Grab Gelar Thinkubator Conference dan Startup Competition

Upaya Grab mencetak startup berkualitas di Indonesia ditunjukkan dengan peluncuran Thinkubator Conference dan Startup Competition. Didukung lima Kementerian dan Badan Pemerintahan (Kemenko Maritim, KSP, Kemkominfo, BKPM, dan Bekraf), Thinkubator berupaya meningkatkan inovasi dan pengembangan bakat teknologi informasi di Indonesia, termasuk di sektor logistik atau transportasi, pertanian atau lingkungan, pendidikan, dan kesehatan.

Sebanyak 1165 startup disebut telah mendaftar dalam program ini dengan tim yang tidak hanya berasal dari kota-kota besar, tetapi juga dari wilayah Timur Indonesia dan berbagai provinsi lainnya. Dari jumlah tersebut, 150 startup telah terpilih dan bergabung dalam konferensi, workshop, dan sesi networking. 75 finalis berasal dari luar Jabodetabek, 17 berasal dari luar Jawa, dan 35 tim memiliki co-founder perempuan.

Nantinya enam finalis akan dipilih untuk pitching ide bisnis mereka di depan panel yang terdiri dari William Tanuwijaya (Tokopedia), Friderica Widyasari Dewi (Direktur Eksekutif KSEI) dan Chairul Tanjung (Chairman CT Corp). Para finalis Thinkubator akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendanaan dengan total Rp3 miliar, termasuk akses ke Microsoft Azure untuk mengembangkan bisnis mereka.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, “Kami sangat bangga untuk menghadirkan program Thinkubator yang pertama di Indonesia. Program ini menjadi bukti kolaborasi kuat kami dengan pemerintah Indonesia untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan startup dan teknologi di Indonesia.”

“Kami sangat senang dapat melihat banyak startup yang membawa misi sosial, yang sejalan dengan perjalanan Grab di Indonesia untuk juga membantu berbagai isu sosial. Kami berharap dapat menemukan startup Indonesia selanjutnya yang akan menyandang status decacorn,” lanjutnya.

Batch kedua Grab Ventures Velocity

Setelah mengumumkan lima startup terpilih batch pertama yang berhak mengikuti program selama 16 minggu dalam program Velocity — akselerator startup Asia Tenggara yang diinisiasi Grab Ventures — Grab Ventures Velocity (GVV) kembali membuka pendaftaran untuk batch kedua. GVV, program yang khusus bertujuan untuk mendukung startup yang sedang berkembang lebih lanjut (scale up) dan berstatus post seed, menawarkan platform untuk menguji dan mengomersialkan solusi peserta dengan basis pelanggan Grab.

Tiga dari lima alumnus batch pertama adalah startup Indonesia atau memiliki bisnis di Indonesia yaitu Sejasa, Minutes, dan BookMyShow. Dua startup lainnya adalah Tueetor dan Helpling dari Singapura. Lima startup terpilih akan mendapatkan mitra dan akses secara regional. Grab juga mendukung pertumbuhan startup terpilih dalam bentuk kegiatan pemasaran.

Application Information Will Show Up Here

Facebook Konfirmasi Pengunduran Diri Country Director Indonesia Sri Widowati

Pertama kali diberitakan oleh Kumparan, Facebook Indonesia telah mengonfirmasi pengunduran Country Director Sri Widowati dari posisi yang sudah diemban selama tiga tahun terakhir. Belum ada informasi siapa penggantinya dan ke mana Wido, panggilan akrabnya, akan berlabuh.

Kepada DailySocial, juru bicara Facebook menyatakan, “Wido telah memutuskan untuk mengembangkan kariernya di luar Facebook. Kami berterima kasih atas dampak positif yang telah Wido berikan selama tiga tahun terakhir dalam membantu menjalankan program-program Facebook di Indonesia dan kami berharap agar kesuksesan selalu menyertai langkah Wido ke depannya.”

Sebelum menjadi nahkoda Facebook di Indonesia, Wido lama berkecimpung di dunia FMCG, khususnya di industri kecantikan.

Selama menjabat sebagai Country Director, Wido melakukan supervisi terhadap penanggulangan penyebaran hoax di platform media sosial tersebut, termasuk menggandeng Tirto.id untuk program third party fact checker.

BCA Resmikan Coworking Space dan Program Akselerator “Synrgy” Bersama Digitaraya

BCA meresmikan co-working space dan program akselerator startup fintech “Synrgy” yang berlokasi di Manhattan Square, Jakarta, dalam rangka memajukan ranah digitalisasi di Indonesia. Akselerator Digitaraya dan Kumpul bergabung sebagai mitra mendukung program tersebut.

Peluncuran program ini turut dihadiri jajaran direksi dari BCA, Capital Central Ventura, dan Digitaraya. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menerangkan pihaknya membuat inisiasi ini untuk menjawab tren yang terjadi saat ini. Geliat digitalisasi membuat startup menawarkan solusi kreatif dalam menjawab masalah.

“Latar belakang inilah yang mendorong kami untuk turut mendukung dengan satu wadah bernama Synrgy,” terang Jahja dalam keterangan resmi, Rabu (27/3).

Synrgy merupakan wadah kolaborasi dan akselerator untuk komunitas startup dalam rangka dorong pertumbuhan dan inovasi di dunia digital, sekaligus sebuah innovation hub dengan program terbaik yang disiapkan untuk membantu startup mengembangkan bisnis dengan lebih cepat.

Startup yang berkesempatan bergabung di Synrgy akan mendapat akses ke program-program tersebut, salah satunya program akselerator yang dijalankan Digitaraya dengan dukungan Google Developers Launchpad.

Program akselerator ini dijalankan selama tiga bulan dengan setiap bulan akan diadakan bootcamp yang intens mendukung produk dan pengembangan bisnis startup. Bulan pertama startup akan melewati proses diagnostik, leaders lab, dan design sprint.

Bulan kedua, startup akan mitigasi membuat partnership yang sukses dan pemaparan regulasi industri keuangan di Indonesia. Termasuk agenda konsultasi legal dan product mentorship.

Demo day diadakan di bulan ketiga. Saat itu para startup mempresentasikan produknya di depan jajaran investor dan pihak BCA. Di akhir periode, akan ada pemilihan startup untuk partnership dengan BCA ataupun investasi dari para investor lain yang turut hadir.

Synrgy juga akan menghubungkan startup dengan mentor kompeten, termasuk dari Google, untuk konsultasi one on one dengan mentor, membuka akses ke para investor, dan dengan BCA.

“Dengan menggabungkan kekuatan Google Developers Launchpad kami akan menawarkan dukungan yang tidak tertandingi untuk startup Synrgy terpilih,” tambah VP Strategy Digitaraya Nicole Yap.

Pendaftaran untuk program akselerator Synrgy telah dibuka di situs resminya dan akan ditutup pada 17 Mei 2019. Disebutkan pada batch pertama ini, BCA akan memilih delapan startup fintech terpilih dengan ide dan inovasi mulai dari big data, digital payments, cybersecurity, blockchain, IoT, dan lainnya yang bertujuan untuk memajukan fintech.

Sebelumnya, sejumlah perbankan juga mulai terjun ke program sejenis, seperti Bank Mandiri (lewat Mandiri Capital Indonesia) menyelenggarakan Mandiri Digital Incubator dan Bank Bukopin membuat program BNVLabs bersama Kibar.

KoinWorks Segera Akuisisi Pengembang Piranti Lunak untuk R&D di Yogyakarta

KoinWorks mengumumkan rencana akuisisi software development house di Yogyakarta sebagai pusat research and development (R&D) dan pengembangan lebih lanjut fitur-fitur yang sudah ada. Tidak disebutkan nama perusahaan tersebut, namun dipastikan sudah tahap deal.

Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono menjelaskan langkah ini adalah bagian investasi besar-besaran perusahaan pasca perolehan pendanaan seri A+ dari Quona Capital awal tahun ini.

“Tahun ini kita akan investasi besar-besaran, mau perluas ekspansi bisnis makanya perlu tambah scope aktivitas. Sistem back end mau diperkuat, lebih diotomasi sehingga bisa lebih efisien dan punya kontrol yang bagus. Aplikasi mau di-redesign UI/UX-nya,” ujar Benedicto, Rabu (27/3).

Seluruh aktivitas baru ini diharapkan mendukung perusahaan untuk menembus target penyaluran dana sepanjang tahun ini di angka Rp2,2 triliun. Di awal operasinya, KoinWorks tergolong cukup konservatif karena industri p2p lending masih terbilang baru di Indonesia.

Total penyaluran secara akumulatif di KoinWorks sejak Oktober 2016 sampai Maret 2019 mencapai Rp900 miliar dengan NPL 0,44%. Benedicto menyebut secara rerata perusahaan menyalurkan sekitar Rp150 miliar per bulannya.

“Per bulannya secara bisnis keseluruhan kita tumbuh 15%-30%. Lebih dari 90% dikontribusikan dari penyaluran Koin Bisnis. Untuk Koin Pintar masih cukup kecil.”

Koin Bisnis adalah produk utama KoinWorks yang bersifat pinjaman produktif untuk pelaku UKM yang punya toko online, karyawan, supply chain, dan pinjaman bisnis. Nominalnya mulai dari Rp5 juta sampai Rp2 miliar. Suku bunga disesuaikan dengan skor yang diukur berdasarkan tingkat risikonya. Kisarannya dimulai dari 9%-20% per tahun.

Dalam rangka perluas bisnis Koin Bisnis, perusahaan sedang menguji coba penyaluran pinjaman untuk industri pariwisata. Saat ini, KoinWorks memilih pelaku UKM yang bergerak di bidang akomodasi pariwisata. Segmen usaha lainnya akan diseleksi terlebih dahulu karena belum tentu cocok dengan preferensi perusahaan.

“Kami terinspirasi dari dorongan Pak Presiden Jokowi. Industri pariwisata ini luas segmennya, enggak hanya soal penerbangan, hotel, atau rekreasi saja. Kami masih uji coba segmen ini untuk pelaku UKM yang bergerak di akomodasi yang ada di Jawa.”

Produk lainnya yang dimiliki KoinWorks ada Koin Pintar (untuk pendidikan) dan Koin Sehat. Menurut Benedicto, untuk rentang waktu tertentu, Koin Sehat belum akan dikembangkan lebih lanjut karena dianggap kurang memiliki potensi yang signifikan ke depannya.

“Bukan ditutup, tapi kita memutuskan untuk enggak dipasarkan. Keputusannya karena kami lihat potensi bisnis yang besarnya di mana, lalu pusatkan resource kita untuk dikembangkan.”

KoinWorks memiliki enam ribu peminjam, sekitar 50%-60% di antaranya adalah peminjam aktif. Jumlah pemberi dana kini mencapai 120 ribu orang dan terdapat lima peminjam institusi keuangan, baik dari dalam dan luar negeri.

“Targetnya tahun ini kami mau ada 500 ribu pemberi dana bergabung di KoinWorks. Di samping itu jumlah institusinya mau ditambah karena yang terpenting adalah re-balancing. Enggak targetin juga ada mau ada berapa yang penting harus ada value buat kedua belah pihak,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

TrueMoney Perlebar Cakupan Layanan Remitansi ke Luar Negeri

TrueMoney memperlebar cakupan layanan remitansi ke luar negeri dengan menyasar lima negara, yakni Malaysia, Singapura, Filipina, Nigeria, dan Pantai Gading. Dalam waktu dekat layanan ini akan diresmikan.

Direktur True Money Indonesia Rio da Cunha menjelaskan, pengiriman uang lintas negara ini baru diluncurkan pekan lalu, sehingga belum ada data yang bisa dipaparkan. Perusahaan bekerja sama dengan mitra remitansi yang memiliki izin dan jaringan di luar negeri.

Bicara potensi pasar, menurut Bank Indonesia, pengiriman uang dari luar ke Indonesia (inbound) masih dominan. Namun, untuk pengiriman sebaliknya dari Indonesia ke luar baru 10% dari total inbound. Artinya, di segmen ini masih banyak pasar yang belum dilayani oleh perbankan.

Perusahaan memilih lima negara ini karena secara potensi pasar banyak orang dari kelima negara tersebut yang datang ke Indonesia. Berikutnya setelah momen Lebaran, perusahaan siap membidik layanan remitansi ke negara selanjutnya yakni Tiongkok, Australia, dan Timur Tengah.

Value proposition yang kita tawarkan adalah kemudahannya karena alternatif pengiriman uang ke luar negeri itu biasanya repot dan harus antre. Sedangkan lewat TrueMoney cukup unduh aplikasi dan daftar, selama ada saldo bisa kirim uang lewat aplikasi, tunai, atau langsung ke rekening bank di negara tujuan,” terang Rio, kemarin (26/3).

Setelah pengguna selesai mengirim uang lewat aplikasi, maka akan keluar pemberitahuan mengenai transaksi mulai dari identitas penerima, jumlah transfer dana, hingga nilai tukar mata uangnya. Setiap pengiriman uang akan dikenakan biaya administrasi yang besarannya tergantung negara tujuan. Angkanya ada di rentang Rp50 ribu per transaksi.

Sebelumnya, TrueMoney merilis remitansi khusus untuk Indonesia saja bekerja sama dengan Alfamart tanpa rekening bank. Pengirim hanya perlu membawa identitas diri dan mengisi formulir untuk pengiriman atau pencairan uang. Biaya pengirimannya mulai dari Rp15 ribu sampai Rp25 ribu untuk nominal dana maksimal Rp5 juta.

Rio menyatakan pelebaran layanan remitansi ini dapat mendorong kinerja perusahaan dari segi transaksi. Perusahaan menargetkan ada 50 juta volume transaksi pada tahun ini dengan nominal Rp5 triliun. Diklaim hinggga Februari 2019, target bulanan volume transaksi sudah tercapai. Penopangnya didominasi dari pengiriman uang antar pengguna TrueMoney dan ke bank.

Menurutnya, perusahaan memiliki 16 ribu agen di seluruh Indonesia yang memiliki toko fisik, 70% diantaranya adalah toko kelontong. Terdapat pula 27 ribu agen individu seperti dari kalangan ibu rumah tangga. Adapun jumlah pengguna aktif TrueMoney ada lebih dari 500 ribu orang.

TrueMoney memiliki dua izin lisensi dari Bank Indonesia yakni lisensi e-money dan remitansi. Dua bisnis ini akan menjadi fokus pengembangan produk perusahaan lainnya sepanjang tahun lewat kemitraan bersama berbagai pihak. Yang terbaru adalah kemitraan dengan EmasDigi untuk melayani pembelian emas online mulai dari 0,1 gram.

Application Information Will Show Up Here

Pegadaian Segera Rilis “Gadai on Demand”

Pegadaian segera merilis layanan Gadai on Demand untuk masyarakat yang ingin lebih mudah mengakses layanan perseroan. Inovasi ini adalah komitmen lanjutan perseroan dalam menyambut era teknologi.

“Itu rencana launching-nya tanggal 7 April di acara anniversary kita. Ya, kerja sama dengan ojol (aplikasi transportasi on demand), tapi belum bisa dikasih tahu. Tapi pasti enggak akan jauh dari dua nama itu (Grab atau Gojek –red),” terang Direktur TI & Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono kepada DailySocial.

Konsep layanan ini adalah membantu konsumen yang ingin menggadaikan cincin atau perhiasan lainnya, tapi tidak punya waktu untuk datang ke Pegadaian. Perseroan bekerja sama dengan pemain aplikasi transportasi on demand untuk menjemputnya. Dana tinggal transfer ke rekening konsumen.

Untuk menjamin keamanan barang sampai ke lokasi Pegadaian terdekat, ada asuransi yang sudah dilekatkan ke barang tersebut. Proses verifikasi dari nasabah ke mitra pengemudi, serta dari mitra pengemudi ke pihak Pegadaian juga dikembangkan.

Inisiasi digital lainnya juga bakal digencarkan perseroan pada tahun ini. Aplikasi Pegadaian Digital, terutama untuk produk tabungan emas, siap disempurnakan agar fiturnya semakin kaya dan seluruh transaksi tuntas tanpa konsumen harus keluar dari aplikasi.

“Kami bertekad pada usia ke-118 Pegadaian akan semakin ‘muda’ dan akan banyak produk berbasis teknologi yang akan kami kembangkan,” terang Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto.

Tahun ini Pegadaian mengalokasikan anggaran belanja modal (capex) senilai Rp500 miliar untuk menggenjot laba lewat channel bisnis digital. Tercatat, tahun lalu perseroan mencetak laba Rp2,77 triliun, naik 10,4% karena didukung produk inovatif digital yang sudah diluncurkan.

Selain merilis gadai on demand, Pegadaian juga bekerja sama dengan sejumlah perusahaan teknologi lainnya. Sebut saja ada Dana, Linkaja, dan Tokopedia untuk jual beli emas online “Tokopedia Emas.

Bersama Dana, gerai Pegadaian kini bisa menerima top up saldo dengan minimal Rp50 ribu dan tarik saldo. Tak hanya itu, Dana akan jadi platform pembayaran yang menampung dana UMi dari pemerintah sebelum disalurkan ke penerima dana.

Aplikasi Dana juga bakal disiapkan untuk menerima pembayaran cicilan gadai di Pegadaian. Aplikasi Pegadaian pun akan terintegrasi dengan sistem Dana.

“Pegadaian terbuka untuk seluruh mitra bisnis dan payment sepanjang win win, termasuk e-wallet Linkaja, Dana, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan layanan kepada nasabah, terutama untuk meningkatkan layanan non cash agar memudahkan layanan digital kami,” pungkas Teguh.

Application Information Will Show Up Here

Garap Pasar Filipina, Passpod Buat “Joint Venture” Bareng Weepay

Passpod (mengumumkan pembentukan joint venture dengan perusahaan pembayaran Filipina Weepay. Kemitraan untuk menjadi langkah strategis Passpod memasuki pasar negara tersebut.

Tetap mengusung brand Passpod dan bakal beroperasi bulan Mei 2019, diharapkan layanan ini dapat menjangkau outbound traveler Filipina yang potensinya disebut mencapai 4,3 juta perjalanan di tahun 2021 menurut laporan Mastercard’s Future of Outbound Travel in Asia Pacific (2016-2021).

Ini adalah langkah ekspansi regional kedua penyedia perangkat mobile Wi-Fi ini pasca perolehan dana segar melalui IPO. Sebelumnya CEO Hiro Whardana mengonfirmasi bahwa mereka telah membuka kantor di Singapura. Passpod sendiri berencana ekspansi ke lima negara tahun ini.

“Kami sangat senang menyambut kerja sama dalam bentuk joint venture dengan Weepay yang namanya sudah sangat populer di Filipina dalam bidang jasa pembayaran. Hal ini akan memudahkan Passpod untuk menggarap potensi pasar outbound traveler di Filipina yang jumlahnya terus mengalami pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun,” ujar Hiro.

Filipina termasuk menjadi negara tujuan ekspansi banyak startup Indonesia karena kemiripan pasarnya. Sebelumnya Gojek juga telah mengakuisisi startup pembayaran Filipina Coins.ph, meskipun operasional layanan on-demand-nya masih terganjal otoritas transportasi setempat.

Tentang pemilihan Filipina sebagai negara tujuan ekspansi, Hiro menyebutkan, “Penggunaan internet untuk kebutuhan data juga tinggi, bahkan lebih tinggi dari Indonesia. Selain itu, awareness mereka untuk bepergian ke luar negeri juga cukup tinggi.”

Application Information Will Show Up Here

Situs Agregator Produk Keuangan GoBear Resmikan Kehadiran di Indonesia

Saat ini mendapatkan informasi memang sudah mudah, tapi tidak untuk produk keuangan. Tak hanya mengandalkan akses online saja, produk keuangan perlu mudah dipahami dan bisa dibandingkan antara satu pemain dengan lainnya karena berkaitan dengan kebutuhan tiap orang yang berbeda. Dalam mengatasi masalah tersebut, GoBear meresmikan kehadirannya di Indonesia.

GoBear adalah startup fintech yang bergerak di agregator produk keuangan sejak 2015 di Singapura. Sebenarnya, situs GoBear untuk melayani pasar Indonesia sudah siap sejak Agustus 2018. Namun baru diisi dengan mitra bank dan non bank pada Februari 2019.

CEO GoBear Adrian Chng menjelaskan, GoBear dapat menjadi jembatan buat para pengguna untuk memperbaiki kondisi keuangan mereka. Sebab di dalam situs GoBear, selain mengakses produk keuangan, pengguna dapat mengenali profil dan risiko keuangannya.

“Visi dari GoBear adalah menawarkan kesehatan keuangan konsumen karena produk yang ditawarkan melalui kami sudah disesuaikan dengan penilaian dan risiko dari penggunanya itu sendiri,” terangnya, Selasa (26/3).

Country Director GoBear Indonesia Tris Rasika menambahkan, profiling ini menjadi diferensasi utama antara perusahaan dengan pemain sejenis. GoBear meminta pengguna untuk mengisi data, seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, demografi. Kemudian secara sistem akan mencocokkan dengan produk keuangan dari bank dan non bank yang sudah bermitra dengan GoBear.

Pada tahap awal, GoBear baru menyediakan produk pinjaman tanpa agunan (KTA), kartu kredit, asuransi perjalanan, dan asuransi mobil. Beberapa mitranya adalah Bank Mandiri, Bank Danamon, BCA, BNI, CIMB Niaga, Tokio Marine, Asuransi Simasnet, Avrist, Asuransi Adira, dan masih banyak lagi.

“Tahun ini kita mau tambah produk asuransi kesehatan di Juli nanti. Kita juga mau tambah mitra dari institusi keuangan supaya pengguna yang mencari produk keuangan bisa terakomodir dengan baik. Sebab komitmen kita masuk ke sini karena buat jangka panjang,” katanya.

Dari sisi pengembangan teknologi, sambungnya, ke depannya perusahaan akan menyediakan layanan yang secara end-to-end seperti apa yang sudah terjadi di Vietnam. Di sana, ketika pengguna mengajukan aplikasi suatu produk bank, sudah sepenuhnya tanpa kertas dan bersifat online.

Beda halnya di Indonesia yang masih memerlukan proses verifikasi via telepon oleh pihak bank. Pengguna juga perlu mengisi formulir secara fisik, tentunya memakan waktu dan biaya.

“Di Indonesia, teknologi yang kami berikan itu sifatnya masih standar dulu. Butuh proses juga karena machine learning yang kami miliki itu masih terbatas data-data yang sudah dihimpun.”

Diklaim situs GoBear telah dikunjungi lebih dari 500 ribu kali. Secara global, GoBear dikunjungi lebih dari 40 juta orang, dengan persentase 51% adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Produk yang tersedia di GoBear mencapai 1.500 dari 90 mitra institusi keuangan.

Selain di Singapura dan Indonesia, GoBear telah beroperasi di tujuh negara, termasuk Hong Kong, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Kehadiran GoBear meramaikan pasar agregator produk keuangan di Indonesia. Pemain yang sebelumnya sudah lebih dahulu beroperasi adalah CekAja, Cermati, KreditGoGo, HaloMoney dan lainnya. Menurut data OJK, segmen ini baru diisi oleh 9% dari total pemain fintech di seluruh Indonesia yang berjumlah 229 perusahaan.

Klarifikasi CEO Angon.id terhadap Isu Kisruh Dana Publik

Sebagai tanggapan terhadap pemberitaan DailySocial yang berjudul “Kisruh Startup Investasi Budidaya Angon.id“, Co-Founder & CEO Agif Arianto menghubungi DailySocial untuk memberikan klarifikasi. Sebagai bagian dari hak jawab, berikut ini adalah penjelasan menurut sisi Angon.id.

Kondisi yang terjadi

Agif menceritakan adanya gagal panen yang dialami pemilik ternak online (disebut member Angon) dan direalisasikan menjadi kerugian. Ia mengklaim hal ini bukan karena Angon melakukan penipuan ataupun salah melakukan pengelolaan uang member.

Diklaim ada oknum peternak wanprestasi (belantik yang mengaku jadi peternak) yang mengakibatkan ternak mengalami masalah dalam pertumbuhan bobot. Kondisi tersebut diperparah adanya penurunan harga jual ternak di pasar.

Agif mengatakan, “Ternak yang telah dibeli oleh member dan rugi sudah menjadi risiko member. Namun karena tipe member Angon berbeda-beda, beragam pula kondisi member Angon dalam menyikapi kejadian ini.”

“Yang paling ekstrem adalah CS Angon sempat ada yang mau bunuh diri akibat tekanan dari beberapa member yang mengalami gagal panen, bahkan rumah mertua saya pun diancam mau dibakar, menelpon dengan kata makian yang sama sekali tidak mau tahu tentang risiko kerugian yang sedang dialaminya dan sama sekali tidak mau memahami penjelasan kami tentang bahwa Angon itu bukan lembaga keuangan atau manajer investasi atau crowdfunding yang mengumpulkan dana masyarakat kemudian menyalurkan pembiayaan kepada peternak,” ujarnya.

Agif melanjutkan, “Platform Angon merupakan marketplace yang coba mendigitalkan proses bisnis beternak. Mitra peternak rakyat itu layaknya pet shop, tempat penitipan hewan ternak saja tanpa bagi hasil. Jika untung 100% hasil diambil oleh member, begitu juga saat rugi 100% ditanggung member, karena member memilih sendiri ternaknya dan lokasi ternaknya. Setelah member membeli ternak di aplikasi Angon, member bisa langsung mengambil ternaknya. Intinya risiko dalam beternak online sama seperti beternak offline. Member perlu bijak dalam menyikapinya.”

Terkait isu Angon membeli kantor di kawasan mewah Semarang juga diklarifikasi tidak benar oleh Agif. Status kantor Angon di Semarang itu sewa bulanan, layaknya sebuah coworking space.

Pengembalian dana

Untuk menyelesaikan masalah gagal panen member, tim Angon mengklaim telah berkomunikasi langsung kepada member secara satu per satu untuk menghindari adanya pihak yang mengaku-ngaku memiliki ternak.

Customer handling Angon saat ini dilakukan melalui sambungan telepon dan WhatsApp pada jam 09.00-17.00 WIB di nomor 081220337376.

Alternatif jalan keluar yang coba ditawarkan tim Angon adalah sebagai berikut:

  • Member dapat melakukan perpanjangan masa perawatan ternak hingga harga membaik (diperkirakan di bulan April-Mei 2019).
  • Bagi pemilik ternak yang ingin menjual ternaknya dengan harga saat ini (dalam kondisi rugi) akan diproses dalam 4-14 hari kerja.
  • Jika member menginginkan refund, Angon mencoba membantu memfasilitasinya dengan mencicil sebanyak 8 kali.

“Dari pengalaman ini kami menyadari tidak semua peternak rakyat amanah dan tidak semua orang juga memahami masalah dari berbagai sisi,” tutup Agif.

Dana Kejar Pengembangan Produk, Gaet Samsung Pay dan Pegadaian

Aplikasi e-wallet Dana makin memperdalam penetrasi produknya dengan kemitraan bersama berbagai mitra seiring memasuki tahun pertamanya. Beberapa rencana kemitraan tersebut adalah integrasi dengan Samsung Pay, penyaluran untuk Pembiayaan ultra mikro (UMi) bersama Pegadaian, dan perluasan merchant baik offline maupun online.

Dalam waktu dekat Dana akan merilis layanan self on boarding untuk merchant UMK yang berminat menyediakan Dana sebagai alternatif pembayaran di toko mereka.

“Kita ini payment platform, jadinya kita launch self on boarding ini untuk merchant offline dan offline yang ingin bergabung ke Dana dalam hitungan menit saja. Ini masih dalam pilot, nanti bakal hadir di desa-desa,” terang CEO Dana Vincent Iswara, Senin (25/3).

Layanan self on boarding ini, lanjutnya, akan permudah merchant yang ingin bergabung. Proses pendaftarannya cukup lewat aplikasi Dana dan mengisi beberapa data pribadi dan usaha mereka. Nanti pihak Dana akan mengirimkan sticker kode QR yang bisa dipakai merchant.

Terkait kemitraan dengan Samsung Pay, Vincent belum bersedia mengungkapkan lebih jauh. Menurutnya, akan ada pengumuman resmi yang bakal diumumkan dalam waktu dekat.

Samsung Pay bermitra dengan Dana sebagai sumber dompet digital pengguna yang sudah pre-installed di perangkat Samsung. Uji coba ini masih bersifat tertutup atau closed beta testing di perangkat-perangkat tertentu, yakni Galaxy A30 dan Galaxy A50.

Vincent melanjutkan, terkait kemitraan dengan Pegadaian, Dana akan jadi aplikasi yang menyalurkan dana UMi dari mitra resmi yang ditunjuk pemerintah kepada para anggota. Ke depannya, aplikasi Dana bisa menerima pembayaran cicilan gadai di Pegadaian. Aplikasi Pegadaian pun akan terintegrasi dengan platform pembayaran Dana.

Pencapaian satu tahun Dana

Dana mulai beroperasi tepat pada 21 Maret 2018, yang dimulai dari pengumuman terintegrasinya dengan Bukalapak, Tix.id, dan BBM. Kemudian, pada Desember 2018, perusahaan meresmikan kehadirannya di merchant offline. Kini Dana tersedia di lebih dari 15 ribu titik lokasi sebagai platform pembayaran.

Beberapa merchant offline yang bermitra dengan Dana adalah Ramayana, KFC, Sour Sally, Kopi Kulo dan Kopi Kenangan. Dana juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran di mesin kasir Moka POS.

Dari segi pengguna, Dana diklaim telah tembus lebih dari 10 juta pengguna aktif dengan rata-rata nilai transaksi mayoritas di angka Rp10.000-Rp500.000. Adapun volume transaksi yang diproses dalam sistem Dana per harinya tembus 1 juta transaksi dengan persentase yang merata datang dari merchant offline dan online.

“Kita enggak liat dari nominal tapi dari jumlah transaksinya, karena itu yang penting. Itulah mengapa kita enggak memperhatikan juga floating money. Sebisa mungkin harus nol karena kita ini kan payment platform, jadi harus sesering mungkin transaksi. Bisnis utama kita bukan di floating dana.”

Vincent juga menegaskan hingga kini sampai beberapa tahun mendatang, perusahaan belum memfokuskan pada strategi monetisasi. Dia beralasan, perusahaan masih fokus bangun infrastruktur, sehingga belum ditemukan skema monetisasi yang pas. Lagipula, pihaknya ingin memastikan Dana bisa dipakai ke seluruh lapisan masyarakat. Strategi monetisasi akan datang ketika saat tersebut sudah tiba.

“Kita sangat menonjolkan kualitas keamanan sistem yang benar-benar sekelas dunia. Segala jaminan transaksi di Dana kita jamin tidak ada dispute. Banyak user yang balik ke Dana secara organik, tanpa ada tarikan dari promosi. Ini penting sekali buat strategi long term,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here