OnlinePajak Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 379 Miliar Rupiah

OnlinePajak mengumumkan baru saja membukukan pendanaan seri B senilai $25 juta (setara dengan 379.6 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut dipimpin oleh Warburg Pincus, dengan dukungan Global Innovation Fund (GIF) dan Endeavor Catalyst. Investor OnlinePajak sebelumnya, Alpha JWC Ventures, Sequoia India, dan Primedge juga turut berpartisipasi dalam pendanaan lanjutan ini.

Charles Guinot selaku Founder & CEO OnlinePajak mengatakan bahwa pendanaan ini menjadi validasi model bisnis yang dijalankan. Pendanaan akan difokuskan untuk mewujudkan revolusi kepatuhan pajak dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan dan blockchain.

“Kami berencana untuk mempercepat perluasan kemampuan kami untuk terus membantu wajib pajak. Kami akan mentransformasikan kemudahan berbisnis di negara ini, dengan membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas mereka, dan juga mendukung Direktorat Jenderal Pajak mengelola pajak yang dibutuhkan negara,” ujar Charles.

Didirikan pada 2015, OnlinePajak menghadirkan aplikasi terintegrasi berbasis web yang dapat digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan hitung, setor, dan lapor pajak. Aplikasi ditujukan untuk penggunaan pribadi maupun institusi. Sebelumnya, OnlinePajak juga telah berhasil meraih pendanaan Seri A di akhir 2017 dipimpin oleh Alpha JWC Ventures.

“Kami percaya bahwa OnlinePajak memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa, tidak hanya dalam membantu dunia bisnis di Indonesia agar dapat  beroperasi lebih efisien, tetapi juga dalam memainkan peran penting demi mewujudkan visi pemerintah Indonesia untuk memperluas basis pajak negara,” kata Head of Southeast Asia dari Warburg Pincus, Jeffrey Perlman.

OnlinePajak menjadi startup perpajakan pertama yang telah mengimplementasikan teknologi blockchain. Sejak diluncurkan pada 2015, OnlinePajak telah dipercaya lebih dari 900 ribu pengguna.

Facebook Berikan Beasiswa untuk Developer di Indonesia

Bertujuan memperbesar komunitas developer di Indonesia, Facebook akan memberikan beasiswa kepada 2500 anggota Developer Circles yang memenuhi persyaratan. Selain itu, Facebook juga bermitra dengan Hacktiv8 untuk menyediakan 15 beasiswa tambahan pada program imersif di kampus. Program dengan Hacktiv8 ini akan berjalan selama 12 minggu

Rencana lain yang bakal dilancarkan Facebook tahun depan adalah membangun Lab Innovation Indonesia, yang menyasar kalangan inovator, startup, dan pengembang untuk meningkatkan bisnis mereka dengan menggelar pelatihan dan workshop.

Global Director for Developer Partnerships & Programs Facebook Konstantinos Papamiltiadis mengungkapkan, Indonesia merupakan negara pertama yang mendapatkan program beasiswa ini.

“Masih kurangnya talenta dari kalangan developer di Indonesia merupakan salah satu alasan mengapa beasiswa dan program lainnya kami hadirkan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan program dari Facebook bisa menjembatani kesenjangan antara industri dan talenta di Indonesia.”

Untuk batch pertama, program beasiswa sudah dibuka pendaftarannya bersamaan dengan program lainnya semua akan dijalankan Facebook. Selain menghadirkan mentor lokal, Facebook juga akan menghadirkan mentor tim Facebook langsung dari Amerika Serikat, India dan Singapura.

Komunitas Facebook Developer Circles (DevC) di Indonesia

Salah satu fokus Facebook untuk mendukung komunitas developer di Indonesia adalah menggelar berbagai kegiatan untuk merangkul lebih banyak developer dan mengembangkan komunitas yang ada. Dimulai sejak tahun 2016, saat ini Facebook Developer Circles telah tersebar di 9 kota (Jakarta, Malang, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bali, Batam, dan Medan) dengan lebih dari 18 ribu anggota.

“Dari Facebook Developer Circles secara global, Indonesia memberikan kontribusi sekitar 10% jumlah komunitas developer. Hal ini menjadi fokus kami dari Facebook untuk berinvestasi lebih di Indonesia,” kata Konstantinos.

Disinggung berapa investasi yang digelontorkan Facebook untuk developer di Indonesia, Konstantinos enggan menyebutkan jumlahnya. Fokus Facebook lebih ke peningkatan kualitas talenta dan memberikan kesempatan bekerja untuk developer di startup dan perusahaan teknologi di Indonesia.

“Kita sudah memiliki banyak success story dari para alumni yang bekerja di Bukalapak dan Kumparan yang telah mengikuti pelatihan dan tergabung dalam Facebook Developer Circles. Diharapkan pengalaman mereka bisa disebarkan ke talenta baru yang bergabung di komunitas,” kata Konstantinos.

Selain Facebook Developer Circles, program lain yang menargetkan startup untuk bisa mengembangkan produknya lebih baik lagi adalah FbStart. Selain pelatihan, peserta program FbStart juga bisa mendapatkan kesempatan berkomunikasi langsung dengan tim Facebook untuk bantuan teknis dan profesional.

“Dari dua program tersebut kami melihat yang paling besar demand-nya adalah Facebook Developer Circles di Indonesia. Dengan demikian kami berencana untuk fokus kepada pengembangan talenta developer secara individual khusus untuk Indonesia,” kata Konstantinos.

Rencana perluasan kemitraan

Meskipun saat ini Facebook masih melakukan kegiatan secara independen dengan menjalin kolaborasi secara khusus dengan partner seperti Hacktiv8, ke depannya, jika memungkinkan, kerja sama strategis juga akan diperluas dengan universitas hingga pemerintah. Harapannya untuk meningkatkan kualitas dan skill talenta developer di Indonesia.

“Tentunya rencana memang ada, namun karena adanya persoalan kurikulum kami belum melancarkan kerja sama strategis dengan pemerintah Indonesia maupun dengan universitas. Fokus kami lebih ke kalangan individu hingga partner yang relevan untuk melancarkan program-program kami ke depannya,” kata Konstantinos.

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Luncurkan MSIGHT, Layanan “Telco Big Data” untuk Bisnis

Bertujuan mendukung transformasi digital bisnis di Indonesia, Telkomsel meluncurkan Mobile Consumer Insight (MSIGHT). Sebagai salah satu operator seluler terbesar berpelanggan 178 juta, Telkomsel mengklaim telah memiliki data komprehensif yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah hingga perusahaan untuk mengembangkan bisnis.

“MSIGHT beroperasi secara business to business (B2B) hadir untuk memberikan nilai tambah bagi lembaga pemerintah dan sektor industri seperti keuangan, transportasi, e-commerce, dan sebagainya,” kata VP Data Insight and Interface Services Development Telkomsel, Mia Melinda.

Nantinya MSIGHT akan menghadirkan sejumlah produk yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi seperti big data, IoT, robotik, artificial intelligence (AI), blockchain, dan lainnya.

“Produk-produk MSIGHT meliputi Risk insight, Mobility Insight, Lifestyle Insight, dan API marketplace; menawarkan berbagai manfaat bagi pelaku usaha mulai untuk marketing communication, business intelligence, maupun risk assessment,” tambah Mia.

Informasi dari platform tersebut bisa juga digunakan untuk melakukan monitoring perubahan jumlah trafik pengunjung, segmentasi konsumen berdasarkan profil tertentu, mengetahui perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk/servis.

Beberapa layanan MSIGHT tahun ini telah dimanfaatkan instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk melakukan studi secara lebih efisien dan mendapatkan sudut pandang yang lebih kaya. Aplikasinya diterapkan pada studi dampak makro-ekonomi dari penyelenggaraan Asian Games 2018.

“Informasi big data yang kami peroleh akan dikelola secara anonim, agregat, dan efisien menjadi insight, serta diperbarui secara berkala. Kekuatan Telkomsel dalam menyelenggarakan big data adalah pada basis 178 juta pengguna atau mewakili sebagian besar pengguna data internet di Indonesia,” kata Mia.

ReCharge Sediakan Solusi Penyewaan Power Bank Berbasis Aplikasi

ReCharge, perusahaan teknologi berbasis IoT, mengumumkan kehadirannya di Indonesia dengan solusi perdananya sebagai penyedia layanan sewa power bank berbasis aplikasi. Ke depannya, akan banyak solusi berbasis IoT yang disiapkan untuk mempermudah kebutuhan sehari-hari.

“Sementara ini kami baru sediakan solusi penyewaan power bank. Namun karena kami ini perusahaan IoT, maka visi ke depannya kami mau hadirkan solusi lewat IoT yang bisa membuat kehidupan sehari-hari jadi lebih simpel,” ucap Co-Founder & CEO ReCharge, Dick Listijono, Selasa (23/10).

ReCharge memiliki model bisnis sewa power bank yang tersedia di lebih dari 200 ReCharge Station (mesin tempat menyewa power bank) di lebih dari 100 lokasi strategis di Jabodetabek. Pengguna dapat menyewa power bank dengan mengambil dari salah satu station tersedia dan mengembalikannya di station lain dalam kurun waktu 1 x 24 jam.

Fleksibilitas ini, menurut Dick, turut mendukung gerak pengguna yang kerap kali berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengguna bisa menemukan station di pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, sekolah, balai pertemuan, dan tempat hiburan. Beberapa di antaranya ada di Pacific Place, Pondok Indah Mall, fX Sudirman, Mal Kelapa Gading, dan lainnya.

Ada tiga jenis mesin ReCharge Station, dari mulai yang kecil, sedang, sampai terbesar dengan kapasitas slot 30 power bank. Untuk menyewa, pengguna cukup mengunduh aplikasi ReCharge.

Dari aplikasi tersebut pengguna bisa mengetahui lokasi station terdekat dan bisa langsung menyewanya dengan top up saldo baik secara tunai atau non tunai. Biaya yang dikenakan untuk satu kali menyewa sebesar Rp10 ribu.

Setelah saldo terisi, pengguna dapat memindai QR code pada layar station, memilih tipe kabel sesuai kebutuhan (Lightning, Android, atau USB Type C). Setelahnya power bank akan otomatis keluar dari station dan siap digunakan.

Top up saldo dapat dilakukan lewat berbagai penyedia layanan pembayaran, seperti Go-Pay, OVO, Tcash, BCA Virtual Account, dan transfer bank. Disediakan pula tim ReCharge yang ditempatkan di tiap station untuk pengisian saldo secara offline.

“Tidak hanya untuk charging smartphone saja, power bank bisa dipakai untuk charge berbagai device yang mendukung USB seperti kamera. Sehingga pemanfaatan power bank ini cukup luas.”

Solusi power bank yang luas ini, menurutnya, membuat perusahaan yakin dapat menarik banyak pengguna, kendati tengah berkembang solusi wireless charging yang kian dilirik oleh berbagai vendor smartphone.

Pasalnya, wireless charging itu sama halnya dengan men-charge dari kabel, tidak bisa dilakukan di mana saja. Sehingga harus tetap berada dalam satu ruangan.

Kembangkan power bank sendiri

GM Commercial & Business Development ReCharge, Soni Dharmawan, menambahkan perusahaan mendesain sendiri power bank yang mereka rilis. Hanya saja untuk sementara pembuatannya masih dilakukan oleh vendor pabrikan di luar negeri. Salah satunya ada di negara Tiongkok.

Dia membuka kemungkinan seluruh proses akan dilakukan di dalam negeri apabila volume bisnis ReCharge sudah makin besar ke depannya. Meski tidak diungkapkan, kapan rencana tersebut bisa terealisasi.

Power bank ReCharge berkapasitas 4.000 mAh dan dilengkapi dengan fast charging technology. Cukup mengisi daya smartphone hingga dua kali sampai penuh berdasarkan kapasitas rata-rata yang tersedia di pasar. Dari segi ukuran, power bank berukuran 135x76x16mm dan berbobot ringan.

Power bank didesain tidak mudah rusak apabila jatuh secara tidak sengaja. Tidak bisa di-charging dari kabel sendiri, hanya bisa dilakukan di ReCharge Station saja. Sebab power bank tidak memiliki kabel, melainkan chip yang bisa menghantarkan daya listrik dari station ke perangkat tersebut.

Alhasil, apabila pengguna memiliki niat tidak baik, mereka tidak akan bisa menggunakan kembali power bank sampai habis. Jika power bank hilang, pengguna akan dikenakan biaya penalti sebesar Rp100 ribu. Sebab perusahaan membuat ketentuan, setiap akun hanya bisa menyewa satu power bank dalam satu waktu saja.

“Baru nanti setelah biaya penalti dibayarkan, pengguna baru bisa menyewa lagi karena sudah mengubah statusnya di sistem ReCharge.”

Rencana bisnis

Pendapatan bisnis ReCharge untuk saat ini masih berasal dari bisnis penyewaan power bank. Antara ReCharge dengan para partner dalam menyediakan ReCharge Station tidak ada pembagian komisi atau sejenisnya diantara kedua belah pihak.

Perwakilan dari Pacific Place menuturkan ReCharge merupakan nilai tambah yang diberikan untuk para pengunjung dengan penunjang inovasi teknologi terkini. ReCharge memberikan nilai tambah buat para mitra dengan menyediakan direktori mal yang dapat diakses lewat layar LCD di station.

Ke depannya, akan ada banyak inovasi dari ReCharge untuk para mitranya. Bisa untuk order menu, cetak karcis bioskop, atau sebagainya. Perusahaan juga menyediakan layanan iklan untuk pihak ketiga di layar LCD, mesin ReCharge Station, perangkat power bank, dan dalam aplikasi itu sendiri.

“Kehadiran ReCharge Station di berbagai lokasi akan disesuaikan dengan kebutuhan para partner, nanti kami yang sediakan untuk mereka sebagai bentuk layanan kepada penggunanya,” tambah Soni.

Co-Founder ReCharge, Indra Wiralaksmana, menambahkan ReCharge berencana untuk mulai ekspansi ke luar Jabodetabek mulai tahun depan. Paling tidak sampai akhir tahun ini pihaknya ingin tumbuh dua kali lipat untuk ketersediaan ReCharge Station.

Pada bulan depan, ReCharge akan hadir di berbagai lokasi seperti rumah sakit, bandara, stasiun kereta, dan acara yang padat pengunjung seperti pameran, seminar, dan konser. Sejak beroperasi pada Maret 2018 hingga kini, pengguna ReCharge diklaim telah lebih dari 50 ribu orang.

Ekspansi yang bakal lebih agresif ini, menurut Indra, juga bakal ditunjang oleh pendanaan yang cukup. Rencananya perusahaan akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan. Adapun saat ini, ReCharge telah memperoleh pendanaan dari sejumlah angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

“Kami akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan untuk menunjang rencana bisnis kami yang akan lebih agresif,” tutup Indra.

Application Information Will Show Up Here

OJK Segera Perbolehkan UKM Cari Pendanaan Tanpa IPO di BEI

OJK dalam waktu dekat akan merilis aturan baru untuk mempermudah UKM, termasuk startup teknologi, mencari pendanaan tanpa harus melalui proses IPO di Bursa Efek Indonesia. UKM bisa menempuhnya melalui skema equity crowdfunding.

“Akan dibahas saat Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulan ini. Sekitar 15 hari atau sebulan (setelah RDK) akan diundangkan Kementerian Hukum dan HAM,” terang Direktur Pengaturan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuad, dikutip dari Katadata.

Menurutnya, skema yang dipakai aturan ini tidak jauh berbeda dengan penawaran saham publik di pasar modal. Bedanya aturan ini ditujukan untuk perusahaan skala kecil dan melibatkan tiga pihak, yakni penerbit (perusahaan yang membutuhkan modal), penyelenggara atau platform, dan pemodal atau investor.

Perusahaan yang membutuhkan dana akan menyampaikan kepada platform untuk mengambil dana masyarakat. Platform akan melakukan kajian kelayakan perusahaan yang menghimpun modal. Setelah kelengkapan selesai, platform menampilkan penawaran agar publik bisa membeli saham tersebut.

Aturan detail

Luthfy menjelaskan lebih jauh, ada aturan main yang harus diperhatikan berbagai stakeholder sebelum meraup dana publik.

Aturan yang dikenakan untuk penyelenggara: (i) mereka harus berbentuk PT atau koperasi, (ii) wajib mengajukan perizinan ke OJK dan memiliki permodalan di atas Rp2,5 miliar, (iii) harus memiliki keahlian di bidang IT. Penyelenggara berfungsi tidak hanya memasarkan saham. (iv) Mereka wajib meninjau terlebih dahulu kondisi penerbit, termasuk dari sisi laporan keuangan. Penyelenggara juga harus memiliki SDM yang ahli melakukan peninjauan tersebut.

Laporan keuangan penerbit yang diminta OJK minimal disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) non audited. Persyaratan ini dianggap lebih ringan dibandingkan jika penerbit mencari pendanaan lewat perbankan. Biayanya pun juga lebih efisien.

Persyaratan penerbit yang ingin melepas sahamnya: (i) mereka harus berbadan hukum PT, (ii) memiliki kekayaan di bawah Rp10 miliar, di luar tanah, dan bangunan, (iii) tidak boleh dikendalikan oleh suatu kelompok usaha (konglomerasi) baik secara langsung maupun tidak langsung, (iv) juga tidak diperbolehkan untuk perusahaan yang sudah berstatus terbuka (Tbk) ataupun anak usaha Tbk.

Investor yang membeli saham UKM akan menerima jatah deviden saat perusahaan tersebut mendapat laba. Investor juga berhak memberikan suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

OJK membatasi investor yang bisa berpartisipasi ini dengan ketentuan: (i) mereka yang memiliki penghasilan di bawah Rp500 juta per tahun, berinvestasi maksimal 5% dari penghasilannya, (ii) untuk investor dengan penghasilan di atas Rp500 juta maksimal investasinya 10% dari penghasilan.

“Setiap pihak dapat menjadi pemodal di skema equity crowdfunding ini dengan ketentuan tersebut.”

OJK memberi pengecualian bagi investor yang berbentuk badan hukum, mereka dapat menyuntikkan modal tanpa nilai maksimal. Pengecualian juga diberikan untuk investor yang memiliki pengalaman investasi di pasar modal minimal dua tahun dengan dibuktikan dengan kepemilikan rekening efek.

Di tahapan equity crowdfunding, penerbit harus menyampaikan kelengkapan dokumen kepada penyelenggara untuk dipelajari lebih dalam. Setelah selesai, penawaran saham akan ditampilkan ke publik dan investor dapat mendaftarkan diri dan membeli saham melalui penyelenggara.

Investor akan membayar lewat escrow account yang disiapkan penyelenggara. Penerbit menyerahkan sahamnya ke penyelenggara untuk didistribusikan ke investor. Penghimpunan dana dari investor memiliki beberapa ketentuan yang akan diatur OJK. Nilai penawaran saham oleh satu UKM hanya Rp10 miliar dengan jangka waktu penawaran selama 12 bulan.

Penerbit saham boleh memecah nilai Rp10 miliar dalam beberapa kali penawaran. Masa tiap penawaran adalah selama 60 hari dan hanya dapat menawarkan saham melalui satu penyelenggara dalam waktu yang bersamaan.

Penawaran saham akan batal jika minimal dana yang ditargetkan perusahaan tidak terpenuhi selama 60 hari tersebut. OJK mewajibkan penerbit untuk menyampaikan laporan tahunan dan mengumumkannya ke masyarakat melalui penyelenggara.

Risiko untuk investor

Kendati instrumen investasi untuk UKM ini memiliki banyak keuntungan, namun dia menekankan ada risiko yang perlu diwaspadai. Contohnya (i) risiko investor tidak mendapat dividen apabila perusahaan tidak untung.

Berikutnya risiko saham perusahaan tidak likuid, bahkan risikonya lebih tinggi daripada perdagangan di pasar modal pada umumnya karena tidak memiliki pasar yang tersedia, sehingga ada (ii) risiko capital loss.

“Tidak ada kewajiban bagi penyelenggara untuk membuat sarana perdagangan sekundernya. Tapi dalam aturannya, kami memberikan kesempatan bagi penyelenggara untuk menyediakan sarana perdagangan sekundernya.”

Berikutnya, (iii) risiko dilusi kepemilikan karena saham penerbit bisa saja menawarkan saham seperti skema rights issue kepada publik lainnya tanpa menawarkan kepada pemegang saham yang sudah ada.

(iv) risiko kegagalan operasional dari penyelenggara meski mereka diwajibkan memiliki sistem yang aman dan andal menurut UU ITE. (v) risiko informasi asimetris dan kualitas informasi yang diberikan oleh penebit kepada publik, seperti laporan keuangan yang berbasis SAK-ETAP non audited.

Meski memiliki banyak risiko yang dihadapi investor, berinvestasi di instrumen ini memang sedikit unik. Berkaca pada skema pendanaan yang sama di luar negeri, biasanya investor equity crowdfunding memang diperuntukkan buat investor yang tertarik pada perusahaan rintisan seperti UKM.

“Di luar negeri, mereka mengenal sebutan angel investor. Mereka burn money dulu.”

Setelah perusahaan tumbuh semakin besar, investor akan mendorong perusahaan untuk go public. Manfaat baru diperoleh ketika modal perusahaan semakin besar dan akhirnya menjadi perusahaan publik.

Platform SaaS Sleekr Dikabarkan Akuisisi Jurnal

Platform SaaS di bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia Sleekr disebut telah mengakuisisi platform SaaS Akuntansi Jurnal, menurut dua orang yang mengerti proses ini. Jurnal disebut saat ini akan tetap menjadi perusahaan independen. Pihak Sleekr menolak berkomentar terhadap informasi ini.

Sleekr, sebuah platform SaaS yang kini berada di bawah naungan MidPlaza Holdings, cukup agresif selama dua tahun terakhir dalam memperkuat lini bisnisnya. Setelah mengakuisisi platform SaaS Akuntansi Kiper di tahun 2016, di bulan Mei 2018 Sleekr mengakuisisi platform SaaS SDM Talenta.

Jurnal kini memiliki lebih dari 80 ribu pengguna dan di tahun 2018 ini COO Jurnal Anthony Kosasih dalam suatu kesempatan menyampaikan bahwa Jurnal akan menguatkan proses ekspansi ke seluruh kota besar di Indonesia. Jurnal didirikan oleh Daniel Witono dan Anthony Kosasih di tahun 2015.

Di tahun 2015, menurut laporan Odin, pasar cloud untuk UKM Indonesia mencapai $1,2 miliar dengan potensi terbesar disumbangkan oleh IaaS (Infrastructure-as-a-Service).

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bekraf Buat Program Akselerator “BE-X”

Bekraf mengumumkan program akselerator BE-X yang fokus pada pembentukan founder dan tim yang siap berteknopreneur. Dalam menjalankan inisiasi ini, Bekraf menggandeng Telkom Indigo sebagai mitranya.

Dari hasil riset yang dikutip Bekraf, sektor ekonomi kreatif setidaknya menghadapi 13 kendala yang berhasil teridentifikasi. Beberapa kendala mendasar yang harus dihadapi yaitu 37,4% kendala pada riset dan pengembangan dan 31,56% kendala edukasi. Kedua kendala ini juga coba dijawab oleh Bekraf lewat program ini, demi ekosistem startup digital yang lebih baik di masa depan.

“Untuk mempersiapkan startup yang siap bersaing secara global, tidak hanya infrastruktur dan pengetahuan mengenai apa saja yang dibutuhan, tetapi butuh faktor X yakni extra, excellent, dan collaboration. Faktor inilah yang coba kami bangun,” ucap Wakil Kepala Bekraf Ricky J Pesik, Jumat (19/10).

Perlunya faktor X ini dibutuhkan agar founder beserta timnya memiliki mental yang ekstra dalam menghadapi persaingan, excellent dalam ide dan mampu berkolaborasi dalam tim sehingga bisnis yang dijalankan tidak hanya bisa berkelanjutan tapi juga berkembang semakin besar.

Dalam peresmian BE-X turut hadir pula VP Engineering Tokopedia Aswin Tanu Utomo. Dia mengatakan bahwa mengikuti program akselerator merupakan kesempatan yang perlu diikuti oleh para founder startup. Ada nilai tambah yang bisa dimanfaatkan, mulai dari jaringan investor, kemampuan teknis yang sangat terbantu dalam mengakselerasi bisnis.

“Ada banyak value yang bisa diterima founder saat mengikuti suatu program akselerator. Itu yang dirasakan Tokopedia saat pertama kali menerima investasi dari East Ventures, saat William dan Leon bangun perusahaan terbantu sekali dengan jaringan yang dimiliki investor,” terang Aswin.

Pendaftaran dan pengiriman proposal dimulai pada hari ini (19/10) sampai akhir tahun ini. Pelatihan akan dimulai setelahnya sekitar awal tahun depan.

Program akselerator BE-X

BE-X bisa dikatakan program lanjutan Bekraf dari Bekup yang fokus pada pre-incubation karena fokus pada pembinaan individu dari nol hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Head of Acceleration Indigo Creative Nation Jeffry Irmawan menambahkan, BE-X menerima startup yang sudah berada di tahapan seed. Artinya mereka sudah masuk salah satu dari tahap seed, entah itu masih di tahap customer validation, product validation, business model validation, atau market acceleration.

“Karena kan kondisi startup pas daftar itu berbeda-beda, jadi kami perlu pilah-pilah lagi mereka. Kebanyakan yang biasa terjadi di industri itu startup masih stuck di tahap customer validation, jadi empat tahap ini seperti corong sehingga banyak startup yang berguguran secara alami,” kata Jeffry.

Program BE-X akan dilaksanakan dalam tiga tahap, rekrutmen, pelaksanaan akselerasi, dan demo day. Di tahap pertama, Bekraf akan menyeleksi startup dari pengajuan proposal secara online, kurasi proposal, proses penilaian, dan pitching.

Pada tahap akselerasi, peserta yang lolos seleksi akan mendapat pelatihan dan pengembangan terkait marketing, channeling product, serta marketing activities dari mentor handal. Di tahap akhir, peserta yang sudah dapat pembekalan akan melakukan demonstrasi di hadapan para VC dan stakeholder terkait.

Nantinya peserta yang lolos akan mendapat kesempatan untuk menghadiri capacity building dan memperoleh akses ke inkubator, investor, dan government network.

“Jadi Bekraf tidak memberikan sejumlah funding untuk para pemenang, tapi kami akan beri akses untuk bertemu ke investor dari VC dan lainnya,” pungkas Ricky.

Setelah TokoSwipe, Tokopedia Segera Gandeng OVO untuk Skema Pembayaran Baru

Tokopedia segera memiliki platform pembayaran baru. Setelah Tokocash dibekukan penggunaannya oleh Bank Indonesia di bulan Oktober 2017 karena urusan perizinan, Tokopedia bakal memanfaatkan layanan mobile payment milik Lippo Group OVO sebagai platform uang elektronik default-nya menggantikan Tokocash.

Tech In Asia Indonesia pertama kali menginformasikan informasi kode-kode OVO di situs Tokopedia. Tokocash sendiri, karena alasan-alasan tertentu, sampai sekarang belum memperoleh perizinan dari pihak regulator.

Berdasarkan penelusuran DailySocial, jika diinspeksi kode-kode tersebut sangat ketara, terutama di bagian pembayaran, mencantumkan informasi OVO berbarengan dengan TokoSwipe yang juga belum resmi diperkenalkan.

TokoSwipe adalah metode pembayaran cicilan secara online yang memungkinkan konsumen, yang tidak memiliki kartu kredit, untuk memanfaatkan skema pembayaran kemudian atau cicilan. Skema tersebut serupa dengan BukaCicilan yang dikembangkan Bukalapak.

Di kode tersebut juga disebutkan bahwa Tokocash akan digantikan oleh OVO dan saldo di Tokocash bisa ditransfer ke OVO.

Menurut informasi dari sumber terpercaya, penerapan OVO sebagai metode pembayaran di Tokopedia akan dilakukan dalam waktu dekat, menunggu proses pengembangan dan pengujian selesai dilakukan.

OVO mengklaim kini telah tersedia di lebih dari 60 juta ponsel dan menggaet 350.000 gerai merchant di 212 kota. Secara online OVO telah menjadi platform pembayaran utama di Grab.

Masuknya OVO sebagai metode pembayaran Tokopedia akan menjadi faktor pendukung kuat di tengah kompetisinya dengan Go-Pay dan Tcash sebagai platform pembayaran digital unggulan. Menurut data yang dikumpulkan iPrice, Tokopedia kini menjadi layanan e-commerce terpopuler di Indonesia berdasarkan traffic kunjungan situs versi SimilarWeb.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

NaoBun Project Terima Pendanaan Tahap Awal Dari DNC

NaoBun Project, sebuah agensi manajemen kekayaan intelektual, mengumumkan telah menerima pendanaan tahap awal dari Discovery Nusantara Capital (DNC). Pendanaan kali ini akan digunakan untuk menjalin kerja sama dengan banyak kreator dan mengembangkan lini produk turunan dari karya yang mereka kelola.

Naobun Project didirikan oleh Bonni Rambatan dan Naomi Saddhadhika pada Mei 2016. Memiliki misi menyebarkan pesan positif seperti keberagaman, toleransi dan kesetaraan gender melalui produk budaya populer. Saat ini Naobun Project mengelola hampir empat puluh kekayaan intelektual dan mewakili lebih dari dua puluh kreator di seluruh Indonesia maupun mancanegara.

“NaoBun Project memiliki visi bisnis sekaligus misi sosial yang sangat kuat. Kami berharap bahwa dengan investasi ini, kami bukan hanya memperkuat ekosistem industri kreatif Indonesia namun juga membantu menyebarluaskan pesan positif kepada masyarakat, khususnya generasi muda lewak komik, film, musik, video game dan berbagai media lainnya,” terang Managing Director DNC Irene Umar.

Sejak awal Naobun Project sudah menggandeng kreator yang memiliki misi yang sama. Sebagai pengelola kekayaan intelektual Naobun Project mencoba berkontribusi dalam memperkuat ekonomi industri kreatif Indonesia. Hal ini karena masih banyak pelaku industri kreatif yang melupakan aspek-aspek pengelolaan kekayaan intelektual seperti perlindungan hukum dan perencanaan produk turunan. Padahal dua hal tersebut memastikan terpenuhinya hak kreator dan dapat memelihara daya tarik karya.

Dengan pendanaan tahap awal ini, Naobun Project telah merencanakan kerja sama dengan lebih banyak kreator, mengakuisisi kekayaan intelektual baru, mengembangkan produk turunan dari karya yang dikelola dan mengeksplorasi berbagai media kreatif seperti game dan VR (virtual reality). Naobun Project juga berencana memperluas jaringan kerja sama di bidang pendidikan dengan sekolah-sekolah seluruh Indonesia.

“Kami akan membuktikan bahwa misi sosial tidak membuat karya yang kami kelola memiliki daya tarik terbatas. Justru sebaliknya, dalam situasi sosial saat ini kami percaya bahwa pesan positif yangkami sampaikan sedang amat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia,” terang CEO Naobun Project Bonni Rambatan.

TNG FinTech Group Hong Kong Akuisisi WalletKu, Perluas Layanan di Asia

Bertujuan memperluas layanan di Asia, TNG FinTech Group yang memiliki layanan dompet digital TNG Wallet asal Hong Kong, mengakuisisi startup asal Indonesia, WalletKu. Menurut informasi di situs resminya, perusahaan yang fokus mengembangkan layanan finansial teknologi tersebut nantinya akan melakukan integrasi dengan “Global E-Wallet Alliance”, sebagai inisiatif TNG sejak tahun 2016.

TNG Wallet kini memiliki 12 anggota e-wallet di Tiongkok, Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, India, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, dan Pakistan.

Nantinya semua pengguna di negara-negara tersebut bisa melakukan transfer dana secara real-time. Layanan lain yang akan bisa dinikmati antar pengguna e-wallet adalah komunikasi dengan skema P2P dan transaksi finansial yang seamless.

“WalletKu dan TNG memiliki visi dan misi yang sama dengan komitmen dan strategi untuk menciptakan nilai lebih kepada komunitas unbanked. Akuisisi ini menjadi penting bagi portofolio kami untuk memperluas posisi kami sebagai layanan fintech di Asia,” kata Founder & Chairman TNG Alex Kong.

Layanan beragam WalletKu

Sejak diluncurkan sebagai platform layanan fintech, WalletKu menawarkan produk digital yang bervariasi, termasuk di dalamnya pembelian dan top up pulsa, pembayaran tagihan, hotel, tiket pesawat, dan tiket untuk pemesanan dan pembayaran acara olahraga. Hingga saat ini Walletku mengklaim telah memiliki sekitar 3 juta pengguna dan mencapai pertumbuhan 27% per bulannya sejak Januari 2018.

“Kami menyambut baik kesempatan untuk menjadi bagian dari TNG yang selama ini dikenal sebagai layanan fintech yang besar. Dengan akuisisi ini juga memberikan kesempatan bagi Walletku untuk meningkatkan posisi kami sebagai solusi digital dan mempercepat pertumbuhan memanfaatkan teknologi dan infrastruktur TNG,” kata CEO WalletKu Farid MN.