Riset AFPI dan EY Parthenon Petakan Kondisi Terkini UMKM

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama EY Parthenon Indonesia meluncurkan riset bertajuk “Studi Pasar dan Advokasi UMKM Indonesia” untuk memetakan kondisi terkini UMKM. Riset ini bertujuan untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran.

Selama ini, mengacu pada kondisi di lapangan, pengelompokan kriteria UMKM di Indonesia cukup beragam karena tiap institusi pemerintah belum memiliki satu definisi segmen UMKM akibat memiliki agenda berbeda, seperti yang terjadi di KemenBUMN, Kemenperin, dan Kemenparekraf. Sementara itu, mengacu pada PP Nomor 7 Tahun 2021, definisi UMKM nasional memiliki ruang untuk pengembangan.

Riset ini mengelompokkan UMKM di Indonesia menjadi empat klaster yang lebih rinci untuk mendukung pengambilan kebijakan pemberian pembiayaan dapat lebih tepat sasaran bagi pemangku kepentingan, termasuk penyelenggara P2P, dalam rangka memperkuat ekonomi melalui UMKM.

Sekretaris Jenderal AFPI Sunu Widyatmoko menyampaikan, AFPI merasa perlu memetakan segmentasi UMKM untuk mengetahui lebih rinci mengenai kondisi UMKM di Tanah Air, sehingga dapat memberikan pendanaan yang tepat sasaran. Anggota AFPI diharapkan dapat menjadi motor peningkatan penyaluran pembiayaan, khususnya untuk menjangkau pasar unbanked dan underserved.

“Dalam riset AFPI dan EY, dirasa perlu menambahkan elemen literasi digital dan literasi keuangan, untuk memperkuat segmentasi UMKM yang sudah ada selama ini. Harapannya anggota AFPI dapat menambah visibilitas terhadap potensi UMKM ke depan, sehingga menjadi sumbangsih nyata kami terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” ucapnya, Jumat (14/7).

Empat segmentasi UMKM tersebut adalah:

  1. Kelompok Bisnis Prospektif: Bisnis skala ultra mikro dan mikro dengan literasi digital dan keuangan tinggi, memiliki potensi kemampuan perencanaan bisnis.
  2. Kelompok Kebutuhan Dasar: Bisnis skala ultra mikro dan mikro dengan literasi digital dan keuangan rendah, menghasilkan potensi risiko pembiayaan yang lebih tinggi.
  3. Kelompok Bisnis Konvensional Bertahan: Bisnis skala kecil hingga menengah dengan literasi digital dan keuangan rendah, hanya berfokus pada mempertahankan kondisi status-quo mereka.
  4. Kelompok Bisnis Unggul: Bisnis skala kecil hingga menengah dengan literasi digital dan keuangan tinggi, memiliki daya tarik tertinggi dalam hal pendanaan.

Segmentasi ini dirancang untuk melengkapi segmentasi UMKM yang sudah ada selama ini, atau yang dikelompokkan berdasarkan modal usaha dan pendapatan tahunan sesuai PP Nomor 7 Tahun 2021.

Segmentasi baru ini juga mengakomodir jumlah karyawan, tingkat maturitas digital dan finansial, dan tipe industri (manufaktur atau servis di pasar UMKM), sehingga memperluas cakupan pemahaman profil dan perilaku UMKM, serta mendorong pembentukan kebijakan dan penetrasi pembiayaan yang lebih akurat di masa depan.

Riset AFPI-EY Parthenon

Partner EY Parthenon Indonesia untuk Strategy and Transactions Anugrah Pratama mengatakan, definisi nasional tentang UMKM yang ada saat ini masih memiliki ruang untuk pengembangan disesuaikan dengan industri yang membutuhkan. Melalui riset ini diharapkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, akan memiliki definisi terpadu untuk dapat menyelaraskan dan menyusun strategi yang lebih kuat untuk segmen UMKM.

Setiap segmentasi ini memiliki masalah dan solusi yang berbeda satu sama lain. Dalam riset dipaparkan, Kelompok Bisnis Prospetif membutuhkan kebijakan terkait kemudahan akses pembiayaan, sementara Kelompok Kebutuhan Dasar membutuhkan kebijakan terkait peningkatan kesadaran digital dan finansial mereka.

Selanjutnya, Kelompok Bisnis Konvensional Bertahan membutuhkan kebijakan terkait peningkatan kesadaran digital dan finansial. Terakhir, Kelompok Bisnis Unggul membutuhkan peningkatan penyediaan pembiayaan dan akses pengembangan bisnis.

“Segmentasi UMKM ini menjawab sejumlah kemungkinan risiko pembiayaan khusus per klaster yang harus diperhatikan. Setiap klaster tersebut membutuhkan serangkaian intervensi kebijakannya sendiri berdasarkan tingkat urgensi yang dimiliki. Oleh karena itu, pengambilan langkah yang tepat sangat penting agar pembiayaan tidak salah sasaran dan terhindar dari kesenjangan yang semakin besar,” katanya.

Penyaluran belum merata

Riset ini juga menemukan bahwa penyebaran permintaan pembiayaan di seluruh wilayah tidak seragam karena memiliki komposisi klaster yang unik. Permintaan pembiayaan UMKM masih terpusat di Jawa dan Bali, yakni 62% dari total pembiayaan UMKM di Indonesia pada 2022 dan akan menjadi 61% pada 2026.

Pada 2022, total suplai pembiayaan UMKM Rp1400 Triliun dan pada 2026 akan menjadi Rp1900 Triliun. Sementara itu, segmen dengan pertumbuhan tertinggi terdapat di Indonesia Timur dengan skala Ultra Mikro dan Mikro (Segmen Bisnis Prospektif) yang memiliki laju pertumbuhan CAGR 23,1% antara 2022-2026.

Permintaan pembiayaan dari Indonesia Timur diperkirakan mencapai Rp250 Triliun pada 2026, di mana 24% atau sekitar Rp60 triliun berasal dari kelompok Bisnis Prospektif. Namun, sampai saat ini, akses pendanaan masih terbatas di daerah tersebut.

Sedangkan untuk usaha skala besar yang masih belum matang (Segmen Bisnis Konvensional Bertahan) masih mendominasi permintaan pembiayaan di Kalimantan. Kondisi ini membutuhkan kombinasi program pembiayaan dan kesadaran untuk membantu UMKM tumbuh optimal.

Riset AFPI-EY Parthenon

“Potensi masih banyak dan kita setuju [itu berada] di beyond Jawa Bali. Memang pertimbangan bisnisnya market terbesar ada di sini karena growth paling besar. Tapi [luar Jawa] yang lain juga sedang bertumbuh. Kalau mindset-nya ke sini saja, market akan jenuh. Tapi perlu dicatat, kalau sudah jadi juara Jawa belum tentu [dengan produk dan strategi yang sama] di luar Jawa bakal berhasil karena target audiensnya dan kebiasaannya berbeda,” tambah Anugrah.

Ketua Bidang Humas AFPI sekaligus CEO & Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra menuturkan, “Dengan memahami profil pembiayaan yang berbeda di setiap daerahnya, maka lembaga keuangan termasuk anggota AFPI dapat mengetahui potensi pendanaan yang dapat disalurkan. Dengan demikian segmentasi klaster UMKM ini dapat menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dalam merumuskan inisiatif kebijakan utama yang sesuai dengan profil daerah masing-masing.”

Sebelumnya, EY memproyeksikan total kebutuhan pembiayaan UMKM pada 2026 akan mencapai Rp4300 triliun dengan kemampuan suplai hanya Rp1900 triliun. Artinya, terdapat selisih atau gap sebesar Rp2400 triliun dari total kebutuhan pembiayaan.

Permintaan beserta suplai bertumbuh dengan laju pertumbuhan yang hampir sama, yakni Compound Annual Growth Rate (CAGR) ~7,2% dari 2022 hingga 2026. Hal ini menyebabkan selisih pembiayaan juga bertumbuh dengan laju CAGR ~7%, sehingga gap akan terus melebar dikarenakan laju pertumbuhannya yang masih positif.

AC Ventures dan BCG Rilis Laporan Potensi Pertumbuhan Ekonomi Hijau di Indonesia

Salah satu peluang yang paling menjanjikan untuk green growth di Indonesia adalah renewable energy. Indonesia memiliki sumber daya renewable energy yang melimpah, termasuk energi surya, angin, hidro, dan panas bumi. Dengan berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi renewable energy, Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan beralih ke sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Hal ini tidak hanya membantu mitigasi perubahan iklim, tetapi juga menciptakan peluang kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Dalam laporan yang dirilis AC Ventures dan Boston Consulting Group mengenai Potensi Pertumbuhan Ekonomi Hijau dan Derkabonisasi di Indonesia terungkap, peluang yang besar bagi Indonesia dalam strategi, pengurangan gas rumah kaca, dan penyeimbangan emisi, dengan meminta partisipasi luas dari perusahaan, pemangku kepentingan pemerintah, dan investor dalam transisi ekonomi yang kritis.

Tiga kategori penentu keberhasilan solusi Green Growth

Green growth adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jalur pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan. Untuk mencapai ambisi Indonesia dalam memenuhi net zero emission maksimal pada 2060, diperkirakan pengeluaran publik dan swasta di negara ini akan mencapai $350 miliar per tahun pada 2030.

Dalam laporan tersebut terungkap, terdapat tiga kunci sukses agar dekarbonisasi bisa berjalan sukses di Indonesia. Di antaranya adalah solusi energi, solusi pengelolaan limbah dan yang terakhir adalah solusi agrikultur.

Khusus untuk solusi energi selain electric vehicle (EV), platform seperti Xurya dinilai mampu membantu Indonesia melancarkan gerakan dekarbonisasi.

Meskipun masih ada banyak tantangan dalam pengelolaan limbah di Indonesia, upaya yang dilakukan saat ini menunjukkan komitmen pemerintah dan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Beberapa startup yang telah menghadirkan solusi pengelolaan limbah di antaranya adalah Waste4Change dan Surplus.

Sementara itu solusi agrikultur di Indonesia dinilai masih sulit untuk ditangani secara menyeluruh. Namun demikian, fungsinya menjadi penting karena mendukung ekonomi untuk mengadopsi dan mendorong praktik pertanian berkelanjutan. Kompleksitas sisi teknik agrikultur itu sendiri hingga perubahan tanaman dan sistem makanan merupakan fundamental dari pertanian yang harus diselesaikan lebih lanjut. Perusahaan yang mencoba menghadirkan solusi untuk agrikultur di Indonesia di antaranya adalah, iGrow (diakuisisi LinkAja tahun 2021), Aruna dan Neurafarm.

Platform dan organisasi pendukung ekosistem startup berdampak

Selain startup yang menyasar kepada lingkungan dan renewable energy, platform seperti Ecoxyztem yang merupakan venture builder khusus untuk climate tech dan startup berdampak di Indonesia, dinilai juga dapat membantu pemerintah melancarkan kampanye peduli lingkungan. Meskipun belum banyak investor yang tertarik untuk memberikan dana segar kepada startup berdampak, namun saat ini mulai banyak platform seperti Ecoxyztem dan lembaga lainnya yang tertarik untuk berinvestasi di startup berdampak Indonesia.

“Namun, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk beralih ke ekonomi hijau. Perubahan ini merupakan peluang bagi startup, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan investor untuk memainkan peran utama dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dan mengatasi perubahan iklim,” kata Principal – Head of ESG AC Ventures Lauren Blasco.

Kekurangan talenta digital

Meskipun saat ini sudah mulai banyak perusahaan yang menghadirkan solusi dengan target dan layanan yang berbeda untuk mendukung green growth, kebanyakan dari mereka masih kesulitan untuk mencari talenta yang relevan. Dalam laporan tersebut terungkap, Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan terkait akses terhadap talenta yang tersedia dan sesuai.

Laporan RGF pada tahun 2019 mencatat bahwa sekitar 50% dari para pengusaha Indonesia di 10 sektor menghadapi kekurangan talenta yang signifikan. Kekurangan talenta ini terutama dirasakan di ruang startup, dengan pemerintah Indonesia memperkirakan bahwa Indonesia bakal membutuhkan sembilan juta talenta di bidang teknologi pada tahun 2030 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang pesat. Ini mewakili peningkatan 10x lipat dari sekitar 900 ribu pekerja talenta digital yang berada di Indonesia pada tahun 2020.

Menurut laporan tersebut Indonesia dapat melakukan beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini dengan lebih baik menarik pekerja asing berbakat, namun masih ada hambatan-hambatan yang signifikan termasuk hambatan bahasa, proses aplikasi yang kompleks dan restriktif, serta upaya untuk meningkatkan kemampuan talenta yang ada saat ini, atau menarik kembali talenta Indonesia yang tersebar di luar negeri. Untuk jangka pendek, para pemangku kepentingan di sektor publik dan swasta harus bekerja sama untuk memahami cara menarik, melatih, dan mempertahankan talenta terbaik saat ini.

Pengembangan EV di Indonesia

Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan diproyeksi menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050, Indonesia memiliki kepentingan yang besar dalam melakukan transformasi menjadi pertumbuhan ekonomi hijau. Transformasi ini tidak hanya penting untuk keberlanjutan lingkungan, melainkan juga merupakan peluang bisnis yang sangat signifikan. Laporan tersebut memperkirakan nilai peluang pertumbuhan hijau di Indonesia sebesar $400 miliar yang mencakup pendapatan industri dan potensi kompensasi karbon.

Menurut Managing Director dan Partner BCG Singapura Marc Schmidt, khusus untuk Indonesia solusi energi, pengelolaan limbah hingga agrikultur memainkan peranan penting, namun demikian jika pemerintah Indonesia bisa memprioritaskan solusi yang ingin dihadirkan lebih dulu, solusi energi menjadi opsi yang ideal.

“Dengan fokus kepada solusi energi memberikan kesempatan kepada EV yang memiliki low emission zero emission untuk berkembang menjadi sistemik untuk diselesaikan. Yang nantinya bukan hanya fokus kepada energy generation namun juga transmission yang membutuhkan infrstruktur untuk semua.”

Saat ini tercatat sudah banyak perusahaan lokal hingga asing yang menghadirkan motor listrik serta produk pendukungnya di Indonesia. Di antaranya ION Mobility yang berbasis di Singapura, Tingkok dan Indonesia. Sementara untuk produk lokal di antaranya adalah Viar, Elvindo Rama, Selis E-Max, Honda PCX, serta produsen lokal yang motornya sempat dicoba presiden yakni Gesits.

Salah satu perusahaan lokal yang sedang merintis solusi di sektor EV adalah MAKA Motors. Dalam pendekatan alternatif dibandingkan dengan kebanyakan pemain otomotif Indonesia yang fokus pada perakitan dan penjualan/layanan purna jual, Maka Motors mengadopsi rantai nilai terintegrasi secara vertikal melalui R&D, desain produk, perakitan, dan penjualan/layanan purna jual.

Model terintegrasi secara vertikal ini diklaim memungkinkan mereka untuk merancang dan memproduksi produk kendaraan listrik yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar Indonesia dan memungkinkan perusahaan memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan produk whitelabel dengan spesifikasi serupa (ukuran baterai, daya motor) karena struktur biaya yang lebih efisien.

“Kami percaya bahwa kendaraan listrik merupakan kunci perjalanan dekarbonisasi Indonesia, membuka jalan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Untuk mengajak konsumen Indonesia beralih dari kendaraan bensin mereka, para pemain kendaraan listrik harus menyediakan total biaya kepemilikan yang lebih rendah tanpa mengorbankan apa yang sudah diperoleh konsumen dari kendaraan bensin saat ini yaitu, jarak tempuh, daya, kegunaan, daya tahan, dan keterjangkauan,” kata Founder & CEO Maka Motors Raditya Wibowo.

Biaya Layanan QRIS Tak Lagi Gratis, 26 Juta Merchant Sudah Adopsi

Per 1 Juli 2023, Bank Indonesia kembali memberlakukan biaya layanan merchant discount rate (MDR) untuk layanan QRIS bagi usaha mikro sebesar 0,3%. Sebelumnya, selama pandemi, biayanya ini digratiskan untuk memberikan insentif bagi para pelaku industri. Pemberlakuan ini diambil setelah tiga tahun QRIS diperkenalkan ke publik dan digulirkan ke berbagai skala merchant, dari besar hingga mikro.

Menurut data BI per Mei 2023, jumlah merchant yang menggunakan QRIS mencapai 26,1 juta. Dari total tersebut, sebanyak 91,26% merupakan UMKM. Kemudian, jumlah pengguna QRIS mencapai 35,8 juta dengan nilai transaksi Rp18,08 triliun. Adapun 77% transaksi QRIS bernominal di bawah Rp100 ribu.

Walau jumlah merchant-nya dominan, keputusan pengenaan tarif ke usaha mikro pada saat ini dianggap tepat karena memasuki pemulihan pandemi, sehingga tidak kontradiktif dengan kemungkinan pedagang memilih untuk balik ke uang tunai, misalnya.

“Secara waktu enggak ada masalah. Ekonomi sudah pulih dan pengguna QRIS semakin banyak. Tinggal penyelenggara QRIS meningkatkan layanannya saja, dari sisi quality. Bagaimana pelayanan QRIS ini bisa lebih maksimal, seperti proses settlement yang lebih cepat, ataupun sistem yang lebih aman bagi penjual serta tidak merugikan sisi konsumennya,” ujar Ekonom Indef Nailul Huda saat dihubungi DailySocial.id.

Nailul melanjutkan, jika melihat besarannya MDR usaha mikro tergolong cukup kecil dibandingkan dengan biaya layanan dari opsi pembayaran lainnya, seperti kartu kredit. Belum lagi transaksi bisnis mikro ini juga relatif kecil, sehingga potongannya juga semakin kecil.

Ambil contoh, bila bertransaksi sebesar Rp10 ribu di warung, maka pedagang hanya membayarkan 0,3% dari transaksi tersebut ke penyedia jasa pembayaran atau senilai Rp30.

“Jadi tambahan biayanya relatif cukup bisa diterima,” tambahnya.

Ia pun memberi catatan, tidak menutup kemungkinan pedagang membuat penyesuaian harga sehingga biaya MDR dibebankan ke konsumen. Pun bagi pedagang yang baru mau menyediakan QRIS bisa dipastikan mulai mempertimbangkan juga.

“Tapi sejauh ini, saya rasa MDR QRIS termasuk paling murah dan ringkas dibandingkan dengan biaya MDR payment lainnya.”

Bank Indonesia sudah mengimbau apabila para pedagang yang menemukan pengenaan tarif lebih dari 0,3% oleh penyedia jasa pembayaran (PJP) dapat melaporkan langsung ke call center BI 131. PJP dan pedagang juga tidak boleh membebankan biaya ini kepada pelanggan. Hal ini tertuang dalam PBI Nomor 23 tahun 2021 pasal 52 ayat 1.

Tanggapan Bank Indonesia

Saat dihubungi DailySocial.id, Kepala Grup Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Ritel Bank Indonesia Fitria Irmi Triswati menyampaikan MDR pada prinsipnya adalah biaya yang dikenakan kepada pedagang oleh PJP untuk dapat menerima dan memroses pembayaran yang menggunakan QRIS.

“Kebijakan MDR ini ditetapkan oleh BI tentunya mempertimbangkan kepentingan nasional, masyarakat, industri dan pemenuhan aspek transparansi,” katanya.

Sebenarnya sebelum pandemi, lanjutnya, MDR QRIS pada saat diluncurkan pertama kali ditetapkan sebesar 0,7% berlaku untuk seluruh segmen pelaku usaha. Akan tetapi saat pandemi, MDR QRIS untuk usaha mikro (UMI) ditetapkan sebesar 0% untuk mendukung aktivitas ekonomi UMI agar tidak terlalu terimbas pelemahan ekonomi yang saat itu tiarap di dunia manapun.

“Begitu saat ini pemulihan ekonomi sudah semakin gencar, apalagi dengan pernyataan sudah masuk endemi, kebijakan ini perlu disesuaikan.”

Angka 0,3% juga dianggap lebih murah dibandingkan MDR QRIS bagi segmen pelaku usaha lainnya atau tarif sebelum pandemi. MDR QRIS secara umum juga relatif lebih efisien dibandingkan metode pembayaran lainnya (misal kartu kredit) dan tarif MDR transaksi QR di negara lain.

Fitria melanjutkan, penyesuaian yang diambil saat ini dilandasi atas semangat untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna dan merchant, antara lain melalui disbursement dana ke merchant yang lebih cepat, peningkatan aspek keamanan, sosialisasi dan edukasi, peningkatan pelayanan kepada merchant serta perluasan adopsi QRIS yang pada akhirnya dapat meningkatkan akses pasar bagi merchant UMI dan meningkatkan pendapatan merchant UMI.

“Selain itu, kebijakan MDR QRIS UMI bertujuan untuk memastikan keberlanjutan penyelenggaraan QRIS oleh pihak terkait dalam pemrosesan transaksi QRIS, termasuk pengembangan inovasi QRIS ke depan dengan tetap memperhatikan kepentingan pengguna dan merchant.”

Bank sentral juga memastikan tidak mengambil keuntungan dari MDR. Nilai ini sepenuhnya diberikan kepada industri, yang meliputi lembaga issuer, lembaga acquirer, lembaga switching, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), dan Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN).

“Itu ekosistemnya dan mereka yang berkepentingan. BI posisinya lembaga yang merumuskan kebijakan,” ujar Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Dicky Kartikoyono dikutip dari CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, BI menetapkan rincian besaran tarif MDR QRIS berdasarkan kategori:

– Usaha mikro 0,3%
– Di luar usaha mikro 0,7%
– Pendidikan 0,6%
– SPBU, badan layanan umum atau BLU dan public service obligation alias PSO 0,4%

Sebagai perbandingan, biaya MDR sendiri bervariasi tergantung metode pembayaran yang dipilih konsumen. Angkanya juga akan berbeda-beda sesuai dengan penerbit sistem pembayarannya, serta apakah transaksinya lintas bank atau dengan bank yang sama.

Mengutip situs Cashlez, berikut daftar tarifnya:

Metode pembayaran Tarif MDR
Debit/contactless Visa dan Master Card 2%
Kartu kredit dan kartu internasional 2% (off us); 1,8% (on us)
Kartu debit GPN 1% (off us); 0,15% (on us)
Kredivo 2,3% (diluar PPn & PPh)
VA BCA Rp3.500

Mengenal Fitur GrabFood Dine-In, Strategi Omnichannel bagi Mitra Merchant

Situasi tech winter membuat para investor mengencangkan ikat pinggang dan sangat selektif dalam menyuntik pendanaan. Banyak startup, utamanya yang berstatus unicorn, didorong untuk segera menuai keuntungan. Hal ini membuat perusahaan berpikir keras dalam mencari strategi untuk bisa meyakinkan investor dan memperpanjang runway.

Strategi bakar uang untuk menggaet pengguna pun dirasa sudah cukup dan kini saatnya beralih ke era path to profitability. Hal ini mendorong banyak perusahaan mulai mengurangi promo dan semakin menaikkan biaya layanan. Salah satunya, layanan GrabFood yang mulai memperbanyak pilihan biaya langganan daripada promo potongan harga.

Perubahan strategi sempat mengakibatkan penurunan jumlah transaksi bruto alias gross merchandise volume (GMV) pada layanan pengiriman, termasuk GrabExpress dan GrabFood. Dikutip dari Katadata, Grab mencatatkan GMV layanan pengiriman termasuk GrabExpress dan GrabFood turun 9% yoy menjadi US$2,34 miliar.

Pada akhir 2022 lalu, Grab Indonesia juga telah menutup GrabKitchen, layanan pesan-antar makanan berbasis komputasi awan atau sering disebut cloud kitchen. Alasan utama perusahaan menutup layanan yang telah dirilis sejak 2018 ini adalah karena tidak sesuai dengan rencana kerja yang diharapkan.

GrabFood Dine-in

Menyusul penutupan GrabKitchen, perusahaan telah menyiapkan fitur baru yang diharapkan bisa lebih mendukung para merchant. Berbanding terbalik dengan GrabKitchen, fitur Dine-in memungkinkan pengguna menemukan restoran terbaik atau terdekat, serta memberikan voucher sehingga bisa makan di tempat dengan harga lebih murah.

Dalam keterangan resmi, pihaknya menyampaikan fakta bahwa semakin banyak orang yang kembali makan di luar menjadi alasan kuat untuk meluncurkan GrabFood Dine-in. “Ini tidak hanya membantu pengguna kami menemukan restoran untuk dikunjungi, tetapi juga membuat makan di luar lebih terjangkau karena beberapa mitra pedagang menawarkan voucher makan malam yang menarik yang dapat dibeli melalui aplikasi,” tulisnya.

GrabFood Dine-in merupakan wujud Grab dalam mempertajam komitmen untuk memberikan hal-hal yang lebih terjangkau kepada pengguna dengan promo menarik, yang merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi pemilihan restoran oleh konsumen. Sebagai permulaan, terdapat lebih dari 100 outlet yang berpartisipasi menawarkan voucher dengan diskon hingga 30% dari menu dine-in mereka.

Selain itu, layanan ini juga disebut berpotensi untuk meningkatkan pemasaran dengan memberikan informasi penting tentang sebuah restoran di halaman profil mereka. Pengguna juga dapat melihat menu restoran dan melihat rekomendasi hidangan yang dipersonalisasi berdasarkan pesanan pengiriman GrabFood sebelumnya.

Jam buka dan alamat restoran disediakan, dan pengguna dapat memesan perjalanan Grab ke restoran langsung dari halaman profil merchant. Ulasan konsumen saat ini tersedia untuk mitra terbatas, karena lebih dari 70% pengguna Grab mengatakan, mereka mengandalkan ulasan dari platform digital dan dari mulut ke mulut saat memutuskan tempat makan berikutnya.

Fitur ini juga menawarkan merchant cara lain untuk melayani basis pengguna Grab yang besar dan berpotensi mengembangkan bisnis dine-in mereka. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan makan di tempat, pengiriman, dan self pick-up pada satu platform memudahkan merchant untuk menambah sumber pendapatan mereka.

Orderfaz Tutup Putaran Pendanaan Pra-Awal Dipimpin oleh 1982 Ventures

Startup fintech untuk social commerce Orderfaz menutup putaran pendanaan pra-awal dalam bentuk financing, dipimpin oleh 1982 Ventures. Modal awal ini digunakan untuk penambahan jumlah tim, pengembangan produk, dan ekspansi jangkauan pasar. 

Beroperasi pada Maret 2023, jajaran pendiri Orderfaz terdiri dari Reynaldi Gandawidjaja (CEO), Mohamad Iqbal (Chief Commercial Officer), and Jessica Alvina (Chief Product Officer) yang juga mantan eksekutif senior di Evermos.

Tim manajemen Orderfaz sebelumnya mendirikan platform logistik Popaket yang juga dicaplok Evermos, serta penyedia dropshipping UKM, Bandros. Mereka mendirikan Orderfaz karena melihat pasar marketing digital di Indonesia masif, tetapi belum dipertemukan dengan solusi yang tepat.

Orderfaz mengembangkan solusi pembayaran dan penjualan yang membantu pelaku usaha dan pemilik brand meningkatkan konversi penjualan online. Solusi ini dirancang untuk mengoptimasi penjualan dan operasional dengan biaya transaksi lebih rendah, serta memampukan pemilik brand mengontrol bisnisnya secara online.

Co-Founder dan CEO Orderfaz Reynaldi Gandwidjaja mengatakan, “social commerce di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa, tetapi terhambat dengan jumlah kanal penjualan yang terbatas, yang mana utamanya adalah retail dan e-commerce. Kami menciptakan Orderfaz sebagai one-stop shop bagi bisnis social commerce untuk mendorong pendapatan, operasional, dan mencapai tingkat konversi yang efisien,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Pihaknya menilai potensi social commerce masih sangat besar dengan estimasi nilai pasar $90 miliar pada 2028. Berdasarkan laporan “The Social Commerce Landscape in Indonesia” oleh Populix, sebanyak 86% responden di Indonesia pernah berbelanja di media sosial di mana TikTok Shop (45%) menjadi platform yang paling sering digunakan, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%). 

Sementara, Managing Partner di 1982 Ventures Scott Krivokopich menambahkan, “Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi paling terhubung secara digital, memiliki adopsi social commerce yang luar biasa. Yang sedang kami coba atasi di sini adalah bagaimana Orderfaz mencoba sesuatu yang berbeda di pasar. Kami bersemangat bekerja dengan tim Orderfaz sambil membangun solusi inovatif untuk social commerce di Indonesia.”

Konversi penjualan dan omnichannel

Dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id, CEO Orderfaz Reynaldi Gandawidjaja mengungkap, salah satu masalah utama yang sering dialami oleh pelaku social commerce di Indonesia adalah konversi penjualan yang spesifik.

Menurutnya, ada dua cara agar pelaku usaha social commerce dapat mengonversi calon pembeli menjadi penjualan, yakni melalui kanal WhatsApp dan order form. “Kami menyediakan kedua solusi ini untuk mempermudah deal closing dari digital market atau penjual social commerce. Jadi, lead yang masuk tidak gagal terkonversi,” ungkap Reynaldi.

Orderfaz menghadirkan fitur Smart WhatsApp Keyboard bagi penjual untuk menyelesaikan pemesanan pembeli dengan mudah, yang disesuaikan karakter unik pasar Indonesia di mana transaksi online diselesaikan lewat WhatsApp. Fitur ini mencakup rincian pemesanan, invoice, dan tautan product checkout untuk pembeli di WhatsApp.

Pihaknya mengklaim tingkat konversi penjualan penggunanya sudah terlihat dengan persentase bervariasi, dari 30% sampai 200%. Saat ini, sudah ada 600 penjual bergabung ke Orderfaz dalam dua bulan pertama usai peluncuran. Targetnya, jumlah pengguna naik dua kali lipat dalam beberapa bulan ke depan.

Lebih lanjut, Orderfaz berencana mengembangkan marketplace omnichannel untuk mengelola pemesanan di Orderfaz maupun mitra e-commerce pihak ketiga, seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok. Orderfaz juga akan membuat program customer loyalty untuk reward reliable buyers.

“Tidak semua penjual di e-commerce, seperti Tokopedia atau Shopee) juga social media seller. Namun, hampir semua social commerce seller merupakan e-commerce seller juga. Untuk itu, kami sedang mengintegrasikan e-commerce, seperti TikTok Shop, Shopee, Tokopedia) agar manajemen order user kami dapat terintegrasi di satu tempat.”

Orderfaz berupaya menyederhanakan proses pembelian lewat One-Click Checkout melalui plug-in browser di mana penjual melacak rekam jejak transaksi pembeli untuk menghindari risiko penipuan. Orderfaz juga menyediakan wadah berjejaring bagi pemilik brand agar dapat saling berbagi pengalaman, tips, dan trik berjualan sebagai digital marketer atau melalui media sosial 

Pengesahan RUU Kesehatan Dukung Inisiatif Startup Bioteknologi di Indonesia

Pemerintah bersama DPR RI baru saja mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan menjadi Undang-Undang (UU) Kesehatan dalam rapat paripurna DPR RI yang dilaksanakan pada hari Selasa (11/7). Salah satu aspek yang dibahas adalah pemanfaatan teknologi dalam industri kesehatan, termasuk pemanfaatan bioteknologi.

Pemerintah sepakat dengan DPR akan perlunya akselerasi pemanfaatan teknologi biomedis untuk pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kedokteran presisi. Pengesahan RUU Kesehatan ini merupakan salah satu langkah dari transformasi kesehatan untuk membangun arsitektur kesehatan Indonesia yang tangguh, mandiri, dan inklusif.

Dilansir dari Katadata, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono sempat mengatakan, ada dua subsektor kesehatan yang menarik tahun ini, yaitu data kesehatan dan biomedikal. Sementara regulasi terkait teknologi kesehatan juga diatur dalam BAB X yang terdiri dari 10 pasal, yakni 334 – 344.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan inovasi teknologi kesehatan diatur dalam bunyi pasal 337 ayat 3. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi biomedis yang mencakup teknologi (1) Genomik (2) Transcriptomic (3) Proteomik, dan (4) Metabolomik terkait organisme, jaringan, sel, biomolekul, dan teknologi biomedis lain.

Pemanfaatan teknologi biomedis yang dimaksud dapat dilaksanakan mulai dari:

  • Pengambilan
  • Penyimpanan jangka panjang
  • Pengelolaan dan pemanfaatan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data terkait.

Sementara pasal 339 ayat 1 menyebutkan, penyimpanan dan pengelolaan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data untuk jangka panjang harus dilakukan oleh biobank dan/atau biorepositori yang

Penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori harus mendapatkan penetapan dari pemerintah pusat dan diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan kesehatan, baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun swasta.

Dalam pasal 339 ayat 4 ditegaskan bahwa penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori wajib menerapkan beberapa prinsip berikut: (1) Keselamatan hayati dan keamanan hayati, (2)  Kerahasiaan atau privasi, (3) Akuntabilitas, (4) Kemanfaatan, (5) Kepentingan umum, (6) Penghormatan terhadap hak asasi manusia, (7) Etika, hukum, dan medikolegal, dan (8) Sosial budaya.

Pemerintah juga mewajibkan penyelenggara biobank dan/atau biorepositori untuk menyimpan spesimen dan data di dalam negeri. Selain itu, data dan informasi harus terintegrasi ke dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional.

“Pengalihan dan penggunaan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan/atau data ke luar wilayah Indonesia dilakukan dengan memperhatikan prinsip pemeliharaan kekayaan sumber daya hayati dan genetika Indonesia,” demikian bunyi pasal 340 ayat 1.

Startup bioteknologi di Indonesia

Menurut Global Biotechnology Innovation Scorecard 2021, Indonesia menempati peringkat ke-52 dari 54 negara dalam pengembangan bioteknologi. Indonesia juga masih mengandalkan bahan baku obat impor, dan sektor bioteknologi dalam negeri masih dalam tahap awal.

Meskipun masih terbilang prematur, sudah banyak inisiatif terkait sektor bioteknologi yang diluncurkan di Indonesia. Salah satunya adalah Etana, perusahaan bioteknologi asal indonesia yang menggunakan teknologi mRNA dan platform berbasis viral peptides untuk produksi vaksin. Perusahaan punya misi menyediakan produk bio-farmasi berkualitas tinggi, terjangkau dan inovatif.

Teranyar, Asa Ren yang mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang fokus mengelola data DNA. Saat ini, perusahaan menyediakan aksesibilitas tes DNA langsung pada konsumen dengan menawarkan lebih dari 360 laporan — termasuk risiko kesehatan (predisposed risk), informasi keturunan (ancestry), dan laporan lainnya untuk orang dewasa hingga anak-anak.

Dari sisi pendanaan, para investor mulai melirik keberadaan startup biotech di Indonesia. Ketika investasi di sektor ini masih relatif baru, East Ventures telah menunjukkan kepercayaannya sejak 2018 lewat portofolio di bidang genome sequencing, yakni Nalagenetics dan Nusantics.

Tidak berhenti di situ, East Ventures juga meluncurkan sebuah white paper bertajuk “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future” bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Redseer Strategy Consultant. Laporan ini memaparkan pemahaman komprehensif tentang peran genomik dalam memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Di samping itu, Corporate Venture Capital (CVC) milik Telkom, MDI Ventures dan Bio Farma juga telah membentuk dana kelolaan “Bio Health Fund” sebesar $20 juta atau sekitar Rp292 miliar. Dana kelolaan ini membidik investasi startup early dan growth stage yang berfokus pada bidang biotech dan layanan kesehatan di Indonesia.

Pengembang Game Edukasi SoLeLands Peroleh Pendanaan dari East Ventures dan SMDV

Startup edtech berbasis gim (edugames) SoLeLands mengumumkan perolehan pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari SMDV. Tidak disebutkan nominal yang diperoleh, dana akan dimanfaatkan untuk mengembangkan kapasitas dan produk dalam mempersiapkan soft-launching pada kuartal IV 2023.

“Kami percaya bahwa pendanaan dan dukungan ini akan membantu kami menghadirkan platform terbaik dalam memberdayakan para orang tua dan pendidik dalam mengembangkan potensi diri anak,” ujar Co-founder dan CEO SoLeLands Jonathan Prathama dalam keterangan resmi, Rabu (12/7).

SoLeLands didirikan pada 2022 oleh Jonathan dan Adhi Paisoseputra (COO). Sebagai orang tua, mereka menyadari bahwa anak-anak sekarang tumbuh beriringan dengan adopsi teknologi yang makin tinggi. Kondisi tersebut membuat para orang tua perlu membekali anak-anaknya dengan keterampilan, serta nilai-nilai yang dibutuhkan untuk dapat berkembang dan beradaptasi di era yang terus berubah.

Edugames SoLeLands

SoLeLands

SoLeLands hadir sebagai solusi ideal untuk memastikan pengenalan dan stimulasi yang tepat dalam mempersiapkan anak-anak yang tanggap digital. Platform ini berfokus pada dua tujuan utama, yaitu menemukan minat anak-anak dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagai edugames, SoLeLands menerapkan pendekatan yang mengutamakan permainan (game-first) untuk mendukung orang tua dan pendidik dalam mempersiapkan keterampilan dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk anak-anak. SoLeLands memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna, sehingga berbeda dengan cara-cara alternatif anak untuk belajar dan menghabiskan waktu mereka.

Dijelaskan lebih jauh, SoLeLands menekankan pentingnya perkembangan anak di berbagai bidang, seperti kecakapan hidup (life skills), budi pekerti, kecerdasan, dan kompetensi. Dengan banyaknya informasi yang mungkin masih baru bagi anak, SoLeLands menyajikan konten pembelajaran dalam format yang mudah dicerna untuk memastikan pengertian dan pemahaman yang lebih baik.

Selain itu, SoLeLands menawarkan Talent Manager Tool untuk menghadirkan kolaborasi antara orang tua dan anak, sehingga orang tua bisa melihat secara langsung apa saja minat dan bakat anak mereka. Dengan demikian, informasi ini bisa digunakan orang tua untuk membimbing perkembangan anak-anak mereka, sambil tetap memprioritaskan kemandirian dan keamanan anak-anak, dan membangun kecintaan mereka untuk belajar dan membekali mereka dengan rasa ingin tahu.

SoLeLands memahami pentingnya menghubungkan permainan dan kehidupan nyata untuk menyerap pengetahuan baru. Oleh karena itu, edugames ini menerapkan genre permainan massively multiplayer online role-playing game (MMO RPG) untuk memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik melalui pengaturan yang terlokalisasi dan berbagai fitur yang secara objektif membantu dalam mengidentifikasi minat yang tepat.

Permainan ini menyajikan pembelajaran di lingkungan realitas (synthetic environments) dilengkapi berbagai landmark yang tidak asing bagi para pengguna. Untuk menambah keseruan bermain, para pengguna bisa memilih berbagai peran, antara lain sebagai inventor, ahli biologi, arkeolog, dan lainnya.

Investment Professional East Ventures Jordy Tenka menuturkan, “Kami percaya bahwa pendekatan dan penawaran inovatif SoLeLands merupakan solusi yang tepat dan belum pernah ada sebelumnya, karena mereka tidak hanya berfokus pada life skills dan kompetensi, tetapi juga pada tujuan jangka panjang untuk membangun kecintaan terhadap belajar. SoLeLands hadir untuk memberdayakan dunia pendidikan di Indonesia dan pada akhirnya berkontribusi pada proses pembelajaran yang lebih baik bagi generasi muda dan masyarakat.”

KarirLab Kantongi Pendanaan Pra-Awal Dipimpin Alpha JWC Ventures dan M Venture Partners

KarirLab mengantongi pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan M Venture Partners, serta partisipasi dari angel investor, dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan produk, memperkuat tim, serta menjalin kemitraan strategis dengan universitas dan perusahaan terkemuka.

Pendanaan ini juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan performa platform KarirLab demi pengalaman pengguna yang lebih seamless untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.

KarirLab adalah platform online penghubung antara mahasiswa dan perguruan tinggi dengan perusahaan. Platform ini didirikan oleh Tessa Saraswati, Stephanus Wicardo, dan William Surya Wijaya. Di paruh pertama 2023, KarirLab menyebut telah memiliki ratusan ribu pengguna dan memuat ribuan pekerjaan dari ratusan organisasi berbeda di seluruh Indonesia.

“Dengan pendanaan ini, KarirLab dapat memenuhi potensi kami untuk bermitra dengan perguruan tinggi dan perusahaan dalam skala besar. Kami cukup bersemangat untuk memberdayakan generasi kerja yang akan datang dan merevolusi layanan manajemen karir di Indonesia untuk mendorong bertambahnya lulusan dan peluang karir yang berkualitas,” kata Co-Founder dan CEO KarirLab Tessa Saraswati dalam keterangan resminya.

KarirLab menjembatani ekosistem pelajar, perguruan tinggi, dan perusahaan dengan menyediakan platform pengembangan dan manajemen karir yang komprehensif dan efisien. KarirLab menawarkan berbagai produk, seperti layanan evaluasi profil, pembuatan resume yang ramah ATS (Applicant Tracking System), portal lowongan pekerjaan yang terkurasi, dan layanan manajemen karir.

“Kami optimistis dengan investasi kami di babak pra-awal KarirLab. Mereka dapat mempercepat pengembangan produk, memperkuat tim mereka, dan menjalin kemitraan dengan partner-partner strategis. Dengan demikian, KarirLab akan membuka jalan bagi ekosistem SDM yang lebih komprehensif dan efisien di Indonesia,” tambah General Partner Alpha JWC Jefrey Joe.

“MVP bangga mendukung KarirLab, platform yang menghubungkan mahasiswa ke dunia kerja, yang bertujuan meningkatkan kelayakan kerja siswa dan memperbaiki proses perekrutan pemula karir bagi perusahaan,” ujar Founding Partner M Venture Partners (MVP) Mayank Parekh.

Sasar segmen B2B dan B2C

Di pasar kerja yang kompetitif saat ini, lulusan perguruan tinggi menghadapi tantangan untuk menemukan peluang kerja yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan tujuan karier mereka. Demikian juga perusahaan yang terkendala menemukan kandidat berbakat yang punya keterampilan, pengetahuan, dan antusiasme yang diperlukan pada organisasi mereka.

Maka itu, platform portal lowongan kerja dinilai telah menjadi sumber daya berharga yang memungkinkan perusahaan terhubung dengan sejumlah besar kandidat fresh graduate. KarirLab mengungkap, tujuannya menjadi platform layanan karir nomor satu untuk pemula kerja di Indonesia, mengincar jutaan mahasiswa aktif di universitas, politeknik, dan lembaga pendidikan tinggi lainnya serta lulusan baru.

Menyasar kepada segmen B2B dan B2C, KarirLab memiliki beberapa fitur unggulan yang bisa digunakan oleh perusahaan dan calon pencari kerja. Khusus untuk B2B di antaranya Career Management Platform, Career Fair Management Platform, dan Early Talent Platform. Sementara untuk B2C terdapat beberapa produk unggulan seperti, Power Resume Builder, Power Resume Evaluation, KarirClass, CompanyTalk dan Portal Lowongan Kerja.

Berkantor pusat di Jakarta, KarirLab saat ini telah tersebar di seluruh Indonesia dan berkembang dengan delapan juta mahasiswa aktif. KarirLab memiliki tujuan agar seluruh mahasiswa dari setiap latar belakang memiliki akses dan sumber daya untuk membantu mereka membangun fondasi yang kokoh dalam menjelajahi pasar dan dunia kerja.

KarirLab saat ini juga sedang aktif dalam mengintegrasikan inovasi berbasis AI terbaru dan menjalin kemitraan strategis untuk menghadirkan platform pengembangan karir yang lebih personal. Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, Kinobi, TopKarir Indonesia, Ekrut.

Lapakgaming Pertajam Fokus di Industri Hiburan Digital

Platform top-up game dan produk digital besutan Bukalapak, Lapakgaming, mengumumkan rebranding bisnis. Hal ini disebut sebagai upaya mempertegas posisi sebagai salah satu penyedia layanan top-up game dan produk digital terkemuka di Indonesia.

Mengusung tagline “Dijamin Aman, Garansi 10x Lipat,” rebranding ini juga ditandai dengan peluncuran logo baru dan tampilan situs yang lebih segar. Hal ini diharapkan bisa menjadi wajah dan simbol transformasi Lapakgaming ke depannya.

AVP Gaming Bukalapak Hendi Huang dalam keterangan resmi, Senin (10/7), menyebutkan, “rebranding ini kami rancang sesuai dengan semangat para gamer. Mereka cenderung identik dengan passion and full energy, jadi kami ingin mewakilkan semangat mereka lewat rebranding Lapakgaming ini.”

Lapakgaming diluncurkan secara resmi pada Juni 2020. Selain memberi kemudahan bagi para gamer untuk top-up atau membeli keperluan in-game item dengan mudah dan murah, Lapakgaming juga menjamin keamanan produk dengan menawarkan garansi 10x lipat jika terjadi kendala dalam proses pembelian.

Selama tiga tahun beroperasi, platform ini mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan. Sepanjang 2022 saja, Lapakgaming berhasil mencatatkan pertumbuhan trafik hingga lebih dari 200 persen. Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah transaksi dan pendapatan perusahaan yang mencapai lebih dari 100 persen.

Pertumbuhan bisnis ini juga didukung berbagai keunggulan yang disuguhkan platform ini, seperti jaminan produk dengan harga termurah, sistem keamanan transaksi yang sudah terjamin, metode pembayaran yang beragam, serta jumlah kategori game yang terus bertambah. Tersedia berbagai jenis game populer, mulai dari Mobile Legends, Free Fire, PUBG Mobile, Genshin Impact, dan lainnya.

Marketplace produk gaming 

Industri game di Indonesia disebut telah bertumbuh pesat dan konsisten sejak beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat jelas dari makin banyaknya jumlah gamer yang kini tidak hanya dinikmati oleh para amatir saja, tetapi juga para profesional yang menjadikannya sebagai mata pencarian utama.

Menurut laporan data.ai, Indonesia mencatatkan jumlah unduhan game mobile sebanyak 3,45 miliar sepanjang 2022. Dari segi transaksi, terjadi peningkatan yang juga cukup signifikan. Tercatat para gamer Indonesia menghabiskan sekitar $370 juta untuk game mobile saja, angka ini bertambah sekitar $50 juta dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan jumlah gamer yang meningkat, jumlah transaksi pembelian produk-produk terkait juga meningkat. Hal ini juga sudah dilirik oleh pemain e-commerce tanah air, seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak yang telah resmi mengakuisisi platform online marketplace itemku pada 2021.

itemku sendiri merupakan bagian dari Five Jack, didirikan pada 2014. Selain 500 Startups, mereka juga mendapatkan dukungan pendanaan dari Bon Angels Venture Partners. Platform ini menyediakan layanan marketplace yang memungkinkan pengguna untuk melakukan jual-beli aset permainan digital. Mereka juga menjual berbagai voucher untuk akses premium ke sebuah game.

Di samping itu, ada juga situs pembelian item dan voucher game Codashop yang sudah hadir secara global di 30 negara, tersebar di Afrika, Amerika, Asia, hingga Rusia, dan Mongolia. Codashop menyediakan ragam metode pembayaran, mencakup potong pulsa (direct carrier billing/DCB) dan gerai offline (Alfamart, Indomaret, dan agen TrueMoney).

Seiring pertumbuhan industri gaming yang belum akan redup dalam waktu dekat, marketplace untuk produk gaming dan hiburan digital diproyeksi akan semakin banyak. Beberapa nama pemain lainnya yang juga menawarkan layanan serupa untuk para konsumen gamers adalah UniPlay, Dunia Games, Garuda Voucher Indonesia, UniPin, JuraganCash, UPoint.ID.

Eratani Tutup Pendanaan Tahap Awal Senilai 88 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani mengumumkan perolehan dana tambahan senilai $2 juta (sekitar 30,4 miliar Rupiah) dari SBI Ven Capital, melalui dana bersama dengan Kyobo Sekuritas dan NTUitif, sebagai lead investor dalam putaran tahap awal yang sudah berlangsung sejak tahun lalu.

Investor lainnya yang turut berpartisipasi di antaranya, Genting Ventures, Orvel Ventures, dan Ascend Angles. Bila ditotal, dalam putaran ini Eratani mengumpulkan dana sebesar $5,8 juta (sekitar 88,2 miliar Rupiah) dari sejumlah investor, yakni TNB Aura, AgFunder, B.I.G Ventures, dan Trihill Capital.

Trihill Capital merupakan salah satu investor yang masuk dalam putaran tahap pra-awal senilai 23 miliar Rupiah yang diumumkan pada Juni 2022.

Perusahaan meyakini investasi yang dikucurkan para investor menandai optimisme dan kepercayaan mereka terhadap kemampuan Eratani membuka potensi agritech, sembari menciptakan dampak sosial yang signifikan.

“Investasi ini tidak hanya memvalidasi model bisnis kami tetapi juga menggemakan keyakinan kami akan potensi agribisnis Indonesia. Kami berkomitmen untuk melanjutkan pekerjaan kami dalam memberdayakan petani, meningkatkan efisiensi, dan mendorong keberlanjutan bisnis di sektor pertanian,” ucap CEO Eratani Andrew Soeherman dalam keterangan resmi.

CEO SBI Ven Capital Ryosuke Hayashi menyampaikan, “kami sangat yakin dengan potensi besar sektor agritech Indonesia, dan Eratani berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkannya. Pendekatan holistik dan solusi inovatif mereka tidak hanya merampingkan proses pertanian tetapi juga menciptakan dampak sosial bagi petani. Kami tetap yakin dengan kemampuan Eratani untuk mendorong pertumbuhan dan transformasi di sektor pertanian.”

Startup yang didirikan pada 2021 ini menyediakan teknologi yang terintegrasi dalam budidaya padi. Solusi komprehensifnya melibatkan pendanaan petani, manajemen rantai pasokan, distribusi tanaman dan bantuan pertanian, solusinya menyeluruh dari hulu ke hilir.

Program pendampingan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani binaan Eratani dari awal hingga akhir proses tanam. Pendampingan ini meliputi pengecekan pH tanah, perawatan tanaman, cara menghadapi serangan hama, penyediaan sarana produksi pertanian yang berkualitas, hingga penyaluran hasil panen dengan harga yang terstandardisasi.

Diklaim perusahaan telah menjaring 20 ribu petani padi di lima provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan.

Isu pertanian

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew menyebut terdapat dua isu utama yang dihadapi oleh sektor pertanian, yakni (1) 98% proses dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi dan (2) 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Berdasarkan riset McKinsey, sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. Diperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Secara potensi, sektor pertanian Indonesia menyumbang sekitar 13% terhadap PDB dan mempekerjakan hampir 29% tenaga kerja. Namun sektor ini menghadapi inefisiensi yang signifikan, di antaranya logistik yang buruk dan biaya tinggi akibat tengkulak, mengakibatkan margin keuntungan berkurang bagi petani, terutama beras, yang melibatkan sekitar 17 juta rumah tangga.

Solusi inovatif Eratani bertujuan untuk merampingkan sektor ini membuatnya lebih efisien dan adil, yang terpenting memastikan petani mendapatkan keuntungan langsung dari pekerjaan mereka.