru ini didapat dari perusahaan fintech Modalku dan Golden Gate Ventures.

Sebelumnya Golden Gate Ventures juga memberikan pendanaan awal untuk Paper.id di awal tahun 2018 lalu. Dengan dana segar yang didapat, startup akan memaksimalkan pengembangan produk dengan fokus membantu jutaan UKM di Indonesia yang masih belum tersentuh layanan digital.

Salah satu fitur yang baru dirilis adalah Paper Finance Solution. Bekerja sama dengan layanan p2p lending Modalku, fitur tersebut menjembatani UKM dengan lembaga keuangan penyalur modal. Kendati bermitra strategis dengan Modalku, Paper.id mengaku akan memperluas kerja sama dengan lebih banyak p2p lending dan institusi keuangan lain, termasuk perbankan.

“Paper Finance Solution ini akan menjadi game changer dalam rangka meningkatkan daya saing UKM di Indonesia maupun luar negeri. Kami membukakan akses pendanaan kepada UKM tepat saat mereka membutuhkan berdasarkan data histori transaksi; dan di sisi lainnya membantu lembaga keuangan dalam memvalidasi serta memantau usaha UKM sehingga pendanaan menjadi tepat guna,” sambut Co-Founder & CEO Paper.id Jeremy Limman.

Sejak diluncurkan pada akhir 2016 oleh Jeremy Limman dan Yosia Sugialam (CTO), Paper.id kini sudah digunakan kurang lebih 100 ribu pelaku usaha, dengan total invoice yang dikelola mencapai sekitar 800 ribu transaksi.

“Kami melihat adanya kesamaan visi antara Modalku dengan Paper.id, kami ingin mendukung UKM untuk berkembang, salah satu caranya dengan memiliki arus kas yang lancar. Model bisnis dari Paper.id juga sejalan dengan salah satu produk Modalku yang berhubungan dengan penggunaan invoice sebagai dokumen utama bagi pengusaha dalam mengajukan pinjaman. Melalui kolaborasi ini, kami berharap bisa menjangkau lebih banyak UKM yang berpotensi untuk mendapatkan akses ke pendanaan tanpa memerlukan agunan,” sambut Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Realisasi Kerja Sama dengan BCA Diundur, Alipay dan WeChat Pay Baru Bisa Hadir di Indonesia Awal 2020

BCA masih merampungkan proses kerja sama dengan Alipay dan WeChat Pay untuk kehadirannya di Indonesia. Diharapkan pada kuartal pertama tahun depan dapat segera dirilis.

Mulanya, perseroan menargetkan kerja sama ini bakal terealisasi pada September 2019. Namun terpaksa harus diundur karena harus memenuhi semua urusan teknis.

“Masih terus kami proses secara teknikal. Kami harapkan awal tahun depan mudah-mudahan kuartal pertama tahun 2020 sudah bisa kerja sama,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan, dalam kerja sama ini perseroan hanya akan menjadi penyedia fasilitas (acquiring), bukan penyelenggara fasilitas (issuing).

BCA akan menyediakan mesin EDC di merchant yang banyak dikunjungi turis Tiongkok, seperti kawasan wisata, untuk bertransaksi dengan Alipay atau WeChat. “Karena mereka sudah terbiasa tidak bawa kartu kredit, hanya bawa ponsel. Jadi nanti bisa pakai mesin EDC kami,” kata Vera.

Selain BCA, kedua pemain uang elektronik raksasa asal Tiongkok ini juga menjajaki kerja sama dengan bank BUKU IV lainnya. Bank tersebut antara lain BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Panin, dan CIMB Niaga.

Ini sesuai dengan ketentuan BI yang menyatakan, setiap Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) harus bekerja sama dengan perusahaan domestik, jika ingin berbisnis di tanah air.

Di samping itu, PJSP asing dan lokal juga harus menyesuaikan layanannya dengan implementasi QRIS sampai akhir tahun ini. Dengan begitu, QRIS bisa diimplementasikan menyeluruh mulai awal tahun depan.

“(Saya dengar) perusahaan asing masih melakukan (pembayaran dengan kode QR). Dalam waktu sampai akhir tahun ini mereka harus ikut QRIS. Kalau ada yang melakukan di luar pakai QRIS, kami tertibkan,” terang kata Deputi Gubernur BI Sugeng.

Bermitra dengan IDI, Alodokter Kini Bisa Keluarkan Poin Satuan Kredit Profesi untuk Dokter

Alodokter, perusahaan rintisan di bidang kesehatan memproklamasikan diri sebagai super app. Mereka secara perlahan mulai menambah kolaborasi bersama berbagai pihak, yang terbaru dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Kemitraan tersebut memungkinkan Alomedika, platform komunitas dokter di Alodokter, bisa mengeluarkan poin Satuan Kredit Profesi (SKP) yang diperlukan untuk memperpanjang izin praktik dokter.

Selain itu, Alomedika juga akan menghadirkan panduan dokter lengkap dan terkini berbasis bukti, serta sarana untuk berbagi pengalaman antar dokter di seluruh Indonesia.

“Dengan kepercayaan yang diberikan oleh IDI, kami optimis dapat membantu para dokter dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Indonesia. Selain itu, kolaborasi ini juga mewujudkan komitmen Alodokter untuk menjadi platform yang memberikan solusi dan dukungan kesehatan terlengkap dan terpercaya di Indonesia,” terang Co-founder & Director Alodokter Suci Arumsari.

Sementara itu, Ketua Umum PB IDI Daeng M. Faqih menyambut baik kerja sama ini. Harapannya dapat membantu IDI dalam memfasilitasi seluruh dokter yang tergabung.

“Kolaborasi ini tentu akan sangat membantu kami dalam memfasilitasi 161 ribu dokter yang tergabung di IDI dan dokter-dokter lainnya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini,” terang Faqih.

Alodokter memiliki visi untuk menjadi sebuah perusahaan yang menyediakan solusi komplit di bidang kesehatan. Kucuran dana segar sebesar 468 miliar Rupiah pada putaran seri C Oktober kemarin akan menjadi “bahan bakar” untuk inovasi selanjutnya. Sekaligus mengukuhkan mereka menjadi salah satu perusahaan rintisan terbesar di sektor kesehatan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Memasuki Tahun Kedua, JogjaBike Mulai Monetisasi Layanan

Memperingati hari jadinya yang pertama, platform bike-sharing JogjaBike perbarui aplikasi. Diumumkan hari Minggu (27/10), saat ini layanan juga sudah dimonetisasi. Pengguna dikenakan biaya Rp5.000,- untuk menggunakan sepeda selama satu jam. Selain itu jumlah sepeda akan ditambah hingga 50 unit.

“Pengisian saldo bisa dilakukan lewat mobile/internet banking, ATM, hingga dompet elektronik seperti Dana dan LinkAja. Pengguna juga bisa menggunakan voucher fisik yang bisa dibeli dari operator JogjaBike,” terang Business Development Speeda Muhammad Reza.

Selain itu, sepeda dan mekanisme peminjaman juga turut diperbarui. Saat ini JogjaBike telah dilengkapi bike-lock yang terintegrasi dengan stasiun sepeda dan aplikasi “Speeda” sebagai anak usaha Gamatechno. Pertamina Foundation turut mendukung inisiatif ini.

“Aplikasi JogjaBike terbaru dilengkapi dengan GPS Tracking yang akan memudahkan pengguna untuk mengetahu rute bersepedanya. Selain itu, operator juga bisa memantau sejauh mana pengguna menggunakan sepedanya,” imbuh Reza.

Pengguna tidak bisa sembarang melakukan pemberhentian perjalanan. Mereka hanya bisa mengakhiri perjalanan di stasiun yang tersedia di sepanjang jalan Malioboro.

General Manager Technology, Business, & Innovation Gamatechno Saga Iqranegara menambahkan, dalam pengembangan platform baru seperti ini perusahaannya sangat menghitung terkait durability. Layanan baru tetap jalan, namun tidak merusak hal-hal lain di sekelilingnya.

Durability yang paling penting, jangan sampai saat menggunakan di perjalanan sepeda malah rusak,” papar Saga.

Di Indonesia, komoditas bike-sharing memang baru menjangkau di area spesifik. Umumnya diimplementasikan di lingkungan khusus, misalnya universitas seperti yang dilakukan Banopolis, Telkomsel dan Huawei tahun lalu; atau di area wisata seperti yang dilakukan JogjaBike atau Gowes di beberapa titik.

Sementara GrabWheels hadir dengan jangkauan akses arena yang lebih luas melalui layanan skuter elektrik, tawarkan model penggunaan yang serupa melalui aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Menyiasati Titik Jenuh Beberapa Sektor Startup Indonesia

Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia kini telah mencapai $40 milliar dan diproyeksikan akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah pengguna internet. Bisnis e-commerce disebut-sebut sebagai penyumbang terbesar, namun di balik kesuksesan beberapa nama di sektor ini, tidak sedikit startup yang tumbang meskipun memiliki dukungan sumber daya dan dana yang cukup.

Isu ini menjadi salah satu yang dibahas dalam acara peresmian lokasi kedua co-working space DreamHub yang bertempat di Atrium Mulia, Jakarta Selatan. Indonesia disebut sedang mengalami titik jenuh, di beberapa sektor, terutama e-commerce.

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari menyampaikan, “Satu hal terpenting, startup yang dapat survive adalah startup yang memberi solusi atas suatu permasalahan dan fokus pada profit.”

Dalam mewujudkan hal ini, pelaku industri harus didukung iklim yang kondusif untuk bisa mewadahi pemikiran-pemikiran kreatif mereka agar tidak terbengkalai di masyarakat.

Kolaborasi untuk mencapai solusi

Saat ini, kehadiran para pemain e-commerce telah memberikan solusi bagi masyarakat dalam efisiensi berbelanja, yaitu secara online. Namun, seiring dengan terciptanya animo masyarakat untuk berbelanja online, muncul permasalahan-permasalahan baru yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh sektor e-commerce sendiri, misalnya sisi pembayaran dan logistik. Hal ini menciptakan peluang bagi pelaku industri untuk melahirkan inovasi baru atau berkolaborasi demi menyelesaikan permasalahan tersebut.

Menurut Gondang Prabowo, Head of Growth The Fit Company Group, semakin banyaknya startup yg hadir sebenarnya bukan malah menimbulkan titik jenuh, melainkan mendorong kompetisi yang semakin ketat. Pihaknya sendiri mengaku sedang menggalakkan kolaborasi demi mencapai solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

“Kita juga harus kritis dalam melihat produk kita sendiri. Banyak startup yang merasa produknya sudah bisa diterima pasar lalu semata-mata puas dan tidak mencoba kritis,” tambahnya.

Mencari celah di industri

Dari sisi investor, perusahaan modal ventura yang fokus pada pendanaan startup tahap awal, Venturra Discovery, melihat sudah terlalu banyak bisnis e-commerce yang menggarap pasar horizontal. Saat ini, pihaknya mengaku sedang fokus mendukung bisnis e-commerce vertikal tertentu, seperti Sociolla (kosmetik) dan Fabelio (furnitur).

Selain itu, masih ada potensi bisnis yang masih bisa digarap. Hari menyebutkan, beberapa sektor yang masih memiliki banyak ruang untuk diisi, contohnya agrikultur, perikanan, dan edukasi.

“Karena untuk membangun industri, kita butuh skill bukan cuma knowledge. Kita sedang dalam tahap darurat talenta. Sementara tingkat kepercayaan pengguna semakin tinggi, pendanaan mulai masuk, infrastruktur juga sudah terbangun, salah satu yang penting dan belum terpenuhi adalah talenta.” tuturnya.

BRI Jajaki Potensi Investasi ke Traveloka

Sumber kami mengonfirmasi BRI memang sedang menjajaki investasi atau berbagai peluang lain ke Traveloka, namun belum ada keputusan final. Penjajakan ini dimulai dari tersedianya top up Brizzi, peluncuran kartu kredit PayLater, yang berlanjut pada potensi investasi.

Wacana ini diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso, kemarin (24/10). Dia menyebut perseroan mempertimbangkan untuk menyuntik modal ke Traveloka. Ada beberapa opsi yang bakal dilakukan, kerja sama operasi, titip jual produk BRI di aplikasinya, atau ikut ambil kepemilikan saham.

“Nanti kami pilih opsi yang paling optimal, kalau ketiganya optimal, ya kami lakukan semua,” terang Sunarso seperti dikutip dari Kontan.

Tidak dijelaskan berapa nominal yang disiapkan BRI untuk investasi ke Traveloka. Bisa jadi berasal dari alokasi dana tahunan sebesar Rp5 triliun untuk menggelar aksi korporasi.

“Setiap tahun kami mencadangkan dana hingga Rp5 triliun untuk aksi korporasi. Namun apakah dana tersebut akan disalurkan ke satu target (perusahaan) atau ke beberapa (perusahaan) nanti kita lihat.”

Di luar wacana ini, ambisi yang ingin dicapai BRI adalah menjadi perbankan yang kuat di kredit mikro yang dapat melayani rakyat sebanyak mungkin dengan harga semurah mungkin.

Sebelumnya, ada wacana untuk membuat perusahaan fintech di bidang kredit, tabungan, hingga pembayaran. Namun bentuk konkretnya masih dipikirkan, entah ditempatkan di anak perusahaan, memiliki sendiri, atau kolaborasi.

BRI sendiri telah mengumumkan pendirian BRI Ventures yang mengelola dana senilai $250 juta (setara Rp3,5 triliun) untuk startup fintech late stage atau Seri A ke atas. BRI Ventures dipimpin oleh Nicko Widjaja.

Aplikasi Pesan Kiwari Chat Berganti Identitas Jadi ChatAja

Beberapa waktu lalu DailySocial memuat berita mengenai layanan pesan instan Kiwari Chat. Aplikasi yang mengandalkan SDK Qiscus itu kini berganti nama menjadi ChatAja.

Aplikasi Kiwari di Google Playstore resmi diganti, domain Kiwari.chat pun tak bisa lagi diakses dan berganti jadi ChatAja.co.id. Baik nama, logo, maupun tone warna yang digunakan mengingatkan saya kepada aplikasi e-money hasil kolaborasi BUMN, LinkAja.

Sejauh ini belum ada informasi lebih jauh dari pihak Kiwari terkait rebranding ini. Namun beberapa informasi di situs resminya, diperkuat dengan pengirim OTP password ketika melakukan pendaftaran atau login melalui web, mencerminkan bahwa ChatAja saat ini berada di bawah naungan Telkom.

Dari segi fitur, tidak banyak yang berubah dari yang ada di Kiwari Chat. Mengandalkan tampilan yang sederhana, kini warnanya didominasi putih dengan aksen merah. Masih ada fitur panggilan suara, video, dan fitur lainnya yang khas dengan aplikasi pesan instan.

ChatAja juga menyediakan beberapa bot untuk memudahkan penggunanya mendapat informasi. Selain itu ChatAja juga memiliki ChatBot Builder, serupa dengan BotFather milik Telegram. Sebuah akun yang membantu pengguna untuk membuat chatbot mereka sendiri.

Di laman resminya mereka memperkenalkan diri sebagai aplikasi yang berusaha menjaga kedaulatan data penggunanya.

“Kami ingin menjaga kedaulatan data komunikasi secara digital melalui aplikasi Instant Messaging milik Indonesia karena tidak ada jaminan bahwa data ketika kita berkomunikasi menggunakan Instant Messaging yang tersimpan di luar Indonesia aman dan terjaga,” ungkap tulisan di laman Tentang ChatAja.

Sejak awal Kiwari hadir sebagai aplikasi lokal yang mengusung keamanan data. Selain semua pesan yang tersimpan di Indonesia mereka juga menyediakan enkripsi end-to-end untuk memastikan keamanan data dan rekam percakapan pengguna mereka.

Application Information Will Show Up Here

Dua Tahun Berselang, OLX Kembali Tampil dengan Wajah Baru

OLX Indonesia kembali meluncurkan desain baru untuk platform mereka, termasuk logo baru perusahaan. Ini merupakan kedua kalinya situs jual beli tersebut tampil dengan wajah baru dalam dua tahun terakhir.

“Bagi kami ini adalah proses berkelanjutan, kami enggak akan berhenti (berinovasi) dan akan terus improve bagaimana caranya memberikan yang terbaik untuk pengguna. Kalau jawabannya ganti platform, kita akan ganti platform,” ujar Presiden Direktur OLX Indonesia Johan Nel.

Selain wajah baru aplikasi dan situs web mereka, OLX menghadirkan sejumlah fitur anyar bagi penggunanya. Di antaranya opsi menyembunyikan nomor telepon untuk penjual, voice chat untuk mempermudah percakapan penjual-pembeli, hingga memperbanyak slot foto produk menjadi 20 buah.

Tampilan dan sejumlah fitur anyar itu sejatinya sudah bergulir ke pengguna secara bertahap sejak Agustus 2019 lalu.

“Kami juga mengharuskan calon pembeli untuk login sebelum memakai fitur chat,” ucap Director of Growth & Partnership OLX Indonesia Agung Iskandar.

GMV capai 49 triliun Rupiah

Beroperasi sejak 2007, OLX yang dulunya bernama Tokobagus ini sekarang punya sekitar 3,9 juta iklan baru tiap bulan, 700 ribu penjual, 3,6 juta pembeli aktif, dan rata-rata pengunjung mencapai 20 juta per bulan. Agung menegaskan bahwa platform mereka masih menjadi rujukan bagi penjual pribadi, untuk menjual barang bekas yang sudah tak terpakai.

Produk elektronik, otomotif, dan properti masih jadi tiga kategori favorit di OLX. Agung pun dengan percaya diri mengatakan Gross Merhandise Value (GMV) mereka telah mencapai 49 triliun Rupiah per bulan. Kategori properti menyumbang 29 triliun Rupiah dari raihan tersebut.

“Dalam sebulan kurang lebih nilai transaksi di OLX sekitar 49 triliun Rupiah, itu hasil gabungan semua kategori,” tutur Agung.

Pertimbangkan opsi pembayaran digital

OLX mengaku tak punya target angka untuk bisnis mereka. Mereka mengklaim memakai kepuasan konsumen sebagai indikator kesuksesan.

Salah satu rencana untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan menghadirkan fitur pembayaran digital. Agung mengakui pihaknya sedang mempertimbangkan hal itu. Namun sejumlah alasan membuat mereka tak ingin terburu-buru memutuskan apakah segera membawa opsi pembayaran digital atau tidak.

“Kita sedang studi lebih dalam ke user kita apakah itu sesuatu yang perlu atau sekadar nice to have saja. Karena kita tahu perbedaan terbesarnya adalah kita (menjual) barang-barang bekas. Kedua, barang-barang kita bernilai besar seperti mobil, properti, dan furnitur,” jelas Agung.

Kendati demikian, Agung menyebut pihaknya masih menjalankan sejumlah studi sehingga ia tak bisa memastikan kapan opsi pembayaran digital dapat diimplementasi di platform mereka.

Sejak berdiri pada 2006, OLX dikenal sebagai platform iklan baris terbesar di Indonesia. Tampilan baru ini menjadi yang kedua kali dilakukan oleh OLX dalam dua tahun terakhir. Tampilan baru kali ini meliputi logo baru, antarmuka baru, dan sejumlah fitur anyar.

Application Information Will Show Up Here