Survei SWA & Accenture: Perusahaan B2C Lebih Siap Lakukan Transformasi Digital

Majalah SWA dan perusahaan konsultasi Accenture mengumumkan hasil survei sementara mengenai pemetaan tingkat kedewasaan bertransformasi digital di berbagai sektor industri di Indonesia.

General Manager Business Digest SWA R. Purnadi menuturkan survei ini sebenarnya masih terus bergulir dan belum mencapai kesimpulan akhir. Hasil sementara menunjukkan tingkat kedewasaan lebih baik diserap oleh industri yang bergerak di B2C, yakni perbankan, teknologi informasi, telekomunikasi, dan asuransi.

“Kita mau lihat tingkat pemahaman dan penerapan teknologi digital di berbagai sektor industri. Sebab tingkat pemahamannya itu bisa berbeda-beda. Mungkin ada yang anggap digital itu terkait proses bisnis internal, tapi sebenarnya bisa lebih dari itu,” terangnya dalam Digital Summit Indonesia 2017, Rabu (8/11).

Industri pendidikan dan media menempati posisi di tengah-tengah. Sementara, sektor yang paling lambat menyerap digital dan berada di posisi akhir adalah industri yang bergerak di B2B berbasis komoditas yaitu, manufaktur, transportasi, dan minyak & gas.

Rentang waktu survei dilakukan mulai dari September 2017-Desember 2017. Jumlah responden yang terkumpul sebanyak 54 orang. Mereka berasal industri pendidikan 24%, telekomunikasi 20%, manufaktur 17%, perbankan 9%, media 7%, IT 5%, asuransi 6%, transportasi 6%, dan migas 6%.

Responden yang diambil berasal dari kalangan eksekutif C-level ke atas dengan latar belakang perusahaan skala menengah hingga atas. Metode yang dilakukan adalah kuantitatif dengan menyebar survei secara online. Untuk penilaian kematangan menggunakan indeks dengan rentang angka dari 0 sampai 5.

Secara rerata, dari sembilan industri yang disurvei tingkat kedewasaannya terhadap transformasi digital mencapai 3,91. Ada empat indeks poin transformasi digital yang disoroti, yaitu digital strategy dengan nilai keseluruhan 3,95, digital consumer 3,86, digital enterprise 3,98, dan digital operation 3,98.

Namun bila disoroti lebih dalam untuk masing-masing poin ada yang menarik. Digital strategy sangat diperhatikan oleh industri perbankan, teknologi, dan telekomunikasi. Indeksnya secara rerata untuk ketiga industri ini ada di kisaran 4,00 sampai 4,5.

Untuk digital customer, tidak hanya didominasi oleh tiga sektor unggulan, tapi juga ada industri pendidikan. Digital enterprise menjadi daerah yang sangat disoroti oleh industri media. Sedangkan digital operation sangat diperhatikan oleh industri perbankan.

Purnadi menyimpulkan industri dengan penetrasi teknologi yang tinggi seperti teknologi dan telekomunikasi memang wajar bila adopsi digitalnya sudah cukup matang. Namun bagi perbankan dan asuransi pertimbangan transformasi digital sangat tinggi karena ini berkaitan dengan keamanan data nasabah.

Inilah yang menyebabkan indeks digital consumer dalam dua industri ini cukup tinggi, perbankan 4,18 dan asuransi 3,83. Sedangkan untuk industri dengan evolusi pemanfaatan teknologi yang kurang, seperti manufaktur, transportasi, dan migas cenderung belum begitu memerhatikan transformasi digital.

Dari empat poin digital yang disoroti, sambung Purnadi, digital enterprise dan digital operation menjadi poin yang paling banyak diperhatikan oleh seluruh industri dibandingkan digital costumer. Dengan kata lain, perhatian pemimpin perusahaan dalam transformasi digital sangat dipengaruhi untuk kebutuhan internal perusahaan.

Mengatasi tantangan transformasi digital

Managing Director Technology Consulting Accenture Leonard Nugroho Tjiptoadikusumo menambahkan ada sembilan tantangan yang dihadapi setiap perusahaan saat mengadopsi teknologi digital. Namun keseluruhan masalah tersebut bisa diatasi dengan solusi yang bisa diterapkan.

Poin masalah mulai dari kelimpahan data, migrasi data ke sistem yang berbeda, membaca data, budaya perusahaan yang kaku, memisahkan digital, dan keamanan.

“Ambil contoh untuk kelimpahan data (data noise), banyak yang belum mengerti bagaimana validasinya. Padahal sebenarnya bisa di-over cut dengan data analytics dan media sosial bagaimana membuat data jadi lebih menarik,” kata Leonard.

Untuk solusi yang bisa dipakai dalam mengatasi masalah, sambung Leonard, perusahaan dapat memanfaatkan media sosial, analisis, aplikasi, mobilitas, cloud/IoT, dan server. Keseluruhan solusi ini menjadi enabler bagi kesembilan masalah tersebut.

Menurutnya, tidak semua sektor menerima dampak digitalisasi yang sama. Ada tiga elemen sebagai tolak ukur untuk menganalisis dampak dari digitalisasi, yakni defend, differentiate, dan distrupt. Ketiganya membantu perusahaan menentukan ruang lingkup, kedalaman dan luas dari setiap bidang proyek diagnostik.

“Dengan mengombinasikan ketiga elemen tersebut, kemungkinan akan menghasilkan terobosan baru buat perusahaan agar tetap sejalan dengan perkembangan zaman,” pungkas Leonard.

Rencana Transformasi Digital Jangka Panjang Telkomsel

Telkomsel makin serius untuk transformasi ke digital sebagai langkah efisiensi bisnis dan optimalisasi layanan. Ditargetkan tahun 2021, layanan digital berbentuk asisten virtual “Veronika” akan hadir di seluruh platform agar makin dekat dengan pengguna. Perluasan ini juga akan dibarengi dengan menambahkan fungsionalitas.

Beberapa platform yang sedang dicoba Telkomsel untuk diintegrasikan dengan Veronika di antaranya Direct Messages di Twitter, Whatsapp for Business, dan aplikasi MyTelkomsel. Rencananya untuk Twitter akan diluncurkan pada awal tahun depan. Selain itu terdapat juga platform lain yang akan turut disasar, misalnya perangkat gerak dengan kontrol berbasis suara seperti smartwatch.

Ke depannya, fungsi Veronika akan menggeser peran gerai Grapari sebagai costumer service (CS), misalnya melayani survei pelanggan. Agen CS fisik pun akan beralih ke hal-hal yang lebih produktif, misalnya untuk cross selling dan up selling dari produk Telkomsel.

Sejak empat bulan lalu diluncurkan, Veronika baru bisa melayani pembelian pulsa, mengecek sisa kuota internet, menukar Telkomsel POIN, memberikan informasi lokasi MyGrapari, atau informasi lainnya seputar layanan Telkomsel. Belum lama ini Veronika juga dibubuhi layanan baru untuk mampu melayani daftar ulang kartu prabayar.

Disampaikan pihak Telkomsel, saat ini pengguna Veronika telah mencapai 1,5 juta orang yang tersebar di tiga platform, yaitu Line, Telegram, dan Facebook Messenger. Dalam mengembangkan Veronika, Telkomsel menggandeng Kata.ai sebagai pihak pengembang dan Accenture sebagai project manager.

Untuk Grapari sendiri, rencananya akan didesain ulang sebagai tempat terakhir melayani pelanggan. Nantinya Grapari akan terbagi menjadi beberapa jenis menyesuaikan target dan tipe pelanggan. Ada yang tematik, menyasar anak muda atau perusahaan. Satu lagi untuk pengguna reguler.

Kehadiran Veronika bukan semata-mata mengancam kehadiran Grapari. Sebab tujuan yang ingin disasar Telkomsel adalah menggeser transaksi ke arah online.

Saat ini jumlah Grapari yang aktif beroperasi ada 400 gerai tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah persebaran ini merepresentasikan daerah perwakilan Telkomsel, sehingga tidak bisa bila ditutup begitu saja.

“Grapari akan jadi beberapa jenis, jumlahnya tetap, tapi ukurannya akan dikecilkan. Arahnya bakal lebih ke self service, ada video call dengan agen CS. Agen fisik malah tidak ada, sebab kami akan arahkan untuk kepentingan lain. Jadi tidak ada kekhawatiran agen CS akan diefisiensi,” terang VP Customer Care Management Telkomosel Andri Wibawanto saat menghadiri Digital Summit Indonesia 2017, Rabu (8/11).

Selain mengandalkan asisten virtual Veronika dan Grapari, Telkomsel juga akan menambah mesin kios digital. Mesin tersebut melayani pembelian kartu SIM baru, upgrade ke 4G, bayar tagihan, beli pulsa dan lainnya. Satu mesin terdiri atas dua dispenser yang mampu menampung masing-masing 500 slot kartu. Menurut Andri, mesin ini tersebar di 80 titik di seluruh Indonesia.

Diharapkan dari seluruh rencana digital ini, transaksi dari channel digital di Telkomsel akan mencapai 70% dibandingkan channel tradisional 30% pada 2021 mendatang. Adapun saat ini, channel tradisional masih mendominasi dengan porsi 85%, dan sisanya ditempati channel online.

Dampak transformasi digital

Andri melanjutkan dampak dari penerapan digital ini ada tiga pilar yang disasar. Yakni, meningkatkan pelayanan dari Telkomsel untuk pelanggan, menurunkan beban pengeluaran, dan meningkatkan pendapatan.

Dia mengambil contoh, channel tradisional lebih memakan ongkos daripada digital. Telkomsel dapat menekan beban sekitar 60-70 persen ketika mengembangkan channel digital. Dengan adanya efisiensi ini, perusahaan dapat membuat program yang lebih bagus untuk ditawarkan ke pelanggan.

“Jadinya cross sell dan up sell kami akan semakin bagus. Tentunya ini akan lebih bagus untuk meningkatkan pendapatan. Ini yang bisa kita dapat dari transformasi digital,” pungkas Andri.

GO-JEK Segera Direkrut Jadi Agen Pajak

GO-JEK akan segera direkrut Ditjen Pajak sebagai agen pajak, sejalan dengan inisiatif pemerintah memudahkan wajib pajak dengan teknologi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menyatakan persetujuannya terkait rencana tersebut, yang diwakili oleh Direktur Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Iwan Djunardi.

Wacana ini awalnya muncul pasca kedatangan CEO GO-JEK Nadiem Makariem ke kantor Kemenkeu pada Selasa (7/11). Salah satu poin yang dibahas adalah perkembangan teknologi dalam perpajakan.

Nantinya GO-JEK akan dijadikan sebagai penyedia layanan aplikasi (Application Service Provider/ASP). Masyarakat bisa mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) hingga melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) melalui aplikasi yang disediakan.

ASP adalah bisnis yang menyediakan layanan berbasis komputer untuk pelanggan melalui suatu jaringan. Perangkat lunak yang disediakan dengan model ini sering disebut dengan Software-as-a-Service (SaaS).

“Orang bisa registrasi NPWP lewat situ [ASP], sehingga beliau [Nadiem] akan menjadi salah satu agen kami. Kalau dari sisi teknologi justru hal-hal seperti itu yang mau kami kembangkan,” ujar Iwan dikutip dari kumparan.

Sementara itu, dari sisi aturannya sendiri, akan segera diterbitkan tersendiri dan sejauh ini tidak ada masalah. Sebab inisiatif ini sejalan dengan niat Ditjen Pajak untuk lebih memudahkan wajib pajak, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi.

“Aturan itu seharusnya tidak ada masalah juga karena tadi Bu Menteri sudah meng-endorse.”

Selain penggunaan teknologi untuk perpajakan, Nadiem mengatakan diskusi lebih banyak membahas soal makroekonomi. Seperti revolusi digital, revolusi fintech, dan bagaimana perilaku konsumen di negara-negara lain.

“Menkeu mau tahu seperti apa,” kata Nadiem.

Terkait revolusi digital, dia juga membahas kemungkinan masyarakat mendapat layanan keuangan, bisa meningkatkan taraf hidupnya.

“Bayangkan kalau semua orang punya akses ke layanan finansial, maka dia bisa meningkatkan taraf ekonomi apakah dapat financial services, dapat layanan produk termurah, dan lain sebagainya,” pungkas dia.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Jalin Kerja Sama dengan Mandiri Syariah, Optimalkan Potensi 25 Juta Nasabah Syariah

Opsi pembayaran yang beragam dinilai menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan pengalaman pengguna ketika menggunakan sebuah layanan online marketplace. Untuk itu, baru-baru ini Bukalapak mengumumkan salah satu peluncuran opsi pembayaran terbarunya melalui Bank Syariah Mandiri (BSM). Layanan pembayaran yang disajikan menganut metode syariah sesuai standar operasional yang dimiliki BSM.

Melalui kemitraan strategis ini, nasabah BSM sudah bisa melakukan transaksi di semua lini layanan Bukalapak, mulai dari kebutuhan berbelanja, layanan BukaRekasa, BukaEmas, pembelian pulsa dan lain sebagainya. Pengguna dapat melakukan transfer untuk pembayaran transaksi di Bukalapak melalui rekening BSM.

“Kami melihat potensi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan jumlah nasabah bank syariah per Agustus 2017 mencapai 25 juta nasabah. Untuk itu kami menyediakan metode pembayaran syariah demi memenuhi kemudahan para pengguna dalam bertransaksi di Bukalapak,” Ujar Achmad Zaky selaku Founder & CEO Bukalapak.

Achmad Zaky menambahkan, pihaknya memahami bahwa masyarakat pengguna syariah memiliki kebutuhan tersendiri khususnya dalam bertransaksi perbankan atau pemanfaatan fasilitas perbankan, sehingga metode pembayaran syariah ini diharapkan menjawab kebutuhan tersebut.

Opsi pembayaran Bank Mandiri Syariah sudah bisa digunakan di Bukalapak
Opsi pembayaran Bank Mandiri Syariah sudah bisa digunakan di Bukalapak

Sementara itu Edwin Dwidjajanto, Distribution and Services Director PT Bank Syariah Mandiri (BSM) menyampaikan kerja sama dengan Bukalapak termasuk langkah awal bagi BSM masuk ke bisnis berbasis teknologi online.

“Kami berharap ke depannya kerja sama ini berkembang pada penyediaan produk dan layanan BSM seperti gadai dan cicil emas, pembiayaan mikro, dan lain-lain bagi pelanggan Bukalapak. Bukalapak memiliki jutaan transaksi per bulan didukung oleh sistem dan jaringan yang dapat diandalkan. Dengan beragam produk dan layanan BSM, kami siap mendukung pengembangan bisnis Bukalapak,” ujar Edwin.

Terus mengejar didapatnya lisensi e-money

Saat ini Bukalapak telah memiliki  2 juta pelapak (mitra penjual) serta jumlah pengguna sebanyak 13 juta yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Tentu angka ini turut menghasilkan traksi yang besar, termasuk untuk layanan dompet digital yang dimilikinya, BukaDompet. Layanan tersebut sempat dihentikan sementara, mengingat Bukalapak masih belum mengantongi izin lisensi dari Bank Indonesia.

Menurut keterangan yang diterima DailySocial, Bukalapak saat ini sudah mengajukan proses permohonan ijin untuk lisensi e-money sesuai dengan anjuran BI demi kemudahan para pelanggan dalam bertransaksi di Bukalapak.

“Prosesnya tidak akan lama, namun kami tidak bisa memastikan persisnya akan mendapatkan lisensi. Menurut Bank Indonesia waktunya kurang lebih 35 hari. Saat ini statusnya sedang dalam proses review oleh Bank Indonesia. Kami berharap prosesnya dapat segera selesai dan BukaDompet dapat digunakan kembali oleh masyarakat,” ujar Zaky.

Saat ini BukaDompet tetap dapat digunakan untuk bertransaksi, dan pencairan dana, hanya top up saja yang untuk sementara tidak bisa dilakukan oleh pengguna.

Genjot Transaksi JakOne Mobile, Bank DKI Jalin Kemitraan dengan GO-JEK

Bank DKI saat ini tengah berupaya menggencarkan transaksi non tunai melalui aplikasi JakOne Mobile. Dalam upayanya tersebut salah satunya dilakukan dengan menjalin kerja sama strategis dengan GO-JEK, tepatnya melalui fitur GO-PAY di aplikasinya. Kerja sama Bank DKI dan GO-JEK mencakup interoperabilitas uang elektronik, interkoneksi sistem pembayaran dan perluasan channel pembayaran pajak dan retribusi.

Perjanjian kerja sama ini yang ditandatangani langsung oleh Direktur Bisnis Bank DKI Antonius Widodo Mulyono dan Chief Marketing Officer GO-JEK Indonesia Piotr Jakubowski. Menyambut kerja sama ini Direktur Utama Bank DKI Kresno Sediarsi berharap kerja sama keduanya bisa meningkatkan daya tarik JakOne Mbile sehingga dapat meningkatkan jumlah pengguna dan transaksi dari JakOne Mobile.

“Aplikasi GO-JEK telah diunduh lebih dari 55 juta kali, dan telah menghubungkan pengguna dengan lebih dari 400.000 mitra driver, lebih dari 100.000 penjual makanan, serta lebih dari 30.000 penyedia layanan lainnya tentu menjadi potensi untuk turut memasarkan JakOne Mobile,” ujar Kresno.

Popularitas GO-JEK dan jajaran bisnis lainnya seperti GO-PAY memang tak bisa dipungkiri. Dalam laporan survei DailySocial yang bertajuk E-Money Survey 2017 GO-PAY mengisi tempat pertama sebagai app-based e-money yang paling sering digunakan dengan persentase 44, 96% dari total seribu lebih responden survei.

Sementara itu Piotr menyambut baik kerja sama dengan Bank DKI. Ia menuturkan pihaknya sebagai penyedia layanan on demand terus berinovasi dan membuka pintu kolaborasi dengan seluruh pihak, termasuk Bank DKI untuk memudahkan masyarakat menjalankan aktivitas sehari-hari.

“Kami berharap penandatanganan MoU ini menjadi langkah awal untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat Jakarta bertransaksi secara non-tunai sekaligus memperluas penetrasi pengguna layanan non tunai,” tuturnya. Piotr menambahkan, GO-JEK sendiri telah mendukung pemerintah untuk mempromosikan cashless society lewat layanan dompet elektroniknya, GO-PAY.

Bank DKI menjadi bank yang terus aktif mendorong penerapan transaksi non tunai melalui produk digital banking-nya termasuk JakOne Mobile, sebuah aplikasi layanan keuangan yang terdiri dari mobile banking dan mobile wallet yang dapat dipergunakan untuk transaksi. JakOne Mobile juga dilengkapi fitur Scan to Pay di merchant yang bekerja sama dengan Bank DKI.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

DANA Kini Tersedia di dalam BBM

DANA, platform pembayaran hasil joint venture Emtek dan Ant Financial (Alipay), kini tersedia dalam versi beta di BBM. Pengguna BBM bisa memanfaatkan DANA untuk melakukan pembayaran berbagai kebutuhan sehari-hari, seperti pulsa seluler, token listrik, air, BPJS kesehatan, dan cicilan di sejumlah layanan multifinance. Disebutkan saat ini DANA belum memfasilitasi fasilitas tarik saldo (withdrawal), tapi dijanjikan fitur akan tersedia di iterasi selanjutnya.

Kehadiran DANA melengkapi menu Discover BBM yang sejak diambil alih EMTEK telah berkembang menjadi sebuah “platform dalam platform”. Sementara ini memang DANA belum diintegrasikan sebagai platform pembayaran ke kanal Shopping, Coupon, atau Travel, tapi seharusnya tinggal tunggu waktu hingga semuanya terlaksana.

Secara proses, DANA tidak akan berbeda jauh dengan sejumlah platform e-commerce yang telah menyasar segmen yang sama. Saat ini DANA mengakomodasi proses top up melalui transfer rekening bank dan pembayaran tunai di gerai-gerai Alfamart.

DANA disebutkan hanya bisa digunakan oleh BBM yang tersedia di platform iOS dan Android.

Mengingat pengawasan platform pembayaran digital yang lebih ketat dari Bank Indonesia, DANA diekspektasikan memanfaatkan lisensi e-money PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) yang diakuisisi EMTEK awal tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Solusi YesDok Coba Berikan Kemudahan Berkonsultasi Kesehatan

Kesenjangan rasio jumlah dokter dan pasien menjadi perhatian khusus Irwan Hartanto dan kawan-kawan. Mereka menghadirkan YesDok untuk membantu memasangkan pasien dengan dokter yang tepat. Pasien sebelumnya dihadapkan dengan pertanyaan terkait gejala dan kondisi medis yang dialami. Setelahnya, pasien bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai keluhan atau gejala yang dialami. Jika diperlukan para dokter bisa merekomendasikan obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter dan memberitahu pasien mengenai petunjuk penggunaan dan dosis yang sesuai.

Solusi YesDok diperkenalkan sebagai aplikasi telemedicine on-demand yang memungkinkan setiap pasien di Indonesia terhubung langsung dengan dokter umum berlisensi untuk melakukan konsultasi medis melalui telepon, SMS, atau panggilan video.

Sebagai pembeda dari aplikasi lainnya, platform YesDok dirancang untuk memudahkan dokter dalam membagikan gambar dan instruksi selama konsultasi. Saat berinteraksi dengan pasien dokter diharuskan untuk berinteraksi dengan pengguna melalui laptop atau desktop dan tidak melalui ponsel mereka. Ini demi kualitas saran  yang diberikan.

Untuk bisa membuat komunikasi yang baik dan pengalaman pengguna yang baik, YesDok juga memberikan pelatihan khusus dalam bidang komunikasi konsultasi kepada dokter yang menjadi mitranya untuk memastikan adanya interaksi yang mulus dan profesional antara dokter dan pasien.

Dokter yang tergabung menjadi mitra YesDok diminta menggunakan terminologi standar internasional ketika berkonsultasi, dalam hal ini Klasifikasi Statistik Internasional tentang Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait atau yang sering dikenal dengan sebutan ICD10 dalam industri medis. Irwan menjelaskan bahwa pihaknya berupaya untuk mengubah budaya dalam hal perawatan medis di Indonesia.

“Kami ingin mengubah budaya dalam hal perawatan medis di Indonesia. Biasanya, dokter meminta pasien datang ke kantor mereka, karena memiliki kewajiban untuk ikut menjaga kesuksesan finansial dari rumah sakit. Sangat mudah bagi oknum tertentu untuk memberikan resep obat dan perawatan yang mahal, bahkan ketika pasien tidak benar-benar membutuhkannya. Melalui YesDok, pasien umumnya tidak bisa bertemu langsung dengan dokter di rumah sakit, sehingga tidak ada insentif bagi dokter untuk menyarankan perawatan kesehatan yang tidak dibutuhkan pasien. Yang terjadi kemudian adalah interaksi yang bisa dikatakan lebih tulus dan murni, karena tidak ada kepentingan lain dari para dokter selain untuk menolong pasiennya,” terang Irwan.

Irwan percaya bahwa ada 80% dari kebanyakan masalah kesehatan bisa diberikan penanganan pertama melalui konsultasi dengan dokter dan pemeriksaan bisa dilakukan hanya ketika benar-benar diperlukan.

“YesDok menawarkan solusi unik untuk membantu masyarakat Indonesia menghemat waktu dan uang dengan mengurangi kunjungan langsung ke dokter, karena mereka dapat dengan mudah mendapatkan saran medis terkait kondisi kesehatan mereka melalui konsultasi online,” ujarnya.

YesDok sudah beroperasi sejak 16 Oktober 2017. YesDok menetapkan biaya per 10 menit konsultasi dengan dokter dan pengguna bisa mengisi kembali nominal kredit mereka ketika ingin melakukan konsultasi lebih lanjut.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Penyedia Diskon dan “Cashback” ShopBack Raih Pendanaan Rp338 Miliar yang Dipimpin Credit Saison

ShopBack, startup penyedia jasa diskon dan cashback dari Singapura, meraih pendanaan segar sebesar US$25 juta (sekitar Rp338 miliar) yang dipimpin oleh Credit Saison, perusahaan kartu kredit dan ritel keuangan dari Jepang.

10 investor institusional lainnya yang turut berpartisipasi, termasuk investor baru Blue Sky dan Intouch Holdings, serta investor yang sudah ada, di antaranya SoftBank Ventures Korea, Singtel Innov8, Qualgro, East Ventures, dan AppWorks.

Perolehan dana segar di putaran terbaru ini akan digunakan untuk menggerakkan tiga area pengembangan utama, yaitu memperoleh sumber daya manusia tingkat dunia, meluncurkan fitur produk terbaru, dan membangun kepemimpinan pasar.

Secara total, ShopBack telah mendapat penggalangan senilai hampir mendekati US$40 juta (sekitar Rp540 miliar).

“Model bisnis ShopBack dibangun di atas meledaknya pertumbuhan e-commerce di Asia Pasifik, untuk mendorong nilai nyata bagi para penggunanya dan juga penjualan yang hemat biaya bagi para mitra pedagangnya. Model ini memungkinkan ShopBack memanfaatkan wawasan pengguna dalam kategori belanja untuk mengembangkan solusi belanja cermat, seperti rekomendasi dari kategori belanja lainnya,” ujar Partner Softbank Ventures Korea Sean Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

ShopBack beroperasi di enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, Taiwan, dan Thailand.

ShopBack mengklaim sejauh ini telah ada 1.000 transaksi setiap jamnya dan lebih dari 740 ribu transaksi per bulan. Angka penjualan lebih dari 300 juta dolar dengan lebih dari 1.300 mitra yang bergerak di penjualan online, perjalanan, dan gaya hidup.

Perusahaan telah menghimpun lebih dari 3,5 juta pelanggan tersebar di enam negara di Asia Pasifik sejak pertama kali didirikan pada 2014. Sekitar 1,5 juta d iantaranya berasal dari Indonesia.

Dari segi web traffic, secara regional mencapai 5 juta kunjungan (desktop dan mobile) per bulannya hingga Oktober 2017. Sekitar 2 juta kunjungan berasal dari Indonesia. Besarnya kontribusi dari Indonesia menjadikan negara ini pasar utama ShopBack. Total cashback yang diberikan perusahaan untuk pengguna Indonesia mencapai Rp35 miliar.

Country General Manager ShopBack Indonesia Indra Yonathan menambahkan agar tetap relevan dengan kebutuhan pengguna, perusahaan baru-baru ini menambahkan beberapa fitur layanan perbandingan harga, mulai dari perbandingan harga transportasi online, agregasi kupon diskon, dan harga pulsa termurah. Fitur tersebut diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam membuat keputusan untuk membeli sesuatu.

Pihaknya percaya bahwa pelokalan yang cepat dan efektif sangat penting bagi pihak yang beroperasi di wilayah yang sudah terbagi seperti Asia Pasifik. Meskipun penawaran layanan intinya tetap sama di berbagai negara, perusahaan tetap mengadopsi strategi produk dan pemasaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar dengan lebih baik.

“Kami berusaha keras untuk dapat menjadi satu-satunya portal atau alat bagi masyarakat Indonesia untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka dengan lebih cermat,” terang Indra.

Pentingnya Mengoptimalkan Aplikasi di Google Play

Aplikasi mobile yang didesain secara native untuk berjalan di sistem operasi ponsel pintar memang menjadi representasi yang paling menarik untuk menyuguhkan layanan digital, kendati bukan satu-satunya opsi, karena model berbasis situs juga masih sangat relevan sampai saat ini, terlebih dengan perkembangan yang ada, termasuk Progresive Web Apps. Para pemilik layanan banyak yang memutuskan untuk mengembangkan aplikasi berdasarkan beberapa alasan mendasar, salah satunya memungkinkan traksi yang lebih tinggi untuk pengguna dan kontrol lebih luas yang dapat diberikan terhadap layanan yang disajikan.

Survei menyebutkan, dengan studi kasus yang melibatkan sebanyak 516 pengguna ponsel pintar di Indonesia, banyak yang memilih aplikasi mobile untuk mengakses berbagai tipikal layanan digital ketimbang menggunakan website, kendati untuk beberapa layanan seperti berita masih banyak yang memilih mengakses situsnya secara langsung.

Survei JakPat tentang perbandingan penggunaan mobile apps dan mobile web / JakPat
Survei JakPat tentang perbandingan penggunaan mobile apps dan mobile web / JakPat

Lalu temuan selanjutnya juga menarik untuk ditelisik lebih dalam, tentang mengapa mereka lebih menyukai mengakses layanan digital menggunakan aplikasi. Ada beberapa faktor, kemudahan, kenyamanan, kecepatan, akses offline, keamanan, dan desain menjadi beberapa pertimbangan utama pengguna.

Faktor-faktor yang membuat pengguna memilih menggunakan mobile apps / JakPat
Faktor-faktor yang membuat pengguna memilih menggunakan mobile apps / JakPat

Beberapa faktor di atas tentu penting untuk menjadi perhatian pengembang aplikasi, sehingga mampu disesuaikan saat proses pengembangan produk. Memang ada strategi khusus untuk meningkatkan eksposur aplikasi di marketstore, dan ini sangat perlu dilakukan. Layaknya website yang perlu SEO (Search Engine Optimization) karena sudah banyaknya jumlah situs yang ada, aplikasi di marketstore pun sama jumlahnya sudah sangat banyak, sehingga harus ada sesuatu yang membuat aplikasi tersebut memiliki daya tarik.

Di artikel ini akan dibahas beberapa hal teknis mendasar yang perlu diperhatikan oleh pengembang sehingga membuat aplikasinya lebih maksimal ketika bertanggar di marketstore, khususnya Google Play. Poin-poin yang dijabarkan merupakan hasil diskusi dalam pagelaran Google Playtime SEA 2017 yang digelar pada Kamis (02/11) lalu di Singapura.

Unsur visual

Ini menjadi salah satu bagian yang paling penting diperhatikan, karena akan sangat mempengaruhi impresi pengguna dan pengalaman pengguna. Beberapa hal yang harus disesuaikan termasuk:

  1. Desain aplikasi dan navigasi yang intuitif, memungkinkan pengguna secara alami memahami cara kerja dengan alur yang didesain.
  2. Memberikan dukungan untuk perangkat dengan berbagai standar ukuran layar.
  3. Tidak menggunakan aset yang melanggar hak cipta.
  4. Tidak menggunakan konten yang mengandung unsur sensitif.

Aksesibilitas

Poin ini berkaitan dengan bagaimana pengguna dapat menyatu dengan aplikasi, memastikan pengguna memiliki profil yang dipersonalisasi sehingga memungkinkan mereka untuk merasa memiliki. Ada beberapa hal yang dapat dioptimalkan di sini, di antaranya:

  1. Pemanfaatan layanan SSO (Single Sign-on) seperti Facebook Login, Google+ atau Azure Active Directory dapat menyederhanakan pengalaman pengguna, agar tidak dipusingkan dengan jumlah akun yang banyak. Selain itu standardisasi di dalamnya membantu aplikasi melengkapi unsur keamanan yang harus dicapai.
  2. Jika harus menghimpun data pengguna, pastikan terlebih dulu meminta izin.

Kehandalan

Performa aplikasi secara langsung berpengaruh kepada kenyamanan pengguna. Pendekatannya ada dua hal yang paling krusial, yakni:

  1. Buatlah aplikasi dengan ukuran seminimal mungkin, pun jika pangsa pasarnya adalah pengguna dengan ponsel berspesifikasi tinggi.
  2. Pilih layanan server dengan skalabilitas mumpuni.

Pengujian

Traksi pengguna lebih sering tidak bisa diprediksikan, oleh karenanya penting bagi pengembang untuk melakukan pengujian. Salah satu pendekatan populer ialah dengan A/B Testing, yakni meluncurkan versi Alpha atau Beta sebelum peluncuran versi penuh dari aplikasi.

Dalam teknik pengembangan produk, cara ini disebut dengan Minimum Viable Product, meluncurkan aplikasi dengan fitur utama seminimal mungkin untuk mengetahui respon pengguna.

Publikasi

Ketika mempublikasikan aplikasi di Play Store juga ada beberapa hal yang dapat dilakukan pengembang untuk memaksimalkan potensi unduhan oleh pengguna, di antaranya:

  1. Melakukan pengujian desain ikon. Jika unduhan aplikasi kecil, bisa jadi ikon aplikasi yang tampil di Google Play kurang menarik, atau kurang representatif dengan layanan yang ingin disuguhkan.
  2. Hindari penggunaan kata kunci yang tidak relevan pada deskripsi dan metadata.
  3. Hindari penggunaan istilah atau kata yang mengandung unsur merek lain, karena justru akan semakin menenggelamkan hasil pencarian untuk aplikasi yang dipublikasikan.
Tatanan ikon dan deskripsi aplikasi di Google Play / Pixabay
Tatanan ikon dan deskripsi aplikasi di Google Play / Pixabay

Umpan Balik

Menurut banyak survei, rating dan umpan balik pada aplikasi memang menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan pengguna dalam memilih dan mengunduh aplikasi. Dari latar belakang itu sering kali pengembang nakal mengakalinya dengan membuat testimoni dan penilaian dengan akun palsu. Cara tersebut bisa jadi efektif untuk “menjebak” pengguna, akan tetapi jika kualitas aplikasi tidak berbanding justru akan menjadi senjata makan tuan, pengguna tidak akan mempercayai lagi dengan produk dari pengembang terkait.

Kunci Pengembangan Startup adalah Fokus pada Cakupan Pasar dan Terus Bereksplorasi

Di ajang Google Playtime SEA 2017 (02/11), selain sesi keynote dari tim Google APAC, juga diadakan sesi panel diskusi dari rekanan pengembang terpilih. Salah satu sesi diskusi panel membahas ekosistem dan karakteristik pengembang di beberapa negara di Asia Tenggara. Ada empat pemateri yang dihadirkan, pertama Indonesia yang diwakili Touchten Games, Malaysia diwakili Kurechii, Vietnam diwakili Amanotes, Thailand diwakili Ookbee, dan Filipina diwakili MochiBits.

Masing-masing startup menceritakan tentang bagaimana produk mereka mampu beradaptasi dengan ekosistem pasar lokal dan regional dengan strategi dan pendekatan yang unik. Sebagai pemateri hadir Co-Founder & COO Touchten Rokimas (Roki) Soeharyo. Ia menceritakan tentang bagaimana startup yang didirikan bersama kakak kandung dan seorang saudaranya dapat berkembang hingga kini memiliki sekitar 50 pegawai.

Sebagai pengembang produk digital berbasis game, salah satu yang digarisbawahi Roki ialah pentingnya untuk memiliki keunikan dalam inovasi yang digulirkan. Touchten didirikan dari tahun 2009, sekurangnya sudah lebih dari 50 game yang berhasil diselesaikan.

Spesialis mobile game berkategori makanan

Ramen Chain, Warung Chain, Japan Food Chain, Desert Chain adalah beberapa judul produk unggulan dari Touchten. Roki menyebutnya sebagai Food Chain Series. Produk tersebut terbukti banyak diminati sejak seri pertama dikembangkan, lalu dilanjutkan dengan varian lain di kategori yang sama. Seri game tersebut kini sudah diunduh lebih dari 8 juta kali oleh pengguna. Namun untuk mencapai titik itu tidak dengan cara yang instan, terdapat riset mendalam dan berbagai perhitungan untuk mengatur strategi.

“Biasanya dalam proses pengembangan dari founders sudah memiliki guidelines tentang tema game apa yang akan dikembangkan. Setelah dipresentasikan kepada tim, biasanya masing-masing anggota akan diminta untuk presentasi dalam pitching ide. Dari seluruh ide yang masuk akan diseleksi sesuai dengan riset pasar dan temuan lain untuk pertimbangan,” ujar Roki.

Ketika produk sudah jadi dan berhasil diluncurkan di Google Play, proses monitoring tetap akan terus dilakukan untuk mengetahui ketertarikan pengguna dan segmentasi yang tepat untuk pemasaran. Karena kadang produk aplikasi tertentu akan sangat ramai di negara A, namun kurang diminati di negara B.

“Produk yang kami kembangkan pada awalnya diluncurkan global, karena dari situ kami akan tahu pasar negara mana yang lebih suka. Seperti contohnya Food Chain Series, awalnya kami mengira pasar Amerika yang akan lebih banyak menggunakan, tapi ternyata asumsi tersebut salah, yang lebih banyak menggunakan ada di Asia. Sehingga dalam seri selanjutnya produk aplikasi pun disesuaikan dengan pasar tersebut. Fokus pada cakupan pasar menjadikan kita lebih mengerti secara kental apa yang dibutuhkan user,” lanjut Roki.

Memiliki game berseri ini juga tidak diputuskan begitu saja. Traksi game pertama yang sangat tinggi, dan mendapatkan antusias luar biasa menjadikan Touchten mengembangkan lebih banyak lagi game tentang makanan. Di lain sisi juga menjadi branding yang bagus untuk Touchten sebagai pengembang game spesialis kategori makanan.

Persepsinya semua benci iklan, pengembang dituntut kreatif

Dari tiga pilihan populer monetisasi produk apps atau games, yakni model iklan, in-app pruchase atau premium, Touchten lebih banyak mengusung model iklan, karena kebanyakan game yang diterbitkan dapat diunduh pengguna secara gratis. Roki juga menyadari tentang sebuah persepsi bahwa pada dasarnya pengguna mobile tidak suka dengan iklan. Cukup mengganggu pengalaman saat menggunakan aplikasi. Dari situ strategi kreatif dibutuhkan, agar proses bisnis tetap berjalan, namun kenyamanan pengguna tetap diutamakan.

Roki menjelaskan, “Kalau kita sedang asyik bermain, terus keluar pop-up iklan pasti akan sangat terganggu, kami menyadari itu. Apa yang kami lakukan menampilkan iklan itu secara halus, misalnya dalam sesi tertentu di permainan ada sebuah billboard yang menyatu dengan tampilan sebuah perkotaan, di sana iklan tersebut dipasangkan. Jadi lebih ke pendekatan native advertising. Prisipnya selama iklan itu tidak mengganggu pengguna, dapat dimaksimalkan developers untuk mencari uang.”

Belum lama ini Touchten juga mengeksplorasi “gaya baru”, menjalin kerja sama dengan Deddy Corbuzier untuk mengembangkan game berjudul “Fist of Rage”. Diceritakan Roki, ini adalah sebuah kolaborasi mutualisme. Deddy dianggap memiliki personality dan follower yang kuat, sedangkan Touchten memiliki kapabilitas untuk pengembangan produk digital interaktif.

“Kerja sama dengan Deddy Corbuzier adalah sebuah win-win collaboration. Dari sisi Deddy dengan adanya produk digital yang interaktif dia bisa lebih engage dengan followers dan komunitasnya, sedang dari sisi Touchten tentu terbantu dengan sebaran pengguna dari komunitas yang dimiliki Deddy. Selebriti sudah seharusnya open dengan yang seperti ini, sekarang konsumen semua ke mobile, dan game menjadi salah satu media paling interaktif untuk menjangkau pangsa pasar masa kini,” jelas Roki.

Penguatan ekosistem menjadi wujud komitmen yang sangat berarti

Google Playtime adalah acara tahunan untuk pengembang di platform Android
Google Playtime adalah acara tahunan untuk pengembang di platform Android

Selain bersama Roki, DailySocial juga sempat berbincang dengan Calvin Kizana selaku Founder & CEO Picmix dan Andi Taru Nugroho selaku Founder & CEO Educa Studio yang turut diundang secara khusus untuk menjadi peserta di acara ini. Secara singkat mereka mengungkapkan bahwa ekosistem mobile yang ada saat ini begitu berarti bagi para pengembang. Cakupan pasar yang sangat besar membuat inovasi menjadi lebih mudah didistribusikan kepada pangsa pasar.

“Google Playtime 2017 spesial bagi saya, karena yang mendapatkan undangan adalah developer terpilih. Di sini banyak insight yang saya dapat, termasuk salah satu yang paling menarik tadi berkaitan dengan pemaparan data saat ini sudah ada 2 miliar pengguna aktif bulanan di Google Play. Menjadi trigger kami untuk terus mengkreasikan produk,” ujar Andi.

Sedangkan Calvin mengungkapkan, “Acara tahunan Google Play ini sangat berguna bagi pelaku startup seperti saya. Banyak masukan menarik, informasi tentang tools dan tips pengembangan yang disampaikan dari para expert. Di lain sisi, acara ini sangat membantu kami sebagai ajang networking untuk mendekatkan diri dengan Google dan rekan startup lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here