D-Laundry Perluas Model Bisnis, Kini Hadirkan Layanan POS

Sejak debutnya tahun 2016, PT Drop Global Tech (DROP) melalui D-Laundry tetap konsisten sebagai platform untuk layanan laundry on-demand di Jabodetabek. Memasuki tahun 2022, mereka memutuskan untuk melakukan transformasi bisnis.

Kepada DailySocial.id, CEO Drop Global Tech Ridhwan Basalamah mengatakan, transformasi ini dilakukan oleh perusahaan usai mendapatkan data yang menarik dari riset yang mereka lakukan secara internal. Sebagai platform yang mendukung usaha pemilik laundry, D-Laundry juga mengembangkan layanan yang relevan dan dibutuhkan oleh mitra.

“Saat ini kita melihat kebutuhan industri laundry untuk B2C makin besar. Jika dulunya kami hanya fokus kepada online dan secara on-demand, kini kami mulai hadir secara offline dengan area layanan yang lebih luas dan hadir secara nasional,” kata Ridhwan.

Saat ini D-Laundry telah memiliki sekitar 400 mitra dan ribuan pelanggan yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana di semester dua tahun ini. Sebelumnya perusahaan telah merampungkan putaran pendanaan tahapan awal tahun 2021 lalu.

Kembangkan POS dan pilihan berlangganan

Dengan meluncurkan D-Laundry Merchant, wajah baru dari aplikasi Mitra D-Laundry yang kini dilengkapi dengan fitur manajemen laundry yang lengkap di antaranya fitur kasir (POS), manajemen produksi, pencatatan keuangan dan akuntansi, manajemen pegawai, insight bisnis, menerima pembayaran digital, nota digital, dan berbagai fitur lainnya.

Berbeda dengan POS untuk industry F&B, POS di bisnis laundry memiliki keunikan yang signifikan. Mulai dari tempo pembayaran yang bisa di awal layanan dan juga di akhir, menyesuaikan keinginan pelanggan hingga pencatatan atau pembukuan.

Perusahaan juga mengubah strategi monetisasi mereka. Yang awalnya berbagi komisi dengan pemilik laundry yang kebanyakan dari kalangan UMKM, kini mereka memberikan opsi berlangganan. Sehingga pemilik laundry bisa menentukan sendiri opsi yang ingin mereka tawarkan kepada pelanggan, seperti pilihan antar jemput dan lainnya.

“Kami juga menawarkan manajemen internal yang bisa digunakan pemilik laundry untuk memonitor kinerja pegawai yang akan berpengaruh kepada pembayaran atau gaji pegawai mereka secara akurat, menyesuaikan beban kerja masing-masing,” kata Ridhwan.

Perusahaan juga telah menyediakan pilihan pembayaran digital kepada mitra mereka. Harapannya bisa melancarkan proses pembayaran antara pelanggan dengan mitra laundry. Menggandeng payment gateway yang sudah terdaftar di Indonesia.

“Sebelumnya kita telah memiliki lisensi dari regulator terkait untuk menyediakan pilihan ini, namun karena adanya perubahan kami memilih untuk menjalin kolaborasi strategis dengan platform payment gateway” kata Ridhwan.

Di samping meluncurkan Aplikasi D-Laundry Merchant, DROP juga sedang menyiapkan Aplikasi D-Laundry Marketplace versi baru untuk pelanggan dan Franchise Laundry. Franchise Laundry yang merupakan pengembangan bisnis dari Swash Clean Laundry yang dikelola oleh DROP sendiri akan menyediakan beberapa pilihan tingkatan level berdasarkan kelengkapan layanan yang disediakan. Program franchise ini diharapkan dapat menyasar kepada pengusaha muda yang ingin berinvestasi di industri laundry.

Strategi bisnis DROP

Tahun 2015 lalu banyak bermunculan platform laundry on-demand serupa dengan yang ditawarkan oleh D-Laundry. Namun tidak banyak di antara mereka yang kemudian bertahan dan berkembang menjadi perusahaan teknologi seperti D-Laundry. Menurut Ridhwan, fokus mereka sejak awal sebagai marketplace dan memilih untuk bekerja sama dengan pemilik bisnis UMKM, menjadi kunci sukses mereka bisa bertahan sejak tahun 2016, bahkan ketika pandemi.

“Kebanyakan platform lainnya fokus kepada konsep e-commerce dan hanya ingin membesarkan brand mereka sendiri. Sehingga sulit bagi pelaku UMKM untuk bisa dikenal dan berkembang. Dari sisi harga kami juga membebaskan kepada pemilik laundry untuk menentukan sendiri,” kata Ridhwan.

Kini DROP ingin menjadi platform yang memberikan layanan laundry secara terpadu. Mulai dari sistem, konsultasi dan kesempatan bagi pengusaha baru yang tertarik untuk memiliki bisnis laundry. Ke depannya perusahaan juga ingin mengembangkan teknologi IoT ke dalam sistem mereka.

Application Information Will Show Up Here

Ubah Transaksi Menjadi Cicilan Dengan Fleksibel Menggunakan Split Pay Dari Jenius

Pionir bank digital tanah air, Jenius dari Bank BTPN, terus berkomitmen menghadirkan layanan finansial yang lengkap dan relevan. Salah satunya yaitu dengan memperkenalkan fitur Split Pay yang membantu pengguna merevisi transaksi yang telah dilakukan menjadi cicilan dengan sumber dana yang terhubung dengan produk Flexi Cash (produk pinjaman personal Jenius).

Split Pay memberikan fleksibilitas keuangan bagi seluruh kalangan pengguna Jenius. Secara garis besar, seluruh transaksi mulai dari Rp500 ribu yang dilakukan dalam enam bulan terakhir, kini dapat diubah menjadi cicilan yang dapat disesuaikan dengan preferensi pengguna. Dalam laman resmi Jenius, terjabar daftar transaksi yang dapat diubah menjadi cicilan mulai dari; transfer ke sesama dan antarbank, tarik tunai, pembayaran melalui QR code, transaksi dengan Jenius Pay, top up e-wallet, pembelian saldo mata uang asing, hingga pembayaran tagihan (kecuali zakat dan lainnya).

Lalu bagaimana cara menikmati layanan Split Pay ini? Setelah bertransaksi pengguna dapat langsung memilih opsi cicilan dengan Split Pay melalui widget yang muncul bersamaan dengan notifikasi pembayaran berhasil atau melalui halaman rincian transaksi. Dengan fleksibilitas yang ditawarkan, pengguna dapat menentukan sendiri tenor cicilan sesuai dengan kemampuan pengguna.

Satu hal tambahan, layanan Split Pay ini hanya dapat digunakan oleh pengguna Jenius yang sudah memiliki Flexi Cash, produk pinjaman personal untuk beragam kebutuhan dengan limit hingga Rp200 juta. Setiap menggunakan Split Pay, limit Flexi Cash pengguna akan dipotong sesuai dengan sejumlah transaksi yang dipilih untuk diubah menjadi cicilan. Fitur Split Pay membantu pengguna untuk mengelola jenis transaksi secara fleksibel. Dalam kondisi mendesak misalnya, fitur Split Pay akan sangat membantu pengguna untuk memiliki kebebasan dalam merevisi transaksi yang disesalkan dengan mengubahnya menjadi cicilan.

“Terkadang kita gegabah mengambil keputusan dan bertransaksi tanpa perhitungan matang. Di lain waktu kita menyesal telah mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sebuah barang dan berharap bisa merevisi transaksi yang telah terjadi sehingga cashflow berantakan karena keliru melakukan perhitungan. Fitur Split Pay hadir sebagai solusi dari pain points tersebut sehingga pengguna dapat mengubah transaksi yang telah terjadi menjadi cicilan dan cash flow dapat tetap terjaga,” ujar Waasi B. Sumintardja, Digital Banking Business Product Head Bank BTPN seperti yang dikutip dari siaran pers.

Lebih lanjut, dalam keterangannya dikatakan pada riset yang dilakukan oleh Jenius beberapa waktu lalu terhadap 116 responden dengan rentang usia 21–40 tahun, ada tiga alasan utama masyarakat dalam memutuskan memilih transaksi dengan metode cicilan. Disebutkan, sebanyak 38% responden mengatakan untuk mengatur cash flow dengan baik, 18% untuk mengurangi beban pembayaran, dan 16% mengaku akses produk cicilan mudah dilakukan. Dari hasil survei yang sama, 86% responden memilih metode cicilan ketika melakukan transaksi pada e-commerce dan 14% pada offline store atau merchant.

“Jenius ingin hadir sebagai layanan finansial yang lengkap dan terintegrasi. Setelah beragam fitur revolusioner yang sudah Jenius miliki mulai dari menghadirkan kemudahan dalam bertransaksi, menabung, dan berinvestasi, kami juga menjadi semakin lengkap dengan memperkenalkan Split Pay dan Cicilan Jenius Pay yang terhubung dengan Flexi Cash sebagai sumber dana pembayaran yang dapat dipilih oleh nasabah sesuai preferensi dan keadaan,” imbuh Waasi dikutip dari sumber yang sama.

Tertarik untuk mengenal fitur Split Pay dari Jenius dan mengelola transaksi secara fleksibel? Kunjungi tautan berikut ini untuk informasi selengkapnya.

Advertorial ini didukung oleh Jenius.

Tokban Hadir sebagai Marketplace B2B Pemenuhan Bahan Bangunan

Salah satu sektor yang hingga saat ini masih memiliki potensi besar adalah konstruksi dan bangunan. Mulai dari penyediaan bahan bangunan untuk memenuhi kebutuhan toko bangunan, kontraktor, hingga pengembang.

Melihat peluang tersebut, Tokban (Toko Bangunan) hadir memberikan layanan dan solusi terpadu kepada mereka yang membutuhkan. Dengan opsi produk lokal hingga pemilihan pembayaran yang beragam, platform tersebut diharapkan bisa menjadi pilihan dalam pemenuhan bahan konstruksi, MRO (maintenance, repair, and operation), dan kebutuhan renovasi rumah lainnya.

“Berangkat dari pengalaman, saya melihat dari dulu hingga saat ini konstruksi masih menjadi bisnis yang menguntungkan. Namun sampai saat ini masih sangat terfragmentasi dari sisi penyediaan karena kebanyakan mereka hanya bisa memberikan pilihan brand secara terbatas, sehingga menyulitkan mereka untuk menjalin kerja sama dengan brand lainnya,” kata Co-founder & CEO Tokban Jordy Salim.

Ditambahkan olehnya, bagi para kontraktor dan pengembang ketika ingin mendapatkan quotation pilihan bahan bangunan masih menemukan berbagai kesulitan. Kesulitan tersebut termasuk terkait cara menghubungi supplier dan principal untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.

“Saat bertemu dengan Co-founder Tiffany Alice Munroe, akhirnya kita mulai mencari cara ideal untuk dapat memenuhi kebutuhan toko bangunan dan kontraktor. Alasan kami memilih kedua pembeli ini adalah dilihat dari model kerja mereka yang sudah sangat teratur dan bisa diandalkan,” kata Jordy.

Bahan bangunan yang tersedia di Tokban beragam, mulai dari cat, peralatan rumah, aksesori pintu, dan lainnya. Meskipun saat ini mereka fokus kepada segmen B2B, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya Tokban bisa menjadi platform terpadu yang bisa menghadirkan layanan seperti tukang dan lainnya untuk segmen B2C.

Kendati belum banyak, akhir-akhir ini sejumlah startup hadir mencoba menyelesaikan isu di sektor properti — khususnya dalam pemenuhan dan manajemen konstruksi. Di antaranya BRIK dan GoCement yang menghadirkan platform B2B Commerce untuk pemenuhan bahan bangunan. Ada juga AMODA untuk manajemen proyek. Ketiga startup tersebut sudah membukukan pendanaan awal.

Pilihan pembayaran paylater

Selain mengambil keuntungan dari penjualan sekitar 15% margin dari supplier dan principal, Tokban juga memberikan opsi pembayaran kepada pembeli melalui opsi paylater hingga Rp2 miliar sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Dengan demikian bagi para pembeli seperti toko bangunan dan kontraktor, bisa memenuhi kebutuhan tanpa adanya hambatan biaya.

Pilihan tersebut diberikan karena melihat kebiasaan dari toko bangunan yang kerap memberikan pilihan pembayaran usai pekerjaan selesai, kepada pelanggan yang mereka percaya.

“Berangkat dari konsep itulah kami memastikan kepada supplier dan principal bahwa pembeli Tokban kemudian bisa melakukan pembayaran dengan opsi paylater. Tentunya setelah proses penyaringan kami lakukan. Untuk bisa menyediakan layanan ini kami bekerja sama dengan perusahaan multifinance,” kata Co-founder Tokban Tiffany Alice Munroe.

Tokban merupakan salah satu startup yang mengikuti program Cohort 6 Accelerating Asia. Accelerating Asia meluncurkan Fund II pada tahun 2021. Cohort 6 merupakan investasi gelombang kedua untuk Fund II yang akan menyebarkan modal ke startup pra-seri A di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Selatan.

Saat ini Tokban telah mendapatkan modal dari program akselerasi Accelerating Asia. Untuk bisa mempercepat pertumbuhan bisnis, perusahaan berencana untuk menggalang dana tahapan awal tahun ini.

Tokban juga memiliki rencana untuk bisa mengakuisisi 1000-2000 pembeli baru dalam platform. Saat ini mereka telah bermitra dengan lebih dari 100 supplier dan principal. Untuk area layanan saat ini Tokban masih fokus kepada wilayah Jabodetabek. Namun ke depannya dilihat dari peluang yang ada, tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukan ekspansi di luar Jabodetabek.

“Tokban menjadi relevan hadir di Indonesia, sebagai negara berkembang masih banyak pembangunan yang dilakukan di berbagai lokasi. Dengan demikian Tokban bisa menjadi platform yang tepat mendukung pihak terkait untuk melancarkan konstruksi bangunan,” kata Tiffany.

Startup Konstruksi AMODA Terima Suntikan Dana Pra-Awal dari East Ventures

Startup properti dan konstruksi AMODA, hari ini (8/7) mengumumkan telah meraih pendanaan pra-awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin East Ventures. Perusahaan akan memanfaatkan dana untuk meningkatkan fasilitas manufaktur, perbesar tim, dan berinvestasi pada R&D.

Co-founder dan CEO AMODA Robin Yovianto menuturkan, selama ini konstruksi komersial adalah sektor yang telah lama ada dan menyimpan banyak potensi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. AMODA hadir untuk merevolusi sektor ini dengan menyediakan integrasi konstruksi dan teknologi yang lebih baik.

“Kami percaya bahwa AMODA berada pada barisan terdepan yang membawa masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, melalui jaminan dari ketenangan pikiran. Dana dari East Ventures akan mempercepat misi kami untuk membawa lebih banyak dampak sosial dan ekonomi untuk Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Ia merinci beberapa masalah di konstruksi, seperti kurangnya tenaga kerja terampil, minimnya transparansi dan keandalan spesifikasi, pengawasan, dan dokumentasi, serta tidak ada standarisasi bahan, anggaran dan estimasi waktu. Seluruh masalah ini menyebabkan eksekusi yang berisiko tinggi, inefisiensi waktu dan biaya, dan pengalaman keseluruhan yang tidak menyenangkan.

Oleh karena itu, Robin dan rekannya Agusti Salman Farizi (President) terdorong untuk merintis AMODA pada 2021. AMODA menghilangkan masalah dalam proses konstruksi konvensional dengan menyederhanakan proses melalui integrasi teknologi digital, sehingga hemat biaya, bebas kerumitan, dan efisien secara waktu. Solusi ini hadir untuk individu dan bisnis, baik skala kecil maupun skala besar.

Layanan AMODA

Produk AMODA adalah ErgaPods dan ErgaBox. Keduanya mengadopsi konsep prefabrikasi, yakni metode konstruksi yang dilakukan dengan memfabrikasi komponen-komponen bangunan di pabrik dan kemudian dibawa ke lokasi untuk pemasangan dan pendirian bangunan.

Serta, bangunan modular, yakni bangunan yang dibentuk melalui proses panelisasi. Setiap komponen bangunan akan di rakit di pabrik (off site) dalam bentuk panel, dan kemudian panel-panel ini akan disatukan menjadi sebuah bangunan. Pada konstruksi ini, panel/modul juga sangat memungkinkan untuk dikustomisasi. Sehingga keunggulan dari kedua konsep tersebut adalah proses simpel, efisien secara waktu, hemat biaya, kualitas andal, fleksibel, dan sedikit limbah.

“AMODA telah membawa dampak yang berarti bagi siapa pun yang ingin memulai bisnis, dengan mengurangi risiko yang harus ditanggung oleh para pengguna karena memungkinkan mereka untuk melakukan trial and error; hingga berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.”

Robin melanjutkan, dalam mengembangkan R&D ada dua fokus yang akan dilakukan perusahaan. Pertama, dari sisi produk, ingin perluas batas aset konstruksi, menciptakan lebih banyak produk untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda, dan menghadirkan produk yang semakin hemat secara waktu dan biaya. Kedua, dari sisi teknologi, menghadirkan lebih banyak fitur untuk memudahkan pengalaman digital pengguna secara end-to-end.

“Kami bersemangat akan inovasi yang dihadirkan oleh tim AMODA ke pasar desain dan konstruksi properti di Indonesia. Para pendiri AMODA memiliki pengalaman relevan dan kuat baik secara lokal maupun global. Hal tersebut membuat kami yakin bahwa era pembangunan properti yang lebih efisien di Indonesia akan segera hadir,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Hingga pertengahan tahun ini, AMODA mengklaim telah melipatgandakan pendapatannya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemajuan ini juga turut dikombinasikan dengan pertumbuhan adopsi pengguna, ditandai dengan pemerolehan klien 50% lebih cepat. Rata-rata kliennya adalah usaha kuliner, namun juga tak lepas dari bisnis korporat, pengembang properti, dan startup.

15 Startup yang Mencoba Memberikan Solusi untuk Lingkungan

Isu lingkungan belakangan ini santer diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Pasalnya, perubahan iklim telah nyata-nyata memberikan dampak buruk kepada kehidupan — mulai dari gagal panen akibat cuaca buruk berkepanjangan sampai dengan flora-fauna yang kehilangan habitatnya.

Melihat permasalahan yang ada, sejumlah inovator lokal mencoba menghadirkan cara baru yang dapat membantu masyarakat berpartisipasi untuk mengurangi potensi isu akibat perubahan iklim. Salah satunya, para startup ini hadir membantu masyarakat untuk bisa mengetahui kondisi kesehatan udara di daerah sekitar dan memberikan alternatif energi yang ramah lingkungan.

Berikut ini beberapa inovasi startup lokal terkait perubahan iklim yang layak diektahui.

BLUE

BLUE (Bina Usaha Lintas Ekonomi) adalah salah satu startup di bidang energi terbarukan yang didirikan pada 2018 Oleh Abu Bakar Abdul Karim Almukmin.

BLUE ini menyediakan solusi satu atap untuk barang dan jasa energi terbarukan melalui pasar Warung Energi. Selain itu, BLUE juga mengembangkan solusi energi surya B2B untuk sistem energi surya komersial, industri, dan terpusat untuk wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia.

Debut pendanaan BLUE sendiri berasal dari New Energy Nexus yang telah mendanai 16 Startup climate change maupun renewable energy.

BuMoon.io

Salah satu startup social yang bergerak pada bidang IoT (Internet of Things), Blockchain, dan Artificial Intelegences yaitu BuMoon.io memiliki project juga untuk mengatasi climate change melalui token crypto.

BuMoon.io sendiri didirikan pada tahun 2021 oleh Dian Agustian Hadi dan Adya Kemara. Selain climate change, BuMoon.io juga mengatasi limbah sampah plastik yang ada. Hal ini bisa dijadikan salah satu hal yang baik untuk diikuti.

Konsep dari BuMoon.io ini sangat unik yaitu mereka memberlakukan “Eco Living Token”, pengguna dapat menyetor sampah ke BuMonn.io setelah itu kita akan mendapatkan benefit (uang, token, dan semacamnya). Model bisnis yang satu ini dilakukan secara periodik.

Tidak hanya Eco Living Token saja, BuMoon.io memliki proyek untuk pemasangan panel surya yang diambil dari data carbon trading, sehingga menjadi salah satu transaksi program yang cukup menarik.

Carboon Addons

Startup ini didirikan pada Agustus 2020. Carboon Addons menghadirkan solusi untuk menggerkakan dampak limbah serta startup untuk mengimbangi emisi karbon dari setiap pembelian seperti produk online dan tiket transportasi melalui add-on sebelum memeriksa produk.

Carbon Addons ini memungkinkan pengguna untuk mengimbangi jejak karbon dari pembelian produk/layanan mereka dengan menambahkan dana karbon tambahan sebelum checkout melalui plugin aplikasi perangkat lunak yang dapat diintegrasikan dengan platform seperti e-commerce.

Carboon Addons sendiri didirikan oleh Mohamad Naufal. Dengan adanya Carboon Addons sendiri, Mohama Naufal yakin bisa meminimalisir kerusakan lingkungan yang ada sehingga kita bisa menikmati keindahan alam terutama di Indonesia.

Duitin

Salah satu startup dengan waste management system yang aman adalah Duitin. Duitin adalah gerakan memilah, mengumpulkan, dan mengelola sampah agar bisa mendapatkan ‘kehidupan kedua’ melalui proses daur ulang.

Jadi Duitin, startup pengumpulan sampah, khususnya sampah anorganik. Apalagi, kampanye pengumpulan sampah anorganik – termasuk pemilahan sampah – terus berlanjut hingga saat ini.

Startup waste management yang satu ini didirikan oleh empat founder yaitu Agy (CEO), Adjiyo Prakoso (COO), Astriani L(CFO), dan Danni Fajariadi (CMO) yang pastinya akan membantu masyarakat Indonesia dalam mengelola limbah sampah dengan baik menggunakan Aplikasi Mobile yang terintegarasi yakni Duitin.

Gringgo

Salah satu startup waste management yang ada di Bali ini dapat menjadi salah satu perusahaan yang dapat berdampak pada lingkungan. Gringgo didirikan oleh Oliver Pouillon (CEO) dan Febriadi Pratama (CTO) pada tahun 2014.

Cara kerja dari Gringgo sendiri adalah memfasilitasi pengelolaan sampah dengan menggunakan website based application yang terintegrasi antara satu sama lain. Hal ini agar para user dapat mengangkut sampahnya melalui aplikasi Gringgo. Namun, pengangkutan sampah ini ada tujuannya yaitu Gringgo ingin membangun sebuah layanan network untuk waste collection.

Pastinya hal tersebut dapat menjadi hal yang baik untuk bank sampah dan kolektor sampah sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik.

Pada tahun 2019, Gringgo sendiri mendapatkan pendanaan sekitar $500.000 dari Google untuk mengekspansi bisnisnya ke beberapa wilayah kota seperti Jakarta dan Bali tentunya.

Hijauku.com

Hijauku.com adalah green portal yang menyediakan informasi terkini tentang gaya hidup hijau dan sehat. Startup climate change yang satu ini berisi ide-ide konten untuk penghijauan yang dibagikan menggunakan lisensi Creative Commons untuk mengedukasi orang-orang dan lebih jauh lagi menghijaukan bisnis dan kehidupan sehari-hari mereka.

Selain itu Hijauku.id ini adalah salah satu startup  yang bisa digunakan untuk mengetahui emisi karbon di daerah sekitarnya. Hijauku sendiri berdiri pada Maret 2011 didirikan oleh Hizbullah Arief. 

Selain emisi karbon, Hijauku.com juga memprediksi perubahan cuaca dan Iklim di Indonesia. Hal ini untuk mengetahui gambaran dasar yang baik untuk kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan beraktivitas.

Jangjo

Jangjo adalah startup baru di Indonesia. Startup yang satu ini ingin menciptakan ekosistem sinergi yang dapat mengintegrasikan setiap pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam pengelolaan sampah. Mulai dari rumah tangga, pemulung, perusahaan operator hingga industri.

Stakeholder yang dimaksud antara lain penghasil sampah (masyarakat), pengangkut sampah (operator), tempat penampungan sementara (hub), dan pengelolaan sampah (industri).

Untuk mengatasi permasalahan di atas, kata dia, Jangjo mengembangkan solusi utama yaitu edukasi pemilahan dan pengangkutan sampah terpilah untuk wilayah Jakarta. Warga yang terdidik memilah sampah bisa menggunakan jasa angkut sampah untuk didaur ulang oleh industri

Edukasi pemilahan sampah dilakukan door to door untuk kawasan pemukiman. Kemudian, Jangjo Rangers akan merekam data sampah yang telah dipilah melalui aplikasi.

Platform waste management ini didirikan oleh 4 Co-Founder Joe Hansen (Co-founder dan Commisioner), Nyoman Kwanhok (Co-founder dan CEO), Eki Setijadi (COO), dan  Hendra Yubianto (CMO) pada tahun 2019.

Startup waste management yang satu ini mendapatkan seed funding dari Darmawan Capital dengan nominal yang dirahasiakan. Dengan Investasi yang satu ini Jangjo akan mengekspansi bisnisnya dan memodernisasi aplikasinya.

Jejak.in

Jejak.in merupakan salah satu startup climate change yang menggunakan teknologi IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelegences). Startup ini awalnya adalah berbentuk FMCG yang didirikan oleh Arfan Alandra pada tahun 2018.

Jejak.in memiliki misi untuk menginisiasi aksi iklim melalui solusi berbasis AI dan IoT. Salah satu produk andalan mereka adalah Tree and Carbon Storage Monitoring Platform, sebuah platform yang memanfaatkan teknologi seluler, drone, sensor IoT, LiDAR, dan satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologi lingkungan. 

Jejak.in ini sangat bagus untuk dimanfaatkan dengan baik karena dengan adanya aplikasi ini masyarakat mampu mengetahui perkembangan climate change serta emisi karbon dengan real time.

Selain itu, ada fitur lain yang berfungsi untuk mengukur dampak penyerapan karbon, infiltrasi udara, kondisi tanah dan udara, serta keanekaragaman hayati.

Nafas

Didirikan oleh Ex-CMO Gojek Piotr Jakubowski dan Zulu Nathan Roestandy pada tahun 2018. Startup climate change yang satu ini memiliki perbedaan dibandingkan dengan startup climate change yang lain. Nafas bisa menghadirkan kondisi dan situasi iklim serta kadar emisi karbon yang tepat secara real time dan akurasinyas sangat jitu.

Nafas sudah memasang 46 sensor yang tersebar di Jabodetabek. Sensor mereka dapat memperbarui data kualitas udara setiap 20 menit. Adapun data yang disajikan dalam aplikasi nafas berupa kadar Air Quality Index (AQI) dan Particulate Matter (PM) 2,5. Mereka juga kini menjual produk pembersih udara Aria.

OCTOPUS

Octopus adalah  platform agregator yang bisa dimanfaatkan oleh industri terkait untuk mendapatkan sampah daur ulang dari pemulung dan pengepul. Layanan ini telah memulai operasionalnya di kota lapis 2 dan 3.

Octopus didirikan pada tahun 2020 oleh Dimas Ario Rubianto, Hamish Daud Wyllie, Niko Adi Nugroho, Moehammad Ichsan. Octopus juga sudah melayani ampir 200 ribu pengguna yang tersebar di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bali, dan Makassar. OCTOPUS juga telah bekerja sama dengan lebih dari 1.700 bank sampah dan 14.600 pemulung terlatih dan terverifikasi (mereka menyebutnya dengan “pelestari”).

Saat ini Octopus telah mendalami fokus bisnisnya untuk mengembangkan hal tersebut. Salah satunya melakukan membukukan pendanaan awal dari Openspace Ventures.

Plumelabs

Plume Labs, sebuah startup yang khusus untuk mengukur kualitas udara, baru-baru ini meluncurkan API Plume.io berbayar yang memungkinkan siapa saja untuk menambahkan kualitas udara ke layanan pembeli API mereka. Sebelumnya Plume Labs telah mengembangkan aplikasi mobile dan pengukur kualitas udara.

Plume Labs sendiri didirikan oleh Romain Lacombe pada tahun 2021. Pastinya Plume Labs ini akan menahadirkan startup climate change yang berbeda dengan yang lainnya. 

Rekosistem

Startup Zero Waste Management ini didirikan pada tahun 2018 oleh Ernest Layman dan Joshua Valentin. Rekosistem sendiri tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan Zero Waste Management terkemuka dan termutakhir.

Produk dan layanan dari Rekosistem ini cukup banyak model bisnisnya sangat luas di B2B serta B2C dan layanan dan produk rekosistem ini komperhensif seperti edukasi pengelolaan sampah, Mengirim dan menerima sampah agar mudah diolah serta energi terbaharukan seperti Biogas dan sebagainya.

Produk utama yang ditawarkan Rekosistem antara lain Layanan Penjemputan (Repickup Service) dan Penyetoran Sampah ke Tempat Sampah (Redrop Service). Layanan penjemputan ulang meliputi layanan pengumpulan dan penjemputan sampah untuk rumah tangga atau perumahan, bisnis, perkantoran, sekolah, fasilitas umum, fasilitas olahraga, dan tempat komersial.

Rekosistem juga mendapatkan pendanaan dari  Bali Investment Club dan menjalin kerja sama strategis dengan Marubeni. Hal ini digunakan untuk melakukan eskpansi bisnis ke ranah yang lebih meluas lagi.

Sampangan

Salah satu startup waste management selanjutnya adalah Sampangan. Startup yang satu ini didirikan oleh Muhammad Fauzal Rizki (CEO) dengan Hana Punawarman (CPO) pada tahun 2019. Startup ini membantu para pengepul untuk mengelolaan sampah agar lebih berguna.

SamPangan ini memiliki magic box yaitu Carbonized Technlogy untuk pengolahan sampah menjadi sesuatu yang berharga, yaitu mengubah sampah menjadi karbon secara berkala.

Carbonized Technology ini merupakan kombinasi proses Pyrolis dan Gasifikasi. Ini adalah proses penguraian materi menggunakan radiasi panas tanpa adanya oksigen (sehingga tidak ada pembakaran dan tidak ada polusi).

Magic Box ini beroperasi pada 100-400 derajat celcius dibandingkan dengan 700 dan 1200 derajat celcius untuk masing-masing diproses secara tradisional. Sumber energi adalah input limbah yang energi potensialnya diubah menjadi energi panas dalam prosesnya.

Secara sederhana konsepnya mirip dengan rice cooker atau oven. Tidak ada api. Hanya radiasi panas. Limbah masuk, karbon aktif + produk organik dan aman lainnya keluar.

Jadi secara tidak langsung sampang juga dapat mempengaruhi dan memperbaiki kualitas udara melalui pembakaran sampah dan limbah.

Waste4Change

Waste4Change adalah perusahaan pengelola sampah yang bertanggung jawab yang didirikan oleh Mohamad Bijaksana Junerosano pada tahun 2014 di Bekasi, Jawa Barat.

Waste4Change memberikan solusi pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir yang terdiri dari 4 jalur, yaitu: Konsultasi : Penelitian dan kajian terkait persampahan Kampanye : Peningkatan kapasitas, edukasi, dan pendampingan Kumpulkan : Pengangkutan dan pengolahan sampah harian untuk zero waste to landfill Create : Daur ulang sampah dan program EPR (Extended Producer Responsibility).

Hingga saat ini, Waste4Change telah berhasil mengelola 5.400 ton sampah dan mengurangi 52% sampah yang berakhir di TPA. Saat ini, layanan pengelolaan sampah Waste4Change mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Sidoarjo, Semarang, Bandung, dan Medan.

Zerowaste

Zero Waste Indonesia (ZWID) adalah komunitas berbasis online yang didirikan pada tahun 2018 oleh Maurilla Imron dan Kirana Agustina dengan tujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk menjalani gaya hidup zero waste. Zero Waste Lifestyle merupakan gaya hidup untuk meminimalkan produksi sampah yang dihasilkan dari setiap individu yang akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam upaya melestarikan lingkungan.

ZWID berperan aktif untuk terus menyebarkan kesadaran penerapan pola pikir bijak dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan 6R (Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot) dengan memberikan tips gaya zero waste yang bermanfaat dan informasi isu-isu pengelolaan sampah. dan kaitannya dengan kelestarian lingkungan.

Mengusung visi sebagai one-stop-solution platform dan payung informasi gaya hidup minim sampah di nusantara, ZWID juga menjadi wadah berkumpulnya individu, penggiat lingkungan, komunitas, dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.

MDI Ventures Segera Luncurkan “Impact Fund” Tahun Ini

Menurut definisinya, investasi berdampak atau impact investing adalah strategi investasi yang memiliki tujuan secara spesifik menyasar kepada lingkungan dan sosial, selain keuntungan secara finansial.

Melihat potensi tersebut, MDI Ventures berencana meluncurkan pendanaan berdampak atau impact fund dalam waktu dekat untuk memberikan peluang ke startup yang menyasar kepada dampak sosial, lingkungan dan governance (ESG).

Sebelumnya MDI Ventures telah memperluas horizon investasi dengan membentuk Arise Fund bersama Finch Capital, eMerge untuk angel investor, dan Bio-Health Fund bersama Biofarma.

Kepada DailySocial, VP Business Development MDI Ventures Alvin Evander menegaskan, saat ini, meskipun masih dalam entitas yang sama, pendanaan berdampak tersebut akan dikelola secara terpisah.

Masih dalam persiapan, rencananya impact fund ini akan diluncurkan pada Q2 atau Q3 tahun ini.

“Nanti kami akan meluncurkan impact fund secara dedicated berfokus kepada startup yang bisa memberikan kontribusi di social impact, khususnya untuk startup Indonesia. Opsi pendanaan ini kami luncurkan sebagai bagian dari ekspansi MDI Ventures selaku CVC,” kata Alvin.

Ditambahkan Alvin, perusahaan juga ingin melakukan ekpansi limited partner (LP). Sebelumnya Indonesia Impact Fund, yang dikelola Mandiri Capital Indonesia (MCI) dan UNDP, telah mengumumkan penutupan pertama untuk dana kelolaannya sejak Q4 2021.

Beberapa VC dan jaringan investor lokal dan global yang menyasar segmen ini adalah ANGIN, Teja Ventures, dan Beacon Fund dari Patamar Capital.

Kategori startup

Saat ini dianggap jadi waktu yang tepat bagi MDI Ventures meluncurkan impact fund untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia. Meskipun enggan  menyebutkan secara spesifik, Alvin menegaskan, startup agritech, healthtech, edtech, hingga fintech yang fokus kepada financial inclusion menjadi pilihan berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang telah mereka miliki.

“Namun tidak menutup kemungkinan kami juga akan melakukan eskplorasi kepada startup yang menyasar kepada climate tech dan mereka yang fokus kepada pemanfaatan energi dan waste management. Kami masih belajar dan bersedia untuk melakukan eksplorasi lebih mendalam,” kata Alvin.

Disinggung berapa nilai investasi yang akan diberikan melalui impact fund ini, Alvin belum menyebutkan nominal fund dan ticket size per startup. Mereka membuka kesempatan bagi startup di level awal (seed), Seri A, dan Seri B untuk  menghubungi mereka lebih lanjut jika pendanaan ini telah diluncurkan.

Terdapat beberapa poin penting yang di-highlight sebagai pertimbangan pemilihan pendanaan, mulai dari potensial bisnis, revenue, dan kondisi cashflow positif.

“Kita percaya sebagai perusahaan atau startup mereka bisa memiliki social impact yang positif walaupun bisnis mereka berjalan secara cepat. Hal tersebut merupakan tesis kami untuk impact fund. Harapannya kita ingin berinvestasi kepada startup yang bisa mendukung keduanya. Bukan berarti startup yang fokus kepada sosial tidak bisa mendapatkan keuntungan. Itu menjadi poin kita melalui pendanaan ini,” kata Alvin.

Ke depannya Alvin melihat impact fund atau pendanaan yang berbasis pada nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) akan memiliki masa depan yang positif.

ESG tidak selalu fokus ke sosial dan lingkungan saja, tetapi juga menyentuh governance, sehingga bisa meminimalisir terjadinya fraud dan mengawasi potensi startup yang menyalahi aturan.

“Saya percaya ESG akan memiliki masa depan yang menjanjikan di ekosistem startup Indonesia, karena menurut kami startup sudah mulai harus melihat ke arah sana.”

Masyarakat semakin peduli

Di artikel DailySocial sebelumnya tercatat, pergeseran perilaku masyarakat akan memengaruhi pelaku bisnis dalam isu berkelanjutan. Startup yang fokus ke lingkungan seperti Nafas hingga platform food waste management Surplus telah membuktikan kondisi saat ini telah menimbulkan kebiasaan baru dan  kesadaran masyarakat umum akan kesehatan dan penerapan waste management yang tepat.

“Masa depan kategori ini jelas. Sains sudah memastikan gentingnya sejumlah isu lingkungan yang dapat berakibat pada tumbuhnya model bisnis berorientasi profit yang akan fokus pada menghindari kerusakan terhadap planet kita,” jelas Co-Founder & Chief Growth Officer nafas Piotr Jakubowski dalam suatu kesempatan wawancara.

Managing Director PT Ekonomi Sirkular Indonesia Muhammad Agung Saputra secara terpisah mengatakan, “Berbeda dengan platform lainnya, secara khusus Surplus bukan hanya sebagai food marketplace yang menjual produk makanan seperti beberapa pemain lainnya, namun konsepnya hanya menjual produk makanan berlebih dan imperfect product kepada pelanggan, untuk mengatasi permasalahan food waste.”

Strategi Rekosistem Menjadi Startup Berdampak yang Berkelanjutan

Perusahaan rintisan berbasis impact kian banyak ditemui di tengah masyarakat. Salah satunya adalah Rekosistem, startup cleantech yang menawarkan jasa pengelolaan sampah, termasuk di dalamnya pengumpulan, pemilahan, serta daur ulang.

Dimulai sebagai UMKM hingga akhirnya mendirikan badan hukum dan merek perusahaan sendiri, startup yang didirikan oleh Ernest Layman dan Joshua Valentino pada 2019 ini menyediakan produk dan jasa inovatif untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah di Indonesia.

Sesuai dengan tema diskusi #SelasaStartup pekan lalu, terkait bisnis berdampak yang berkelanjutan, Ernest mengungkapkan bahwa model bisnis yang sustainable menurutnya tidak hanya memikirkan profit, melainkan juga people dan planet.

Rekosistem sendiri tidak hanya bertujuan menjadi perusahaan yang berkelanjutan tetapi juga membantu perusahaan lain untuk bisa menerapkan model bisnis yang berkelanjutan.

Dalam menjalankan model bisnis berdampak, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan selain sampah, misalnya misi terkait keanekaragaman hayati, perubahan iklim, energi terbarukan dan lainnya. Dalam hal ini, Rekosistem memilih untuk memosisikan diri sebagai perusahaan teknologi yang ingin membantu menjembatani setiap aktivitas dari pemangku kepentingan yang ada dalam ekosistem pengolahan sampah di Indonesia.

Beroperasi untuk layanan B2B sekaligus B2C, Rekosistem menawarkan jasa jemput dan setor sampah sesuai kebutuhan. Layanan ini memiliki tiga produk utama yaitu Repickup Service, Repickup Rumah, dan Redrop (Setor Sampah). Misi utama Rekosistem adalah untuk berkontribusi dalam meningkatkan penyerapan sampah daur ulang sekaligus memperkenalkan tren pola hidup ramah lingkungan di Indonesia.

CEO Rekosistem Ernest Layman mengungkapkan, “Zero waste itu bukan tentang tidak menciptakan sampah atau menghilangkan sampah. Namun, keadaan itu akan tercipta ketika kita bisa bertanggung jawab dengan sampah yang kita ciptakan sehingga tidak menimbun masalah.”

Menyederhanakan proses

Ernest juga mengaku bahwa di masa awalnya sangat sulit untuk bisa meyakinkan orang bahwa pengelolaan sampah yang baik dan benar itu esensial dalam kehidupan. Mengurus sampah bukan hanya tentang mengumpulkan dan membuang sampah ke tempatnya. Lebih dari itu, mengurus sampah artinya bertanggungjawab akan sampah kita.

Sampah kita tidak semuanya harus berhenti di tempat pembuangan akhir. Ada sampah yang masih bisa dikelola untuk kembali digunakan dan dikelola untuk didaur ulang. Dari sini, pihaknya berinisiatif membuat produk yang tepat guna sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.

Dalam proses pengelolaan itu sendiri, ada banyak hal yang sering kali membuat orang menjadi urung untuk memilah sampahnya. Rekosistem ingin menyederhanakan proses baik dari sisi penghasil sampah, pengelola sampah, hingga pada hasil akhirnya. Pada 21 Februari 2021, Rekosistem meluncurkan aplikasi yang berguna untuk menukarkan sampah dengan reward point bagi pengguna.

Manfaatnya sendiri bisa dirasakan oleh masing-masing stakeholder. Ada nilai ekonomis yang bisa dirasakan oleh para pengguna layanan baik supplier atau pendaur ulang. Selain itu, para pekerja di lapangan juga dimudahkan dengan rute atau jadwal pengambilan sampah yang lebih tertata. Selain itu, untuk supplier/perusahaan daur ulang juga dimudahkan dengan mendapat pasokan sampah yang sudah terpilah.

Sebagai perusahaan teknologi, Rekosistem mengaku tidak berusaha untuk memonopoli pasar. Perusahaan memosisikan diri sebagai jembatan yang bisa menghubungkan semua stakeholder. “Kita berharap bisa meningkatkan produktivitas setiap layanan turunan dari pengelolaan sampah ini,” tambah Ernest.

Mengedepankan kolaborasi

Dalam menjalankan misinya, Rekosistem mengaku tidak berusaha untuk menggantikan ekosistem pengelolaan sampah yang sudah ada. Melainkan, pihaknya ingin menjembatani para pemangku kepentingan yang terlibat di sektor ini dengan dibantu oleh teknologi. Perusahaan menjalankan model bisnis yang mengedepankan kolaborasi.

Salah satu alasannya adalah efisiensi dari sisi operasional. Sebagai perusahaan teknologi yang menjalankan platform di tengah masyarakat, kolaborasi bisa memperluas jaringan perusahaan. Selain itu, edukasi terkait pengelolaan sampah yang baik dan benar juga tidak bisa berjalan sendiri, harus diiringi dengan pemeliharaan yang baik.

“Kita sebagai startup posisinya eksekutor untuk solusi. Perannya jadi penting untuk bisa mengakselerasi target-target yang dibuat secara global maupun lokal. Untuk produk akhir, kita punya mitra. Kita sebagai platform teknologi. Sebenarnya saat ini kita akhirnya bisa berkolaborasi adalah kita bukan mengganti, karena kita empower masing-masing stakeholder-nya,” ungkap Ernest

Rekosistem menjalin kerja sama dengan semua pihak yang memiliki visi dan misi yang sejalan untuk pengelolaan sampah yang lebih baik. Selama beroperasi, Rekosistem sudah menjalin kerja sama dengan beberapa institusi dengan tujuan menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang lebih baik. Bersama PT Pupuk Indonesia (Persero), perusahaan berkomitmen mengurangi peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui program pengelolaan sampah.

Sebelumnya, perusahaan juga sudah menjalin kerja sama dengan Lion Parcel (PT Lion Express), sebagai komitmen untuk terus menerapkan praktik bisnis yang lebih berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, Rekosistem akan membantu Lion Parcel dalam proses pengelolaan sampah di industri logistik secara end-to-end, mulai dari pengumpulan sampah, pemilahan, hingga proses daur ulangnya.

“Kalau sudah memutuskan untuk membangun bisnis yang sustainable,  sudah pasti harus berbanding lurus dengan dampak sosial dan lingkungan. Tinggal memikirkan nilai ekonominya saja,” ujar Ernest.

Salah satu kunci keberlangsungan bisnis berdampak adalah ketika pertumbuhan bisnis bisa selaras dengan dampak yang diciptakan. Dalam wawancara bersama Dondi Hananto, Partner dari Patamar Capital, perusahaan modal ventura global yang fokus mendanai startup berbasis impact, ia mengungkapkan bahwa dalam menjalankan model finansial berdampak, tidak disarankan untuk menciptakan dampak yang cost-structured, di mana dampak menciptakan cost baru di dalam bisnis.

Startup Fintech EWA “Kini” Dapat Suntikan Dana 64 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup fintech penyedia solusi earned wage access (EWA) Kini mengumumkan perolehan dana tahap awal sebesar $4,3 juta (lebih dari 64 miliar Rupiah) yang dipimpin East Ventures, dengan partisipasi dari investor lainnya, seperti Ten13, OurCrowd, K50 Ventures, dan Goodwater Capital.

Menariknya, ini adalah portofolio kedua bagi East Ventures di vertikal EWA, setelah berinvestasi di wagely pada Maret 2022.

Kini akan memanfaatkan dana baru tersebut untuk membangun rangkaian produk HR-tech, memperluas kemitraan, dan menyediakan teknologi HR untuk memperkuat solusi HR-fintech mereka melalui satu API.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan East Ventures dan semua investor kami. Dukungan mereka akan mempercepat misi kami untuk menciptakan hidup yang lebih baik bagi 99% pekerja di Indonesia, terutama bagi para pekerja yang hidup dari gaji ke gaji,” terang Co-Founder & CEO Kini Jordan Fain dalam keterangan resmi, Kamis (7/7).

Kini didirikan pada 2021 oleh Fain bersama Sidnei Budiman (CTO), veteran fintech di Indonesia. Berkat pengalamannya selama di Uber, Fain menyadari bahwa memperketat siklus pembayaran untuk pengemudi meningkatkan retensi dan akuisisi. Oleh karenanya, ia meyakini Kini dapat berguna dalam memberdayakan bisnis, terutama saat mengelola tenaga kerja kerah biru dalam skala besar.

Di Asia Tenggara sendiri, terutama di Indonesia, terdapat jutaan pekerja kerah biru yang masih underbanked, hidup dari gaji ke gaji, dan memiliki akses terbatas ke kredit, sehingga rentan terhadap pinjaman predator dari pemberi pinjaman.

“Kebutuhan akan inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia semakin penting dari sebelumnya. Kami percaya pada misi Kini untuk merevolusi cara jutaan pekerja mengelola uang mereka untuk mencapai kesehatan finansial yang lebih baik. Kami yakin bahwa tim Kini dapat menjadi mitra yang tepat bagi banyak perusahaan di Indonesia,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Diklaim, Kini mampu mencetak pertumbuhan volume transaksi bulanan rata-rata sebesar 70% dengan mitra lebih dari 50 perusahaan. Beberapa nama penggunanya adalah Ismaya Group, Asaba, DOKU, dan lainnya; termasuk berbagai perusahaan publik. Perusahaan juga telah terintegrasi dengan berbagai HRIS (Human Resources Information System). Total tim Kini sendiri baru beranggotakan 10 orang.

Model bisnis EWA

Seperti kebanyakan pemain EWA lainnya, Kini menyediakan layanan gaji on-demand (EWA) untuk membantu karyawan dari mitra perusahaan mengatur keuangan mereka. Pencairan gaji lebih cepat ini dapat mereka manfaatkan untuk membayar tagihan, membeli asuransi mikro.

Kini turut menambahkan fitur lainnya yang diperuntukkan untuk HRD perusahaan, termasuk di antaranya pencairan insentif atau tunjangan secara instan, voucher diskon, telekomunikasi, layanan penggajian, integrasi API, integrasi API dengan sistem informasi HR, dan sistem pelacakan waktu karyawan.

Tidak seperti fintech lending yang menerapkan bunga sebagai revenue stream, EWA punya pendekatan berbeda. Untuk layanan pencairan gaji cepat sendiri, mereka menggunakan biaya flat untuk besaran nominal yang telah ditentukan. Misalnya yang dilakukan Kini dengan mengenakan admin fee Rp30 ribu untuk setiap Rp1,2 juta gaji dicairkan.

Di luar itu, sebagai startup yang menyasar segmen B2B, biasanya platform EWA juga memiliki revenue stream lain, misalnya dari fee atas penggunaan platform HR-tech, API, dan pembayaran yang ada di dalamnya (seperti bill payment, QR payment dll).

Pendanaan dari VC untuk startup EWA

Selain Kini, sudah ada sejumlah perusahaan yang tertarik menggarap konsep serupa di Indonesia. Beberapa namanya, ada GajiGesa, wagely, Gigacover, GajiKoin yang diusung KoinWorks, Vinmo, Mekari Flex, Halogaji dari Halofina, GetPaid, dan Gajiku. Mayoritas dari pemain ini sudah didukung dalam bentuk investasi dari VC. Berikut daftarnya:

Startup Tahun berdiri Pendanaan terakhir Investor
GajiGesa 2020 Pra-Seri A ($6,6 juta) MassMutual Ventures, January Capital, Wagestream, OCBC NISP Ventura, Bunda Group, Patrick Walujo, Nipun Mehram, dll
wagely 2020 Pra-Seri A ($8,3 juta) East Ventures (Growth Fund), Central Capital Ventura, Integra partners, ADB, FGC, Trihill Capital, dll.
Gigacover 2020 (masuk ke Indonesia) Tahap awal (2019) Vectr Fintech, Quest Ventures Partners, Alto Partners, dll
GajiKoin 2020 Melalui KoinWorks, Seri C (ekuitas $43 juta dan debt $65  juta) MDI Ventures, Quona Capital, Triodos Investment Management, ACV, EV, dll
Vinmo September 2021
Mekari Flex 2020 Melalui Mekari, tahap lanjutan ($50 juta) Money Forward Inc, East Ventures, Beenect, MCI, Alto Partners, Prastia, dll.
Halogaji Agustus 2021 Tahap awal (2019) MCI, Finch Capita, Plug and Play Asia Pacific, Rekanext
GetPaid September 2021 (masuk ke Indonesia) Tahap awal ($1,15 juta) Grovey Pay dan Nityo Infotech Service
Gajiku Januari 2022 Tahap awal ($1,1 juta) AC Ventures, Agung Ventures, Monk’s Hill Ventures Scouts Program, Sampoerna, dll.

IFC akan Berinvestasi ke Kitabisa Senilai 75 Miliar Rupiah

International Finance Corporation (IFC) mengajukan usulan investasi ke startup crowdfunding Kitabisa senilai $5 juta atau sebesar Rp74,8 miliar. Dalam laman resmi IFC, status pengajuan investasi ini tercatat masih menunggu persetujuan (pending approval).

“IFC mengusulkan investasi dalam bentuk ekuitas hingga $5 juta di perusahaan melalui pembelian saham preferen,” demikian disampaikan dalam Summary Investment Information (SII). Adapun, projected board date ditargetkan pada 23 Agustus 2021.

Melalui investasi ini, IFC memproyeksikan adanya peningkatan akses layanan asuransi ke segmen yang kurang terlayani di Indonesia. Kitabisa diharapkan dapat masuk ke segmen ini melalui pendekatan direct-to-consumer (D2C) dan digital native lewat produk asuransi syariah berbasis on-demand. 

Kitabisa juga diyakini dapat mengatasi hambatan tersebut di Indonesia berkat model bisnis berbasis digital secara end-to-end, pengembangan produk unik dan terjangkau, dan upayanya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya produk asuransi.

Sebagai informasi, Kitabisa mengoperasikan layanan donasi dan pengumpulan dana berbasis digital untuk melayani segmen berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara, IFC merupakan konsorsium di bawah naungan World Bank yang telah berinvestasi ke sejumlah startup di Indonesia, yakni eFishery, AnterAja, dan PasarPolis.

Ekspansi bisnis

Dalam SII-nya, Kitabisa tercatat berencana ekspansi bisnis ke layanan syariah dan asuransi. Diketahui sebelumnya Kitabisa sempat mengoperasikan platform crowdinsurance bernama Saling Jaga pada April 2021. Namun, Saling Jaga terpaksa dihentikan operasionalnya pada 31 Agustus 2021 karena terkendala perizinan.

Berdasarkan pemberitaan tahun lalu, Kitabisa sebelumnya telah mendaftarkan Saling Jaga ke regulatory sandbox OJK. Menurut pihak OJK, salah satu concern dari platform ini adalah konsep crowdinsurance Saling Jaga yang melibatkan banyak orang untuk berdonasi gotong royong.

Pada Oktober 2021, Kitabisa melakukan pivot layanan insurtech dengan menyiapkan kanal Kitajaga. Melalui platform ini, masyarakat dapat membeli produk asuransi jiwa melalui aplikasi Kitabisa.

Sejak berdiri di 2013, Kitabisa telah memiliki 6 juta donatur, melakukan 100 ribu penggalangan dana, serta didukung 3000 NGO/yayasan/lembaga dan 250 program CSR/brand/perusahaan. Berdasarkan laporan audit Ernst & Young (EY) di 2020, total jumlah penerimaan donasi di Yayasan Kita Bisa telah mencapai Rp835 miliar.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Berkunjung ke Kantor Sekolah.mu

DailySocial mendapat kesempatan mengunjungi kantor Sekolah.mu di kawasan Jakarta Selatan.

Memanfaatkan ruang terbatas, kantor Sekolah.mu menawarkan konsep indoor dan outdoor yang didesain dengan sentuhan kuning dan biru yang sejalan dengan logo perusahaan.

Tak hanya sebagai tempat bekerja, kantor ini juga bisa dinikmati oleh para siswa dan guru untuk belajar dan berkonsultasi dengan memanfaatkan ruang yang ada.

Simak liputan lengkap jalan-jalan DailySocial bersama COO Sekolah.mu Radinka Qiera dalam video di bawah ini.

Untuk video menarik lainnya seputar program jalan-jalan ke kantor startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DStour.